Titik Nyala

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

Titik nyala

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Titik nyala dari bahan yang mudah menguap adalah suhu terendah saat dia dapat menguap
untuk membentuk campuran yang bisa menyulut api di udara. Mengukur titik nyala
membutuhkan sumber pengapian. Pada titik nyala, uap dapat berhenti untuk membakar ketika
sumber pengapian padam.
Titik nyala jangan dikelirukan dengan suhu swasulut, yang tidak memerlukan sumber pengapian,
atau titik api, suhu pada saat uap terus membakar setelah dinyalakan. Baik titik nyala maupun
titik api tergantung pada suhu sumber pengapian yang jauh lebih tinggi.
Titik nyala seringkali digunakan sebagai karakteristik deskriptif dari bahan bakar cair, dan juga
digunakan untuk membantu mencirikan bahaya kebakaran cairan. "Titik nyala" mengacu antara
cairan yang mudah menyala dan cairan mudah terbakar. Ada berbagai standar untuk
mendefinisikan setiap istilah. Cairan dengan titik nyala kurang dari 60,5 atau 37,8 C (140,9
atau 100,0 F) tergantung pada standar yang diterapkan dianggap mudah menyala,
sementara cairan dengan titik nyala di atas suhu tersebut dianggap mudah terbakar

Contoh[sunting | sunting sumber]

Bahan Titik Suhu


bakar nyala swasulut

Etanol (70%) 16.6 C (61.9 F)[1] 363 C (685 F)[1]

Bensin (petrol) 43 C (45 F)[2] 280 C (536 F)[3]

Diesel (2-D) >52 C (126 F)[2] 256 C (493 F)[3]

Jet fuel (A/A-1) >38 C (100 F) 210 C (410 F)

Kerosene >3872 C (100162 F) 220 C (428 F)

Minyak sayur (canola) 327 C (621 F)

Biodiesel >130 C (266 F)

Bensin (petrol) merupakan bahan bakar yang digunakan dalam mesin penyalaan percik. Bahan
bakar ini dicampur dengan udara dalam batas dapat terbakar dan dipanaskan di atas titik nyala,
kemudian disulut dengan spark plug. Untuk menyulut, bahan bakar harus memiliki titik nyala
yang rendah, tetapi untuk menghindari terjadinya preignition yang disebagkan oleh panas
residual dalam kamar combustion panas, bahan bakar harus mempunyai suhu swasulutyang
tinggi.
Titik nyala bahan bakar diesel bervariasi antara 52 and 96 C (126 and 205 F). Diesel cocok
digunakan dalam suatu compression-ignition engine. Udara dikompresisampai dipanasi di
atas suhu swasulut bahan bakar, yang kemudian diinjeksi dalam bentuk semprotan bertekanan
tinggi, menjaga campuran bahan bakar dan udara dalam batas dapat terbakar. Dalam mesin
berbahan bakar diesel, tidak ada sumber penyalaan (seperti spark plugs pada mesin berbahan
bakar bensin). Dengan demikian, bahan bakar diesel harus mempunyai titik nyala tinggi dan
suhu swasulut yang rendah.
Titik nyala bahan bakar jet juga bervariasi menurut komposisi bahan bakar. Baik Jet A dan Jet A-
1 mempunyai titik nyala antara 38 and 66 C (100 and 151 F), dekat dengan kerosene yang
dapat dibeli di toko. Namun baik Jet B dan JP-4 mempunyai titik nyala antara 23 and 1 C (9
and 30 F).

Syarat-syarat Terjadinya Api


Api adalah suatu reaksi kimia yang sedang berlangsung antara bahan bakar, panas
dan oksigen yang diikuiti oleh pengeluaran cahaya dan panas.

Seperti telah disebutkan di atas, bahwa api terjadi karena adanya reaksi kimia antara
bahan
bakar, panas dan oksigen. Dengan demikian keberadaan dan keseimbangan ketiga unsur
tersebut merupakan syarat mutlak untuk menghasilkan api. Karena api terbentuk dari reaksi
ketiga unsur tersebut, maka hubungan ketiga unsur tersebut dapat digambarkan secara
berantai membentuk sebuah segitiga yang disebut dengan istilah Segitiga Api (Fire Triangle).

