Plts Dan PLTMH

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 33

PEMBANGKIT NON KONVENTIONAL

PLTS DAN PLTMH

Oleh :

ARIF MARZUKI KAU

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2016

KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Saya Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga saya dapat menyusun
makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang PLTS DAN
PLTMH.
Namun saya menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak
lain berkat bantuan, dorongan oleh teman-teman sehingga kendala-kendala yang
saya hadapi bias teratasi dengan baik. Olehnya itu, saya mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal
dari Tuhan Yang Maha Esa.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat
kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

DAFTAR ISI

PEMBANGKIT NON KONVENTIONAL....................................................................1


KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
BAB I.................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
1.1 Latar belakang.......................................................................................................4
1.2 Perumusan Masalah...............................................................................................5
1.3 Tujuan Makalah.....................................................................................................5
1.4 Manfaat makalah...................................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................6
PLTS (pembangkit listrik tenaga surya)........................................................................6
2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Surya........................................................................6
2.2 Komponen Pembangkit Listrik Tenaga Surya.....................................................7
2.3 Perencanaan Kebutuhan Sistem PLTS...............................................................10
2.4 Prinsip Kerja Sitem PLTS...................................................................................12
2.5 Menghitung Kebutuhan PLTS............................................................................13
2.6 Pembagian Sistem PLTS......................................................................................14
2.7 Kelebihan dan Kekurangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya.......................15
BAB III...........................................................................................................................17
PLTMH (pembangkit listrik tenaga mikrohidro)........................................................17
3.1 Pengertian Pemangkit Listrik Tenaga Mikrohidro............................................17
3.2 Prinsip kerja PLT Mikrohidro............................................................................18
3.3 Perhitungan Teknis..............................................................................................20
3.4 Perhitungan Ekonomis.........................................................................................20
3.5 Perancangan sistem PLT Mikrohidro.................................................................21
3.6 Komponen-Komponen PLT Mikro Hidro..........................................................22
3.6 Kelebihan dan Kelemahan PLTMikrohidro.......................................................25
3.7 Keuntunga PLTMH..............................................................................................26
3.8 Keterbatasan PLTMH..........................................................................................27
3.9 Persyaratan Fisik Dan Langkah Langkah Dalam Membangun PLTMH........28
BAB IV............................................................................................................................31
4.1 KESIMPULAN.........................................................................................................31
4.2 SARAN......................................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................32

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kondisi bumi kita kian lama kian mengenaskan karena tercemarnya
lingkungan dari efek rumah kaca (greenhouse effect) yang menyebabkan
global warming, hujan asam, rusaknya lapisan ozon hingga hilangnya hutan
tropis. Semua jenis polusi itu rata-rata akibat dari penggunaan bahan bakar
fosil seperti minyak bumi, uranium, plutonium, batu bara dan lainnya yang
tiada hentinya. Padahal kita tahu bahwa bahan bakar dari fosil tidak dapat
diperbaharui, tidak seperti bahan bakar non-fosil.
Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) akan lebih diminati
karena dapat digunakan untuk keperluan apa saja dan di mana saja : bangunan
besar, pabrik, perumahan, dan lainnya. Selain persediaannya tanpa batas,
tenaga surya nyaris tanpa dampak buruk terhadap lingkungan dibandingkan
bahan bakar lainnya.Di negara-negara industri maju seperti Jepang, Amerika
Serikat, dan beberapa negara di Eropa dengan bantuan subsidi dari pemerintah
telah diluncurkan program-program untuk memasyarakatkan listrik tenaga
surya ini. Untuk lebih mengetahui apa itu pembangkit listrik tenaga surya atau
kami singkat dengan PLTS maka dalam tulisan ini akan dijelaskan secara
singkat komponen-komponen yang membentuk PLTS, sistim kelistrikan
tenaga surya dan trend teknologi yang ada,
Sedangkan Indonesia memiliki topografi pegunungan yang tersebar
hampir di seluruh wilayah. Pada umumnya, pegunungan bertekstur terjal
dengan jumlah penduduk yang relatif sedikit. Kondisi ini menghambat
pembangunan infrastruktur oleh pemerintah atau swasta, karena biaya dan
perawatan tidak berimbang dengan hasil yang didapat. Oleh karena itu,listrik
masih menjadi sesuatu yang mahal bagi masyarakat pegunungan. Daerah
pegunungan memiliki energi listrik yang besar dalam bentuk air. Sebagian
daerah pegunungan terdapat sumber mata air yang mengalir melalui sungaisungai sepanjang tahun. Aliran sepanjang tahun dan mempunyai ketinggian
dapat dimanfaatkan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro.
Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) merupakan teknologi yang

handal dan ramah lingkungan. Peralatan yang digunakan relatif sederhana dan
mudah dicari. Lahan yang dibutuhkan tidak luas, sehingga tidak perlu
membuka hutan untuk membangun instalasinya. Pemasangan peralatan dapat
disesuaikan dengan kondisi alam yang ada dan desainnya dapat disesuaikan
dengan ketersediaan debit air.
Jadi,kedua pembangkit ini selain tidak mempengaruhi polusi lingkungan
juga bisa dimanfaatkan dengan sangat mudah meskipun listrik yang di
hasilkam tidak monoton dengan apa yang di inginkan.
1.2 Perumusan Masalah
1)
2)
3)
4)
5)

Mengetahui tentang Pembangkit Listrik Tenaga Surya


Mengetahui prinsip kerja dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya
Apa itu pembangkit listrik tenaga mikro hidro ( PLTMH) ?
Bagaimana teknologi mikro hidro?
Cara kerja mikro hidro

1.3 Tujuan Makalah


Dalam makalah ini saya membahas tentang PLTS DAN PLTMH mengenai
materii

yang

sudah

ada

pada

umumnya

meliputi,

Prinsip

kerja,Komponen,Kelebihan dan kekurangan serta pembagian sistem pada


kedua pembangkit ini.
1.4 Manfaat makalah
Manfaat Makalah ini adalah Memberikan pengetahuan tentang dari kedua
PLTS dan PLTMH yang insya allah bisa menambah wawasan para pembaca.

