Laporan Karbohidrat
Laporan Karbohidrat
Laporan Karbohidrat
NIM 165100200111009
Kelas B
Kelompo B2
k
BAB III
ANALISIS KUALITATIF KARBOHIDRAT
TUJUAN :
Mengetahui prinsip dasar uji kualitatif karbohidrat
Mengetahui perbedaan prinsip dari masing-masing metode
A. Pre-lab
1. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis karbohidrat dan beri contoh masing-masing 3 ?
a. Zat Gula, merupakan jenis karbohidrat sederhana. Karbohidrat jenis ini mudah dicerna
dan mudah diserap tubuh. Tinggi-rendahnya kandungan zat gula dalam makanan dapat
diketahui dari rasa manisnya. Dapat ditemui di dalam jagung manis (Apriadji, 2007).
b. Selulosa, merupakan jenis karbohidrat berbentuk serat yang tidak dapat dicerna. Banyak
terdapat di dalam beragam sayur-sayuran (bayam, kangkung, kacang panjang, wortel),
kulit buah-buahan (jambu biji, apel, pir, anggur), kacang-kacangan (kacang hijau, kacang
merah, kedelai), serta dalam kulit ari serealia serta biji-bijian seperti wijen (Apriadji, 2007).
c. Zat Pati, termasuk jenis karbohidrat kompleks. Karbohidrat jenis ini memerlukan proses
penguraian lebih rumit sebelum dapat diserap tubuh. Zat pati pada umumnya banyak
tersimpan di berbagai makanan pokok seperti serealia (beras, gandum, jagung, sorgum),
umbi-umbian (ubi kayu, ubi jalar, talas, gembili) dan sagu (Apriadji, 2007).
2. Sebutkan dan jelaskan metode-metode yang digunakan untuk uji kualitatif
karbohidrat !
a. Uji Molisch
Adalah uji untuk membuktikan adanya karbohidrat. Uji ini efektif untuk berbagai senyawa
yang dapat di dehidrasi menjadi furfural atau substitusi furfural oleh asam sulfat pekat.
Senyawa furfural akan membentuk kompleks dengan -naftol yang dikandung pereaksi
Molisch dengan memberikan warna ungu pada larutan (Harry, 2007).
b. Uji Benedict
Adalah uji untuk membuktikan adanya gula pereduksi. Gula pereduksi adalah gula yang
mengalami reaksi hidrolisis dan bisa diurai menjadi sedikitnya dua buah monosakarida.
Karateristiknya tidak bisa larut atau bereaksi secara langsung dengan Benedict,
contohnya semua golongan monosakarida, sedangkan gula non pereduksi struktur
gulanya berbentuk siklik yang berarti bahwa hemiasetal dan hemiketalnya tidak berada
dalam kesetimbangannya, contohnya fruktosa dan sukrosa. Dengan prinsip berdasarkan
reduksi Cu2+ menjadi Cu+ yang mengendap sebagai Cu2O berwarna merah bata. Untuk
menghindari pengendapan cuco3 pada larutan natrium karbonat (reagen Benedict), maka
ditambahkan asam sitrat. Larutan tembaga alkalis dapat direduksi oleh karbohidrat yang
mempunyai gugus aldehid atau monoketon bebas, sehingga sukrosa yang tidak
mengandung aldehid atau keton bebas tidak dapat mereduksi larutan Benedict (Harry,
2007).
c. Uji Barfoed
Nama Arfandi Hermawan
NIM 165100200111009
Kelas B
Kelompo B2
k
Adalah uji untuk membedakan monosakarida dan disakarida dengan mengontrol kondisi
pH serta waktu pemanasan. Prinsipnya berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi Cu+. Reagen
Barfoed mengandung senyawa tembaga asetat (Harry, 2007).
d. Uji Seliwanoff
Prinsipnya berdasarkan konversi fruktosa menjadi asam levulinat dan hidroksimetil furfural
oleh asam hidroklorida panas dan terjadi kondensasi hidroksimetilfurfural dengan
resorsinol yang menghasilkan senyawa berwarna merah, reaksi ini spesifik untuk ketosa.
