Inovasi Kopi
Inovasi Kopi
Inovasi Kopi
Pengembangan perkebunan
Inovasi Pertanian
kopi berbasis
6(1), 2013:
inovasi...-...
... (Bariot Hafif et al.)
ABSTRAK
Sumbangan usaha tani kopi terhadap kegiatan ekonomi penduduk
tidak terbatas pada produksi kopi semata, tetapi juga lapangan
pekerjaan di sektor perdagangan dan jasa. Kopi umumnya
dibudidayakan dalam skala kecil. Namun, lahan untuk usaha
komoditas perkebunan umumnya berupa lahan kering masam
sehingga produktivitas tanaman rendah. Hal ini karena lahan
kering masam mengandung Al tinggi yang dapat meracuni
tanaman dan mengganggu penyerapan hara, miskin hara
terutama N, P, K, Ca, dan Mg, miskin bahan organik, dan miskin
mikroba tanah sehingga kurang subur. Oleh karena itu, penggunaan lahan kering masam untuk usaha pertanian perlu didukung
teknologi pengelolaan sumber daya lahan seperti benih unggul
toleran tanah masam, pemupukan berimbang, serta konservasi
tanah dan air untuk lahan berlereng. Inovasi teknologi untuk
komoditas perkebunan di lahan kering masam sudah tersedia.
Agar teknologi tersebut dapat diterapkan di lapangan telah
disusun suatu model yang terdiri atas empat kegiatan, yaitu (1)
konservasi, yaitu pengembangan agribisnis kopi dalam perspektif
konservasi lahan dan agroforestri, (2) perbaikan teknik budi
daya melalui peremajaan dengan klon-klon unggul yang didukung
kebun entres, (3) penanganan pascapanen untuk meningkatkan
kualitas biji kopi, dan (4) penguatan kelembagaan petani melalui
peningkatan dinamika kelembagaan petani yang berorientasi
usaha tani kopi berbasis konservasi.
Kata kunci: Kopi, perkebunan, lahan kering masam, inovasi
ABSTRACT
The role of coffee cultivation to the economic activity is not limited
to beans production, but also to employment in trade and services
sector. Coffee in Indonesia is generally planted in small scale area.
The problem is the land used for plantation in general is the acid
dry land so the productivity is low. This is because the land is less
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara penghasil kopi yang
penting. Data BPS tahun 2013 (BPS 2014) menunjukkan
luas perkebunan kopi di Indonesia yang dikelola oleh
perusahaan besar hanya sekitar 47.000 ha, sedangkan luas
perkebunan kopi rakyat mencapai 1,2 juta ha. Area kopi
rakyat ini sebagian besar berada di lahan kering masam
dengan produktivitas rendah. Perkebunan kopi rakyat di
Lampung, misalnya, berada di lahan kering masam yang
berlereng curam dan tidak sesuai dengan upaya
konservasi lahan.
Lahan kering masam dicirikan oleh karakternya yang
kurang subur, mengandung Al tinggi sehingga dapat
200
201
Peluang
Teknologi bercocok tanam kopi sudah dikenal oleh petani
di Sumatera, seperti teknik bercocok tanam kopi secara
permanen dengan pengelolaan tanah, pengendalian gulma,
dan pemupukan yang lebih baik. Petani juga telah mengenal
teknik pemeliharaan tanaman kopi seperti pemangkasan,
potong tunas, dan sebagainya. Perkembangan lain yang
perlu dicatat ialah adanya kecenderungan untuk
meningkatkan produktivitas per unit lahan dengan
meningkatkan intensitas pengelolaan lahan, seperti
konservasi tanah dengan pembuatan rorak, lubang angin
maupun gulud. Selain itu petani juga telah menerapkan
praktik berkebun campuran di kebun kopi dengan
menanam tanaman tahunan (baik kayu ataupun buahbuahan) sebagai tanaman pelindung kopi, serta
peningkatan kualitas kopi dengan cara memperbaiki
varietas kopi melalui okulasi.
Budi daya kopi di Lampung mengalami perkembangan
pesat pada dekade 1970-an dan 1980-an. Analisis terhadap
perubahan penggunan lahan menunjukkan bahwa luas
kawasan hutan di daerah ini menurun cukup tajam pada
dua dekade tersebut, yaitu dari 60% pada tahun 1970
menjadi 13% pada tahun 1990 (Ekadinata dalam Agus
2002). Hal yang menarik ialah penurunan luas kawasan
hutan tersebut diiringi oleh perluasan kebun kopi, termasuk
di dalam kawasan hutan lindung dan taman nasional.
Perluasan kebun kopi berlangsung seiring dengan
membaiknya harga kopi dunia pada waktu itu.
Menurut Budidarsono dan Wijaya (2004), budi daya
kopi multistrata (mixed/shaded coffee atau agroforestri
202
Gambar 1. Pertanaman kopi rakyat di Kecamatan Sumberjaya, Lampung Barat, pada lahan miring, tanpa tindakan konservasi tanah
maupun penaung.
203
Agroforestri
Tanaman kopi mempunyai kemampuan mengurangi
erosi dengan berkembangnya tajuk dan terbentuknya
lapisan serasah sejalan dengan perkembangan tanaman.