BAB II
PEMBAHASAN

PLTS (pembangkit listrik tenaga surya)


2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Surya
Sebagian besar kebutuhan listrik di catu melalui jaringan distribusi listrik
(PLN). Konsumen yang membutuhkan harus berada di dekat jaringan listrik
atau jika tidak, maka perlu dibuatkan sambungan tersendiri.
Pembangkit Listrik Tenaga Surya di peruntukkan bagi keperluan di bawah ini:
1. Mencatu Listrik Rumah Tangga bagi konsumen yang tinggal di wilayah
dimana jaringan listrik tidak tersedia: Pedesaan (terpencil), daerah
terisolasi, pulau-pulau terpencil dll.
2. Mencatu Listrik untuk peralatan yang ditempatkan di tempat-tempat
terpencil yang dapat bekerja secara otomatis tanpa operator: TV
Repeater, Relay Station dll.
3. Mencatu peralatan (baik di kota maupun di tempat terpencil) yang
memerlukan kualitas dan keandalan supply listrik yang tinggi, baik
berfungsi sebagai back up maupun sebagai tandem dari listrik jaringan
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), adalah pembangkit yang
memanfaatkan sinar matahari sebagai sumber penghasil listrik. Alat utama
untuk menangkap, perubah dan penghasil listrik adalah Photovoltaic yang
disebut secara umum Modul / Panel Solar Cell. Dengan alat tersebut sinar
matahari dirubah menjadi listrik melalui proses aliran-aliran elektron negatif
dan positif didalam cell modul tersebut karena perbedaan elektron. Hasil dari
aliran elektron-elektron akan menjadi listrik DC yang dapat langsung
dimanfatkan untuk mengisi battery / aki sesuai tegangan dan ampere yang
diperlukan.
Pembangkit listrik tenaga surya itu konsepnya sederhana. Yaitu mengubah
cahaya matahari menjadi energi listrik. Cahaya matahari merupakan salah satu
bentuk enrgi dari sumber daya alam. Sumber daya alam matahari ini sudah
banyak digunakan untuk memasok daya listrik di satelit komunikasi melalui sel

surya. Sel surya ini dapat menghasilkan energi listrik dalam jumlah yang tidak
terbatas langsung diambil dari matahari, tanpa ada bagian yang berputar dan
tidak memerlukan bahan bakar. Sehingga sistem sel surya sering dikatakan
bersih dan ramah lingkungan. Badingkan dengan sebuah generator listrik, ada
bagian yang berputar dan memerlukan bahan bakar untuk dapat menghasilkan
listrik. Suaranya

bising. Selain itu gas buang yang dihasilkan dapat

menimbulkan efek gas rumah kaca (green house gas) yang pengaruhnya dapat
merusak ekosistem planet bumi kita.
2.2 Komponen Pembangkit Listrik Tenaga Surya
1

Panel Surya :
Berfungsi merubah cahaya matahari menjadi listrik. Bentuk moduler dari
panel surya
memberikan kemudahan pemenuhan kebutuhan pemenuhan listrik untuk
berbagai
skala kebutuhan.

Gambar 1. Panel surya


komponen utama panel surya adalah modul yang merupakan unit rakitan
beberapa
sel surya fotovoltaik. Untuk membuat modul fotovoltaik secara pabrikasi
bisa

menggunakan teknologi kristal dan thin film. Modul fotovoltaik kristal


dapat dibuat dengan teknologi yang relatif sederhana, sedangkan untuk
membuat sel fotovoltaik diperlukan teknologi tinggi. Modul fotovoltaik
tersusun dari beberapa sel fotovoltaik yang dihubungkan secara seri dan
paralel. Biaya yang dikeluarkan untuk membuat modul sel surya yaitu
sebesar 60ari biaya total. Jadi, jika modul sel surya itu bias diproduksi di
dalam negeri berarti akan bisa menghemat biaya pembangunan PLTS.
Untuk itulah, modul pembuatan sel surya di Indonesia tahap pertama adalah
membuat bingkai (frame), kemudian membuat laminasi dengan sel-sel yang
masih diimpor. Jika permintaan pasar banyak maka pembuatan sel
dilakukan di dalam negeri. Hal ini karena teknologi pembuatan sel surya
dengan bahan silikon single dan poly cristal secara teoritis sudah dikuasai.
Dalam bidang fotovoltaik yang digunakan pada PLTS, Indonesia ternyata
telah melewati tahapan penelitian dan pengembangan dan sekarang menuju
tahapan pelaksanaan dan instalasi untuk elektrifikasi untuk pedesaan.
Teknologi ini cukup canggih dan keuntungannya adalah harganya
murah,bersih, mudah dipasang dan dioperasikan dan mudah dirawat.
Sedangkan kendala utama yang dihadapi dalam pengembangan energi surya
fotovoltaik adalah investasi awal yang besar dan harga per kWh listrik yang
dibangkitkan relatif tinggi, karena memerlukan subsistem yang terdiri atas
baterai, unit pengatur dan inverter sesuai dengan kebutuhannya.
2. Controller regulator
Controller regulator adalah alat elektronik pada system Pembangkit Listrik
Tenaga Surya (PLTS). Berfungsi mengatur lalu lintas listrik dari modul
surya ke battery/accu (apabila battery/accu sdh penuh maka listrik dari
modul surya tidak akan dimasukkan ke battery/accu dan sebaliknya), dan
dari battery/accu ke beban (apabila listrik dalam battery/accu tinggal 2030%, maka listrik ke beban otomatis dimatikan.

Gambar 2. Controller regulator


3. Battrey ACCU Berfungsi menyimpan arus listrik yang dihasilkan oleh Panel
Surya (Solar Panel) sebelum dimanfaatkan untuk menggerakkan beban. Beban
dapat berupa lampu penerangan atau peralatan elektronik dan peralatan lainnya
yang membutuhkan listrik

Gambar 3. Battrey ACCU


4. InverterAC
Berfungsi merubah arus DC dari battrey ACCU 12volt menjadi arus AC
bertegangan 220v,arus yang di hasilkan oleh INVERTER sangatlah setabil,
sehingga sudah tidak memerlukan alat setabilizer lagi,serta aman dan
berprotexion
tinggi. Sangat flexible dalam penempatan Design Pembangkit Listrik
Tenaga
Matahari Yang Praktis dan Flexible

Gambar 4. InverterAC

2.3 Perencanaan Kebutuhan Sistem PLTS


Sistem PLTS terdiri dari beberapa blok meliputi: panel surya, solar charge
controller,baterai, dan inverter. Dibawah ini menunjukkan digram blok
keseluruhan sistem.

(a)
(b)
(d)
Panel SuryaSolar Charge Controller inverter

Beban

(c)
Baterai

Gambar 5. Blok Diagram Sistem PLTS


Berdasarkan gambar diatas, dapat dijelaskan fungsi masing-masing
blok diagram sebagai berikut: (a) panel Surya adalah komponen PLTS yang
fungsinya merubah cahaya matahari menjadi energi listrik, (b) solar charge
controller adalah komponen PLTS yang fungsinya mengatur pengisian arus ke
baterai dan mengatur arus yang diambil dari baterai ke beban, (c) baterai
adalah komponen PLTS yang fungsinya sebagai penyimpan tenaga listrik arus

