Modul Psikometri (TM5)
Modul Psikometri (TM5)
Modul Psikometri (TM5)
Psikometri
Validitas 1
05
Psikologi Psikologi MK61015 Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog
Abstrak Kompetensi
Mengetahui dan memahami pengertian Mampu menjelaskan dan
dari validitas dan rumus untuk mengkomunikasikan materi terkait
mengukur validitas suatu alat ukur
VALIDITAS
Validitas dan reliabilitas menjadi bahasan utama dalam setiap pengukuran dalam
konstruk yang diukur. Reliabilitas dan validitas menjadi hal yang sangat penting karena
konstruk pada teori sosial seringkali ambigu, membingungkan dan sering kali tidak dapat
secara langsung teramati. Semua peneliti sosial ingin pengukuran yang mereka lakukan
memiliki validitas dan reliabilitas yang baik. Suatu alat ukur dikatakan baik jika dapat
memberikan informasi seperti yang diharapkan oleh peneliti. Untuk itu, suatu alat ukur harus
1. Pengertian Validitas
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan
kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes dikatakan memiliki
validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukur secara tepat atau
memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut.
Artinya hasil ukur dari pengukuran tersebut merupakan besaran yang mencerminkan secara
tepat fakta atau keadaan sesungguhnya dari apa yang diukur (Azwar, 2005). Menurut
Poerwanti (2000) validitas alat ukur menunjukkan kesahihan suatu instrumen. Alat ukur
dapat dikatakan valid atau sahih apabila alat ukur tersebut mampu mengukur apa yang
seharusnya diukur atau diinginkan, sehingga alat ukur tersebut dikatakan sahih apabila
dapat mengungkap secara cermat dan tepat data dari variabel yang diteliti. Tinggi
rendahnya tingkat validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data dari variabel yang
Menurut Arikunto (2002) validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas yang
tinggi, sedangkan instrumen yang kurang valid mempunyai tingkat validitas rendah. Untuk
mengkorelasikan tiap butir dengan skor totalnya. Validitas menunjukkan keadaan yang
sebenarnya dan mengacu pada kesesuaian antara konstruk, atau cara seorang peneliti
mengkonseptualisasikan ide dalam definisi konseptual dan suatu ukuran. Hal ini mengacu
pada seberapa baik ide tentang realitas "sesuai" dengan realitas aktual. Dalam istilah
sederhana, validitas membahas pertanyaan mengenai seberapa baik realitas sosial yang
diukur melalui penelitian sesuai dengan konstruk yang peneliti gunakan untuk
memahaminya (Neuman, 2007). Validitas yaitu mengenai apa dan seberapa baik suatu alat
Suryabrata (dikutip dalam Widodo, 2006) menyatakan bahwa validitas tes pada
dasarnya menunjuk kepada derajat fungsi pengukurnya suatu tes, atau derajat kecermatan
ukurnya sesuatu tes. Validitas suatu tes mempermasalahkan apakah tes tersebut benar-
benar mengukur apa yang hendak diukur. Maksudnya adalah seberapa jauh suatu tes
mampu mengungkapkan dengan tepat ciri atau keadaan yang sesungguhnya dari obyek
ukur, akan tergantung dari tingkat validitas tes yang bersangkutan. Sudjana (dikutip dalam
Widodo, 2006) menyatakan bahwa validitas berkenaan dengan ketepatan alat penilaian
terhadap konsep yang dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai.