Gambar : Segitiga Api


Contoh yang paling sederhana tentang terbentuknya api dapat kita temukan dalam
kehidupan sehari-hari, misalnya pada korek api gas. Jika korek api kita nyalakan, maka api
yang terbentuk terjadi akibat adanya tiga unsur pada segitiga api ; yaitu adanya bahan
bakar, panas dan oksigen.
Bahan berupa gas, panas berupa percikan awal/geretan dan oksigen/udara. Jika
salah
satu unsur dari segitiga api tersebut kita hilangkan, maka api tidak akan terbentuk ; misalnya
Penghilangan Bahan : (Jika tuas gas tidak kita tekan ; maka bahan bakar tidak akan keluar,
sehingga korek api tidak akan menyala).
Penghilangan Panas : (Jika geretan tidak ditekan untuk menimbulkan gesekan/panas,
maka suhu tidak akan naik; sehingga korek api tidak akan menyala)
Penghilangan Oksigen : (Jika celah bagian atas korek api kita tutup maka udara tidak
akan masuk, sehingga korek api tidak akan menyala).
Contoh-contoh lain dapat kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Penjelasan dari ketiga
unsur segi tiga api di atas akan diuraikan berikut ini.
(a). Bahan Yang Mudah Terbakar
Umumnya semua bahan atau benda di bumi dapat terbakar. Suatu benda atau bahan
dapat
secara mudah atau sulit terbakar sangat tergantung atau sangat dipengaruhi oleh faktorfaktor
yang akan dijelaskan berikut ini.
Titik nyala (flash point).
Titik nyala (flash point) ialah temperatur terendah dari suatu bahan untuk dapat
diubah bentuk menjadi uap, dan akan menyala bila tersentuh api (menyala sekejap).
Makin rendah titik nyala suatu bahan, maka bahan tersebut akan makin mudah
terbakar ; sebaliknya makin tinggi titik nyalanya, maka bahan tersebut akan makin
sulit terbakar. Bahan yang titik nyalanya rendah digolongkan sebagai bahan yang
mudah terbakar.
Contohnya :
- Benda Padat : Kayu, kertas, karet, plastik, tekstil, dll
- Benda Cair : Bensin, spiritus, solar, oli, dll
- Benda Gas : Asetilin, Butan, LNG, dll
Titik bakar (fire point)
Titik bakar (fire point) ialah temperatur terendah dimana suatu zat atau bahan cukup
mengeluarkan uap dan terbakar (menyala terus-menerus) bila diberi sumber panas.
Suatu bahan akan terbakar apabila telah mencapai titik bakar (fire point). Titik nyala
antara suatu zat dengan zat lain berbeda-beda.
Contohnya :
- Bensin = 500C
- Kerosin = 400C - 700C
- Parafin = 300C
Suhu penyalaan sendiri (auto ignition temperature)
Suhu penyalaan sendiri (auto ignition temperature) yaitu temperatur dimana suatu zat
dapat menyala dengan sendirinya tanpa adanya sumber panas dari luar.
Contohnya :
Kerosin = 228,90C
Bensin = 257,20C
Parafin = 3160C
Asetelin = 3350C
Butan = 4050C
Propan = 457,80C
Batas Daerah Bisa Terbakar (flammable range)
Batas daerah bisa terbakar adalah batas konsentrasi campuran antara uap bahan
bakar dengan udara yang dapat terbakar bila diberi sumber panas.
Batas daerah bisa terbakar dibatasi oleh :-
- Batas bisa terbakar atas (Upper flammable limit)
- Batas bisa terbakar bawah (Lower flammable limit)
Batas daerah bisa terbakar dapat dilihat pada gambar di berikut ini:
(b). Sumber Panas
Panas adalah salah satu penyebab timbulnya kebakaran. Dengan adanya panas maka suatu
bahan akan mengalami perubahan temperatur, sehingga akhirnya mencapai titik nyala.
Bahan yang telah mencapai titik nyala akan mudah sekali terbakar.
Sumber-sumber panas antara lain :

(b). Sumber Panas


Panas adalah salah satu penyebab timbulnya kebakaran. Dengan adanya panas maka suatu
bahan akan mengalami perubahan temperatur, sehingga akhirnya mencapai titik nyala.
Bahan yang telah mencapai titik nyala akan mudah sekali terbakar.
Sumber-sumber panas antara lain :

Sinar matahari
Listrik
Energi mekanik
Reaksi kimia
Kompresi udara
Api terbuka
Gesekan
Petir
Nuklir
Pemampatan/Kompresi
Panas yang berasal dari sumber-sumber panas di atas, dapat berpindah melalui empat cara,
antara lain :
Radiasi : perpindahan panas dengan cara memancar / pancaran.
Konduksi : perpindahan panas melalui benda (perantara).
Konveksi : perpindahan panas melalui udara.
Loncatan bunga api : perpindahan panas akibat reaksi energi panas dengan
udara (oksigen).