searah (DC) dari tenaga surya sebelum dimanfaatkan untuk beban, dan (d)
inverter adalah komponen PLTS yang fungsinya mengkonversikan tegangan
searah (DC) menjadi tegangan bolak balik (AC).
Pembangkit listrik tenaga surya sangat tergantung kepada sinar
matahari, maka diperlukan perencanaan yang baik. Perencanaan kebutuhan
PLTS yst dihitung dari sisi listrik yang dihasilkan panel surya atau dari sisi
listrik yang akan dipakai oleh beban. Perencanaan dari sisi panel surya akan
menghasilkan listrik yang penggunaannya pada sisi beban harus menyesuaikan
listrik yang dihasilkan panel surya, sedangkan perencanaan dari sisi beban
penyesuaian terjadi pada panel surya maksudnnya panel surya harus mampu
menghasilkan listrik sesuai dengan beban yang terpasang.
Perencanaan dari sisi beban langkah awalnya adalah menentukan jumlah daya
yang dibutuhkan dalam pemakaian sehari-hari (wattjam). Karena dengan
menghitung besarnya daya yang dibutuhkan, pihak perencana dapat
mempersiapkan PLTS yang ideal sesuai dengan kebutuhan beban. Setelah
mendapat seluruh kebutuhan daya listrik, selanjutnya perhitungan terhadap
jumlah panel surya.
Kemudian adalah menentukan berapa banyak baterai yang digunakan. Untuk
mengetahui berapa daya yang mampu disimpan. Untuk mengetahui berapa
banyak baterai yang digunakan, harus ditentukan berapa daya yang dibutuhkan
dalam pemakaian sehari-hari dan berapa lama PLTS ini digunakan untuk
mensuplai beban tanpa penyinaran matahari. Dengan begitu dapat ditentukan
berapa besar kapasitas dan banyaknya baterai yang dibutuhkan oleh PLTS.
Berikutnya pemilihan Solar Charge Controller (SCC).
Beban pada sistem PLTS mengambil energi dari baterai melalui SCC. Jadi
tegangan kerja SCC harus sama dengan tegangan pada baterai dan SCC harus
dapat dilalui arus maksimal sesuai dengan beban maksimal yang terpasang.
Selanjutnya pemilihan inverter. Spesifikasi inverter harus sesuai dengan SCC
yang digunakan. Berdasarkan tegangan ystem dan perhitungan SCC, maka
tegangan masuk (input) dari inverter 12 VDC. Tegangan keluaran dari inverter

yang tersambung ke beban adalah 220 VAC. Arus yang mengalir melewati
inverter juga harus sesuai dengan arus yang melalui SCC.
Perencanaan dari sisi panel surya langkah awalnya adalah menentukan
kapasitas panel surya yang akan dipasang, selanjutnya adalah menentukan
beban yang akan dipasang sesuai dengan kapasitas panel surya yang terpasang,
kemudian adalah menentukan berapa banyak baterai yang digunakan. Untuk
mengetahui berapa daya yang mampu disimpan. Untuk mengetahui berapa
banyak baterai yang digunakan, harus ditentukan berapa daya yang dibutuhkan
dalam pemakaian sehari-hari dan berapa lama PLTS ini digunakan untuk
mensuplai beban tanpa penyinaran matahari. Dengan begitu dapat ditentukan
berapa besar kapasitas dan banyaknya baterai yang dibutuhkan oleh PLTS.
Berikutnya pemilihan Solar Charge Controller (SCC). Beban pada sistem
PLTS mengambil energi dari baterai melalui SCC. Jadi tegangan kerja SCC
harus sama dengan tegangan pada baterai dan SCC harus dapat dilalui arus
maksimal sesuai dengan beban maksimal yang terpasang. Selanjutnya
pemilihan inverter. Spesifikasi inverter harus sesuai dengan SCC yang
digunakan. Berdasarkan tegangan ystem dan perhitungan SCC, maka tegangan
masuk (input) dari inverter 12 VDC. Tegangan keluaran dari inverter yang
tersambung ke beban adalah 220 VAC. Arus yang mengalir melewati inverter
juga harus sesuai dengan arus yang melalui SCC.
2.4 Prinsip Kerja Sitem PLTS
Menurut Anya P. Damastuti, dalam cahaya matahari terkandung ystem
dalam bentuk foton. Pada siang hari modul surya menerima cahaya matahari
yang kemudian diubah menjadi listrik melalui proses fotovoltaik. Ketika foton
ini mengenai permukaan sel surya, ysteme-elektronnya akan tereksitasi dan
menimbulkan aliran listrik. Prinsip ini di kenal sebagai prinsip photoelectric.
Sel surya dapat tereksitasi karena terbuat dari material semikonduktor; yang
mengandung ystem ystem. Silikon ini terdiri atas dua jenis lapisan sensi tif:
lapisan ysteme (tipe-n) dan lapisan positif (ti pe-p) Listrik yang dihasilkan oleh
modul dapat langsung disalurkan ke beban ataupun disimpan dalam baterai
sebelum digunakan ke beban: lampu, radio, dll. Pada malam hari, dimana

modul surya tidak menghasilkan listrik, beban sepenuhnya dicatu oleh battery.
Demikian pula apabila hari mendung, dimana modul surya menghasilkan listrik
lebih rendah dibandingkan pada saat matahari benderang.
Secara skematis sistem PLTS digambarkan sebagai berikut :

Gambar 6. Skema Sistem


PLTS

2.5 Menghitung Kebutuhan PLTS


Sebagian besar orang selalu menanyakan kapasitas PLTS dengan ukuran
listrik PLN, seperti 450W, 900 W dan seterusnya. Kapasitas terpasang tersebut
dalam PLTS sering disebut sebagai Wp (Watt Peak)
kapasitas

dari

modul

surya

pada

saat

yang

matahari

menunjukkan

dalam

kondisi

terik/puncak. Kapasitas modul surya yang tersedia sangat banyak: 10 Wp, 30


Wp, 40 Wp, 50 Wp, 65 Wp, 70 Wp, 80 Wp, 100 Wp, 125 Wp, 150 Wp, dan
160 Wp.
Untuk menghitung berapa PLTS yang dibutuhkan, dapat diikuti
tahapan sebagai berikut:
a

Modul surya akan menghasilkan listrik sesuai dengan tingkat radiasi matahari

yang diterimanya. Tingkat radiasi ini berbeda dari satu tempat ke lainnya,
dipengaruhi oleh letak lokasi dari khatulistiwa (latitude), ketinggian dari
permukaan laut (altitude), awan, tingkat polusi, kelembaban, dan suhu.
Namun demikian untuk memudahkan, di Indonesia dapat dipakai patokan
1 modul surya kapasitas 50Wp dapat menghasilkan listrik sebesar 150 Wh
(Watt hour atau Watt Jam) per hari.
b. Untuk

menghitung

berapa

listrik

yang akan diperlukan

untuk

mengoperasikan peralatan elektronik (Wh), kalikan Watt (AC ataupun


DC) peralatan dengan lamanya (Jam) peralatan tersebut akan dipakai
setiap hari (kumulatif). Misal, jika 1 buah lampu 10 watt, ingin
dinyalakan dalam satu hari kumulatif selama 15 jam, maka akan
dibutuhkan listrik sebanyak 10 Watt x 1 buah x 15 Jam = 150 Wh (Watt
Jam-Watt Hour). Masukkan peralatan lainnya dalam tabel berikut:
Jenis

Wat Jumlah

Peralatan

1.