Sukrosa yang mudah dihidrolisis menjadi glukosa dan fruktosa akan memberikan reaksi
positif dengan uji seliwanoff yang akan memberikan warna jingga pada larutan (Harry,
2007)
e. Uji Hidrolisis Pati
Pati dan iodium membentuk ikatan kompleks berwarna biru. Pati dalam suasana asam
bila dipanaskan dapat terhidrolisis menjadi senyawa yang lebih sederhana, hasilnya diuji
dengan iodium yang akan memberikan warna biru sampai tidak berwarna dan hasil akhir
ditegaskan dengan uji Benedict (Harry, 2007).
3. Bagaimana prinsip analisis karbohidrat menggunakan uji yodium?
Uji yodium dilakukan dengan tujuan untuk melihat adanya polisakarida (amilum,
glikogen ,dan dekstrin). Penambahan yodium bertujuan untuk memberi warna khas pada
sampel. Reaksi positif yang terjadi pada sampel adalah perubahan warna menjadi biru.
Warna biru menunjukkan adanya amilum (pati) dalam sampel. Reaksi yang terjadi sebagai
berikut
3 I2 + 6 NaOH 5 NaI + NaIO3 + 3 H2O
(Hutagalung, 2007).
Pada percobaan ini hanya amilum yang mengalami perubahan warna menjadi biru,
yang berarti mengandung polisakarida. Amilum mengandung molekul pati berbentuk spiral
dan mengikat larutan yodium membentuk kompleks berwarna biru. Pati dalam suasana
asam bila dipanaskan dapat terhidrolisis menjadi senyawa yang lebih sederhana. Hasil
pemecahan pati jika diuji dengan iodium akan memberikan warna biru, coklat, kuning
sampai tidak berwarna (Hutagalung, 2007).
4. Jelaskan mekanisme dari uji Barfoed dan sampel apa saja yang bereaksi terhadap
reagen Barfoed !
Pada uji barfoed, mekanisme terbentuknya endapan adalah sebagai berikut.
Pereaksi larutan barfoed yang mengandung kupri asetat akan bereaksi dengan gugus
aldehid atau gugus keton pada karbohidrat dalam sampel. Gugus karbonil bebas pada
karbohidrat tersebut akan mereduksi ion Cu2+ dari kupri asetat menjadi Cu+. Kemudian
akan dihasilkan endapan merah. Jadi yang dapat bereaksi positif adalah sampel yang
memiliki gula pereduksi seperti monosakarida dan beberapa disakarida seperti laktosa dan
maltosa. Uji positifnya terbentuk warna kuning, hijau, atau merah (James dkk, 2008)
5. Jelaskan prinsip dari uji Benedict !
aldehid atau gugus keton pada karbohidrat dalam sampel. Gugus karbonil bebas pada
karbohidrat tersebut akan mereduksi ion Cu2+ dari kupri asetat menjadi Cu+. Kemudian
akan dihasilkan endapan merah. Jadi yang dapat bereaksi positif adalah sampel yang
memiliki gula pereduksi seperti monosakarida dan beberapa disakarida seperti laktosa dan
maltosa. Uji positifnya terbentuk warna kuning, hijau, atau merah (James dkk, 2008).
6. Bagaimana mekanisme dari uji Molisch dan berikan contoh reaksinya !
B. Tinjauan Bahan
Nama Arfandi Hermawan
NIM 165100200111009
Kelas B
Kelompo B2
k
a. Reagen Molisch
Molisch yang (dinamai ahli botani Austria Hans Molisch) adalah reagen kimia
sensitif untuk mendeteksi karbohidrat, berdasarkan dehidrasi karbohidrat oleh asam
sulfat atau asam klorida untuk menghasilkan aldehida, yang mengembun dengan dua
molekul fenol (biasanya - naftol, meskipun fenol lain (misalnya resorsinol, timol) juga
memberikan produk berwarna), menghasilkan senyawa-merah atau ungu
berwarna.Larutan uji dikombinasikan dengan sejumlah kecil Molisch yang reagen (-
naftol dilarutkan dalam etanol) dalam tabung reaksi. Setelah pencampuran, sejumlah
kecil asam sulfat pekat ditambahkan secara perlahan menuruni sisi miring tabung, tanpa
pencampuran, untuk membentuk lapisan. Reaksi positif ditunjukkan dengan munculnya
cincin ungu pada antarmuka antara asam dan uji lapisan.Semua karbohidrat -
monosakarida, disakarida, dan polisakarida - harus memberikan reaksi positif, dan asam
nukleat dan glikoprotein juga memberikan reaksi positif, karena semua senyawa ini
akhirnya dihidrolisis menjadi monosakarida oleh asam mineral kuat. Pentosa kemudian
dehidrasi untuk furfural, sementara heksosa mengalami dehidrasi sampai 5-
hydroxymethylfurfural (Harisha, 2006).