(c). Oksigen (O2)


Oksigen (O2) terdapat di udara bebas. Dalam keadaan normal, prosentase oksigen di
udara bebas adalah 21%. Karena oksigen adalah suatu gas pembakar, maka keberadaan
oksigen akan sangat menentukan keaktifan pembakaran. Suatu tempat dinyatakan masih
mempunyai keaktifan pembakaran,

bila kadar oksigennya lebih dari 15 %. Sedangkan pembakaran tidak akan terjadi bila kadar
oksigen di udara kurang dari 12 %. Oleh karena itu salah satu teknik pemadaman api yaitu
dengan cara menurunkan kadar oksigen di sekitar daerah pembakaran menjadi kurang dari 12
%.
- Sinar matahari
- Listrik
- Energi mekanik
- Reaksi kimia
- Kompresi udara
- Api terbuka
- Gesekan
- Petir
- Nuklir

Pemampatan/Kompresi
Panas yang berasal dari sumber-sumber panas di atas, dapat berpindah melalui empat cara,
antara lain :
Radiasi : perpindahan panas dengan cara memancar / pancaran.
Konduksi : perpindahan panas melalui benda (perantara).
Konveksi : perpindahan panas melalui udara.
Loncatan bunga api : perpindahan panas akibat reaksi energi panas dengan
udara (oksigen).

(c). Oksigen (O2)


Oksigen (O2) terdapat di udara bebas. Dalam keadaan normal, prosentase oksigen di
udara bebas adalah 21%. Karena oksigen adalah suatu gas pembakar, maka keberadaan
oksigen akan sangat menentukan keaktifan pembakaran.
Suatu tempat dinyatakan masih mempunyai keaktifan pembakaran, bila kadar
oksigennya lebih dari 15 %. Sedangkan pembakaran tidak akan terjadi bila kadar oksigen di
udara kurang dari 12 %. Oleh karena itu salah satu teknik pemadaman api yaitu dengan cara
menurunkan kadar oksigen di sekitar daerah pembakaran menjadi kurang dari 12 % .

Flash Point Tester ( Alat Pengukur Titik Nyala Api )

Kategori: News, Pengetahuan, Produk, Teknologi


Flash Point Tester ( Alat Pengukur Titik Nyala Api )

Titik nyala dari volatil bahan adalah yang terendah suhu di man ia dapat menguap untuk membentuk
campuran ignitable di udara. Mengukur titik nyala membutuhkan sumber pengapian. Pada titik flash,
uap dapat berhenti untuk membakar ketika sumber pengapian akan dihapus.

Titik nyala dengan suhu autosulutan , yang tidak memerlukan sumber pengapian, atau titik api , suhu
di mana uap terus membakar setelah dinyalakan. Baik titik nyala maupun titik api tergantung pada
suhu sumber pengapian, yang jauh lebih tinggi.

Titik nyala sering digunakan sebagai karakteristik deskriptif dari cairan bahan bakar , dan juga
digunakan untuk membantu mencirikan bahaya kebakaran cairan. Titik nyala mengacu pada baik
mudah terbakar cairan dan mudah terbakar cairan. Ada berbagai standar untuk mendefinisikan setiap
istilah. Cairan dengan titik nyala kurang dari 60,5 atau 37,8 C (140,9 atau 100,0 F) tergantung
pada standar yang diterapkan -. Dianggap mudah terbakar, sementara cairan dengan titik nyala di
atas suhu tersebut dianggap mudah terbakar

Cara Kerja Flash Point Tester ( Alat Pengukur Titik Nyala Api )

Setiap cairan memiliki tekanan uap , yang merupakan fungsi dari bahwa cairan itu suhu . Dengan
meningkatnya suhu, tekanan meningkat uap. Dengan meningkatnya tekanan uap, konsentrasi uap
dari cairan yang mudah terbakar di udara meningkat. Oleh karena itu, suhu menentukan konsentrasi
uap dari cairan yang mudah terbakar di udara.

Sebuah konsentrasi tertentu uap di udara diperlukan untuk mempertahankan pembakaran, dan
konsentrasi yang berbeda untuk setiap cairan yang mudah terbakar. Titik nyala dari cairan yang
mudah terbakar adalah suhu terendah di mana akan ada uap yang mudah terbakar cukup untuk
menyalakan jika sebuah sumber pengapian diterapkan.

