Modul Psikometri (TM5)

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

MODUL PERKULIAHAN

Psikometri

Validitas 1

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

05
Psikologi Psikologi MK61015 Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog

Abstrak Kompetensi
Mengetahui dan memahami pengertian Mampu menjelaskan dan
dari validitas dan rumus untuk mengkomunikasikan materi terkait
mengukur validitas suatu alat ukur
VALIDITAS

Validitas dan reliabilitas menjadi bahasan utama dalam setiap pengukuran dalam

penelitian. Keduanya berfokus bagaimana menciptakan pengukuran yang terhubung dengan

konstruk yang diukur. Reliabilitas dan validitas menjadi hal yang sangat penting karena

konstruk pada teori sosial seringkali ambigu, membingungkan dan sering kali tidak dapat

secara langsung teramati. Semua peneliti sosial ingin pengukuran yang mereka lakukan

memiliki validitas dan reliabilitas yang baik. Suatu alat ukur dikatakan baik jika dapat

memberikan informasi seperti yang diharapkan oleh peneliti. Untuk itu, suatu alat ukur harus

memenuhi persyaratan validitas dan reliabilitas alat ukur.

1. Pengertian Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan

kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes dikatakan memiliki

validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukur secara tepat atau

memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut.

Artinya hasil ukur dari pengukuran tersebut merupakan besaran yang mencerminkan secara

tepat fakta atau keadaan sesungguhnya dari apa yang diukur (Azwar, 2005). Menurut

Poerwanti (2000) validitas alat ukur menunjukkan kesahihan suatu instrumen. Alat ukur

dapat dikatakan valid atau sahih apabila alat ukur tersebut mampu mengukur apa yang

seharusnya diukur atau diinginkan, sehingga alat ukur tersebut dikatakan sahih apabila

dapat mengungkap secara cermat dan tepat data dari variabel yang diteliti. Tinggi

rendahnya tingkat validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data dari variabel yang

terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud.

Menurut Arikunto (2002) validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat

kevalidan atau kesahihan suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas yang

tinggi, sedangkan instrumen yang kurang valid mempunyai tingkat validitas rendah. Untuk

2016 Psikometri Pusat Bahan Ajar dan eLearning


2 Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog http://www.mercubuana.ac.id
menguji validitas, digunakan teknik construct internal validity, yaitu dengan cara

mengkorelasikan tiap butir dengan skor totalnya. Validitas menunjukkan keadaan yang

sebenarnya dan mengacu pada kesesuaian antara konstruk, atau cara seorang peneliti

mengkonseptualisasikan ide dalam definisi konseptual dan suatu ukuran. Hal ini mengacu

pada seberapa baik ide tentang realitas "sesuai" dengan realitas aktual. Dalam istilah

sederhana, validitas membahas pertanyaan mengenai seberapa baik realitas sosial yang

diukur melalui penelitian sesuai dengan konstruk yang peneliti gunakan untuk

memahaminya (Neuman, 2007). Validitas yaitu mengenai apa dan seberapa baik suatu alat

tes dapat mengukur (Anastasi & Urbina, 1998).

Suryabrata (dikutip dalam Widodo, 2006) menyatakan bahwa validitas tes pada

dasarnya menunjuk kepada derajat fungsi pengukurnya suatu tes, atau derajat kecermatan

ukurnya sesuatu tes. Validitas suatu tes mempermasalahkan apakah tes tersebut benar-

benar mengukur apa yang hendak diukur. Maksudnya adalah seberapa jauh suatu tes

mampu mengungkapkan dengan tepat ciri atau keadaan yang sesungguhnya dari obyek

ukur, akan tergantung dari tingkat validitas tes yang bersangkutan. Sudjana (dikutip dalam

Widodo, 2006) menyatakan bahwa validitas berkenaan dengan ketepatan alat penilaian

terhadap konsep yang dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai.

2. Jenis-jenis Validitas

Sugiyono (2004) menyebutkan jenis-jenis validitas yaitu sebagai berikut : (a)

Validitas konstruksi (construct validity), dengan menggunakan pendapat dari ahli (experts

judgment); (b) Validitas isi (content validity), dilakukan dengan membandingkan antara isi

instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan; (c) Validitas eksternal, dengan cara

membandingkanguna mencari kesamaan antar kriteria yang ada pada instrument dengan

fakta-fakta empiris yang terjadi di lapangan.

