Laporan Sementara Acara 1 Kel 4 A3
Laporan Sementara Acara 1 Kel 4 A3
Laporan Sementara Acara 1 Kel 4 A3
Disusun oleh :
1. Tasya Salsabila S (15639)
2. Dery Putri Praeswari (15646)
3. Gabryla Atika Armani (15647)
4. Millenia Lianjani (15649)
5. Shania Nur Fajrina (15721)
6. Albertus Anggara A A (15751)
Golongan / Kelompok : A3 / 4
Asisten : Erric Maulana
LABORATORIUM AGROKLIMATOLOGI
DEPARTEMEN TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2019
PENGENALAN ALAT-ALAT METEOROLOGI
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris atau suatu negara yang
mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani. Pada sektor pertanian
sangat banyak faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas produksi
tanaman yaitu faktor internal dan faktor eksternal, faktor tersebut salah
satunya yaitu iklim.
Pertanian sangat tergantung pada iklim dan cuaca. Adanya
perubahan iklim dan cuaca yang tidak menentu sangat mengganggu dan
menghambat pertumbuhan tanaman bahkan dapat merusak tanaman. Hal ini
dapat membuat hasil produksi pertanian menurun sehingga merugikan para
petani.
Perubahan iklim dan cuaca yang mengganggu kualitas produksi
tanaman dapat diketahui dengan menggunakan alat-alat meteorologi
pertanian sehingga membantu dalam perawatan terhadap tanaman.
Peralatan meteorologi sangat banyak jumlah dan jenisnya serta
kegunaannya yang bermacam-macam. Oleh karena itu untuk mengetahui
apa saja jenis dan fungsi peralatan meteorologi, dilakukan pengenalan
peralatan meteorologi pertanian.
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini sebagai berikut :
1. Mengenal stasiun meterologi pertanian dan alat-alat pengukur anasir
cuaca yang biasa digunakan dalam bidang meterologi pertanian.
2. Mempelajari prinsip kerja, cara penggunaan alat, serta macam dan
kualitas data yang dihasilkan dari suatu alat pengukur anasir cuaca.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Meteorologi menelaah proses atau gejala fisika yang berlangsung
secara dinamis pada lapisan atmosfer bumi, sedangkan klimatologi
menelaah karakteristik iklim antar wilayah. Dengan demikian, meteorologi
lebih ditekankan pada perubahan-perubahan atmosfer yang terjadi dalam
waktu singkat, misalnya fluktuasi harian unsur-unsur iklim, sedangkan
klimatologi lebih ditekankan pada aras rata-rata dari unsur-unsur iklim yang
menjadi ciri dari suatu wialayah. Informasi klimatologi dapat digunakan
sebagai penduga keadaan suhu, kelembaban, udara, intensitas cahaya, curah
hujan, dan angin pada suatu wilayah pada waktu tertentu (Rohli and Vega,
2013).
Cuaca dan iklim merupakan sebuah proses fenomena di atmosfer
yang keberadaannya sangat penting dalam berbagai aktivitas kehidupan.
Perhatian mengenai informasi cuaca dan iklim semakin meningkat seiring
dengan meningkatnya fenomena alam yang tidak lazim terjadi atau biasa
disebut dengan cuaca ekstrim yang sulit untuk dikendalikan dan
dimodifikasi. Sebagai contoh fenomena ekstrim tersebut adalah tingginya
gelombang laut yang berpotensi mengakibatkan bencana alam. Dampak
yang ditimublkan dapat diminimalisir dengan penyediaan informasi (Caraka
et al., 2015).
Iklim berpengaruh penting dalam sektor pertanian. Produksi
tanaman sangat dipengaruhi oleh persebaran curah hujan maupun pola suhu
lingkungannya. Dengan kata lain, apabila terjadi perubahan iklim, maka hal
ini juga akan berdampak pada hasil pertanian. Keadaan iklim akan sangat
mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, maupun hasil tanaman.
Tanaman akan tumbuh dan berkembang dengan baik pada kondisi iklim
yang optimum, sehingga produktivitasnya juga akan baik. Lain halnya bila
dalam kondisi iklim yang ekstrim, maka tanaman akan terhambat
pertumbuhan dan perkembangannya yang berakibat produktivitasnya
menjadi rendah (Lipper et al., 2014).
