Supositoria
Supositoria
Supositoria
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................3
A. PENGERTIAN...................................................................................................3
B. INDIASI.............................................................................................................4
BAB II EMULSI...........................................................................................................5
A. DATA PREFORMULASI...................................................................................5
1. Gom Arabicum................................................................................................5
2. Glycerin/Glycerol...........................................................................................6
3. Methylparaben (Nipagin)................................................................................8
5. Propylen Glikol.............................................................................................11
6. Sakarin sodium..............................................................................................13
7. Aquadest.......................................................................................................14
B. FORMULASI...................................................................................................15
1. Formula Awal................................................................................................15
1. Formulasi Akhir............................................................................................16
5. Alasan Penggunaan.......................................................................................19
B. PROSEDUR KERJA........................................................................................22
BAB IV PEMBAHASAN...........................................................................................23
A. EVALUASI.......................................................................................................23
BAB V KESIMPULAN..............................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................28
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan perkembangan zaman bentuk dan sediaan obat beragam, ada
yang berbentuk tablet, serbuk, kapsul, sirup, dan suppositoria. Beragamnya bentuk
sediaan tersebut didasarkan atas kebutuhan dari konsumen atau pasien. Bentuk dan
sediaan obat pun dapat diberikan dengan rute yang berbeda-beda dan memberikan
dubur atau lubang yang ada di dalam tubuh. Penggunaan suppositoria ditujukan untuk
pasien yang susah menelan, terjadi gangguan pada saluran cerna, dan pada pasien
mempunyai peranan penting dalam pelepasan obat yang dikandungnya. Salah satu
syarat utama basis suppositoria adalah selalu padat dalam suhu ruangan tetapi segera
melunak, melebur atau melarut ibahas pada suhu tubuh sehingga obat yang
lokal, begitu dimasukkan basis suppositoria akan meleleh, melunak, atau melarut
menyebarkan bahan obat yang dibawanya ke jaringan-jaringan di daerah tersebut.
Obat ini dimaksudkan agar dapat ditahan dalam ruang tersebut untuk efek kerja local,
atau bisa juga dimaksudkan agar diabsorpsi untuk mendapat efek sisitemik.
Sedangkan pada aksi sitemik membrane mukosa rectum atau vagina memungkinkan
absorbsi dari kebanyakan obat yang dapat larut. Dalam makalah ini, akan dibahas
secara mendalam tentang suppositoria beserta formula suppositoria dengan zat aktif
theophylin.
B. Tujuan
Dapat mengetahui cara memformulasikan suppositoria supositoria dengan
A. Definisi Supositoria
Supositoria adalah suatu bentuk sediaan padat yang berbentuk torpedo, bentuk
ini memiliki kelebihan yaitu bila bagian yang besar masuk melalui otot penutup
dubur, maka supositoria akan tertarik masuk dengan sendirinya (Anief, 2000).
Umumnya, supositoria rectum panjangnya 32 mm (1,5 inci), berbentuk
silinder dan kedua ujungnya tajam. Beberapa supositoria untuk rectum diantaranya
ada yang berbentuk seperti peluru, torpedo atau jari-jari kecil tergantung kepada
bobot jenis bahan obat dan habis yang digunakan, beratnya pun berbeda-beda. USP
menetapkan berat supositoria 2 gram untuk orang dewasa apabila oleum cacao yang
digunakan sebagai basis. Sedang supositoria untuk bayi dan anak-anak, ukuran dan
beratnya dari ukuran dan berat untuk orang dewasa, bentuknya kira-kira seperti
pensil. Supositoria untuk vagina yang juga disebut pessarium biasanya berbentuk
bola lonjong atau seperti kerucut, sesuai dengan kompendik resmi beratnya 5 gram,
apabila basisnya oleum cacao. Supositoria untuk saluran urin yang juga
dalam saluran urin pria atau wanita. Supositoria saluran urin pria bergaris tengah 3-6
mm dengan panjang 140 mm, walaupun ukuran ini masih bervariasi satu dengan
lainnya. Apabila basisnya dari oleum cacao maka beratnya 4 gram. Supositoria
untuk saluran urin wanita panjang dan beratnya dari ukuran untuk pria, panjang
dalam cairan yang ada dalam rektum. Obatnya supaya larut dalam bahan dasar bila
perlu dipanaskan. Bila obatnya sukar larut dalam bahan dasar maka harus diserbuk
yang halus. Setelah obat dan bahan dasar meleleh dan mencair dituangkan dalam
cetakan suppositoria dan didinginkan. Cetakan tersebut dibuat dari besi yang dilapisi
nikel atau dari logam lain , ada juga yang dibuat dari plastik. Cetakan ini mudah
digunakan lewat rektum atau anus. Untuk dewasa 3 g dan untuk anak-anak 2
dibagian yang besar masuk melalui jaringan otot penutup dubur, suppositoria
bahan dasar yang dapat larut atau dapat bercampur dalam air seperti PEG atau
350C.
