Bab IV Squeeze Cementing
Bab IV Squeeze Cementing
Bab IV Squeeze Cementing
SQUEEZE CEMENTING
5.1.
Pengertian
Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas konstruksi lubang sumur adalah sejauh
mana kualitas semen yang digunakan. Maka untuk kepentingan tersebut perlu dilakukan studi
laboratorium untuk mengetahui komposisi dan sifat fisik semen. Diharapkan dengan kualitas
semen yang baik, konstruksi sumur dapat bertahan lebih dari 20 tahun.
Pada umumnya operasi penyemenan bertujuan untuk:
Melekatkan casing pada dinding lubang sumur
Melindungi casing dari masalah-masalah mekanis sewaktu operasi pemboran
seperti adanya getaran
Melindungi casing dari fluida formasi yang bersifat korosif
Memisahkan zona yang satu terhadap zona yang lain dibelakang casing
Berdasarkan alasan dan tujuannya, penyemenan dapat dibagi dua, yaitu primary
cementing, dan squee-ze cementing.
Primary Cementing
Merupakan penyemenan pertama kali yang dilakukan setelah pipa selubung
diturunkan kedalam sumur.
Penyemenan antara formasi dengan pipa selubung bertujuan untuk :
1.
Melindungi formasi yang akan dibor dari formasi sebelumnya dibelakang pipa
a.
Metode ini di gunakan dengan cara menempatkan cement slurry di depan perforasi dan di
sebut balancing plug setelah slurry dicampur, slurry kemudian di pompa ke dalam
tubing dan di ikuti oleh sejumlah fluida work over yang sudah di hitung sehingga
membentuk suatu keseimbangan (kesamaan tinggi) kolom slurry di dalam tubing dan
annulus. Tubing di angkat di atas cement slurry dan tubing di lakukan sirkulasi balik
untuk membersihkan kelebihan cement. Tekan squeeze di berikan untuk menekan slurry
ke dalam perforasi, setelah final squeeze pressure didapat, tubing kemudian di turunkan
untuk sirkulasi balik kelebihan cement, sampai cement plug masih tinggal beberapa feet
di atas perforasi.
b. Packer squeeze, biasa dipakai bilamana :
Perkiraan tekanan squeeze akan melebihi kekuatan casing
Casing sudah tua dan bisa saja ada kebocoran diatas perforasi yang akan di
squeeze
Terdapat perforasi atau casing bocor yang pernah di perbaiki di atas perforasi
yang akan di squeeze.
Packer yang di pakai dari jenis retrievable packer yang di turunkan bersama tubing
dan diset secara mekanikal. Pada metode ini retrievable packer atau retainer packer diturunkan
hingga berada tepat diatas zoana yang akan di squeezed off. Retrievable packer,ditempatkan pada
pipa bor. Retainer packer dijalankan dengan wire line dan diset dengan special setting kit. Jika
volume total semen telah di squeezed off, maka semen berlebih harus dipompakan agar kembali
sehingga tidak akan menyemen pipa bor.
c.
Hesitation Squeeze
Metode ini secara khusus digunakan pada zona dengan
5.2.
5.3.
pemboran berlangsung
merupakan
memompakan
proses penyemenan.
suatu
bubur
unit
semen
pompa
(slurry)
yang
dan
mempunyai
lumpur
pendorong
fungsi
dalam
yang
dipertemukan
umum
dua
digunakan
aliran
yaitu
sekarang
bubur
ini
semen
adalah
dan
jet
air
mixer
yang
dimana
ditentukan
melalui venturi agar dapat mengalir dengan deras dan dapat menghasilkan
turbulensi, yang dapat menghasilkan pencampuran yang baik dan benarbenar
homogen.