Lampu10

Menyala

per hari

Wh

(Watt

Jam)

15

Teras Lampu6
2.

59

Kamar
3.

0
3

Radio/Tape

JUMLAH
dst
c

Peralatan

Jam

15

0
.
2

Maka akan dibutuhkan PLTS sebesar: 270 Wh 150 Wh = 1.8 buah,


dibulatkan menjadi 2 buah PLTS dengan modul surya @ 50 Wp.

2.6 Pembagian Sistem PLTS


Pembagian sistem PLTS Secara garis besar sistem kelistrikan tenaga surya
dapat dibagi menjadi :

a) Sistem Terintegrasi
Sistem ini dapat diterangkan secara visual, listrik yang
dihasilkan oleh arraydirubah menjadi listrik AC melalui power

conditioner, lalu dialirkan ke AC load.

AC load disini dapat berupa

listrik yang diperlukan di perumahan atau kantor. Yang menjadi ciri


utama dari sistem ini adalah dihubungkannya AC load ke jaringan
distribusi listrik yang dimiliki oleh perusahaan listrik. Jadi apabila
listrik yang dihasilkan oleh solar panel cukup banyak -melebihi yang
dibutuhkan oleh AC load maka listrik tersebut dapat dialirkan ke
jaringan distribusi yang ada. Sebaliknya apabila listrik yang
dihasilkan solar panel sedikit kurang dari kebutuhan ac load maka
kekurangan itu dapat diambil dari listrik yang dihasilkan perusahaan
listrik. Hal ini di banyak negara-negara industri maju secara peraturan
telah memungkinkan.
b) Sistem Independensi
Selain sistem terintegrasi yang diterangkan diatas terdapat
pula sistem independensi yang merupakan sistem yang selama ini
banyak dipakai. Contoh dari sistem yang dihubungkan dengan dc load
adalah pembangkit listrik untuk peralatan komunikasi. Misalnya
peralatan komunikasi yang dipasang dipegunungan. Sedangkan yang
dihubungakan dengan AC load adalah system pembangkit listrik
untuk

pulau-pulau

yang

terpencil.Dalam

sistem

ini,

battery

memainkan peranan yang sangat vital. Bila ada kelebihan listrik yang
dihasilkan, misalnya pada siang hari, listrik ini disimpan di battery.
Dan pada malam hari listrik yang disimpan ini dialirkan ke load.
2.7 Kelebihan dan Kekurangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya
a

Kelebihan Energi Surya


Tersedia bebas dan dapat diperoleh secara gratis di alam.
Persediaan energi surya hampir tak terbatas, yang bersumber dari
matahari (surya).
Tanpa polusi dan emisi gas rumah kaca sehingga dapat mengurangi
pemanasan global.
Dapat dibangun di daerah terpencil karena tidak memerlukan transmisi
energi maupun transportasi sumber energi.

b Kekurangan Energi Surya


Secara umum membutuhkan investasi awal yang besar (mahal).
Untuk mencapai efisiensi rata-rata yang tinggi, pada umumnya tipe sel
surya memerlukan permukaan areal yang luas. Oleh karenanya anda
seringkali menjumpai panel-panel fotovoltaik berbentuk persegi empat
yang menyerupai lembaran papan kayu lapis.
Efisiensi sel surya sangat dipengaruhi oleh polusi udara dan kondisi
cuaca.
Sel surya hanya mampu membangkitkan energi sepanjang siang hari
saja.
Pembuatan sel surya masih mahal.Karena berbagai kekurangan
tersebut, kemampuan sel surya dalam menghasilkantenaga listrik belum
dapat mencapai efisiensi tertinggi. Tambahan pula sel-sel surya tersebut
jika belum dapat diproduksi sendiri maka harus diadakan dengan cara
impor. Maka pemanfaatannya menjadi lebih mahal dibandingkan
dengan pemanfaatan energi fosil (minyak, gas dan batubara). Saat ini
biaya energi surya diperkirakan mencapai dua kali lipat biaya energi
fosil.

BAB III
PLTMH (pembangkit listrik tenaga mikrohidro)
3.1 Pengertian Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro
Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) adalah pembangkit
listrik berskala kecil (kurang dari 100 kW), yang memanfaatkan tenaga
(aliran) air sebagai sumber penghasil energi. PLTMH termasuk sumber energi
terbarukan dan layak disebut clean energy karena ramah lingkungan. Dari
segi teknologi, PLTMH dipilih karena konstruksinya sederhana, mudah
dioperasikan, serta mudah dalam perawatan dan penyediaan suku cadang.
Secara ekonomi, biaya operasi dan perawatannya relatif murah, sedangkan
biaya investasinya cukup bersaing dengan pembangkit listrik lainnya. Secara
sosial, PLTMH mudah diterima masyarakat luas (bandingkan misalnya
dengan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir). PLTMH biasanya dibuat dalam
skala desa di daerah-daerah terpencil yang belum mendapatkan listrik dari
PLN. Tenaga air yang digunakan dapat berupa aliran air pada sistem irigasi,
sungai y ang dibendung atau air terjun. Kondisi air yang bisa dimanfaatkan
sebagai sumber daya (resources) penghasil listrik adalah memiliki kapasitas
aliran dan ketinggian tertentu dan instalasi. Semakin besar kapasitas aliran
maupun ketinggiannya dari istalasi maka semakin besar energi yang bisa
dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik.
Seperti dikatakan di atas, Mikrohidro hanyalah sebuah istilah. Mikro
artinya kecil sedangkan hidro artinya air. Dalam prakteknya, istilah ini tidak
merupakan sesuatu yang baku namun bisa dibayangkan bahwa Mikrohidro
pasti mengunakan air sebagai sumber energinya. Yang membedakan antara
istilah Mikrohidro dengan Minihidro adalah output daya yang dihasilkan.
Mikrohidro menghasilkan daya lebih rendah dari 100 kW, sedangkan untuk
minihidro daya keluarannya berkisar antara 100 sampai 5000 kW. Lebih dari
5000 kW dapat dikatakan sebagai PLTA.

3.2 Prinsip kerja PLT Mikrohidro


PLT Mikrohidro pada prinsipnya memanfaatkan beda ketinggian dan
jumlah debit air perdetik yang ada pada aliran air saluran irigasi, sungai atau
air terjun. Aliran air ini akan memutar poros turbin sehingga menghasilkan
energi mekanik. Energi ini selanjutnya menggerakkan generator dan
menghasilkan

listrik.

