DDIT
DDIT
DDIT
Ciri utama horison tanah penciri atas dan bawah permukaan menurut Taksonomi Tanah:
A. EPIPEDON
ORDO TANAH
1. HISTOSOL
Tanah yang termasuk ordo Histosol merupakan tanah-tanah dengan kandungan
bahan organik lebih dari 20% (untuk tanah bertekstur pasir) atau lebih dari 30%
(untuk tanah bertekstur liat). Lapisan yang mengandung bahan organik tinggi
tersebut tebalnya lebih dari 40 cm. Bahan organik didalam tanah dibagi 3 macam
berdasarkan tingkat kematangan yaitu fibrik, hemik dan saprik
Karakteristik
Biasanya terbentuk di daerah dengan drainase jelek yang menghambat proses
dekomposisi sisa- sisa tumbuh-tumbuhan ataupun hewan.
Terdapat horizon epipedon histik
Umumnya daerah ini tergenang air dalam waktu yang lama.
Tanah histosol jarang dijumpai hewan, namun lebih banyak berupa serat- serat
tanaman yang berasal dari tanaman yang sudah hancur.
Pemanfaatan
Di Amerika serikat bagian utara, tanah-tanah ini digunakan untuk
memproduksi bawang, sledri, mint, kentang, kubis, cranberris, wortel dan
tanaman ubi-ubian lainnya. Akhir musim semi adalah ancaman terbesar pada
pertumbuhan tanaman di daerah sedang. Ancaman lain adalah kebakaran dan erosi
angin, metode khusus dalam pengerjaan tanah bersama dengan pemberian pupuk
dengan hati-hati diperlukan untuk menaikan produktivitas tertinggi tanah.
Sebaran
Tanah histosol di Indonesia meliputi wilayah Sumatera, Kalimantan, dan Irian Jaya.
2. ULTISOL
Tanah yang termasuk ordo Ultisol merupakan tanah-tanah yang terjadi
penimbunan liat di horison bawah, bersifat masam, kejenuhan basa pada kedalaman
180 cm dari permukaan tanah kurang dari 35%. Padanan dengan sistem klasifikasi
lama adalah termasuk tanah Podzolik Merah Kuning, Latosol, dan Hidromorf
Kelabu.
Karakteristik
Kandungan bahan organik rendah, kejenuhan basa kurang dari 35% dan pH
rendah (pH 4,2-4,8).
Terbentuk dari pelapukan, translokasi,dan akumulasi mineral liat di horizon B
Terjadi proses podsolisasi: proses pecucian bahan organik dan seskuioksida
dimana terjadi penimbunan Fe dan Al dan Si tercui.
Bahan induk seringkali berbecak kuning, merah dan kelabu tak begitu dalam
tersusun atas batuan bersilika, batu lapis, batu pasir, dan batu liat.
Terbentuk dalam daerah iklim seperti Latosol, perbedaan karena bahan induk :
Latosol terutama berasal dari batuan volkanik basa dan intermediate, sedang
tanah Ultisol berasal dari batuan beku dan tuff.
Pemanfaatan:
kebanyakan sebagai lahan kering
hutan tropika basah
padang alang-alang
perkebunan
sebagian digunakan pertanian
Persebaran:
Tanah yang paling luas penyebarannya di Indonesia: Sumatera, Kalimantan,
Sulawesi, Papua, dan sebagian Jawa .
3. OXISOL
Semua tanah dengan horison oxic termasuk ordo Oxisol. Oxisol ada pada
permukaan tanah di daerah tropik basah dengan atau berisi sedikit cadangan basa di
luar tempat pertukaranya. Pembentukan:Ultisol dan Oxisol berada pada landscape
yang sama, namun oxisol cenderung lebih sedikit bekembang dari batuan basa yang
berlebih mineral dan mudah lapuk yang mempunyai sedikit kandungan silikat.
Terbentuk pada iklim hangat lembab tanpa pembentukan tanah baru, dan dapat
ditemukan di daerah-daerah datar sampai berbukit,umumnya lahan kering memiliki
kelerengan curam, dan kedalaman/solum dangkal yang sebagian besar terdapat di
wilayah berg unung (kelerengan > 30%) dan berbukit (kelerengan 1530%), dengan
luas masing-masing 51,30 juta ha dan 36,90 juta ha. Lahan kering berlereng curam
sangat peka terhadap erosi. Tanah yang termasuk ordo Oxisol merupakan tanah tua
sehingga mineral mudah lapuk tinggal sedikit.
Karakteristik :
Tanah didominasi oleh mineral liat kaolinit dan oksida-oksida besi dan
alumunium tinggi. Dapat dicirikan dengan oleh tingkat kemasaman yang tinggi, level
unsur-unsur Ca, K dan Mg rendah, Defisiensi unsur N, P, K, Ca dan Mg umum
dijumpai di lapang, kadar lengas dan kapasitas simpan lengas tanah rendah dan rentan
terhadap erosi. Kandungan liat tinggi tetapi tidak aktif sehingga kapasitas tukar kation
(KTK) rendah, yaitu kurang dari 16 me/100 g liat. Banyak mengandung oksida-
oksida besi atau oksida Al.
Tanah ini juga didominasi oleh mineral liat kaolinit dan oksida-oksida besi dan
alumunium tinggi. Tanah ini menunjukkan batas-batas horison yang tidak jelas.
Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Latosol (Latosol
Merah & Latosol Merah Kuning), Lateritik, atau Podzolik Merah Kuning.
Horison oksisol mempunyai :
Ketebalan 30cm atau lebih Kapasitas tukar kation 16 miliekivalen atau kurang
untuk masing-masing 100 gr liat.Tidak ada atau hanya sedikit mineral trace yang
dapat menahan untuk melepaskan basa.Terdapat sedikit, jika setiap liat dapat
menghamburkan air Batas difusi dan horizon.
Pemanfaatan:
Banyak digunakan untuk perladangan, pertanian subsisten pengembalaan dengan
intensitas rendah, dan perkebunan yang intensif seperti perkebunan tebu, nanas,
pisang dan kopi. Tanah jenis ini tersebar di daerah tropik basah.
Persebaran
Dapat ditemukan di daerah-daerah datar sampai berbukit,umumnya lahan kering
memiliki kelerengan curam, dan kedalaman/solum dangkal yang sebagian besar
terdapat di wilayah berg unung (kelerengan > 30%) dan berbukit (kelerengan
1530%), dengan luas masing-masing 51,30 juta ha dan 36,90 juta ha.
4. ENTISOL
Sebagai tanah muda yang belum mengalami deforensiasi horison (kanan-kiri
sungai dan rawa) Entisol adalah tanah yang belum berkembang dan banyak di jumpai
pada tanah dengan bahan induk yang sangat beragam baik secara jenis, sifat dan
asalnya.
Pemanfaatan
Tanah entisol dapat digunakan apabila dikembangkan metode baru, misalnya
sistem drainase untuk mengairi tanah ketika kadar asamnya mulai rendah, dapat
ditambah dengan pemupukan dengan hasil yang optimal. Pada tanah entisol tidak
terdapat hewan-hewan seperti cacing, karena keadaanya yang kurang subur, dan
komposisi mineralnya adalah terdapatnya mineral kuarsa dan oksida besi.
Sebaran
Entisol yang berasal dari abu-volkanik hasil erupsi yang dikeluarkan gunung-
gunung berapi berupa debu, pasir, kerikil, batu bom dan lapili. Selain itu berasal dari
gunduk pasir yang terjadi di sepanjang pantai, misalnya diantara Cilacap dan
Parangtritis (selatan Yogyakarta), dan Kerawang.
5. INSEPTISOL
Tanah inceptisol meruapakan tanah yang sudah mulai berkekmbang.
merupakan tanah muda yang sudah mulai berkembang. Inceptisol adalah tanah yang
belum matang (immature) yang perkembangan profil yang lebih lemah dibanding
dengan tanah matang dan masih banyak menyerupai sifat bahan induknya
(Hardjowigeno,1993). Tanah yang dapat memiliki epipedon okhrik dan horison albik
seperti yang dimiliki tanah entisol juga yang menpunyai beberapa sifat penciri lain
( misalnya horison kambik) tetapi belum memenuhi syarat bagi ordo tanah yang lain.
Karakteristik
Memiliki solum tanah agak tebal yaitu 1-2 meter
Warnanya hitam atau kelabu sampai coklta tua
Teksturnya debu, lempung debu, bahkan lempung
Tekstur tanahnya gempur, memiliki ph 5-7
Memiliki bahan organik yang tinggi yaitu 10% - 30%
Merupakan tanah muda yang subur
Banyak mengandung mineral primer
Mengembang dari endapan tanah hasil erosi
Pemanfaatan
Pemanfaatan yang bervariasi mulai untuk bercocok tanam hortikultura tanaman
pangan, sampai dikembangkan sebagai lahan-lahan perkebunan besar seperti sawit,
kakao, kopi, dan lain sebagainya, bahkan pada daerah-daerah yang eksotis,
dikembangkan pula untuk agrowisata. Tanah inceptisol merupakan tanah yang masih
berupa bahan induk yang belum matang, terdapat di lereng yang curam dan hutan
dengan sedikit menggunakan sistem drainase agar tanah dapat diolah untuk pertanian
Sebaran
Terbentuk dari tanah alluvial, banyak terdapat di lembah-lembah atau jalur
aliran sungai atau daerah pantai,dengan vegetasi daerah sungai dan pantai,banyak
dijumpai di kalimantan, papua, dan maluku, tanah ini usianya masih muda dan
tarmasuk tanah mineral. Tanah yang menyebar mulai di lingkungan iklim semiarid
(agak kering) sampai iklim lembap. Memiliki tingkat pelapukan dan perkembangan
tanah yang tergolong sedang. Terdapat hamper di seluruh kepulauan Indonesia.