Gambar 4.3
Cement Injector
Head
4. Cabin Control Room
Gambar 4.6
Mud Balance
Dalam melakukan operasi penyemenan, bahan yang digunakan adalah campuran semen +
additive + air. Additive yang biasa digunakan adalah
1. Accelerator
Additive ini berfungsi untuk mempercepat proses pengerasan semen dan menaikkan
harga strength semen. Biasanya digunakan pada sumur sumur yang dangkal.
Accelerator yang biasa dipakai adalah :
Kalsium Klorida ( 2 4% )
Sodium Klorida ( sampai 10% )
polymer
CMHEC
latex
9. Loss Circulation Control Agents
Additive ini berfungsi mengontrol hilangnya suspensi semen ke dalam formasi yang
berrongga. Yang termasuk dalam loss circulation control agents adalah :
Gilsonite
Cellophane flakes.
Gypsum
Nut shells
10. Special Additive
Yang termasuk dalam special additive adalah :
Silika, digunakan untuk temperature tinggi dan dapat menjaga strength dari
semen agar tetap stabil.
Mud Kill, menetralisir suspensi semen dari zat zat kimia lumpur pemboran.
Radioactives Tracers, memudahkan operasi logging dalam menentukan posisi
semen dan kualitas semen.
Antifoam agent, mencegah hilangnya tekanan pemompaan karena adanya foam.
Semen (Portland) mempunyai 4 komponen utama, yaitu :
Tricalcium silicate (3CaO SiO2 )
Dinotasikan sebagai C3S yang dihasilkan dari kombinasi CaO dan SiO2 da
merupakan komponen terbanyak dalam Portland semen, sekitar 40-45% untuk semen
yang lambat proses pengerasannya, dan 60-65% untuk semen yang cepat proses
pengerasannya. Komposisi ini memberikan strength yang terbesar pada awal pengerasan.
Dicalcium Silicate (2CaO SiO2)
Dinotasikan sebagai C2S yang juga dihasilkan dari kombinasi CaO dan SiO 2,
memberi pengaruh terhadap strength semen akhir. C2S menghidrasi sangat lambat
sehingga tidak berpengaruh dengan setting time semen, tetapi sangat berpengaruh dalam
kekuatan semen lanjut dan kadarnya tidak lebih dari 20%.
Tricalcium Aluminate (3CaO Al2 O3 )
Dinotasikan sebagai C3A yang terbentuk dari reaksi CaO dan AL2O3 kadarnya
15% untuk high early Strength dan 3% untuk terhadap kandungan sulfate, namun
berpengaruh terhadap rheologi suspense dan membantu proses pengerasan awal semen.
Tetracalcium Aluminoferrite (4CaO AL2O3 Fe2o3)
Dinotasikan sebagai C3AF yang terbentuk dari reaksi CaO2Al2O3 dan Fe2O3.
Kadarnya tidak boleh lebih dari 24% untuk semen yang tahan terhadap kandungan sulfate
tinggi. Penambahan oksida besi yang berlebihan akan menaikan kadar C4AF dan
menurunkan kadar C3A dan menurunkan panas hasil reaksi /hidrasi C2S dan C3S.
Kelas A
Semen kelas A ini digunakan dari kedalaman 0 (permukaan) sampai 6000 ft dan pada
temperatur hingga 170oF. Semen ini terdapat dalam tipe biasa (ordinary type) saja dan lebih
murah dari kelas semen yang lain.
b.
Kelas B
Semen kelas B digunakan dari kedalaman 0 sampai 6000 ft dan tersedia dalam jenis yang
tahan terhadap kandungan sulfat menengah dan tinggi (moderate dan high sulfate resistant)
c.
Kelas C
Semen kelas C digunakan dari kedalaman 0 sampai 6000 ft dan mempunyai sifat high-early
strength (proses pengerasan cepat). Semen ini tersedia dalam jenis , moderate dan high sulfate
resistant.
d.
Kelas D
Semen kelas D digunakan untuk kedalaman dari 6000 ft sampai 10000 ft dan untuk kondisi
sumur yang mempunyai tekanan dan temperatur tinggi . Semen ini tersedia juga dalam jenis
moderate dan high sulfate resistant.
e.
