JUKLAKNo

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

Lampiran Surat Keputusan Rakerkot KARTA.

bdg
Nomor: 05/Rakerkot-KARTA.bdg/XI/2015

PETUNJUK PELAKSANAAN
KARANG TARUNA KOTA BANDUNG
Nomor : 01/JUKLAK/KARTA.bdg/XI/2015

TENTANG
MUSYAWARAH WARGA KARANG TARUNA (MWKT) DAN
TEMU KARYA KARANG TARUNA (TKKT)
KARANG TARUNA KOTA BANDUNG

KETENTUAN UMUM

1. Musyawarah Warga Karang Taruna (MWKT) adalah forum


pengambilan keputusan tertinggi Warga Karang Taruna ditingkat
Kelurahan yang diselenggarakan setiap 3 (tiga) tahun sekali;
2. Temu Karya adalah forum pengambilan keputusan
tertinggi pada setiap tingkatan organisasi yang diselenggarakan setiap
lima (5) tahun sekali, yang selanjutnya disingkat TKNKT untuk tingkat
nasional, TKKTP untuk tingkat provinsi, TKKTK untuk tingkat kota,
TKKTC untuk tingkat kecamatan;
3. Musyawarah Warga Karang Taruna Luar Biasa (MWKTLB)
adalah Musyawarah Warga Karang Taruna yang diselenggarakan diluar
ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 di atas;
4. Temu Karya Luar Biasa adalah Temu Karya yang
diselenggarakan diluar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 2
di atas;

MUSYAWARAH WARGA KARANG TARUNA (MWKT)