Pengamatan cuaca atau pengukuran unsur cuaca dilakukan pada
lokasi yang dinamakan stasiun cuaca atau yang lebih dikenal dengan stasiun
meteorologi. Tujuan dari stasiun meteorologi ini ialah menghasilkan
serempak data meteorologis dan data biologis dan atau data-data yang lain
yang dapat menyumbangkan hubungan antara cuaca dan pertumbuhan atau
hidup tanaman dan hewan. Pengamatan ini menggunakan Automatic
Weather Station (AWS) yang meupakan stasiun pengamatan cuaca
otomatis. Pekerjaan stasiun yang dimaksud meliputi pengamatan, membuat
kode sinop, mengirim data dan menyimpan data hasil pengamatan.
Keunggulan alat ini dapat merakam data sesaat, tiap jam dan rata-rata
harian, serta efisien dan praktis. Perangkat ini berpotensi untuk
dikembangkan dan dikomersialkan oleh agroindustri, BMKG dan stasiun
iklim lainnya (Liu and Huang, 2013).
Pencatatan data cuaca secara manual juga sangat penting untuk
analisis klinis. Meskipun stasiun otomatis sekarang sering digunakan,
banyak jaringan stasiun nasional didasarkan sepenuhnya pada pengamatan
stasiun cuaca manual, dan banyak yang masih bergantung sebagian besar
atau sebagian pada jenis pengamatan ini. Untuk melihat kemungkinan
kesalahan dalam rekaman data dari stasiun otomatis maka dilakukan
pengecekan secara manual. Untuk mendeteksi dan menghapus kesalahan
tersebut, seri waktu pengamatan harus dikontrol kualitasnya sebelum
dianalisis. Namun, masalah kualitas data tidak selalu terdeteksi oleh metode
kontrol kualitas umum. Dampak keseluruhan dari kesalahan yang tidak
terdeteksi pada analisis klimatologis sebagian besar tidak diketahui
(Hunziker et al., 2018).
Ketelitian : 0,5 mm
Cara Kerja : air hujan ditampung pada sebuah penampungan air dan
terdapat kran yang berfungsi untuk mengeluarkan air hujan yang
tertampung pada penampungan air tersebut. Pada setiap jam pengukuran
yaitu pukul 07.00 (GMT 00.00) petugas menakar air hujan yang telah
tertampung pada gelas ukur yang memiliki satuan mm (Permana et al.,
2015).
Cara Pemasangan :
Cara Pengamatan :
1. Pengamatan dilakukan setiap pukul 07.00
2. Data curah hujan harian didapat dengan membuka keran dan airnya
ditampung dalam gelas penakar yang bersatuan mm tinggi air.
3. Ketelitian pengamatan sampai dengan 0,5 mm.
4. Hujan kurang dati 0,5 mm dianggap tidak ada curah hukan meskipun
dicatat.
5. Jika gelas penakar pecah, pengukuran dapat dilakukan dengan mengukur
volume air yang tertampung dalam gelas ukur biasa. Karena luas
penampang corong pada alat pengukur curah hujan adalah 100 cm2,
setiap volume cc air hujan sama dengan 1 mm tinggi muka air.
2. Ombrograf
Satuan : milimeter
Ketelitian : 0,5 mm
Cara Pemasangan :
1. Alat ditempatkan di lapangan terbukan dengan jarak terhadap pohon atau
bangunan terdekat sekurang-kurangnya sama dengan tinggi pohon atau
bangunan tersebut.
2. Alat dipasang di atas permukaan tanah dengan tinggi permukaan mulut
corong 40 cm dari permukaan tanah.
Cara Pengamatan :
Satuan : oCelcius
Ketelitian : 0,5 oC
Cara Kerja : terdapat suhu bola kering (T) dan suhu bola basah (t), T lebih
rendah dari pada t karena untuk penguapan air pada kran yang membalut
bola bola termometer bola basah memerlukan bahan. Bahan yang
diperlukan tersebut diambil dari udara yag bersentuhan dengan bola
basah tersebut sehingga termometer bola basah menunjukkan suhu udara
tersebut lebih rendah.
Cara Pemasangan :
Cara Pengamatan :
2. Sling Psikrometer
Satuan : oCelcius
Ketelitian : 0,5 oC
Cara Pengamatan :
Satuan : oCelcius
Ketelitian : 0,5 oC
4. Higrograf
Satuan : %
Ketelitian : %
Cara Pengamatan :
1. Kertas grafik dipasang pada bagian silinder yang dapat berputar
secara otomatis.
2. Penggantian kertas grafik dilakukan seminggu sekali.
3. Kelembaban nisbi udara dalam satuan persem (%) dapat dibaca pada
kertas grafik.
4. Alat ini dapat digunakan untuk mengetahui ayunan kelembaban nisbi
udara selama seminggu.