Penelitian di Jember, Jawa Timur, pada lahan dengan lereng
31% menunjukkan bahwa tingkat erosi yang cukup tinggi
hanya terjadi pada dua tahun pertama pertumbuhan kopi.
Pada tahun ketiga dan seterusnya, erosi jauh menurun
walaupun tidak dilakukan investasi tambahan untuk
konservasi (Choiron 2010).
Sistem multistrata (agroforestri) dengan pohon
naungan atau pelindung merupakan sistem konservasi
yang sangat baik (Agus et al. 2002). Lapisan tajuk pada
sistem multistrata yang menyerupai hutan dapat
memberikan fungsi konservasi yang baik dalam
mengurangi tingkat erosi tanah. Selain itu, melalui lapisan
tajuk, sinar matahari tidak berpengaruh langsung terhadap
kopi sehingga kelembapan udara pada kebun kopi dapat
terjaga. Tanaman pelindung juga dapat membantu
meningkatkan kesuburan tanah. Selain memberikan
perlindungan terhadap lingkungan, tanaman pelindung
dapat meningkatkan ekonomi rumah tangga serta sebagai
alternatif dalam mengatasi anjloknya harga kopi. Oleh
karena itu, pemilihan tanaman untuk sistem multistrata
harus disesuaikan dengan kondisi biofisik setempat,
komoditas yang dihasilkan harus mempunyai pasar, dan
petani harus memiliki akses terhadap bibit tanaman yang
bermutu tinggi (Agus et al. 2002).
Penggunaan tanaman penutup tanah dan penyiangan
secara parsial merupakan bentuk pilihan konservasi pada
tanah miring maupun landai pada tanaman kopi berumur
muda (Agus et al. 2002). Selanjutnya, Widianto et al. (2002)
menyatakan bahwa perbedaan umur tanaman kopi
berpengaruh terhadap penutupan tanah oleh tajuk,
penutupan permukaan tanah oleh seresah daun kopi, dan
laju infiltrasi (penyusupan air ke dalam tanah).
Teknik pengelolaan pertanaman kopi sangat bervariasi,
namun umumnya petani yang menggunakan lahan hutan
lindung, melakukan penyiangan secara intensif pada
ladang mereka. Penyiangan secara parsial, misalnya hanya
di sekeliling pohon kopi dengan diameter 1 m di bawah
tajuk dan di luar itu gulma hanya dipotong pendek, mampu
menekan erosi sampai tingkat yang dapat ditoleransi.
Beberapa petani menanggapi secara positif kemungkinan
menyiang secara parsial, yaitu strip tumbuhan alami selebar
kurang lebih 30 cm di antara barisan kopi dibiarkan tidak
disiangi atau penyiangan dilakukan hanya pada bagian
lantai berdiameter 120 cm sekeliling batang kopi (jarak
tanaman kopi 150-200 cm). Dengan demikian dapat
dibentuk jaringan atau mozaik di antara batang yang tetap
ditumbuhi rumput dan ini memberikan perlindungan bagi
204
Gambar 2. Perbaikan tanaman penanung pada perkebunan kopi melalui penataan tanaman gliricidia dan penanaman petai di laboratorium
lapang Lampung Barat.
205
Pascapanen
IMPLIKASI KEBIJAKAN
DAFTAR PUSTAKA
Afandi, T., B. Rosadi, T.K. Manik, M. Senge, Y. Oki, and T.
Adachi. 1999. The dynamics of soil water pressure under coffee
tree with different weed management in a hilly area of Lampung,
Indonesia. In C. Ginting, A. Gafur, F.X. Susilo, A.K. Salam, A.
Karyanto, S.D. Utomo, M. Kamal, J. Lumbanraja, and Z. Abidin
(Eds.). Proceedings of International Seminar Toward Sustainable
Agriculture in Humid Tropics Facing 21st Century. Bandar
Lampung, 27-28 September 1999. University of Lampung.
pp. 387-394.
Agus, F. 2002. Konservasi tanah dan pertanian sehat. Dalam
S.M. Sitompul dan S.R. Utami (Ed.), Akar Pertanian Sehat.
Konsep dan pemikiran. Rangkuman makalah. Fakultas
Pertanian Universitas Brawijaya, Malang. hlm. 77-88.
Agus, F., A.N. Gintings, dan M. van Noordwijk. 2002. Pilihan
teknologi agroforestri atau konservasi tanah untuk areal
pertanian berbasis kopi di Sumberjaya, Lampung Barat. World
Agroforestry Centre, Bogor.
Badan Pusat Statistik. 2014. Statistik Indonesia. Badan Pusat
Statistik, Jakarta.
Budidarsono, S., S.A. Kuncoro, and T.P. Tomich. 2000. A
Profitability assessment of robusta coffee system in Sumberjaya
watershed, Lampung, Sumatra, Indonesia. Southeast Asia Policy
Research Working Paper No 16. ICRAF SEA, Bogor.
Budidarsono, S. dan K. Wijaya. 2004. Praktek konservasi dalam
budidaya kopi robusta dan keuntungan petani. World Agroforestry
Centre - ICRAF SE Asia, Bogor. hlm. 107-117
206