Pembangunan

PLTMH

perlu

diawali

dengan

pembangunan bendungan untuk mengatur aliran air yang akan dimanfaatkan


sebagai tenaga penggerak PLTMH. Bendungan ini dapat berupa bendungan
beton atau bendungan beronjong. Bendungan perlu dilengkapi dengan pintu
air dan saringan sampah untuk mencegah masuknya kotoran atau endapan
lumpur. Bendungan sebaiknya dibangun pada dasar sungai yang stabil dan
aman terhadap banjir.
Di dekat bendungan dibangun bangunan pengambilan (intake).
Kemudian dilanjutkan dengan pembuatan saluran penghantar yang berfungsi
mengalirkan air dari intake. Saluran ini dilengkapi dengan saluran pelimpah
pada setiap jarak tertentu untuk mengeluarkan air yang berlebih. Saluran ini
dapat berupa saluran terbuka atau tertutup. Di ujung saluran pelimpah
dibangun kolam pengendap. Kolam ini berfungsi untuk mengendapkan pasir
dan menyaring kotoran sehingga air yang masuk ke turbin relatif bersih.
Saluran ini dibuat dengan memperdalam dan memperlebar saluran penghantar
dan menambahnya dengan saluran penguras. Kolam penenang (forebay) juga
dibangun untuk menenangkan aliran air yang akan masuk ke turbin dan
mengarahkannya masuk ke pipa pesat (penstok). Saluran ini dibuat dengan
konstruksi beton dan berjarak sedekat mungkin ke rumah turbin untuk
menghemat pipa pesat.
Pipa pesat berfungsi mengalirkan air sebelum masuk ke turbin. Dalam
pipa ini, energi potensial air di kolam penenang diubah menjadi energi kinetik
yang akan memutar roda turbin. Biasanya terbuat dari pipa baja yang dirol,
lalu dilas. Untuk sambungan antar pipa digunakan flens. Pipa ini harus
didukung oleh pondasi yang mampumenahan beban statis dan dinamisnya.

Pondasi dan dudukan ini diusahakan selurus mungkin, karena itu perlu
dirancang sesuai dengan kondisi tanah.
Turbin, generator dan sistem kontrol masing-masing diletakkan dalam
sebuah rumah yang terpisah. Pondasi turbin-generator juga harus dipisahkan
dari pondasi rumahnya. Tujuannya adalah untuk menghindari masalah akibat
getaran. Rumah turbin harus dirancang sedemikian agar memudahkan
perawatan dan pemeriksaan.
Setelah keluar dari pipa pesat, air akan memasuki turbin pada bagian
inlet. Di dalamnya terdapat guided vane untuk mengatur pembukaan dan
penutupan turbin serta mengatur jumlah air yang masuk ke runner/blade
(komponen utama turbin). Runner terbuat dari baja dengan kekuatan tarik
tinggi yang dilas pada dua buah piringan sejajar. Aliran air akan memutar
runner dan menghasilkan energi kinetik yang akan memutar poros turbin.
Energi yang timbul akibat putaran poros kemudian ditransmisikan ke
generator. Seluruh sistem ini harus balance. Turbin perlu dilengkapi casing
yang berfungsi mengarahkan air kerunner. Pada bagian bawah casing terdapat
pengunci turbin. Bantalan (bearing) terdapat pada sebelah kiri dan kanan
poros dan berfungsi untuk menyangga poros agar dapat berputar dengan
lancar.
Daya poros dari turbin ini harus ditransmisikan ke generator agar dapat
diubah menjadi energi listrik. Generator yang dapat digunakan pada
mikrohidro adalah generator sinkron dan generator induksi. Sistem transmisi
daya ini dapat berupa sistem transmisi langsung (daya poros langsung
dihubungkan dengan poros generator dengan bantuan kopling), atau sistem
transmisi daya tidak langsung, yaitu menggunakan sabuk atau belt untuk
memindahkan daya antara dua poros sejajar. Keuntungan sistem transmisi
langsung adalah lebih kompak, mudah dirawat, dan efisiensinya lebih tinggi.
Tetapi sumbu poros harus benar-benar lurus dan putaran poros generator
harus sama dengan kecepatan putar poros turbin. Masalah ketidaklurusan
sumbu dapat diatasi dengan bantuan kopling fleksibel. Gearbox dapat
digunakan untuk mengoreksi rasio kecepatan putaran. Sistem transmisi tidak
langsung memungkinkan adanya variasi dalam penggunaan generator secara

lebih luas karena kecepatan putar poros generator tidak perlu sama dengan
kecepatan putar poros turbin. Jenis sabuk yang biasa digunakan untuk
PLTMH skala besar adalah jenis flat belt, sedang V-belt digunakan untuk
skala di bawah 20 kW. Komponen pendukung yang diperlukan pada sistem
ini adalah pulley, bantalan dan kopling. Listrik yang dihasilkan oleh generator
dapat langsung ditransmisikan lewat kabel pada tiang-tiang listrik menuju
rumah konsumen.
3.3 Perhitungan Teknis
Potensi daya mikrohidro dapat dihitung dengan persamaan:
daya (P) = 9.8 x Q x Hn x h
dengan: P
Q

= Daya (kW)
= debit aliran (m3/s)

Hn = Head net (m)


9,8 = konstanta grav itasi
h

= efisiensi keseluruhan.

Misalnya, diketahui data di suatu lokasi adalah sebagai berikut: Q = 300 m 3/s,
Hn = 12 m dan h = 0,5. Maka, besarnya potensi daya (P) adalah:
P

= 9,8 x Q x Hn x h
= 9,8 x 300 x 12 x 0,5
= 17640 W
= 17,64 kW

3.4 Perhitungan Ekonomis


Pembangunan PLT Mikrohidro memerlukan investasi yang relatif besar.
Nilai investasi per kW terpasangnya - menurut perhitungan Yayasan Mandiri berkisar antara Rp. 4 juta sampai Rp. 8 juta. Adapun, biay a (harga) listrik per
kWH-nya dihitung berdasarkan biaya awal (initial cost) dan biaya operasional
(operational cost). Komponen biaya awal terdiri dari: biaya bangunan sipil,
biaya fasilitas elektrik dan mekanik serta biaya sistem pendukung lain.
Komponen biaya operasional yaitu: biaya perawatan, biaya penggantian suku
cadang, biaya tenaga kerja (operator) serta biaya lain yang digunakan selama
pemakaian.

Contoh perhitungan harga listrik per kWh dari PLT Mikrohidro adalah
sebagai berikut. Misalkan, untuk membangun suatu PLTMH dengan kapasitas
terpasang 1 kW, dibutuhkan biaya awal Rp 4 juta. Umur pakai mikrohidro
yang dirancang adalah 10 tahun dengan biaya operasional Rp. 1 Jut/tahun.
Sehingga total biayanya menjadi Rp. 10 Juta. Maka, biaya rata-rata (Rp) per
hari adalah:
Rp/hari =

=
.

biaya awal+biaya operasional


umur pakai(tahun) x jumlah hari/tahun
Rp 4 juta+ Rp10 juta
10 tahun x 365 hari/tahun