b. H2SO4
Asam sulfat, H2SO4, merupakan asam mineral (anorganik) yang kuat. Zat ini
larut dalam air pada semua perbandingan. Asam sulfat mempunyai banyak kegunaan
dan merupakan salah satu produk utama industri kimia. Massa molar 98, 08 g/mol.
Cairan bening tak berwarna dan tak berbau. Derajat keasamannya memiliki pH 3.
Kegunaan utamanya termasuk pemrosesan bijih mineral, sintesis kimia, pemrosesan air
limbah dan pengilangan minyak (Agamanolis, 2006).
c. Larutan Yodium
Yodium (bahasa Yunani: Iodes - ungu), adalah unsur kimia pada tabel periodik
yang memiliki simbol I dan nomor atom 53. Unsur ini diperlukan oleh hampir semua
mahkluk hidup. Yodium adalah halogen yang reaktivitasnya paling rendah dan paling
bersifat elektropositif. Sebagai catatan, seharusnya astatin lebih rendah reaktivitasnya
dan lebih elektropositif dari pada yodium, tapi kelangkaan astatin membuat sulit untuk
mengkonfirmasikan hal ini. Yodium terutama digunakan dalam medis, fotografi, dan
sebagai pewarna. Seperti halnya semua unsur halogen lain, yodium ditemukan dalam
bentuk molekul diatomik (Agamanolis, 2006).
Nama Arfandi Hermawan
NIM 165100200111009
Kelas B
Kelompo B2
k
d. Reagen Barfoed
e. Reagen Benedict
f. Glukosa
(Williams, 2006).
g. Fruktosa
(Williams, 2006)
h. Sukrosa
Disakarida Sukrosa adalah gula pasir yang kita kenal sehari-hari. Selain terdapat
pada tebu dan bit, sukrosa juga dapat ditemukan ditanaman lain seperti nanas dan
wortel. Hidrolisis dengan enzim sukrase, sukrosa akan terpecah dan menghasilkan satu
molekul glukosa dan satu molekul fruktosa. Sukrosa digunakan sebagai zat pemanis
secara langsung dan untuk mengawetkan buah dalam kaleng
Nama Arfandi Hermawan
NIM 165100200111009
Kelas B
Kelompo B2
k
(Marzuki,2010)
i. Maltosa
Gula ini merupakan disakarida utama yang diperoleh dari hidrolisis pati. Hidrolisis
maltosa dengan enzim maltase akan menghasilkan dua molekul glukosa. Maltosa
mudah larut dalam air dan memiliki rasa lebih manis daripada laktosa, tetapi kurang
manis daripada sukrosa. Maltosa digunakan dalam makanan bayi
(Marzuki,2010.
j. Pati
Pati atau amilum merupakan polisakarida yang terdapat banyak di alam terutama
pada sebagian besar tumbuhan. Amilum terdapat pada umbi, batang, daun, dan biji-
bijian. Amilum terdiri atas dua macam polisakarida yang kedua-duanya adalah polimer
dari glukosa, yaitu amilosa (20 - 28%) dan sisanya amilopektin. Amilum dapat dihidrolisis
dengan sempurna menggunakan enzim amilase
Nama Arfandi Hermawan
NIM 165100200111009
Kelas B
Kelompo B2
k
Amilosa Amilopektin
(Marzuki,2010.)
k. Dekstrin
(Marzuki, 2010).