Satuan : oCelcius
Ketelitian : 0,5 oC
Cara Pengamatan :
Satuan : oCelcius
Ketelitian : 0,5 oC
Prinsip Kerja : muai ruang air raksa yang dimodifikasi dengan adanya
penyempitan pipa kapiler.
Cara Kerja : Termometer air raksa ini memiliki pipa kapiler kecil
(pembuluh) didekat tempat/ tabung air raksanya, sehingga air raksa
hanya bisa naik bila suhu udara meningkat, tapi tidak dapat turun kembali
pada saat suhu udara mendingin. Untuk mengembalikan air raksa
ketempat semula, termometer ini harus dihentakan berkali-kali atau
diarahkan dengan menggunakan magnet. Apabila temperatur naik dan
kolom air raksa tidak terputus, maka air raksa terdesak melalui bagian
yang sempit. Ujung kolom menunjukkan temperatur udara. Apabila suhu
turun, kolom air raksa terputus pada bagian yang sempit setelah air raksa
dalam bola temperatur menyusut. Ujung lain dari kolom air raksa tetap
pada tempatnya. Untuk pengamatan suhu udara ujung kolom ini
menunjukkan suhu udara karena penyusutan air raksa kecil sekali dan
dapat diabaikan. Jadi Termometer menunjukkan suhu udara tertinggi
setelah terakhir dikembalikan. Termometer dikembalikan setelah dibaca
Cara Pemasangan : alat dipasang pada sangkar meteo, miring terhadap
sumbu horizontal, dengan bagian reservoir lebih rendah (Halimah, 2013).
Cara Pengamatan :
Satuan : oCelcius
Ketelitian : 0,5 oC
Cara Pengamatan :
Satuan : oCelcius
Ketelitian : 0,5 oC
Prinsip Kerja : muai ruang zat cair (alkohol dan air raksa)
Cara Kerja : termometer maksimum dan minimum ini terdiri atas sebuah
tabung silinder A tabung B dan pipa U. Tabung A berisi alkohol dan
dihubungkan dengan tabung B yang juga berisi alkohol melalui pipa U
yang berisi raksa. Termometer ini memiliki 2 skala yaitu skala minimum
pada pipa kiri dan skala maksimum pada pipa kanan. Suhu dapat dibaca
sesuai dengan ketinggian kolom raksa pada masing-masing pipa. Suhu
minimum biasanya terjadi pada malam hari dan suhu maksimum
biasanya terjadi pada siang hari. Termometer Six dikenal untuk
pemisahan pada kolom merkuri, khususnya setelah pengapalan,
meskipun disengaja mengetuk telah diketahui penyebab juga. Indeks
dapat dikembalikan dengan menekan tombol pengembali indeks.
Cara Pengamatan :
1. Suhu maksimum dan minimum dibaca pada ujung bawah indeks.
2. Indeks bagian kanan menunjukkan suhu maksimum, indeks bagian
kiri menunjukkan suhu minimum.
3. Pengamatan dilakukan pada pukul 16.00.
4. Setelah pengamatan, tombol kemudi ditekan sedemikian rupa
sehingga ujung bawah indeks berhimpit dengan permukaan kolom
air raksa, untuk pengamatan berikutnya.
Ketelitian : 0,5 oC
Prinsip Kerja : termometer adalah muai dwi logam dan higrometer adalah
higroskopis rambut.
Cara Pengamatan :
Ketelitian : 0,5 oC
Prinsip Kerja : termometer adalah muai dwi logam dan higrometer adalah
higroskopis rambut
Cara Kerja : sensor suhu terbuat dari logam, bila udara panas logam
memuai dan menggerakan pena keatas, bila udara dingin mengkerut
gerakan pena turun. Sensor kelembaban udara terbuat dari rambut
manusia, bila udara basah. Rambut memanjang dan bila udara kering
rambut memendek (BMKG NTB, 2015).
Cara Pengamatan :
1. Kertas grafik dipasang pada bagian silinder yang dapat berputar
secara otomatis.
2. Kertas grafik diganti seminggu sekali
3. Suhu udara (oC) dan kelembaban udara (%) suatu saat maupun
ayunannya dapat dibaca pada kertas grafik.
Satuan : oCelcius
Ketelitian : 0,5 oC
Cara Kerja : di taruh di atas permukaan air. Air raksa dan alkohol akan
memuai bila suhu naik, air raksa akan mendorong statif pada suhu
tertentu, bila suhu dingin air raksa mengkerut.