1. Peserta MWKT ditentukan oleh Pengurus Karang Taruna


Kelurahan (PKTL) yang mempersiapkan MWKT tersebut yang terdiri dari
unsur-unsur:
a. Peserta Penuh (perseorangan) yakni:
Pengurus Karang Taruna Kelurahan (PKTL), Pengurus Karang Taruna
Kecamatan (PKTC), Unsur Unit Tekhnis Karang Taruna (tiap RW)
sebagai utusan (apabila telah dilakukan pembentukan Unit Tekhnis
Karang Taruna di setiap RW), pengurus organisasi/kelembagaan
generasi muda (kepemudaan) ditingkat kelurahan dan para
tokoh/eksponen generasi muda/pemuda potensial sebagai utusan
(apabila belum ada Unit Tekhnis Karang Taruna di kelurahan yang
bersangkutan);
b. Peninjau yakni: MPKT, Pembina Fungsional,
Pembina Teknis dan Para Pejabat tingkat kelurahan;
c. Undangan dari Lembaga/Perorangan
lainnya.
2. Wewenang MWKT:
a. Menilai Laporan Pertanggungjawaban (LPJ)
Pengurus Karang Taruna Kelurahan (PKTL). Sebelum ditetapkan
menjadi dokumentasi organisasi dan/atau sebagai bahan didalam
MWKT itu sendiri, LPJ dimaksud harus melalui proses penilaian
kinerja kepengurusan secara jujur dan objektif dengan mengacu
dari keputusan MWKT dan/atau peraturan dan ketentuan lainnya
yang mengatur tentang pokok dimaksud, sehingga keputusan
terhadap LPJ bukanlah pada pilihan menerima atau menolak tetapi
merupakan rekomendasi perbaikan kinerja kepada pengurus periode
berikutnya;
b. Menetapkan Kerangka Pokok Program (KPP)
Karang Taruna tingkat kelurahan yang bersangkutan yang mengacu
dari KPP tingkat kecamatan dan menjadi dasar bagi pengurus dalam
menyusun program kerja konkrit;
c. Menetapkan Struktur dan Uraian Tugas
(SUT) Pengurus masa bakti berikutnya;
d. Memilih Ketua Pengurus Karang Taruna
Kelurahan (PKTL) dan MPKT masa bakti berikutnya;
e. Menetapkan Pokok-pokok Pikiran sebagai
Rekomendasi MWKT dan rekomendasi MWKT lainnya baik yang
bersifat internal maupun eksternal, yang harus dilaksanakan oleh
Pengurus Karang Taruna Kelurahan (PKTL) masa bakti berikutnya;
3. Pelaksanaan MWKT:
a. MWKT berlangsung atas panggilan Pengurus
Karang Taruna Kelurahan (PKTL);
b. Pengurus Karang Taruna Kelurahan (PKTL)
dalam masa bakti berjalan membuka persidangan MWKT dengan
syarat jumlah Peserta Penuh sekurang-kurangnya setengah
ditambah satu dari jumlah seluruh Peserta Penuh yang harus hadir
dan disetujui oleh sekurang-kurangnya setengah ditambah satu dari
Peserta Penuh yang hadir;
c. Peserta Penuh yang hadir adalah
individu/aktivis/kader yang dalam kepengurusannya masih sah
sebagai pengurus dan/atau memenuhi syarat sebagai Warga Karang
Taruna diwilayah kelurahannya masing-masing;
d. Pengurus Karang Taruna Kelurahan (PKTL)
dalam masa bakti berjalan sebagai Pimpinan Sidang Sementara
(PSS) memimpin pembahasan: Agenda Acara, Tata Tertib, dan
Pemilihan Pimpinan Sidang Pleno (PSP) MWKT sesuai Tata Tertib dan
menyerahkan palu persidangan kepada PSP MWKT;
e. PSP berjumlah lima (5) yang berasal dari
unsur PKTL 2 (dua) orang serta unsur dari Peserta Penuh lainnya 3
(tiga) orang;
f. PSP berwewenang untuk menutup seluruh
persidangan dan bertanggung-jawab merumuskan hasil-hasil MWKT
lalu diserahkan kepada PKTL yang terpilih;
g. PKTL DEMISIONER atau Lurah menutup
MWKT.
4. Pemilihan Langsung
a. MWKT dapat diselenggarakan dalam format Pemilihan
Umum Langsung oleh seluruh Warga Karang Taruna diwilayah
kelurahan yang bersangkutan yang memiliki identitas resmi, yakni
generasi muda yang berusia 17 tahun atau yang sudah menikah s/d.
45 tahun;
b. Dalam hal MWKT yang diselenggarakan dengan format
Pemilu langsung, maka PKTL yang bersangkutan membentuk Panitia
Pemilihan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya
masa jabatan PKTL yang bersangkutan;
c. Tugas Panitia Pemilihan meliputi:
d. Melakukan pendataan dan penetapan Calon Pemilih;
e. Menyelenggarakan Pendaftaran Calon Ketua PKTL;
f. Menyelenggarakan Agenda Kampanye berupa: Rapat
Umum, Debat Kandidat, dan Publikasi Media Luar Ruang;
g. Menyelenggarakan Pemungutan Suara dengan
menyediakan Tempat Pemungutan Suara minimal di satu lokasi;
h. Menyelenggarakan Penghitungan Suara, Pengumuman
Hasil hingga Pelantikan/Pengukuhan Ketua Terpilih;
i. Ketua Terpilih kemudian bertindak selaku formatur
tunggal guna menyusun kepengurusan dan MPKTL untuk masa bakti
3 (tiga) tahun kedepan;

MUSYAWARAH WARGA KARANG TARUNA LUAR BIASA (MWKTLB)

1. MWKTLB dapat dilaksanakan di antara dua MWKT


(reguler) berdasarkan usulan PTKL dan/atau atas usulan sekurang-
kurangnya dua per tiga komponen organisasi/kelembagaan generasi
muda (kepemudaan), termasuk Unit Tekhnis Karang Taruna yang
bersangkutan;
2. MWKTLB yang diusulkan apabila Ketua PKTL yang
bersangkutan dalam menjalankan roda organisasi telah menyimpang
dari PD/PRT, peraturan organisasi dan Keputusan Karang Taruna lainnya
sehingga dapat merugikan dan membahayakan identitas dan
eksistensi Karang Taruna;
3. MWKTLB memutuskan tugas dan wewenang apa yang
harus dilaksanakan oleh MWKTLB dan keputusan MWKTLB mempunyai
kekuatan hukum yang sama dengan MWKT;
4. Pelaksanaan MWKTLB mengikuti mekanisme yang sama
seperti MWKT.