Pengukuran Flash Point Tester ( Alat Pengukur Titik Nyala Api )

Otomatis flash point tester menurut Pensky-Martens ditutup cangkir metode dengan pemadam
kebakaran yang terintegrasi.
Ada dua tipe dasar pengukuran titik nyala: cup cup terbuka dan tertutup.

Dalam perangkat open cup sampel yang terkandung dalam cangkir terbuka yang dipanaskan, dan
pada interval api dibawa di atas permukaan. Flash point yang diukur sebenarnya akan bervariasi
dengan ketinggian api di atas permukaan cairan, dan pada ketinggian yang cukup suhu titik nyala
diukur akan bertepatan dengan titik api . Contoh paling terkenal adalah Cleveland terbuka cangkir
(COC).

Ada dua jenis penguji cangkir tertutup: non-ekuilibrium, seperti Pensky-Martens mana uap di atas
cairan tidak berada dalam temperatur kesetimbangan dengan cairan, dan keseimbangan, seperti
Skala Kecil (umumnya dikenal sebagai Setaflash) dimana uap yang dianggap suhu kesetimbangan
dengan cairan. Dalam kedua jenis cangkir disegel dengan tutup di mana sumber pengapian dapat
diperkenalkan. Penguji Cawan tertutup biasanya memberikan nilai yang lebih rendah untuk flash point
dari secangkir terbuka (biasanya 5-10 C lebih rendah, atau 9-18 F lebih rendah) dan merupakan
pendekatan yang lebih baik untuk suhu di mana tekanan uap mencapai batas yang mudah terbakar
yang lebih rendah .
Titik nyala pengukuran empiris daripada parameter fisika dasar. Nilai diukur akan bervariasi dengan
peralatan dan variasi tes protokol, termasuk tingkat jalan suhu (dalam penguji otomatis), waktu yang
diizinkan untuk sampel untuk menyeimbangkan, volume sampel dan apakah sampel diaduk.

Metode untuk menentukan titik nyala cairan ditentukan dalam banyak standar. Sebagai contoh,
pengujian oleh Pensky-Martens ditutup cangkir metode rinci dalam ASTM D93, IP34, ISO 2719, DIN
51758, JIS K2265 dan AFNOR M07-019. Penentuan titik nyala oleh Skala Kecil metode cup tertutup
rinci dalam ASTM D3828 dan D3278, EN ISO 3679 dan 3680, dan IP 523 dan 524.

CEN / TR 15138 Guide to Titik Nyala Pengujian dan ISO TR 29662 Pedoman Titik Nyala Pengujian
mencakup aspek-aspek kunci dari pengujian titik nyala.

Contoh

Bahan bakar Titik nyala Suhu Nyala

Etanol (70%) 16,6 C (61,9 F) [2] 363 C (685 F) [2]

Bensin (bensin) -43 C (-45 F) [3] 280 C (536 F) [4]

Diesel (2-D) > 52 C (126 F) [3] 256 C (493 F) [4]

Bahan bakar jet (A/A-1) > 38 C (100 F) 210 C (410 F)

Minyak tanah > 38-72 C (100-162 F) 220 C (428 F)

Minyak sayur (canola) 327 C (621 F)

Biodiesel > 130 C (266 F)

Bensin (bensin) merupakan bahan bakar untuk digunakan dalam mesin menggunakan busi . Bahan
bakar dicampur dengan udara dalam batas yang mudah terbakar dan dipanaskan di atas titik nyala,
maka dinyalakan oleh busi . Untuk menyalakan, bahan bakar harus memiliki titik nyala rendah, tetapi
untuk menghindari preignition disebabkan oleh panas sisa di dalam ruang pembakaran panas, bahan
bakar harus memiliki tinggi suhu autosulutan .

Bahan bakar Diesel titik nyala bervariasi antara 52 dan 96 C (126 dan 205 F). Diesel cocok untuk
digunakan dalam mesin nyala kompresi . Udara dikompresi sampai telah dipanaskan di atas suhu
autosulutan bahan bakar, yang kemudian disuntikkan sebagai semprot bertekanan tinggi, menjaga
campuran bahan bakar-udara dalam batas yang mudah terbakar. Dalam mesin diesel berbahan
bakar, tidak ada sumber pengapian (seperti busi di mesin bensin). Akibatnya, bahan bakar diesel
harus memiliki titik nyala yang tinggi dan suhu rendah autosulutan.