Menurut Neuman (2007), terdapat tiga jenis validitas pengukuran, antara lain : (a)

Face validity, merupakan validitas yang paling mudah untuk dicapai dan sebagian besar

jenis dasar dari validitas adalah face validity. Hal ini memerlukan pertimbangan dari

2016 Psikometri Pusat Bahan Ajar dan eLearning


3 Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog http://www.mercubuana.ac.id
komunitas ilmiah bahwa indikator benar-benar dapat digunakan untuk mengukur suatu

konstruk. Kesesuaian antara definisi dan metode pengukuran yang digunakan merujuk pada

pertimbangan dari suatu konsensus komunitas ilmiah atau penilaian dari orang lain; (b)

Content vatidity, validitas ini membahas mengenai definisi konseptual yang berisi ide-ide

dan konsep dapat direpresentasikan dalam suatu pengukuran. Validitas isi melibatkan tiga

langkah. Pertama, menentukan definisi konstruk dari seluruh konten. Selanjutnya, ambil

sampel dari semua bidang definisi. Kemudian, mengembangkan indikator yang mewakili

semua bagian dari definisi; (c) Validitas kriteria, menggunakan beberapa standar atau

kriteria untuk mengindikasi konstruk secara akurat. Validitas dari indikator diverifikasi

dengan cara membandingkannya dengan ukuran lain dari konstruk yang sama yang

diterima secara luas.

Ada dua subtipe dari jenis validitas kriteria, yaitu : (a) Validitas konkuren. Indikator

harus dikaitkan dengan indikator yang sudah ada sebelumnya dan dinilai sebagai valid

(misalnya, telah memiliki face validity); (b) Validitas prediktif. Validitas kriteria dimana

indikator memprediksi kejadian masa depan yang logis terkait dengan suatu konstruk. Hal ini

tidak dapat digunakan untuk semua ukuran. Ukuran dan tindakan yang diprediksi harus

berbeda, tetapi dapat menunjukkan konstruk yang sama. Validitas pengukuran prediktif tidak

perlu dibingungkan dengan prediksi dalam pengujian hipotesis, di mana satu variabel

memprediksi variabel yang berbeda di masa depan.

Jenis validitas terdiri dari 3 yaitu : (a) Validitas isi, menunjukkan sejauh mana aitem-

aitem dalam tes mencakup keseluruhan kawasan isi yang hendak diukur oleh tes tersebut;

(b) Validitas konstruk, menunjukkan sejauh mana suatu tes mengukur trait atau konstruk

teoretik yang hendak diukurnya; (c) Validitas kriteria, bukti validitasnya diperlihatkan dengan

adanya hubungan skor pada tes yang bersangkutan dengan skor suatu kriteria, contoh :

analisis korelasional (Azwar, 2011).

Ada lima sumber dasar teori dalam validitas konstrak, yaitu isi, proses respon,

struktur internal, hubungan terhadap variabel lain, dan akibat. Konten melihat hubungan

antara isi pengukuran dengan konstrak ingin diukur. Disini perlu dilihat definisi, tujuan alat

2016 Psikometri Pusat Bahan Ajar dan eLearning


4 Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog http://www.mercubuana.ac.id
ukur, proses dalam mengembangkan dan memilih item, kata-kata dari setiap item, dan

kualifikasi penulis. Bukti konten biasanya menyajikan langkah-langkah terperinci untuk

memastikan bahwa alat ukur tersebut telah mewakili konstrak yang akan diukur (Cook &

Beckman, 2006). Proses respon yaitu bagaimana pola pikir penulis terhadap pengukuran

yang dilakukan, metode dan keamanan data yang digunakan dalam pengukuran dan

pelaporan juga termasuk dalam kategori ini. Strutur internal melihat hubungan antara item

tes dengan tes yang digunakan untu mengukur konstrak, yaitu apakah item-item yang

penting mungkin dapat memiliki fungsi yang berbeda pada sekelompok responden. Hal ini

bermanfaat apabila responden secara kategorial memiliki kesamaan, sehingga item tes ini

diharapkan dapat menunjukkan perbedaannya dari masing-masing responden.

Hubungannya dengan variabel yang lain melihat hubungan skor tes dengan pengukuran lain

dengan konstrak yang sama.