TEMU KARYA KARANG TARUNA KOTA (TKKTK)

1. Peserta TKKTK ditentukan oleh PKTK yang


mempersiapkan TKKTK tersebut yang terdiri dari unsur-unsur:
a. Peserta Penuh (utusan) yakni: PKTK, PKTP,
dan Para PKTC;
b. Peserta Peninjau yakni: MPKTK, Para PKTL
(jika memungkinkan), Pembina Fungsional dan para Pembina Teknis
tingkat kota;
c. Undangan dari Lembaga/Perorangan
lainnya.
2. Wewenang TKKTK:
a. Menilai Laporan Pertanggungjawaban (LPJ)
PKTK. Sebelum ditetapkan menjadi dokumentasi organisasi dan/atau
sebagai bahan didalam TKKTK itu sendiri, LPJ dimaksud harus
melalui proses penilaian kinerja kepengurusan secara jujur dan
objektif dengan mengacu dari keputusan TKKTK dan/atau peraturan
dan ketentuan lainnya yang mengatur tentang pokok dimaksud,
sehingga keputusan terhadap LPJ bukanlah pada pilihan menerima
atau menolak tetapi merupakan rekomendasi perbaikan kinerja
kepada pengurus periode berikutnya;
b. Menetapkan Kerangka Pokok Program (KPP)
Karang Taruna tingkat kota yang bersangkutan yang mengacu dari
KPP tingkat provinsi dan menjadi dasar bagi pengurus dalam
menyusun program kerja konkrit;
c. Menetapkan Struktur dan Uraian Tugas
(SUT) PKTK masa bakti berikutnya;
d. Memilih Ketua PKTK secara langsung serta
menyusun PKTK dan MPKTK melalui mekanisme formatur, untuk
masa bakti berikutnya;
e. Menetapkan Pokok-pokok Pikiran sebagai
Rekomendasi TKKTK dan rekomendasi TKKTK lainnya baik yang
bersifat internal maupun eksternal, yang harus dilaksanakan oleh
PKTK masa bakti berikutnya;

3. Pelaksanaan TKKTK:
a. TKKTK berlangsung atas panggilan PKTK
dan/atau atas sekurang-kurangnya usulan dua per tiga (2/3) dari
jumlah seluruh PKTC;
b. PKTK dalam masa bakti berjalan membuka
persidangan TKKTK dengan syarat jumlah Peserta Penuh (utusan)
sekurang-kurangnya setengah ditambah satu dari jumlah seluruh
Peserta Penuh (utusan) yang harus hadir (PKTK dan PKTC) dan
disetujui oleh sekurang-kurangnya setengah ditambah satu dari
seluruh Peserta Penuh (utusan) yang hadir;
c. Peserta Penuh (utusan) yang hadir adalah
pengurus yang kepengurusannya masih sah, dan harus membawa
mandat dari organisasinya dan SK Kepengurusan bagi Peserta
Penuh dari PKTC;
d. PKTK dalam masa bakti berjalan sebagai
Pimpinan Sidang Sementara (PSS) memimpin pembahasan: Agenda
Acara, Tata Tertib, dan Pemilihan Pimpinan Sidang Pleno (PSP) TKKTK
sesuai Tata Tertib dan menyerahkan palu persidangan kepada PSP
TKKTK;
e. PSP berjumlah lima (5) yang terdiri dari dua
(2) orang dari unsur PKTK dan tiga (3) orang dari unsur PKTC;
f. PSP berwewenang untuk menutup seluruh
persidangan dan bertanggung jawab merumuskan hasil-hasil TKKTK
lalu diserahkan kepada PKTK yang terpilih;
g. PKTK DEMISIONER atau Pembina Fungsional
menutup TKKTK.

TEMU KARYA KARANG TARUNA KECAMATAN (TKKTC)