Bahan bakar jet titik nyala juga bervariasi dengan komposisi bahan bakar. Baik Jet A dan Jet A-1
memiliki titik nyala antara 38 dan 66 C (100 dan 151 F), dekat dengan yang off-the-shelf minyak
tanah. Namun keduanya Jet B dan JP-4 memiliki titik nyala antara -23 dan -1 C (-9 dan 30 F).

Standardisasi
Otomatis Pensky-Martens ditutup cup tester dengan pemadam kebakaran yang terintegrasi. Titik
nyala zat diukur sesuai dengan metode uji standar. Metode pengujian ini menentukan aparat yang
diperlukan untuk melaksanakan pengukuran, parameter uji kunci, prosedur untuk operator atau
aparat otomatis mengikuti, dan ketepatan metode pengujian.

Metode uji standar ditulis dan dikontrol oleh sejumlah komite dan organisasi nasional dan
internasional. Tiga badan utama adalah Kelompok Kerja CEN / ISO Bersama Titik Nyala (JWG-FP),
ASTM D02.8B terbakar Bagian dan Energi Institut TMS SC-B-4 terbakar Panel.

Bagikan:

Dasar Teori
a. Titik nyala
Titik nyala adalah Temperatur terendah di mana campuran senyawa
dengan udara pada tekanan normal dapat menyala setelah ada suatu inisiasi, misalnya dengan
adanya percikan api. Titik nyala dapat diukur dengan metoda wadah terbuka (Open Cup /OC)
atau wadah tertutup (Closed cup/CC). Nilai yang diukur pada wadah terbuka biasanya lebih
tinggi dari yang diukur dengan metoda wadah tertutup.
Setiap zat cair yang mudah terbakar memiliki tekanan uap yang merupakan fungsi dari
temperatur cair, dengan naiknya suhu, tekanan uap juga meningkat. Dengan meningkatnya
tekanan uap, konsentrasi cairan yang mudah terbakar menguap diudara meningkat.
Jika titik nyala lebih rendah dari temperatur cairannya maka uap diatas permukaannya siap untuk
terbakar atau meledak. Lebih rendah dari titik nyala adlah lebih berbahaya, terutama bila
temperatur ambientnya labih dari titik nyala.

penentuan titik nyala :


1. sebelum percobaan dimulai tester (peralatan) harus dibersihkan terlebih dahulu untuk
menghilangkan sisa sisa minyak atau solvent
2. bejana logam diisi dengan zat yang akan ditest titik nyalanya sampai dengan tanda batas, lalu
ditutup kembali bejana tersebut dengan penutupnya dan dipasang stirer serta termometernya.
Pada saat pengerjaan, dinding logam bagian atas tanda batas, harus dijaga kering (jangan
sampai basah)
3. kabel penyambung arus disambung dan dihubungkan juga selang gas pembakar
4. gas pembakar dinyalakan dan nyala diatur sehingga diperoleh nyala yang sesuai kemudian
dinyalakan pemanas listriknya
5. pemanasan diatur sedemikian rupa sehingga kenaikkan suhu pemanasan kira kira
5oc/menit. Jika termometer sudah menunjukkan suhu 15oc sebelum titik nyala yang dipekirakan,
maka lakukan test nyala dengan cara sebagai berikut:
tombol pembakar diputar sehingga api gas masuk ke dalam bagian atas bejana logam yang
berisi zat yang sedang ditest, dan dilakukan setiap selang kenaikan suhu 1oc selama kira kira
1 detik, sampai uap zat yang sedang ditest terbakar, suhu termometer menunjukkan titik nyala
dari zat tersebut. Test nyala harus jelas dan diatur untuk jarak 4 mm, dan pada saat dilakukan
test nyala maka kecepatan pemanasan dikurangi menjadi 3-4oc/menit.
6. setelah selesai dimatikan kembali alat penentu titik nyala (pemanas listrik maupun pembakar
zat) dan disimpan kembali zat yang telah ditest serta dibersihkan logam bejana sehingga benar
benar bersih.
Nama : Yova Yuvitasari
NIM : 121431030

Titik nyala adalah temperatur terendah dimana campuran senyawa dengan udara pada
tekanan normal dapat menyala setelah ada suatu inisiasi, misalnya dengan adanya percikan
api.setiap zat cair yang mudah terbakar memiliki tekanan uap yang merupakan fungsi dari
temperatur cair dengan naiknya suhu, tekanan uap meningkat. Dengan meningkatnya tekanan
uap konsentrasi cairan yang mudah terbakar menguap diudara meningkat.
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan penentuan titik nyala pada solar dan
biodiesel. Pada praktikumnya yang pertama kali diukur titik nyalanya adalah solar karena
menurut literatur solar memiliki titik nyala yang lebih rendah dibandingkan dengan biodiesel
sehingga alat yang digunakan tidak akan terlalu panas saat digunakan untuk menentukan titik
nyala solar.
Pada praktikum ini titik nyala tercapai ditandai dengan adanya percikan api pada saat api
dimasukan kelubang bejana yang berhubungan langsung dengan larutan yang diuji. Hal ini
terjadi karena dari dalam bejana tersebut terbentuk tekanan yang dihasilkan dari larutan sample
dalam bejana tersebut yang dikocok dan sedikit dipanaskan.
Dari hasil percobaan didapatkan besar titik nyala solar adalah sebesar 138 C, dan besar titik
nyala dari biodiesel sebesar 158 C. Sedangkan berdasarkan literatur besar titik nyala solar adala
..... dan titik nyala biodiesel sebesar .......
Adapun beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi kesalahan pada percobaan ini diantaranya
adalah ketidakmurnian bahan-bahan yang digunakan, kesalahan pada pembacaan suhu, dan
kurang bagusnya nyala api untuk memancing percikan api pada saat tercapainya titik nyala
sample.

Tujuan Percobaan :
Setelah melakukan percobaan ini diharapkan mampu :
Menentukan besarnya titik nyala suatu zat cair dengan alat penentu titik nyala.

Dasar Teori
Titik nyala adalah Temperatur terendah di mana campuran senyawa
dengan udara pada tekanan normal dapat menyala setelah ada suatu inisiasi, misalnya dengan
adanya percikan api. Titik nyala dapat diukur dengan metoda wadah terbuka (Open Cup /OC) atau
wadah tertutup (Closed cup/CC). Nilai yang diukur pada wadah terbuka biasanya lebih tinggi dari
yang diukur dengan metoda wadah tertutup. Setiap zat cair yang mudah terbakar memiliki
tekanan uap yang merupakan fungsi dari temperatur cair, dengan naiknya suhu, tekanan uap juga
meningkat.
Setiap zat cair yang mudah terbakar memiliki tekanan uap yang merupakan fungsi dari temperatur
cair, dengan naiknya suhu, tekanan uap juga meningkat. Dengan meningkatnya tekanan uap,
konsentrasi cairan yang mudah terbakar menguap diudara meningkat.
Jika titik nyala lebih rendah dari temperatur cairannya maka uap diatas permukaannya siap untuk
terbakar atau meledak. Lebih rendah dari titik nyala adlah lebih berbahaya, terutama bila
temperatur ambientnya labih dari titik nyala. Dengan meningkatnya tekanan uap, konsentrasi
cairan yang mudah terbakar menguap diudara meningkat.Jika titik nyala lebih rendah dari
temperatur cairannya maka uap diatas permukaannya siap untuk terbakar atau meledak. Lebih
rendah dari titik nyala adlah lebih berbahaya, terutama bila temperatur ambientnya labih dari titik
nyala.
Alat dan Bahan yang Digunakan :

1. Alat yang digunakan titik nyala


pipa kapiler
pipa gelas
Gelas Kimia
Seperangkat alat penentuan titik nyala.