= Rp 3836/ hari
Biaya (harga) per kWh ditentukan oleh biaya rata-rata per hari dan
besarnya energi listrik yang dihasilkan per hari (kWh/hari). Energi per hari ini
ditentukan oleh besarnya daya terpasang serta faktor daya. Faktor daya adalah
jumlah waktu (jam) efektif di mana PLT Mikrohidro menghasilkan energi
listrik dalam satu hari (satuannya: jam/hari). Nilai faktor daya dipengaruhi
oleh karakteristik (fluktuasi) aliran air di mana PLTM dibangun.
Jika diasumsikan faktor daya besarnya 12, maka harga energi listrik per
kWh2 adalah:
Harga/kWh

Biaya/hari
Energi listrik yang dihasilkan (kWh /hari)

Biaya/hari
Daya terpasang(kW ) x faktor daya

Rp3836 /hari
1 kW x 12( jam/hari)

= Rp 320/kWh

3.5 Perancangan sistem PLT Mikrohidro


Tahap pertama perancangan PLT Mikrohidro adalah studi awal. Studi
ini diawali dengan survey lapangan untuk memperoleh data primer mengenai
debit aliran dan head (beda ketinggian). Debit aliran dapat diukur dengan

metode konduktivitas atau metode Weir. Berdasarkan data tersebut dapat


dihitung perkiraan potensi daya awal. Data lapangan sebaiknya diambil
beberapa kali pada musim yang berbeda untuk memperoleh gambaran yang
tepat mengenai potensi daya dari aliran air tersebut.
Selain itu, perlu dicari data pendukung, yaitu: kondisi air (keasaman,
kekeruhan, serta kandungan pasir atau lumpur), keadaan dan kestabilan tanah
di lokasi bangunan sipil, serta ketersediaan bahan, transportasi dan tenaga
trampil (operator). Setelah survey lapangan, tahap perancangan selanjutnya
adalah pemilihan lokasi dan penentuan dimensi utama, pembuatan analisis
keunggulan dan kelemahan setiap alternatif pilihan, pembuatan sketsa elemen
utama, penentuan tipe serta kapasitas turbin dan generator yang akan
digunakan, penentuan sistem kontrol sistem (manual/otomatis), perancangan
jaringan transmisi dan distribusi serta perancangan sistem penyambungan ke
rumah-rumah.
Sebelum membangun PLT Mikrohidro di suatu tempat perlu diketahui
dahulu rencana PLN untuk daerah yang bersangkutan, kebutuhan listriknya,
rencana penggunaan daya listrik dan faktor bebannya, studi kelayakan
ekonomi serta kesiapan lembaga pengelola. Setelah semua studi yang
diperlukan siap dan layak, dilakukan proses disain yang lebih lebih rinci,
yaitu: pembuatan detail gambar teknik, penentuan spesif ikasi teknis secara
jelas, penyusunan jadwal kegiatan, penghitungan biaya setiap komponen serta
penyiapan pengurus yang akan mengelola PLTMH. Jika seluruh disain ini
telah siap maka pembangunan PLT Mikrohidro dapat dimulai.
3.6 Komponen-Komponen PLT Mikro Hidro

Gambar 2. Komponen-komponen Besar dari sebuah Skema Mikro Hidro

Diversion Weir dan Intake (Dam/Bendungan Pengalih dan Intake)


Dam pengalih berfungsi untuk mengalihkan air melalui sebuah pembuka di
bagian sisi sungai (Intake pembuka) ke dalam sebuah bak pengendap
(Settling Basin).

Settling Basin (Bak Pengendap)


Bak pengendap digunakan untuk memindahkan partikel-partikel pasir dari air.
Fungsi dari bak pengendap adalah sangat penting untuk melindungi
komponen-komponen berikutnya dari dampak pasir.

Headrace (Saluran Pembawa)Saluran pembawa mengikuti kontur dari sisi


bukit untuk menjaga elevasi dari air yang disalurkan.

Headtank (Bak Penenang)


Fungsi dari bak penenang adalah untuk mengatur perbedaan keluaran air
antara sebuah penstock dan headrace, dan untuk pemisahan akhir kotoran
dalam air seperti pasir, kayu-kayuan.

Penstock (Pipa Pesat)


Penstock dihubungkan pada sebuah elevasi yang lebih rendah ke sebuah roda
air, dikenal sebagai sebuah Turbin.

Turbin dan Generator


Perputaran gagang dari roda dapat digunakan untuk memutar sebuah alat
mekanikal (seperti sebuah penggilingan biji, pemeras minyak, mesin bubut
kayu dan sebagainya), atau untuk mengoperasikan sebuah generator listrik.
Mesin-mesin atau alat-alat, dimana diberi tenaga oleh skema hidro, disebut
dengan Beban (Load), dalam Gambar 2. bebannya adalah sebuah
penggergajian kayu.

Tentu saja ada banyak variasi pada penyusunan disain ini. Sebagai
sebuah contoh, air dimasukkan secara langsung ke turbin dari sebuah saluran
tanpa sebuah penstock seperti yang terlihat pada penggergajian kayu di
Gambar 2. Tipe ini adalah metode paling sederhana untuk mendapatkan
tenaga air, tetapi belakangan ini tidak digunakan untuk pembangkit listrik
karena efisiensinya rendah. Kemungkinan lain adalah bahwa saluran dapat

dihilangkan dan sebuah penstock dapat langsung ke turbin dari bak


pengendap pertama. Variasi seperti ini akan tergantung pada karakteristik
khusus dari lokasi dan skema keperluan-keperluan dari pengguna.
3.6 Kelebihan dan Kelemahan PLTMikrohidro
Setiap pembangkit pasti akan mengalami kelebihan dan kelemahan
pada umumnya, pada observasi lapangan telah didapat beberapa kelebihan
dan kelemahan pada kincir air tersebut. Kelebihan dari PLTMH bahwa
terutama pada rangkaian yang sederhana akan dapat menghasilkan energi
listrik yang dapat dinikmati sebagai fasilitas kebutuhan sehari-hari dengan
biaya yang tidak terlalu mahal, apalagi jika 1 rangkaian digunakan oleh 5
rumah atau lebih akan sangat terjangkau. Selain perawatannnya mudah juga
tidak perlu mengeluarkan biaya banyak untuk melakukan perawatan tersebut,
hanya perlu pelumasan pada gear jika sudah kasar suaranya dan pengecekan
lainnya.
Kelemahannya yaitu pembangkit jenis ini dipengaruhi oleh tidak
adanya penyimpan arus sehingga pada siang hari tidak diaktifkan. Selain itu
dengan daya input sebesar 5000 watt hanya akan menghasilkan daya sebesar
3000 watt saja karena adanya beban putaran pada transmisi, generator dan
pendistribusian, kerusakan biasanya pada gear dan rantai karena aus dan
memuai.
Pada generator keluaran 3000 watt bisanya menggunakan magnet
buatan jadi konsumsi listrik harus konstan, apabila pemakaiannya kecil maka
daya generator ringan dan perputaran generator akan bertambah besar
sehingga generator akan terbakar karena menggunakan magnet buatan,
sebaliknya jika pemakaiannya lebih besar maka perputaran generator akan
melambat dan lampu-lampu akan meredup. Generator jenis ini digunakan
oleh 9 rumah.
Pada generator keluaran 500 watt digunakan oleh 2 rumah dan
menggunakan magnet tetap, konsumsi listrik juga harus konstan, karena jika
konsumsi listrik lebih sedikit maka generator akan berputar lebih cepat dan
tidak akan terjadi kebakaran karena menggunakan megnet tetap tetapi bola

lampu yang ada akan menyala sangat terang dan akhirnya akan putus atau
meledak karena kelebihan daya.
3.7 Keuntunga PLTMH
Bagi kebanyakan pihak, PLTMH masih dianggap sesuatu yang jauh
dari kata "untung". PLTMH hanya berbicara dalam ruang lingkup lokal dan
tak ada yang berbicara dengan kepentingan lain. Namun penulis mempunyai
pemikiran lain, PLTMH merupakan salah satupembangkit listrik yang cukup
unik karena meskipun dalam skala kecil tetapi memiliki banyakkelebihan,
yakni :
1) Energi yang tersedia tidak akan habis selagi siklus dapat kita jaga dengan
baik,sepertidaerah tangkapan atau catchment area, vegetasi sungai
dansebagainya.
2) Proses yang dilakukan mudah dan murah, harga turbin, generator, panel
kontrol, hingga pembangunan sipilnya kira-kira Rp 5 juta per KW
(kondisional).
3) Tidak menimbulkan polutan yang berbahaya.
4) Dapat diproduksi di Indonesia, sehingga jika terjadi kerusakan tidak akan
sulit untuk mendapatkan sparepart-nya.
5) Jika menerapkan mikrohidro sebagai pembangkit listrik secara tidak
langsung

kita

ditutuntut untuk mengelola dan menata lingkungan agar tetap seimbang,


sehingga sudah barang tentu tidak akan menimbulkan kerusakan
lingkungan seperti banjir, tanah longsor atau erosi. Dan pada gilirannya
ekosistem sungai atau daerah tangkapan akan tetap terjaga, dengan cara ini
pula pemanasan global dapat lebih teredam.
6) Mengurangitingkat konsumsi energi fosil, langkah ini akan berperan dalam
mengendalikan laju harga minyak di pasar internasional. Dengan kata lain,
jika akan membangun PLTMH dengan daya 100 KW (100.000 Watt)
dibutuhkan biaya Rp.500 juta. Biaya tersebut relatif murah dibandingkan
dengan

menggunakan

(BBM).Keuntungan

sumber

lain

yang

listrik

dari

didapat

berbahan

dengan

bakar

fosil

mengembangkan

PLTMH,salah satunya adalah karena teknologi PLTMH andal dan kokoh


hingga mampu beroperasi lebih dari 15 tahun.

3.8 Keterbatasan PLTMH


Dengan peralatan- peralatan yangdisebut diatas, pengoperasian PLTMH
dapatdilakukan. Namun PLTMH tetap memilikiketerbatasan yang disebabkan
oleh.
1) A i r, Besarnya listrik yang dihasilkan PLTMH tergantung pada tinggi
jatuh air dan jumlah air.Pada musim kemarau kemampuan PLTMH akan
menurun karena jumlah air biasanya Berkurang.
2) Ukuran Generator, Ukuran Generator tidak menunjukkan kemampuan
produksi listriknya karena semuanya tergantung pada jumlah air dan
ketinggian jatuh air sehingga ukuran generator bukan penentu utama
kapasitas PLTMH.
3) Jumlah Pelanggan,Jika pelanggan melebihi kemampuan PLTMH, maka
kualitas
listrik akan menurun. Jika pelanggan sudah berlebih, maka penggunaan
listrik harus diatur. Aturan umum adalah 1 pelanggan paling sedikit
mengkonsumsi 50 Watt listrik (3 buah lampu neon/ 3 buahlampu bohlam
10-15 Watt).
4) Jarak,Semakin dekat jarak Pelanggan ke Pembangkit, maka kualitas listrik
juga lebih baik.Semakin jauh jarak pelanggan, maka listrik yang hilang
juga

semakin

banyak. Jarakpelanggan terjauh yang dianjurkan adalah antara 1-2 km.


dari
PLTMH.
5) Penggunaan Listrik Oleh Pelanggan,Jika pelanggan menggunakan listrik
secara berlebih, maka kualitas listrik menurun danmembahayakan
peralatan.Satu pelanggan melanggar, maka yang rugi adalah seluruh
pelanggan.
3.9 Persyaratan Fisik Dan Langkah Langkah Dalam Membangun PLTMH
Persyaratan fisik diperlukan dalam membangun PLTMH,antara lain:
1) Ketersediaan aliran air yang konstan atau tetap dalam ukuran debit tertentu.
Ukuran debit air akan menentukan besarnya energi yang mampu dihasilkan.
Setiap ukuran turbin membutuhkan debit air tertentu.

2) Adanya turbin untuk memutar kumparan dinamo listrik. Ada berbagai macam
jenis turbin yang sekarang dikembangkan oleh beberapa lembaga di Indonesia
guna menyesuaikan dengan kebutuhan dan potensi alam yang beragam.
3) Dinamo, untuk mengubah energi yang dihasilkan oleh putaran turbin menjadi
listrik.
4) Jaringan listrik dari rumah turbin ke pengguna.
Langkah-langkah membangun PLTMH:
1) Masyarakat berunding untuk membuat kesepakatan dan rencanabersama.
2) Mengajak ahli untuk melakukan survey lapangan tentang potensi aliran air
untuk PLTMH, termasuk mengukur debit dan ketinggian air (sering disebut
head).
3) Menilai dampak lingkungan yang akan diakibatkan oleh pembangunan
PLTMH.
4) Menghitung kebutuhan listrik masyarakat yang akan memanfaatkan. Hal ini
penting dilakukan karena kapasitas PLTMH tak terlalu besar, sehingga perlu
perhitungan yang cermat untuk menghindari konflik masyarakat.
5) Menghitung
biaya
yang
diperlukan
(pembelian
seperangkat
turbin,pembangunan sipil, jaringan, dan sebagainya).
6) Berunding untuk memikirkan dari mana biaya akan didapat, apakah swadaya,
bantuan, atau semi-swadaya.
Setelah pembangunan fisik PLTMH, maka pengelolaan dan perawatan
merupakan hal yang sangat penting. Perangkat PLTMH (turbin, dinamo) dan
bangunan fisik pendukungnya (bendungan, saluran air,bak penampung, jaringan
listrik dan rumah turbin) memerlukan perawatan. Di samping maanfaatnya yang
besar, listrik juga berbahaya sehingga perlu kehati-hatian menggunakannya. Perlu
dipertimbangkan bagaimana cara merawatnya dan jika ada kerusakan,mekanisme
mendapatkan biaya perawatan, siapa yang bertanggung jawab, dan sebagainya.Di
Sungai Pelaik, misalnya, masyarakat sepakat untuk iuran masing-masing pintu
(rumah) sebesar Rp. 10.000 setiap bulannya. Disepakati pula dua orang sebagai
operator. Intinya membangun PLTMH bukan pekerjaansulit, namun pengelolaan
dan perawatan ke depannya merupakan tantangan bagi masyarakat.
Perancangan sistem PLT Mikrohidro. Tahap pertama perancangan PLT
Mikrohidro