1. Peserta. Peserta TKKTC ditentukan oleh PKTC yang


mempersiapkan TKKTC tersebut yang terdiri dari unsur-unsur:
a. Peserta Penuh (utusan) yakni: PKTC, PKTK,
dan para PKTL;
b. Peserta Peninjau yakni: MPKTC, Pembina
Fungsional dan Para Pembina Teknis tingkat kecamatan;
c. Undangan dari Lembaga/Perorangan
lainnya.
2. Wewenang TKKTC:
a. Menilai Laporan Pertanggungjawaban (LPJ)
PKTC. Sebelum ditetapkan menjadi dokumentasi organisasi dan/atau
sebagai bahan didalam TKKTC itu sendiri, LPJ dimaksud harus
melalui proses penilaian kinerja kepengurusan secara jujur dan
obyektif dengan mengacu dari keputusan TKKTC dan/atau peraturan
dan ketentuan lainnya yang mengatur tentang pokok dimaksud,
sehingga keputusan terhadap LPJ bukanlah pada pilihan menerima
atau menolak tetapi merupakan rekomendasi perbaikan kinerja
kepada pengurus periode berikutnya;
b. Menetapkan Kerangka Pokok Program (KPP)
Karang Taruna tingkat kecamatan yang bersangkutan yang
mengacu dari KPP tingkat kota dan menjadi dasar bagi pengurus
dalam menyusun program kerja konkrit;
c. Menetapkan Struktur dan Uraian Tugas
(SUT) PKTC masa bakti berikutnya;
d. Memilih Ketua PKTC secara langsung serta
menyusun PKTC dan MPKTC melalui mekanisme formatur, untuk
masa bakti berikutnya;
e. Menetapkan Pokok-pokok Pikiran sebagai
Rekomendasi TKKTC dan rekomendasi TKKTC lainnya baik yang
bersifat internal maupun eksternal, yang harus dilaksanakan oleh
PKTC masa bakti berikutnya;
3. Pelaksanaan TKKTC:
a. TKKTC berlangsung atas panggilan PKTC
dan/atau atas usulan sekurang-kurangnya dua per tiga (2/3) dari
jumlah seluruh PKTL;
b. PKTC dalam masa bakti berjalan membuka
TKKTC dengan syarat jumlah Peserta Penuh (utusan) sekurang-
kurangnya setengah ditambah satu dari jumlah seluruh Peserta
Penuh (utusan) yang harus hadir (PKTC dan PKTL) dan disetujui oleh
sekurang-kurangnya setengah ditambah satu dari seluruh Peserta
Penuh (utusan) yang hadir;
c. Peserta Penuh (utusan) yang hadir adalah
pengurus yang kepengurusannya masih sah, dan harus membawa
mandat dari organisasinya dan SK Kepengurusan bagi Peserta
Penuh dari PKTL;
d. PKTC dalam masa bakti berjalan sebagai
Pimpinan Sidang Sementara (PSS) memimpin pembahasan: Agenda
Acara, Tata Tertib, dan Pemilihan Pimpinan Sidang Pleno (PSP) TKKTC
sesuai Tata Tertib dan menyerahkan palu persidangan kepada PSP
TKKTC;
e. PSP berjumlah lima (5) yang terdiri dari dua
(2) orang dari unsur PKTC dan tiga (3) orang dari unsur PKTL;
f. PSP berwewenang untuk menutup seluruh
persidangan dan bertanggung jawab untuk merumuskan hasil-hasil
TKKTC lalu diserahkan kepada PKTC yang terpilih;
g. PKTC DEMISIONER atau Camat menutup
TKKTC.

TEMU KARYA LUAR BIASA (TKLB)

1. TKLB dapat dilaksanakan di antara dua Temu Karya


(reguler) pada seluruh tingkatan organisasi berdasarkan usulan
pengurus pada tingkatan yang bersangkutan dan/atau atas usulan
sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga) pengurus satu tingkat di
bawahnya;
2. TKLB memiliki tugas dan wewenang yang tunggal yakni
untuk kepentingan mengganti Ketua karena sebab tertentu;
3. TKLB memutuskan tugas dan wewenang yang
mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan Temu Karya;
4. Pelaksanaan TKLB mengikuti mekanisme yang sama
seperti Temu Karya.

DASAR PELAKSANAAN TKLB

1. Untuk TKLB dengan agenda penggantian Ketua dalam


masa bakti berjalan, dapat dilaksanakan karena alasan sebagai berikut:
a. Ketua meninggal dunia;
b. Ketua mengundurkan diri dengan sukarela;
c. Ketua sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun sama sekali
tidak aktif melakukan tugas dan kewajibannya sebagai Ketua;
d. Ketua dianggap melanggar PD/PRT setelah melalui
penilaian obyektif dalam forum serendah-rendahnya setingkat RPP,
dengan kriteria pelanggaran sebagai berikut:
1) Mencemarkan nama baik organisasi, dengan
bukti konkrit dan valid baik berupa material maupun saksi;
2) Merubah filosofi, prinsip dasar, watak dan
kode etik organisasi;
3) Membuat keputusan strategis bagi
organisasi tanpa melalui mekanisme pengambilan keputusan
dan/atau tanpa menyampaikan pertanggung-jawaban dalam
forum pengambilan keputusan yang setara dan proporsional;
4) Melakukan kerjasama dengan pihak ketiga
tanpa persetujuan dan/atau tanpa menyampaikan
pertanggungjawaban dalam forum pengambilan keputusan yang
setara dan proporsional.
e. Ketua sudah mendapatkan hukuman pidana tetap
(inkrah) sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun dari pengadilan atas
kasus yang menimpa dirinya baik internal maupun eksternal
organisasi.

PROSEDUR PELAKSANAAN TKLB

Untuk TKLB dengan agenda pergantian Ketua, dapat dilaksanakan dengan


prosedur sebagai berikut:
a. Usulan pergantian Ketua yang datang dari pengurus
yang bersangkutan harus disampaikan secara tertulis kepada
pengurus satu tingkat dibawahnya untuk mendapatkan persetujuan
sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga) dari pengurus satu tingkat
dibawahnya tersebut;
b. Setelah minimal 2/3 (dua per tiga) pengurus satu tingkat
dibawahnya menyetujui pergantian Ketua dalam masa bakti berjalan,
maka pengurus yang bersangkutan mempersiapkan rencana
pelaksanaan TKLB dimaksud, dengan undangan/pemanggilan peserta
yang ditandatangani oleh salah satu unsur Wakil Ketua dan Sekretaris;
c. Sedangkan jika usulan pergantian datang dari pengurus
satu tingkat dibawahnya, maka harus disampaikan dalam bentuk
tertulis dan/atau mosi tidak percaya (untuk kasus pelanggaran
organisasi/hukum) yang disampaikan kepada pengurus yang
bersangkutan dengan tembusan kepada Pembina Umum dan Pembina
Fungsional;
d. Pengurus yang bersangkutan yang menerima usulan
pergantian secara tertulis dan/atau mosi tidak percaya tersebut,
kemudian mempelajari dan mengkonsultasikannya kepada pengurus
satu tingkat diatasnya, MPKT yang bersangkutan dan unsur pembina
untuk menindaklanjuti dan mengambil langkah yang diperlukan
sampai disusunnya rencana pelaksanaan TKLB dimaksud.
FORMATUR

1. Formatur adalah mekanisme yang digunakan untuk


menyusun kepengurusan dan Majelis Pertimbangan Karang Taruna
disetiap tingkatan, dalam frum Temu Karya dan MWKT.
2. Mandat dari TK dan MWKT dalam penyusunan
kepengurusan dan MPKT untuk masa bakti berikutnya pada prinsipnya
diberikan kepada Ketua Terpilih (formatur tunggal), namun dalam
kapasitas sebagai organisasi sosial Karang Taruna meniscayakan
pembentukan formatur dalam sebuah tim untuk membantu Ketua
Terpilih sekaligus mewujudkan cerminan perwakilan (representatif)
kepengurusan dalam Karang Taruna yang bersifat collective colegial
dengan dasar nilai kesetiakawanan sosial dan semangat musyawarah
Karang Taruna;
3. Keanggotaan formatur tidak dapat digantikan, dan
setiap anggota formatur mempunyai tanggung jawab moral dan
organisasional dalam penyusunan dan penempatan kepengurusan dan
MPKT;
4. Keputusan (hasil) Sidang Formatur adalah bersifat
mutlak karena mendapatkan mandat/kewenangan penuh dari frum
pengambilan keputusan tertinggi organisasi;
5. Waktu formatur bersidang adalah sesuai dengan
kesepakatan yang diambil oleh frum TK dan MWKT, sehingga apabila
melebihi batas waktu yang ditentukan maka harus tetap melaporkan
hasilnya yang apabila belum sempurna maka akan kembali menjadi
kewenangan frum TK dan MWKT untuk memutuskannya.
6. Pelanggaran mekanisme kerja formatur akan
menggugurkan keanggotaan formatur dan hasil kerjanya, sehingga
akan menjadi tugas dan tanggungjawab Ketua Terpilih sebagai
formatur tunggal.
7. Formatur MWKT dan TKKT sekurang-kurangnya
sebanyak 5 (lima) orang dan sebanyak-banyaknya 9 (Sembilan) orang
yang terdiri dari :
a. Ketua Terpilih;
b. Ketua Pengurus Karang Taruna Demisioner;
c. 1 Orang Unsur Pengurus Karang Taruna setingkat
diatasnya yang mendapatkan mandat:
d. 2-6 Orang unsur peserta yang disetujui dan ditetapkan
oleh peserta;
8. Komposisi Formatur terdiri dari seorang Ketua
Merangkap Anggota, Seorang Sekretaris Merangkap Anggota dan
Anggota-Anggota.
9. Ketua Formatur untuk MWKT dan TKKT secara ex-officio
adalah Ketua Terpilih.
JADWAL ACARA

Dalam pelaksanaan MWKT/TKKT, sekurang-kurangya memiliki jadwal acara


sebagai berikut :
1. Heregistrasi / Daftar Ulang Peserta
2. Pembukaan :
a. Pembacaan Ayat Suci Al-Quran
b. Menyanyikan Lagu Indonesia Raya
c. Mengheningkan Cipta
d. Menyanyikan Mars Karang Taruna
e. Pembacaan Dasa Sakti Karang Taruna
f. Laporan Ketua Panitia
g. Sambutan Ketua Karang Taruna
h. Pengarahan Pembina umum sekaligus
membuka Acara MWKT/TKKT secara resmi.
3. Sidang Pleno I
a. Penetapan Peserta / Peninjau
b. Pengesahan Jadwal Acara dan Tata Tertib
c. Pemilihan Pimpinan Sidang Pleno.
4. Sidang Pleno II
a. Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban Karang Taruna
b. Pengesahan Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban.
c. Penyataan Demisioner Pengurus Karang Taruna
5. Sidang Pleno III
a. Pembentukan komisi komisi
b. Sidang-sidang komisi
c. Laporan / Pengesahan hasil rapat komisi
6. Sidang Pleno IV
a. Pendaftaran dan pengesahan bakal calon
b. Penetapan calon ketua
c. Penyampaian Visi Misi Calon Ketua
d. Pemilihan Calon Ketua dan ;
e. Pengesahan Ketua Terpilih
7. Sidang Pleno V
a. Pembentukan formatur
b. Pengesahan formatur
c. Sidang Pleno V Ditunda Menunggu Hasil Sidang Formatur
Selanjutnya Sidang Pleno V Ditutup Sementara (Maksimal 30 hari)
8. Lanjutan Sidang Pleno V
a. Penyampaian Hasil Sidang Formatur oleh
Ketua Tim Formatur
b. Penyerahan Hasil Sidang formatur kepada
Pimpinan Sidang Pleno
c. Pengesahan Hasil Sidang Formatur oleh
Pimpinan Sidang Formatur
d. Penutupan siding Pleno V
MATERI PERMUSYAWARATAN DAN RAPAT-RAPAT

1. Materi MWKT dan TKKT disiapkan melalui Rapat


Pimpinan Karang Taruna di masing-masing tingkatan.
2. Sidang-sidang dan Rapat MWKT dan TKKT terdiri :
a.Sidang Pleno
b. Sidang Komisi
c.Sidang Komisi Khusus dan atau Sub Komisi bila
dianggap perlu.
3. Materi Persidangan terdiri dari :
a.Pokok-pokok Program Kerja Karang Taruna
b. Rekomendasi
c.Tata Tertib Pemilihan
d. Hal lain yang dipandang perlu
4. Tugas dan Wewenang Sidang Pleno :
a.Mendengarkan pengarahan dan ceramah sesuai
dengan ketentuan MWKT dan TKKT;
b. Mendengar dan memberikan penilaian atas
Laporan Pertanggung Jawaban Pengurus Karang Taruna;
c.Mengesahkan Laporan Pertanggung Jawaban
Pengurus Karang Taruna;
d. Menetapkan Pokok-Pokok Program Kerja
Karang Taruna yang berpedoman kepada Pokok-Pokok Program
Kerja Nasional dan Organisasi Karang Taruna;
e.Membentuk Komisi-Komisi menurut kebutuhan;
f. Mendengarkan Laporan Komisi untuk
mendapatkan penilaian dan pengesahan Sidang Pleno;
g. Memilih dan Mengesahkan Ketua Pengurus
Karang Taruna;
h. Memilih Formatur;
i. Mengesahkan Pengurus Karang Taruna serta
Majelis Permusyawaratan Karaang Taruna (MPKT) untuk Masa Bakti
berikutnya.
5. Tugas dan Wewenang Sidang Komisi :
a.Melakukan Musyawarah dan mengambil keputusan
mengenai hal-hal yang menjadi lingkup tugasnya;
b. Melaporkan hasil-hasil Sidang Komisi kepada
Sidang Pleno MWKT dan TKKT setelah ditanda tangani oleh Ketua
dan Sekretaris Sidang Komisi yang bersangkutan.
6. Sidang-Sidang MWKT dan TKKT dipandu oleh Pengurus
Karang Taruna dan Pimpinan Sidang terpilih.
7. Pimpinan Sidang MWKT dan TKKT dipilih dari dan oleh
utusan MWKT dan TKKT dan komposisinya diatur sebagai berikut :
a.Pimpinan Sidang Pleno terdiri dari Seorang Ketua,
seorang Sekretaris dan 3 (Dua) Orang Anggota;
b. Pimpinan Sidang Komisi terdiri dari seorang
Ketua, seorang Sekretaris dan Anggota-Anggota.
8. Pimpinan Sidang merangkum seluruh pembicaraan,
mendudukkan persoalan, meluruskan pembicaraan serta berusaha
mempertemukan pendapat sesuai acara persidangan.
HAK PESERTA DAN PENINJAU