Cara Pengamatan :
1. Suhu maksikum dan minimum dibaca pada ujung bawah indeks.
2. Indeks bagian kanan menunjukkan suhu maksimum, indeks bagian
kiri menunjukkan suhu minimum.
3. Pengamatan dilakukan pukul 16.00.
4. Setelah pengamatan, tombol kemudi ditekan sedemikian rupa
sehingga ujung bawah indeks berhimpit dengan permukaan kolom
air raksa, untuk pengamatan berikutnya.
Satuan : oCelcius
Ketelitian : 0,5 oC
Satuan : oCelcius
Ketelitian : 0,5 oC
Satuan : oCelcius
Ketelitian : 0,5 oC
Prinsip Kerja : muai zat cair
Cara Pemasangan :
Satuan : oCelcius
Ketelitian : 0,5 oC
Cara Pengamatan :
5. Stick Termometer
Satuan : oCelcius
Ketelitian : 0,5 oC
Cara Kerja : adanya tekanan, air raksa yang memuai akan menggerakan
pipa logam lunak sehingga gerigi berputar dan menggerakkan jarum
penunjuk sampai skala tertentu.
Satuan : oCelcius
Ketelitian : 0,5 oC
Cara Kerja : jika suhu naik maka akan ditunjukan oleh naiknya cairan air
raksa dan jarum hijau yang akan berfungsi penunjuk suhu maksimum,
sedang bila suhu turun akan ditunjukkan oleh naiknya cairan alkohol dan
ditunjukan oleh jarum merah yang berfungsi sebagai penunjuk suhu
minimum.
Cara Pengamatan :
Satuan : jam
Cara Kerja : berkas sinar yang masuk akan bereaksi dengan kalium ferro
sianida atau ferro amonium sitrat yang sebelumnya telah dioleskan pada
kertas pias. Garam ferro akan beroksidasi sehingga membentuk noda
apabila kertas pias kita cuci dengan aquades. Panjang noda yang
terbentuk dapat mengukur panjang penyinaran aktual.
Cara Pemasangan :
1. Alat dipasang pada tempat terbuka dan diletakkan di atas beton yang
agak tinggi, sedemikian rupa sehingga sensor dapat menangkap sinar
matahari dalam keadaan normal pada ketinggian 3 m di atas horizon.
2. Solarimeter dipasang sedemikian rupa sehingga arah U-S dari alat
sesuai dengan U-S dari tempat pemasangan dan tutup kotak
menghadap khatulistiwa.
3. Alat dipasang dengan kemiringan kearah khatulistiwa terhadap
sumbu horizontal, sebesar derajat lintang tempat pemasangan
(Yogyakarta pada 7o LS)
Cara Pengamatan :
Satuan : jam
Cara Pemasangan :
1. Alat dipasang pada tempat terbuka dan diletakkan di atas beton yang
agak tinggi, sedemikian rupa sehingga sensor dapat menangkap sinar
matahari dalam keadaan normal pada ketinggian 3 di atas horizon.
2. Solarimeter diapasang sedemikian rupa sehingga mangkuk tempat
pemasangan kertas pias harus menunjuk arah timur-barat, bagian
bawah alat harus benar-benar datar (diatur dengan levelling), dan
lensa bola bersama dengan tempat kertas pias dimiringkan sesuai
dengan letak lintang tempat pengamatan.
Cara Pengamatan :
1. Kertas pias diasang dan diganti setiap sore hari pada pukul 18.00.
2. Kertas pias yang digunakan ada 3 macam, yaitu bentuk lurus,
bengkok panjang, dan bengkok pendek.
3. Jadwal penggunaan masing-masing bentuk kertas pias tergantung
pada letak pengamatan dan kedudukan matahari terhadap tempat
tersebut.
4. Pengukuran PP aktual dilakukan dengan ketelitian 0,1 jam dengan
ketentuan sebagai berikut :
Noda langsung bundar, dihitung 0,5 panjang garis tengah
noda.
Noda berbentuk titik, setiap 2 atau 3 titik dihitung 0,1 jam.
Noda berbentuk garis berlubang, dihitung dikurangi 0,1 jam
setiap pemutusan.
Noda berbentuk garis tidak berlubang, tidak perlu dikoreksi.
H. Alat Pengukur Intensitas Cahaya Matahari
1. Aktinograf Dwi Logam
Satuan : cm2
Ketelitian : 1 cm2
Cara Pemasangan : alat dipasang pada tempat terbuka di atas tiang beton
yang kuat dan bagian atas dibuat sedemikian rupa, sehingga selain sinar
berada 15 m di atas horizon bumi, sinar harus bebas mencapai sensor.
