Resume KTK

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 4

Tugas Individu

Kimia dan Kesuburan Tanah

KAPASITAS TUKAR KATION


(KTK)

OLEH :

Nama : Magfirah Djamaluddin


Nim : G111 12 269
Kelas :C
Dosen : Ir. Muh Jayadi, MP.

JURUSAN ILMU TANAH


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
A. Pengertian Kapasitas Tukar Kation
Salah satu sifat kimia tanah yang terkait erat dengan ketersediaan hara bagi
tanaman dan menjadi indikator kesuburan tanah adalah Kapasitas Tukar Kation (KTK)
atau Cation Exchangable Cappacity (CEC). KTK merupakan jumlah total kation yang
dapat dipertukarkan (cation exchangable) pada permukaan koloid yang bermuatan
negatif. Satuan hasil pengukuran KTK adalah milliequivalen kation dalam 100 gram
tanah atau me kation per 100 g tanah.
B. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kapasitas Tukar Kation
Kapasitas tukar kation didefinisikan sebagai nilai yang diperoleh pada pH 7
yang dinyatakan dalam milligram setara per 100 gram koloid. Untuk melakukan
pertukaran atau pergantian kation dalam tanah, terdapat faktor faktor yang
mempengaruhinya. Faktor- faktor tersebut apabila tidak sesuai dengan yang
disyaratkan maka akan menurunkan kapasitas tukar kation dalam tanah, akan tetapi
sebaliknya, jika faktor-faktor tersebut terpenuhi kapasitas tukar kation akan mengalami
kenaikan yang tentunya sangat baik untuk tanah dan juga tanaman untuk tumbuh dan
berkembang.
Faktor faktor yang mempengaruhi kapasitas tukar kation adalah:
1. Tekstur tanah
Semakin halusnya tekstur pada tanah maka akan meningkatkan KTK karena
tanah lebih mampu dalam menahan air dan unsur hara. Dengan semakin halusnya
tekstur, maka hara akan tertahan dan terjerap dalam koloid tanah, serta unsur hara tidak
mudah mengalami pencucian. Hal ini dapat memudahkan dalam pertukaran kation di
dalam tanah, terutama pada kation yang monovalen. Jerapan dan pertukaran kation ini
mempunyai arti penting di dalam serapan hara oleh tanaman, kesuburan tanah, retensi
hara dan pemupukan. Kation yang terjerap biasanya tersedia untuk tanaman dengan
menukarkannya dengan ion H+ hasil respirasi akar tanaman. Hara yang ditambahkan ke
dalam tanah melalui pemupukan akan diikat oleh permukaan koloid tanah dan dapat
dicegah dari pelindian, sehingga dapat menghindari kemungkinan pencemaran air tanah
(ground water). Jika tekstur tanah terlalu kasar misalnya pasir, maka daya jerap akan
hara dan airnya lebih mudah lepas atau hilang sehingga mudah sekali terjadi pencucian
yang dapat mengurangi kesuburan tanah dan menurunkan KTK.
2. Kandungan humus dan bahan organik
Seperti yang telah kita ketahui bahwa bahan organik dapat memperbaiki
struktur tanah sehingga terbentuk agregat tanah yang mengurangi terjadinya erosi.
Bahan organik yang lambat laun terdekomposisi akan menghasilkan humus yang
berguna bagi tanaman dan juga tanah. Tanah akan memiliki pH yang stabil dan baik
untuk pertanaman. Bahan organik ini membuat tanah melangsungkan proses alaminya
sehingga tidak terdapat residu dalam pengaplikasiannya, selain itu dengan adanya
kandungan C organik yang tinggi, hal ini berkorelasi positif terhadap kapasitas tukar
kation karena lambat laun hara akan tersedia dari dekomposisi bahan organik dan juga
tanah akan lebih kuat menahan unsur hara karena strukturnya yang agregat. Jika
kandungan humus dan bahan organik di dalam tanah sedikit, hal ini akan menyebabkan
penurunan kapasitas tukar kation karena hilangnya unsur hara akibat pencucian
maupun erosi.
3. Jenis liat dan kandungan liat
Nilai KTK liat tergantung dari jenis liat, sebagai contoh:
a. Liat Kaolinit memiliki nilai KTK = 3 s/d 5 me/100 g.
b. Liat Illit dan Liat Klorit, memiliki nilai KTK = 10 s/d 40 me/100 g.
c. Liat Montmorillonit, memiliki nilai KTK = 80 s/d 150 me/100 g.
d. Liat Vermikullit, memiliki nilai KTK = 100 s/d 150 me/100 g.
4. Tergantung oleh pH tanah
Kapasitas tukar kation tanah yang memiliki banyak muatan tergantung pH dapat
berubah-ubah dengan perubahan pH. Keadaan tanah yang sangat masam menyebabkan
tanah kehilangan kapasitas tukar kation dan kemampuan menyimpan hara kation dalam
bentuk dapat tukar karena perkembangan muatan positif. Kapasitas tukar kation