2. Jenis-jenis Validitas
Validitas konstruksi (construct validity), dengan menggunakan pendapat dari ahli (experts
judgment); (b) Validitas isi (content validity), dilakukan dengan membandingkan antara isi
instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan; (c) Validitas eksternal, dengan cara
membandingkanguna mencari kesamaan antar kriteria yang ada pada instrument dengan
Menurut Neuman (2007), terdapat tiga jenis validitas pengukuran, antara lain : (a)
Face validity, merupakan validitas yang paling mudah untuk dicapai dan sebagian besar
jenis dasar dari validitas adalah face validity. Hal ini memerlukan pertimbangan dari
konstruk. Kesesuaian antara definisi dan metode pengukuran yang digunakan merujuk pada
pertimbangan dari suatu konsensus komunitas ilmiah atau penilaian dari orang lain; (b)
Content vatidity, validitas ini membahas mengenai definisi konseptual yang berisi ide-ide
dan konsep dapat direpresentasikan dalam suatu pengukuran. Validitas isi melibatkan tiga
langkah. Pertama, menentukan definisi konstruk dari seluruh konten. Selanjutnya, ambil
sampel dari semua bidang definisi. Kemudian, mengembangkan indikator yang mewakili
semua bagian dari definisi; (c) Validitas kriteria, menggunakan beberapa standar atau
kriteria untuk mengindikasi konstruk secara akurat. Validitas dari indikator diverifikasi
dengan cara membandingkannya dengan ukuran lain dari konstruk yang sama yang
Ada dua subtipe dari jenis validitas kriteria, yaitu : (a) Validitas konkuren. Indikator
harus dikaitkan dengan indikator yang sudah ada sebelumnya dan dinilai sebagai valid
(misalnya, telah memiliki face validity); (b) Validitas prediktif. Validitas kriteria dimana
indikator memprediksi kejadian masa depan yang logis terkait dengan suatu konstruk. Hal ini
tidak dapat digunakan untuk semua ukuran. Ukuran dan tindakan yang diprediksi harus
berbeda, tetapi dapat menunjukkan konstruk yang sama. Validitas pengukuran prediktif tidak
perlu dibingungkan dengan prediksi dalam pengujian hipotesis, di mana satu variabel
Jenis validitas terdiri dari 3 yaitu : (a) Validitas isi, menunjukkan sejauh mana aitem-
aitem dalam tes mencakup keseluruhan kawasan isi yang hendak diukur oleh tes tersebut;
(b) Validitas konstruk, menunjukkan sejauh mana suatu tes mengukur trait atau konstruk
teoretik yang hendak diukurnya; (c) Validitas kriteria, bukti validitasnya diperlihatkan dengan
adanya hubungan skor pada tes yang bersangkutan dengan skor suatu kriteria, contoh :
Ada lima sumber dasar teori dalam validitas konstrak, yaitu isi, proses respon,
struktur internal, hubungan terhadap variabel lain, dan akibat. Konten melihat hubungan
antara isi pengukuran dengan konstrak ingin diukur. Disini perlu dilihat definisi, tujuan alat
memastikan bahwa alat ukur tersebut telah mewakili konstrak yang akan diukur (Cook &
Beckman, 2006). Proses respon yaitu bagaimana pola pikir penulis terhadap pengukuran
yang dilakukan, metode dan keamanan data yang digunakan dalam pengukuran dan
pelaporan juga termasuk dalam kategori ini. Strutur internal melihat hubungan antara item
tes dengan tes yang digunakan untu mengukur konstrak, yaitu apakah item-item yang
penting mungkin dapat memiliki fungsi yang berbeda pada sekelompok responden. Hal ini
bermanfaat apabila responden secara kategorial memiliki kesamaan, sehingga item tes ini
Hubungannya dengan variabel yang lain melihat hubungan skor tes dengan pengukuran lain
aspek yang akan diukur. Kemudian dilakukan uji coba instrumen pada sampel dari populasi
yang akan digunakan. Setelah data ditabulasikan, maka pengujian validitas konstruk
dilakukan dengan analisis faktor, yaitu dengan mengkorelasikan antar skor item instrumen
dalam suatu faktor, dan mengkorelasikan skor faktor dengan skor total. Pengujian validitas
seluruh butir instrumen dalam satu variabel dapat juga dilakukan dengan cara mencari daya
pembeda skor tiap item dari kelompok yang memberikan jawaban tinggi dan jawaban
Untuk instrumen yang berbentuk tes, pengujian validitas isi dilakukan dengan
membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan. Di sisi
lain, pengujian validitas isi dari instrumen yang akan mengukur efektivitas pelaksanaan
rancangan yang telah ditetapkan. Untuk menguji validitas butir-butir instrumen lebih lanjut,
maka setelah dikonsultasikan kepada para ahli, selanjutnya diujicobakan, dan dilakukan
antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta empiris yang terjadi di lapangan.