1. Peserta Berhak :
a. Mendapatkan satu hak suara yang dapat dipergunakan
dalam pengambilan keputusan dengan format Satu Utusan/Delegasi
Satu Suara atau One Delegation One Vote.;
b. Mengajukan pertanyaan, usul, saran dan atau pendapat
baik lisan maupun tertulis;
c. Mendapatkan kesempatan dan kebebasan yang sama
untuk mengeluarkan Pendapat/Kritik yang bersifat membangun;
d. Dipilih dan Memilih.
2. Peninjau Berhak :
a. Mengajukan pertanyaan, usul dan atau pendapat baik
lisan maupun tertulis atas seijin Pimpinan Sidang;
b. Mendapatkan kesempatan dan kebebasan yang sama
untuk mengeluarkan Pendapat/Kritik yang bersifat membangun.
3. Setiap Peserta dan Peninjau berhak untuk menjadi
anggota salah satu Komisi MWKT dan TKKT.
4. Jumlah anggota masing-masing komisi disusun secara
proporsional.
5. Penggunaan hak bicara dan hak suara dalam
Musyawarah dan Rapat-Rapat diatur dalam Tata Tertib Musyawarah
dan Rapat-Rapat.

QUORUM DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

1. MWKT/MWKTLB/TKKT/TKKTLB dinyatakan sah apabila


dihadiri sekurang-kurangnya (Setengah) ditambah 1 (Satu) jumlah
utusan peserta;
2. Apabila ketentuan dalam ayat 1 ini tidak dapat dipenuhi,
maka semua jenjang dan semua permusyawaratan dapat ditunda
selama 2 x 60 menit, dan jika dalam tenggang waktu tersebut Quorum
belum dapat terpenuhi, maka atas persetujuan peserta sidang
selanjutnya dinyatakan sah;
3. Permusyawaratan dan rapat-rapat dinyatakan syah
apabila dihadiri sekurang-kurangnya (Setengah) ditambah 1 (Satu)
jumlah peserta;
4. Apabila ketentuan sebagaimana diatur dalam ayat 1
(Satu) tidak dapat dipenuhi, maka semua jenjang permusyawaratan di
atas dapat di tunda selama 2 x 60 menit, dan jika dalam tenggang
waktu tersebut belum terpenuhi maka atas persetujuan peserta yang
hadir sidang selanjutnya dinyatakan syah;
5. Pengambilan keputusan dalam Musyawarah dan Rapat-
Rapat Karang Taruna adalah sebagai berikut :
a. Pengambilan keputusan pada dasarnya dilakukan secara
musyawarah untuk mencapai mufakat;
b. Proses pengambilan suara dilakukan oleh peserta
dengan menyatakan sikap setuju atau menolak atau abstain yang
dilaksanakan secara lisan atau tertulis atau mengacungkan tangan.
c. Apabila yang diinginkan pada ayat (1) Pasal ini tidak
dimungkinkan, maka pengambilan keputusan dilakukan dengan
pemungutan suara terbanyak oleh peserta dalam suasana dan
semangat kebersamaan untuk menunjang kebersamaan warga
Karang Taruna.
6. Pengambilan keputusan berdasarkan suara terbanyak
dinyatakan sah, apabila disetujui oleh lebih dari setengah jumlah
peserta yang hadir.
7. Apabila keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak
dan hasilnya sama maka dilakukan pemungutan suara ulang.

TATA CARA PEMILIHAN KETUA DAN PENGURUS

1. Pemilihan Ketua Karang Taruna dan pembentukan


Pengurus Karang Taruna dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut
:
a.Pencalonan Ketua;
b. Pemilihan Ketua;
c.Pemilihan Anggota Formatur;
d. Pembentukan Pengurus.
2. Calon Ketua di pilih oleh peserta dari Bakal Calon yang
sudah ditetapkan oleh Sterring Commite (SC).
3. Persyaratan Calon Ketua adalah :
a.bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
c.memiliki pengalaman dan aktif dalam kegiatan
Karang Taruna;
d. memiliki pengetahuan dan keterampilan
berorganisasi, kemauan, kemampuan, dan pengabdian dalam
penyelenggaraan kesejahteraan sosial; dan
e.berumur 17 (tujuh belas) tahun sampai dengan 45
(empat puluh lima) tahun.
f. Tidak melebihi 2 (Dua) Periode sebagai Ketua;
g. Mendapatkan Rekomendasi dari Pengurus
Karang Taruna di tingkatan masing-masing;
h. Berprestasi, Berdedikasi, Loyal terhadap
Organisasi/Negara, tak tercela dan bebas Narkoba serta bersedia
bertanggung Jawab untuk melaksanakan Amanat Organisasi
hingga akhir masa jabatan.
4. Persyaratan Pengurus Karang Taruna :
a.bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
c.memiliki pengalaman dan aktif dalam kegiatan Karang
Taruna;
d. memiliki pengetahuan dan keterampilan
berorganisasi, kemauan, kemampuan, dan pengabdian dalam
penyelenggaraan kesejahteraan sosial; dan
e.berumur 17 (tujuh belas) tahun sampai dengan 45
(empat puluh lima) tahun.
5. Pemilihan Ketua dan Pengurus dilaksanakan dengan
tahapan sebagai berikut :
a.Calon-calon Ketua mendaftarkan diri dan ditetapkan
oleh Peserta;
b. Apabila hanya satu calon yang memenuhi
persyaratan sesuai dengan ketentuan ayat 3 diatas, maka
selanjutnya ditetapkan sebagai Ketua terpilih;
c.Apabila terdapat lebih dari satu calon, maka pemilihan
dilanjutkan ke tahap berikutnya, dan calon yang mendapat suara
terbanyak langsung ditetapkan sebagai Ketua terpilih;
d. Ketua dipilih dari Calon Ketua yang telah
memenuhi persyaratan dan disahkan oleh peserta di dalam Sidang
Pleno;
e.Pengurus Karang Taruna dipilih oleh Formatur.
6. Nama-nama Calon Pengurus yang direkomendasikan
wajib melampirkan Daftar Riwayat Hidup.
7. Rekomendasi Calon Pengurus selambat-lambatnya
disampaikan pada saat pendaftaran peserta MWKT dan TKKT.

PELANTIKAN PENGURUS

Pelantikan Pengurus Karang Taruna dilaksanakan setelah berakhirnya


penyelenggaraan MWKT / TKKT yang dilaksanakan oleh Panitia Pelantikan
yang dibentuk oleh pengurus terpilih dan disyahkan oleh Pembina Umum
sesuai dengan tingkatannya.

ORIENTASI PENGURUS

Setelah Pengurus Daerah Karang Taruna Provinsi, Kota dan Kecamatan


terpilih dan dilantik, dilanjutkan dengan Orientasi Pengurus.

KETENTUAN PENUTUP

1. Hal-hal yang belum diatur dalam Petunjuk Pelaksanaan


ini akaan diatur kemudian oleh Pengurus Kota Karang Taruna.
2. Petunjuk Pelaksanaan ini berlaku sejak tanggal
ditetapkan.

Ditetapkan di: Bandung


Pada Tanggal : 15 November
2015
RAPAT KERJA KOTA (RAKERKOT)
KARANG TARUNA KOTA BANDUNG
TAHUN 2015

PIMPINAN SIDANG PLENO

( DICKI DIRMANIA ) ( ASEP RACHMAT ) ( YOHANSYAH )


KETUA ANGGOTA ANGGOTA

Anda mungkin juga menyukai