2. Bahan yang digunakan untuk titik nyala


Solar
Bioedesel
Langkah Kerja:
Data Pengamatan
Nama Bahan Bakar Literatur Percobaan
Solar 40-1000C 1380C
Biodesel >130 0C 1580C
Pemabahasan
Titik nyala (flash point) adalah temperatur terendah di mana campuran senyawa dengan udara
pada tekanan normal dapat menyala (terbakar sekejap) setelah ada suatu inisiasi, misalnya
dengan adanya percikan api. Pada Percobaan ini akan dilakukan pengujian titik nyala terhadap
beberapa bahan bakar minyak yaitu biodesel dan Solar,pemilihan bahan bakar minyak tersebut
dikarenakan biodesel dan solar mempunyai titik nyala yang tidak terlalu besar sehingga waktu
yang diperlukan tidak terlalu lama.Dalam menentukan titik nyala solar dan biodesel juga ,Solar
harus di ukur terlebih dahulu karena memiliki titik nyala lebih rendah dibandingkan solar sehingga
alat yang digunakan tidak perlu didinginkan terlebih dahulu dan proses praktikum bisa berjalan
lebih efisien.
Titik nyala dapat diukur dengan metoda wadah terbuka atau wadah tertutup. Nilai yang diukur
pada wadah terbuka biasanya lebih tinggi dari yang diukur dengan metoda
wadah tertutup.Saat melakukan penentuan titik nyala ini ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, yaitu pada saat memutar katup untuk membuka tutup flash point tester ketika akan
mengecek titik nyala. Apabila katup telah di putar maka sebagian uap sampel akan keluar
sehingga apabila katup tersebut akan di putar untuk yang kedua kalinya harus menunggu
beberapa saat untuk mengumpulkan kembali uap tersebut.
Berdasarkan hasil praktikum besar nilai titik nyala Solar adalah 139 C sedangkan titik nyala
Biodesel adalah 158 C,sedangkan titik nyala solar berdasarkan literature adalah 100 C >140
C,sehinnga titik nyala biodesel secara praktikum dan literature sesuai ,sedangkan titik nyala solar
berbeda jauh dengan literature, hal ini dapat disebabkan oleh pengerjaan yang kurang teliti dan
dimungkinkan juga kondisi alat yang kurang baik dan sampel zat yang mengalami perubahan pada
saat kondisi udara terbuka karena terlalu lama dibiarkan.
Titik nyala biodiesel lebih besar dari titik nyala solar karena biodiesel merupakan senyawa dengan
jumlah atom C lebih banyak dan rantainya lebih panjang jika dibandingkan dengan solar sehingga
titik nyalanya besar.Dengan demikian percobaan ini dilakukan dengan tujuan untuk melakukan
pengujian titik nyala terhadap bahan bakar sehinga kita dapat mengetahui cara menentuakn titik
nyala suatu bahan bakar juga besarnya titik nyala bahan bakar tersebut.

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat dianalisa bahwa:


Pada saat memasukkan zat padat ke pipa kapiler diusahakan untuk tidak ada udara
yang masuk dengan cara memadatkanzat dengan menjatuhkan pipa kapiler yang berisi zat
padat etrsebut di dalam pipa gelas berulang-ulang.

Pada penentuan titik leleh ini menggunakan zat asam oksalat dan asam benzoat, pada
saat percobaan kecepatan pemanasan diatur sehingga kenaikkan suhu 1-20C permenit atau
sesuai kartu petunjuk yang ada, hal ini dilakukan agar mendapatkan hasil yang teliti. Dan
penentuan titik leleh ditandai dengan melelehnya zat tersebut.

Sedangkan pada saat penentuan titik nyala, menggunakan zat asam asetat glasial.
Pada percobaan yang dilakukan, bejana logam bagian atas harus dijaga agar tetap kering
dengan cara mengelap dengan tissue kering, agar api tidak ikut menyambar ke bagian atas
bejana tersebut. Dan suhunnya diukur dengan menggunakan termometer. Penentuan titik
nyala ditandai dengan percikan api.

Dari data tersebut juga dapat diketahui terjadi perbedaan antara titik leleh dan titik
nyala secara teoritis dan praktek. Dikarenakan pada saat pengerjaan yang kurang teliti dan
dimungkinkan juga kondisi alat yang kurang baik dan sampel zat yang mengalami perubahan
pada saat kondisi udara terbuka karena terlalu lama dibiarkan.

X. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Besarnya titik leleh Asam Oksalat adalah 102C sedangkan untuk Asam Benzoat adalah
124C
2. Besarnya titik nyala untuk Asam Asetat Glasial adalah 51C
3. % kesalahan titik leleh asam oksalat yaitu 3,77% dan asam benzoat adalah 0.81 %
% kesalahan titik nyala asam asetat glasial yaitu 27,5 %
Titikleburatautitiklelehdarisebuahbendapadatadalahsuhudimanabendatersebut
akanberubahwujudmenjadibendacair.Sedangkantitiknyalaadalahsuatuangkayang
menyatakansuhuterendahdarisuatularutandimanaakantimbulpenyalaanapisesaat,
apabilapadapermukaanlarutantersebutdidekatkanpadanyalaapi.Titiknyalainidiperlukan
sehubungandenganadanyapertimbanganpertimbanganmengenaikeamananpenyimpanan
darisuatuzatpelarutterhadapbahayakebakaran.Titiknyalainibisadigunakansebagaisalah
satuindikasibilamanafueltercampurdenganfraksifraksiringandarisuatuhydrokarbon,
dimanafueltercampurdenganfraksiringansepertikerosene,washsolventmaka
kecenderunganangkaflashpointakansemakinturun.

Klasifikasidarititiknyala:
1.Bahanbakarcairyangmudahmenyala(yangpunyatitiknyaladibawah37,8Cdantekanan
uaptidaklebihdari2,84kg/cm)

Adapunkelaskelasbahanbakarcairini:
a.KelasIA,punyatitiknyaladibawah22,8Cdantitikdidihdibawah37,8C
b.KelasIB,punyatitiknyaladibawah22,8Cdantitikdidihsamaataudiatas37,8C
c.KelasIC,punyatitiknyalasamaataudiatas22,8Cdantitikdidihdibawah60C.

2.Bahanbakarcairmudahterbakar(yangsamapunyatitiknyalasamaataudiatas37,8C),
terbagi:
a.KelasIIA,punyatitiknyalasamaataudiatas37,8Cdantitikdidihdibawah60C.
b.KelasIIB,punyatitiknyalasamaataudiatas37,8Cdantitikdidihdibawah93C.
c.KelasIIC,punyatitiknyalasamaataudiatas93C.

1.TitikNyala
TitiknyalaadalahTemperaturterendahdimanacampuransenyawadenganudarapada
tekanannormaldapatmenyalasetelahadasuatuinisiasi,misalnyadenganadanyapercikan
api.Titiknyaladapatdiukurdenganmetodawadahterbuka(OpenCup/OC)atauwadah
tertutup(Closedcup/CC).Nilaiyangdiukurpadawadahterbukabiasanyalebihtinggidari
yangdiukurdenganmetodawadahtertutup.Setiapzatcairyangmudahterbakarmemiliki
tekananuapyangmerupakanfungsidaritemperaturcair,dengannaiknyasuhu,tekananuap
jugameningkat.Denganmeningkatnyatekananuap,konsentrasicairanyangmudahterbakar
menguapdiudarameningkat.Jikatitiknyalalebihrendahdaritemperaturcairannyamakauap
diataspermukaannyasiapuntukterbakarataumeledak.Lebihrendahdarititiknyalaadlah
lebihberbahaya,terutamabilatemperaturambientnyalabihdarititiknyala.
2.TitikLeleh
Titiklelehperludiketahuikarenabagibahanbahanyangpadatpadatemperaturebiasa,
diperkirakankarakteristiknyasamadengankarakteristikcairanyangdapatterbakar,kalau
bendapadatinimeleleh.Titiklelehitusendiriberartitemperaturdimanapadatanmenjadi
cairanpadatekanannormal.

Daripercobaanyangtelahdilakukandapatdianalisabahwayangdilakukanadalahpenentuantitik
lelehdanzatyangdigunakanadalahasamoksalat(mp=104106C)dan asambenzoate(mp=
121123C).Zattersebutdimasukkankedalampipakapileryangtelahdimampatkanlaludimasukkan
kedalampipagelasagarmenjadipadat.Kemudianpipakapilertersebutdimasukkankedalamalat
agardidapatsuhutitiklelehnyakemudiandapatdihitungpersenkesalahannyadengan
membandingkantitiklelehpadatemperaturedanperludiingatPadasaatmemasukkanzatpadat
kepipakapilerdiusahakanuntuktidakadaudarayangmasukdengancaramemadatkanzatdengan
menjatuhkanpipakapileryangberisizatpadattersebutdidalampipagelasberulangulang.Kecepatan
pemanasandiatursehinggakenaikkansuhu120Cpermenitatausesuaikartupetunjukyangada,hal
inidilakukanagarmendapatkanhasilyangteliti.Sedangkanpadasaatpenentuantitiknyaladilakukan,
bejanalogambagianatasharusdijagaagartetapkeringdengancaramengelapdengantissuekering,
agarapitidakikutmenyambarkebagianatasbejanatersebut.padatitiknyala,zatyangdiukur
nyalanyaakanmengeluarkanapi,sehinggaperluserbetbasahuntukmematikannya.Danzatyang
digunakanAsamAsetatGlasial(fp=40C).Didapatberdasarkanhasilpercobaanuntukpenentuan
titiklelehasambenzoatsecarapraktekdidapathasilyaitu120C,untukpenentuantitiklelehasam
oksalatsecarapraktekdidapathasilyaitu102C,sedangkanuntukpenentuantitiknyalapadaasam
asetatglasialsecarapraktekdidapathasilyaitu52 C

Anda mungkin juga menyukai