Kelas E
Semen kelas E digunakan untuk kedalaman dari 10000 ft sampai 14000 ft, dan untuk kondisi
sumur yang mempunyai tekanan dan temperatur tinggi . Semen ini tersedia juga dalam jenis
moderate dan high sulfate resistant.
f.
Kelas F
Semen kelas F digunakan dari kedalaman 10000 ft sampai 16000 ft dan untuk kondisi sumur
yang mempunyai tekanan dan temperatur tinggi . Semen ini tersedia juga dalam jenis high
sulfate resistant.
g.
Kelas G
Semen kelas G digunakan dari kedalaman 0 samapai 8000 ft dan merupakan semen dasar.
Bila ditambahkan retarder semen ini dapat dipakai untuk sumur yang dalam dan range
temperatur yang cukup besar. Semen ini tersedia dalam jenis moderate dan high sulfat resistant.
h. Kelas H
Semen kelas H digunakan dari kedalaman 0 samapai kedalaman 8000 ft dan merupakan pula
semen dasar. Dengan penambahan accelerator dan retarder, semen ini dapat digunakan pada
range kedalaman dan temperatur yang besar. Semen ini hanya tersedia dalam jenis moderate
sulfat resistant.
5.4.
Cara Kerja
bertujuan untuk membersihkan lubang bor dari fluida formasi yang terdapat di bawah
string dengan menggunakan fresh water agar slurry semen tidak terkontaminasi langsung
dengan fluida formasi.
6. Memompa slurry
7. Memompa water behind
sama dengan water head, berupa fresh water yang berfungsi mengimbangi ketinggian
water head dan memisahkan slurry semen dengan air displacement yang berupa air
formasi.
8. Memompa displacement
berfungsi untuk menyeimbangkan semen di tubing dan semen yang berada di annulus.
9. Mencabut string
berfungsi agar string tidak tersemen.
10. Melakukan squeeze cementing
dilakukan dengan fill up sumur menggunakan air formasi dan membuka valve annulus di
permukaan. Jika terdapat air yang keluar melalui lubang annulus maka mengindikasikan
bahwa lubang sumur telah terisi penuh, kemudian menutup kembali valve annulus
dipermukaan. Setelah kita melakukan fill up, kita melakukan squeeze dengan
memperhatikan kenaikkan tekanan hingga tekanan tersebut tetap. Pengurangan dari
volume brine water pada tanki dapat mengindikasi jumlah slurry semen yang telah masuk
ke dalam formasi.
11. Wait on cement
Persamaan untuk menghitung volume slurry semen minimal yang digunakan :
V 1=
ID Perfo 2 ()
panjang penetrasi ( ft ) jumlah lubang perforasi
1029.4
V 2=
V 3=
ID Casing2 ()
3.281 panjang zona perforasi(m)
1029.4
ID Casing ()
V 4 dan V 5=
3.281 panjang zona V 4 dan panjang zona V 5(m)
1029.4
Displacement
W
H
W
B
W
H
V5
V2
V1
V3
V4
Untuk mendapatkan volume water behind dan water head kita harus mengetahui capacity tubing,
annulus dan casing dengan persamaan :
capacity tubing=
ID Tubing2
3.281
1029.4
Capacity Annulus=
ID Casing OD Casing
3.281
1029.4
Capacity Casing=
ID Casing
3.281
1029.4
Setelah kita mengetahui volume slurry, kemudian kita dapat menentukan kapasitas slurry semen,
kapasitas water head dan water behind yang kita butuhkan menggunakan persamaan :
Kapasitas Slurry Semen=
Kapasita s Waterhead=
Volume Slurry
Capacity Annulus
Saat string dicabut, terjadi penurunan tinggi slurry semen yang dapat di tentukan menggunakan
persamaan :
Penurunantinggi slurry=