3. Cara Pengujian Validitas

Menurut Sugiyono (2010), cara pengujian validitas sebagai berikut :

3.1 Pengujian Validitas Konstruk

Pengujian validitas konstruk dapat menggunakan pendapat para ahli mengenai

aspek yang akan diukur. Kemudian dilakukan uji coba instrumen pada sampel dari populasi

yang akan digunakan. Setelah data ditabulasikan, maka pengujian validitas konstruk

dilakukan dengan analisis faktor, yaitu dengan mengkorelasikan antar skor item instrumen

dalam suatu faktor, dan mengkorelasikan skor faktor dengan skor total. Pengujian validitas

seluruh butir instrumen dalam satu variabel dapat juga dilakukan dengan cara mencari daya

pembeda skor tiap item dari kelompok yang memberikan jawaban tinggi dan jawaban

rendah. Pengujian analisis daya pembeda dapat menggunakan t-test.

3.2 Pengujian Validitas Isi

Untuk instrumen yang berbentuk tes, pengujian validitas isi dilakukan dengan

membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan. Di sisi

lain, pengujian validitas isi dari instrumen yang akan mengukur efektivitas pelaksanaan

2016 Psikometri Pusat Bahan Ajar dan eLearning


5 Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog http://www.mercubuana.ac.id
program, dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan isi atau

rancangan yang telah ditetapkan. Untuk menguji validitas butir-butir instrumen lebih lanjut,

maka setelah dikonsultasikan kepada para ahli, selanjutnya diujicobakan, dan dilakukan

analisis item atau uji beda.

3.3 Pengujian Validitas Eksternal

Pengujian ini dilakukan dengan cara membandingkan (untuk mencari kesamaan)

antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta empiris yang terjadi di lapangan.

Bila terdapat kesamaan, maka dapat dinyatakan instrumen tersebut memiliki validitas

eksternal yang tinggi.

Untuk menggunakan validitas yang diinginkan terlebih dahulu mencari referensi

mengenai teori pengukuran yang akan dipakai, dengan demikian dapat diketahui

pengukuran yang akan digunakan sehingga dapat menghasilkan suatu validitas nantinya

(Cook & Beckman, 2006). Ketika peneliti mengatakan bahwa suatu indikator itu valid, maka

itu valid untuk tujuan dan definisi tertentu. Indikator yang sama bisa valid untuk satu tujuan

(misal pertanyaan penelitian dengan unit analisis atau secara umum), tetapi bisa kurang

valid atau tidak valid untuk hal yang lainnya. Misalnya dalam mengukur prejudice, bisa valid

untuk mengukur prejudice para guru, tapi bisa jadi tidak valid untuk digunakan dalam

mengukur prejudice dari para polisi. Tidak adanya validitas terjadi jika tidak terdapat

kesesuaian atau kesesuaian yang rendah antara konstruk yang digunakan untuk

menggambarkan, membuat teori atau menganalisis dunia sosial dengan apa yang

sebenarnya terjadi dalam dunia sosial (Neuman, 2007).

Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul

dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti, sedangkan hasil penelitian

yang reliabel bila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda. Di sisi lain, instrumen

yang valid berarti instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data bisa mengukur apa

yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2010). Meningkatkan validitas eksternal dari instrumen

dapat dilakukan dengan cara memperbesar jumlah sampel (Sugiyono, 2010).

2016 Psikometri Pusat Bahan Ajar dan eLearning


6 Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog http://www.mercubuana.ac.id
4. Hubungan Antara Validitas dan Reliabilitas

Reliabilitas diperlukan untuk pengujian validitas dan lebih mudah untuk dicapai

daripada validitas. Meskipun reliabilitas diperlukan untuk memiliki ukuran yang valid dari

suatu konsep, hal itu tidak menjamin ukuran tersebut bisa berlaku. Suatu ukuran yang

reliabel atau dapat menghasilkan hasil yang sama berulang-ulang, namun belum tentu valid

atau mungkin hasil pengukuran tidak cocok dengan definisi konstruk. Validitas dan

reliabilitas merupakan konsep yang saling melengkapi, namun dalam beberapa situasi

mereka bertentangan satu sama lain. Kadang-kadang, validitas meningkat namun reliabilitas

lebih sulit dicapai, atau sebaliknya. Hal ini terjadi ketika memiliki definisi konstruk yang

sangat abstrak dan tidak mudah diamati. Reliabilitas paling mudah dicapai ketika ukuran

secara tepat dan dapat diamati. Dengan demikian, ada pertentangan antara esensi

sebenarnya dari konstruk yang sangat abstrak dan mengukurnya secara konkret (Neuman,

2007).

