Analisap Pelaksanaan Place Marketing-Karyadi
Analisap Pelaksanaan Place Marketing-Karyadi
Analisap Pelaksanaan Place Marketing-Karyadi
SKRIPSI
KARYADI
0606098230
UNIVERSITAS INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar
Sarjana Ilmu Administrasi
KARYADI
0606098230
Nama
: Karyadi
NPM
: 0606098230
Tanda Tangan
Tanggal
: 9 Januari 2012
HALAMAN PENGESAHAN
:
:
:
:
Karyadi
0606098230
Ilmu Administrasi Niaga
Analisis Pelaksanaan Place Marketing Kota
Depok (Studi Kasus: Upaya Kota Depok Menarik
Kunjungan Wisatawan)
DEWAN PENGUJI
Ketua Sidang
Pembimbing
Penguji Ahli
Sekretaris Sidang
Ditetapkan di
Tanggal
: Depok
: 9 Januari 2012
KATA PENGANTAR
Segala puji serta syukur Peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT karena
atas berkat dan karunia-Nya sehingga Peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul Analisis Pelaksanaan Place Marketing Kota Depok (Studi Kasus:
Upaya Kota Depok Menarik Kunjungan Wisatawan). Adapun tujuan dari
penelitian skripsi ini adalah guna memperoleh gelar Sarjana di Departemen Ilmu
Administrasi jurusan Ilmu Administrasi Niaga Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Indonesia.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan
dan masih jauh untuk dapat dikatakan sempurna. Oleh karena itu, peneliti
mengharapkan dan dengan senang hati menerima kritik dan saran yang
membangun. Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi
pihak-pihak yang memerlukan.
Penelitian Skripsi ini tidak dapat terselesaikan tanpa adanya dukungan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini Peneliti secara tulus dan
ikhlas ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Bambang Shergi Laksmono, M.Sc, selaku Dekan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik.
2. Prof. Dr. Irfan Ridwan Maksum, M.Si, selaku Ketua Program Sarjana
Reguler Departemen Ilmu Administrasi FISIP UI.
3. Umanto Eko P. S.Sos, M.Si, selaku Sekretaris Program Sarjana Reguler
Departemen Ilmu Administrasi FISIP UI.
4. Ixora Lundia, S.Sos, M.S, selaku Ketua Program Studi Administrasi Niaga
Prog. Sarjana Reguler & Paralel FISIP UI yang telah banyak memberikan
informasi dan bimbingan selama masa perkuliahan.
5. Dr. Effy Zalfiana Rusfian, M.Si selaku pembimbing skripsi yang selalu
sabar memberikan waktunya yang berharga untuk mengarahkan peneliti
dan menyumbangkan banyak informasi kepada peneliti dalam penyusunan
skripsi ini.
6. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar FISIP UI, khususnya Departemen Ilmu
Administrasi yang telah memberikan ilmunya kepada Peneliti selama
Peneliti menjalani masa perkuliahan selama empat tahun lebih.
7. Informan dalam penelitian ini yang telah sangat membantu dalam
memberikan informasi dan data terkait antara lain Ibu Ani, Ibu Nita,
Bapak Sukadi, Bapak Pramajuditya, Saudara Rifa Rizky Simfoni, dan
Bapak Abdurrahman.
8. Ayahanda Daskar dan Ibunda Wastini selaku orang tua peneliti, yang
tanpa henti memberikan kasih sayang, doa, dan segala pengorbanannya
kepada peneliti selama ini. Adik-adikku (Minar, Nina, Yuni, Memey)
terima kasih atas segala dukungannya, semoga kalian bisa lebih baik dari
Aa. Mang Wan yang selalu siap membantu kapanpun dibutuhkan.
9. Sahabat-sahabat Pisang 36 Dendi, Izal, Veri, Cakris, dan Bachtiar terima
kasih atas bangunan persahabatan ini, dukungan serta besarnya bantuan
dalam menyelesaikan skripsi ini. Arip dan Wawan yang tetap semangat
menjalankan Gluck Indonesia selama ditingggal peneliti.
10. Teman-teman Pemasaran Niaga 2006 khususnya Eryadi, Nasrul, Gambo
yang memberikan dukungan moral dan bahan keperluan skripsi bagi
peneliti sehingga sangat membantu untuk proses penyelesaian skripsi ini.
11. Teman-teman jurusan Ilmu Adminitrasi Niaga 2006 lainnya yang tidak
bisa disebutkan satu persatu, terimakasih atas kenangan indah dan
kebersamaan kalian selama empat tahun lebih.
12. Akhirnya, tidak lupa kepada seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan
satu persatu yang sudah memberikan bantuan baik materiil maupun moril,
langsung maupun tidak langsung kepada peneliti sampai akhir penyusunan
skripsi ini.
Peneliti
: Karyadi
NPM
: 0606098230
Program Studi
Departemen
: Ilmu Administrasi
Fakultas
Jenis karya
: Skripsi
ini
Universitas
Indonesia
berhak
menyimpan,
: Depok
Pada tanggal
: 9 Januari 2012
Yang menyatakan
(Karyadi)
ABSTRAK
Nama
Karyadi
Program Studi :
Judul
Place marketing merupakan salah satu cara untuk meningkatkan nilai dari suatu
lokasi atau tempat, baik itu gedung, pulau, kota atau bahkan negara. Kota depok
yang terletak di perbatasan Jawa Barat dan DKI Jakarta merupakan tempat yang
strategis untuk dapat menarik kunjungan orang-orang di sekitarnya. Penelitian
tentang analisis pelaksanaan place marketing Kota Depok (studi kasus: upaya
Kota Depok menarik kunjungan wisatawan) bertujuan untuk mengetahui
bagaimana pelaksanaan bauran-bauran place marketing oleh Kota Depok untuk
bisa menarik kunjungan wisatawan ke Kota Depok. Penelitian ini juga bertujuan
untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi Kota Depok dalam menarik
kunjungan wisatawan. Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis,
pendekatan kualitatif dan bersifat deskriptif. Metode pengumpulan data yang
digunakan adalah wawancara mendalam, observasi partisipatif, dan studi
kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kota Depok belum
sepenuhnya melaksanakan place marketing dalam rangka menarik kunjungan
wisatawan.
Kata kunci:
Place Marketing, wisatawan
ABSTRACT
Name
Karyadi
Study Program:
Business Administration
Title
Place marketing is one of the best concept to apply in order to increase the value
of one location, whether it is a building, an island, a city, or even a nation. Depok
city located within the border of West Java and DKI Jakarta. Thus made it
strategic place to gather the interest of people surround it. Tourist or the people
who purposively go to a place to get some pleasure has been known widely as a
tool to increase city revenue. In addition of that, the purpose of this research is to
address the application of place marketing mixes in order to attract tourist for
coming to Depok city and the obstacles surround it. Constructivist paradigm was
used in this research with qualitative approach. All data was collected by using
deeply interview, participative observation, and literature study. The result of this
research showed that Depok city government has not yet entirely apply place
marketing concept on their planning to attract tourist visitation.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
ABSTRAK
ABSTRACT
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
i
ii
iii
v
vi
vii
viii
x
xi
1. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
I.2 Perumusan Masalah
I.3 Tujuan Penelitian
I.4 Signifikansi Penelitian
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
I.5 Sistematika Penelitian
1
8
10
10
11
12
2. KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Tinjauan Pustaka
2.2 Kerangka Pemikiran
2.2.1 Place Marketing
2.2.1.1 Pengertian Place Marketing
2.2.1.2 Planning Group
2.2.1.3 Marketing Factors
2.2.1.4 Menarik Target Market (Wisatawan)
14
21
21
21
25
34
40
3. METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
3.2 Jenis Penelitian
3.5 Strategi Penelitian
3.2 Jenis Penelitian
3.2.1 Jenis Penelitian Berdasarkan Tujuan
3.2.2 Jenis Penelitian Berdasarkan Manfaat
3.2.3 Jenis Penelitian Berdasarkan Dimensi Waktu
3.3 Strategi Penelitian
53
54
58
54
54
54
55
55
56
57
58
58
59
4. PEMBAHASAN
4.1 Analisis Data Pelaksanaan Place Marketing Kota Depok Untuk
Menarik Kunjungan Wisatawan
4.1.1 Planning Group
4.1.1.1 Mendefinisikan Dan Mendiagnosis Kondisi Daerah
4.1.1.2 Membangun Visi Daerah
4.1.1.3 Pembentukan Rencana Aksi Jangka Panjang
4.1.2 Marketing Factors
4.1.2.1 Merencanakan Tata Ruang Kota (urban design)
4.1.2.2 Peningkatan Prasarana Daerah (Infrastruktur)
4.1.2.3 Penyediaan Layanan Dasar
4.1.2.4 Penciptaan Dan Pengadaan Atraksi Daerah
4.1.3 Menarik Kunjungan Wisatawan
4.1.3.1 Segmentasi, Targeting, dan Positioning Pasar Wisatawan
4.1.3.2 Merancang Place Image
4.1.3.3Mendistribusikan Place Image dan Pesan kepada Wisatawan
4.2 Interpretasi Data Pelaksanaan Place Marketing Kota Depok
Dalam Rangka Menarik Kunjungan Wisatawan
4.2.1 Planning Group
4.2.2 Marketing Factors
4.2.3 Menarik Kunjungan Wisatawan
4.2 Hambatan-Hambatan Pelaksanaan Place Marketing Kota
Depok Dalam Rangka Menarik Kunjungan Wisatawan
4.4 Triangulasi
138
139
142
143
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN
60
62
62
72
75
80
80
84
87
89
95
95
97
97
104
105
117
130
DAFTAR GAMBAR
5
6
15
25
33
150
DAFTAR TABEL
17
19
31
41
122
123
125
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Perbincangan mengenai peningkatan keunggulan daya saing daerah
semakin
menguat
seiring
dengan
berkembangan
paradigma
mengenai
menetap di daerah perbatasan yang dikenal sebagai daerah Wild West. Sejalan
dengan Amerika Serikat, negara lain juga turut mendorong perkembangan Place
marketing. Inggris dan Francis sejak tahun 1900 secara intensif mengiklankan
resort di pantai untuk menarik kedatangan para turis.(E.g Arnold & Kuusisto
2000; Gold & Ward 1994, dalam Rainisto, 2003: 11). Pada saat ini, pemasaran
daerah menjadi fitur yang menonjol dari strategi pembangunan ekonomi dan
pembangunan daerah.
Saat ini telah terbentuk kesepahaman diantara para ahli pemasaran tentang
pentingnya pemasaran untuk daerah, bahwa daerah tentu saja harus dipasarkan
secara efisien seperti sebuah perusahaan memasarkan produk dan jasa mereka
(Kotler et al, 2002a). Saat ini menjadi momentum yang sangat tepat bagi daerah
untuk mulai memasarkan diri dan mendapatkan keuntungan dari para pemasar
yang memiliki kemampuan pemasaran luar biasa dalam sektor privat (Rainisto,
2003:10).
Menurut Kotler & Gertner (2002:253) pemasaran daerah tersebut
digunakan untuk beberapa tujuan, seperti untuk membangun citra positif bagi
daerah dan menarik perusahaan, wisatawan, lembaga, kegiatan dan lain-lain. Saat
ini daerah perlu untuk menarik wisatawan, pabrik, perusahaan dan orang-orang
berbakat, serta mencari pasar untuk ekspor, dan ini mengharuskan daerah
mengadopsi alat manajemen pemasaran strategis serta melakukan branding secara
sadar.
Daerah dapat dilihat dalam banyak aspek sebagai bisnis layaknya sebuah
perusahaan swasta. Daerah juga dapat menerapkan konsep pemasaran strategis
(Kotler et al 1999, Ashworth & Voogd 1990, Rainisto 2003). Daerah harus
dipasarkan seperti produk dan jasa di perusahaan swasta, dan dengan cara canggih
yang sama. Alat pemasaran dapat ditransfer ke pemasaran daerah. Argumen lain
adalah bahwa daerah-daerah sebagai lokasi geografis juga dapat bermerek (Kotler
et al. 1999, 2002; 1998 Keller: 19; Hankinson 2001; Trueman et al. 2001, Kotler
& Gertner 2002).
Provinsi Gorontalo juga melakukan hal serupa dengan membangun citra sebagai
kota Jagung. Untuk menguatkan citra tersebut, kedua pemerintah daerah tersebut
selalu berusaha untuk melekatkan diri dengan ikon yang ditetapkan. Misalnya
ketika Fadel Muhammad menjabat sebagai Gubernur Gorontalo, dalam berbagai
kesempatan seperti seminar, wawancara dengan media dan diskusi pembangunan
daerah beliau selalu mengangkat jagung sebagai topik pembicaraan.
Place marketing diangkat karena mengingat merupakan sebuah konsep
yang terbilang muda dalam dunia pemasaran. Jika menilik evolusi pemasaran,
konsep ini baru mulai banyak diperbincangkan di era 1990-an. Philip Kotler
dianggap sebagai orang pertama yang menurunkan konsep ini secara gamblang
dan sistematis. Selain dari sisi perkembangan konsep, peneliti melihat bahwa
kajian maupun penelitian di bidang place marketing terbilang belum banyak,
khususnya di Indonesia. Berbeda dengan pemasaran produk dan jasa dalam
lingkup perusahaan yang sudah menjadi arus utama kuliah pemasaran, Place
marketing masih belum banyak mendapat tempat. MarkPlus&Co merupakan
lembaga pertama di Indonesia yang mencoba meramu strategi Place marketing
yang dapat digunakan oleh pimpinan daerah dan para marketer setelah peluncuran
UU Nomor 22 tahun 1999 mengenai Otonomi Daerah.
Pada konteks ini, peneliti akan meneliti place marketing yang dilakukan
oleh kota Depok. Letak geografis kota Depok yang cukup strategis. Kota Depok
berdekatan dengan kota Jakarta yang merupakan pusat perekonomian Indonesia.
Posisi ini memberikan keuntungan bagi Depok sebagai wilayah penyangga dan
pengembangan ekonomi baru. Penerapan strategi pemasaran daerah yang tepat
dapat membantu memaksimalkan peluang ini. Usia Kota Depok sebagai wilayah
hasil pemekaran masih terbilang muda. Depok baru secara resmi menjadi
Kotamadya Daerah Tk. II pada tanggal 27 April 1999 berdasarkan Undang
undang No. 15 tahun 1999. Artinya usia kota Depok baru menginjak usia 11
tahun. Sebagai sebuah pemerintahan yang masih terbilang muda, Kota Depok
masih berusaha mencari perencanaan strategi pemasaran daerah yang terbaik
untuk diterapkan. Walaupun terbilang sebagai pemerintahan tingkat II yang masih
muda, namun Depok menunjukkan diri sebagai daerah yang mampu berprestasi.
Salah satu prestasi terbaru adalah menjadi juara ketiga se-Indonesia dalam
kategori Daerah Berprestasi Kinerja Terbaik untuk Kota Hasil Pemekaran. Selain
itu, Kota Depok mengalami peningkatan PAD yang cukup signifikan. Tahun 2006
PAD Kota Depok hanya Rp 67 miliar namun pada tahun 2009 naik menjadi Rp
112 miliar. Hasil kerja keras ini menempatkan Kota Depok pada rangking tiga seJawa Barat. (Warta Kota, 27/4/2010).
Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi Kota Depok
mengalami pasang surut (fluktuatif) yang disebabkan oleh dampak eksternal.
Pernah mengalami pertumbuhan tertinggi, yaitu pada tahun 2007 mencapai 7,04
%, tetapi mengalami penurunan pada tahun 2008 menjadi 6,42 % dan menjadi
6,22 % pada tahun 2009 sebagai dampak dari krisis keuangan global. LPE 2010
menurut perhitungan BPS Kota Depok mengalami peningkatan menjadi sebesar
6,36%. Pertumbuhan ekonomi tahun 2010 membaik seiring dengan membaiknya
kondisi finansial global meskipun tetap perlu diantisipasi adanya kemungkinan
krisis baru.
Gambar 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kota Depok Tahun 2005-2009
atas dasar harga konstan tahun 2000
Sumber: RPJMD Kota Depok 2011-2016
sedangkan sektor tersier tumbuh sebesar 5,95 % dan primer hanya 3,99%.
Tingginya pertumbuhan sektor sekunder disebabkan oleh pertumbuhan yang
tinggi pada subsektor bangunan/konstruksi. Sedangkan pada sektor tersier,
pertumbuhan tertinggi ditemukan pada subsektor jasa-jasa.
Salah satu variabel penting dalam pembangunan daerah adalah
pertumbuhan ekonomi, yang lazim diukur dengan Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB). Secara umum PDRB Kota Depok terus mengalami kenaikan dari
Rp 7,5 Trilyun pada tahun 2005 menjadi Rp 14,06 Trilyun pada tahun 2009.
Perumusan Masalah
Praktik place marketing tidak terbatas pada pembuatan slogan, jargon
maupun penetapan sebuah ikon oleh pemerintah daerah. Lebih dari itu,
pemerintah daerah harus mulai menggeser pendekatannya dalam hal pengelolaan
dan pengembangan ekonomi daerah, dari pendekatan yang birokratis ke
pendekatan strategic-entrepreneurial (Kartajaya & Yuswohady, 2005: 10).
Pendekatan
strategis-entrepreneurial
lebih
bersifat
pragmatis.
Dikatakan
pragmatis karena selalu berorientasi pada hasil dan peka terhadap setiap peluang,
selalu focus pada pemenuhan kebutuhan dan ekspektasi konstituennya, dan tidak
kalah penting pendekatan ini responsif terhadap setiap perubahan yang terjadi
dalam lingkungan makro.
Pendekatan strategic-entrepreneurial ini menuntut dipenuhinya tiga
elemen penting, yaitu penetapan visi dan tujuan jangka panjang daerah, upaya
membangun budaya entrepreneurial kepada segenap SDM daerah, dan terkahir
perumusan strategi pemasaran daerah yang solid (Ibid, 2005: 10-13). Hal ini
ditegaskan Kotler et al (1993, 1999) yang melihat pemasaran daerah sebagai
sebuah upaya sistematis dalam rangka meningkatkan daya tarik dan keunggulan
daerah. Untuk mencapai itu semua diperlukan pelaksanaan berbagai tahapan
secara sistematis.
Kotler et al secara umum membagi tahapan pemasaran daerah kedalam
tiga lingkaran besar, yaitu proses perencanaan yang dilakukan oleh pihak-pihak
terkait seperti pemerintah daerah, kalangan dunia usaha, dan masyarakat
(planning group), pengembangan daya dukung daerah meliputi peningkatan
infrastruktur, pemenuhan layanan dasar, pembentukan karakteristik daerah serta
penciptaan daya tarik (marketing factors), terakhir menarik kehadiran pasar
sasaran (target markets) diantaranya adalah pasar wisatawan.
Langkah ini dimulai dari adanya audit dan proses perencanaan pasar
strategis. Selanjutnya menentukan bagaimana strategi yang akan digunakan dalam
pengembangan daerah. Setelah proses ini terpenuhi, pemerintah daerah
merancang citra yang ingin dibangun serta mengkomunikasikannya secara efektif
kepada pelanggan daerah yang telah ditetapkan. Pada titik akhir diikuti dengan
adanya evaluasi terhadap semua proses yang telah dilalui selama proses
perencanaan sampai dengan pelaksanaan.
Berdasarkan catatan di atas, place marketing Kota Depok tidaklah cukup
hanya dengan peresmian belimbing sebagai ikon secara formal. Lebih dari itu,
pemerintah daerah kota Depok dihadapkan pada kenyataan yang menuntut untuk
Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, tujuan yang ingin
Signifikansi Penelitian
1.4.1
Signifikansi Akademis
Secara akademis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
pemahaman yang lebih luas mengenai penerapan place marketing dalam konteks
peningkatan daya saing daerah khususnya dalam rangka menarik kunjungan
wisatawan. Penelitian ini merupakan penelitian pertama di lingkungan akademis
Ilmu Administrasi Niaga Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia
yang membahas mengenai pelaksanaan place marketing dalam rangka menarik
kunjungan wisatawan sehingga diharapkan penelitian ini dapat menjadi acuan
bagi penelitian-penelitian selanjutnya yang melengkapi penelitian ini. Selain itu,
hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan data tambahan
bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian dalam tema sejenis.
dalam
perancangan
strategi
serta
Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah penyajian hasil penelitian ini dan dalam rangka
PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan disampaikan pokok-pokok mengenai latar
belakang permasalahan, pokok permasalahan, pertanyaan penelitian,
tujuan dan signifikansi penelitian, dan sistematika penulisan. Bab ini
memberikan deskripsi mengenai permasalahan-permasalahan yang
ada pada objek dibandingkan dengan kondisi faktual objek penelitian
sebelum dilakukan analisis dan pembahasan secara komprehensif.
BAB 2
KERANGKA TEORI
Bab ini berisi tentang tinjauan pustaka yang sesuai dengan
penelitian, teori-teori yang mendukung serta berkaitan dengan
komunikasi pemasaran, place image dan place marketing.
BAB 3
METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan dijelaskan tentang metode penelitian seperti
pendekatan penelitian, strategi penelitian, metode pengumpulan data,
metode pemilihan informan, metode analisis data, kriteria keabsahan
data, triangulasi, dan keterbatasan penelitian.
BAB 4
PEMBAHASAN
Bab ini menganalisis data primer dari hasil pengumpulan data.
Selajutnya dilakukan interpretasi data yang akan membahas hasil
peneltian
dan
interpretasi
data
secara
deskriptif
mengenai
13
BAB 5
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Karyadi, FISIP UI, 2012
BAB 2
KERANGKA TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
Penelitian mengenai analisis place marketing Kota Depok ini bertujuan
untuk memperoleh pengetahuan mendalam mengenai proses penerapan place
marketing dan kendala yang dihadapinya. Sebagai bahan pembanding dan
pelengkap, Peneliti melalukan peninjauan terhadap penelitian yang telah
dilakukan yang berkaitan dengan place marketing. Penelitian pertama dilakukan
oleh Seppo K. Rainisto pada tahun 2003. Penelitian yang berjudul Success
Factors of Place Marketing: a Study of Place Marketing Practices in Northern
Europe and The United States ini bertujuan mengevaluasi faktor-faktor apa saja
yang dapat membuat place marketing menjadi sukses dan bagaimana faktor
kesuksesan ini dapat didayagunakan dalam pengembangan atau pembangunan
daerah (place development). Penelitian ini juga mencoba memaparkan perbedaan
praktis yang dilakukan antara bagaimana Amerika dan Eropa utara berbeda dalam
memasarkan daerahnya.
Dalam penelitian yang dilakukan Rainisto pada April 2002 sampai Maret
2003 di Helsinki, Stockholm, Copenhagen dan Chicago ini merupakan penelitian
kualitatif dengan metode analisis teori dan konsep dalam Place marketing yang
terdiri dari teori pemasaran (marketing theory), branding, pendekatan criteria
(assessment criteria), proses, pembangunan daerah, pembangunan ekonomi
daerah, dan organisasi non-profit. Hasilnya, disebutkan bahwa strategi marketing
yang lumrah diterapkan dalam perusahaan dapat dilakukan juga pada place
marketing. Dengan kata lain, Place marketing dapat diterapkan strategi branding
melalui strategi penciptaan dan pengomunikasian identitas tempat/daerah.
Seperti tujuan penelitiannya, kesimpulan utama dalam peneltian Rainisto
ini adalah tentang faktor kesuksesan dalam place marketing. Faktor-faktor
kesuksesan tersebut dibagi menjadi dua kategori yaitu self action factors dan
environmental challenge factors. Self action factors merupakan faktor-faktor
kesuksesan place marketing yang dapat sangat tergantung dari tim perencana atau
tim perancang place marketing itu sendiri, baik secara konseptual maupun
praktikal atau tindakan. Sedangkan environmental challenge factors merupakan
faktor-faktor kesuksesan place marketing yang sangat bergantung pada
lingkungan eksternalnya. Selft action factors ini terdiri dari faktor planning group,
vision and strategic analysis, place identity and place image, public-private
partnership, dan leadership. Sedangkan environmental challenge factors terdiri
dari faktor global marketplace, local development, political unity, dan process
coinciedences. Seluruh faktor kesuksesan place marketing ini dapat diringkas
dalam tabel dibawah ini.
Sumber: Sebastian Zenker, (2009). Whos Your Target? The Creative Class as a Target Group
For Place Branding.
program
tersebut
dalam
meningkatkan
jumlah
wisatawan
Japan, yaitu penggunaan teknologi tingkat tinggi, misalnya saja transportasi yang
canggih dan keberagaman teknologi yang terdapat di Akihabara Distrik.
Fakta menarik yang ditemukan dalam penelitian tersebut adalah bahwa
pentingnya keterlibatan masyarakat lokal/setempat untuk dapat menarik minat
kunjungan wisatawan ke daerah tersebut. Sebelum sosialisasi program dilakukan
kepada masyarakat internasional, maka perlu dilakukan sosialisasi kepada
masyarakat setempat untuk turut serta dalam program tersebut. Hal ini penting
untuk dilakukan, mengingat masih banyaknya masyarakat Jepang yang masih
memiliki phobia atau ketakutan akan kedatangan orang asing. Dengan kata lain,
keterlibatan dan kerjasama dari masyarakat setempat merupakan faktor kunci
untuk keberhasilan program yang dicanangkan oleh pemerintah Jepang tersebut.
Hasil akhir penelitian berhasil merumuskan empat masukan penting yang
dapat dimasukan ke dalam program peningkatan minat kunjungan wisatawan
asing ke Jepang, yaitu:
1. Jepang harus terus menerus menawarkan produk dan jasa yang baru dan
semakin beragam sebagai daya tarik untuk meningkatkan minat wisatawan
mancanegara.
2. Biaya kedatangan atau masuk ke Jepang mesti ditekan sebesar mungkin
sehingga wisatawan asing yang datang mampu untuk menikmati lebih
banyak produk dan jasa yang ditawarkan.
3. Lokasi-lokasi tertentu yang menjadi penarik minat wisatawan harus terus
dirawat dan dikembangkan.
4. Strategi pemasaran pada industri wisata harus disesuaikan dengan market
targeting dan positioning.
Judul
Penelitian
Pendekatan
Penelitian
Tujuan
Penelitian
Landasan
Teori yang
Digunakan
Hasil
Penelitian
Penelitian
Kedua
Penelitian Ketiga
Penelitian Ini
Whos your
target? The
creative class a
target group and
for place
branding
Marketing
Japans travel and
tourism industry
to international
tourists
Analisis
Place
Marketing
Kota
Depok (Studi Kasus:
Upaya Kota Depok
Menarik Kunjungan
Wisatawan)
Kualitatif
Kuantitatif
Kualitatif
Kualitatif
Evaluatif
Deskriptif
Evaluasi
Deskriptif
4 basic factors of
city evaluation.
Core Competence
Place Marketing
Philip Kotler
creative
class
lebih
tertarik
dengan kota atau
daerah
yang
menawarkan
keberagaman
(diversity)
dan
gaya
hidup
(urbanity)
empat
masukan
untuk peningkatan
program:
1.pengurangan
biaya masuk
2. pembaharuan
produk
3.
maintenance
lokasi atraktif
4.
penyesuaian
strategi pemasaran
dengan
positioning
dan
targeting
Place Marketing means designing a place to satisfy the needs of its target
markets. It succeeds when citizens and businesses are pleased with their
community, and the expectations of visitors and investors are met (Kotler
et al. 2002a: 183).
Penjelasan yang lebih rinci tentang pemasaran kota diberikan oleh van
den Berg et al. (1990: 3-4) yaitu: pemasaran daerah dapat dilihat sebagai:
1. salah satu macam eksploitasi produk perkotaan (wilayah) yang
berorientasi pasar oleh pihak pemerintah kota (atau penguasa wilayah)
(menurut Borchert & Buursink, 1987 dalam van den Berg dkk., 1990: 3).
2. adopsi (oleh perencana keruangan kota) masukan/kebutuhan pemakai:
penduduk, pengusaha, wisatawan, dan pengunjung lainnya; dan
3. seperangkat kegiatan yang bertujuan untuk mengoptimalkan penyediaan
fungsi kehidupan perkotaan, pekerjaan dan rekreasi oleh pihak pemerintah
kota, dan kebutuhan terhadap hal tersebut oleh penduduk, perusahaan,
wisatawan, dan sebagainya (Boerema & Sondervan, 1988 dalam van der
Berg, 1990: 4).
Untuk lebih memahami pengertian pemasaran kota, van den Berg et al
(1990: 4-5) menjelaskan bahwa paling tidak ada empat hal yang perlu
diperhatikan dalam pemasaran kota, yaitu:
1. Pemasaran kota merupakan bentuk khusus dari kegiatan pemasaran.
Bilamana pemasaran merupakan salah satu aspek dalam kegiatan
perusahaan, maka pemasaran kota juga merupakan salah satu aspek dalam
keseluruhan kebijakan pemerintah kota (bersama dengan, antara lain:
perencanaan kota).
2. Pemasaran kota, secara implisit, mencakup semua fungsi yang padanya
dapat diterapkan pendekatan kewirausahaan.
3. Pemerintahan kota mempunyai tiga dimensi filosofis, yaitu: sebagai
pemerintah (administration), sebagai pengendali (control), dan juga
sebagai perusahaan (berwirausaha).
4. Bedanya, bila perusahaan mengejar keuntungan (profit), maka pemerintah
kota memperjuangkan kepentingan masyarakatnya.
dari
asumsi
bahwa
dimasa
mendatang
daerah
menghadapi
cepat
beradaptasi
dan
bekerja
efektif
dalam
menghadapi
untuk membuat rencana dan aksi terintegrasi sesuai dengan tujuan dan sumber
daya daerah dalam menghadapi perubahan yang ada. Melalui proses perencanaan
strategis, suatu daerah memutuskan industri, jasa, dan pasar mana yang harus
ditingkatkam, dipelihara, maupun yang harus ditinggalkan.
Perencanaan pasar strategis untuk daerah jauh lebih sulit dibandingkan
dengan perusahaan individu atau lembaga swasta. Perusahaan biasanya memiliki
hirarki dan garis otoritas yang jelas, adanya neraca keuangan dan laporan laba
rugi yang baik sebagai ukuran perkembangan tahunan perusahaan serta kesatuan
tujuan yaitu mendapatkan keuntungan. Kondisi sebaliknya terjadi pada daerah
atau komunitas. Seringkali terjadi perebutan kekuasaan diantara kelompok yang
berkepentingan, penekanan terhadap agenda dan strategi pesaing politik serta
resiko yang dihadapi dengan adanya beragam kepentingan kelompok dan
pemilihan umum yang berjalan buruk. Ketika instistusi pemerintahan gagal untuk
merekonsiliasi konflik dan adanya kepimpinan kurang baik akan mendorong
daerah menjadi gagal atau stagnan.
Untuk lebih memahami pengertian proses pemasaran daerah mari
perhatikan pendapat dari Davenport dan Kotler.
A process is simply a set of activities designed to produce a specified
output for a particular customer or market. It has a beginning, an end, and
clearly identified inputs and outputs. A process is therefore a structure, for
how work is done (Davenport, 1994: 13). The Place Marketing process
consist of analyzing marketing opportunies, developing marketing
strategies, planning marketing programs, and managing the marketing
effort (Kotler, 1997: 90).
Ilustrasi di atas memberikan gambaran secara lebih jelas tentang
pengertian proses itu sendiri. Davenport memandang proses sebagai rancangan
aktivitas yang dilakukan untuk menghasilkan output yang spesifik yang ditujukan
kepada pelanggan atau pasar tertentu. Sedangkan proses pemasaran daerah
merupakan aktivitas yang meliputi langkah analisis pasar, pengembangan strategi
satu arah yang akan dituju. Visi merupakan fondasi bagi perumusan strategi, basis
bagi penetapan tujuan dan targer dari organisasi. Visi juga memberi pedoman
dalam merancang sistem dan struktur organisasi.
Visi merupakan gambaran tentang keadaan daerah yang diinginkan di
masa depan, misalnya lima, sepuluh atau dua puluh tahun lagi. Visi daerah
menjelaskan ingin menjadi apa suatu daerah. Visi merupakan jendela bagi para
pemasar daerah untuk melihat massa depan. Sebuah visi harus memberi gambaran
yang jelas tentang akan menjadi seperti apa suatu daerah. Gambaran ini sangat
krusial karena gambaran ini akan menjelaskan arah pengembangan daerah dan
akan menjadi pedoman bagi pihak-pihak yang terlibat dalam pemasaran daerah
untuk merealisasikan target-target yang telah ditetapkan.
Rumusan visi yang baik harus memenuhi beberapa kriteria sebagai
berikut:
1. Motivating & Inspiring
Sebuah Visi dirancang untuk menjadi arahan dalam meraih suatu tujuan di
masa depan yang sangat menantang. Untuk itu sebuah visi harus
mengandung unsur motivasi dan inspirasi yang menggerakan orang-orang
dalam sebuah organisasi untuk meraih visi tersebut.
2. Stretch
Rumusan visi tidak boleh berisi target pencapaian yang mudah diraih.