c. Suppositoria uretra digunakan lewat uretra, berbentuk batang dengan panjang
antara 7 14 cm.
a. Dengan tangan :
dibuat dengan tangan untuk skala kecil dan bila bahan obatnya tidak
Cetakan harus dibasahi lebih dahulu dengan Parafin cair bagi yang
dilakukan dengan mesin secara otomatis. Kapasitas bisa sampai 3500 - 6000
Suppositoria/jam.
Pembuatan Suppositoria secara umum dilakukan dengan cara sebagai
berikut :
Bahan dasar Suppositoria yang digunakan supaya meleleh pada suhu tubuh
halus.
Setelah campuran obat dan bahan dasar meleleh atau mencair, dituangkan
ada juga yang dibuat dari plastik Cetakan ini mudah dibuka secara
sebelum digunakan harus dibasahi lebih dahulu dengan Parafin cair atau
minyak lemak atau spiritus saponatus ( Soft Soap liniment ), tetapi spiritus
garam logam karena akan bereaksi dengan sabunnya dan sebagai pengganti
dasar PEG dan Tween tidak perlu bahan pelicin cetakan karena pada
rektum dengan cara bagian ujung supositoria didorong dengan ujung jari,
kira-kira - 1 inci pada bayi dan 1 inci pada dewasa, bila perlu ujung
supositoria di beri air untuk mempermudah penggunaan. Untuk nyeri dan
supositoria ini 15 menit setelah buang air besar atau tahan pengeluaran air
dokter jika sakit berlanjut hingga 3 hari. Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
Jika tertelan atau terjadi over dosis segera hubungi dokter (Bradshaw, 2009).
B. Data Formulasi
1. Theophylin
Rumus struktur :
Ph : 8,3-9,1
Suhu lebur : lebih kurang 272C
2. Gliserin
Rumus molekul :
3. Cera alba
2. Oleum cacao
Keluarga : sterculiceae
C. Formulasi sediaan
R/ Teofilin 0,2 g
Basis 100 %
D. Perhitungan bahan
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
1. Alat
2. Bahan
a. Lemak coklat
b. teofilin
c. Gliserin
d. Cera alba
PROSEDUR KERJA
A. HASIL
1 Uji Organoleptis
Warna : Krem
Bentuk : Lonjong
Bau : Coklat
2 Uji Homogenitas
BAB V
KESIMPULAN
1. Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat,
terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau
surfaktan yang cocok (FI III, 1979).
2. Emulsi tipe O/W dengan bahan aktif oleum iecoris asseli atau minyak ikan,
GOM arab sebagai emulgator, gliserin sebagai penstabil emulsi, metil paraben
(Nipagin), Propil Paraben (Nipasol), Propilen glikol sebagai pengawet,
sodium sakarin sebagai pemanis, pewarna kuning sebagai pewarna, spirtus
citrus sebagai pengharum, essens orange sebagai perasa dan Aquadest sebagai
pengisi.
3. Emulsi minyak ikan ini berfungsi untuk membantu meningkatkan daya tahan
tubuh dan mencegah kekurangan vitamin A dan D.
4. Hasil evaluasi:
- Warna : kuning
- Rasa : jeruk
Depkes RI, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta
Depkes RI, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta