Latar Belakang Bimbingan Dan Konseling
Latar Belakang Bimbingan Dan Konseling
Latar Belakang Bimbingan Dan Konseling
DAN KONSELING
A. Latar Belakang Psikologis
Latar belakang prikologis dalam BK memberikan pemahaman
tentang tingkah laku individu yang menajadi sasaran (klien). Hal ini sangat
penting karena bidang garapan bimbingan dan konseling adalah tingkah
laku klien, yaitu tingkah laku yang perlu diubah atau dikembangkan untuk
mengatasi masalah yang dihadapi.
Untuk keperluan bimbingan dan konseling sejumlah daerah kajian
dalam bidang psikologi perlu dikuasai, yaitu tentang:
1. Motif dan motivasi
Motivasi mengandung tiga komponen pokok, yaitu menggerakan,
mengarahkan, dan menopang tingkah laku manusia.
a) Menggerakan berarti menimbulkan kekuatan pada individu,
memimpin seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu.
Misalnya kekuatan dalam hal ingatan, respon-respon efektif, dan
kecenderungan mendapat kan kesenangan.
b) Mengarahkan atau menyalurkan tingkah laku. Dengan demikian ia
menyediakan suatu orientasi tujuan. Tingkah laku individu
diarahkan terhadap sesuatu.
c) Untuk menjaga atau menopang tingkah laku, lingkungan sekitar
harus menguatkan intensitas dan arah dorongan dorongan dan
kekuatan kekuatan individu.
2. Pembawaan dasar dan lingkungan
Pembawaan adalah suatu konsep yang dipercayai/dikemukakan
oleh orang-orang yang mempercayai adanya potensi dasar manusia
yang akan berkembang sendiri atau berkembang dengan berinteraksi
dengan lingkungan. Ada pula istilah lain yang biasa diidentikkan
dengan pembawaan, yakni istilah keturunan dan bakat. Sebenarnya
ketiga istilah tersebut tidaklah persis sama pengertiannya.
Pembawaan ialah seluruh kemungkinan atau kesanggupan (potensi)
yang terdapat pada suatu individu dan yang selama masa
perkembangan benar-benar dapat diwujudkan (direalisasikan).
Pembawaan tersebut berupa sifat, ciri, dan kesanggupan yang
biasa bersifat fisik atau bisa juga yang bersifat psikis (kejiwaan).
Warna rambut, bentuk mata, dan kemampuan berjalan adalah contoh
sifat, ciri, dan kesanggupan yang bersifat fisik. Sedangkan sifat malas,
lekas marah, dan kemampuan memahami sesuatu dengan cepat
adalah sifat-sifat psikis yang mungkin berasal dari pembawaan.
Pembawaan yang bermacam-macam itu tidak berdiri sendiri-sendiri,
yang satu terlepas dari yang lain. Seluruh pembawaan yang terdapat
dalam diri seseorang merupakan keseluruhan yang erat hubungannya
satu sama lain; yang satu menentukan, mempengaruhi, menguatkan
atau melemahkan yang lain. Manusia tidak dilahirkan dengan
membawa sifat-sifat pembawaan yang masing-masing berdiri sendiri-
sendiri, tetapi merupakan struktur pembawaan. Struktur pembawaan
itu menentukan apakah yang mungkin terjadi pada seseorang.
lingkungan adalah segala sesuatu yang mempengaruhi
perkembangan diri manusia, yakni orang-orang lain (individu atau
masyarakat), binatang, alam, kebudayaan, agama, adat- istiadat,
iklim.
Seorang ahli psikolog Amerika, membagi lingkungan menjadi 3
bagian sebagai berikut:
a. Lingkungan alam atau luar (eksternal or physical environment),
ialah segala sesuatu yang ada dalam dunia ini, selain manusia.
b. Lingkungan dalam (internal environment), ialah segala sesuatu
yang telah masuk ke dalam diri kita, yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan fisik kita, misalnya makanan yang telah diserap
pembuluh-pembuluh darah dalam tubuh.
c. Lingkungan sosial, ialah semua orang atau manusia lain yang
mempengaruhi kita.
3. Perkembangan individu
Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan yang dialami
individu menuju kedewasaan baik fisik maupun psikis dan berlangsung
secara terus menerus selama siklus kehidupan.
4. Belajar, balikan dan penguatan
Berdasarkan teori belajar yang dikemukakan Thorndike dengan
teorinya Law of effect dalam hal ini siswa akan lebih bersemangat
belajar apabila mengetahui dan mendapat hasil yang baik. Hasil yang
baik akan menjadikan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh
baik pada usaha belajar selanjutnya. Sedangkan dorongan belajar itu
menurut Skinner tidak dengan penguatan yang menyenangkan, tetapi
juga yang tidak menyenangkan. Siswa yang belajar sungguh-sungguh
dan mendapatkan nilai yang baik dalam ulangan, nilai yang baik itu
mendorong siswa untuk belajar lebih giat lagi (penguatan positif).
Sebaliknya, siswa yang mendapatkan nilai yang jelek pada waktu
ulangan akan merasa takut tidak naik kelas, sehingga mendorongnya
untuk belajar lebih giat lagi. Nilai yang jelek dan takut tidak naik kelas
bias juga mendorong siswa untuk belajar lebih giat lagi (penguatan
negatif).
5. Kepribadian[1]
Kepribadian menurut Allport yaitu kepribadian adalah suatu
organisasi yang dinamis dari sistem psikofisik individu yang
menentukan tingkah laku dan pikiran individu secara khas.[2]
[1] Prayitno. Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling (Jakarta: Rineka Cipta,
2004), Hal. 170
[2] http://trescent.wordpress.com/category/psikologi-kepribadian/
[3] Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan
Konseling (Jakarta : Rineka Cipta, 2006) h. 32
[4] Gerlald Corey.Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi (Terj.
E. Koswara), Bandung : Refika, 2003 h. 135
[5]www.landasanBK.htm
[7] Sofwan, S Willis Prof Dr. Konseling Individu Teori dan Praktek,
2007, hal 38
[8]W.S, Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, (Jakarta : PT
Grasindo,1991) h.112
Sejarah bimbingan dan konseling di Amerika dan
Indonesia
1. Sejarah bimbingan konseling di Amerika
Bimbingan dan konseling secara formal dibicarakan oleh para ahli baru
pada tahun 1960. Tetapi di Yogyakarta pada tahun 1958, Drs.Tohari musnamar,
dosen ikip Yogyakarta telah mempelopori pelaksanaan BK di sekolah untuk
pertama kali di SMA Teladan Yogyakarta. Sedang pada tahun 1960 di adakan
konferensi FKIP seluruh Indonesia di Malang, memutuskan bahwa bimbingan dan
konseling dimasukan dalam FKIP. Dan pada tahun 1961 mulai diadakan layanan
bimbingan dan konseling diseluruh SMA Teladan di Indonesia, sejak itu lah BK di
Indonesia dimulai.
Pada kurikulum 1975 untuk sekolah umum, dan kurikulum 1976 untuk
sekolah kejuruan dicantumkan secara tegas bahwa layanan bimbingan dan
konseling harus dilaksanakan pada tiap-tiap sekolah. Perkembangan mengenai
bimbingan dan konseling disekolah di Indonesia sangat dirasakan perlu dan
pentingnya ada pembimbing khusus (profesional) yang mengenai bimbingan dan
konseling di sekolah.
Pada periode ini diberlakukan kurikulum 1975 untuk sekolah dasar sampai
sekolah menengah tingkat atas dengan mengintregasikan layanan BP untuk
siswa. Pada tahun ini terbentuk organisasi profesi BP dengan nama IPBI (Ikatan
Petugas Bimbingan Indonesia). Pada periode ketiga ini ditandai dengan
berlakunya kurikulum 1984 yang difokuskan pada bimbingan karir. Pada periode
ini muncul beberapa masalah seperti: berkembangnya pemahaman yang keliru
yaitu mengidentikan bimbingan karir (BK) dengan BP sehingga muncul istilah
BP/BK, kerancuan dalam mengimplementasikan SK Menpa no 26 tahun 1989
terhadap penyelenggaraan bimbingan di sekolah yang menyatakan bahwa
semua guru dapat diserahi tugas melaksanakan pelayanan BP yang
mengakibatkan pelayanan BP menjadi kabur baik pemahaman maupun
mengimplementasikannya.
3) Konsolidasi (1990-2000)
Pada periode ini IPBI berusaha keras untuk mengubah kebijakan bahwa
pelayanan BP itu dapat dilaksanakan oleh semua guru yang ditandai dengan :
1)diubahnya secara resmi kata penyuluhan menjadi konseling istilah yang
dipakai sekarang adalah bimbingan dan konseling BK 2)pelayanan BK
disekolah hanya dilaksanakan oleh guru pembimbing yang secra khusus ditugasi
untuk itu 3)mulai diselenggarakan penataran (nasional dan daerah) untuk guru-
guru pembimbing 4)mulai adanya formasi untuk mengangkat menjadi guru
pembimbing 5)pola pelayanan BK disekolah dikemas BK Pola 17 6)dalam
bidang pengawasan sekolah dibentuk bidang pengawasan BK
7)dikembangkannya sejumlah panduan pelayanan BK disekolah yang lebih
operasional oleh IPBI
4) Lepas Landas