adalah studi awal. Studi ini diawali dengan survey lapangan untukmemperoleh
data primer mengenai debit aliran dan head (beda ketinggian). Debit aliran
dapat diukur dengan metode konduktivitas atau metode Weir. Berdasarkan data
tersebut dapat dihitung perkiraan potensi daya awal.Data lapangan sebaikny a
diambil beberapa kali padamusim y ang berbeda untuk memperoleh gambaran
yang
tepat mengenai potensi day a dari aliran air tersebut.Selain itu, perlu dicari
data pendukung, y aitu: kondisi air (keasaman, kekeruhan, serta kandungan pasir
atau lumpur), keadaan dan kestabilan tanah di lokasi bangunan sipil, serta
ketersediaan bahan, transportasi dan tenaga trampil (operator). Setelah surv ey
lapangan, tahap perancangan selanjutnya adalah pemilihan lokasi dan penentuan
dimensi utama, pembuatan analisis keunggulan dan kelemahan setiap alternatif
pilihan, pembuatan sketsa elemen utama, penentuan tipe serta kapasitas turbin
dan generator y ang akan digunakan, penentuan sistem kontrol sistem
(manual/otomatis),

perancangan

jaringan

transmisi

dan

distribusi

serta

perancangan sistem penyambungan ke rumah-rumah. Sebelum membangun PLT


Mikrohidro di suatu tempat perlu diketahui dahulu rencana PLN untuk daerah y
ang bersangkutan, kebutuhan listriknya, rencana penggunaan daya listrik dan
faktor bebannya, studi kelayakan ekonomi serta kesiapan lembaga pengelola.
Setelah semua studi yang diperlukan siap dan layak, dilakukan proses disain
yang lebih lebih rinci, yaitu: pembuatan detail gambar teknik, penentuan spesif
ikasi teknis secara jelas, penyusunan jadwal kegiatan, penghitungan biay a
setiap komponen serta penyiapan pengurus yang akanmengelola PLTMH. Jika
seluruh disain ini telah siap maka pembangunan PLTMikrohidro dapat dimulai.
1) Faktor

daya

adalah

jumlah

waktu

(jam)

efektif

di

mana

PLTMikrohidro menghasilkan energi listrik dalam satu hari(satuannya:


jam/hari). Nilai faktor daya dipengaruhi olehkarakteristik (fluktuasi) aliran air
di mana PLTM dibangun.
2) Bandingkan
dengan

harga

listrik

PLN

(skala

rumah

tangga)yang berlaku saat ini, yaitu: Rp 96.5/kWh sampai Rp147.0/kWh untuk


rumah tangga skala menengah.

BAB IV
4.1 KESIMPULAN
PLTS :
Pembangkit listrik tenaga surya itu konsepnya sederhana. Yaitu
mengubahcahaya matahari menjadi energi listrik. Cahaya matahari merupakan
salah satu bentuk energi dari sumber daya alam. Sumber daya alam matahari ini
sudah banyak digunakan untuk memasok daya listrik di satelit komunikasi melalui
sel surya. Sel surya ini dapat menghasilkan energi listrik dalam jumlah yang tidak
terbatas langsung diambil dari matahari, tanpa ada bagian yang berputar dan tidak
memerlukan bahan bakar. Sehingga sistem sel surya sering dikatakan bersih dan
ramah lingkungan.
PLTMH :
Penggunaan PLTMH sangat efektif dan efisien khususnya di daerah
pegunungan yang belum terjangkau oleh PLN. Karena selain dapat menikmati
listrik juga konsumsi biaya yang dikeluarkan juga terjangkau. Proses kerja dari
PLTMH pada intinya apabila arus air dari waduk dialirkan maka akan mengenai
turbin kemudian turbin akan bergerak. Setelah turbin berputar maka secara
otomatis puli akan berputar sehingga generator pun ikut berputar. Didalam
generator akan di ubah energi kinetik menjadi energi listrik yang kemudian
disalurkan ke rumah-rumah. Dan belum ditemukannya alat penyimpan arus pada
PLTMH agar lebih efektif semoga pada generasi yang akan datang dapat
ditemukan yang lebih sempurna dari yang pernah ada dan bisa dinikmati bagi
wilayah pegunungan .
4.2 SARAN
Sebaiknya kita sebagai warga masyarakat Indonesia mulai peduli dan juga
berpartisipasi untuk memakai serta mengembangkan kedua teknologi ini. Jika,
teknologi ini berhasil berjalan dan berkembang pesat, dapat di bayangkan berapa
jumlah polusi yang berkurang. Serta juga dapat mengurangi Global Warming serta
dampak yang di timbulknya. Dan kemungkinan dari segi perekonomian daerah

akan meningkat, sarana dan prasarana dapat berjalan lancar. Sehingga nantinya
akan menghasilkan SDM yang berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA
http://punyahamdy.blogspot.com/2010/01/pemanfaatan-pembangkitlistrik-

tenaga.html

http://levinhalim308.wordpress.com/artikel-keprofesian-2/
http://blogodril.com/energi/energi-surya-keuntungan-kerugian-danpotensi-nya-di-indonesia- 6
http://rhazio.wordpress.com/2007/09/12/pembangkit-listrik-tenaga-surya/
http://levinhalim308.wordpress.com/artikel-keprofesian-2/
http://www.litbang.esdm.go.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=79:mikrohidro&catid=80:ketenaga
listrikan-dan-ebtke&Itemid=93. Diakses pada tanggal 1 Januari 2014
pukul 08:50.
http://dunia-listrik.blogspot.com/2008/09/panduan-pembangunanpembangkit-listrik.html. Diakses pada tanggal 1 Januari 2014 pukul 08:54.
http://ebookbrowsee.net/makalah-tentang-tenaga-listrik-tenagamikrohidro-pdf-d380970459. Diakses pada tanggal 1 Januari 2014 pukul
18:52.
www.telimek.lipi.go.id/xdata/docs/ELDA09.pdf. Diakses pada tanggal 1
Januari 2014 pukul 18:57.
http://www.omkris.com/2012/03/pembangkit-listrik-tenagamikro.html#.UsQCwtIW1Bk. Diakses pada tanggal 1 Januari 2014 pukul
19:02.
www.elsppat.or.id/download/file/w8_a6.pdf. Diakses pada tanggal 1
Januari 2014 pukul 19:08.
http://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:http://aulya260202.blogspot.com/2013/03/pembangkit-listriktenaga-mikrohidro.html. Diakses pada tanggal 1 Januari 2014 pukul 19:04.
http://shalahuddin-hasan.blogspot.com/2010/11/pembangkit-listrik-microhydro-mini.html

Anda mungkin juga menyukai