Faktor-faktor yang mempengaruhi validitas yaitu definisi yang jelas mengenai suatu

konstrak pengukuran (Cook & Beckman, 2006). Selain itu, faktor-faktor yang juga

mempengaruhi, yaitu panjang alat ukur, variabilitas kemampuan kelompok, instruksi tes

yang ambigu, perbedaan sosio-kultural, penambahan item-item yang tidak tepat. Proses

validasi melibatkan pengumpulan bukti-bukti untuk memberikan dasar ilmiah pada

interpretasi skor yang dimaksud (Standards, 1999).

5. Pengujian Validitas

Menurut Sudijono (2009) terdapat berbagai jenis validitas, antara lain :

5.1 Pengujian Validitas Tes Secara Rasional

Validitas rasional adalah validitas yang diperoleh atas dasar hasil pemikiran, validitas

yang diperoleh dengan berpikir secara logis.

Validitas isi (content validity), validitas isi berkaitan dengan kemampuan suatu

instrumen mengukur isi (konsep) yang harus diukur. Ini berarti bahwa suatu alat ukur

2016 Psikometri Pusat Bahan Ajar dan eLearning


7 Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog http://www.mercubuana.ac.id
mampu mengungkap isi suatu konsep atau variabel yang hendak diukur. Validitas isi dari

suatu tes hasil belajar adalah validitas yang diperoleh setelah dilakukan penganalisisan,

penelususran atau pengujian terhadap isi yang terkandung dalam tes hasil belajar tersebut.

Validitas isi adalah yang ditilik dari segi isi tes itu sendiri sebagai alat pengukur hasil belajar

yaitu: sejauh mana tes hasil belajar sebagai alat pengukur hasil belajar peserta didik, isisnya

telah dapat mewakili secara representatif terhadap keseluruhan materi atau bahkan

pelajaran yang seharusnya diteskan (diujikan). Misalnya tes bidang studi IPS, harus mampu

mengungkap isi bidang studi tersebut, pengukuran motivasi harus mampu mengukur seluruh

aspek yang berkaitan dengan konsep motivasi, dan demikian juga untuk hal-hal lainnya.

Menurut Kenneth Hopkin penentuan validitas isi terutama berkaitan dengan proses analisis

logis, dengan dasar ini ia berpendapat bahwa validitas isi berbeda dengan validitas rupa

yang kurang menggunakan analisis logis yang sistematis, lebih lanjut dia menyatakan

bahwa sebuah instrumen yang punya validitas isi biasanya juga mempunyai validitas rupa,

sedang keadaan sebaliknya belum tentu benar.

Validitas konstruksi (construct validity), konstruk adalah kerangka dari suatu konsep,

validitas konstruk adalah validitas yang berkaitan dengan kesanggupan suatu alat ukur

dalam mengukur pengertian suatu konsep yang diukurnya. Menurut Jack R. Frankel,

validasi konstruk (penentuan validitas konstruk) merupakan yang terluas cakupannya

dibanding dengan validasi lainnya, karena melibatkan banyak prosedur termasuk validasi isi

dan validasi kriteria. Validitas konstruksi juga dapat diartikan sebagai validitas yang ditilik

dari segi susunan, kerangka atau rekaannya. Adapun secara terminologis, suatu tes hasil

belajar dapat dinyatakan sebagai tes yang telah memiliki validitas konstruksi, apabila tes

hasil belajar tersebut telalh dapat dengan secara tepat mencerminkan suatu konstruksi

dalam teori psikologis.

5.2 Pengujian Validitas Tes Secara Empirik

Validitas empirik adalah ketepatan mengukur yang didasarkan pada hasil analisis

yang bersifat empirik. Dengan kata lain, validitas empirik adalah validitas yang bersumber

pada atau diperoleh atas dasar pengamatan di lapangan.