Kalau rata-rata suatu daerah dapat menarik 5 juta kunjungan wisatawan
selama lima tahun ke depan, namun daerah menetapkan target 5 juta
kunjungan artinya tidak mengandung unsur stretch dalam rumusan
visinya. Kalau secara normal daerah mampu mencapai 100%, maka dalam
perumusan visi seharusnya menetapkan target pencapaian di atas 100%,
misalnya 125% atau bahkan 200%.
3. Commitment, Enthusiasm, & Pride
Rumusan visi harus mampu merangsang antusiasme, komitmen, bahkan
kebanggaan bagi semua orang yang terlibat dalam pemasaran daerah.
Apabila semua pihak yang terlibat memiliki gambaran yang jelas tentang
adanya tujuan, arah, dan keadaan masa depan yang diinginkan dan dianut
memutuskan untuk berinvestasi lebih banyak dalam proses strategi dengan target
mencapai posisi expanders".
Formulasi strategi harus didasarkan pada analisis keunggulan komparatif
dari tempat dan mengidentifikasi sumber daya yang dibutuhkan untuk
mensukseskan pelaksanaan strategi tersebut. Untuk melakukan pemasaran
wilayah/kota, Kartajaya dkk. (2002: 178-181) menyarankan tiga langkah strategis,
yaitu: (1) menjadi tuan rumah yang baik bagi kelompok pasar targetnya, (2)
memperlakukan kelompok pasar target secara semestinya, dan (3) membangun
rumah (daerah/kota) yang nyaman bagi mereka. Untuk melakukan langkah
strategis ketiga tersebut (membangun daerah/kota), perlu tersedia wahana/ruang,
sarana, dan prasarana yang memadai bagi aktifitas kelompok pasar target tersebut.
Pemasaran wilayah ini melibatkan tiga pelaku utama secara kohesif, yaitu:
masyarakat, kalangan bisnis/usaha, dan Pemerintah. Kartajaya dkk. menambahkan
bahwa ketiga pelaku ini haruslah dapat terus menerus memperbaiki liveability,
investability, dan visitability daerahnya.
Menurut Kotler et al. (1993: 33-40), terdapat empat strategi umum untuk
mendorong daya tarik kota dalam rangka menarik pendatang/turis, pengusaha,
investor serta pasar ekspor ke wilayah tersebut.
1. Pemasaran citra (image marketing): keunikan dan kebaikan citra; dan
seringkali didukung dengan slogan, misal: SingaporeLion City,
JogjaNever Ending Asia.
2. Pemasaran atraksi/daya tarik (attraction marketing): antara lain:
atraksi/keindahan alam, bangunan dan tempat bersejarah, taman dan
lansekap, pusat konvensi dan pameran, dan mal pedestrian.
3. Pemasaran prasarana (infrastructure marketing): prasarana sebagai
pendukung daya tarik lingkungan kehidupan dan lingkungan bisnis,
antara lain meliputi: jalan raya, kereta api, bandara, serta jaringan
telekomunikasi dan teknologi informasi.
4. Pemasaran penduduk (people marketing): antara lain mencakup:
keramahan, pahlawan/orang terkenal, tenaga kompeten, kemampuan
Kategori
Contoh
1. Mayor and / or city manager
2. Business development department
3. Urban planning department
Local Actors
Public
actors
sector
4. Tourist bureau
5. Convention bureau
6. Public information bureau
7. Infrastructure managers (transpostation,
education, sanitation)
1. Individual citizens
2. Leading enterprise
3. Real estate developers and agents
4. Financial
institutions
(banks
and
insurance companies)
5. Electricity
and
gas
utilities,
telecommunications companies
6. Chamber of commerce and other local
Private
actors
sector
business organizations
7. Hospitality and retail industries (hotels,
restaurants, department stores, other
retailers, exhibition and conventions
centres)
8. Tour packages and travel agencies
9. Labour market organisations
10. Transport companies (Taxi, railway,
airline)
11. Architects
12. Media (newspaper, radio, TV)
1. Regional
Regional
Actors
economic
development
agencies
2. Local and state government
3. Regional tourist boards
1. Political head of government
National
2. Various ministries
Actors
International
Actors
interprise
with
placebound link
5. International chambers of commerce
Sumber: Kotler, P. & Rein, I. & Haider, D. Place Marketing: attracting investment, industry, and
tourism to cities, states, and nations. New York: The Free Press. (1993: 34)
Pada tahap akhir, para aktor yang terlibat dalam proses pemasaran daerah
melakukan evaluasi terhadap apa yang telah dilaksanakan. Membuat laporan
tahunan kepada masyarakat umum dan semua pihak yang berkepentingan adalah
alat dasar pada tahap ini. Pemasaran daerah harus berhasil dalam sisi strategi
maupun dalam pelaksanaannya. Gambar 2.3 menyajikan empat lingkungan dasar
di mana strategi dan pelaksanaan pemasaran daerah dapat berlangsung.
atraksi/daya-tarik
untuk
warganya
pengunjung/turis.
dan
untuk
kepadatan populasi, mengatur jalur lalu lintas, pengaturan tempat parkir dan
poluasi udara yang mungkin akan terjadi (Kotler et al, 1993:73-74).
b. Peningkatan Infrastruktur
Desain dan tata kota yang baik merupakan salah satu dari apa yang akan
kita tunjukkan sebagai daya saing sebuah daerah. Namun, terdapat salah satu
aspek yang tidak kalah penting, yaitu masalah infrastruktur. Kondisi infrastruktur
yang baik, seperti sarana transportasi yang nyaman dan tepat waktu, sarana listrik
dan air bersih yang memadai, dan sarana pendukung lainnya akan sangat
membantu proses pemasaran daerah yang ada. Lebih dari itu, masalah
infrastruktur ini pun sangat membutuhkan sistem managerial yang baik, dari
mulai perkiraan apa saja sarana infrastruktur yang dibutuhkan, efektifitas
penggunaan, hingga perawatan dari infrastruktur yang telah dibangun.
Permasalahan infrastruktur dalam rangka pemasaran daerah akan sangat
berkaitan dengan efisiensi kegiatan sosial ekonomi dan keterjagaan kondisi
lingkungan. Hongkong merupakan contoh nyata bagaimana pemerintah harus
benar-benar memperhatikan kondisi lingkungan di tengah aktivitas masyarakat
yang meningkat. Sebagai kota pelabuhan, kondisi infrastruktur pada saat itu tidak
dapat mengimbangi meningkatnya aktivitas yang ada. Hal ini membuat
pencemaran lingkungan di sekitar pelabuhan dan pantai. Contoh lain adalah kasus
untuk Kota Virginia. Sebagai sebuah kota yang berhasil menarik minat banyak
perusahaan otomotif, pada tahun 1987 Virginia berubah menjadi kota yang sangat
maju, namun kondisi infrastruktur seperti ruas jalan raya dan jalan tol yang belum
memadai ternyata membuat kota tersebut mengalami masalah kemacetan.
Terdapat empat hal yang dapat dilakukan oleh pemerintah dalam rangka
peningkatan kondisi infrastruktur yang dapat menciptakan suasana kondusif
antara aktivitas masyarakat dan kondisi lingkungan. Pertama, penggunaan sensor
melalui jaringan teknologi informasi untuk melihat dan mematau kondisi di jalan.
Penggunaan sensor ini umumnya telah digunakan di kota-kota besar untuk
mengendalikan kondisi kemacetan. Kedua, adanya pembatasan sarana parkir di
pusat kota. Tingginya aktivitas di pusat kota akan membuat pendatang, baik
wisatawan ataupun para penduduk di sekitar kota, datang dengan intensitas yang
tinggi. Hal ini akan membuat kemacetan apabila banyaknya penggunaan
disertai sistem kerja yang ditunjang dengan kemajuan teknologi akan sangat
membantu peningkatan layanan polisi demi kenyamanan di daerah.
Sama halnya dengan keamanan individu, keamanan terhadap properti pun
sangat dibutuhkan bagi seorang marketer daerah. Keamanan atas properti
mencakup sistem kerja pemadam kebakaran yang baik. Penyediaan sarana
pemadam kebaran dan keterampilan para petugas pemadam kebakaran harus
sangat diperhatikan oleh suatu daerah agar wisatawan atau investor akan merasa
aman melakukan kegiatan di daerah tersebut.
Layanan terakhir yang harus diperhatikan dalam memasarkan daerah
adalah kualitas pendidikan. Hal ini berkaitan dengan kualitas saranan pendidikan
dan kualitas sumberdaya manusia yang ada di daerah. Kualitas sekolah di daerah
yang baik mampu meningkatkan jumlah pengunjung baik dalam melakukan
kunjungan ataupun dalam melanjutkan sekolah di tempat tersebut. Kualitas
sekolah dan pendidikan ini pun akan sangat membantu terciptanya sumberdaya
manusia yang berkualitas. Adanya sumber daya manusia yang berkualitas ini
merupakan poin penting dalam menjaga daya saing suatu daerah.
Keempat konsep di atas, baik desain kota, infrastruktur, layanan dasar, dan
atrakasi merupakan strategi yang harus di jalankan bagi setiap daerah apabila
ingin menciptakan daya saing. Kota yang sukses menarik banyak wisatawan dan
pebisnis untuk datang ke daerah tersebut adalah kota yang mampu memadukan
empat poin di atas, bukan hanya sebatas promosi yang besar-besaran.
2.2.1.4 Menarik Target Market (Wisatawan)
Saat ini dunia pariwisata telah sangat jauh mengalami perkembangan.
Pariwisata bukan hanya sebatas kebutuhan manusia dalam memenuhi kebutuhan
hiburan dan rekreasi, namun pariwisata telah menjadi industri yang tumbuh
dengan pesat, sangat kompetitif, dan dapat menjadi sumber utama penggerak roda
perekonomian dan pembangunan suatu negara dan daerah. Beberapa negara dan
daerah mampu memiliki pendapatan yang sangat tinggi dari sektor ini. Bahkan,
negara dan daerah seperti Nepal, Yunani, negara-negara kepulaun Karibia, Hawai,
dan Bali memiliki ketergantungan akan pendapatan dari sektor ini. Hal tersebut
menunjukkan bahwa sektor pariwisata merupakan sektor yang sangat penting dan
harus dikelola dengan sungguh-sungguh. Untuk dapat mengelola sektor ini secara
maksimal, terdapat beberapa hal penting yang harus diperhatikan bagi suatu
daerah meliputi proses segmentasi dan penentuan pasar sasaran, pembentukan
citra serta mengkomunikasikan citra yang ditujukan kepada pasar wisatawan.
Cakupan wilayah
Karateristik
wisatawan
tujuan
pendatang
- Keindahan
- Wisatawan luar
alam (pantai,
negeri
gunung, air
-
terjun, dll)
Wisatawan
domestic
- Nilai sejarah,
Keuntungan
- Usia
- Harga
- Pendapatan
- Kenyamanan
- Keluarga
- Kualitas
- Belum
berkeluarga
- Profesional
budaya,
- Karyawan
pendidikan
- Agama
- Festival,
kegiatan olah
raga, fasilitas
mewah, dan
layanan
- Makanan
- Fasilitas
produk daerah
yang unik
(kerajinan
tangan,
pakaian, dl l)
Sumber: Kotler, P. & Rein, I. & Haider, D. Place Marketing: attracting investment, industry, and
tourism to cities, states, and nations. New York: The Free Press. (1993: 201)
selanjutnya
adalah
mengevaluasi
segmen-segmen
tersebut
dan
menentukan segmen mana saja yang akan dilayani. Penentuan segmen pasar ini
harus memperhatikan beberapa hal. Pertama, segmen pasar yang dipilih harus
memiliki ukuran yang cukup besar sehingga dapat menjamin perolehan
pendapatan daerah. Kedua, keunggulan kompetitif maksudnya suatu daerah harus
melihat apakah memiliki cukup sumber daya dan kemampuan untuk melayani
segmen tersebut. Ketiga, pemasar daerah harus memperhatikan situasi persaingan
baik langsung maupun tidak langsung seperti intensitas persaingan antar daerah
dan adanya produk substitusi di daerah lain.
b. Merancang Place Image
Place image merupakan faktor utama yang menentukan bagaimana cara
warga kota dan bisnis memberikan respon terhadap daerah. Bagaimanapun
caranya, sebuah daerah harus berusaha untuk mengelola citranya. Proses strategic
image management perlu untuk memperhatikan beberapa 5 isu penting yang
sangat menentukan berhasil atau gagalnya proses perancangan citra yang
dilakukan suatu daerah atau tempat. Menurut Kotler et al (1993: 141) isu-isu ini
menyangkut faktor-faktor penentu citra daerah, pengukuran citra, guidelines
dalam merancang citra, alat-alat yang digunakan dalam mengkomunikasikan citra
serta bagaimana sebuah daerah memperbaiki citra negative yang telah melekat.
Place image merupakan kumpulan dari kepercayaan, ide-ide, dan kesan
yang dimiliki seseorang tentang suatu tempat (Kotler & Andreasen, 1991: 202).
Citra menggambarkan penyerderhanaan dari banyaknya asosiasi dan potongan
informasi yang dihubungkan dengan suatu daerah atau tempat. Citra lebih dari
sekedar kepercayaan biasa. Sebagai contoh, kepercayaan bahwa Sicily sebagai
pulau gang mafia mungkin hanya satu elemen dari luasnya citra Sicily. Elemen
lain misalnya bahwa Sicily merupakan pula yang indah, memiliki udara hangat
sepanjang tahun serta memiliki banyak pantai indah. Image adalah keseluruhan
kepercayaan tentang tempat atau daerah. Image
seseorang tentang suatu tempat yang dapat bervariasi dari orang satu dengan
orang lainnya. Berbeda orang mungkin akan memegang image yang sangat
berbeda dari suatu tempat yang sama.
Saat ini para pemasar daerah harus memperhatikan citra sebagai faktor
utama yang mempengaruhi keputusan pembeli. Pembeli tempat liburan akan lebih
memilih Malaysia misalnya, dibandingkan dengan Indonesia jika image Malaysia
lebih dikenal dan positif. Karena place image dapat diidentifikasi dan berubah
sepanjang waktu, maka para pemasar harus mampu untuk mempengaruhi dan
membekaskan image agar diyakini oleh target yang berbeda-beda. Kotler et al
(1993: 143) mendorong para pemasar untuk menggunakan strategic image
management (SIM) sebagai guidelines untuk mampu membentuk place image
yang baik.
Strategic image management (SIM) is the ongoing process of researching
a places image among its audiences, segmenting and targeting its specific
image and its demographic audiences, positioning the places benefits to
support an existing image or create a new image, and communicating
those benefits to the target audiences.(Kotler et al, 1993: 142-143).
Untuk mampu menilai place image, menurut Kotler at al, place marketer
harus mengikuti dua tahapan proses untuk dapat menilai citra daerah (place
image). Pertama, pemasar harus memilih audien sasaran. Audien sasaran harus
mudah untuk dikelompokan berdasarkan kesamaan sifat, persepsi dan minat.
Luasnya segmen audien seringkali menyebabkan timbulnya variasi image tentang
tempat. Memilih kelompok audien yang spesifik dibutuhkan untuk menghindari
masalah karena adanya image yang tidak konsisten. Terdapat banyak jalan untuk
membagi-bagi pasar ke dalam kelompok yang lebih kecil. Segmen yang baik
harus memenuhi beberapa criteria berikut:
1. Mutually exclusive, artinya beragam segmen yang diidentifikasi tidak
boleh tumpang tindih.
2. Exhaustive, setiap sasaran potensial harus bereda dalam satu segmen.
3. Measurable, artinya ukuran, tingkat pembelian, dan profile segmen harus
dapat diukur.
4. Accessible, segmen harus dapat dicapai dan dilayani secara efekti.
5. Substantial, segmen cukup besar dan layal untuk dilayani.
Never heard of
Heard of
Very unfavorable
Somewhat unfavorable
Indifferent
Somewhat favorable
Very favorable
Ketika pemasar sudah memahami bagaimana place image saat ini, maka
tahap selanjutnya adalah berusaha membangun image yang tepat. Sebuah image
yang efektif harus memenuhi beberapa criteria berikut:
1. Valid. Citra yang dipromosikan tidak terlalu jauh dari realitas yang
melekat pada daerah.
2. Believable. Walaupun mungkin image yang dimaksudkan tentang
tempat tersebut benar, tidak berarti akan langsung dipercaya. Oleh
karena itu jangan sampai overselling
3. Simple. Citra yang dipromosikan tidak terlalu banyak untuk
menghindari kebingungan dan bias.
4. Appeal. Citra yang dibangun harus dapat menarik perhatian. Citra yang
dipromosikan berisi pesan mengapa orang ingin harus berkunjung,
berinvestasi dan tinggal di daerah tersebut.
5. Distinctive. Untuk mendapatkan hasil terbaik, citra yang dipromosikan
harus berbeda daerah yang memiliki tema yang sama.
Menurut Bailey (1989: 22-23), place image dapat digambarkan dengan
menggunakan 3 alat untuk mengimplementasikan secara efektif citra tempat, yaitu
(1) slogans, themes, dan positions, (2) visual symbols, dan (3) events dan deeds.
c. Mendistribusikan Place Image dan Pesan kepada Wisatawan
Pemasaran daerah dicapai melalui pengembangan 'bauran pemasaran
geografis' yang terdiri dari keuangan, organisasi, kegiatan promosi dan fungsi tata
ruang (Ashworth dan Voogd, 1988). Oleh karena itu, setelah merancang place
image yang tepat, tugas selanjutnya adalah mendistribusikan image kepada pasar
sasaran sebagai upaya untuk mempromosikan daerah. Place promotion adalah
salah satu elemen dari pemasaran daerah yang semakin menjadi elemen kunci
dalam stratagi pengembangan ekonomi lokal dari banyak kota di Eropa Barat dan
Amerika Utara (Young & Kaczmarek, 1999:184). Promosi daerah adalah tindakan
peningkatan kesadaran dan upaya untuk mengubah sikap orang terhadap daerah
dalam rangka mempengaruhi perilaku mereka. Promosi daerah telah menjadi
semakin penting sebagai upaya daerah untuk mengelola dampak globalisasi dan
perubahan politik (Fainstein, 1990; Harvey, 1989; Wilkinson, 1992).
Proses ini tidak terlepas dari adanya penerapan konsep pemasaran sektor
swasta dalam sebuah organisasi non-bisnis seperti otoritas lokal untuk
mempengaruhi sikap sosial, kadang-kadang dengan mengembangkan citra
berharga Young & Kaczmarek (1999:184). Promosi daerah melibatkan reevaluasi dan representasi dari tempat untuk menciptakan dan memasarkan citra
baru bagi daerah untuk meningkatkan posisi kompetitif mereka dalam rangka
menarik atau mempertahankan sumber daya (Ashworth dan Voogd, 1990; Ward,
1998).
Untuk menghindari kontradiksi dan ketidakjelasan citra daerah, proses ini
harus direncanakan dan dilakukan dengan baik. Oleh karena itu, menurut Kotler et
al (1993:162) para pemasar daerah harus menjawab beberapa persoalan penting
meliputi, siapa target audiens, media apa yang digunakan untuk mempengaruhi
target audiens, media iklan apa yang tepat untuk digunakan, kriteria utama dalam
memilih media iklan spesifik, bagaimana mengatur waktu pendistribusian pesan,
bagaimana cara untuk mengevaluasi hasil serta bagaimana mengatasi adanya
konflik sumber media dan pesan.
Tjiptono dkk (2008: 509) menambahkan bahwa sebuah proses komunikasi
pemasaran dan distribusi image yang efektif meliputi delapan tahapan pokok yang
saling terkait, yakni: mengidentifikasi pasar sasaran, menentukan tujuan
komunikasi, merancang pesan memilih saluran komunikasi, menyusun anggaran
komunikasi total, menentukan bauran komunikasi, mengimplementasikan
program komunikasi pemasaran dan mengumpulkan umpan balik (juga Kotler &
Keller, 2006; 211-237). Keberhasilan perencanaan untuk menjawab semua
persoalan diatas sangat menentukan keberhasilan pendistribusian image dari suatu
daerah.
1. Mengidentifikasi Audiens Sasaran
Sebelum memilih media dan pesan yang akan disampaikan terdapat
dua dua langkah penting yang harus dilakukan pemasar daerah.
upaya pemasar untuk mencari daya tarik, tema atau gagasan yang akan
mengikat kedalam penentuan posisi merek dan citra. John Maloney
melihat pembeli sebagai orang yang mengharapkan salah satu dari
empat jenis imbalan sebuah produk, yaitu kepuasan rasional, indrawi,
sosial atau ego. Selanjutnya adalah strategi kreatif yang berhubungan
dengan cara pemasar menerjemahkan pesan mereka kepada ke dalam
suatu komunikasi yang spesifik. Terakhir pemasar harus menentukan
siapa yang akan menyampaikan pesan (sumber pesan). Kredibilitas
sumber pesan akan menentukan sejauh mana respon yang diberikan
audiens sasaran. Terdapat 3 faktor yang melandasi kredibilitas sumber
pesan, yaitu keahlian, kelayakan dipercayai, dan kemampuan disukai.
(Kelman & Hovland, 1953:327-35). Biasanya teman lebih dipercayai
daripada orang asing atau wiraniaga. Orang-orang yang tidak dibayar
untuk mendukung suatu produk dipandang lebih dapat dipercayai
daripada orang yang dibayar (Moore, 1994:234-43).
4. Memilih saluran komunikasi
Secara umum saluran komunikasi dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu saluran komunikasi pribadi personal dan saluran
komunikasi non-personal. Saluran komunikasi personal melibatkan
dua orang atau lebih yang berkomunikasi secara langsung, baik dengan
tatap muka, melalui telepon, email, online chatting, maupun dalam
bentuk presentasi (Kotler & Keller, 2008:220-525; Tjiptono dkk,
2008:512). Saluran komunikasi personal ini dapat diklasifikasikan
menjadi advocate channels (wiraniaga yang menghubungi konsumen),
expert channel (pakar independen yang memberikan pernyataan
tertentu kepada konsumen sasaran), dan social channels (tetangga,
teman, keluarga, dan rekan kerja). Dalam sebuah penelitian terhadap
7.000 konsumen di tujuh negara Eropa, 60 persen mengatakan bahwa
mereka dipengaruhi untuk menggunakan merek baru oleh keluarga dan
teman-teman (Kiely, 1993:6)
52
Daerah atau perusahaan yang bergerak dalam industri yang sama dapat
sangat berbeda dalam pemilihan media dan salurannya. Misalnya
untuk perusahaan Avon lebih menekankan personal selling sedangkan
Revlon mengutamakan iklan. Menurut Young & Kaczmarek
(1999:184) upaya promosi daerah yang dilakukan dengan pengiklanan
lokasi tersebut kepada kelompok-kelompok seperti investor atau turis,
sering merupakan bagian utama dari setiap strategi pemasaran daerah.
Iklan dapat digunakan untuk membangun image jangka panjang dari
suatu daerah. disamping itu, iklan juga dapat memicu penjualan cepat
seperti melalui iklan penawaran harga murah special. Iklan merupakan
jalan efisien untuk meraih pembeli dari wilayah geografis yang luas
dengan biaya terpaan yang lebih murah.
7. Mengimplementasikan dan evaluasi komunikasi pemasaran
Apabila semua langkah diatas telah diputuskan dengan cermat, maka
langkah berikutnya menerapakan strategi komunikasi pemasaran yang
telah direncanakan. Tidak cukup dengan pengimplementasian saja,
daerah/perusahaan harus mengukur dampaknya pada audiens sasaran.
Ukuran-ukuran yang dapat digunakan diantaranya berapa banyak
orang yang mengenal atau mengingat pesan yang disampaikan (recall
dan recognition), frekuensi audiens melihat atau mendengar pesan,
sikap audiens terhadap produk, dan respon audiens (berapa orang yang
membeli, menyukai, puas, tidak puas, dan merekomendasikan produk
kepada pihak lain).
Universitas Indonesia
BAB 3
METODE PENELITIAN
lebih
mementingkan
proses
daripada
hasil.
Neuman
(2006:15)
perhatiannya
kepada
pertanyaan
yang
spesifik,
tetapi
the social world operates, what make things happen, why social
relation are a certain way, and why society changes.
Penelitian murni lebih banyak digunakan di lingkungan akademik dan
biasanya dilakukan dalam kerangka pengembangan ilmu pengetahuan. Umumnya
hasil penelitian murni memberikan dasar untuk pengetahuan dan pemahaman
yang dapat dijadikan sumber metode, teori, dan gagasan yang dapat diaplikasikan
pada penelitian selanjutnya (Prasetyo & Jannah, 2005:38). Penelitian ini
dilakukan dalam kerangka akademis dan lebih ditujukan bagi pemenuhan
kebutuhan peneliti. Hasil penelitian dasar adalah pengetahuan umum dan
pengertian-pengertian tentang alat untuk memecahkan masalah-masalah praktis,
walaupun tidak memberikan jawaban yang menyeluruh untuk tiap masalah
tersebut (Nazir, 2003:26).
3.2.3 Jenis Penelitian Berdasarkan Dimensi Waktu
Sementara itu, berdasarkan waktu penelitian, penelitian ini termasuk ke
dalam cross-sectional research karena penelitian dilakukan dalam waktu tertentu
dan hanya dilakukan dalam sekali waktu saja tidak akan melakukan penelitian lain
di waktu yang berbeda untuk dijadikan perbandingan. Peneliti hanya melakukan
penelitian lapangan untuk mengambil satu bagian dari gejala yang dianggap bisa
mewakili pada satu waktu tertentu (Prasetya & Jannah, 2005: 32). Penelitian ini
berlangsung untuk mengambil data di lapangan, yaitu dengan melakukan
wawancara kepada informan dan observasi lapangan yang sesuai dengan tujuan
penelitian ini.
3.3 Strategi Penelitian
Strategi penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini adalah studi
kasus yaitu studi kasus terhadap analisis marketing place kota Depok dalam
rangka memasarkan kota kepada pasar wisatawan. Menurut Alston dan Bowles
(2003:198) studi kasus merupakan jenis penelitian yang penelaahannya kepada
satu kasus, isu, kelompok, organisasi atau persitiwa. Penelitian studi kasus tidak
melihat sejumlah pola perilaku dengan melakukan analisis perbandingan kepada
sejumlah subjek penelitian, melainkan dengan menguji sebuah kasus yang disertai
dan
Bogdan
mengartikan
analisis
data
sebagai
proses
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 Analisis Data Pelaksanaan Place Marketing Kota Depok Untuk Menarik
Kunjungan Wisatawan
Untuk melihat pelaksanaan place marketing Kota Depok dalam rangka
menarik kunjungan wisatawan, peneliti akan merujuk pada bauran-bauran
place marketing yang telah disusun oleh Philip Kotler (1993). Kota Depok
pada dasarnya memiliki beberapa pihak yang terlibat dalam proses pemasaran
daerahnya untuk menarik kunjungan wisatawan. Pihak pertama adalah
pemerintah kota Depok melalui instansi-instansi terkait yang secara langsung
terlibat dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan upaya menarik
kunjungan wisatawan. Selain pihak pemerintah, terdapat juga beberapa pihak
yang berkaitan dalam place marketing Kota Depok untuk menarik kunjungan
wisatawan. Diantaranya, pihak swasta seperti pemilik tempat wisata, para
pemilik biro travel, dan serta pemilik hotel dan restoran di kota Depok,
masyarakat Kota Depok yang terlibat dalam kelompok kerja (Pokja) Setu,
serta Konsultan yang bekerja sama dengan pemerintah Kota Depok.
Instansi pemerintah yang terlibat dalam proses place marketing Kota Depok
dalam upaya untuk menarik kunjungan wisatawan diantaranya Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Depok. Bappeda Kota
Depok dalam hal ini bertugas untuk membuat suatu perencanaan umum
pembangunan Kota Depok yang salah satu di dalamnya adalah perencanaan
umum di bidang pariwisata. Bappeda bekerja sama dengan konsultan telah
menyusun Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota
Depok pada tahun 2008. Selanjutnya ada Dinas Pemuda, Olah Raga,
Pariwisata, Seni dan Budaya (Disporparsenbud) Kota Depok khususnya
bidang pariwisata, seni dan budaya. Bidang ini berdasarkan Peraturan
Walikota Depok Nomor 27 Tahun 2008 memiliki tugas untuk melaksanakan
urusan pemerintahan dan pembantuan dibidang kebudayaan dan pariwisata.
Bidang ini juga memiliki fungsi diantaranya sebagai pelaksana penyusunan
rencana kerja sesuai dengan Renstra Dinas, pelaksanaan pengkajian bahan
Kubah Emas merupakan objek wisata yang paling menonjol di Kota Depok.
Bapak Sukadi juga menambahkan bahwa kekuatan lain dari kota Depok
adalah faktor keamananya. Depok termasuk kota yang aman baik bagi
masyarakat maupun bagi para wisatawan.
Nah sementara pariwisata Depok ini kan kalau dilihat yang sekarang
dipandang agak menonjol walaupun ini swasta adalah kubah emas.
Kelebihan yang lain Depok itu aman. (wawancara, 30 Mei 2011)
Selain keberadaan Kubah Emas, menurut Ketua Asita Depok, Bapak
Pramajuditya Gondosaputra yang menjadi kekuatan dalam memasarkan Kota
Depok kepada wisatawan adalah sejarah kota Depok sendiri. Untuk menjual
pariwisata kota Depok harus berangkat dari sesuatu yang sudah dikenal oleh
banyak orang baik lingkup domestik maupun luar negeri. Sejarah Depok
sebagai Belanda Depok secara umum sudah melekat dibenak banyak orang.
Bahkan sejarah Belanda Depok ini diketahui sampai ke Eropa. Oleh karena itu
ini menjadi kekuatan yang harus dijadikan sebagai titik awal ketika
membicarakan pariwisata Kota Depok.
Oke kalau saya ditanya, Depok itu kekuatannya sebenernya apa? Kita
harus tahu kalau kita bicara tentang pariwisata kita harus menjual
sesuatu yang orang sudah pada kenal, yang sudah ada dalam benak
orang. Nah dalam sejarahnya Depok itu ada yang namanya Belanda
Depok. Kalau ditanya Belanda Depok orang biasanya pada tahu kalaupun
sepintas karena sudah ada dibenak manusia Indonesia. Diluar negeri pun
termasuk Eropa mereka itu tahu kalau di Depok itu ada Belanda Depok.
Kita harus mulai dari situ sebetulnya kalau bicara tentang pariwisata
Depok. (wawancara, 8 Desember 2010)
Berdasarkan ketiga informan ini dapat diringkaskan bahwa faktor-faktor yang
menjadi kekuatan dalam pariwisata kota Depok adalah keberdaan Masjid
Kubah Emas yang menjadi daya tarik utama serta amannya kota Depok bagi
wisatawan. Selain itu potensi kekuatan dari sejarah Belanda Depok yang
sudah dikenal luas oleh masyarakat nasional maupun luar negeri.
b. Kelemahan (Weaknesses)
Menurut Kepala Bidang Pariwisata, Seni & Budaya dalam proses pemasaran
daerah ini kota Depok memiliki kelemahan terkait anggaran yang terbatas.
Keterbatasan anggaran yang dimiliki menyebabkan sulitnya pengembangan
pariwisata Kota Depok. Minimnya anggaran juga mempengaruhi ketersediaan
sarana dan prasarana penunjang dilapangan. Selain anggaran, sumber daya
manusia juga menjadi kelemahan. Dinas pariwisata banyak memiliki sumber
daya manusia yang bukan sarjana kepariwisataan sehingga harus belajar betulbetul dari nol lagi untuk mengejar ketertinggalan.
Jadi kadang kala kita pariwisatanya mentoknya dengan sarana
prasarana di lapangan gitu ya. Ini kelemahan yang dimiliki dunia
pariwisata Depok. Otomatis anggaran terbatas. Kelemahan kalau kita
mau mengembangkan kalau anggaran kurang ya kita pasti sulit. Selain
anggaran ya SDM itu yang memang sarjana yang harusnya
kepariwisataan otomatis kita jadi belajar lagi karena kitakan nonpariwisata. Jadi kita mulai belajar dari titik nol lagi. (wawancara, 8 Juni
2011)
pemasarannya.
Terbatasnya
anggaran
ini
menyebabkan
adanya
lain disekitar Depok. Nah artinya peluang Kubah Emas harus di apa yakita ambil yah kita ambil peluang Kubah Emas ini bagaimana bahwa
masyarakat lain yang datang ke Depok ini juga mendatangi pariwisata
lain di Depok, kan harusnya begitu. Mengintegrasikan beberapa tempat
dan menggerakkan sektor ekonomi di Depok kan harusnya seperti itu.
(wawancara, 5 Desember 2010)
Selain itu menurut Kepala Bidang Perencanaan Ekonomi Bappeda Kota
Depok, wisatawan dari luar daerah cenderung cukup mengunjungi satu obejk
wisata saja yang paling menonjol di daerah tersebut termasuk Depok. Masjid
Kubah Emas biasanya menjadi tujuan utama. Setelah itu wisatawan ini akan
belanja barang-barang dan juga oleh-oleh. Hal ini bisa menjadi sebuah
peluang untuk menciptakan potensi wisata belanja di kota Depok.
Tapi kan lain ya orang yang dari jauh-jauh, orang jauh dia mungkin
akan melihat satu potensi wisata saja dari suatu daerah sudah cukup.
Saya kemarin juga ke Balikpapan mereka juga bilang, saya sudah berapa
kali ngantar tamu dari Balikpapan ke Kubah Emas ini. Tapi yang lebihnya
mereka belanja biasanya. Dan itu juga seharusnya diambil peluang oleh
Depok. (wawancara, 5 Desember 2010)
Kepala Bidang Perencanaan Ekonomi Bappeda Kota Depok juga melihat
sebuah peluang lain dalam rangka menarik kunjungan wisatawan. Peluang ini
muncul dengan disiapkannya beberapa jalan tol yang dapat membantu
kelancaran dan kemudahan akses wisatawan ke tujuan wisata khususnya ke
masjid kubah emas. Salah satunya jalan tol Cijago yang menghubungkan
Jagorawi langsung Cinere. Dengan adanya jalan tol ini wisatawan yang akan
mengunjungi kubah emas tidak harus lagi melalui jalan sempit jalur
Sawangan.
Kemudian peluang kita dengan adanya mungkin nanti kedepan jalan tol
kali ya beberapa jalan tol yang disiapkan bisa menjadi peluang. Iya. Ini
yang Cijago itu langsung kan Jagorawi ke Cinere. Jadi itu orang yang
mau ke Kubah Emas tidak usah lewat sini lagi, besok mah langsung saja.
(wawancara, 5 Desember 2010)
Sedangkan menurut Ketua Asita, kota Depok ini memiliki peluang untuk
meningkatkan kunjungan wisatawan karena dekatnya posisi kota Depok
dengan Jakarta. Dekatnya posisi ini memberikan keuntungan bagi kota Depok
karena memungkinkan orang-orang Jakarta mau datang berkunjung ke Depok.
Selain itu orang dari luar daerah yang berkunjung ke Jakarta juga mungkin
akan mau mampir ke Depok. Peluang ini akan menguntungkan apabila kota
Depok dapat menciptakan sesuatu yang khas yang dapat menarik minat orang
untuk datang.
Bisa dijadikan peluang dalam arti kata kalau Depok mempunyai sesuatu
yang khas sehingga orang Jakarta mau datang ke Depok. Tambahannya
kalau ada orang luar datang ke Jakarta mau datang juga ke Depok. Jadi
peluangnya juga sebenarnya karena Depok ini dekat dengan Jakarta.
Depok ini diuntungkan. Kalau orang ke Jakarta bagaimana bisa mampir
ke Depok juga. (wawancara, 8 Desember 2010)
Hal ini juga didukung oleh Kepala Bidang Perencanaan Ekonomi Bappeda
Kota Depok yang melihat bahwa posisi Depok yang dekat dengan Jakarta dan
Bogor bisa juga dijadikan sebagai peluang untuk dapat menarik minat
kunjungan dari wisatawan yang sedang berkunjung ke dua kota tersebut.
Posisi Depok yang dekat dengan Jakarta dan Bogor itu bisa jadi peluang.
(wawancara, 5 Desember 2010)
Dari kedua informan tersebut dapat diringkaskan bahwa kota Depok memiliki
beberapa peluang dalam rangka meningkatkan kunjungan wisatawan. Peluang
ini muncul ini dengan banyak kunjungan ke masjid kubah emas juga posisi
Depok yang dekat dengan Jakarta dan Bogor. Namun begitu peluang ini tidak
akan bermanfaat kalau kota Depok tidak bisa menciptakan cirri khas tersendiri
yang mampu menarik orang untuk berkunjung.
d. Ancaman (Threats)
Kepala Bidang Perencanaan Ekonomi Bappeda Kota Depok menyadari
adanya ancaman dari luar terhadap upaya kota Depok untuk menarik
kunjungan wisatawan. Ancaman utama muncul karena dekatnya Depok
dengan Bogor dan Jakarta. Kota Bogor dan Jakarta yang memiliki ciri khas
sendiri menjadi ancaman karena dapat mengalihkan tujuan wisatawan.
Dengan dekatnya posisi ini dikhawatirkan wisatawan akan berpikir lebih baik
pergi ke Bogor atau Jakarta daripada ke Depok. apalagi jaraknya tidak terlalu
jauh.
Ancaman dari luar tadi kan saya sudah bilang bahwa ada Bogor dia
punya ke khasan sendiri kan? Tantangannya, sangat dekat masalahnya.
Jadi istilahnya ngapain sih ngubek di Depok ah sudah ke Bogor saja kan
jaraknya tidak terlalu jauh masalahnya kan? Ke Jakarta. Sudahlah dari
untuk menarik wisatawan selalu ada. Namun mengenai kota pesaing Depok
menurut Kepala Seksi Pengembangan Pariwisata ini relatif. Hal ini tergantung
dari kemampuan dan kemauan dari orang yang akan melakukan kunjungan
wisata. Kalau seseorang ingin melihat kubah emas dia akan datang ke Depok.
Namun kalau mau melihat Taman Safari dia akan pergi ke Bogor.
Kalau pesaing relatif ya, karena manusia yang akan rekreasi itukan
melihat, satu kemampuan. Melihat juga apa yang akan di lihat. Saya rasa
kalau persaingan itu tergantung dari pada manusianya sendiri yang akan
melakukan rekreasi atau pariwisata itu sendiri. Saya rasa persaingan itu
selalu ada, tapi melihat bagaimana orang itu melakukan rekreasi.
Masing-masing memiliki kemauan untuk melakukan rekreasi itu sendiri.
(wawancara, 30 Mei 2011)
Dari kedua informan di atas dapat diringkaskan bahwa pada dasarnya kota
Depok menyadari adanya acaman dari kota lain khususnya Bogor dan Jakarta.
Namun begitu ancaman ini dilihat sebagai sesuatu yang relatif karena
keputusan untuk melakukan kunjungan wisata di suatu daerah tergantung dari
kemampuan dan kemauan dari orang yang bersangkutan. Ini juga dipengaruhi
oleh keberadaan objek wisata tertentu yang menarik untuk dikunjungi oleh
seorang wisatawan.
Demikian pula menurut Ketua Asita Depok, sumber daya manusia pada
pemerintah kota Depok khususnya yang bergerak dibidang pariwisata masih
harus dikembangkan dan menambah kemampuan mereka. Sumber daya
manusia merupakan masalah paling krusial dalam keberhasilan memasarkan
pariwisata kota Depok. Ketua Asita Depok pesimis kalau mengandalkan
sumber daya manusia yang ada pemasaran kota Depok akan berhasil. hal ini
terjadi karena menurut Ketua Asita sumber daya manusia yang tidak memiliki
kemampuan dan kemauan tidak akan memiliki visi jangka panjang yang baik.
Pengetahuan dan keterampilan merupakan dua hal penting yang harus dimiliki
oleh sumber daya manusia pariwisata kota Depok.
Kalau saya bilang masalah SDM memang paling krusial, saya bilang.
SDM-nya harus benar-benar dikembangin lagi, harus nambah terus
kemampuannya. Kalau mengacu pada kualitas SDM yang ada sekarang
rasanya tidak akan bisa. Ya masalahnya di kemampuan manusianya dan
secara skill-nya. Bagaimana dia punya visi kalau dia tidak punya skill dan
tidak punya knowledge. (wawancara, 8 Desember 2010)
Dari ketiga informan tersebut dapat diringkas bahwa pada dasarnya pihak
yang terlibat dalam pemasaran daerah kota depok dalam rangka menarik
kunjungan wisatawan telah memiliki pemahaman tentang masalah utama yang
dihadapi pariwisata kota Depok. Pemahaman terhadap masalah ini sangat
penting sebagai pijakan awal untuk menentukan rumusan program-program
pemasaran daerah kota Depok. Dengan adanya pemahaman ini pelaku place
marketing kota Depok dapat mendalami penyebab dan mencari solusi untuk
mengatasi masalah tersebut.
4.1.1.2 Membangun Visi Daerah
Pada dasarnya Kepala Bidang Perencanaan Ekonomi Bappeda Kota Depok
telah menyadari pentingnya visi jangka panjang dalam memasarkan kota
Depok baik secara umum maupun memasarkan kota Depok untuk menarik
wisatawan. Kota Depok harus menentukan mau jadi seperti apa dalam waktu 5
tahun sampai 20 tahun ke depan. Dengan adanya visi jangka panjang ini
menjadi panduan dalam merumuskan rencana strategis maupun programprogram yang akan dilakukan dalam rangka mencapai visi tersebut.
Kita mau apa? Saya sudah berapa kali bilang ke teman-teman kalau
bicara masalah 20 tahun ke depan 2010 ke 2030 Depok mau jadikan apa?
Ya tadi selama kita punya tempat wisata kemudian kita jual itu
sebenarnya kalau kita jual Depok. (wawancara, 5 Desember 2010)
Kepala Bidang Perencanaan Ekonomi Bappeda menambahkan bahwa Depok
harus melakukan rebranding. Artinya Depok harus menetapkan diri mau jadi
kota apa. Misalnya Depok mau menjadi kota kreatif. Untuk menjadi kota
kreatif pemerintahan dan semua elemen kota Depok harus diarahkan ke
kesana. Program-program yang dibuatkan harus mengarah pada terbentuknya
Depok sebagai kota kreatif. Hal ini harus disosialisasikan dari mulai lingkup
sekolah sampai kepada masyarakat umum. Untuk mewujudkan itu semua
dimulai dari hal kecil. Misalnya dengan pengenalan awal dilingkungan
pendidikan.
Dengan
adanya
pengenalan
awal
ini
diharapkan
akan
yang luas. Artinya apapun bentuknya bisa dijadikan komoditas niaga maupun
jasa. Termasuk dalam hal ini bidang pariwisata yang dipasarkan kepada
investor untuk bisa dikembangkan serta hasilnya dipasarkan kepada
wisatawan. Sesuai tugasnya, Bappeda sendiri hanya merencanakan visi jangka
panjang depok dalam cakupan makro. Untuk spesifik visi jangka panjang di
bidang
pariwisata
sendiri
Bappeda
tidak
punya.
Rencana
strategis
Dari ketiga informan tersebut dapat diringkaskan bahwa kota Depok sudah
menyadari pentingnya keberadaan visi atau cita-cita jangka panjang. Melalui
Bappeda, Depok sudah melaksanakan perumusan visi ini yang secara umum
mencanangkan diri sebagai kota niaga dan jasa termasuk di dalamnya bidang
pariwisata. Namun begitu visi ini masih bersifat makro belum ada turunan
spesifik di bidang pariwisata karena tugas Bappeda hanya perencanaan makro.
Penyerahan pembuatan visi spesifik bidang pariwisata diserahkan kepada
Dispoparsenbud kota Depok namun belum berjalan dengan maksimal. Dinas
pariwisata belum memiliki rencana strategis terkait pengembangan dan
pemasarannya.
4.1.1.3 Pembentukan Rencana Aksi Jangka Panjang
Pada dasarnya Kepala Bidang Perencanaan Ekonomi Bappeda menyadari
pentingnya pembentukan rencana aksi jangka panjang untuk memasarkan kota
Depok. Hal ini diwujudkan dengan pembuatan rencana umum penanaman
modal. Dalam rencana induk ini Bappeda telah menyiapkan beberapa kegiatan
yang diharapkan dapat menarik minat investor untuk berinvestasi di Depok.
Salah satunya menarik investasi pada potensi pariwisata.
Tapi yang jelas kalau kita yang di Bappeda secara umum saya bilang
kita sudah punya rencana umum ya penanaman modal. Nah didalam
rencana induk penanaman modal itu tadi ada beberapa kegiatan yang
bagaimana bisa menarik investasi daerah. Tadi potensi pariwisata.
(wawancara, 5 Desember 2010)
Namun begitu rencana ini sifatnya makro baik dari sisi sektor cakupannya
maupun dari sisi perincian rencana aksi yang akan dijalankan. Hal ini karena
memang tugas Bappeda tidak bisa berjalan secara parsial atau terlalu konsen
pada masalah teknis. Untuk masalah penanggulangan kemiskinan, Bappeda
terlibat karena merupakan isu strategis besar. Bappeda mengelola kegiatankegiatan yang dilakukan oleh dinas-dinas yang ditujukan untuk mengurangi
kemiskinan. Mengevaluasi serta mengikuti perkembangannya sampai tercapai
target misalnya menurunkan angka kemiskinan 1 % misalnya. Sedangkan
untuk kegiatan-kegiatan selain isu kemiskinan mengenai rencana teknis
diserahkan kepada dinas masing-masing termasuk masalah pariwisata. Dinas
pariwisata bertugas membuat rincian rencana strategis pengembangan
undang. FGD ini juga melibatkan unsur masyarakat yang diwakili oleh
kecamatan masing-masing untuk menyampaikan potensi-potensi pariwisata
yang bisa dikembangkan dari kecamatan tersebut.
Biasanya Kadin ya, HIPMI, terus LSM yang berkaitan dengan aspek
lingkungan atau pembangunan. Yang diundang itu seperti itu sih yang
saya tahu. Terus kalau universitas biasanya kita undang, dari beberapa
perguruan tinggi. UI lah yang paling sering di undang. Biasanya begitu
kemarin. Terus juga masyarakat dalam hal ini kecamatan yang tahulah
potensi-potensi di daerahnya masing-masing. Tetapi saya bilang ngga ada
ASITA kayanya. (wawancara, 5 Desember 2010)
RIPPDA ini sifatnya masih makro. Kepala Bidang Perencanaan Ekonomi
mengatakan baru beberapa waktu lalu mendapatkan buku tersebut sehingga
belum membaca keseluruhan isi dari RIPPDA tersebut. Ketika ditanyakan
mengenai turunan dari RIPPDA kepala bidang mengaku belum ada program
turunan yang dilakukan. Menurutnya turunan dari RIPPDA seharusnya
dilakukan oleh Dinas pariwisata. Dinas pariwisata membuat rencana strategis
dan rincian pelaksaan berpatokan kepada RIPPDA. Bappeda juga sudah
menugaskan dinas pariwisata untuk melakukan pemilihan potensi wisata yang
akan di angkat.
RIPPDA itu sebenarnya turunannya harusnya di Dinas Pariwisata.
Harusnya yang melanjutkan dari konsep RIPPDA itu kalau sudah pada
pelaksanaannya destinasi wisata seperti itu harusnya di Dinas Pariwisata.
Tapi ginilah intinya karena kemarin itu RIPPDA baru 2008, tetapi kita
sudah menugaskan kepada Dinas Pariwisata untuk mereka melakukan
destinasi wisata. Artinya mereka mau mana dulu sih pariwisata yang akan
mereka angkat. (wawancara, 5 Desember 2010)
Kota Depok menurut Kepala Seksi
program yang dicanangkan oleh dinas pariwisata belum dibuat secara total.
Dinas pariwisata seakan belum tahu pasti apa yang akan dilakukan dengan
pariwisata kota Depok. Arah pengembangan pariwisata tidak berjalan menuju
satu titik target yang harus dicapai dalam waktu tertentu. Hal ini berkaitan
juga dengan adanya anggaran yang terbatas. Namun begitu, menurut kepala
seksi pengembangan pariwisata, justru minimnya anggaran untuk bidang
pariwisata ini disebabkan belum adanya kejelasan program dari dinas
pariwisata sendiri. Menurutnya, dukungan angggaran akan datang dari
anggota dewan apabila dinas pariwisata dapat membuat program yang jelas.
Tetapi saya yakin anggota dewan akan mendukung kalau kita sudah
mempunyai program yang jelas. ya karena kan kalau ada programprogram kita ini kan belum dibuat secara total, harapan dewan itu, kami
ada program sehingga mereka akan mendukung masalah anggaran, dan
saya yakin anggaran juga akan tercapai kalau kita sudah punya program
seperti apa yang akan kita lakukan. (wawancara, 30 Mei 2011)
Belum jelasnya program-program dinas pariwisata ditegaskan oleh Kepala
Bidang Perencanaan Ekonomi Bappeda. Menurutnya dinas pariwisata seperti
bingung dalam membuat kegiatan-kegiatan kepariwisataan. Misalnya ketika
merencanakan untuk membuat semacam panduan bagi wisatawan dinas
pariwisata tidak menemukan format yang tepat untuk diterapkan, kebingungan
menentukan lokasi yang pada akhirnya rencana tersebut diberjalan. Hal ini
juga disebabkan oleh seringnya pergantian sumber daya manusia di dinas
pariwisata tersebut.
Ketika kita minta mereka expose beberapa kegiatan mereka sendiri
bingung. Mereka ingin membuat semacam tour guide begitu ya tetapi
yang mobile, pindah-pindah begitu. Saya bilang bagaimana, tempatnya
dimana? Pernah sempat mau di Setu Cilodong tapi akhirnya ngga jadi.
Ngga tahu tuh. Masalahnya itu di Dinas Pariwisata orangnya gantiganti. (wawancara, 5 Desember 2010)
mengenai apa
niaga dan jasa itu kan hanya pendukung, pendukung yang men-support
hunian yang nyaman. (wawancara, 5 Desember 2010)
Kepala Bidang Perencanaan Ekonomi berharap Depok bisa seperti sebuah
apartemen dengan format terintegrasi. Pengelola menyiapkan sarana dan
prasarana yang dibutuhkan oleh penghuninya. Fasilitas olah raga, belanja,
pendidikan dan lain-lain semua tersedia disatu tempat. Sehingga penghuni
tidak harus keluar jauh untuk memenuhi kebutuhannya. Apartemen tersebut
bisa menjadi sebuah gambaran miniatur kota. Depok diharapkan mampu
menyediakan semua kebutuhan warganya termasuk ke sektor pariwisata.
Pemerintah Depok menyiapkan objek wisata yang layak untuk dikunjungi
khususnya oleh warga Depok itu sendiri.
Saya sebenarnya berharap Depok itu seperti itu. Kalau itu kan
miniaturnya, harusnya seperti itu. Dan itu harusnya ke semua aspek, juga
pariwisata. Kalaupun orang Depok ingin pariwisata ya di Depok. Seperti
apa pemerintah Depok menyiapkan pariwisata yang layak didatangi.
(wawancara, 5 Desember 2010)
Untuk mewujudkan Depok sebagai kota yang nyaman tersebut menurut
Kepala Bidang Perencanaan Ekonomi, Depok telah membuat perencanaan tata
ruang kota melalui rencana tata ruang wilayah (RTRW) Depok sampai dengan
tahun 2030 yang akan di finalisasi tahun 2011 ini. Salah satu rencana tata
ruang kota Depok adalah rencana pembentukan kawasan wisata di sekitar
Masjid Kubah Emas. Dengan penetapan kawasan ini sebagai kawasan
pariwisata diharapkan terbentuk sinergisitas dari semua dinas untuk
menyukseskan rencana tersebut. Rencana ini juga dilakukan sebagai upaya
pencegahan terjadinya ketidakjelasan fungsi kawasan tersebut. Ketika
kawasan tersebut menjadi kawasan campuran dikhawatirkan potensi-potensi
wisata yang sudah mulai berkembang akan rusak dan tidak berjalan maksimal.
Di kawasan tersebut terdapat Masjid Kubah Emas, kampong rusa, dan daerah
padi organik.
Tidak serta merta bahwa akhirnya menjadi kawasan campuran, kalau
menjadi kawasan campuran khawatir yang sudah kita amankan seperti
kampung rusa kemudian ada daerah padi organik kawasan seperti itu
berdekatan dengan pesanggrahan. Kalau investasinya bermacam-macam
ini jadi tidak jelas. (wawancara, 5 Desember 2010)
Ya nanti kalau itu seperti daerah setu Rawa Besar atau disebut juga
dengan Urban Revenue. Situ Rawa Besar itukan jadi polemik karena
kumuh ya. Kita dah punya konsep, Bappeda itu punya konsep kalau ini itu
harusnya diratain begitu dalam arti diratain itu relokasi itu semua. Dan
itu akan dijadikan semacam daerah kawasan wisata termasuk apartemen.
Karena itu kan istilahnya mukanya depok lah ya. (wawancara, 5
Desember 2010)
Bappeda juga telah merencanakan untuk membuat sebuah kawasan campuran
disekitar jalan tol Juanda. Dikawasan ini diharapkan akan menarik minat
investasi para investor. Selain itu menurutnya Bappeda telah memiliki kajian
tentang taman kota. Terdapat beberapa titik yang direncanakan dapat dijadikan
sebagai taman kota. Investor bisa melihat kajian tersebut. Namun sayang pada
kenyaataanya investor kurang tertarik untuk berinvestasi pada taman kota
tersebut. Menurutnya investor lebih melihat peluang investasi pada sektor
perumahan karena besarnya potensi demografis Depok. Bahkan investasi jasa
perumahan ini menjadi yang paling besar dikota Depok.
Disitu kita sudah menentukan yang disebut dengan kawasan campuran
dimana itu dia bisa menjadi potensi investasi terus beberapa misalnya kita
juga sudah punya kajian taman kota beberapa titik itu bisa dijadikan
taman kota. Dan silahkan investor itu bisa melihat itu. Walaupun ternyata
kenyataannya kalau saya perhatikan investor tidak melihat
itu.(wawancara, 5 Desember 2010)
Kepala Bidang Perencanaan Ekonomi menambahkan bahwa dalam proses
perizinan pembangunan apartemen selalu menekankan dua aspek penting yang
harus
dikembangkan
oleh
Kita kan punya banyak setu tetapi setu juga belum suatu yang menarik
karena jalanannya kecil. Bus sepertinya bisa sih tapi cuma ke Setu
Pengasinan saja memungkinkan bisa masuk, yang lain cuma mobil- mobil
kecil dengan halaman parkirnya juga kecil.(wawancara, 5 Desember
2010)
Kepala Seksi Pengembangan Pariwisata menyadari pentingnya perbaikan
infrastruktur dalam mendukung suksesnya pemasaran kota Depok khususnya
untuk menyukseskan wisata setu. Untuk mengatasi masalah ini menurutnya,
Dinas Pariwisata sudah mengusulkan ke Dinas Pekerjaan Umum (PU) untuk
membuat jalan yang bagus. Jalan-jalan menuju setu sedang di rencanakan oleh
dinas PU untuk mendukung proses wisata air sebagai ikon kota Depok.
Itu yang sekarang yang kami sedang usulkan ya jalan. Jalan masih
belum memadai. jalan untuk ke setu-setu belum memadai. Jadi jalan itu
lagi diprogram oleh PU karena akan dijadikan ikon kota Depok, wisata
air itu. Tetapi mobil bus belum bisa masuk ke setu-setu. Ya ini
infrastruktur yang harus diperbaiki. (wawancara, 30 Mei 2011)
Kepala Bidang Perencanaan Ekonomi Bappeda Kota Depok menuturkan
dibutuhkan investasi menyeluruh dalam pengembangan satu objek wisata.
Pemerintah harus menetapkan sektor wisata apa yang akan dikembangkan
terlebih dulu. Misalnya sektor wisata setu, pemerintah harus menetapkan setu
mana yang akan dikembangkan. Pemerintah seharusnya berani untuk
melakukan investasi total dengan membeli areal setu tersebut serta
menyiapkan infrastruktur yang mendukung seperti jalan dan parkiran.
Makanya saya bilang kalau mau berinvestasi sekalian harusnya, mana?
Kita mau yang mana nih kalau mau setu yang mana nih yang mau
dikembangkan. Kalau setunya Setu Pengasinan ya sudah saya bilang
kalau bisa kawasan sekitar situ dibeli oleh pemerintah. Parkirnya saja
susah. (wawancara, 5 Desember 2010)
Kepala Bidang Perencanaan Ekonomi Bappeda menyatakan bahwa Bappeda
tidak secara langsung melakukan kajian terkait kebutuhan infrastruktur untuk
sektor pariwisata seperti jalan. Namun Bappeda melihat kebutuhan
pembangunan jalan berdasarkan identifikasi terhadap titik-titik kemacetan.
Keputusan untuk membangun jalan baru di titik tertentu karena beban
kemacetan yang tinggi. Begitu juga pembangunan suatu cerukan misalnya
karena di kawasan tersebut banyak terjadi transit angkot. Hal ini pula
Kepala
Bidang
Perencanaan
Ekonomi
Bappeda
dukungan
infrastruktur dan akses jalan terhadap sektor pariwisata masih kurang. Kepala
Bidang menambahkan bahwa ketika berbicara sektor pariwisata tidak terbatas
hanya pada masalah satu objek wisata. Diperlukan dukungan infrastruktur
serta sarana dan prasarana yang cukup. Oleh karena itu diperlukan upaya
mencari terobosan jalan baru untuk menguraikan beban kemacetan di Depok.
Depok telah merencanakan untuk membangun beberapa ruas jalan baru untuk
mengurangi beban dan kemacetan. Salah satunya berkaitan dengan jalur
Sawangan yang merupakan jalan menuju ke Kubah Emas. Bappeda
merencanakan untuk membangun jalan tembusan dari Juanda ke Cinere.
Oh iya. Masih kurangnya dukungan infrastruktur dan akses jalan. Kalau
bicara pariwisata tidak bisa berbicara hanya satu objeknya saja.
Sekarang coba kebayangkan Kubah Emas dengan volume kunjungan
seperti itu beban Sawangan sudah luar biasa. Rencananya tembusan
Juanda ke Cinere, salah satu terobosan juga. Jalan biasa seperti Juanda
yang sekarang. Jadi Juanda itu tembusannya langsung. (wawancara, 5
Desember 2010)
Selanjutnya Depok merencanakan melakukan pelebaran jalan Meruyung
sampai 24 meter. Menurut Kepala Bidang Perencanaan Ekonomi Bappeda,
rencananya pada tahun 2011 ini Dinas Pekerjaan Umum Kota Depok akan
memulai proses pembebasan jalan Meruyung. Pembebasan ini berkaitan
dengan tingginya volume lalu lintas dijalan tersebut. Salah satunya wisatawan
yang menuju kubah emas.
Ada, di Fisfra, ada. saya tahu malah dari PU kemarin. Kemarin dinas
PU bilang bahwa pada tahun 2011 sudah akan dimulai proses
pembebasan jalan Meruyung. Dibebaskan 24 meter. Artinya kan jelas
bahwa disana volumenya tinggi, menuju kesana, sehingga diperlukan
jalan yang lebih besar begitu. (wawancara, 5 Desember 2010)
Kepala Bidang Perencanaan Ekonomi Bappeda menambahkan bahwa ada
rencana juga untuk membangun jalan tembusan melalui flyover dari Dewi
Sartika menuju Kota Kembang. Flyover ini juga akan ada tembusan ke
Jatijajar yang juga direncanakan dibangun terminal antar kota menggantikan
peran terminal di Margonda.
Ini ada rencana mau ada jalan tembus juga tapi masih dalam proses ya.
Jadi dari Dewi Sartika tadi yang ada rel kereta rencananya bakal ada
flyover yang menuju Kota Kembang dimana dia ada tembusan langsung
ke Jatijajar, karena kita juga nanti ada terminal di Jatijajar. Iya. disitu
tadi sebelahnya akan jadi terminal di Jatijajar antar kota. (wawancara, 5
Desember 2010)
Kepala Bidang Perencanaan Ekonomi Bappeda Kota Depok menambahkan,
selain pembangunan jalan biasa Depok juga akan membangun jalan tol baru.
Pembangunan jalan tol yang akan didahulukan adalah jalan tol Cijago yang
menghubungkan
Cinere
dengan
jalan
tol
Jagorawi.
Didahulukanya
kota
Depok
khususnya
sektor
pariwisata.
Depok
telah
Pariwisata
menyatakan
masih
kurangnya
kesadaran
juga
mengarahkan
para
investor
perumahan
baru
untuk
Nah itu seperti yang saya bilang tadi peninggalan Belanda tadi.
Misalnya sekolah SD pagar masiwa itu. Kemudian Gereja Masehi,
kemudian Kuburan Kamboja. Ya itukan sejarah itu, sejarah
peninggalan Belanda dulu. Kemudian keroncong peninggalan
Belanda ya, walaupun saya belum terlalu mempelajari. Mungkin
disini ada nih mas. (wawancara, 30 Mei 2011)
Abang Depok 2010-2011 menilai bahwa kota Depok terkesan lupa
terhadap sejarah Depok itu sendiri. Menurutnya Depok seharusnya
menonjolkan potensi wisata sejarah sebagai daya jual pariwisata kota
Depok. Pada zaman Belanda, Depok merupakan sebuah wilayah milik
tuan tanah Belanda yang bernama Cornelis. Wilayah Depok pada zaman
Belanda menjadi koloni Kristen pertama di Indonesia. Sayangnya menurut
Abang Depok 2010-2011 ini, Kota Depok kurang perduli terhadap situssitus peninggalan sejarah tersebut sehingga banyak situs sejarah yang
terbengkalai dan beralih fungsi.
Tetapi disini ada yang terlupakan bang. Wisata sejarah dari kota
Depok itu sendiri bang. Depok itu kan dulunya suatu bekas koloni
Belanda yang punya itu Cornelis. Sekarang bangunan-bangunannya
itu sudah hampir ngga ada yang paling bertahan itu cuma Gereja
Emmanuel doang, sama SD juga sudah dirombak terus yang caf
disana juga jadi berubah fungsi. Yang paling pengen ditonjolin itu
sebenarnya tuh Depok itu kayak sejarah dari Belanda itu bang.
Seharusnya dari pariwisata ini kita menonjolkan itu dan kita mau
buat patung museum. Museum yang menonjolkan sebenarnya apa sih
jati diri dari kota Depok itu sendiri.(wawancara, 8 Juni 2011)
Saudara Rifa Rizky Simfoni, Abang Depok 2010-2011 mencontohkan
Jembatan Panis yang tidak terawat sehingga nilai historisnya mulai luntur.
Padahal menurutnya jembatan ini memiliki nilai sejarah tinggi. Jembatan
ini juga memiliki potensi sebagai daya jual pariwisata dari peninggalan
sejarah.
Memang tidak ada diangkat. Seperti Jembatan Panis bang, tahukan
jembatan Panis yang buat film Lupus itu. Itu sebetulnya bisa dijadikan
suatu objek wisata jika memang jembatan itu dikelola. Misalnya di
jembatan tersebut dijadikan suatu tempat pameran outdoor. Soalnya
jembatan dulu tuh berprakarsa dalam revolusi fisik dijaman Belanda.
Itu yang menghubungkan antara kota Jakarta sama Depok. Tapi
sekarang malah dibiarkan saja. Dipake sih masih tetapi tidak
Bidang
Perencanaan
Ekonomi
Bappeda
Kota
Depok
Emas kan? Iya memang itu. Tetapi jalannya kecil dan disitu ada
perternakan sapi disitu. Ada juga tempat pertemuannya, penginapan
juga ada, tapi seperti di saung-saung sawah begitu. (wawancara, 5
Desember 2010)
e. Momen Spesial
Untuk momen spesial, menurut Abang Depok 2010-2011 Depok memiliki
kegiatan Festival Depok. Acara ini diadakan dalam rangka memperingati
hari ulang tahun kota Depok. Dalam acara ini ditampilkan beberapa
pertunjukkan seni budaya yang menjadi unggulan kota Depok. Selain itu
ada penampilan dari kota-kota undangan seperti dari Karawang, Bogor dan
Sukabumi.
Iya soalnya kan setiap tahun itu dia ada pawai namanya Kirab
Budaya, sebelum acara. Kemarin itu ada dari kabupaten Karawang,
Bekasi, Sukabumi dan Bogor, sudah. Satu lagi Depok sebagai tuan
rumah. Jadi bentuk acaranya itu, kemarin dari Disporaparsenbud-nya
ini dia menyelenggarakan menampilkan Tari Topeng Putra Kinang
Cisalak. Itu salah satu unggulan kebudayaan dari kota Depok juga.
Terus yang kedua memang ditampilkan juga suatu atraksi Gong
Sibolong yang menampilkan suatu keunikan alat music tradisional di
Depok. Kemarin kita juga mengundang suatu musik ansambel
angklung dari Bandung. Sama lenong. (wawancara, 8 Juni 2011)
f. Wisata Kuliner
Kepala Bidang Perencanaan Ekonomi Bappeda Kota Depok menuturkan
adanya rencana untuk menggelar kegiatan wisata kuliner. Bappeda sudah
menyiapakn budget untuk acara tersebut. Kegiatan ini diharapkan
diadakan di tempat strategis yang mudah untuk di akses semua kalangan.
Dengan dilakukannya wisata kuliner ini juga diharapkan mampu menjadi
media promosi wisata kota Depok.
Tahun depan mereka ada kegiatan wisata kuliner itu. Kita kasih
budget-nya kemarin. Tolong siapin kegiatan wisata kuliner. Apakah
nanti itu menjadi acara tahunan, yang jelas mereka harus tempatkan
di tempat yang strategis yang orang mau berkunjung kan.
(wawancara, 5 Desember 2010)
g. Gedung Dan Momumen
Depok memiliki masjid kubah emas sebagai daya tarik pariwisata dari
gedung dan bangunan. Masjid kubah emas saat ini menjadi daya tarik
utama dan unggulan kota Depok. Pengunjung kubah emas dari berbagai
wilayah
di
Indonesia.
Seperti
di
tuturkan
oleh
Kepala
Seksi
i. Wisata Pendidikan
Menurut Abang Depok 2010-2011, Depok memiliki potensi wisata
pendidikan dengan adanya Universitas Indonesia yang merupakan salah
satu universitas terbaik dan terbesar di Indonesia. Apalagi sekarang ada
tambahan bangunan perpusatkaan pusat UI yang merupakan salah satu
perpustakaan terbesar di Asean.
Kita mempunyai suatu ikon yang ada di Universitas Indonesia itu
jugakan patut untuk promosi wisata pendidikan juga bang.
(wawancara, 8 Juni 2011)
Pengembangan
Pariwisata Kota Depok, salah satu media yang digunakan adalah brosur.
Media brosur ini dijadikan sebagai media untuk mempromosikan wisata kota
Depok kepada pasar wisatawan. Brosur ini berisi informasi mengenai hotelhotel yang ada di Depok, restoran, tempat-tempat hiburan serta tempat
rekreasi. Karena data-data tersebut sudah ada di Disporpasenbud, maka
menurut Kepala Seksi Pengembangan Pariwisata mau tidak mau dinas
pariwisatalah yang mempromosikan keluar daerah melalui brosur.
Kerjasamanya karena sudah masuk di data sini, hotel-hotel, kemudian
restoran-restoran, kemudian tempat hiburan, tempat rekreasi karena
sudah merupakan data disini ini mau tidak mau kerjasamanya adalah kita
yang mempromosikan, yang mempromosikan keluar daerah. Ntar kita
buat data seperti ini dek. Jadi salah satunya itu dek mempromosikan
melalui brosur ini dibuat melalui model publikasi ini, salah satunya itu.
(wawancara, 30 Mei 2011)
Selain melalui media brosur, promosi untuk mengkomunikasikan image ini
juga dilakukan melalui flyer. Namun demikian, menurut Saudara Rifa Rizky
Simfoni Abang Depok 2010-2011, promosi melalui flyer ini dirasakan sangat
kurang baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Flyer yang di dapat juga
kebanyakan masih didapatkan dari para pengusaha yang ingin berpromosi itu
sendiri.
Kalau di JCC kemarin saya ngga ikut, saya kan pergi ke Aceh. Saya itu
ikut tahun 2009 dan 2010 ikutnya. Ada sesuatu yang dikasih misalnya
flyer rumah keramik F. Widiyanto dia menitipkan flyer-nya. Ini loh saya
kasih. Tapi misalnya dari kota Depok ini flyer-nya masih- flyer itukan
salah satu senjata juga bang buat promosi- masih kurang kayaknya.
(wawancara, 8 Juni 2011)
Kegiatan promosi wisata Depok banyak dilakukan melalui pameran-pameran
diberbagai daerah. Salah satu pameran yang rutin di ikuti kota Depok adalah
Depok
sekaligus
Duta
Wisata,
Saudara
Rifa
tidak
hanya
menampilkan suatu seni budaya juga bang. Tapi seni budaya juga tidak
terlepas dari pariwisata jugakan. Jadi disitu kami menampilkan antara
seni budaya dan juga pariwisata. Tahun kemarin itu kita menampilkan
Mustika Siliwangi. Sanggar Mustika Siliwangi. Dia membawakan musikmusik tradisional Depok dan juga Betawi sih bang. Musik doang sih
kemarin sama silat.(wawancara, 8 Juni 2011)
Menurut Kepala Seksi Pengembangan Pariwisata, Kota Depok juga mengikuti
berbagai pameran di berbagai daerah di Indonesia. Pameran yang di ikuti
seperti di Jogjakarta, Bali, Batam, dan Medan. Selanjutnya, kegiatan promosi
ini diharapkan dapat dilakukan di seluruh daerah di Indonesia. Untuk promosi
lingkup jabotabek dirasa sudah cukup dengan mengikuti pameran Gebyar
Nusantara yang dilaksanakan di JCC, Jakarta.
Kalau promosinya kita jabotabek sudah jelas dengan pameran JCC
kemarin itu jabotabek sudah cukup tahu, Solo kita promosikan juga,
Jogja, Bali, dan Batam. Kita besok ke Semarang baru kemudian ke
Surabaya. Aceh kemarin baru pulang. Mudah-mudahan bisa ke seluruh
Indonesia. Kalau cakupan provinsi Jawa Barat sudah termasuk. Iya
sudah. (wawancara, 30 Mei 2011)
Disamping mengikuti berbagai acara di luar daerah, Kota Depok juga
memiliki satu acara yang menjadi peluang dalam mempromosikan sektor
pariwisatanya yaitu Festival Depok. Kegiatan ini diadakan oleh pemerintah
kota Depok sendiri. Menurut Rifa Rizky Simfoni, Abang Depok 2010-2011,
Festival Depok merupakan kegiatan memperingati hari jadi kota Depok.
Dalam acara ini biasanya hadir tamu undangan dari Kabupaten lain seperti
Bekasi, Karawang dan Sukabumi. Salah satu yang ditampilkan dalam acara
tersebut adalah kesenian dan kebudayaan unggulan kota Depok.
Iya soalnya kan setiap tahun itu dia ada pawai namanya Kirab Budaya,
sebelum acara. Kemarin itu ada dari kabupaten Karawang, Bekasi,
Sukabumi dan Bogor, sudah. Satu lagi Depok sebagai tuan rumah. Jadi
bentuk acaranya itu, kemarin dari Disporaparsenbud-nya ini dia
menyelenggarakan menampilkan Tari Topeng Putra Kinang Cisalak. Itu
salah satu unggulan kebudayaan dari kota Depok juga. Terus yang kedua
memang ditampilkan juga suatu atraksi Gong Sibolong yang menampilkan
suatu keunikan alat musik tradisional di Depok. (wawancara, 8 Juni
2011)
Kegiatan selanjutnya adalah berbagai kegiatan yang berkaitan dengan
kerjasama Abang-Mpok Depok dengan berbagai komunitas. Berdasarkan
penuturan Rifa Rizky Simfoni, Abang Depok 2010-2011, salah satu
Kepala
Seksi
Pengembangan
Pariwisata
Kota
Depok
menambahkan bahwa setiap evaluasi itu dibuat dalam berbagai indikatorindikator pencapaian. Hanya saja beberapa hal masih sulit dilakukan evaluasi
terkait kesulitan dalam penentuan indikatornya, misalnya seperti berapa
jumlah pengunjung tempat-tempat pariwisata.
103
Universitas Indonesia
Kekuatan (strengths)
didatangkan dari negara-negara Eropa dan Brazil, seperti emas, lampu, dan
granit dari Italia, serta beberapa material lain dari Spanyol, Norwegia, dan
Brazil. Pembangunannya pun dijalankan oleh tenaga profesional dari luar
negeri dan memakan biaya milyaran rupiah.
Dengan segala kelebihannya, masjid ini mampu menarik minat wisatawan
untuk datang ke kota Depok. Bahkan menurut penuturan Kepala Bidang
Perencanaan Ekonomi Bappeda Kota Depok, seluruh Indonesia sudah tahu
keberadaan Masjid Kubah Emas di Depok. Oleh karena itu, masjid ini
menjadi daya tarik utama sekaligus kekuatan pariwisata yang bisa menarik
kunjungan wisatawan ke Depok.
Selain Masjid Kubah Emas, menurut Ketua Asita kota Depok terdapat
sejarah Belanda Depok yang bisa menjadi kekuatan dalam menarik
kunjungan wisatawan. Menurutnya sejarah Belanda Depok sudah dikenal
luas baik nasional maupun internasional. Sejarah Belanda Depok melekat
dibenak orang sehingga mudah ketika diangkat menjadi salah satu objek
dalam pariwisata. Namun begitu, pengangkatan sejarah Depok sebagai
salah satu daya jual kepada wisatawan sedikit sulit. Situs-situs peninggalan
sejarah tidak dirawat dengan baik. Beberapa bangunan sudah mengalami
renovasi bahkan ada yang berubah fungsi. Berdasarkan pengamatan
dilapangan menunjukkan situs-situs tersebut belum mampu menarik minat
orang untuk datang. Apalagi dengan kondisi yang kurang terawat semakin
memudarkan nilai sejarah pada situs-situs tersebut.
Kelemahan (weakness)
Depok. Sejarah Belanda Depok ini meninggalkan nilai sejarah dan situssitus sejarah di kota Depok yang masih bisa dilihat saat ini. Namun begitu,
perhatian terhadap situs-situs sejarah tersebut masih kurang. Bangunanbangunan peninggalan sejarah Belanda Depok tidak dirawat dengan baik
dan biarkan. Akibatnya makna sekarang dan nilai dari bangunan tersebut
memudar. Padahal sejarah Belanda Depok memiliki potensi untuk
ditonjolkan sebagai daya tarik bagi wisatawan.
Peluang (oppurtunities)
Cinere dengan Jagorawi. Dengan adanya tol ini, para pengunjung akan
lebih mudah dan cepat dalam mencapai tujuan wisata di kota Depok
khususnya masjid Kubah Emas. Wisatawan bisa langsung menuju ke
daerah Cinere melewati tol. Tidak perlu lagi melewati jalur Sawangan
Meruyung yang memiliki tingkat kemacetan tinggi. Artinya dengan adanya
pembangunan jalan tol ini akan mempermudah akses wisatawan ke tempat
tujuan. Bebasnya pengunjung dari kemacetan jalan biasa diharapkan
mampu meningkatkan minat wisatawan untuk berkunjung.
Peluang selanjutnya menurut Kepala Bidang Perencanaan Ekonomi
Bappeda adalah banyaknya kunjungan wisatawan ke masjid kubah emas.
Banyaknya kunjungan ini menjadi peluang dalam arti para pengunjung
dapat diarahkan untuk bisa mengunjungi objek pariwisata lainnya di kota
Depok. Di sekitar kubah emas terdapat beberapa potensi pariwisata yang
saling berdekatan diantaranya wisata alam Kawasan Sembilan Sembilan
atau dikenal juga dengan Kampung Rusa serta area tanaman padi organik.
Pengunjung yang melakukan wisata religi ke kubah emas mungkin saja
mau berkunjung ke objek tersebut asalkan pemasar kota Depok dapat
memaksimalkan peluang tersebut.
Wisatawan biasanya mengunjungi satu atau dua objek wisata yang paling
menonjol dari suatu daerah. Setelah itu biasanya para wisatawan ini akan
membeli sesuatu yang menjadi ciri khas dari daerah yang dikunjungi atau
sekedar membeli sesuatu sebagai oleh-oleh pulang. Contohnya banyak
wisatawan yang berkunjung ke masjid kubah emas. Setelah itu mereka akan
pergi ke Tanah Abang atau daerah Tajur untuk membeli pakaian dan oleholeh. Perilaku ini sebetulnya bisa menjadi peluang tersendiri bagi Depok
untuk bisa meningkatkan kunjungan wisatawan pada sektor wisata belanja.
Perlu adanya intergrasi dari beberapa tempat wisata sehingga mampu
memberikan dukungan dalam menarik wisatawan yang berdampak pada
peningkatan ekonomi daerah.
Ancaman (threats)
Posisi Depok yang sangat dekat dengan Jakarta dan Bogor menjadi peluang
sekaligus ancaman. Jakarta dan Bogor yang memiliki keunggulan dan ke
khasan masing-masing bisa mengalihkan wisatawan untuk berkunjung ke
Depok. Apalagi jika membandingkan objek-objek pariwisata yang di miliki
oleh Jakarta dan Bogor dengan kota Depok jelas tidak sebanding. Jakarta
memiliki beberapa objek yang sudah di kenal secara nasional seperti Tugu
Monas, TMII, dan dunia fantasi Ancol. Begitu juga dengan Bogor yang
terkenal diantaranya Kebun Raya Bogor, Taman Safari dan The Jungle.
Sedangkan kota Depok baru memiliki masjid kubah emas yang sudah
dikenal luas. Dengan posisi yang dekat ini bisa jadi calon wisatawan akan
lebih memilih berkunjung ke Bogor atau Jakarta.
Kota Depok menyadari bahwa ancaman dan persaingan dalam menarik
kunjungan wisatawan itu pasti ada. Namun begitu, untuk masalah
persaingan dan kota pesaing Kepala Seksi Pengembangan Pariwisata
Depok sebagai sesuatu relatif. Maksudnya dengan adanya ancaman dari
luar seperti Jakarta dan Bogor bukan berarti menjadikan kota Depok tidak
memiliki daya saing. Keputusan kunjungan wisata tergantung dari kemauan
dari calon wisatawan itu sendiri. Misalnya kalau calon wisatawan ingin
melihat Taman Safari otomatis mereka akan berkunjung ke Bogor atau
ingin melihat Tugu Monas akan pergi ke Jakarta karena kedua objek
tersebut tidak ada di Depok. Tapi kalau wisatawan ingin melihat masjid
kubah emas pasti datang ke Depok. Kemampuan wisatawan juga bisa
mempengaruhi ke kota mana dan objek mana mereka akan berkunjung.
Masjid kubah emas yang tidak mengenakan tiket masuk bisa menjadi
pilihan utama bagi wisatawan dibandingkan pergi ke Taman Safari yang
lebih jauh dan membutuhkan biaya lebih besar.
Kota Depok menetapkan beberapa misi yang sesuai dengan tugas pokok
dan fungsi yang diemban oleh Dinas. Misi Dinas Pemuda, Olah Raga,
Pariwisata dan Seni Budaya Kota Depok dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Menata
berdaya
berjiwa
kepemimpinan,
kepeloporan,
dan
kewirausahaan.
2. Meningkatkan prestasi olahraga dan kualitas hidup masyarakat,
melalui olahraga pendidikan, olahraga prestasi dan olahraga rekreasi
yang berkesinambungan.
3. Mengembangkan sumber daya pariwisata yang berdaya saing guna
mendorong peningkatan ekonomi masyarakat.
4. Melestarikan dan menciptakan nilai-nilai seni yang berlandaskan
kebudayaan nasional.
Bidang pariwisata, seni dan budaya memiliki tugas pokok dan fungsi sesuai
dengan misi pada poin 3 dan 4. Untuk mencapai misi strategis tersebut,
bidang Parsenbud menetapkan beberapa tujuan diantaranya, meningkatkan
kualitas dari seluruh sumber daya pariwisata yang ada di Kota Depok,
meningkatkan pengetahuan masyarakat Kota depok mengenai obyek wisata
di Kota Depok, meningkatkan kualitas kesenian tradisional dari Kota
Depok, meningkatkan peran serta para pelaku seni dalam upaya
meningkatkan
eksistensi
kesenian
tradisional
Kota
Depok,
serta
sinergi
antara
pemerintah
dan
swasta
guna
akan bisa membantu menciptakan kota Depok yang nyaman bagi warga
dan juga pengunjung. Nyaman berarti semuanya tertata dengan rapi. Tidak
ada tumpah tindih penggunaan fungsi lahan yang akan menimbulkan
ketidakjelasan desain kota.
Dari sisi penggunaan lahan, berdasarkan rancangan RTRW Kota Depok
2010-2030 tercatat bahwa proporsi lahan terbangun meningkat pesat dalam
5 tahun terakhir, dari sekitar 9.299 ha atau 46.49 % pada tahun 2005
menjadi sebesar 10.461,99 ha atau sekitar 52.23 % dari luas wilayah Kota
Depok. Dengan demikian, proporsi lahan tidak terbangun mengalami
penyusutan dari 53,51 % pada 2005 menjadi 47,64 % pada 2009. Ini berarti
rata-rata pertumbuhan lahan terbangun mencapai 3,14 % per tahun.
Dominasi penggunaan lahan terbangun terbesar diperuntukkan bagi lahan
permukiman dengan luas sebesar 9540,64 ha atau sebesar 48,57 % dari luas
lahan Kota Depok.
Evaluasi perkembangan guna lahan terhadap arahan Revisi RTRW Kota
Depok 2005-2010 dalam kajian penyusunan RTRW 2010-2030 mencatat
adanya ketidaksesuaian perkembangan penggunaan lahan dari arahan
pengembangan perumahan menjadi industri, terutama mulai terlihat adanya
pertumbuhan industri secara sporadis seperti di Jalan Meruyung, Jalan
Raya Parung dan Jalan Abdul Wahab. Selain itu, terdapat kecenderungan
perkembangan kawasan perumahan formal maupun swadaya pada lahan
yang diperuntukan bagi kegiatan pertanian, kawasan lindung setempat
(sempadan sungai/irigasi, setu dan SUTET) serta meningkatnya intensitas
lahan pada kawasan perumahan kepadatan rendah menjadi kepadatan
sedang bahkan cenderung kepadatan tinggi seperti pada sebagian
Kecamatan Sawangan, Limo dan Cilodong. Selain itu berkembangnya guna
lahan sepanjang jalan-jalan utama Kota Depok menjadi kawasan fungsi
campuran (mixused) antara peruntukan perkantoran, perdagangan retail dan
non retail.
Salah satu rencana tata ruang Depok adalah pembentukan kawasan wisata
kubah emas. Dikawasan ini terdapat beberapa objek wisata yang sudah
dikembangkan. Objek wisata yang palig utama adalah masjid kubah emas
itu sendiri. Selain itu disekitarnya terdapat kawasan sembilans-sembilan
yang terletak di daerah kampong rusa serta kawasan padi organik.
Penetapan
kawasan
wisata
kubah
emas
ini
dimaksudkan
untuk
titik
yang bisa
dijadikan
sebagai
taman
kota.
Untuk
karena kondisinya saat ini yang kotor dan kumuh. Padahal kawasan ini
meiliki potensi dan posisi yang sangat strategis untuk pengembangan
kawasan wisata tengah kota serta pusat perkembangan bisnis Depok.
Posisinya yang berada di belakang kantor walikota bisa membuka
kesempatan sebagai pusat daya tarik bagi wisatawan.
Disamping perencanaan pembentukan kawasan-kawasan tersebut, kota
Depok juga lebih selektif dalam memberikan izin kepada para investor
yang akan membangun apartemen. Pembangunan apartemen dan
perumahan harus memperhatikan dua aspek penting yaitu penciptaan
kenyamanan bagi penghuni serta upaya untuk mengurangi kemacetan kota
Depok. Aspek kenyamanan berkaitan dengan ketersediaan fasilitas yang
dibutuhkan olej penghuni. Pengembang dituntut untuk membangun
apartemen dengan konsep terpadu. Selain hunian tempat tinggal harus
menyediakan juga fasilitas belajan, olah raga, serta liburan. Dengan begitu
para pengunjung tidak harus banyak keluar dan diharapkan dapat
mengurangi kemacetan Depok.
b. Peningkatan Infrastruktur Daerah
Menarik kunjungan wisatawan tidak terbatas pada pengembangan dan
promosi objek wisata. Adanya objek wisata yang bagus tidak menjamin
banyaknya wisatawan yang datang berkunjung. Kesulitan akses jalan,
kurangnya moda transportasi dan serta buruknya kualitas air bersih akan
menurunkan minat wisatawan untuk berkunjung. Oleh karena itu
dibutuhkan dukungan infrastruktur yang baik dalam menarik kunjungan
wisatawan. Kondisi infrastruktur yang baik, seperti sarana transportasi yang
nyaman dan tepat waktu, sarana listrik dan air bersih yang memadai, dan
sarana pendukung lainnya akan sangat membantu kesuksesan pemasaran
daerah yang ada.
Kota Depok menyadari adanya kekurangan dukungan infrastruktur
terhadap upaya menarik kunjungan wisatawan. Akses jalan menuju
beberapa titik wisata masih sangat kurang. Untuk memasuki area wisata
setu umumnya jalan masih kecil. Baru mobil-mobil kecil yang bisa masuk
ke area tersebut. Kalaupun bisa masuk lahan parkir yang tersedia juga
masih kurang memadai. Baru satu setu yang memungkinkan untuk masuk
bus yaitu setu pengasinan. Selain akses ke wisata setu, masalah
infrastruktur jalan juga terjadi ketika menuju kawasan wisata kubah emas.
Jalan Meruyung yang merupakan salah satu jalan menuju kubah emas
terbilang sempit. Seringkali terjadi kemacetan parah terutama pada akhir
pekan. Banyaknya pengunjung yang datang ke kubah emas di tambah
warga Depok yang keluar untuk liburan akhir pekan menimbulkan
kemacetan disepanjang jalan Meruyung. Kondisi ini tentunya akan
mengurangi kenyamanan wisatawan yang datang ke kubah emas.
Menyadari kondisi ini, Kepala Seksi Pengembangan Pariwisata sudah
mengajukan
ke
dinas
pekerjaan
umum
(PU)
untuk
melakukan
pembangunan jalan yang lebih baik. Namun begitu tidak mudah untuk
membangun jalan baru atau melakukan pelebaran jalan. Dibutuhkan biaya
yang besar dan waktu panjang untuk bisa merealisasikan satu ruas jalan.
Membangun ruas jalan baru merupakan kebutuhan penting yang dapat
mempengaruhi maksimal tidaknya upaya menarik kunjungan wisatawan.
Kemacetan yang sering terjadi akan menimbulkan image negatif kota
Depok dan membuat orang malas untuk berkunjung. Keputusan
pembangunan atau pelebaran jalan menurut Kepala Bidang Perencanaan
Ekonomi Bappeda tidak secara langsung berkaitan dengan kebutuhan
infrastruktur untuk kepentingan pariwisata. Kebutuhan pembangunan jalan
baru lebih didasarkan pada analisis titik-titik kemacetan kota Depok.
Walaupun pembangunan jalan tidak secara langsung untuk pariwisata
namun pada akhirnya pengaruhnya akan membawa dampak positif bagi
pariwisata juga. Misalnya untuk jalan Meruyung yang menuju kubah emas.
Jalan ini merupakan salah satu jalan yang seringkali mengalami kemacetan
cukup parah. Oleh karena itu, Bappeda sudah merencanakan untuk
melakukan pelebaran jalan Meruyung menjadi 24 meter. Rencana ini belum
direalisasikan. Dinas PU masih dalam proses untuk pembebasan lahan.
Dengan adanya pelebaran jalan ini diharapkan wisatawan yang akan
berkunjung ke kubah emas dan sekitarnya bisa lebih cepat dan nyaman.
Kota Depok juga sedang membangun ruas jalan baru yang menghubungkan
jalan Juanda ke daerah Cinere. Pembangunan jalan ini diharapkan bisa
menjadi alternatif bagi pengunjung maupun warga yang akan pergi ke
daerah Cinere dan kubah emas. Dengan adanya jalan ini sebagai upaya
untuk mengurangi beban kemacetan yang sering terjadi di sepanjang jalur
Sawangan menuju kubah emas dan Cinere. Jalan Juanda Cinere ini
merupakan jalan biasa. Selain jalan ini Depok juga akan membanguna
flyover yang menghubungkan jalan Dewi Sartika dengan kota kembang
serta ada tembusan langsung ke daerah Jatijajar. Rencana pembangunan
jalan tembusan ke Jatijajar ini sejalan dengan adanya pembangunan
terminal antarkota di Jatijajar. Rencananya terminal di Margonda akan
dirubah sebagai terminal untuk kendaraan-kendaraan kecil. Bus dan
anngkutan antar kota akan dialihkan ke terminal Jatijajar. Dengan tidak
masuknya kendaraan besar ke pusat kota Depok diharapkan akan
mengurangi kemacetan yang selalu terjadi disepanjang jalan Margonda.
Selain jalan biasa, Depok juga merencanakan untuk membangun jalan tol
yangmenghubungkan Jagorawi dengan Cinere. Jalan tol ini dikenal dengan
tol Cijago. Pembangunan tol ini sebagai upaya kota Depok untuk
memudahkan akses masyarakat dan wisatawan yang ingin berkunjung ke
kubah emas dan sekitarnya. Dengan adanya jalan tol ini pengunjung tidak
perlu lagi melewati jalan pusat kota atau ke daerah Sawangan. Dari tol bisa
langsung ke Cinere dengan waktu yang lebih cepat.
Dari sisi moda transportasi kota Depok, lalu lintas Angkutan Penumpang
Kereta Api merupakan alat transportasi antar kota yang paling banyak
diminati karena biayanya yang relatif murah, daya angkut yang besar serta
lebih cepat sampai di tujuan. Di Kota Depok terdapat 5 Stasiun Kereta Api
yakni Stasiun Kereta Api Pondok Cina, UI, Depok Baru, Depok Lama, dan
Citayam sedangkan rute yang dilayani saat ini adalah Depok Angke,
Depok Bekasi, Depok Bojong Gede , Depok Jakarta Kota, Depok
Manggarai dan Depok Tanah Abang.
Dari sisi transportasi jalan raya, panjang jalan di Kota Depok tahun 2009
adalah 503,24 km, jika dirinci menurut status pemerintah yang berwenang
maka panjang jalan negara 14,31 km, jalan propinsi 19,16 km, dan jalan
kota sepanjang 467,77 km. Secara umum, kondisi jalan yang baik adalah
sepanjang 388,98 km (83,21%) dan yang rusak 83,59 km (17,69 %).
Sedangkan untuk melayani penumpang di dalam kota, Pemerintah Kota
Depok memberlakukan jalur trayek angkutan umum. Berdasarkan data
tahun 2009, jumlah angkutan umum yang menggunakan jalan darat di Kota
Depok sebanyak 2.894 kendaraan.
Hasil evaluasi kinerja jalan antara tahun 2006 2009 melalui perhitungan
V/A, diperoleh ruas jalan dengan nilai V/C Ratio > 0,8 yang berarti pada
beban puncak terjadi kemacetan dan ketidaknyamanan penggunaan jalan.
Terlihat bahwa dalam 4 tahun terakhir terjadi peningkatan jumlah ruas jalan
yang mengalami kemacetan pada saat beban puncak.
Tabel 4.1 Kondisi Ruas Jalan Kota Depok dengan Nilai V/A >0,8
4.2.3
yaitu
penyerapan
tenaga
kerja,
keuntungan
konsumsi
Segmentasi
kedalam
segmen-segmen
yang
lebih
sesuai
dengan
Targeting
Sejalan dengan tidak adanya proses segementasi pasar, kota Depok juga
belum menentukan segmen pasar yang menjadi target untuk bisa berkunjung
ke kota Depok. Menurut Kepala Seksi Pengembangan Pariwisata, Depok
belum bisa menargetkan wisatawan dari mana saja yang diharapkan
berkunjung ke Depok. Namun begitu, kota Depok tetap melakukan promosi
keluar daerah agar wisatawan dari luar daerah mau berkunjung ke kota
Depok.
Disamping tidak adanya target market, kota Depok mun masih belum
mengkalkulasi target jumlah kunjungan untuk setiap tahunnya. Target
pencapaian jumlah pengunjung sebagai salah satu ukuran kontrol terhadap
biaya promosi yang sudah dikeluarkan masih belum jelas. Targetnya masih
bersifat umum saja. Data aktual jumlah pengunjung pariwisata kota Depok
pun masih belum dapat dikalkulasikan dengan baik. Kepala Seksi
Pengembangan Pariwisata Depok ini merasa masih kesulitan untuk
menghitung jumlah pengunjung tempat-tempat wisata. Hal ini karena masih
belum adanya paduan pembangunan yang terarah di level yang lebih tinggi.
Data yang kami dapat dari Kepala Seksi Pengembangan Pariwisata kota
Depok hanya sebatas kata lumayan saja, dikarenakan data yang dimiliki
sedang dihandle bawahannya yang sedang izin. Namun demikian Kepala
Seksi Pengembangan Pariwisata Depok menyadari akan pentingnya data
pengunjung kota Depok ini, terutama pengunung pariwisatanya.
Positioning
kampanye
pemasaran.
Misalnya
Singapura
melalui
positioning-nya
Uniquely Singapore ingin menawarkan sesuatu yang unik yang tidak akan
ditemukan di negara lain. Terkait positioning dan positioning statement
pariwisata kota Depok saat ini belum ada.
b. Merancang Place Image
Menurut Kotler (1993) place image merupakan faktor utama yang
menentukan respon pasar sasaran terhadap suatu kota atau daerah.
Pentingnya peranan image daerah ini menuntut suatu daerah untuk dapat
mengelola image dengan baik. Keberhasilan daerah dalam merancang image
yang tepat ini ditentukan oleh sejauh mana pemasar daerah dapat menilai
image yang ada saat ini dan kemudian membentuk image yang tepat untuk
dikomunikasikan kepada wisatawan. Untuk menilai image daerah yang ada
saat ini, pemasar daerah perlu untuk memilih audien sasaran melalui
segmentasi pasar, mengidentifikasi atribut-atribut untuk menggambarkan
daerah serta mengukur persepsi yang melekat pada pasar sasaran. Langkah
selanjutnya adalah merancang image yang tepat untuk disampaikan kepada
segmen wisatawan yang telah dipilih.
Kota Depok sendiri belum melakukan tindakan untuk merancang image kota
Depok yang diinginkan terbentuk dibenak wisatawan. Proses penilaian
terhadap image kota Depok yang saat ini terbentuk dibenak wisatawan
belum dilakukan. Berdasarkan pemaparan sebelumnya kota Depok belum
melakukan pemilihan audien melalui segmentasi pasar wisatawan. Depok
juga belum mengidentifikasi atribut-atribut yang digunakan oleh wisatawan
untuk menggambarkan kota Depok. Misalnya identifikasi terhadap atribut
objek-objek wisata yang ada di Depok maupun atribut lain. Seperti
disampaikan oleh Kepala Seksi Pengembangan Pariwisata, bahwa Depok
belum merancang image yang diharapkan dapat terbentuk dimata
wisatawan. Belum ada upaya untuk mengukur image Depok saat ini yang
sudah terbentuk di wisatawan. Misalnya dengan mengukur seberapa jauh
pengenalan responden wisatawan
Kegiatan promosi yang dilakukan baik di dalam kota Depok maupun di luar
kota Depok ini bekerjasama dan dibantu oleh berbagai pihak. Menurut Rifa
Rizky Simfoni, Abang Depok 2010-2011, salah satu pihak yang diajak
bekerja sama dalam kegiatan promosi Dinas Pemuda, Pariwisata dan Olah
Raga adalah ikatan Abang Mpok Depok. Promosi ini juga dibantu oleh
Abang Mpok Depok yang memang diadakan untuk mempromosikan
kebudayaan dan pariwisata kota Depok kepada pihak luar.
Kegiatan promosi wisata Depok kepada wisatawan dilakukan dengan
menggunakan media brosur dan flyer. Selian itu juga dilakukan dengan
mengikuti pameran-pameran yang diselenggarakan diberbagai daerah di
Indonesia. Berikut adalah berbagai media dan kegiatan yang dilakukan
pemerintah kota Depok sebagai upaya untuk menarik kunjungan wisatawan.
1. Brosur
Menurut
Pengembangan
Sumber: www.depok.go.id
4. Event
Seperti yang telah dijelaskan pada poin sebelumnya bahwa kegiatan
promosi banyak dilakukan melalui kegiatan-kegiatan atau pameran.
Baik di JCC maupun di daerah lainnya. Secara umum, tujuan
diadakannya event, misalnya pameran, adalah memperkenalkan wisata
kota Depok kepada para pengunjung pameran tersebut. Dalam kegiatan
ini objek masjid kubah emas menjadi objek yang paling ditonjolkan.
Selain itu terdapat juga kerajinan keramik F. Widayanto serta wisata
budaya Gong Sibolong. Ketiga objek ini merupakan yang utama
disosialisasikan pada pameran di JCC. Selain ketiga objek ini ada
beberapa objek lain seperti wisata kuliner di sepanjang jalan
Margonda, wisata out bond Pasir Putih di daerah Sawangan serta
Kawasan Kampung 99 Pepohonan di sebrang Masjid Kubah Emas.
Selain pameran di JCC, kota Depok juga mengikuti kegiatan Kemilau
Nusantara merupakan kegiatan yang diadakan oleh pemerintah Jawa
Barat. Oleh karena kegiatan ini dilaksanakan oleh pemerintah provinsi
Jawa Barat, maka para pesertanya adalah kota atau kabupaten yang ada
di wilayah Jawa Barat. Rifa Rizky Simfoni, Abang Depok 2010-2011,
menjelaskan bahwa tujuan diadakannya kegiatan ini oleh pemerintah
provinsi Jawa Barat adalah agar para pesertanya, yang salah satu
persertanya adalah kota Depok, dapat memperkenalkan apa saja yang
terdapat di kota Depok. Umumnya yang ditampilkan adalah kesenian
dari para peserta, dimana kesenian itu merupakan salah satu aset dalam
pengembangan pariwisata.
Selain kegiatan Kemilau Nusantara Jawa Barat, kegiatan lain yang
dimanfaatkan oleh pemerintah kota Depok dalam mempromosikan
sektor pariwisatanya adalah Festival Depok. Kegiatan ini diadakan
oleh pemerintah kota Depok sendiri. Festival Depok merupakan
kegiatan memperingati hari jadi kota Depok. Salah satu yang
ditampilkan dalam acara tersebut adalah kesenian dan kebudayaan
unggulan kota Depok. Dalam kegiatan ini biasanya di awali oleh
masih terbatasnya sumber daya jual pariwisata Kota Depok yang bisa
menarik minat kunjungan wisatawan dengan cakupan luas. Kota Depok baru
memiliki Masjid Kubah Emas yang menjadi daya tarik utama bagi
wisatawan. Masjid kubah emas sudah dikenal luas oleh masyarakat baik lokal
maupun nasional. Beberapa potensi sumber daya tarik wisatawan seperti
galeri keramik F. Widayanto dan Godong Ijo memiliki keunikan tersendiri
tetapi belum cukup dikenal luas oleh masyarakat.
Hambatan ke dua adalah keterbatasan dalam segi sumber daya manusia yang
terlibat dalam proses pelaksanaan place marketing dalam rangka menarik
kunjungan wisatawan. Keterbatasan ini terjadi baik secara kuantitatif maupun
kualitatif. Secara kuantitatif jumlah sumber daya manusia belum memadai
untuk bisa merencanakan dan melaksanakan program-program untuk
menarik kunjungan wisatawan.
fasilitas yang disediakan oleh pengelola masjid juga menjadi salah satu daya
tarik tambahan. Seperti fasilitas tempat wudhu dan kamar mandi yang sangat
bagus dan rapi.
Disini tuh tidak ada di seluruh Indonesia yang ada emasnya tertempel
itu Cuma Kubah Emas ini, satu. Keduanya, imamnya tetap bagus,
makhrajnya bagus, tajwidnya bagusdan dia bisa dipercaya untuk jadi
imam. Ketiganya, disini tuh teratur tidak ada tempat wudhu kok seperti
ini. Masjid ini paling mantap. Ini dengan kamar saja wc nya bagus
disini. (wawancara, 15 Juni 2011)
Pak Abdurrahman melanjutkan bahwa nuansa yang dibangun dilingkungan
masjid kubah emas mirip dengan suasana di Madinah. Bagi orang-orang yang
tidak mampu untuk pergi ke Madinah bisa merasakan suasanadi Madinah
dengan berkunjung ke masjid kubah emas. Masjid kubah emas menjadi seperti
sebuah miniatur Madinah di Indonesia. Keistimewahan lain menurutnya
adalah tidak dipungutnya biaya pada pengunjung. Pengunjung hanya
membayar biaya untuk parkir kendaraan saja. Pak Abdurrahman dan temantemannya merasa sangat senang karena tidak dikenakan biaya.
Saya senang adanya seperti di Mekah di Madinah ini. Ini katanya
imamnya dari Negara Kairo nih lulusan Kairo. Imam masjidnya. Satu.
Yang keduanya alamnya alam Madinah. Inikan miniatur Madinah juga.
Disini tuh istimewanya tidak ditarik pungutan biaya. Tidak dikomersilkan.
Itu termasuk tidak ditarik. Itu saya senang. Jamaah senang. Teman-teman
senangnya ora kena biaya itu. (wawancara, 15 Juni 2011)
Selama dalam kunjungan ke Depok, Pak Abdurrahman menilai Depok
memiliki keamanan yang baik. Dia dan teman-temannya merasa aman dan
tidak ada masalah terkait keamanan. Sikap orang-orang yang ditemui selama
kunjungan ini juga ramah dan terbuka. Tidak ada sikap masyarakat Depok
yang meresahkan pengunjung pada saat berkunjung ke masjid kubah emas ini.
Aman. Gada masalah. Aman. Cuma macet. Lingkungannya disini
kurang lebih 50% bersih. Kebersihannya bagus juga. Bagus. Ramahramah. Tidak ada yang meresahkan pengunjung. (wawancara, 15 Juni
2011)
Berdasarkan pengalaman mengunjungi masjid kubah emas ini, Pak
Abdurrahman memberikan beberapa catatan yang dianggapnya sebagai
kekurangan dan masalah. Pertama terkait infrastruktur jalan menurutnya sudah
cukup bagus. Namun begitu selama dalam perjalanan di Depok menuju masjid
141
kubah emas seringkali terjebak macet parah. Selain itu menurutnya belum
tersedia tempat makan yang diperuntukan bagi masyarakat menengah ke
bawah. Bagi Pak Abdurrahman yang berasal dari desa, keberadaan restoran
dan rumah makan kurang membantu karena harga-harga yang ditawarkan
terbilang mahal. Oleh karena itu, memberikan masukan untuk menyediakan
tempat makan untuk pengunjung dari kalangan menengah ke bawah.
Jalannya bagus. Heeh bagus. Cuma macetnya juga bagus. Macetnya
kurang sabar. saja. Itu ngetes kesabaran. (wawancara, 15 Juni 2011)
Cuma tempat makan untuk orang-orang awam ini gada. Kan kita orang
desa. Ada restoran tapikan mahal. Tempat makan untuk menengah ke
bawah belum ada. Tolong nanti itu termasuk PR juga itu. Ya kan?
(wawancara, 15 Juni 2011)
Ketika ditanya mengenai rencana kunjungan selanjutnya, Pak Abdurrahman
menuturkan bahwa tujuannya ke Depok hanya untuk mengunjungi masjid
kubah emas dan akan langsung pulang. Pak Abdurrahman tidak mengetahui
tempat-tempat lainnya di Depok yang bagus untuk dikunjungi.
Sebagai
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Karyadi, FISIP UI, 2012
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Sesuai dengan tujuan penulisan penelitian yaitu ingin mengetahui bagaimana
pelaksanaan place marketing sebagai alat pemasaran Kota Depok dalam rangka
menarik kunjungan wisatawan, maka peneliti berusaha untuk membuat beberapa
simpulan. Setelah dilakukan analisis dan interpretasi hasil penelitian, berikut ini
adalah simpulan yang dapat ditarik secara berurutan sesuai dengan pertanyaan
penelitian.
1. Pelaksanaan place marketing oleh Kota Depok dalam rangka menarik
kunjungan wisatawan, belum sepenuhnya berjalan dengan baik. Kota Depok
belum memenuhi semua elemen-elemen yang terdapat dalam levels of place
marketing yaitu planning group, marketing factors dan target market
(wisatawan). Kota Depok belum melakukan sepenuhnya tiga tanggung jawab
dalam planning group. Pelaksanaan elemen marketing factors pada dasarnya
sudah dilakukan oleh Kota Depok. Namun Kota Depok belum melakukan
segmentasi pasar wisatawan baik berdasarkan kriteria geografif, demografis
muapun psikografis. Penentuan pasar wisatawan yang ingin dilayani juga
belum dilakukan. Depok juga belum memiliki positioning statement dalam
menarik kunjungan wisatawan. Pendistribusian image kota Depok kepada
pasar wisatawan sudah dilakukan melalui media flyer, brosur, serta ikut serta
dalam berbagai pameran baik di tingkat nasional maupun tingkat propinsi.
2. Hambatan pelaksanaan place marketing yang dilakukan Kota Depok dalam
rangka menarik kunjungan wisatawan berpengaruh terhadap pencapaian
tujuan dilaksanakannya place marketing tersebut. Hambatan ini terkait dengan
masih terbatasnya sumber daya jual pariwisata Kota Depok yang bisa menarik
minat kunjungan wisatawan lingkup nasional. Kota Depok baru memiliki
Masjid Kubah Emas yang menjadi daya tarik utama bagi wisatawan.
Hambatan selanjutnya adalah keterbatasan sumber daya manusia yang terlibat
dalam proses pelaksanaan place marketing dalam rangka menarik kunjungan
wisatawan. Keterbatasan ini terjadi baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
144
4. Kota
Depok
sebaiknya
juga
memperhatikan
hambatan-hambatan
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Karyadi, FISIP UI, 2012
DAFTAR PUSTAKA
Alston, Margaret dan Bowles, Wendy. (2003). Research for Social Workers: An
Introduction to Methods (2nd ed.). London: Routledge.
Asworth, G.J. & H. Voogd (1990). Selling the City: Marketing Approaches in
Public Sector Urban Planning. Belhaven Press, London.
Austin, Erica Weintraub, dan Bruce E. Pinkleton. (2006). Strategic public
relations management. Mahwah: Lawrence Erlbaum Associates, Inc.
Bailey, J.T. (1989). Marketing Cities in the 1980s and Beyond. American
Economic Development Council, Chicago.
Baker, Michael J., dan Susan Hart. (2008). The marketing book (6th ed). Oxford:
Elsevier Linacre House.
Berg, Bruce L. (2009), Qualitative Research Methods for the Social Sciences (6th
Edition), Boston, Allyn & Bacon
Berg, L. van den, Klaasen, L. & Meer, J. van der, (1990). Marketing Metropolitan
Regions, Rotterdam: Erasmus University, EURICUR.
Cannell, Charles F., dan Robert L. Kahn. (1968). Interviewing. dalam Gardner
Lindzey dan Elliot Aronson (Eds), The Handbook of Sosial Psychology,
Vol 2. Reading, Mass: Addison- Wesley,
Chadwick, Bruce A, et al. (1991), (terjemahan) Metode Penelitian Ilmu
Pengetahuan Sosial. Semarang: IKIP Semarang Press.
Cresswell, John W. (1994). Research Design: Qualitative, Quantitative And
Mixed Approach Second Edition. USA: Sage Publication,
Daymon , Christine & Immy Holloway (2002). Qualitative Research Methods in
Public Relations and Marketing Communications, London Routledge
Publications.
E., Poerwandari Kristi. (2007). Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku
Manusia. Depok: LPSP3.
Given, Lisa M. (2008). The SAGE Encyclopedia of Qualitative Research Methods.
Thousand Oaks: SAGE Publications, Inc.
Remaja
Rosdakarya.
_____, Lexy J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Nasution.(2006). Metode Research (Penelitian Ilmiah).Jakarta : Bumi Aksara
Neuman, William Lawrence (2000 Social Research Method: Qualitative and
Quantitative Approach 4th Edition. USA : Allyn & Bacon
______, Lawrence W. (2003). Social research methods. Qualitative and
quantitative approches. (5th ed.). USA: Pearson Education. Inc.
______,Lawrence W. (2006). Social Research Methods: Qualitative and
Quantitative Approches (6th Ed.). India : Pearson Education Company
Nazir, Moh. (2003). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Osgood, C. E, G. J. Suci, dan P. H. Tannenbaum, (1957). The Measurement of
Meaning. Urbana: University of Illinois Press.
Patton, M. (1990) Qualitative Evaluation and Research Methods. Newbury Park,
CA: Sage
Porter, M. (2001). Regions and the New Economics of Competition, p. 155-156, in
Scott, Allen (Ed). Global City-Regions. Trends, Theory, Policy. Oxford
University Press.
Prasetyo, Bambang & Lina M. Jannah. (2005). Metode Penelitian Kualitatif:
Teori dan Aplikasi.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Rakhmat, Jalaludin. (1997). Metode Penelitian Komunikasi, PT Remaja
Rosdakarya Bandung.
Umar, Husein. (2002). Metode Riset Komunikasi Organisasi. Jakarta: Gramedia.
Van den Berg, L.; L.H. Klaassen & J. van der Meer. (1990). Marketing
Metropolitan Regions. European Institute for Comparative Urban
Research, Erasmus University, Rotterdam, the Netherlands.
Weilbacher, W. M. (1993). Brand marketing: building winning brand strategies
that deliver value and customer satisfaction. NTC Business Books,
Lincolnwood, IL.
Wolcott, H.F. (1995) The Art of Fieldwork. Walnut Creek, CA: Alta Mira Press
Yin, Robert K. (2008). Case Study Research: Design and Methods, 4th edition,
USA, Sage Publications.
JURNAL
Anholt, S. (2002): Foreword to Special Issue of Journal of Brand Management.
Journal of Brand Management, vol. 9, n 4-5 (special issue), pp. 229-239.
Davenport, T.H. (1994). Managing in the New World of Processes. Public
Productivity & Management Review, Vol. 18 No.2.
Davis, Bonnie D. dan Brenda Sternquist, (1987). Appealing to the Elusive Tourist:
An Attribute Cluster Strategy, Journal of Travel Research, Spring.
Kotler, P. & Gertner, D. (2002). Theoretical papers. Country as brand, product,
and beyound: A place marketing and brand management perspective.
Special Issue Brand Management, Vol. 9, no 4-5, April 2002
Porter, M., (1998). Cluster and the new economics of competition, Harvard
Business Review, Nov/Dec, 1998
Porter, M., (2001). Regions and the New Economics of Competition, p. 155-156,
in Scott, Allen (Ed). Global City-Regions. Trends, Theory, Policy. Oxford
University Press.
Rainisto, S.K. (2003). Success Factors of Place Marketing: A Study of Place
Marketing Practices in Northern Europe and the United States. PhD
Dissertation, Helsinki University of Technology.
Rothschild, M.L. (1979). Marketing Communications in Nonbusiness Situations
or Wy Its So Hard to Sell Brotherhood like Soap. Journal of Marketing,
Spring 1979, American Marketing Association, pp. 11-20.
Young, Craig and Sylwia Kaczmarek. (1999), Changing the Perception of the
Post-Socialist City: Place Promotion and Imagery in d, Poland. The
Geographical Journal, Vol. 165, No. 2, pp. 183- 191
Zenker, Sebastian. (2009). Whos Your Target? The Creative Class as a Target
Group For Place Branding. Institute of Marketing and Media, University
of Hamburg, Hamburg, Germany. Journal of Place Management and
Development Vol. 2 No. 1, pp. 23-32
Uzama, Austin. (2009). Marketing Japans Travel and Tourism Industry to
International Tourists. International Journal of Contemporary Hospitality
Management. Vol. 21 No. 3, pp. 356-365
LAIN-LAIN
Clark, G., (2002). Emerging Local Economic Development Lessons from Cities in
the Developed World, and their applicability to Cities in Developing and
Transitioning Countries. World Bank Urban Forum: Tools, Nuts, and
Bolts. Washington DC,
http://www.worldbank.org/html/fpd/urban/forum2002/docs/clark-paper.pdf,
Nama
Karyadi
Alamat
Nomor Telepon
(085224114188/ 085697834361
Surat Elektronik
Daskar
Ibu
Wastini
SD Negeri 1 Bungurberes
SMP
SMA :
S1
BA :
KR :
BA :
KR :
BA:
KR:
BA:
KR:
BA:
Saya juga berharap nanti dari Dinas Pariwisata juga mau, mau apa si yang
dijadikan sebagai program begitu disana.
Biasanya kalau perencanaan itu berangkatnya dari Bappeda, misalnya
pariwisata harus seperti ini-seperti ini atau memang berangkat dari bawah
terus Bappeda membuat perencanaan makro? Biasanya bagaimana?
Sebenarnya yang pertama dari isu strategis ya, kalau Bappeda kan melihat
dari isu strategis, isu strategisnya apa sih sebenarnya. Kemarin kan isu
strategisnya lebih banyak ke pemberdayaan UMKM ya. Pemberdayaan
UMKM sama penanggulangan kemiskinan kalau disektor ekonomi itu.
Kalau investasi, investasi daerah iya dari pengembangan ekonomi. Itu dari
sisi investasi daerah juga ada. Jadi kalau spesifik pariwisata, pariwisata
mungkin lebih arahnya nanti di investasi daerah. Pengembangannya lebih
spesifik. Cuma kan saya juga perlu tahu Dinas Pariwisata sendiri mau
ngapain dengan periwisatanya. Itu kita tidak pernah dapat undangan begitu
gitu loh dari pariwisata. Dia membuat destinasi wisata, hasilnya apa?
Kalau UMKM jadi saya itu. Justru begini dibidang ekonomi mungkin
nanti ikut ngobrolnya sama Sosbud juga ya karena saya tadi bilang
pariwisata dan olah raga itu selama ini yang membantu dalam proses
penelitian RKA-nya Disosbud bukan disaya.
Lebih ke Sosbud bukan di ekonominya?
Harusnya sih di ekonomi. Tapikan karena tadi saya bilang ada olahraga,
sosial budaya dan olahraga jadi satu itu. Jadi mungkin sehingga mereka
lebih banyak ke sana, padahal kalau aspek pariwisata harusnya ke kita. Itu
sama dengan dinas Kersos. Dinas Kersos itu sosialnya ke Sosbud, tenaga
kerjanya ke kita.
lebih bagi-bagi ya. Kalau kemarin yang RIPPDA itu dibuat sama Bappeda
atau dari Dinas Pariwisata?
Sama Bappeda. Kalau RIPPDA sama Beppeda.
Tapi kalau dari segi fungsi Bappeda selama ini memang sudah berusaha
untuk menyusun grand strategi pariwisata yang lebih baik ya.
Iya.
Penegasan saja karena kemarin bilang belum ada perencanaan. Tapi
sekarang saya lihat RIPPDA-nya memang ada. Cuma itu dibuatnya kalau
dari sisi bagian itu ada di bagian ekonomi atau dari sosial budaya dan
Fisfra atau tiga-tiganya bareng begitu?
Iya sama Bappeda. Yang bikin sih kemarin itu dari ekonomi, tetapi karena
kebetulan pada penyusunan RIPPDA itu saya belum masuk di Bappeda.
Itukan tahun 2008. Saya jadi tim teknis. Saya masuk dari dinas pertanian
saya ikutin teknis disitu. Tapi yang mengerjakan itu adalah bidang
ekonomi eh dulu ngga ada dulu itu namanya. Ifek infrastruktur dan
ekonomi. Dijadikan satu. Yang sekarang dibagi 2, Fisfra dan ekonomi.
Nah saya sendiri kemarin sempat keliling-keliling. Bu Ani RIPPDA itu
kalau bisa harus ada turunannya apa. Saya sempat belum ngecek ya
RIPPDA-nya apa saja. Terus yang kedua saya lebih fokus kan dalam 2
tahun ini saya fokus kepada BUMD sama BUUD mengejar target rumah
sakit segera. Jadi layanan-layanan pemerintah apa yang harus di
profesionalkan.
BA: Mangga mas di minum dulu.
KR: Iya Bu terima kasih. Lagi flu nih hehehe
BA: Mba air putih aja jangan es.
KR : Saya ke Bappeda itu untuk lebih melihat sisi perencanaan sebetulnya.
Kalau di pemasaran daerah itu ada 3 aktivitas besar ya, yaitu dari
perencanaan atau planning group-nya, kedua marketing factors atau
aspek-aspek yang bisa dipasarkan dan yang ketiganya itu menyangkut
tentang pasar sasarannya gitu. Disini kan saya melihatnya tentang masalah
bagaimana kota Depok itu memasarkan Depok untuk menarik kunjungan
wisatawan. Nah disisi perencanaan itu ada aspek tentang masalah rencana
umumnya, terus keduanya juga orang-orang yang terlibat termasuk visi
misi. Mau konfirmasi ke ibu apakah ada atau belum masalah itunya. Jadi
yang Rippda itu disusun per berapa tahun bu?
BA : Nggak kok, RIPPDA kan rencana induk ya, rencana induk kan lebih ke
makro. Namun sebenarnya apa ya sasaran dari RIPPDA itu sebenarnya
adalah rencana strategi ya. Bisa per 5 tahun. Atau yang sekarang juga bisa
dilihat RPJMD nih. Harapan ini dari RIPPDA itu juga bisa menjadi
muatan pada RPJMD yang sekarang akan disusun 2011-2016. Yang 20062011 sudah berjalan dan ini tahun terakhir. Makanya ini menjadi masukan.
Kan kita juga memuat juga visi misi walikota yang baru. Kalau RPJMD
lebih muatanya pada visi dan misi walikota yang baru. Tetapi bukan
berarti bahwa apa yang sudah kita susun, kajian yang sudah dilakukan juga
diabaikan, ngga begitu. Maksudnya itu jadi sebagai bahan masukan untuk
mereka kan kaya RIPPDA, terus kita punya rencana induk penanaman
modal. Rencana penanaman modal juga salah satunya adalah aspek
strategis yang dijalankan. Artinya rebranding. Rebranding itu tadi
bagaimana membuat Depok itu mau jadi apa ya kan gitu. Sehingga itu
menjadi potensi tadi potensi investasi dan potensi lain. Investasikan luas
ya termasuk pariwisata juga. Nah itu salah satu tugasnya adalah
rebranding. Cuma saya melihat kalau bicara rebranding itu tidak bisa di
sektor ekonomi. Harusnya itu di angkat dulu dalam konsep pembuatan
RTRW. Rebranding kita mau apa di RTRW kita kedepan. Kalau RTRW
kan sudah 30 tahun sudah sampai 2030 yang disusun. Jadi nanti tahun
2011 akan finalisasi RTRW sampai tahun 2030. Nah pertanyaannya
Depok tahun 2030 mau menjadi apa? Kan harus disusun branding-nya dari
sekarang. Tahun 2025 akan menjadi kota niaga dan jasa tetapi tidak akan
jauh beda ya.
KR: RIPPDA tahun 2008 itu katanya jadi rencana induk. Nanti akan diturunkan
ke rencana yang strategis. Dan sekarang ada bentuk penurunannya itu
seperti apa bu? Diturunkannya rencananya stategisnya itu tetap di Bappeda
atau setelah ada RIPPDA itu akan diturunkan ke Dinas Pariwisata?
BA: RIPPDA. RIPPDA itu sebenarnya turunannya harusnya di Dinas
Pariwisata. Harusnya yang melanjutkan dari konsep RIPPDA itu- nanti
KR:
BA:
KR:
BA:
dilihat dari apa ya eee rencana strategis yang ada pada RIPPDA itu
muatannya banyak dimana? Kalau sudah muatan kebijakan mungkin
bagian ekonomi. Iya kan? Kalau masih bersifat perencanaan makro atau
tindak lanjut dari pada kajian-kajian yang bersifat makro tidak bersifat
teknis itu akan di Bappeda. Tapi kalau sudah pada pelaksanaannya
destinasi wisata seperti itu harusnya di Dinas Pariwisata. Itu terus
kemudian pembuatan- apa sih saya belum ini ya karena kemarin itu tinggal
satu itu buku. Jadi saya inget tuh perasaan ada RIPPDA dimana ya? Ini
bu RIPPDA-nya tapi tinggal satu. Jadi saya sempat belum ngecek. Kalau
saya sih kebetulan RIPPDA itu mungkin baru selesai di 2009 bukunya, di
2009 kesini begitu ya. Cuma saya baru masuk kan 2009 tuh. Jadi saya
belum pernah dapet bukunya memang. Baru kemarin itu saya diberi tahu.
Sudah ada karena saya tahu, jadi tim teknis. Cuma saya tadi belum baca
secara keseluruhan. Karena kemarin saya tugasin Bu Fani. Kata Bu Fani,
ini ada, tapi cuma satu Bu. Karena kemarin itu saya ingat RIPPDA itu
2008 akhirpun masih belum selesai. Konsultannya masih ngadain
penelitian. Jadi saya masuk 2008 akhir 2009 tuh, saya ngga ada cerita tuh
RIPPDA. Sudah selesai belum bukunya mana. Baru kemarin saya dapat
tuh. Dapat informasi, ini bu. Saya kaget. Yang saya tahu baru yang ada
bukunya itu kaya soal investasilah, urban renewal, dan rencana jalan tol
yang sudah dibuat mungkin sudah lama ya. Jadi baru kemarin saya dapat.
Saya pernah dapat tapi cuma selembaran. Nanti di lihat dalam RIPPDA
itu. Saya sendiri belum terlalu lihat detail. Saya dapat hanya bahan-bahan
waktu pas kajian ya. Tapi ginilah intinya karena kemarin itu RIPPDA
baru 2008, tetapi kita sudah menugaskan kepada Dinas Pariwisata untuk
mereka melakukan destinasi wisata. Artinya mereka mau mana dulu sih
pariwisata yang akan mereka angkat. Mereka sudah mulai banyak
kegiatan. Yang saya tahu kegiatan-kegiatan mereka adalah seperti
memasang plang begitu ya, papan nama. Kemudian memberdayakan
masyarakat setu, Pokja Setu dengan memberikan apasih seperti model
bebek-bebekan ada semacam pakai tiket. Ketika kita minta mereka expose
beberapa kegiatan mereka sendiri bingung. Mereka ingin membuat
semacam tour guide begitu ya tetapi yang mobile, pindah-pindah begitu.
Saya bilang bagaimana, tempatnya dimana? Pernah sempat mau di Setu
Cilodong tapi akhirnya ngga jadi. Ngga tahu tuh. Masalahnya itu di Dinas
Pariwisata orangnya ganti-ganti. Tapi yang jelas kalau kita yang di
Bappeda secara umum saya bilang kita sudah punya rencana umum ya
penanaman modal. Nah didalam rencana induk penanaman modal itu tadi
ada beberapa kegiatan yang bagaimana bisa menarik investasi daerah. Tadi
potensi pariwisata. Dan kita membuat profil investasi. Mungkin sudah
lihat buku profile investasi.
Baru yang pariwisatanya baca-bacanya.
Yang hitam. Bukunya hitam?
Bukan investasi. Kemarin itu adanya yang PDRB, RIPPDA, RPJMD.
Ohh belum berarti. Ada lagi buku profile investasi itu yang selama ini kita
kalau kemana-mana selalu kasih itu. Sebenarnya profile investasi itu hanya
menjelaskan bahwa kita punya beberapa titik-titik yang bisa dilakukan
investasi oleh investor besar. Kita juga memperlihatkan bahwa kawasan-
KR:
BA:
KR:
kawasan ini tuh mau jadi apa. Seperti kawasan Kubah Emas itu adalah
termasuk kawasan wisata. Jadi silahkan orangnya mau berinvestasi
wilayah ini disini mereka itu aksesnya mana saja sih yang berdekatan
dengan Kubah Emas. Kita dari Bappeda hanya memberi informasi seperti
itu. Ya nanti kalau itu seperti daerah setu Rawa Besar atau disebut juga
dengan Urban Revenue. Situ Rawa Besar itukan jadi polemik karena
kumuh ya. Kita dah punya konsep, Bappeda itu punya konsep kalau ini itu
harusnya diratain begitu dalam arti diratain itu relokasi itu semua. Dan itu
akan dijadikan semacam daerah kawasan wisata termasuk apartemen.
Karena itu kan istilahnya mukanya Depok lah ya. Memang dibelakangnya
tidak terlihat sih tetapi sebenarnya kalau itu menjadi sesuatu yang bagus
dengan adanya balai kota yang megah begitu ya akan menjadi center
point. Karena belakangnya. Belakangnya Pemda Kota itu situ rawa besar.
Itukan masih bermasalah ya. Terus jalan tol karena jalan tol itu yang
dijalur juanda ya. Disitu kita sudah menentukan yang disebut dengan
kawasan campuran dimana itu dia bisa menjadi potensi investasi terus
beberapa misalnya kita juga sudah punya kajian taman kota beberapa titik
itu bisa dijadikan taman kota. Dan silahkan investor itu bisa melihat itu.
Walaupun ternyata kenyataannya kalau saya perhatikan investor tidak
melihat itu. Investor seperti saya bilang mereka lebih melihat demografi,
jumlah penduduk sehingga melihat dari sisi- investasinya bersifat jasa
perumahan di Depok itu yang paling besar. Ya saya melihat kenapa ya
begitu. Padahal tadi potensi wisata jadi tadi kalau bilang apa ya. Pertama
apa tadi bagaimana Depok mau memasarkan?
Iya, dari sisi perencanaanya sendiri bagaimana?
Kita sudah membuat itu tapi uniknya investornya tidak tertarik saya nggak
tahu nih permasalahannya. Investor lebih tertarik bahwa dari sejumlah
demografi. Contohnya gini dari pihak bank ada yang minta data ke kita
jumlah penduduk kawasan, dia mau menyimpan kantor banknya dimana.
Kaitannya dengan jumlah penduduk. Terus kedua, banyak investor juga
minta dari data penduduk yang masuk ke Depok, Itu sebagai peluang
kawasannya dimana, sehingga memungkinkan kawasannya dimana dia
berinvestasi. Kalau sampai di tempat yang sempit seperti Margonda
mereka ya berani saja untuk membuat apartemen misalnya, memang kita
mengarahkannya kepada apartemen kan atau rumah susun, rusunami
supaya tidak terlalu memakan banyak ruang. Nah jadi ya tapi bukan berarti
bahwa kita tidak tetap melakukan rebranding. Kita mau apa? Saya sudah
berapa kali bilang ke teman-teman kalau bicara masalah 20 tahun ke depan
2010 ke 2030 Depok mau jadikan apa? Ya tadi selama kita punya tempat
wisata kemudian kita punya- sebenarnya kota resapan air saya sering
mengingatkan hal-hal seperti itu supaya- kita jual itu sebenarnya kalau kita
jual Depok tapi susah. Saya baru dapat info kemarin di daerah Sawangan
daerah cekungan Sawangan yang setiap tahun kalau hujan banjir saja
sudah ada investasi ijin lokasi perumahan. Saya bingung hehehe gimana
gitu. Orang ngga mau, orang kampung ngga mau tetapi kok investornya
mau.
Mungkin investor melihatnya itu kawasan potensial disana hehehe.
BA:
KR:
BA:
KR:
BA:
KR:
BA:
KR:
BA:
KR:
BA:
KR:
BA:
KR:
BA:
KR:
BA:
KR:
BA:
KR:
BA:
KR :
BA:
Jadi itu salah satu kelemahan juga ya masalah infrastruktur serta akses
jalan ya?
Oh iya. Kalau bicara pariwisata tidak bisa berbicara hanya satu objeknya
saja. Sekarang coba kebayangkan Kubah Emas dengan volume kunjungan
seperti itu beban Sawangan sudah luar biasa. Kalau kita tidak cari
terobosan segera nih, kan ini baru 2011 rencananya tembusan Juanda ke
Cinere, salah satu terobosan juga.
Itu jalan tol atau jalan biasa?
Jalan biasa seperti Juanda yang sekarang. Jadi Juanda itu tembusannya
langsung. Sebelahnya kan ada tol itu. Cuma kayanya juga belum selesai
pembebasan. Pembebasan itu baru sesi satu sampai sesi dua sampai ke
Margonda. Dari Margonda sampai ke Cinere juga belum selesai yang dari
tol. Karena ribut saja tuh. Di Andara ngga mau ngasih nih, Andara daerah
sini, daerah komplek elit ngga mau digusur kena tol kan itu. Kena dia,
ngamuk-ngamuk makanya. Pake spanduk-spanduk. Kami menolak jalan
tol hahaha.
Terus selain jalan dan sarana transfortasi kelemahannya apalagi bu?
Yang jelas satu, jalan. Infratruktur itu menjadi apa ya..ee..karena gini kita
bicaranya, saya tadi bilang bahwa kita bicara Kubah Emas saya bilang
kenapa setelah dari Kubah Emas mereka harus ke Cipadu harus ke Tajur
untuk tadi belanja atau ke Tanah Abang mereka jauh belanja yaitu belanja
macam-macam. Tetapi kan mereka pasti cari belanja yang khas Depok ya
kan seperti itu. Nah itu kenapa tidak kita arahkan ke IKM center ke IKM
Cipayung. Jauh sih sebenarnya dari Kubah Emas itu balik lagi sih ke arah
sini masuk lagi ke jalan keadilan tembusnya di Cipayung. Cuma jalanya
tadi, masuk ke Cipayung itu ngga bisa bus, boro-boro masuk bus. Ada
problem lain. Tapi kemarin Pak Walikota waktu kita ekspose tentang dej
mereka, pak Wali itu kayaknya ah coba lihat dulu di PIK. Jadi rencananya
kita nanti hari kamis mau ke PIK Pulogadung pusat bisnis kecil, studi
banding. Seperti apa mereka pemerintah menyiapkan infrastruktur atau
sarana untuk kegiatan industri kecil disana. Sebenarnya kita ada rencana
pembebasan 4000 meter saja sekaligus untuk parkir masih belum ini masih
belum ngasih sign apa-apa pak Wali. Saya bingung, kita sudah
menyiapkan 1,7 milliar untuk pertama saja dulu pembebasan tetapi pak
Wali tidak bergeming. Kan bingung kita drop lagi itu 1,7 M dari pada
nanti diomel-omelin. Saya kadang-kadang bagaimana begitu. Memang sih
betul dari sisi efisiensi. Apakah nanti tidak menjadi menjadi mubajir.
Saya bilang kenapa jadi mubajir kalau kita tidak memulai. Kalau kita
bicara mubajir. Kenapa? Karena kan disana sudah ada industrinya kecuali
kalau tidak ada loh terus tiba-tiba pemerintah nyiapin saja lahan disana
ujug-ujug tidak ada industrinya. Konsumen sudah banyak yang tahu tapi
karena jalannya kecil agak susah aksesnya. Jadi balik lagi ke masalah
akses sebenarnya, infrastruktur untuk masuk kesana sebenarnya.
Kemudian yang kedua selain infrastruktur mungkin masalah SDM ya.
SDM dari pengelola pariwisata artinya kalau bicara masalah SDM di
pemerintahan Dinas Pariwisata sendiri, visioner tidak sih? Begitu ya. Mau
visioner ngga nih soal pariwisata kota Depok. Dan mereka harus
menyiapkan apa. Selain visioner juga ya harus visible juga jangan asal
KR:
BA:
KR:
BA:
KR:
BA:
KR:
BA:
ngawang-ngawang seperti ngimpi. Mau ini mau ini tapi hahaha. Harus
jelas. Mimpi besar tapi juga tidak mubajir ya. Sekarang kan kalau
anggaran pemerintah harus bicara efisiensi juga tidak asal-asalan bahwa
kita ini untuk ini sementara tidak efisien, tidak ada pengaruhnya, misalnya
seperti itu.
Tadi sudah bicara ini kekuatan, ada kelemahannya. Terus kalau dari sisi
peluang sendiri yang ada di kota Depok, untuk pendukung pariwisata apa
bu?
Tadi kan kalau peluang kita punya beberapa titik yah yang dimungkinkan
untuk bisa menjadi potensi pariwisata kalau di RIPPDA ada itu. Apa itu
potensi atau peluang? Kalau bicara kekuatan, kelemahan. Kekuatan
biasanya dari sisi birokrasi biasanya, lebih kepada aspek birokrasi.
Kemudian kalau peluang ya yang jelas peluang itu kita punya ada
kunjungan wisata dari beberapa daerah ke Kubah Emas itu sebagai salah
satu dari peluang ya. Artinya kita bisa men-drive yang kungjungan itu
bisa ke kunjungan yang lain disekitar Depok. Artinya Kubah Emas juga
menjadi peluang kita sebagai tujuan wisata. Jadi jangan melihat bahwa
Kubah Emas masuk dalam konsep pariwisata tetapi Kubah Emas ini
sekarang sudah bisa jadi peluang gitu loh. Harusnya di luar, diluar dari
konsep RIPPDA. Karena Kubah Emas itu gimana ya, dengan adanya
Kubah Emas orang pada datang ke Depok gitu loh. Bukan kita yang
melakukan nge-drive untuk orang bisa datang ke Depok, engga. Nah
artinya peluang Kubah Emas harus di apa ya-kita ambil yah kita ambil
peluang Kubah Emas ini bagaimana bahwa masyarakat lain yang datang
ke Depok ini juga mendatangi pariwisata lain di Depok, kan harusnya
begitu. Mengintregasi beberapa tempat dan menggerakkan sektor ekonomi
di Depok kan harusnya seperti itu.
Kalau posisi sendiri bu, Depok yang dekat dengan Jakarta dan Bogor
bagaimana?
Itu bisa. Saya sih kalau melihat peluang itu bahwa banyaknya wisatawan
yang datang ke Depok Kubah Emas itu adalah peluang kita untuk juga bisa
menarik peluang-peluang pariwisata yang lain jadi kunjungan mereka.
Kemudian juga- kalau peluang mungkin lebih ke luar ya, pengaruh
perubahan lain terhadap Depok. Ya selain itu tadi lah. Kemudian peluang
kita dengan adanya mungkin nanti kedepan jalan tol kali ya beberapa jalan
tol yang disiapkan bisa menjadi peluang.
Jalan tol itu menghubungkan Depok ke Jakarta itu?
Iya. Ini yang Cijago itu langsung kan Jagorawi ke Cinere. Jadi itu orang
yang mau ke Kubah Emas tidak usah lewat sini lagi, besok mah langsung
saja. Itu juga jadi ini kan jadi kekuatan mungkin ya meskipun belumlah ya.
Saya sih prediksinya 2014. 2012 saja itu masih proses tahun 2012 lah.
Kalau tantangan sendiri ancaman dari luar lah misalnya apa?
Ancaman dari luar tadi kan saya sudah bilang bahwa ada Bogor dia punya
ke khasan sendiri kan? Tantangannya, sangat dekat masalahnya. Jadi
istilahnya ngapain sih ngubek di Depok ah sudah ke Bogor saja kan
jaraknya tidak terlalu jauh masalahnya kan? Ke Jakarta. Sudah lah dari
Kubah Emas langsung tembus ke sono ke Pondok Aren dari lewat
belakang juga langsung tembus. Kalau ke Bogor langsung ke Parung kan
KR:
BA:
KR:
BA:
KR:
BA:
KR:
BA:
KR:
BA :
KR:
BA:
KR:
BA:
seperti itu. Jadi kita jadi tidak bisa menangkap begitu. Tetapi tadi saya
bilang dengan adanya kita mau ada kajian kawasan wisata Kubah Emas
kita ingin ngga perlu jauh dari Kubah Emas kita juga tentukan titik-titik
yang jadi potensi wisata. Nah harus apa yang kita lakukan kedepan,
misalnya tadi ada kampung rusa disitu.
Yang sembilan puluh sembilan pohon itu ya bu?
Iya Sembilan puluh Sembilan. Kawasan sembilan Sembilan, bukan
Sembilan puluh Sembilan. Memang ada 99 pohonnya? Ngga ah hahaha.
Kampung Rusa ya. Itu ada di depan Kubah Emas kan?
Iya kemarin sempat survey. Terus nanya-nanya orang pada ngga tahu.
Lurus-lurus eh tembusnya ke sawah. Ada peternakan sapi gitu.
Iya memang itu. Tetapi jalannya kecil dan disitu ada perternakan sapi
disitu. Ada juga tempat pertemuannya, penginapan juga ada, tapi seperti di
saung-saung sawah begitu.
Berarti kota yang di anggap sebagai kompetitor utama itu kalau pariwisata
Depok itu Bogor ya sama Jakarta?
Iya, yang lebih itu Bogor Jakarta lah yang sangat dekat. kalau Bekasi kan
terlalu jauh Tangerang juga. Tangerang apa sih? Ngga. Tangerang paling
itunya doang, kolam renangnya BSD kan.
Terus kalau ini visi misi sendiri pariwisata Depok itu bagaimana sih bu
kedepannya? Kan 2025 Depok itu jadi kota niaga dan jas. Kalau pariwisata
Depok itu pinginnya kedepannya seperti apa sih kalau Bappeda sendiri?
Sebenarnya gini, kalau secara makro kan niaga dan jasa ya, artinya apapun
sesuatu bisa diniagakan dan apapun itu bisa dijasakan, termasuk pariwisata
bisa diniagakan, sebenarnya itu sih- dan semua sektor bisa dilakukan itu.
Itu kalau saya harus spesifik pariwisata kita tidak punya. Itu renstranya
harus ada di pariwisata bukan di kita. Kalau kita, Bappeda secara makro
ya. Nanti kalau saya berfikir soal pariwisata saja pada teriak nanti yang
lain.
Di Bappeda membahas sasaran tidak bu? Ada pembahasan itu juga tidak
di Bappeda, pembahasan sasaran wisatawan yang mau ditarik?
Tidak juga. Itu ada di Dinas Pariwisata.
Kalau penentuan jumlah target wisatawan dimana?
Iya sama. Itu adanya di Dinas Pariwisata.
Tadi kan dari sisi perencanaan, tentang bagaimana keinginan Depok
kedepan mau dibuat seperti apa. Sekarang masuk ke elemen kedua
marketing factor atau daya tarik utamanya. Salah satunya itu ada
infrastruktur yang tadi sedikit dibahas ya buk, kalau dari Bappeda sendiri
tadi katanya rencana jalan tol, pembangunan jalan, ada pelebaran jalan
misalnya. Sebenarnya rencana infrastruktur untuk pariwisata itu seperti
apa bu?
Kan tadi kita tidak langsung ya. Jadi istilahnya impact-nya tidak langsung
terhadap kaitan dengan pariwisata sebenarnya tidak langsung. Tapi
memang kita melihat bahwa kalau jalan biasanya mereka identifikasi dari
titik kemacetan, biasanya seperti itu. Kenapa kita harus membuat jalan ini,
karena disitu macet, kenapa kita harus membuat cerukan didaerah kawasan
itu karena disitu banyak transit angkot misalnya seperti itu. Bisa jadi
KR:
BA:
KR:
BA:
KR:
BA:
KR:
BA:
KR:
BA:
KR:
BA:
kenapa pada tahun 2011 jalan Meruyung akan dilebarkan 24 meter karena
itu tadi kan sebenarnya nanti juga akan larinya kemasalah pariwisata.
Itu rencananya ada di Bappeda tentang pelebaran jalan itu.
Ada, di Fisfra, ada. saya tahu malah dari PU kemarin. Kemarin dinas PU
bilang bahwa pada tahun 2011 sudah akan dimulai proses pembebasan
jalan Meruyung. Dibebaskan 24 meter. Artinya kan jelas bahwa disana
volumenya tinggi, menuju kesana, sehingga diperlukan jalan yang lebih
besar begitu.
Kalau hari libur memang macet sih.
Iya. Kemudian yang kedua kenapa ada jalur tol yang didahulukan adalah
jalur tol desari, eh bukan desari tapi Cijago. Cijago itu jalan tol Cinere
Jagorawi dan Cinere itu namanya Cijago. Cinere Jagorawi. Jadi kenapa
Cinere dan Jagorawi karena tadi kunjungan wisata yang menuju kearah
cinere itu tinggi. Cinere kan tembusannya ke Kubah Emas sehingga
dimungkinkan untuk tembus jagorawi sudah langsung saja dari bandara
juga langsung, dari mana-mana langsung begitu tidak melalui ini.
Lebih dulu jalan tol atau lebih dahulu Meruyung rencananya?
Kalau Meruyung kan baru mulai ya. Jalan tol itu negosiasinya lama itu
saya ngikut dari tahun berapa itu jalan tol tidak selesai-selesai makanya
naik terus harganya. Kemarin yang di Margonda saja spanduk minta
dihargai berapa 4 sekian juta per meter. Padahal yang saya tahu
pembebasan itu paling tinggi 4,2juta. Harga paling tinggi. Sekarang mah
masyarakat sudah gila-gilaan deh ada pembebasan jalan itu kalau dulu
mah beda ya zaman pak Harto, enakan zaman pak Harto deh. Jadi
istilahnya kalau bidang tanah itu adalah- ya istilahnya bumi bangunan
begitu ya itu kan tidak hanya milik pribadi ya tetapi juga milik masyarakat.
Cuma jangan sewenang-wenang saja. Kalau dulu kan gampang
pembebasan-pembebasan tanah itu. Cuma mungkin dirugikan masyarakat.
Kalau ini perencanaan keaamanan untuk pariwisata ada tidak bu?
Saya sih melihatnya itu nanti di dishub ya dalam pengaturan jalan lalu
lintas ya kalau dari sisi keamanan. Kenapa tadi akhirnya harus ada bukaanbukaan, kenapa harus ada jalan baru jalan tembus baru. Ini ada rencana
mau ada jalan tembus juga tapi masih dalam proses ya. Jadi dari Dewi
Sartika tadi yang ada rel kereta rencananya bakal ada flyover yang menuju
Kota Kembang dimana dia ada tembusan langsung ke Jatijajar, karena kita
juga nanti ada terminal di Jatijajar.
Di Jatijajar ada situ juga ya?
Iya. disitu tadi sebelahnya akan jadi terminal di Jatijajar antar kota. Jadi
nanti tidak di Margonda lagi.
Jadi bus-bus dari luar kota itu nantinya ada di jatijajar?
Iya. Margonda untuk mobil kecil-kecil. Ini sedang disiapin tahun ini yang
Jati Jajar baru ada pematanganya. Dananya dari pusat semua itu. Jadi
sebenarnya kalau dilihat dari rencana infrastruktur mungkin bisa ngobrol
sama yang di Fisfra ya. Ini ada Pak Enco. Seperti apa sih target-target
pembebasan jalan. Apakah itu juga akan mengacu pada kebutuhan aspek
pariwisata atau bukan. Kalau saya sih melihatnya dari beberapa titik
kemacetan yang ada di Depok ya. Volumenya terlalu berat di Margonda
untuk menuju ke Jakarta. Jadi karena itu-jadi kan Depok itu kan penduduk
KR:
BA:
KR:
BA:
KR:
BA:
KR:
BA:
59, berangkat jam 5 pulang jam 9 malam. Semua 70% itu ke Jakarta. Itu
yang kita lihat sebenarnya kalau infrastruktur itu tidak hanya masalah
pariwisata yang ada di Depok bukan itu saja tapi jadi masalah itu.
Bagaimana masyarakat Depok itu bisa nyaman pulang balik ke Depok.
Kita berusaha untuk mencari terobosan jalan-jalan yang memungkinkan.
Kan kalau Cinere-Jagorawi tadi kan mereka tidak usah lewat Margonda
lagi. Nantikan setiap itu ada ini apa istilahnya ada junction ya, junction
Cinere yang menghubungkan dengan tol yang lain. Kemudiann junction
yang dimana sih, pokoknya daerah Jagorawi junction-nya itu nanti ke
Pasar Baru yang menuju ke Jakarta. Jadi sebenarnya itu yang diarahkan
supaya ini bebannya ngga berat yang di Margonda.
Sekarang ada pelebaran Margonda, kalau pas jam pulang kerja atau
berangkat Margonda itu padat banget nyebrang saja susah.
Makanya, yang itu tadi sudah tidak kuat sebenarnya arus urban yang ke
Jakarta. Karena semuanya orang nyari, banyak orang kenapa nyari ke
Depok yah karena air tanahnya masih bagus. Bekasi sudah tidak bagus.
Jadi selain sarana transfortasi yang dilihat itu air bersih ya? Depok air
bersihnya masih bagus ya?
Jadi gini sebenarnya Depok juga sudah mulai kritis ya. Kedalaman air
tanah kan sudah terlalu dalam. Di saya saja sudah 26-30 meter, sumur.
Kalau di Bekasi kan sumur dangkal sudah ada intrusi dari air laut, sudah
mulai agak asin airnya kan. Dan sekarang kita nah ini juga kerjaan di saya
juga nih, menyiapkan KPS air bersih menjadi PDAM tahun ini rencananya.
Kita studi kelayakan sudah selesai tahun depan mungkin ya. Ya sudah
nanti diharapkan ada investasi perumahan yang baru semua harus pake
PDAM. Sekarang kita sudah mengarahkan kesana agar tidak memakai
sumur dangkal walaupun kondisi air tanah kita masih bagus ya.
Kalau rencana tentang sumber daya manusianya, ada ngga bu rencana
untuk meningkatkan kemampuannya atau misalnya sikap masyarakat
sendiri terhadap wisatawan?
Tadi yang saya bilang kalau secara spesifik tugas Bappeda tidak bisa
terlalu parsial ya. Kalau sudah teknis nanti saya diomelin sama kepala
Bappeda. Saya sering kali berusaha untuk bisa memfasilitasi tetapi kata
kepala Bappeda sendiri bu Ani stop sudah teknis itu bukan urusan bu
Ani. Jadi sebenarnya itu harus dilakukan oleh Dinas Pariwisata
bagaimana meningkatkan profesionalisme apa petugas kepariwisataan,
terutama di Dinas Pariwisata. Harusnya mereka juga ada semacam dintek
khusus supaya mereka punya wawasan bagaimana tadi membuat rencana
strategisnya yang baik atau grand design pariwisatanya lah. Kan kadangkadang sekarang lagi senang grand design nih, kemarin GD koperasi, terus
GD pertanian perkotaan, mau ada GD pariwisata sebenarnya tidak apa-apa
sih, sah-sah saja bagus.
GD itu berangkatnya dari Dinas Pariwisata ?
Iya harusnya di Dinas Pariwisata, tapi kalau misalnya dimungkinkan kita
nge-push bagian ekonomi mungkin nanti yang harus dilakukan ya. Tetapi
kemarin GD koperasi ada di bagaian ekonomi. Terus GD dia membuat
kajian pengembangan UMKM juga di bagian ekonomi sekda. Bukan di
saya lagi kalau sudah begitu, kalau saya hanya makronya saja jadi begitu
KR:
BA:
KR:
BA:
loh. Jadi kalau bicara masalah teknis penyusunan Perwa sudah harusnya di
dinas masing-masing. Saya yang sifatnya lebih ke koordinatif itu di
penanggungan kemiskinan karena itu sudah- itu memang kalau isu
strategis yang besar di Depok. Jadi itu dikoordinir oleh Bappeda kalau
yang begitu. Tapi kalau sudah spesifik pada kegiatan yang di dinaspemberantasan kemiskinan kan semua dinas keroyokannya. Itu baru
dikelola Bappeda, koordinasinya saja di perencanaan terutamanya ya. Jadi
kita mengingatkan teman-teman untuk menyiapkan kegiatan di 2011
misalnya ini ini nih yang sudah disepakati. Kemudian kita evaluasi tiap
tahun terus bagaimana perkembangannya, sampai bagaimana menurunkan
angka kemiskinan yang 1% misalnya seperti itu. Itu tugas di Bappeda.
Tapi kalau sudah pariwisata, pertanian, UMKM itu sudah di dinasnya
masing-masing dan yang seharusnya mengkoordinir forum-forum seperti
itu harusnya bagian ekonomi Sekda. Mungkin ada forum sektor pariwisata
harusnya ekonomi bagian ekonomi bukan di saya. Didalam forum
ekonomi itu misalnya stakeholder pariwisata, besok stakeholder koperasi,
besok pertanian itu harusnya ada di sekda (sekretariat daerah di bagian
ekonomi). Dia itu harus mengumpulkan kemauan-kemauan masayarakat
seperti apa. Apa mana yang harus ditindaklanjuti oleh Perda, mana yang
akan dibikin Perwa mana itu harusnya dia tahu disitu. Atau dia membuat
kajian-kajian yang lebih spesifik ke pengembangan-pengembangan tadi
GD pariwisata, ini, itu boleh itu di setda.
Sekda yang berkoordinasi dengan dinas-dinas terkait?
Iya. Nanti Setda grand design dari setda turunan road map-nya ada di
dinas. Ini masih tidak matching ini. Saya jadi sendiri jadi bingung gimana
ini. Jadi kalau lagi rapat begitu jadi ribut, ributnya itu kenapa ini tidak
masuk. Kita punya GD nih, harusnya ngikutin GD kan begitu. Kata orang
koperasi harusnya grand design-nya diperbaiki begitu kan hahaha. Jadi
saya kadang-kadang bingung sendiri, bagaimana sih. Kalau saya
cenderung sudah saja GD dan road map-nya itu ada di dinas. Karena dinas
nanti yang akan menyusun renstranya kan terhadap tupoksi-nya dia. Dan
itu dipegang siapapun orangnya, ganti dia pegang itu. Jangan kepala
dinasnya ganti, GD-nya juga ikutan ganti lagi. Jangan begitu.
Kembali dari nol lagi kalau begitu ya bu. kalau ini buk, image ataupun
kesan yang ingin dibangun dari Depok kalau dari Bappeda sendiri apa sih
bu? Rencananya?
Maksudnya apa nih? Kalau saya lebih kepada aspek- ni kalau saya mau
bicara-jadi saya ingat kemarin ada yang bicara ke saya, kalau Paris, kota
Paris itu banyak rumah banyak perumahan tetapi bagaimana Paris itu
membuat masyarakatnya nyaman. Tinggal di Paris dengan segala sarana
dan prasarana yang disediakan dari pemerintah kan begitu. Nah kalau
istilah nyaman artinya kan tertata dengan baik. Tertata itu kan tidak hanya
tertata ini simpan, bukan. Tetapi dari aspek lingkungannya pun tertata.
Kalau saya secara pribadi berharap bahwa Depok itu menjadi kota hunian
yang nyaman kedepannya. Kalau industri niaga dan jasa itu kan hanya
pendukung, pendukung yang men-support hunian yang nyaman. Seperti
misalnya apartemen, apartemen- di apartemen itu harusnya dia
menyediakan semua sarana dan prasarana yang mendukung penduduknya
KR:
BA:
KR:
BA:
KR:
BA:
KR:
BA:
KR:
BA:
KR:
BA:
KR:
BA:
KR:
BA:
KR:
BA:
KR:
BA:
KR:
BA:
KR:
BA:
ada didalam peta. Jadi misalnya saya mau ke setu itu, oh jalurnya kesini.
Itu tuh ngga ada. Kemudian kedua, bagaimana mereka bekerjasama
dengan travel biro perjalanan saya melihat belum banyak. Bagaimana
mereka membuat riset-riset di sekolah terhadap agrowisata misalnya.
Karena kan kalau sekolah biasanya agrowisata, lebih kepada agrowisata ya.
Mereka ke kebun belimbing, bagaimana potensinya. Atau ke kampung
Rusa atau ke Kukusan tempat pemerahan susu. Pemerahan susu itu ada di
Kasumi. Ada lagi di Bedahan, bukan di Bedahan, di Pasir Putih ada
pemerahan susu. Jadi anak-anak bisa datang kesitu melakukan pemerahan
susu, misalnya seperti itu. Jadi itu sebenarnya potensi pariwisata.
Istilahnya pariwisata edukasi lah. Saya ingin mereka melakukan itu
kemudian mereka membuat leaflet seperti apa dan mereka melakukan
sosialisasi ke sekolah-sekolah. Karena sekolah swasta ada programprogram ekskul atau apa istilahnya. Anak saya kemarin baru ke kebun
belimbing. Sebelumnya ke tempat pemerahan susu. Masih lingkup Depok.
Itu dimungkinkan kenapa harus jauh-jauh ke Mekarsari, kemana kan? Kan
yang seperti itu kan termasuk wisata, wisata edukasi atau agro wisata. Nah
saya belum melihat itu. Senangnya itu isinya tuh pameran yang saya tahu
kalau pariwisata tuh. Maunya pameran-pameran kemana. Coba nanti tanya
saja promosi pameranya apa itu.
Kemarin itu ada pameran wisata kuliner itu yang di balairung UI. Tanggal
2-4 kemarin.
Di UI yah, sudah selesai?
Iya, kemarin tanggal 2-4. Itu wisata kuliner itu juga bias menjadi daya
tarik wisata.
Tapi kalau kuliner lebih di Indag. Wisata kuliner.
Indag itu industri dan perdagangan ya?
Heeh. Tahun depan mereka ada kegiatan wisata kuliner itu. Kita kasih
budget-nya kemarin. Tolong siapin kegiatan wisata kuliner. Apakah
nanti itu menjadi acara tahunan, yang jelas mereka harus tempatkan di
tempat yang strategis yang orang mau berkunjung kan? Kan kaya di
Balairung UI agak jauh tuh. Hanya orang-orang tertentu saja yang tahu
yang bisa kesana kalau ngga? Kalau di Bandung itu di Gasibu biasanya.
Ada sih program-program bikinan mereka. Kalau di Dinas Pariwisata itu
ada Mojang Jaka yang saya tahu kegiatannya. Mojang Jaka pariwisata
tidak tahu fungsi seperti apa. Paling kalau ada tamu baru tuh Mojang Jaka
menyambut ya. Terus kegiatan yang besarnya sepertinya itu ya. Wisata
kuliner akhirnya di ambil dinas perdagangan kemarin. Harusnya kan
menjadi agendanya ini atau membuat itu ya membuat promosi wisata atau
bagaimana caranya begitu. Coba tanyakan saja deh. Soalnya orangnya
ganti terus. Dulu Pak Ojat yang megang, sekarang ngga tahu siapa.
Pak Asep.
Pak Asep itu kan kepala dinasnya. Bidang pariwisatanya?
Ibu Nita, cuma katanya lagi cuti melahirkan.
Iya Bu Nita.
Kemarin dating 2 minggu bolak-balik ada acara ke Bandung. Terus ibu
Nita cuti hamil. Pak Sukadi lagi keluar daerah.
Pak Sukadi kayanya ya?
Lampiran 1
KR:
BA:
KR:
BA:
KR: Karyadi
BN: Ibu Nita
BN:
KR:
BN:
KR:
Seperti tadi Ibu bilang dari ketersediaan daya jualnya, kemudian ada lagi
ngga. Dari sisi sumber daya manusia misalnya kalau memang ada
penyebabnya apa?
BN:
Bisa juga gini eee, masih rendahnya SDM ya karena kita banyak juga
sarjananya masih non-pariwisata sebagian kebanyakan umum, hanya
umum. Ya semacam ekonomi, teknik malah ngga nyambung. Tapi
nyambung ngga nyambung ya harus nyambung karena posisi memang kita
harus mempunyai daya jual suatu daerah. Daya jualnya contohnya kita
sekarang walaupun Kubah Emas dia itu milik pribadi tapi kita akan
BN:
BN:
Ini ada, yang penting saya punya kepariwisataannya ada visi misinya.
KR:
BN:
Nanti catat saja di sini. Nah mungkin nanti yang lain nanti bisa dibantu
Pak Sukadi lah kalau Ibu prolognya saja. Terus indikator keberhasilan
pemasaran daerahnya bisa dilihat dari semacam grafik ya berapa kali kita
ikut semacam momen-momen JCC. Itukan semacam produk kita jual,
daya jual. Nanti bisa kelihatan. Terus berapa minat orang, kan juga nanti
dari hasil kita ikut pekan promosi itu bisa kelihatan. Berapa kali, berapa
kali dalam setahun. Terus masalah yang dihadapi kota Depok dalam
memasarkan kota Depok pada wisatawan. Memasarkannya dalam bentuk
apa? Website atau bentuknya masih jadul semacam brosur seperti apa nih
masih belum jelas.
KR:
BN:
KR:
Dan sekarang dari Dinas Pariwisata sendiri ada semacam grand design
atau rencana jangka panjang ngga Bu?
BN:
Kalau rencana jangka panjang itu juga kita ada RPJM, kan itu termasuk
ya. Itu sudah tertuang disitu. Jadi kepala daerah yang sudah ditetapkan,
yang sudah diambil sumpahnya, dia akan membuat RPJMD, RPJPD.
Panjang dan pendek biasanya kan skalanya. Nanti bisa juga dilihat nanti
juga yang sudah pengesahan atau belum, saya juga belum tahu ya.
Biasanya sudah pengesahan ketok di dewan atau belum itu ada. Nanti mas
Lampiran 2
BN:
Ya ngga pake dong, sekarang kan kita bicaranya pak Nur yang sekarang.
KR:
BN:
KR:
Di Ibu ada?
BN:
Saya ngga pegang. Biasanya kalau itu langsung di Bappeda lah pusatnya.
KR:
ooh ke Bappeda.
BN:
KR: Karyadi
PS : Pak Sukadi
KR:
PS:
KR:
PS :
KR :
PS :
KR :
PS :
KR :
PS :
KR :
PS :
KR:
PS :
KR :
PS :
pariwisata ini diberi tugas untuk mem-BAP kalau ada yang mau bikin
hotel dan restoran baru, Kepala Dinas mengetahui lalu diserahkan ke
BBPT untuk di proses izin selanjutnya apakah ijin ini layak atau tidak
layak. Sehingga kalau layak dimunculkan ijin, kalau tidak layak ya
otomatis tidak. Misalnya karena surat-surat dari kelurahan tidak lengkap.
Tapi sekarang ada peraturan baru, sekarang kelurahan harus memeriksa
juga harus mengeluarkan rekomendasi, camat harus mengeluarkan
rekomendasi, lebih diperketat sehingga tidak muncul yang bahasanya
sembaranganlah. Memberikan izin mendirikan restoran, hotel dan apa saja
yang berkaitan dengan pariwisasta.
Bentuk keterlibatannya seperti apa? Apakah dari awal ikut membentuk
program pariwisata, misalnya?
Nggak. Jadi kalau pengusaha atau masyarakat mendirikan restoran inikan
izinnya otomatis izinnya dari kelurahan dari kecamatan dulu kan, izin
bangunannya, izin HU-nya, izin lingkungan dan izin macam-macamnya
dari kelurahan dan dari kecamatan pasti. Jadi kalau itu misalkan
merupakan perusahaan besar ya harus memperhatikan tenaga kerja dari
lingkungannya kan? sehingga tidak timbul masalah. Nah keterlibatan
daripada kita adalah setelah dia itu selesai mendirikan dan ijin lengkap,
baru mereka melaporkannya ke kita atau melaporkan ke BBPT. BBPT itu
surat. Nah surat turun dari BBPT kemudian disini dilihat. Dilapangan kita
BAP, apa namanya, kita lihat kenyataan dilapangan apa yang diajukan itu
benar atau ga. Kalau ternyata segala kelengkapan persyaratan itu tidak
sesuai dengan yang dilaporkan, kami tidak bisa mengabulkan izin itu. Jadi
prosesnya intinya kita hanya sebatas menerima data dari BBPT kemudian
lolos tidak lolos itu dari BPPT, kalau tidak lolos tidak kita BAP.
BPPT dan BAP itu apa Pak?
Badan Pelayanan Terpadu. BAP itu disini,tidak ada singkatannya.
Tadikan dari sisi perijinannya kalau dari sisi keterlibatannya dalam
promosi pariwisata itu seperti apa Pak?
Maksudnya kerjasama antara siapa?
Kerjasama antara Dinas Pariwisata, ASITA dan PHRI dalam rangka
menarik wisatawan itu Pak.
Kerjasamanya karena sudah masuk di data sini, hotel-hotel, kemudian
restoran-restoran, kemudian tempat hiburan, tempat rekreasi karena sudah
merupakan data disini ini mau tidak mau kerjasamanya adalah kita yang
mempromosikan, yang mempromosikan keluar daerah. Contoh misalnya
untuk Hotel Bumi Wiyata. Ini mau tidak mau kita harus selalu koordinasi
minta brosur-brosur dan informasi ada perkembangan apa di hotel itu. Ntar
kita buat data seperti ini dek (menunjukkan brosur). Jadi salah satunya itu
dek mempromosikan melalui brosur ini dibuat melalui model publikasi ini,
salah satunya itu. Nah tetapi kalau ada perkembangan baru mereka
biasanya suka telepon, "Pak saya ada kerjasama nih. Ada kerjasama apa?
Bagaimana kalau ada kegiatan begini-begini, misalnya. Jadi intinya agar
kalau ada acara bisa nginep disitu sekaligus bagaimana mempromosikan
wisata itu sendiri.
Jadi hotel-hotel juga ikut dipromosikan oleh Dinas Pariwisata Pak?
Iya.
KR:
PS :
KR :
PS :
KR :
PS :
KR :
PS :
KR :
PS :
KR:
PS :
KR :
PS :
KR :
anggaran, dan saya yakin anggaran juga akan tercapai kalau kita sudah
punya program seperti apa yang akan kita lakukan.
Ada lagi ngga Pak yang di anggap sebagai kelemahan?
Kelemahan apa?
Sisi sumber daya manusia ada masalah ga?
Sebenarnya kalau SDM saya lihat di Depok ini luar biasa de ya. Tapi
mungkin Depok ini memiliki kerterbatasan lahan ya. Kalau orang mau
membuat tempat rekreasi harga tanah sudah luar biasakan, seperti kalau
orang benar-benar tidak siap susah ya. Tapi yang saya dengar selama satu
tahun setengah disini banyak yang kesini menanyakan bagaimana Depok
ini kalau dikembang gini-gini. Ya silahkan saja pak kalau memang bapak
ada biaya, sanggup, mau dan mampu ya kita support saja. Tapi minimal
harus koordinasi dengan bidang-bidang tertentu atau instansi terkait,
karena kami tidak memegang bidang pariwisata saja, atau mungkin dinas
pemuda, olahraga dan seni budaya, tapi ada dinas-dinas lainlah pokoknya
macam-macam. Itu harus menjadi satu kesatuan sehingga nanti apakah
tanah itu akan diperuntukan untuk apa untuk apa. Itukan salah satunya
kalau bisa untuk pengembangan wisata air tadi. Terus terang saja untuk
saat ini yang bisa tampil berbuat untuk pengembangan pariwisata
sementara ini memang swasta yang sudah cukup potensial. Tapi kami juga
sangat support tetap dukung karena itu juga salah satunya peningkatan
wisata budaya Depok kan. Kalau negeri itukan ada batasan-batasan kan,
kalau swasta tidak bisa membatasi. Kalau dia mampu ada tanah, siap, ada
duit ya otomastis akan berjalan baik, pasti akan meningkatkan tenaga kerja
juga ya, dengan harapan meningkatkan ekonomi masyarakat.
Terus Pak yang di anggap sebagai sebuah tantangan bagi pariwisata Depok
itu apa?
Tantangannya ya itu tadi kalau persaingan setiap daerah pasti ada. Hanya
tantangannya dilihat dari besar kecilnya dilihat dulu. Kalau kita lihat
tantangan Kota Depok ini kalah dengan kota lain yaitu tadi belum adanya
kelengkapan-kelengkapan, masih belum ada tempat wisata-wisata yang
refresentatif yang intinya seperti saya katakan tadi baru baru Kubah Emas
saja yang punya banyak pengunjung dan orang tahu. Padahal itu milik
swasta. Dengan harapan tantangan-tantangan kami di pariwisata ya dengan
harapan bisa membuat tempat pariwisata ya minimalah bisa bersaing
dengan Kubah Mas. Tetapi kita kan belum punya perencanaanperencanaan dan program kerja jangka panjang. Sementara inikan kita
baru setu saja yang akan dikembangkan. Kita fokus ke setu, karena kalau
dikembangkan setu akan luar biasa juga. Tantangan banyak pastinya kalau
kita mau melihat tantangan, tapi kalau lebih fokus kita belum memiliki
sarana wisata yang refresentatif. Seperti misalnya Taman Mini, itukan luar
biasa. Tapi kita sudah memiliki dari pihak swasta seperti yang di Kota
Kembang, wisata air Aladin. Tapi itukan swasta juga mas. Itu salah
satunya. Selain itu keterbatasan lahan. Oleh karena itu, kita larinya ke
setu-setu saja.
Melihat dari sisi persaingan, setiap daerah itu pasti bersaing untuk
mendapatkan kunjungan wisatawankan. Kalau Bapak melihat sebenarnya
siapa sih pesaing-pesaing wisata kota Depok?
PS :
KR :
PS :
KR :
PS :
KR:
PS :
KR :
PS :
KR :
PS :
SP:
Kalau pesaing relatif ya, karena manusia yang akan rekreasi itukan melihat
satu, kemampuan. Melihat juga apa yang akan di lihat. Kalau saya mau
lihat Taman Safari di Depok ya ngga ada. Pasti akan melihat di bogor kan.
Tapi kalau ingin melihat Kubah Emas pasti akan ke Depok, karena Depok
yang punya Kubah Emas. Saya rasa kalau persaingan itu tergantung dari
pada manusianya sendiri yang akan melakukan rekreasi atau pariwisata itu
sendiri. Kalau misalnya mau melihat Gong Si Bolong di Depok misalnya
ya ada di Depok, ga mungkinkan ada di Bogor. Tapi sebaliknya mau
melihat kebun raya ngga mungkin di Depok. Tapi kalau peninggalan
Belanda mungkin ada di Depok. Iya kan. Saya rasa persaingan itu selalu
ada, tapi melihat bagaimana orang itu melakukan rekreasi. Masing-masing
memiliki kemauan untuk melakukan rekreasi itu sendiri. Kalau pengen
beli belimbing yang enak ya harus pergi ke Sawangan, agro wisatanya
kan. Betul ga? Agro wisatanya di Sawangan. Kalau metik di Bogor
mungkin tidak ada yg seperti itu tapi kalau mau metik tales ada di Bogor.
Itu salah satunya agro wisata ya. Tapi kalau misalnya tempat rekreasi
kayak taman-taman Depok sudah punya saingan air. Jadi intinya gitu mas.
Minimal Depok sudah dibantu sama swasta sudah mencoba memberikan
tempat-tempat rekreasi misalnya permainan air, di taman mini di Kota
Kembang sudah ada. Kalau kolam renang dan lapangan golf sudah
banyaklah.
Kalau sasarannya sendiri promosinya wisata kota Depok sudah mencakup
wilayah mana saja Pak?
Kalau promosinya kita JABOTABEK sudah jelas dengan pemaparan eh
pameran JCC kemarin itu jabotabek sudah cukup tahu, Solo kita
promosikan juga, Jogja, Bali, dan Batam. Kita besok ke Semarang baru
kemudian ke Surabaya. Aceh kemarin baru pulang. Mudah-mudahan bisa
ke seluruh Indonesia.
Berarti kalau cakupan provinsi Jawa Barat sudah termasuk ya Pak?
Iya sudah.
Kalau promosi ke luar negeri gimana Pak?
Mungkin itu dari pusat ya. Dari provinsi Jawa Barat ya. Pariwisata yang
terkenal di kota Depok sudah dimasukan pariwisatanya ke pusat. Dari kota
Depok sudah tiga pariwisata yang dimasukan kesana.
Apa saja pak?
Ya kubah emas, arwana dan setu. Arwana itu terkenal di Cimanggis itu.
Silahkan masuk saja PT arwana di Cibubur bagus dia tempatnya kalau
mencoba masuk kesana. Ada kolam renang, ada outbond, ada
pemancingan, kemudian ada restoran yang bagus dan ada keramik. Bagus
itu kalau mau coba kesana.
Visi dan misi dari dinas pariwisata Depok pasti adakan Pak? Itu gimana
Pak?
Belum. Disini jadi satu masih. Ngga tahu visinya dimana, saya sendiri
nyari belum ketemu saya. (manggil staff-nya) "mbak-mbak, visi misinya
ada ga? Visi misi pariwisata dari berdirinya itu.
Ada di itu Pak di renstra Pak. Ngga ada Pak. Ada di TU.
PS :
KR :
PS :
KR :
PS :
KR:
PS :
KR :
PS :
KR :
Makanya jadi satu renstranya satu dinas. Jadi ngga bisa bicara visi
misikan. Satu paket disini pemuda, olah raga, pariwisata, seni dan budaya.
Nanti bisa saja kalau mau cari ke atas, ke TU.
Menyangkut pasar wisatawan, segmentasi pasar yang diambil itu mana
saja Pak? Misalnya berdasarkan kota, propinsi dan wilayahkan luas. Nah
selama ini yang menjadi target utama untuk datang ke Depok itu dari mana
saja Pak?
Target datang. Kalau kita memang tidak pernah menentukan harus masuk
ke sana-sana, engga. Kita hanya kalau ada tamu kita mau dikasih liat, mau
kemana? Apa yang mau dilihat kita antarkan. Misalnya kalau mau lihat
kubah emas. Kita antarkan. Atau melihat belimbing. Jadi apa yang
dikatakan mas betul yah. Kita mempromosikan itu ya memang
berdasarkan dia datang kesini dan kemudian mana yang mau dilihat. Kalau
sudah dia mau mengarahkan keseniannya, otomatis dia mungkin ke TVRI.
Misalnya peninggalan Belanda itu dimana ya kita antar gitu. Itu
bagaimana permintaan dia. Tapi kalau minta pendapat ke kita, kalau kita
selalu menunjukkan yang terbaik ya, yang agak enak dilihat lah. Kalau
kita ngantar ke setu Pedongkelan walaupun deket sini ya tapi air kotor
gitu, kita ngga enaklah. Tapi kalau kita lihat ke Pengasinan Pokja-nya
sudah enak, ke Sawangan Golf sudah enak.
Jadi selama ini belum ada program atau rencana untuk membagi-bagi
targetnya itu Pak. Misalnya ada berdasarkan wilayah.
Target apa?
Target pelanggan atau wisatawan yang diharapkan datang. Misalnya
segmen berdasarkan wilayah geografis sekarang Jawa Barat, terus
mungkin Jawa Tengah, tahun depan Jawa Timur gitu.
Oh belum ada. Jawa Barat saja belum ada. Ya kan kita makanya
mempromosikan keluar agar wisatawan yang diluar itu datang ke Depok.
Kita juga tidak bisa menargetkan. Dengan mengadakan promosi ini
barangkali kalau ada yg ke Jakarta akan mampir ke Depok. Minimal walau
tidak masuk minimal dia makan di Depok, minimal ya restorannya sudah
merupakan target pariwisata jugakan. Dengan ada peningakatan PAD
berarti sudah ada peningkatan ekonomi di Depok kan. Yang jelas mereka
mau kemana ya silahkan saja asalkan datang ke Depok kalau memang
melalui sini otomatis akan mengarahkan mereka ke yang lebih masuk
kemudian mereka memberli oleh-olehnya. Tapi kalau ditergetkan itu
belum ya.
Jadi dilihat secara wilayah geografis dan lain-lainya belum ada ya?
Belum-belum. Ya syukur nanti dalam schedule nanti saya kasih bukunya
itu sebagai bahan kami nanti, walaupun saya mau pensiun, empat bulan
lagi. Minimal ade ada kenangan buat saya, sehingga nanti buat pejabat
baru skripsinya bisa dikembangkan.
Tadi kan ada 3 ya segmentasi ada target buat pelanggannya atau
wisatawannya yang terakhir ada positioning-nya supaya orang itu inget ke
Depok. Kalau Jakarta misalanya Enjoy Jakarta, atau misalnya Jogja,
Never Ending Asia. Kalau Depok punya ngga ini kayak model slogannya
lah gitu?
PS :
KR :
PS :
KR :
PS :
KR :
PS :
KR :
PS :
KR :
PS :
Ngga ada ya kita belum punya slogan ya. Slogan pariwisata Depok belum
punya ya Mbak? (nanya staff) paling belimbing adanya. Selama saya
disini belum, belum ada. Tapi nanti buatkan saja disitu. Makanya
diusulkan saja di saran atau pendapat gitu. Ade buatkan saja ngga apa-apa
sehingga itu tujuannya ingin meningkatkan pariwisata kota Depok kan,
walaupun itu skripsi bukan berarti itu tidak akan bermaanfaat kalau orang
baca. Yang jelas ending-nya jelas kan.
Ada target ngga Pak misalnya satu tahun ini targetnya berapa ribu orang
masuknya ke Depok wisatawannya. Ada ngga pak targetnya?
Ya kalau target kita setiap ini pasti kita ada target. Tapi kalau dilihat dari
catatan pengunjunga ya semua sudah cukup lumayan juga. Tapi catatannya
ada di anak buah saya tuh. Apri sekarang lagi diluar lagi pra-jabatan.
Catatan lengkapnya ada disana. saya ngga dikasih pegangan. Tapi cukup
lumayan ko. Tapi kemarin kita belum menargetkan harus sekian-sekian
masuk belum.
Berarti selama ini jalan-jalan saja gitu?
Jalan saja gitu. Cumakan kita kelemahannya disitu. Seperti tadi dikatakan
salah satunya masih belum stabilnya pembangunan masih ke sana kemari.
Kita ngitung banyaknya orang ya datang di mall saja kita belum bisa
ngitung, iyakan? Minimal kita harus sudah pasang di kubah emas satu
ngitung berapa orang berapa orangnya, kan gitu.
Kalau target ini kungjungannya juga tidak ada? Misalnya tahun 2011
targetnya 10.000 orang mengunjungi Depok. Terus selain target jangka
pendek juga jangka panjangnya?
Belum. Setahu saya sejak saya masuk sini belum ada yang seperti itu. Tapi
harapan saya dan teman-teman kalau sekarang tuh pengunjung dicatat
sehingga ada target, benar. Sehingga kalau ditanya walikota berapa sih
pengunjung berapa pengunjung mallnya? Berapa kulinernya? Itu harus
ada. Tapi ya seperti yang dikatakan mas tadi kita juga harus melihat SDM
tadi. Sumber daya manusia sendiri yang ditempatkan di mana-mana inikan
harusnya memang banyak. Tapi kita hanya berapa cuma lima orang yang
di pariwisata itu. Bagaimana yang 5 orang ini bisa menjangkau sekota
Depok. Logika berpikirnya ini loh. Yang 5 orang ini juga tidak harus
bekerja kesana semua, seperti Mbak Mira untuk administrasi. Saya kira
diteknis moso saya harus keluyuran kesana kemari? Kecuali kalau ada
masalah saya baru keluyuran. Kalau ada masalah baru datang. Contoh ada
BAP yang masalah dengan staff saya datangin.
Untuk masalah pendukungnya ya pak pariwisata, salah satunya dari sisi
infrastruktur ya. Menurut bapak selama ini infrastruktur buat ke tujuantujuan wisata sudah bagus atau belum?
Itu yang sekarang yang kami sedang usulkan ya jalan. Jalan masih belum
memadai. jalan untuk ke setu-setu belum memadai. Jadi jalan itu lagi
diprogram oleh PU karena akan dijadikan ikon kota Depok, wisata air itu.
Tetapi mobil bus belum bisa masuk ke setu-setu. Ya ini infrastruktur yang
harus diperbaiki.
Selama ini masih mobil-mobil kecil Pak?
Iya mobil kecil. Tapi kalau yang punya pihak swasta sih sudah masuk. Ini
maksudnya yang berkaitan dengan negeri.
KR :
PS :
KR :
PS :
KR :
PS :
KR :
PS :
KR :
PS :
KR :
PS :
KR :
PS :
KR :
PS :
KR :
PS :
KR :
PS :
KR :
PS :
KR :
PS :
KR :
PS :
Sampai detik ini belum pernah ada, selama saya disini. Tapi secara
pembinaan kumpul ya kita ngajak ngobrol ada rapat apa. Tapi secara
menyampaikan pelatihan-pelatihan itu memerlukan biaya mas, ya jadi
sementara kita sambil menyelam minum air aja, kita jalan, pembinaan.
Ada sih pembinaan tetapi belum maksimal.
Itu bentuk pembinaannya bagaimana?
Bentuk pembinaannya ya misalnya kita datang kesana. Kebersihan
misalnya kok kamar mandinya kotor. Kemudian bagaimana kalau
pengembangan kesini. Ada pemasukan berapa persen untuk sisi
pembangunan. Kemudian bagaimana pendekatan supaya orang tertarik iya
toh. Ya itu salah satu pembinaannya kan. Bikinlah program yang bagus
kemudian program-program disampaikan ke kita supaya bisa
dikembangkan disini. Nah itu salah satunya begitu. Kemudian kalau ada
masalah dibinalah agar tidak muncul masalah yang lebih besar. Itu secara
manusianya ya gitu, tapi secara program ya masing-masing punya
program.
Sekarang masuk ke daya tarik daerahnya Pak. Ada banyakkan potensi
wisata itu. Bisa dari keindahan alam atau sejarah. Kalau dikelompokkan
apa aja sih wisata kota Depok yang di tawarkan kepada pengunjungnya?
Kalau dari keindahan alam, ya sementara ini ya Gedong Ijo itu tadi. Jadi
tanaman-tanaman yang semuanya ijo. Ada sih itu. Semua tanaman itu
bagus, mahal dan itu ada pembelajaran IPA-nya juga. Kita tawarkan
kesana kemudian kemana ya kita saya rasa tidak ada lagi, menawarkan
kemana.
Terus kalau dari wisata yang sifatnya sejarah atau ketokohan ada?
Nah itu seperti yang saya bilang tadi peninggalan Belanda tadi. Misalnya
sekolah SD pagar masiwa itu. Kemudian Gereja Masehi, kemudian
Kuburan Kamboja. Ya itukan sejarah itu, sejarah peninggalan Belanda
dulu. Gong Si Bolong kalau untuk masalah keseniannya gitu. Itukan salah
satu sejarah yang ada di Depok. Kemudian keroncong peninggalan
Belanda ya, walaupun saya belum terlalu mempelajari. Mungkin disini ada
nih mas (memperlihatkan brosur).
Itu sudah mulai dipasarkan atau dipromosikan?
Ya itu seperti dikatakan tadi.
Kalau wisata budaya di Depok apa saja ya pak?
Waduh kalau wisata budaya bukan bidang saya ya tetapi minimal saya
bisa menginformasikan saja. Ya budaya salah satunya tadi Seni Adiyapala
ya, salah satu yang sudah terdata bagus ya. Adiyapala itu membina seni
tari bermacam-macam ya.
Kemudian Gambang Kromong yang sudah terdaftar disini. Kemudian
Gong Si Bolong apalagi ya. Rampak Bedug itu juga sudah termasuk.
Sudah mulai dipromosikan juga?
Iya. Di Sawangan itu bagus.
Kalau wisata rekreasi atau yang sifatnya hiburan apa pak?
Hiburan? Ya kalau saya lihat disinikan (brosur) seperti yang dimana, Coba
lihat yang di air itu hiburan. Banyak tuh. Seperti yang di Arwana juga ada
hiburan. Outbond ada juga, kemudian rumah nyanyi bersama keluarga
itukan termasuk hiburan juga kan.
KR :
PS :
KR :
PS :
KR :
PS :
KR :
PS :
KR :
PS :
KR :
PS :
KR :
PS :
KR :
PS :
KR :
PS :
KR :
PS :
KR :
PS :
KR :
PS :
KR :
PS :
KR :
PS :
KR :
PS :
KR :
PS :
KR :
PS :
KR :
PS :
KR :
PS :
KR :
PS :
1500?
Ngga sampai. Mahal profilekan.
Per tahun bikin berapa banyak biasanya Pak profile dan brosurnya?
Tergantung anggaran mas kalau itu. Kalau anggaran banyak ya kita bikin
banyak. Tergantung. Gimana mas masih ada lagi? Sudah ada yang
nungguin saya nih.
Kalau usaha untuk merancang image kota Depok khususnya yang
ditujukan kepada wisatawan ada ngga Pak?
Belum. Belum. Jadi nanti dipilah-pilah saja dari apa yang baik disimpan
saja kemudian yang tidak baik di simpulkan saja. Jadi di Depok yang tidak
ada apa dimasukan saja. Misalnya kota Depok harus ada target. Kemudian
perlu diadakan program yang bersinambungan, tidak apa-apa. Kemudian
perlu ada pengembangan pariwisata yang lebih baik dari pada sekarang.
Kemudian perlu ditambah tenaga pariwisata sehingga akan tercapai apa
yang diharapkan. Ngga apa-apa mas.
Ada evaluasi-evaluasi ngga pak biasanya?
hehh, apanya?
Ada evaluasi tahunan atau laporan- laporan gitu ngga Pak?
Ya setiap evaluasi pasti ada ya. Ya memang kita belum bisa secara total ya
mas, terus terang saja. Evaluasi tetap ada, Kegiatan itu adakan. Ada
evaluasi kemudian target-target itu ada. Kalau ngga ada kita bagaimana
nanti ke Pemda gitu. Ya kita juga diminta laporan target. Misalnya hotelhotel sekarang berapa yang tidak ada ijinnya. Nanti dibikin laporan
pertanggung jawabannya. Kemudian kalau yang swasta kami ya ngga bisa
tanggung jawab. Palingan kita ya yang berkaitan dengan izin pariwisata
saja.
Dari hasil evaluasi itu, sebenarnya masalah utamanya apa sih yang
dihadapi kota Depok untuk menarik wisatawan?
Hasil evaluasi ya tadi kurangnya sarana prasarana tadi. Jalan yang
dikatakan tadi. Evaluasinya itu selalu yang kita pikirkan dibikin jalan yang
bagus sehingga presentatif. Mobil masuk salah satunya itu. Kemudian
juga masalah jalan pokoknya kalau masuk ke kubah emas jalannya kan
juga macet. Masalahnya ada di sarana prasarana.
Itu sudah mulai mengajukan ke pemda?
Ya sudah. Kita udah usul ke Pemda.
Ada ini ngga indikator-indikator keberhasilannya? Tahun ini misalnya
poin A tercapai, poin B tercapai.
Ya sebenarnya indikator ada. Setiap suatu sukses kegiatan pasti ada
indikatornya. Misalnya indikator dari pada setu, PAD-nya tidak masuk,
belum bisa memenuhi syarat. Itukan jelas, iya kan? Kemudian indikator
hotel misalkan. Itu juga belum jelas gitu. Kenapa? Kan sekarang saya lihat
di Margonda saja itu mall bukan semakin naik sebagian malah merosot
makin lama makin bubar. Yang ramai, ramai saja. Seperti yang sebelah
sini yang ke Detos, Margo.
Kalau kemarin di Bappeda ada RIPPDA (Rencana Induk Pengembangan
Pariwisata) Depok. Itu ada turunan-turunan program, visi dan misi. Itu
sudah diturunkan ngga sih Pak disini?
Yang mana?
Lampiran 3
KR :
PS :
KR :
PS :
KR :
PS :
KR :
PS :
KR :
PS :
KR :
PS :
KR :
PS :
KR :
PS :
KR :
PS :
KR :
PS :
KR :
PS :
KA:
KR:
KA:
KR:
KA:
KR:
KA:
KR:
Sambil direkam saja tidak apa-apa pak ya. Supaya ada buktinya. Jadi
untuk gambarannya bahwa saya menyusun skripsi tentang place marketing
dengan obyeknya itu Depok. Jadi yang ingin saya lihat yaitu bagaimana
sih place marketing kota Depok itu dalam rangka menarik kunjungan
wisatawan gitu. Ada tiga unsur pelaku pariwisata yaitu ada pemernitah,
kalangan usaha dan masyarakat. Bapak itu sebagai perwakilan dari
kalangan usaha, dari Asosiasi Perusahaan Perjalanan Pariwisata Indonesia
(ASITA). Artinya mewakili pihak pengusaha. Yang pertama yang ingin
saya lihat harusnya ketiga unsur itu kerjasama yaitu pemerintah,
pengusaha dan masyarakat. Nah bapak selaku ketua ASITA Depok ini
dilibatkan tidak misalnya dalam proses perencanaan pariwisata kota
Depok?
Belum. Belum ada.
Jadi kalau selama ini pembuatan rencana-rencana itu siapa yang terlibat
disitu?
Ya unitnya dari Pemda. Unitnya itu Dinas Pariwisata kan. Disitu dinas
pemuda dan pariwisata disatukan. Mereka yang merupakan unitnya itu
yang memang dibawah mereka yang kaitannya dengan pariwisata ya.
Termasuk perijinan pun dari mereka. Nah sekarang Karyadi mau
melihatnya sebagai apa nih Depok yang dijual sebagai daerah tujuan
wisatanya atau sebagai tempat investasi. Jadi dua-duanya sih ujungujungnya ke Pemda Depok juga. kalau mau dijual sebagai daerah tujuan
wisatanya sekarang apa yang menarik dan apa yang bisa dijual dari situ,
gitu. Jadi kaitannya lebih ke situ.
Jadi kalau selama ini bapak sendiri melihat Depok itu sudah punya kayak
grand starteginya atau misalnya kayak blue print pariwisata sudah ada
atau belum sih?
Kalau saya sebagai pengusaha, apalagi orang yang memang sudah
berkecimpung di dunia pariwisata, khususnya dibiro perjalanan. Saya itu
bekerja di biro perjalanan sejak dari tahun 1983. Kuliah semester 2 atau
masuk semester 3, saya sudah kerja itu. Kuliahnya sore waktu itu. Saya
selama ini tidak pernah keluar dari bidang itu, khususnya di travel agen
atau biro perjalanan. Perusahaannya boleh ganti 10 perusahaan, tapi ya
disitu-situ saja yang coba saya dikembangkan.
Jadi kalau menurut Bapak selama ini sudah ada tidak sih grand strategi
pariwisata Depok itu?
Kalau dari saya dari kacamata saya dari pengusaha, Depok belum
mempunyai grand strategi. Tetapi entah tanyakan, bandingkan ke Dinas
Pariwisata, kepala Dinas Pariwisata. Bagaimana memasarkan Depok gitu?
Kalau misalnya pembuatan rencana misalnya penentuan objek wisata atau
misalnya penentuan untuk bagaimana memasarkan, artinya dari tahap
KA:
KR:
KA:
KR:
KA:
KR:
KA:
KR:
KA:
KR:
KA:
bisa bangun sama-sama kali ya Depok ini. Jadi semacam grand strategi
yang bisa kita kembangkan
Jadi selama ini antara pemerintah dan ASITA atau bertiga dengan
masyarakat belum ada pembicaraan ke arah sana ya? Kalau dari kalangan
dunia usaha sendiri khususnya ASITA pernah ngga melakukan anilisis
SWOT pariwisata Depok?
Oke kalau saya ditanya, Depok itu kekuatannya sebenernya apa? Kita
harus tahu kalau kita bicara tentang pariwisata kita harus menjual sesuatu
yang orang sudah pada kenal, yang sudah ada dalam benak orang. Nah
dalam sejarahnya Depok itu ada yang namanya Belanda Depok. Kalau
ditanya Belanda Depok orang biasanya pada tahu kalaupun sepintas
karena sudah ada dibenak manusia indonesia Diluar negeri pun termasuk
Eropa mereka itu tahu kalau di Depok itu ada Belanda Depok. Kita harus
mulai dari situ sebetulnya kalau bicara tentang pariwisata Depok. Sudah
baca sejarahnya Depok belum? Nah itu yang seharusnya diangkat. Masa
kita harus mencari sesuatu yang baru? Adalagi memang sekarang yang
baru yang sudah berkembang, namanya kubah emas. Kubah Emas itu
berkembang sendiri dia di Depok itu. Jadi si ibu Dian itu mengembangkan
mesjid itu dia ngga ngomong-ngomong sama Pemda. Dia beli tanah, dia
bangun mesjid inisiatif sendiri. Harusnya inikan kerjasama. Pemerintah
Depok harusnya berfikir. Oke nih ada yang bangun jadi tempat tujuan
wisata. Pemda pikirkan bagaimana caranya kalau banyak orang yang
datang tidak macet di Depok. Supaya orang itu nyaman datang ke Depok.
Nah gimana caranya, misalnya bikin peraturan. Bus tidak boleh masuk ke
lokasi. Untuk titik-titik tertentu yang masuk ke Depok, bus pariwisata
harus berhenti disitu. Tetapi kan semua harus disiapkan sarananya, untuk
parkirnya, segala macamnya. Seperti kalau pernah pergi ke daerah di
Bandung yang namanya Kawah Putih?
Belum pernah hehehe.
Bus kan cuma bisa sampai di tempat tertentu. Dari bawah ke atas ke
kawah putihnya kan harus naik angkutan setempat. Jadi menghidupkan
penduduk setempat disitu. Angkutannya hidup. Nah kenapa Depok tidak
dibuat seperti itu. Orang yang akan pergi ke kubah emas bus tidak boleh
masuk. Tetapi sebelum itu harus disediakan sarananya terlebih dahulu. Itu
salah satunya untuk meningkatkan wisatawan ke Depok. Banyak kok
sekarang orang yang mau datang ke kubah emas dan sekarang malah lebih
dikenal itu. Bisa juga dikembangkan dari Menir Castelin-nya. Jadi Depok
itu adalah tanah milik pak menir Castelin sejarahnya dan itu di akui sama
dunia. Jadi pas jaman belanda dia beli tanah ke pemerintah sampai dia
mempunyai semacam wewenang sebagai penguasa daerah situlah. Entah
walikota atau apa wewenangnya, ada istilah Belandanya. Sejarah kota
Depok itu sekarang sama pemerintah kota Depok malah tidak
dikembangkan kan. Padahal orang diluar sana banyak yang ingin tahu.
Kan yang mau ditarik yang lebih enak pasar dari luar nih. Orang asing
datang, dengar sejarahnya, melihat makamnya, syukur-syukur dia beli
sesuatu dari Depok. Ada kerajaan paling tua salah satunya saja lupa nanti
buka catatan dulu. Buka disitus sejarah Depok buka saja. Pemerintah
Depok gamang kalau cerita tentang sejarah Depok lama. Kemungkinan
KR:
KA:
KR:
KA:
KR:
KA:
KR:
hehe
KA:
KR:
KA:
KR:
KA:
kalau saya lihat, ini baru dugaan saya, belum saya analisa. Kalau bicara
Depok lama kesannya bicara Kristen. Kristenisasi, kesannya untuk
pemerintah sekarang. Kan pemerintah Depok sekarang banyak yang
bergerak di PKS tuh, di agak gamang kalau ngomong soal itu.
Kembali lagi ke masalah kekuatan, kalau menurut bapak sendiri apa sih
yang menjadi kekuatan pariwisata kota Depok?
Ya itu yang seharusnya, kekuatan sejarahnya yang harus dijual dan itu
sudah ada di benak orang. Kenapa kita harus menjual sesuatu yang tidak
ada.Kita buat-buat gitu.
Sejarah ini memang sudah ada pengakuan dari luar?
Lah kalau orang Belanda itu dia tahu namanya Belanda Depok di Eropa itu.
Oh jadi orang luar itu tahu bahwa ada belanda Depok?
Tahu belanda Depok. Jadi si Castelin itu. Makanya kita harus tahu
sejarahnya dulu supaya pembicaraanya lebih terbuka. Si Castelin itu
adalah tuan tanah, dia beli tuh tanah partikulir istilahnya. Tanah di wilayah
Depok itu tanahnya Castelin. Zaman itu kan tanah masih kosong dan tanah
tahun 17 atau 18 sekian itu ya memang siapa yang mau tinggal di Depok
wong Jakarta juga masih daerah kecil kan.
Pernah dengar ada istilahnya tempat Belanda buang anak ya Depok itu.
Ngga. Dia datangkan orang-orang ke Depok itu dari daerah-daerah lain di
indonesia Hukum belanda waktu itu kan membedakan antara pribumi dan
asing. Nah untuk orang-orang yang di datangkan dari wilayah-wilayah
Indonesia ini untuk ditingkatkan derajatnya, sederajat dengan belanda.
Mau tidak mau dia di Kristen-kan dulu di kasih nama belanda. Dia
meningkatkan derajat orang sebetulnya. Jadi kita harus seatback
kebelakang dulu. Ooo ceritanya begini. Sekarang kalau Depok mau jual
sendiri ngapain? Sekarang ginilah berfikirnya, Depok buat banyak mall itu
sebenernya buat siapa?
Untuk masyarakata sekitar kan?
Ya sekarang orang Depok saja kerjanya di Jakarta. Kadang-kadang saya
liat pergi ke mall ke Jakarta. Jadi sebenarnya buat siapa?
Masih tanda tanya juga ya?
Nah logis tidak logikanya? Depok itu sama Jakarta sangat dekat.
Sebetulnya Depok itu perbatasan antara Jawa Barat dan DKI. Kalau mau
beli baju orang Depok mungkin belinya di Jakarta apalagi pakaian yang
lebih bagus dan lebih mahal. Nah sekarang harus kita balikan bagaimana
orang Jakarta biar datang ke Depok kan? Sekarang di Depok paling bagus
apa sih mall-nya? Margocity? Dibandingkan Jakarta apa sih, ada Pasific
Place. Orang Jakarta mau datang kesana buat belanja? Apalagi yang
kalangan-kalangan atasnya. Orang menengahnya Depok saja pergi ke
Jakarta apalagi yang kelas atasnya. Jadi terbalikkan situasinya. Coba
perhatikan Margocity saja belum penuh bener kan? Nah sekarang tokotokonya sudah penuh belum coba? Masih banyak yang kosong kan? Bagi
orang daerah mungkin itu sudah cukup mewah tapi untuk orang Jakarta, ah
apa sih? Depok mau nyaingin Jakarta? Jadi Depok itu tidak bisa
menyaingi Jakarta jadi harus komplemen dengan Jakarta. Apa yang tidak
ada di Jakarta dia bikin disitu, baru orang Jakarta mau datang. Depok bikin
KR:
KA:
KR:
KA:
KR:
KA:
KR:
KA:
KR:
KA:
KR:
KA:
KR:
KA:
KR:
KA:
KR:
sesuatu yang sama dengan yang ada di Jakarta. Sayang kan? Ayo diminum
dulu.
Terus tadi selain sejarah apalagi yang bisa menjadi kekuatan pariwisata
Depok menurut bapak nih?
Sejarah, kekuatan. Nah sekarang kubah emas juga kekuatan saya pikir.
Kekuatan Depok salah satu adalah apa? Yaitu untuk tempat tinggal orang
yang tinggal di Jakarta ke Depok. Jadi daerah pemukiman atau pendidikan.
Kubah emas kenapa bisa dipandang sebagai sebuah kekuatan? kan masjid
besar ada mesjid Istiqlal juga.
Iya betul. Tapi orang daerah banyak yang tahu dan ingin datang ke situ,
yaitu khususnya untuk umat muslim ya wisata religi ya. Orang daerah dan
beberapa orang Jakarta juga pengen tahu gitu ada mesjid yang begitu
mewah meskipun di Jakarta ada Istiqlal. Istri saya saja masih kepengen
datang kesana.
Kemarin sempat ngobrol-ngobrol dengan pengurus dan penjaga disana
katanya sih memang banyak dari Kalimantan juga dari Sumatra.
Iya itu dari Sumatera, Jawa Tengah, Jawa Timur. Dari daerah kamu, orang
cirebon saja kepengen kesitu.
Biasanya ziarah dari Cirebon ke Depok terus ke Banten alurnya seperti itu
katanya.
Itu kan Karyadi tahu. Itu orang Kuningan pasti mau diajak ke Depok. Nah
itu salah satu kekuatan nah itu di masukin.
Kekuatan ada sejarah, kubah emas dan kesempatan menjadi wilayah
pemukiman. Terus kalau kelemahannya apa?
Pariwisata ya. Kalau ada kekuatan pasti ada kelemahan. Jadi Depok jangan
bikin sesuatu yang ada di Jakarta itu kelemahan Depok kalau saya bilang.
Depok harus dibuat unik, dia punya ciri sendiri. Pemda Depok kalau saya
perhatikan giat membangun sepanjang jalan Margonda mau buat seperti di
Jakarta, perdagangan kan?
Mungkin sejalan dengan visi dan misi Depok sebagai kota niaga jasa itu.
Jadi dikembangkan kesana.
Iya. Tapi tepat tidak? Pertanyaannya kan begitu. Visi boleh-boleh saja.
Jasa tapi jasa pariwisata kalau boleh saya bilang. Pariwisata itu bisa
melalui sejarah kemudian kubah emas dua ini. Cuma harus diatur
bagaimana caranya supaya tidak macet.
Terus kelemahannya apalagi?
Salah satu kekuatan Depok juga adalah seperti kota pendidikan sekarang
ini dengan adanya UI. Itu memberikan suatu nuansa keluar, ooh ini
wilayah untuk pendidikan. Ooh UI adanya di Depok. Jadi Depok pake
nama UI tidak apa-apa.
Apalagi sekarang ada tambahan perpustakaan yang katanya terbesar di
Asia Tenggara ada di UI.
Betul. Ada beberapa universitas yang ada di Depok. Selain UI yang dekatdekat ada Universitas Pancasila, Gunadarma dan BSI. Jadi itu bisa juga
dikembangkan sebagai wilayah pendidikan.
Kurang berkembangnnya pariwisata Depok itu apakah karena masalah
kelemahan sumber daya manusia baik di pemerintah atau pelaku
pariwisata sendiri ngga pak?
KA:
KR:
KA:
KR:
KA:
KR:
KA:
KR:
KA:
KR:
KA:
KR:
KA:
KR:
KA:
KR:
KA:
Ancamannya? Sebenernya dengan adanya khas itu kita tidak usah terlalu
takut ya. Kubah emas orang kan kepengen datang kesitu walapun jalan
macet lewat Bogor atau lewat mana tetap saja pengen datang kan.
Ancamanya itu kemacetan kemungkinan hahahaha. Kemacetan di jalan
Jakarta itu harus dipikirkan. Jadi buat orang malas, dimana-mana macet.
Jadi bagaimana kemudahan transportasi. Tapikan Depok itu nyaman
sebetulnya dia ada transportasinya. Bisa pake angkot, ada kereta commuter
juga. Kenapa commuter tidak ditingkatkan lagi, kereta Bogor-Jakarta.
Depok bisa kerjasama dengan misalnya KAI untuk hari-hari tertentu
misalnya orang dari Jakarta mau lihat kubah emas naik kereta nanti turun
Depok. Selanjutnya siapkan pake angkot atau apa gitu. Jadi orang yang
mau ke kubah emas disiapkan sampai stasiun Depok. Kan angkot banyak
tuh kenapa tidak dibuatkan angkot khusus dari stasiun Depok ke kubah
emas. Selesai. Jadi angkot pariwisata. Orang bisa langsung naik jadi satu
paket itu. Kalau saya bilang Depok dia mau ngembangin yang namanya
belimbing. Belimbingnya dimana Kita tidak tahu. Asal saja, asal ada. Jadi
dia mau menjual sesuatu yang dia sendiri tidak siap sebetulnya. Dimana
belimbing dewi-dewi? Cuma ada satu pohon, tiga pohon. Katanya
penghasil belimbing cuma ada satu dua pohon, Apanya yang
menghasilkan? Kecuali kalau Depok sudah bisa menghasilkan produk
khas dari belimbing. Misalnya jadi produsen dodol belimbing, keripik
belimbing dan macam-macam dari Depok semuanya. Kaya dodol Garut
misalnya. Kalau kualitasnya unggul tapi produktifitasnya nggak ada
gimana? Mau beli belimbing yang segar dimana coba saya tanya Karyadi?
Di Pasar Rebo, hahaha.
Apa iya belimbing Depok? Dimana kita beli? Di swalayan paling gede
seperti Giant atau Carrefour juga tidak ada. Berarti cuma lip service saja
tuh. Hanya untuk memunculkan suatu image saja kan? Tapi mana hasilnya
tidak adakan?
Iitu harus jadi perhatian juga ya.
Itu cuman buat ini saja. Jadi Pemda kalau saya melihat itu cuma proyek
saja. Pokoknya ada kerjaan ini sekali udah selesai. Nanti ganti pemimpin
ganti wali kota beda lagi. Itu tipikal di kita memang begitu.
Dulu salak katanya, ada tugunya dekat BSI.
Ada salak, banyaklah. Jadi hanya ingin men-create, tapi tidak bisa begitu.
Itu kan dia hanya ingin membuat branding istilahnya kan. Kenapa harus
bikin branding yang baru kalau ada branding yang lama. Depok Belanda,
itu saja yang kita jual dari kota Depok. memang kalau dibilang gamang,
tidak ada tulisannya memang Pemda itu. Kesannya meng-Kristenkan gitu
hahaha. Tapikan itu sejarah, kenapa takut itu. Sampai sekarang juga
muslim kita jumlahnya masih lebih banyak disbanding Kristen.
Tadi kan sudah ada SWOT-nya. Nah kalau melihat ke empat hal tersebut
kemana arah kota Depok ini Pak? Pariwisatanya.
Makanya sekarang kamu fokuskan dulu tulisan kamu. Apakah Depok mau
dijual sebagai tempat tujuan wisata? Kan nanti bikin semacam hipotesa.
Misalnya Depok ini begini. Nanti tulisan kamu ini benar ngga teorinya.
Bisa iya, bisa tidak. Dua-duanya benar. Cuma harus runut. Ternyata
masalahnya banyak seperti ini.
KR:
KA:
KR:
KA:
KR:
KA:
KR:
KA:
KR:
KA:
KR:
KA:
KR:
KA:
KR:
KA:
KR:
KA:
KR:
KA:
Iya Pemda Depok harus menyediakan, artinya bicara visi ada 2 nih. Kita
mau bicara pasar yaitu audien yang kita mau target. Audien dari luar
negeri atau domestiknya yang mau kita kejar. Pemda Depok harus
diarahkan kesana. Kalau dia mau bicara menarik dari luar, ya Depok bisa
dijual sebagai sejarahnya, Castelin-nya. Kita tarik orang belanda kesana.
Kita cerita belanda Depok ya kita jual. Kalau kita bicara soal wisatawan
domestik ya paling tidak kita bicara soal mesjid kubah emasnya. Itu
sebagai tujuan wisata domestik yang akan kita jual ke wilayah domestik
manapun. Ooh di Depok ada begini loh. Untuk pariwisata nyaman,
hotelnya enak, sekalian kalau anak mau kuliah bisa lihat kesana ke UI.
Gimana sih fasilitas UI? Bisa ditambahin lagi kesitu. Jadi harus lebih
fokus.
Tadi bicara masalah perencanaan secara umum yang terlihat masih banyak
kekurangan dan kurang sistematis. Sekarang bicara masalah marketing
faktor atau hal-hal yang mendukung supaya wisatawan itu datang. Pertama
masalah infrastrukturnya sendiri. Menurut bapak infrastruktur Depok itu
sudah cukup baik tidak untuk mendukung supaya wisatawan itu mau
datang ke Depok?
Oke Depok itu sebenernya infrastruktur bukan tidak ada sama sekali
Depok. Ada, cuma bagaimana memaksimalkan infrastruktur yang ada nih.
Ya itu yang perlu dipikirkan oleh Pemda Depok. Yang namanya macet itu
di Depok sudah pasti deh. Terutama jalan Margonda dan jalan-jalan lain
juga macet ya. Nah bagaimana orang yang datang ke Depok itu meskipun
jalannya padat dan macet tapi nyaman. Susah memang sebetulnya kalau
sampai tidak macet. Salah satunya angkotnya juga padat. Di beberapa titik
angkot itu saling bersinggungan kan? Kalau di Bogor mungkin dia sudah
ada angkot siang dan malam. Mungkin dihitung harinya berapa hari
berubah diatur begitu jadwalnya. Saya bilang kalau memang Depok mau
mengembangkan, ya kembangkan sejarah dan kubah emasnya, dua itu.
Selain jalan, infrastruktur yang kurang apalagi Pak?
Sekarang harus mulai dikembangkan dulu. Sejarah? Castelin makamnya
saja tidak dirawat. Anda saja sudah kuliah berapa tahun baru tahu ada
Castelin disitu. Terus ada gereja dan bangunan-bangunan tuanya itukan
sesuatu penanda. Pariwisata itukan umumnya kalau kita datang kesitu kita
cerita ke anak saya. Anak saya kan suatu hari mau tahu, datang lagi kesitu.
Kalau sudah berubah apakah itu namanya pariwisata? Jadi beberapa
tempat yang merupakan sejarah harus dipertahankan. Makanya dikota
yang namanya Paris, London dan kota-kota besar didunia dia bangunan
tua itu tidak boleh dirubah, dia jaga. Sehinga kalau orang datang kesana
nanti diceritakan ke anaknya. Terus anaknya datang juga kesana. Dulu
bapaknya datang kesana ada fotonya, oh masih ada yah. Mereka sudah
jauh berfikirnya kesana. Kalau dikita Jakarta banyak yang berubah itu.
Kalau kita dalam 2 tahun tidak lewat suatu daerah pasti banyak berubah.
Tahun kemarin ngga nih, sekarang sudah ada ini nih. Itu makanya ada
yang namanya Kota Tua di Jakarta yang dikembangkan untuk pariwisata.
Kalau di Paris untuk ganti cat saja izinnya susah disana, karena mereka
benar-benar berpikirnya jauh ke depan. Makanya tidak heran angka
kunjungan wisatawan asing ke Paris bukan 1 juta 2 juta, tapi 40-50 juta
KR:
KA:
KR:
KA:
KR:
KA:
KR:
KA:
orang. Nah kalau mau buat perbandingan kita harus belajar dari Malaysia.
Kunjungan wisatawan asing ke Indonesia saat ini mendekati angka 7 juta
wisatawan asing. Padahal sejak 15 tahun yang lalu angka kunjungan
wisatawan ke Indonesia sudah mencapai 5 juta orang. Kenaikan 1-2 juta
dalam 15 tahun ini tidak signifikan. Bandingkan dengan Malaysia. Ketika
15 tahun lalu Indonesia sudah mencapai 5 juta orang, jumlah wisatawan ke
Malaysia paling baru 2 juta orang tuh. Tetapi sekarang sekarang sudah
mencapai 20 juta. Malaysia adalah negara 10 besar yang menerima wisata
kunjungan asing. Kita harus belajar bagaimana Malaysia bisa begini nih.
Kenapa kita kalah sama Malaysia? Ya masalah keamanan, orang tidak
mau kunjungan wisata kalau daerahnya tidak aman.
Kalau Depok gimana pak keamanannya?
Kalau Depok kamu tahu sendiri. Ada orang dari Pemda diarahkan dari
departemen sosial ada banci-banci tahu-tahu datang tuh forkabi atau fpi
tuh ngacak-ngacak di hotel. Kan adakan diberitakan. Kenapa nih bancibanci pada rapat, salah paham mereka, yang kayak gitu tidak boleh. Sama
dinas sosial coba, disuruh keluar tuh banci-banci, padahal mau diarahkan
sama dinas.
Tadi kalau di infrastruktur dirasa masih kurang sebagai salah satu daya
dukung bagaimana wisatawan mau datang. Menurut bapak kota Depok ini
masalah keamanaan untuk wisatawan bagaimana?
Relatif sih aman ya, relatif ya. Tapi kalau mau tanya tentang tingkat
kejahatannya harus dibandingkan lagi, lebih baik tanya ke polisi hahaha.
Kalau menurut saya, saya bilang relatif aman karena di stasiun kereta saja
sampai jam 9 malam masih aman lah. Sepanjang jalan margonda sampai
jam 10 malam saja masih ramai.
Kalau masalah kemampuan sumber daya manusia sebagai salah satu faktor
pendukung dalam pemasaran daerah gimana Pak?
Kalau saya bilang masalah SDM memang paling krusial, saya bilang.
SDM-nya harus benar-benar dikembangin lagi, harus nambah terus
kemampuannya. Kalau mengacu pada kualitas SDM yang ada sekarang
rasanya tidak akan bisa.
Masalahnya dimana?
Ya masalahnya di kemampuan manusianya dan secara skill-nya.
Bagaimana dia punya visi kalau dia tidak punya skill dan tidak punya
knowledge. Yang paling kecil ginilah, kalau kamu ke restoran. Kalau
orang punya pendidikan sebagai pramusaji misalnya orang yang punya
pengalaman atau pengetahuan dengan orang yang tidak punya pasti beda.
Kalau yang punya pengetahuan kalau kita datang di kasih tuh menu. Itu
ngasih menunya juga tidak boleh sembarangan harus dari posisi kanan ke
kiri. Ada aturannya itu. Begitu itu dicatet, ya kan? Coba kita datang
restoran yang karyawannya di gaji murah, sudah gitu pokoknya asal ada
karyawan saja. Sudah lama, ngelayaninnya klemar-klemer kaya tidak tahu
apa yang dia kerjain gitu. Itukan skill yang seperti itu kan harus di
perhatikan. Itu dia ngelayani kita yang sama-sama orang melayu nih
istilahnya. Gimana nanti ngelayanin orang asing. Jangan-jangan takut
karena orang ngomong Inggris dia ngga berani ngelayanin. Jangankan mau
ngelayanin dia tidak mau karena tidak tahu bahasa Inggris. Itu hal yang
KR:
KA:
KR:
KA:
KR:
KA:
KR:
KA:
KR:
KA:
KR:
KA:
KR:
KA:
KR:
KA:
KR:
KA:
KR:
KA:
KR:
KA:
KR:
KA:
KR:
KA:
KR:
KA:
Yang pernah ke kubah emas, bukan saya tetapi beberapa teman dari daerah
pelaku travel agen yang dari Semarang pernah nelpon. Pak cari makan
yang enak dimana sih? saya kasih tahu disini-disini. Jalur Kubah Emasnya kesini.
Dari teman-teman yang tergabung di ASITA Depok sudah menjadikan
Kubah Emas sebagai paket wisata belum?
Belum. Kebanyakan mereka, satu dua ada yang bikin. Tetapi kebanyakan
mereka yang dari luar tahu sendiri. Misalnya yang dari Semarang datang
sendiri. Mereka atur mau pake bus apa kesini. Paling yang ditanya tempat
makannya dimana sih? Baru informasi sifatnya. Tetapi sebenernya tidak
usah takut yang sama begitu. Beberapa travel di Depok bingung juga apa
sih yang mau dijual sama Depok? Kalau saya sebenernya tidak bingung
saya cuma liat situasinya seperti sekarang ya sudah lah.
Paket seperti itu baguskan Pak? Kunjungan sejarah terus ada wisata
religinya. Nanti yang muslim bisa ke kubah emas setelah itu kunjungan ke
UI gitu misalnya. Dijadikan satu paket misalnya.
Bisa, dalam satu paket misalnya. Tapi kita pecah-pecah, satu-satu paket
gitu. Kan lebih enak kalau kita bisa menahan wisatawan di satu tempat,
makin lama makin banyak dia mengeluarkan uangnya kan? Tujuannya
itukan sebenernya kan. Makanya kalau dalam industri hotel atau
pariwisata itu ada istilah namanya long stay. Berapa lama mereka rata-rata
tinggal, ada tuh itung-itungannya tuh. Oh dia tinggal satu hari, dua hari
satu malem. Dengan begitu kita bisa hitung secara umum oh rata-rata
nginap di Depok misalnya 3 hari. Ya sudah pasti pengeluaran kira-kira
bisa kita hitung. Ada statistik lamanya tinggal. Makin lama wisatawan
tinggal makin untung suatu tempat. Wisatawan makin banyak keluar
uangkan?
Jadi dari ASITA sendiri belum menjadikan wisata Depok menjadi paketpaket ya?
Belum. Sebatas kita saling ngasih informasi ya. Tapi saya sendiri belum
bikin paket-paketnya. Apalagi promosinya.
Apalagi kalau kita bicara belimbing.
Jauhlah saya tidak mau jual belimbing. Apa yang mau saya jual
belimbing? Tempatnya saja dimana tidak tahu, kalau mau beli
belimbingnya saja tidak tahu. Ya inikan tidak dipikirkan sampai disitu
kan?
Kalau wisata belanja juga masih belum?
Belumlah.
Di daerah Sawangan katanya ada pusat pembuatan legging.
Saya belum tahu itu. Ada satu tempat yang bagus di belakang namanya
apa sih, F Widianto. Dia punya galeri buat keramik-keramik gitu lah. Itu
bagus itu. Tempatnya bagus. Itu dia keramikus nasional, sudah diakui
internasional bukan hanya nasional. Disitu kalau kita datang tempatnya
bagus itu. Jadi kalau hari minggu anak-anak umur 5-10 tahun diajak bikin
keramik diajari membuat keramik dari tanah. Ada sanggar edukasinya. Itu
peluang juga sebetulnya. Disitu juga ada warungnya ada restoran
makanan daerah. Disitu dia punya galeri, keramik-keramiknya yang bagus
dia pajang.
KR:
KA:
KR:
KA:
KR:
KA:
KR:
KA:
KR:
KA:
KR:
KA:
KR:
KA:
Katanya Depok itu punya banyak situ dan di websitenya sudah ada 5 setu
yang sudah siap untuk dijadikan daerah kunjungan wisata. Itu dimana saja
Pak?
Belum diberdayakan sehingga bisa dijadikan daerah wisata. Banyak,
banyak lebih dari 5.
Setu sendiri bisa dijadikan peluang tidak untuk menarik kunjungan
wisatawan dari luar Depok?
Betul. Tapi kalau situ kosong kayak gitu apa yang mau dilihat sih? Mau
ngapain sih cebur-cebur disitu, mancing saja? Kan harus ada fasilitasnya
kan? Ya itu harus di kembangin.
Kalau menurut bapak bagaimana mengembangkan setu supaya menarik
orang datang berkunjung? Misalnya yang dekat-dekat, dari Jakarta dan
Bekasi.
Setu itu harus apa? Wisata air. Mau dibikin kayak apa setu tersebut.
Misalnya Depok ada waterboom itukan? Atau dibikin wisata air yang
bagus, di setu ada sarana memancing, ada pemandian yang bagus, ada
kolam renang yang bagus, pakirnya enak, airnya bagus, kamar mandinya
bersih. Baru orang mau datang. Kalau sekedar setu mau ngapain orang
datang ke setu? Paling pacaran tuh anak-anak muda sekarang duduk terus
mojok. Apa yang seperti itu yang dimau? Ya ngga kan? Harus ada
fasilitasnya di setu atau kalau perlu dibikin suatu wadah edukasi misalnya
akuarium air tawar di setu. Kalau orang ke setu, oh ini koleksi akurium air
tawar. Kalau ke setu makan susah, mau buang air juga susah kemana.
Masa yang kayak gitu dijual, apa yang mau dijual? Kalau Cuma setu
kobokan gitu sajakan ngga bisa, semuanya harus direncanakan.
Selama ini Bapak sebagai pelaku travel wisata dikasih sesuatu tidak dari
Pemda Depok, khususnya dari Dinas Pariwisata? Misalnya brosur-brosur
dan flyer wisata Depok untuk disebarkan ke orang luar. Ada tidak yang
seperti itu?
Ya dikasih brosur satu-dua saja, paling kita baca saja.
Tidak ada keterangan lengkap tentang tempat wisata apa saja dan
keterangan-keterangan detailnya ya?
Kalau saya datang kesana ke kubah emas ada buku panduannya. Saya beli
buku panduan detailnya harganya lima ribu rupiah. Coba iseng-iseng tanya
deh sama Dinas Pariwisata. Pak di Kubah Emas ada apa dan segala
macam rencananya? Paling cuma dikasih tahu kalau mau ke kubah emas
naik angkot kesini-kesini. Selesai.
Tidak ada ya brosur lengkapnya?
Ya itu tanya ke Dinas Pariwisata. Coba kamu sekarang tanya ke Dinas
Pariwisata tentang pariwisata Depok. Seperti apa sih brosur-brosur
pariwisata Depok.
Iya Pak nanti di cek kesana. Jadi selama ini pelaku pariwisata belum
diberikan alat untuk promosi pariwisata dari Dinas Pariwisata, misalnya
brosur, poster atau flyer?
Tidak ada. Apa sih coba ada tidak website pariwisata Depok dicari tuh
disitu pariwisata Depok. Habis itu apa, buntu kan? Jadi memang visinya
dalam bidang pariwisata belum ada Pemda Depok itu kalau saya lihat.
KR:
KA:
KR:
KA:
KR:
KA:
KR:
KA:
KR:
KA:
KR:
KA:
KR:
KA:
KR:
KA:
KR:
KA:
KR:
KA:
KR:
KA:
KR:
KA:
KR:
KA:
Saya tidak tahu kalau memang Pemda menargetkan. Jadi Pemda jalan saja
dengan anggaran yang dia punya gitu kan. Jadi jalan masing-masing.
Kesannya begitu. Pernah Dinas Pariwisata panggil saya. Pak kita mau ada
audiensi dengan DPR di Depok katanya. Itu sekitar tahun 2008 atau 2009
ya. Saya datang waktu itu sama sektretaris saya. Hari itu saya datang.
Awalnya saja bicara dengan anggota DPR. Saya lupa bidang apa ya,
pokoknya yang membidangi pariwisata. Ujung-ujungnya ternyata mereka
mau ada rencana pergi kunjungan ke Sulawesi Selatan. Itu rencananya ada
15 orang untuk studi banding apalah istilahnya. Mungkin ada proyek
pelayanan yang mereka tidak pernah nanganin sehingga tidak sanggup
untuk nanganin. Ujungnya saya diminta nanganin. Jadi besok mau
berangkat hari ini ngomong sama saya. Pagi itu ngomong baru siang itu
ketahuan ada rencana kesana. Bisa tidak ini diatur gitu.
Berarti memang bukan berniat untuk membicarakan bagaimana pariwisata
Depok ya?
Iya, tidak ada. Malah berapa biayanya? Itu yang ditanya.
Pernah membaca tentang RIPPDA Pak? Rencana Induk Pengembangan
Pariwisata kota Depok. Tahun 2008 itu ada RIPPDA di Bappeda.
Ngga, ngga ada saya.
Masukan dari bapak untuk Pemda Depok khususnya untuk Dinas
Pariwisata kota Depok untuk menarik kunjungan wisata lebih banyak
seperti apa pak?
Iya ini harus punya will dulu, keinginan dulu. Kalau Pemda-nya sudah
mau cepat kok. Bukan sekedar lip service ya, beda. Oke mau. Itukan ada
stakeholder, panggil. RIPPDA juga sudah dibikin buktinya sama Bappeda
kan. Kenapa tidak dipanggil? Gimana nih pariwisata kita? Ahli-ahli
banyak kok, orang pintar banyak. Di UI banyak orang pintar kalau mau.
Jadi dibikin rencana induk atau semacam grand strateginya untuk
beberapa tahun kedepan 10 tahun 15 tahun. Oke 10 tahun kedepan
pariwisata Depok mau gimana? Nah kita bagi deh tuh. Terus bagi-bagi
tugas. Pasti nanti bicara anggarankan? Jadi nanti anggarannya turun harus
kebagian juga, jangan tugasnya turun tapi anggarannya tidak ada. Siapa
juga yang mau ngerjain? Kan gitu.
Jadi memang harus ada kerjasama antara stakeholder dimulai dari
perencanaan sampai pelaksanaan?
Iya, betul. Harusnya seperti itu.
Ada lagi pak masukannya?
Saya pikir harus ada hal-hal yang seperti itu. Bukan kita mau cari salahsalahan, ngga. Kalau saya di swasta saya harus berfikir dari segi cost dan
benefitnya harus ada dong. Kalau melakukan sesuatu masa harus saya
biayain. Ngga wajar dong? Harus ada hitung-hitungannya.
Masukan untuk pengembangan kemampuan sumber daya manusianya
bagaimana?
Ya kan sekarang Pemdanya mau tidak ngembangin ke sana. kalau dia
tidak punya grand strateginya bagaimana kita mau mengembangkan?
Seperti apa sih yang kita butuhkan? Kita butuh apa nih? Oh kita mau
mendatangkan sekian ribu orang, misalnya targetnya begitu. Bagaimana
supaya wisatawan bisa lama di Depok. Paling tidak bisa nginap 1 malam
Lampiran 4
deh. Supaya dia bisa makan di kita. Belanja di kita. Dengan jumlah sekian
ribu orang kita bisa hitung-hitungan kasar. Kita butuh sekian restoran
untuk menyediakan kebutuhan makannya. Nanti kita juga bicarakan mau
mendatangkan orang asing atau domestik. Mana yang paling banyak.
Katakan kita mau mendatangkan satu juta orang. Ini yang satu juta itu
seperti apa? Domestik atau asing dibagi-bagi lagikan. Kita harus
melakukan segmentasi terlebih dahulu. Kalau domestik pendekatan seperti
ini kalau orang asing pendekatannya begini. Itukan harus ada. Kita tidak
mungkin mencapai 1 juta orang misalnya tahun depan. Tidak logislah. Oke,
angka satu juta bisa kita capai dalam 3 tahun, 4 tahun. Selama 3 tahun
harus ditentukan ini loh yang harus dikerjakan, point-point-nya.
Promosinya begini. Sumber daya manusianya harus begini. Begitu orang
datang semuanya sudah siap. Kita harus kerja pararel. Bukan spot-spot
begitu. Ini selesai, sudah. Nanti ganti lagi. Lah ini bukannya hit and run
kerjanya. Ini suatu kerjaan yang memang harus berkesinambungan.
Pariwisata tidak bisa begitu, hit and run. Sekali-kali orang istilahnya hit
and run bisa dapat tapi belum tentu besoknya. Ini suatu pekerjaan besar.
Kan kita bicara marketing kan? Kalau marketing itu mulai dari konsep
sampai end user-nya itu nyampe. Kalau kita mau bicara sale, iya. Dagang
saja, jual saja yang ada. Tapikan ini bukan sale, kita harus bicara
marketing konsepnya.
KR:
AD:
KR:
AD:
KR:
AD:
KR:
AD:
KR:
AD:
KR:
AD:
KR:
AD:
KR:
AD:
KR:
AD:
KR:
AD:
KR:
AD:
KR:
AD:
KR:
AD:
KR:
AD:
KR:
AD:
KR:
AD:
KR:
AD:
KR:
AD:
KR:
AD:
KR:
AD:
KR:
AD:
KR:
AD:
KR:
AD:
KR:
AD:
KR:
AD:
KR:
AD:
KR:
AD:
KR:
AD:
KR:
AD:
KR:
AD:
KR:
AD:
KR:
AD:
KR:
AD:
KR:
Lampiran 5
AD:
KR:
AD:
KR:
AD:
KR:
PA:
KR:
PA:
KR:
PA:
KR:
PA:
KR:
PA:
KR:
PA:
KR:
PA:
KR:
PA:
KR:
PA:
KR:
PA:
KR:
PA:
KR:
PA:
KR:
PA:
KR:
PA:
KR:
PA:
KR:
PA:
KR:
PA:
KR:
PA:
KR:
PA:
KR:
PA:
KR:
PA:
KR:
PA:
KR:
PA:
KR:
PA:
KR:
PA:
KR:
PA:
KR:
PA:
KR:
PA:
KR:
PA:
KR:
PA:
KR:
PA:
RK:
PA:
KR:
PA:
KR:
PA:
KR:
PA:
Iya Pak.
Neng ada itunya kan lewih berhasil lagi. Soalnya mayoritas orang-orang
yang datang kesini itu menengah ke bawah. Orang mewah-mewah nggak.
Betul-betul mau ibadah.
Ini salah satu masukannya ya Pak.
Iya masukannya.
Terus kalau ini tadi sikap bagus ya Pak ramah-ramah. Walaupun baru
pertama kali untuk masalah keamanan bagaimana Pak?
Aman. Gada masalah.
Aman ya. Kalaupun diperjalanan di Depok sampai sini aman ya?
Aman. Cuma macet.
Macet saja ya masalahnya. Selain Masjid Kubah Emas, Bapak tahunya
apalagi yang ada di Depok ini?
Sudah. Apalagi ya. Sudah. Memang tujuan saya kesini kok.
Nggak ada yang lain Pak? Mungkin pergi ke tempat lain.
Nggak ada Cuma disini saja shalat magrib. Nanti setelah magrib juga
pulang.
Jadi kaya kebon belimbing itu nggak tahu ya Pak?
Nggak. Ini orang ibadah. Maksudnya orang Islami, masyarakat Islam.
Ya mungkin saja setelah dari sini ada kunjungan wisata ke tempat lain di
Depok Pak?
Nggak, udah mau pulang nanti.
Terus nggak tahu lagi tempat yang bagus selain Kubah Emas di Depok
Pak?
Nggak ada. Depok itu kan selain masjid kehidupan glamor. Ya kan? Ya to
glamor toh?
Sebagian. hehehe
Fantasi. Imitation ya kan? Inikan hakiki, menuju rumah Allah. Betul-betul
keagungan Allah. Nikmat yang diberikan kepada makhluknya Allah ya ini.
Bu Dian sama Pak Maimun bersama-sama bisa membelanjakan rizki yang
dimiliki dan tidak komersil.
Terus tadikan sikap sudah ya Pak. Terus mungkin masukan-masukannya.
Masukannya kalau masalah lingkungannya sudah bersih. Ya Cuma tadi itu
kalau lebih bagus lagi besok yang akan datang tahun yang akan datang
kalau ada ya sudah ada ini warungnya makan sing untuk menengah ke
bawah. Makin manja lagi makin nyaman lagi. Terus ini minta dengan
hormat walaupun di Jakarta harganya rodo disaikikan direndahin. Nanti itu
termasuk ini ramah tamahnya juga, murah. Janten mengesan sampai mati
mengesan, murah. Jakarta itu sedikit-sedikit lima ribu e. Kamar mandi
kurang banyak.
Oh kamar mandinya ya.
Iya kamar mandinya. Tapi untuk tempat wudhunya sudah mencukupi. Ya
intinya sing MCK nya masih kurang memadai.
Antri banget ya Pak?
Yo antrinya itu.
Terus kalau ini Pak?
apa, Apanya?
Lampiran 6
KR:
PA:
KR:
PA:
KR:
PA:
KR:
PA:
KR:
PA:
KR:
PA:
KR:
PA:
RK:
PA:
KR:
PA:
KR:
Menurut Bapak biar orang lebih kenal ini (Kubah Emas) gimana sih
caranya biar Kubah Emas lebih dikenal keluar?
Sudah. Sudah cukup bagus ini.
Iklan di TV atau apa?
Yang datang kesini tuh sudah heran semua. Ada orang yang betul-betul
bisa menandakan orang yang sugih tidak sombong. Termasuk ini Ibu Dian.
Ya kan?
Insya Allah.
Saya heran lagi ini kalau tidak makam di gempur juga karena ini makam
tidak. Ini lho yang nganu ini makam. Kalau itu nggak makam Bu Dian itu
mau meluruskan itu biar simetris.
Oh iya.
Iya. Karena ini makam hatinya Ibu anu bagus lagi.
Menghormati orang yang sudah mati ya.
Buh wa yang bagus kamu.hahaha
Sudah ya. Saya ta shalat ya.
Pak Abdurrahman ya? Makasih ya Pak.
Iya sama-sama. Kamu?
Saya Karyadi Pak.
Ini?
Ini Wawan Pak. Hati-hati ya Pak diperjalanannya.
Makasih ya. Assalamualaikum.
Waalaikumsalam.
Nanti di doain yo.
Iya. Amin Pak.
PEDOMAN WAWANCARA
1. Planning Group
Pihak mana saja dari kalangan bisnis dan masyarakat yang ikut
terlibat dalam proses pemasaran daerah kota Depok ini?
Apakah
ancaman-ancaman
(threats)
yang
dihadapi
dunia
2. Marketing Factors
3. Target market
Lampiran 7
4. Evaluasi
Apakah
indikator-indikator
keberhasilan
place
marketing
MASJIDKUBAHEMAS
Bagiandepanmasjid.
Bagiansampingmasjid.
Bagiandepanmasjid.
MASJIDKUBAHEMAS
Ruangutamamasjid.
Areaparkiryangluas.
Pengunjungsedangistirahat.
WISATAKERAMIK GALERIF.WIDAYANTO
Workshop.
Prosesproduksikeramik.
Salahsatugedunggaleri.
Prosesproduksikeramik.
WISATAKERAMIK GALERIF.WIDAYANTO
Display galeri.
Display galeri.
Display galeri.
WISATAAGRO GODONGIJO
Displaygaleri.
Displaygaleri.
Displaygaleri.
WISATAAGRO GODONGIJO
KolamdiGodongIjo
SalahsatubangunandiGodongIjo
TempatPemancingan
STUDIOALAMTVRI
StudioAlamTVRI
StudioAlamTVRI
StudioAlamTVRI
Lampiran8GambaranObjekWisataDepok
SETUPENGASINAN
GerbangSetuPengasinan
SetuPengasinan
KeretaAir
SETUPENGASINAN
TempatMakan
PengunjungSetuPengasinan
SetuPengasinan
DEPOKFANTASIWATERPARK
DepokFantasiWaterPark
DepokFantasiWaterPark
DepokFantasiWaterPark
PUSATPERBELANJAAN
MallCinere.
DepokTownSquare(Detos).
MargoCity.
PUSATPERBELANJAAN
ITCDepok.
PlazaDepok
MallDepok (DMall).
UNIVERSITASINDONESIA
TuguUI.
UniversitasIndonesia.
HutanKota.
UNIVERSITASINDONESIA
RektoratUI.
Danau UI.
BalairungUI.
Lampiran8GambaranObjekWisataDepok
LAIN LAIN
TamanBungaWiladatika.
CagarAlamDepok.
TamanWisataPasirPutih.