6. ALFISOL
Tanah yang termasuk ordo Alfisol merupakan tanah-tanah yang terdapat
penimbunan liat di horison bawah (terdapat horison argilik)dan mempunyai
kejenuhan basa tinggi yaitu lebih dari 35% pada kedalaman 180 cm dari permukaan
tanah. Liat yang tertimbun di horison bawah ini berasal dari horison di atasnya dan
tercuci kebawah bersama dengan gerakan air. Padanan dengan sistem klasifikasi yang
lama adalah termasuk tanah Mediteran Merah Kuning, Latosol, kadang-kadang juga
Podzolik Merah Kuning.
Pemanfaatan
Tanah ini cukup produktif untuk pengembangan berbagai komoditas tanaman
pertanian mulai tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan. Tingkat kesuburannya
(secara kimiawi) tergolong baik. pH-6 nya rata-rata mendekati netral. Di seluruh dunia
diperkirakan Alfisol penyebarannya meliputi 10% daratan. Alfisol kelihatanya
mengalami kehancuran yang lebih kuat dari pada inceptisol tetapi kurang dari
spodosol. Tanah ini pada umumnya, alfisol merupakan tanah yang cukup produktif.
Status basa dan letaKNya (tercuci untuk beberap xeralf) di daerah basah dan hamper
basa menunjang hasil tanaman yang baik (Soepardi. G, 1983).
7. ARIDISOL
Tanah yang termasuk ordo Aridisol merupakan tanah-tanah yang mempunyai
kelembapan tanah arid (sangat kering). Mempunyai epipedon ochrik, kadang-kadang
dengan horison penciri lain. Padanan dengan klasifikasi lama adalah termasuk Desert
Soil.
8. MOLLISOL
Tanah yang termasuk ordo Mollisol merupakan tanah dengan tebal epipedon
lebih dari 18 cm yang berwarna hitam (gelap), kandungan bahan organik lebih dari
1%, kejenuhan basa lebih dari 50%. Agregasi tanah baik, sehingga tanah tidak keras
bila kering. Kata Mollisol berasal dari kata Mollis yang berarti lunak. Padanan
dengan sistem kalsifikasi lama adalah termasuk tanah Chernozem, Brunize4m,
Rendzina, dll.
Pengelolaan :
Lahan perawan di uni soviet di buka pada tahun 1954. Pada waktu itu area
tersebut dicirikan oleh tanah yang subur, baik untuk tanaman dan kepadatan
penduduk rendah. Pertanian lahan kering dilaksanakan secara sekstensif untuk
memproduksi gandum. Irigasi digunakan, terutama sepanjang lembah sungai,
berbagau varietas tanaman seperti buah-buahan, sayuran dan bit gula.
9. SPONDOSOL
Tanah yang termasuk ordo Spodosol merupakan tanah dengan horison bawah
terjadi penimbunan Fe dan Al-oksida dan humus (horison spodik) sedang, dilapisan
atas terdapat horison eluviasi (pencucian) yang berwarna pucat (albic). Padanan
dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Podzol.
10. VERTISOL
Tanah yang termasuk ordo Vertisol merupakan tanah dengan kandungan liat
tinggi (lebih dari 30%) di seluruh horison, mempunyai sifat mengembang dan
mengkerut. Kalau kering tanah mengkerut sehingga tanah pecah-pecah dan keras.
Kalau basah mengembang dan lengket. Padanan dengan sistem klasifikasi lama
adalah termasuk tanah Grumusol atau Margalit.
Pengelolaan
Perilaku tekstur dan tidak stabil berat tanah membuat sulit bagi banyak jenis
pohon tumbuh, dan hutan jarang terjadi. Ketika irigasi tersedia, tanaman seperti
kapas, sorgum gandum, dan beras dapat ditanam. 15
Vertisols sangat cocok untuk padi karena mereka hampir kedap saat jenuh.
pertanian tadah hujan sangat sulit karena vertisols dapat bekerja hanya dalam jarak
yang sangat sempit kondisi kelembaban: mereka sangat keras ketika kering dan
sangat lengket bila basah. Namun, di Australia, vertisols sangat dihargai, karena
mereka termasuk beberapa tanah yang tidak kekurangan fosfor . Beberapa, yang
dikenal sebagai vertisols keras, memiliki kerak, tipis keras saat kering yang dapat
bertahan selama 2 sampai 3 tahun sebelum mereka telah hancur cukup untuk
memungkinkan penyemaian.
11. ANDISOL
Tanah andisol, atau sering disebut tanah andosol adalah tanah yang dianggap
paling subur karena berasal dari hasil gunung api.
Pengelolaan
Andisol cenderung menjadi tanah yang cukup produktif, terutama setelah
diberi masukan amelioran (seperti pupuk anorganik). Andisol seringkali dimanfaatkan
orang untuk pengembangan pertanian tanaman pangan dan sayur-sayuran atau bunga-
bungaan (seperti di daerah Lembang Kabupaten Bandung). Tanah andosol atau ada
yang menyebut tanah vulkanik mengandung unsur hara yang cukup tinggi. Unsur
hara 14 tersebut berasal dari letusan gunung api, sehingga tanah sangat baik untuk
ditanami.
Dosen:
Azwar Rasyidin. Prof.Dr.Ir.MAgr,
Oleh:
KHAIRUN NISAK
NIM. 1610212045
AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2017