Cara Pengamatan :
1. Kertas grafik dipasang dan diganti setiap sore hari pukul 18.00.
2. Garik akan tergambar pada kertas grafik, kemudian diukur luasan di
bawah grafik tersebut dengan alat planimeter. Luasan yang terukur
disetarakan terhadap satuan kalori/cm2/hari.
I. Alat Pengukur Kecepatan Udara
1. Cup Anemometer
Satuan : km/jam
Ketelitian : 1 km
Cara Pemasangan :
Cara Pengamatan :
2. Hand Anemometer
Satuan : m/s
Cara Kerja : benda mencari angin (posisi terkunci) memutar kunci yang
akan menyebabkan kipas bergerak/jam. Kunci dibuka maka jarum akan
bergerak tentukan interval waktu.
Cara Pengamatan :
Satuan : mm
Ketelitian : 0,02 mm
Cara Kerja : air yang terdapat dalam piche evaporimeter akan menguap
(yang terdapat pada tabuing yang berisi air). Kertas saring dan air
dihubungkan dengan pipa kapiler yang menjaga supaya kertas saring
selalu kering dan jenuh. Pembacaan berturut-turut volume air yang
tinggal ditabung pengukur dapat mengetahui banyaknya air yang hilang
karena penguapan setiap saat.
Cara Pemasangan : tabung diisi air dan digantung di dalam ruangan atau
sangkar meteo.
Satuan : mm
Ketelitian : 0,2 mm
Cara Pemasangan :
Cara Pengamatan :
1. Mula-mula ujung kail (hooke) diatur dengan sekrup pemutar, tepat
menyentuh permukaan air. Tinggi air kemudian dapat dibaca pada
penera.
2. Pada sore hari berikutnya, ujung kail diatur kembali sampai
menyentuh permukaan air.
3. Selisih pembacaan ke-1 (P1) dengan pembacaan ke-2 (P2)
merupakan besarnya penguapan air.
4. Jika terdapat hujan, rumus perhitungan ecaporasi adalah
P1 + P2 + CH (dalam mm)
Kapasitas maksimum terjadi bila terjadi hujan sebesar 50 mm pada
periode pengamatan.
5. Penguapan yang terukur adalah penguapan pada permukaan air
terbuka.
K. Alat Pengukur Semua Jenis Unsur Cuaca
1. AWS (Automatic Weather Station)
Relative
Solarimeter tipe Humidity
Jordan
Data
Logger
Box
Ombrometer
Accu Box
Solar Cell
Wind Direction
Penangkap
Sinyal
Provider
2. Wind Direction
3. Solar Radiation
5. Air Temperature
6. Raingauge
8. Soil Temperature
Caraka, R.E., Yasin, H., dan Suparti. 2015. Pemodelan tinggi pasang air laut di kota
Semarang dengan menggunakan Maximal Overlap Discrete Wavelet
Transform (MODWT). Jurnal Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. 2(2) :
104-114.
Halimah, N. 2013. Analisis Pengaruh Aktivitas Lalu Lintas Terhadap Suhu Udara
di Stasiun Observasi Klimatologi Baranangsiang Bogor. Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Hunziker, S., S., Bronnimann, J., Calle, I., Moreno, M., Andrade, L., Ticona, A.,
Huerta,and W. L., Casimiro. 2018. Effects of undetected data quality issueson
climatological analyses. Climate of The Past 14(1):1-20.
Irjayanti, P., P. Meinelva dan M. R. Simanjuntak. 2015. Profil unsur cuaca stasiun
meteorologi Frans Kaisiepo Biak (tahun 2010-2012). Jurnal Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika 2: 193-194.
Litbang. 2013. Basis Data Iklim Pertanian Indonesia untuk Mendukung Adaptasi
Perubahan Iklim. <http://www.litbang.pertanian.go.id/buku/politik-
pembangunan/BAB-III/BAB-III-1.pdf>. Diakses pada tanggal 02
September 2019.
Liu, J. and F.Huang. 2013. The application of new automatic weather station in
power system. Telkomnika 11 (2): 659-666.
LPPM IPB. 2016. Jaringan AWS (Automatic Weather Station) pertama kali di ADS
IPB. < http://lppm.ipb.ac.id/jaringan-aws-automatic-weather-station-
pertama-kali-di-ads-ipb/ > Diakses pada tanggal 03 September 2019.
Machfud, M. S., Mada, S., Ginaldi, A. 2016. Rancang bangun Automatic Weather
Station (AWS) menggunakan raspberry pi. ALHAZEN Journal of Physics. 11
(2) : 48 – 57.