kaolinit menjadi sangat berkurang karena perubahan pH dari menjadi 5,5. Kapasitas
tukar kation yang dapat dijerap 100 gram tanah pada pH 7. Kapasitas tukar kation
menunjukkan kemampuan tanah untuk menahan kation-kation dan mempertukarkan
kation-kation tersebut.
C. Pengelompokkan Kapasitas Tukar Kation
1. Berdasarkan pada jenis permukaan koloid yang bermuatan negatif KTK dapat
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
a. KTK koloid anorganik atau dikenal sebagai KTK liat tanah
KTK liat adalah jumlah kation yang dapat dipertukarkan pada permukaan
koloid anorganik (koloid liat) yang bermuatan negatif. Nilai KTK liat tergantung
dari jenis liat, sebagai contoh:
1) Liat Kaolinit memiliki nilai KTK = 3 s/d 5 me/100 g.
2) Liat Illit dan Liat Klorit, memiliki nilai KTK = 10 s/d 40 me/100 g.
3) Liat Montmorillonit, memiliki nilai KTK = 80 s/d 150 me/100 g.
4) Liat Vermikullit, memiliki nilai KTK = 100 s/d 150 me/100 g.
b. KTK koloid organik atau dikenal sebagai KTK bahan organik tanah
KTK koloid organik sering disebut juga KTK bahan organik tanah adalah
jumlah kation yang dapat dipertukarkan pada permukaan koloid organik yang
bermuatan negatif. Nilai KTK koloid organik lebih tinggi dibandingkan dengan
nilai KTK koloid anorganik. Nilai KTK koloid organik berkisar antara 200
me/100 g sampai dengan 300 me/100 g.
c. KTK total atau KTK tanah
KTK total merupakan nilai KTK dari suatu tanah adalah jumlah total
kation yang dapat dipertukarkan dari suatu tanah, baik kation-kation pada
permukaan koloid organik (humus) maupun kation-kation pada permukaan koloid
anorganik (liat).
2. Perbedaan KTK Tanah Berdasarkan Sumber Muatan Negatif
Berdasarkan sumber muatan negatif tanah, nilai KTK tanah dibedakan menjadi dua,
yaitu:
a. KTK Muatan Permanen
KTK muatan permanen adalah jumlah kation yang dapat dipertukarkan pada
permukaan koloid liat dengan sumber muatan negatif berasal dari mekanisme
substitusi isomorf. Substitusi isomorf adalah mekanisme pergantian posisi antar
kation dengan ukuran atau diameter kation hampir sama tetapi muatan berbeda.
Substitusi isomorf ini terjadi dari kation bervalensi tinggi dengan kation bervalensi
rendah di dalam struktur lempeng liat, baik lempeng liat Si-tetrahedron maupun Al-
oktahedron.
b. KTK Muatan Tidak Permanen
KTK muatan tidak permanen atau KTK tergantung pH tanah adalah jumlah
kation yang dapat dipertukarkan pada permukaan koloid liat dengan sumber muatan
negatif liat bukan berasal dari mekanisme substitusi isomorf tetapi berasal dari
mekanisme patahan atau sembulan di permukaan koloid liat, sehingga tergantung
pada kadar H+ dan OH- dari larutan tanah.
D. Pertukaran Kation
1. Reaksi Pertukaran Kation
Reaksi pertukaran kation juga melibatkan H+ sehingga istilah Pertukaran
Kation lebih tepat daripada Pertukaran Basa. Kation yang terjerap dapat ditukar
oleh kation lainnya, dan proses ini dinamakan sebagai pertukaran kation. Reaksi
pertukaran ini berlangsung secara instant.
Jerapan dan pertukaran kation ini mempunyai arti penting di dalam serapan hara
oleh tanaman, kesuburan tanah, retensi hara dan pemupukan. Kation yang terjerap
biasanya tersedia untuk tanaman dengan menukarkannya dengan ion H+ hasil respirasi
akar tanaman. Hara yang ditambahkan ke dalam tanah melalui pemupukan akan diikat
oleh permukaan koloid tanah dan dapat dicegah dari pelindian, sehingga dapat
menghindari kemungkinan pencemaran air tanah (ground water).
2. Kapasitas Pertukaran Kation (KPK)
KPK atau Cation Exchange Capacity (CEC) merupakan kapasitas tanah untuk
menjerap atau menukar kation. Biasanya dinyatakan dalam miliekuivalen/100 g tanah
atau me %, tetapi sekarang diubah menjadi cmolc/kg tanah (centimoles of charge per
kilogram of dry soil. Nilai KTK tanah bervariasi bergantung kepada tipe dan jumlah
koloid di dalam tanah. Pada umumnya KPK koloid tanah adalah sebagai berikut:
Koloid Tanah KPK (me %)
Humus 200
Vermikulit 100 150
Montmorilonit 70 95
Illit 10 40
Kaolinit 3 15
Seskuioksida 24
3. Daya Menukar Kation
Kation yang berbeda mempunyai kemampuan untuk menukar kation yang
teradsorpsi. Ion divalen biasanya dijerap lebih kuat dan lebih sulit ditukar daripada ion
monovalen.

Anda mungkin juga menyukai