Bila terdapat kesamaan, maka dapat dinyatakan instrumen tersebut memiliki validitas
mengenai teori pengukuran yang akan dipakai, dengan demikian dapat diketahui
pengukuran yang akan digunakan sehingga dapat menghasilkan suatu validitas nantinya
(Cook & Beckman, 2006). Ketika peneliti mengatakan bahwa suatu indikator itu valid, maka
itu valid untuk tujuan dan definisi tertentu. Indikator yang sama bisa valid untuk satu tujuan
(misal pertanyaan penelitian dengan unit analisis atau secara umum), tetapi bisa kurang
valid atau tidak valid untuk hal yang lainnya. Misalnya dalam mengukur prejudice, bisa valid
untuk mengukur prejudice para guru, tapi bisa jadi tidak valid untuk digunakan dalam
mengukur prejudice dari para polisi. Tidak adanya validitas terjadi jika tidak terdapat
kesesuaian atau kesesuaian yang rendah antara konstruk yang digunakan untuk
menggambarkan, membuat teori atau menganalisis dunia sosial dengan apa yang
Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul
dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti, sedangkan hasil penelitian
yang reliabel bila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda. Di sisi lain, instrumen
yang valid berarti instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data bisa mengukur apa
yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2010). Meningkatkan validitas eksternal dari instrumen
Reliabilitas diperlukan untuk pengujian validitas dan lebih mudah untuk dicapai
daripada validitas. Meskipun reliabilitas diperlukan untuk memiliki ukuran yang valid dari
suatu konsep, hal itu tidak menjamin ukuran tersebut bisa berlaku. Suatu ukuran yang
reliabel atau dapat menghasilkan hasil yang sama berulang-ulang, namun belum tentu valid
atau mungkin hasil pengukuran tidak cocok dengan definisi konstruk. Validitas dan
reliabilitas merupakan konsep yang saling melengkapi, namun dalam beberapa situasi
mereka bertentangan satu sama lain. Kadang-kadang, validitas meningkat namun reliabilitas
lebih sulit dicapai, atau sebaliknya. Hal ini terjadi ketika memiliki definisi konstruk yang
sangat abstrak dan tidak mudah diamati. Reliabilitas paling mudah dicapai ketika ukuran
secara tepat dan dapat diamati. Dengan demikian, ada pertentangan antara esensi
sebenarnya dari konstruk yang sangat abstrak dan mengukurnya secara konkret (Neuman,
2007).
Faktor-faktor yang mempengaruhi validitas yaitu definisi yang jelas mengenai suatu
konstrak pengukuran (Cook & Beckman, 2006). Selain itu, faktor-faktor yang juga
mempengaruhi, yaitu panjang alat ukur, variabilitas kemampuan kelompok, instruksi tes
yang ambigu, perbedaan sosio-kultural, penambahan item-item yang tidak tepat. Proses
5. Pengujian Validitas
Validitas rasional adalah validitas yang diperoleh atas dasar hasil pemikiran, validitas
Validitas isi (content validity), validitas isi berkaitan dengan kemampuan suatu
instrumen mengukur isi (konsep) yang harus diukur. Ini berarti bahwa suatu alat ukur
suatu tes hasil belajar adalah validitas yang diperoleh setelah dilakukan penganalisisan,
penelususran atau pengujian terhadap isi yang terkandung dalam tes hasil belajar tersebut.
Validitas isi adalah yang ditilik dari segi isi tes itu sendiri sebagai alat pengukur hasil belajar
yaitu: sejauh mana tes hasil belajar sebagai alat pengukur hasil belajar peserta didik, isisnya
telah dapat mewakili secara representatif terhadap keseluruhan materi atau bahkan
pelajaran yang seharusnya diteskan (diujikan). Misalnya tes bidang studi IPS, harus mampu
mengungkap isi bidang studi tersebut, pengukuran motivasi harus mampu mengukur seluruh
aspek yang berkaitan dengan konsep motivasi, dan demikian juga untuk hal-hal lainnya.
Menurut Kenneth Hopkin penentuan validitas isi terutama berkaitan dengan proses analisis
logis, dengan dasar ini ia berpendapat bahwa validitas isi berbeda dengan validitas rupa
yang kurang menggunakan analisis logis yang sistematis, lebih lanjut dia menyatakan
bahwa sebuah instrumen yang punya validitas isi biasanya juga mempunyai validitas rupa,
Validitas konstruksi (construct validity), konstruk adalah kerangka dari suatu konsep,
validitas konstruk adalah validitas yang berkaitan dengan kesanggupan suatu alat ukur
dalam mengukur pengertian suatu konsep yang diukurnya. Menurut Jack R. Frankel,
dibanding dengan validasi lainnya, karena melibatkan banyak prosedur termasuk validasi isi
dan validasi kriteria. Validitas konstruksi juga dapat diartikan sebagai validitas yang ditilik
dari segi susunan, kerangka atau rekaannya. Adapun secara terminologis, suatu tes hasil
belajar dapat dinyatakan sebagai tes yang telah memiliki validitas konstruksi, apabila tes
hasil belajar tersebut telalh dapat dengan secara tepat mencerminkan suatu konstruksi
Validitas empirik adalah ketepatan mengukur yang didasarkan pada hasil analisis
yang bersifat empirik. Dengan kata lain, validitas empirik adalah validitas yang bersumber
menunjukkan seberapa jauhkah sebuah tes telah dapat dengan secara tepat menunjukkan
kemampuannya untuk meramalkan apa yang bakal terjadi pada masa mendatang.
Contohnya apakah tes masuk sekolah mempunyai validitas ramalan atau tidak ditentukan
oleh kenyataan apakah terdapat korelasi yang signifikan antara hasil tes masuk dengan
prestasi belajar sesudah menjadi siswa, bila ada berarti tes tersebut mempunyai validitas
ramalan.
Validitas bandingan (concurrent validity), tes sebagai alat pengukur dapat dikatakan
telah memiliki validitas bandingan apabila tes tersebut dalam kurun waktu yang sama
dengan secara tepat mampu menunjukkan adanya hubungan yang searah, antara tes
(validitas butir) termasuk kelompok validitas kriteria yang merupakan validitas yang diukur
dengan besaran yang menggunakan tes sebagai suatu kesatuan (keseluruhan butir)
sebagai kriteria untuk menentukan validitas butir dari tes itu. Dengan demikian validitas
internal mempermasalahkan validitas butir dengan menggunakan hasil ukur tes tersebut
sebagai suatu kesatuan sebagai kriteria, sehingga biasa juga disebut validitas butir. Validitas
internal diperlihatkan oleh seberapa jauh hasil ukur butir tersebut konsisten dengan hasil
ukur tes secara keseluruhan. Oleh karena itu validitas butir tercermin pada besaran
koefisien korelasi antara skor butir dengan skor total tes. Jika koefisien korelasi skor butir
dengan skor total tes positif dan signifikan maka butir tersebut valid berdasarkan ukuran
validitas internal. Koefisien korelasi yang tinggi antara skor butir dengan skor total
mencerminkan tingginya konsistensi antara hasil ukur keseluruhan tes dengan hasil ukur
butir tes atau dapat dikatakan bahwa butir tes tersebut konvergen dengan butir-butir lain
dalam mengukur suatu konsep atau konstruk yang hendak diukur. Validitas internal untuk
dapat pula berupa hasil ukur lain yang sudah tersedia dan dapat dipercaya sebagai ukuran
dari suatu konsep atau variabel yang hendak diukur. Validitas eksternal diperlihatkan oleh
suatu besaran yang merupakan hasil perhitungan statistika. Jika kita menggunakan basil
ukur tes yang sudah baku sebagai kriteria eksternal, maka besaran validitas eksternal dari
tes yang kita kembangkan didapat dengan jalan mengkorelasikan skor hasil ukur tes yang
dikembangkan dengan skor hasil ukur tes baku yang dijadikan kriteria. Makin tinggi koefisien
korelasi yang didapat, maka validitas tes yang dikembangkan juga makin baik. Kriteria yang
digunakan untuk menguji validitas eksternal digunakan nilai r-tabel. Jika koefisien korelasi
antara skor hasil ukur tes yang dikembangkan dengan skor hasil ukur tes baku lebih besar
daripada r-tabel maka tes yang dikembangkan adalah valid berdasarkan kriteria eksternal
yang dipilih (hasil ukur instrumen baku). Jadi keputusan uji- validitas dalam hal ini adalah
mengenai valid atau tidaknya tes sebagai suatu kesatuan, bukan valid atau tidaknya butir
Suatu tes dapat dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila tes tersebut
menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang tepat dan akurat sesuai
dengan tujuan dari pengukuran. Sedangkan suatu tes yang tidak menghasilan data yang
relevan sesuai dengan tujuan dari tes tersebut, maka validitas tes tersebut rendah (Azwar,
2011). Apabila tes tersebut memiliki kecermatan yang tinggi, yaitu mampu mendeteksi
perbedaan-perbedaan kecil yang ada pada atribut yang sedang diukur (Azwar, 2011).