Nama Arfandi Hermawan
NIM 165100200111009
Kelas B
Kelompo B2
k
C. Diagram Alir
1. Uji Molisch
1 ml sampel
1ml H2SO4
Dikocok
Diamati
Nama Arfandi Hermawan
NIM 165100200111009
Kelas B
Kelompo B2
k
Hasil
2. Uji Yodium
Sampel
Hasil
3. Uji Barfoed
Sampel
1 ml Barfoed
Dimasukkan 5 tetes ke dalam tabung reaksi
Diamati
Hasil
4. Uji Benedict
Nama Arfandi Hermawan
NIM 165100200111009
Kelas B
Kelompo B2
k
Sampel
1 ml Benedict
Dipanaskan diatas api bunsen
Diamati
Hasil
DAFTAR PUSTAKA
Agamanolis, D.P. 2006.Metabolic and toxic disorders. In: Prayson R, editor. Neuropathology: a
volume in the foundations in diagnostic pathology series. Philadelphia: Elsevier/Churchill
Livingstone
Apriadji, Wied Harry. 2007. Good Mood Food. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Harisha. 2006. An Intoduction to Practical Biotechnology. New Delhi: Laxmi Publications
Hutagalung, Dr. Halomoan. 2007. Karbohidrat. Medan: Universitas Sumatera Utara Press
James, Joyce, dkk. 2008. Principles of Science for Nurses. Boston: Blackwell Science
Malhotra, Varun Kumar. 2006. Practical Biochemistry. New Delhi: Jaype Brothers Medical
Marzuki, Ismail. 2010. Kimia dalam Keperawatan. Takalar: Pustaka As Salam
Nigam, A., Ayyagari A. 2007. Lab Manual in Biochemistry, Immunology, and Biotechnology. New
Delhi: West Patel Nagar.
Stansfield, William D. 2006. Biologi Molekuler dan Sel. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama
Williams. 2006. Biokimia Kedokteran Dasar. Jakarta: EGC
Nama Arfandi Hermawan
NIM 165100200111009
Kelas B
Kelompo B2
k
1. Uji Molish
a. Tuliskan data hasil uji Molisch
b. Bahas dan bandingkan data-data hasil uji Molisch dari beberapa sampel dalam percobaan ini!
Prinsip
Prinsip dari uji molisch adalah reaksi dehidrasi karbohidrat oleh H 2SO4 membentuk cincin
furfural dan ketika bereaksi dengan -naftol akan membentuk kompleks ungu pada permukaan
larutan. Tujuannya adalah untuk menguji adanya kandungan karbohidrat dalam sampel, sampel
yang positif ditunjukan dengan adanya perubahan menjadi berwarna ungu (Riawan, 2010).
Mekanisme Reaksi
Mekanisme dari reaksi ini adalah karbohidrat dihidrolisis menjadi monosakarida,
selanjutnya monosakarida jenis pentosa akan mengalami dehidrasi dengan asam tersebut
menjadi furfural, sementara golongan heksosa menjadi hidroksi-multifurfural menggunakan
asam organik pekat. Pereaksi Molisch yang terdiri dari -naftol dalam alkohol akan bereaksi
Nama Arfandi Hermawan
NIM 165100200111009
Kelas B
Kelompo B2
k
dengan furfural tersebut membentuk senyawa kompleks berwarna ungu. Dimana monosakarida
akan bereaksi lebih cepat daripada disakarida dan polisakarida karena pada monosakarida
langsung bisa mengalami dehidrasi dengan asam sulfat membentuk furfural, sementara pada
disakarida harus diubah dahulu menjadi monosakarida baru bisa dihidrolisis oleh asam sulfat
membentuk furfural.
Reaksi yang terjadi pada uji molisch adalah (Riawan, 2010)
Analisa Prosedur
Pertama mempersiapkan alat dan bahan yang akan yang digunakan didalam percobaan
antara lain reagen molisch, H2SO4, glukosa 5%, sukrosa 5%, pati 5%, tiga tabung reaksi, rak
tabung, pipet ukur 1 ml satu buah, pipet tetes empat buah dan bulb atau labu hisap. Setelah
semua alat dan bahan siap kemudian mengenakan peralatan keselamatan seperti sarung
tangan latex dan masker. Selanjutnya memberi label pada peralatan yang akan digunakan untuk
mengambil reagen dan sampel. Pertama, memasukkan masing-masing 1 ml sampel ke dalam
masing-masing tabung reaksi. Kemudian di dalam lemari asam, masing-masing sampel di
dalam tabung reaksi di tetesi 2 tetes reagen molisch dan dikocok, selanjutnya masing-masing
sampel ditambahkan 1 ml H2SO4 secara cepat namun berhati-hati, H2SO4 diambil dengan
menggunakan pipet ukur 1 ml dan saat dimasukkan, ujung pipet ukur harus menempel pada
dinding tabung reaksi supaya H2SO4 mengalir dan tidak menetes karena dapat menyebabkan
ledakan. Setelah sampel ditambahkan reagen molisch dan H2SO4, tabung reaksi akan menjadi
panas sehingga harus diletakkan didalam rak tabung. Kemudian mengamati perubahan yang
terjadi dan mencata hasilnya.
Analisa Hasil
Nama Arfandi Hermawan
NIM 165100200111009
Kelas B
Kelompo B2
k
Dari data hasil percobaan yang telah dilakukan pada glukosa, sukrosa, dan fruktosa
dapat disimpulkan bahwa ketiga sampel bereaksi positif terhadap uji molish ini. Percobaan ini
membuktikan bahwa glukosa, sukrosa, fruktosa, adalah karbohidrat .
Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa glukosa, sukrosa, dan fruktosa
merupakan suatu karbohidrat sehingga bereaksi positif terhadap uji molish (Suryati, 2009).
2. Uji Yodium
a. Tuliskan data hasil uji Yodium!
Senyawa Hasil Uji (+/-) Keterangan
Dekstrin + Biru pekat
Maltosa - Coklat (tidak bereaksi)
Glukosa - Coklat (tidak bereaksi)
Pati + Coklat pekat
b. Bahas dan bandingkan data-data hasil uji Yodium dari beberapa sampel dalam percobaan ini!
Prinsip
Prinsip dari uji yodium adalah larutan yodium akan bereaksi dengan pati dengan cara
larutan yodium dalam bentuk triiodida akan masuk ke struktur helikal pada pati dan membentuk
warna biru tua atau biru kehitaman. Tujuan dari uji yodium adalah untuk mengidentifikasi
kandungan pati dalam suatu sampel. Sampel yang positif ditunjukan dengan adanya perubahan
warna sampel menjadi biru tua, dekstrin akan memberikan perubahan warna, namun perubahan
warna pada dekstrin tidak sesempurna pati karena pemutusan rantai-rantai gula pada dekstrin
tidak sempurna sehingga perubahan warna yang terjadi berupa warna merah atau coklat. Yang
berperan adalah amilosa (sekumpulan gulungan heliks yang dibutuhkan untuk pembentukan
Nama Arfandi Hermawan
NIM 165100200111009
Kelas B
Kelompo B2
k
kompleks warna, pada monosakarida dan disakarida tidak memiliki gulungan heliks (Suryati,
2009).
Mekanisme Reaksi
Mekanisme yang terjadi pada uji iodin ini adalah KI akan membentuk kompleks triiodida
dalam air yang kemudian masuk kedalam helikal pati dan membentuk warna biru pekat. Reaksi
yang terjadi pada uji iodin ini adalah
H2O2(aq) + 3 I-(aq) + 2 H+ I3- + 2 H2O
I3-(aq) + 2 S2O32-(aq) 3 I-(aq) + S4O62-(aq)
Anilasa Prosedur
Pertama mempersiapkan alat dan bahan yang akan yang digunakan didalam percobaan
antara lain larutan yodium 5%, dekstrin, sukrosa 5%, glukosa 5%, pati 1%, pipet tetes dan
cawan petri. Selanjutnya memberi label pada peralatan yang akan digunakan untuk mengambil
reagen dan sampel. Pertama, membagi cawan petri menjadi 2 bagian. Kemudian memberi
tanda dengan cara menulis sampel. Selanjutnya meneteskan 1 tetes sampel di atas cawan
petri. Setelah diteteskan, ditambahkan 1 tetes larutan yodium di atas masing-masing sampel.
Mengamati perubahan warna yang terjadi dan mencatat hasilnya.
Analisa Hasil
Hasil dari percobaan ini didapatkan bahwa perubahan warna sampel terjadi pada sampel
pati dan dekstrin. Pada pati, sampel berubah warna menjadi biru pekat hingga kehitaman.
Sementara pada dekstrin, sampel berubah warna menjadi keungu-unguan. Dari literatur yang
ada, diketahui bahwa dalam uji yodium ini yang menunjukkan hasil positif adalah sampel yang
berubah warna menjadi biru pekat, yaitu pada sampel polisakarida. Hal ini terjadi karena hanya
polisakarida yang memiliki rantai helikal lebih panjang sehingga makin banyak senyawa I3 yang
terperangkap di dalam helikal dan menimbulkan warna biru pekat (Suryati, 2009).
3.Uji Barfoed
a..Tuliskan data hasil Barfoed test !
Senyawa Hasil Uji Keterangan
Glukosa Coklat muda Endapan kurang
Laktosa
Fruktosa Merah bata Endapan pekat
Maltosa Biru Tidak bereaksi
Sukrosa Biru Tidak bereaksi
Nama Arfandi Hermawan
NIM 165100200111009
Kelas B
Kelompo B2
k
b..Bahas dan bandingkan data-data hasil uji Barfoed dari beberapa sampel dalam percobaan
ini !
Prinsip
Prinsip dari uji barfoed adalah monosakarida dan disakarida pereduksi dicampurkan
dengan reagen barfoed (campuran CuCH3COO dan CH3COOH) dan menghasilkan Cu2O
berwarna merah. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi monosakarida dan disakarida
pereduksi dalam suasana percobaan asam (Sumardjo, 2008).
Mekanisme
Mekanisme dari uji barfoed ini adalah Cu2+ dari pereaksi Barfoed dalam suasana asam
akan direduksi lebih cepat oleh gula reduksi monosakarida daripada disakarida dan
menghasilkan Cu2O (kupro oksida) berwarna merah bata. Sedangkan dehidrasi fruktosa oleh
HCL pekat menghasilkan hidroksimetilfurfural dengan penambahan resorsinol akan megalami
kondensasi membentuk senyawa kompleks berwarna merah. Reaksi pada monosakarida lebih
cepat daripada senyawa disakarida karena pada senyawa disakarida harus diubah menjadi
monosakarida.
Reaksi uji barfoed adalah (Sumardjo, 2008)
Analisa Prosedur
Pertama mempersiapkan alat dan bahan yang akan yang digunakan didalam percobaan
antara lain rak tabung reaksi, tabung reaksi sebanyak empat buah, pipet ukur 1 ml, 4 pipet tetes,
bulb atau labu penghisap, beaker glass 250 ml dan penangas air. Selanjutnya memberi label
pada peralatan yang akan digunakan untuk mengambil reagen dan sampel. Pertama,
memasukkan masing-masing 5 tetes larutan sampel ke dalam tabung reaksi. Kemudian
ditambahkan 1 ml reagen barfoed ke dalam masing-masing tabung reaksi. Setelah
ditambahkan, dicatat warna sebelum dipanaskan terlebih dahulu, lalu sampel dalam tiap tabung
reaksi dipanaskan didalam penangas air. Mengamati perubahan warna yang terjadi dan
mencatat hasilnya.
Analisa Hasil
Dari percobaan tersebut didapatkan bahwa sampel fruktosa bewarna merah bata dan
terdapat endapan pekat pada tabung reaksinya, glukosa berwarna coklat muda dan terdapat
endapan yang kurang pada dasar tabung reaksinya. Sementara pada sampel sukrosa dan
maltose bewarna biru dan tidak ditemukan adanya endapan. Seharusnya maltosa itu mengalami
reaksi sehingga terjadi pengendapan , mungkin terjadi kesahalan saat melakukan percobaan
pada maltosa yang dikarenakan alat atau bahan yang salah.
Nama Arfandi Hermawan
NIM 165100200111009
Kelas B
Kelompo B2
k
Glukosa, fruktosa, dan maltosa termasuk dalam golongan monosakarida dan disakarida
pereduksi sehingga uji barfoed ini menunjukkan hasil yang positif. Sementara itu, sukrosa tidak
menunjukkan hasil yang positif karena sukrosa sendiri tidak termasuk dalam golongan gula
pereduksi, gugus pereduksi pada sukrosa telah digunakan oleh glukosa dan fruktosa untuk
berikatan satu sama lain (Syukri, 2009)
4.Uji Benedict
a. Tuliskan data hasil Benedict test!
Senyawa Hasil Uji Keterangan
Sebelum pemanasan Setelah pemanasan
Glukosa Biru Coklat Pekat
Laktosa
Fruktosa Biru Merah bata Pekat
Maltosa Biru Coklat Pekat
Sukrosa Biru biru Tidak pekat
b. Bahas dan bandingkan data-data hasil uji Benedict dari beberapa sampel dalam percobaan
ini?
Prinsip
Prinsip dari uji benedict adalah larutan CuSO4 dalam suasana basa akan direaksikan
dengan gula preduksi sehingga CuO tereduksi menjadi Cu 2O yang berwarna merah bata.
Pereaksi benedict terdiri dari tembaga sulfat dalam larutan natrium karbonat (NaCO 3) dan
natrium sitrat (NaCH3COO) yang dapat mereduksi glukosa dimana glukosa terlebih dahulu
Nama Arfandi Hermawan
NIM 165100200111009
Kelas B
Kelompo B2
k
dioksidasi dalam bentuk garam asam glukoronat. Larutan CuSO 4 dalam alkali akan direaksikan
oleh gula yang mempunyai gugus aldehid atau keton bebeas sehingga cupri oksida (CuO)
tereduksi menjadi Cu2O yang berwarna merah bata. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi
gula pereduksi dalam suasana basa (Pujianto, 2011).
Mekanisme
Mekanisme dari uji benedict ini adalah reagen benedict yang tersusun atas tembaga
sulfat dan larutan natrium karbobat dan natrium sitrat, mula-mula glukosa dioksidasi menjadi
garam asam glukoranat yang kemudian mampu mereduksi CuO menjadi Cu2O menjadi merah
bata
Reaksi uji benedict adalah (Riawan, 2010)
Analisa Prosedur
Pertama mempersiapkan alat dan bahan yang akan yang digunakan didalam percobaan
antara lain rak tabung reaksi, tabung reaksi sebanyak empat buah, pipet ukur 1 ml, 4 pipet tetes,
bulb atau labu penghisap, beaker glass 250 ml dan penangas air. Selanjutnya memberi label
pada peralatan yang akan digunakan untuk mengambil reagen dan sampel. Pertama,
memasukkan masing-masing 5 tetes larutan sampel ke dalam tabung reaksi. Kemudian
ditambahkan 1 ml reagen barfoed ke dalam masing-masing tabung reaksi. Setelah
ditambahkan, dicatat warna sebelum dipanaskan terlebih dahulu, lalu sampel dalam tiap tabung
reaksi dipanaskan didalam penangas air. Mengamati perubahan warna yang terjadi dan
mencatat hasilnya.
Analisa Hasil
Hasil pada percobaan ini berupa glukosa, fruktosa, maltose, sukrosa, yang awal
berwarna biru berubah menjadi coklat pekat, merah bata pekat, coklat pekat dan biru. Hal ini
tidak sesuai dengan literature yang menyebutkan bahwa uji benedict akan menunjukkan hasil
positif dengan membentuk endapan berwarna merah bata. Uji ini sudah sejalan dengan literatur
bahwa sampel benedict akan bereaksi langsung dengan sampel yang memiliki gugus pereduksi
(Pujianto, 2011).
Nama Arfandi Hermawan
NIM 165100200111009
Kelas B
Kelompo B2
k
PERTANYAAN
1. Bagaimana membedakan monosakarida dan disakarida dengan menggunakan Barfoed
test?
Untuk membedakan monosakarida dan disakarida pada uji barfoed praktikan dapat
melihat dari lamanya sampel membentuk endapan merah bata pada tabung reaksi.
Senyawa monosakarida akan lebih cepat membentuk endapan merah bata dibandingkan
dengan senyawa disakarida. Hal ini terjadi karena suasana asam yang terdapat pada
reagen barfoed yang dapat menyebabkan perbedaan lamanya pembentukan endapan
pada monosakarida dan disakarida (Sumardjo, 2008).
KESIMPULAN
Tujuan dari pratikum uji kualitatif karbohidrat adalah unutk mengetahui prinsip uji
kualitatif karbohidrat dan untuk mengetahui perbedaan prinsip dari masing masing metode.
Prinsip dari uji molisch adalah reaksi dehidrasi karbohidrat oleh H 2SO4 membentuk cincin
furfural dan ketika bereaksi dengan -naftol akan membentuk kompleks ungu pada permukaan
larutan. Tujuannya adalah untuk menguji adanya kandungan karbohidrat dalam sampel, sampel
yang positif ditunjukan dengan adanya perubahan menjadi berwarna ungu. Prinsip dari uji
yodium adalah larutan yodium akan bereaksi dengan pati dengan cara larutan yodium dalam
bentuk triiodida akan masuk ke struktur helikal pada pati dan membentuk warna biru tua atau
biru kehitaman. Tujuan dari uji yodium adalah untuk mengidentifikasi kandungan pati dalam
suatu sampel. Sampel yang positif ditunjukan dengan adanya perubahan warna sampel menjadi
biru tua, dekstrin akan memberikan perubahan warna, namun perubahan warna pada dekstrin
tidak sesempurna pati karena pemutusan rantai-rantai gula pada dekstrin tidak sempurna
sehingga perubahan warna yang terjadi berupa warna merah atau coklat. Yang berperan adalah
amilosa (sekumpulan gulungan heliks yang dibutuhkan untuk pembentukan kompleks warna,
pada monosakarida dan disakarida tidak memiliki gulungan heliks. Prinsip dari uji barfoed
adalah monosakarida dan disakarida pereduksi dicampurkan dengan reagen barfoed (campuran
Nama Arfandi Hermawan
NIM 165100200111009
Kelas B
Kelompo B2
k
CuCH3COO dan CH3COOH) dan menghasilkan Cu2O berwarna merah. Tujuannya adalah untuk
mengidentifikasi monosakarida dan disakarida pereduksi dalam suasana percobaan asam.
Prinsip dari uji benedict adalah larutan CuSO 4 dalam suasana basa akan direaksikan dengan
gula preduksi sehingga CuO tereduksi menjadi Cu 2O yang berwarna merah bata. Pereaksi
benedict terdiri dari tembaga sulfat dalam larutan natrium karbonat (NaCO 3) dan natrium sitrat
(NaCH3COO) yang dapat mereduksi glukosa dimana glukosa terlebih dahulu dioksidasi dalam
bentuk garam asam glukoronat. Larutan CuSO 4 dalam alkali akan direaksikan oleh gula yang
mempunyai gugus aldehid atau keton bebeas sehingga cupri oksida (CuO) tereduksi menjadi
Cu2O yang berwarna merah bata. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi gula pereduksi
dalam suasana basa.
Untuk mengetahui kandungan senyawa karbohidrat dalam suatu bahan dapat dilakukan
beberapa uji, yaitu uji molisch, uji yodium, uji barfoed, dan uji benedict. Uji molisch adalah uji
umum pada karbohidrat yang digunakan untuk mengetahui apakah suatu sampel mengandung
karbohidrat atau tidak. Uji yodium digunakan untuk mengetahui kandungan polisakarida pada
suatu sampel. Jika dalam suatu sampel positif mengandung polisakarida maka sampel akan
berubah warna menjadi biru kehitaman. Hal ini terjadi karena senyawa I3 akan lebih mudah
terperangkap pada helikal polisakarida yang lebih panjang. Uji barfoed digunakan untuk
mengetahui ada atau tidaknya gula pereduksi dalam suatu sampel. Uji barfoed dilakukan dalam
suasana asam. Uji barfoed akan menunjukkan hasil positif jika terbentuk endapan merah bata.
Senyawa karbohidrat yang menunjukkan hasil positif pada uji ini di antaranya glukosa dan
fruktosa. Uji benedict juga digunakan untuk mengetahui sifat pereduksi dari suatu karbohidrat.
Uji benedict akan menunjukkan hasil positif jika sampel berubah warna menjadi coklat. Senyawa
karbohidrat yang menunjukkan hasil positif pada uji ini di antaranya adalah glukosa dan fruktosa
DAFTAR PUSTAKA
Pujianto, Agustoni. 2011. Reaksi Uji Karbohidrat. Semarang: Universitas Negeri Semarang
Riawan, S. 2010. Kimia Organik Binarupa. Jakarta: Aksara
Sumardjo, 2008. Pengantar Kmia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: EGC
Suryati, Tati. 2009 Biologi Jilid 2. Jakarta: Quadra
Syukri, S 2009. Kimia Dasar 2. Bandung: ITB Press