komitmen organisasi, maka teknik yang digunakan adalah validitas internal dengan
mengkorelasikan skor pada tiap item dengan skor totalnya. Teknik yang digunakan untuk
mencari korelasinya adalah korelasi Produk Moment dari Pearson (Arikunto, 2006).
rxy = N. XYX Y
X2-(X)2.(N.Y2-(Y)2))
Keterangan :
N = Jumlah Subyek
X2 =
Jumlah kuadrat skor item
Moment tersebut harus dikorelasikan lagi dengan korelasi Part Whole Correlation atau
korelasi bagian total (Azwar, 2004). Korelasi ini diperlukan karena korelasi product moment
antara skor bagian dengan skor faktor sebagai bagian total dari semua item akan
menghasilkan korelasi yang terlalu tinggi. Hal ini disebabkan karena pengaruh kontribusi
Rumus untuk mengkoreksi korelasi product moment menjadi koreksi bagian total :
Keterangan :
Validitas instrumen diperoleh dari hasil korelasi antara item yang dikorelasikan
dengan skor total kemudian dibandingkan dengan nilai r tabel pada tingkat signifikansi 5 %.
Jika dari hasil perhitungan validitas item dalam satu faktor didapatkan nilai korelasi item
lebih besar dari nilai r tabel (= 0, 333), maka butir item tersebut valid. Sebaliknya jika didapat
nilai korelasi item lebih kecil dari r tabel (=0,333), maka butir item tersebut dinyatakan tidak
Syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat atau dapat dinyatakan valid
adalah apabila R (nilai dalam kolom corrected item total correlation) > 0,3. Jika nilai korelasi
antara butir dengan skor total R < 0,3 maka butir dalam instrumen tersebut dinyatakan tidak
Validitas menyangkut tingkat akurasi yang dicapai oleh sebuah indikator dalam
menilai sesuatu atau akuratnya pengukuran atas apa yang seharusnya diukur. Karena
indikator multidimensi, maka uji validitas dari setiap laten variabel construct akan diuji
dengan melihat loading faktor dari hubungan antara setiap obseverd variable dan latent
variable.
1. Normalitas dapat diuji dengan melihat gambar histogram data atau dapat diuji
dengan standard errornya dan skelvness value yang biasanya disajikan dalarn
statistik deskriptif dimana nilai statistik untuk menguji normalitas itu disebut sebagai
Z-value. Pada tingkat signifikansi 1 %, jika nilai Z lebih besar dari nilai kritis, maka
4. Linieritas dengan mengamati scatter plots dari data yaitu dengan memilih pasangan
data dan dilihat pola penyebarannya untuk menduga ada tidaknya linieritas.
Cipta.
Anastasi, A., & Urbina, S. (1998). Tes psikologi (Edisi Terjemahan). Jakarta: PT.
Prenhallindo.
Azwar, S. (2011). Tes prestasi: Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar.
Cook, D. A. & Beckman, T. (2006). Current concept validity and reliability for psychometric
Murti, B. (2011) Validitas dan Reliabilitas Pengukuran. Universitas Negeri Semarang: Tidak
Dipublikasikan
Sugiyono. (2010). Metode penelitian pendidikan: Pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Widodo, P. B. (2006). Reliabilitas dan validitas konstruk skala konsep diri untuk mahasiswa