2016 Psikometri Pusat Bahan Ajar dan eLearning


8 Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog http://www.mercubuana.ac.id
Validitas ramalan (predictive validity), validitas ramalan adalah suatu kondisi yang

menunjukkan seberapa jauhkah sebuah tes telah dapat dengan secara tepat menunjukkan

kemampuannya untuk meramalkan apa yang bakal terjadi pada masa mendatang.

Contohnya apakah tes masuk sekolah mempunyai validitas ramalan atau tidak ditentukan

oleh kenyataan apakah terdapat korelasi yang signifikan antara hasil tes masuk dengan

prestasi belajar sesudah menjadi siswa, bila ada berarti tes tersebut mempunyai validitas

ramalan.

Validitas bandingan (concurrent validity), tes sebagai alat pengukur dapat dikatakan

telah memiliki validitas bandingan apabila tes tersebut dalam kurun waktu yang sama

dengan secara tepat mampu menunjukkan adanya hubungan yang searah, antara tes

pertama dengan tes berikutnya.

6. Perbedaan Validitas Internal dan Validitas Eksternal

Djaali (dikutip dalam Matondang, 2009), mengatakan bahwa validitas internal

(validitas butir) termasuk kelompok validitas kriteria yang merupakan validitas yang diukur

dengan besaran yang menggunakan tes sebagai suatu kesatuan (keseluruhan butir)

sebagai kriteria untuk menentukan validitas butir dari tes itu. Dengan demikian validitas

internal mempermasalahkan validitas butir dengan menggunakan hasil ukur tes tersebut

sebagai suatu kesatuan sebagai kriteria, sehingga biasa juga disebut validitas butir. Validitas

internal diperlihatkan oleh seberapa jauh hasil ukur butir tersebut konsisten dengan hasil

ukur tes secara keseluruhan. Oleh karena itu validitas butir tercermin pada besaran

koefisien korelasi antara skor butir dengan skor total tes. Jika koefisien korelasi skor butir

dengan skor total tes positif dan signifikan maka butir tersebut valid berdasarkan ukuran

validitas internal. Koefisien korelasi yang tinggi antara skor butir dengan skor total

mencerminkan tingginya konsistensi antara hasil ukur keseluruhan tes dengan hasil ukur

butir tes atau dapat dikatakan bahwa butir tes tersebut konvergen dengan butir-butir lain

dalam mengukur suatu konsep atau konstruk yang hendak diukur. Validitas internal untuk

skor butir dikotomi digunakan koefisien korelasi biserial (rbis).

2016 Psikometri Pusat Bahan Ajar dan eLearning


9 Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog http://www.mercubuana.ac.id
Validitas eksternal dapat berupa hasil ukur tes baku atau tes yang dianggap baku

dapat pula berupa hasil ukur lain yang sudah tersedia dan dapat dipercaya sebagai ukuran

dari suatu konsep atau variabel yang hendak diukur. Validitas eksternal diperlihatkan oleh

suatu besaran yang merupakan hasil perhitungan statistika. Jika kita menggunakan basil

ukur tes yang sudah baku sebagai kriteria eksternal, maka besaran validitas eksternal dari

tes yang kita kembangkan didapat dengan jalan mengkorelasikan skor hasil ukur tes yang

dikembangkan dengan skor hasil ukur tes baku yang dijadikan kriteria. Makin tinggi koefisien

korelasi yang didapat, maka validitas tes yang dikembangkan juga makin baik. Kriteria yang

digunakan untuk menguji validitas eksternal digunakan nilai r-tabel. Jika koefisien korelasi

antara skor hasil ukur tes yang dikembangkan dengan skor hasil ukur tes baku lebih besar

daripada r-tabel maka tes yang dikembangkan adalah valid berdasarkan kriteria eksternal

yang dipilih (hasil ukur instrumen baku). Jadi keputusan uji- validitas dalam hal ini adalah

mengenai valid atau tidaknya tes sebagai suatu kesatuan, bukan valid atau tidaknya butir

tes seperti pada validitas internal.

Suatu tes dapat dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila tes tersebut

menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang tepat dan akurat sesuai

dengan tujuan dari pengukuran. Sedangkan suatu tes yang tidak menghasilan data yang

relevan sesuai dengan tujuan dari tes tersebut, maka validitas tes tersebut rendah (Azwar,

2011). Apabila tes tersebut memiliki kecermatan yang tinggi, yaitu mampu mendeteksi

perbedaan-perbedaan kecil yang ada pada atribut yang sedang diukur (Azwar, 2011).

2016 Psikometri Pusat Bahan Ajar dan eLearning


10 Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog http://www.mercubuana.ac.id
Untuk menghitung koefisien validitas skala pemenuhan kebutuhan dan skala

komitmen organisasi, maka teknik yang digunakan adalah validitas internal dengan

mengkorelasikan skor pada tiap item dengan skor totalnya. Teknik yang digunakan untuk

mencari korelasinya adalah korelasi Produk Moment dari Pearson (Arikunto, 2006).

Rumusnya sebagai berikut :

rxy = N. XYX Y

X2-(X)2.(N.Y2-(Y)2))

Keterangan :

rxy = Koefisien product moment

N = Jumlah Subyek

X = Jumlah skor item

Y = Jumlah skor total

XY = Jumlah perkalian antara skor item dengan skor total

X2 =
Jumlah kuadrat skor item

Y2 = Jumlah kuadrat skor total

2016 Psikometri Pusat Bahan Ajar dan eLearning


11 Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog http://www.mercubuana.ac.id
Untuk menghindari over estimasi atau kelebihan bobot, maka hasil korelasi Product

Moment tersebut harus dikorelasikan lagi dengan korelasi Part Whole Correlation atau

korelasi bagian total (Azwar, 2004). Korelasi ini diperlukan karena korelasi product moment

antara skor bagian dengan skor faktor sebagai bagian total dari semua item akan

menghasilkan korelasi yang terlalu tinggi. Hal ini disebabkan karena pengaruh kontribusi

skor masing-masing item menentukan besarnya skala.

Rumus untuk mengkoreksi korelasi product moment menjadi koreksi bagian total :

rxy = (rxy) (SBy) SBx

(SBx2) + (SBy2) 2(rxy) (SBx) (SBy)

Keterangan :

rpq = Koefisien koreksi bagian total

rxy = Koefisien korelasi momen tangkar yang baru dikerjakan

SBy = Simpang baku skor faktor

SBx = Simpang baku skor butir

Validitas instrumen diperoleh dari hasil korelasi antara item yang dikorelasikan

dengan skor total kemudian dibandingkan dengan nilai r tabel pada tingkat signifikansi 5 %.

Jika dari hasil perhitungan validitas item dalam satu faktor didapatkan nilai korelasi item

lebih besar dari nilai r tabel (= 0, 333), maka butir item tersebut valid. Sebaliknya jika didapat

nilai korelasi item lebih kecil dari r tabel (=0,333), maka butir item tersebut dinyatakan tidak

valid atau gugur.

Syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat atau dapat dinyatakan valid

adalah apabila R (nilai dalam kolom corrected item total correlation) > 0,3. Jika nilai korelasi

antara butir dengan skor total R < 0,3 maka butir dalam instrumen tersebut dinyatakan tidak

valid (Sugiyono, 2010).

2016 Psikometri Pusat Bahan Ajar dan eLearning


12 Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog http://www.mercubuana.ac.id
7. Evaluasi Validitas

Validitas menyangkut tingkat akurasi yang dicapai oleh sebuah indikator dalam

menilai sesuatu atau akuratnya pengukuran atas apa yang seharusnya diukur. Karena

indikator multidimensi, maka uji validitas dari setiap laten variabel construct akan diuji

dengan melihat loading faktor dari hubungan antara setiap obseverd variable dan latent

variable.

8. Evaluasi Normalitas Sebaran dan Linieritas

1. Normalitas dapat diuji dengan melihat gambar histogram data atau dapat diuji

dengan metode-metode statistik.

2. Menggunakan Critical Ratio yang diperoleh dengan membagi koefisien sampel

dengan standard errornya dan skelvness value yang biasanya disajikan dalarn

statistik deskriptif dimana nilai statistik untuk menguji normalitas itu disebut sebagai

Z-value. Pada tingkat signifikansi 1 %, jika nilai Z lebih besar dari nilai kritis, maka

dapat diduga bahwa distribusi data adalah tidak normal.

3. Normal Probability Plot (SPSS 10.1)

4. Linieritas dengan mengamati scatter plots dari data yaitu dengan memilih pasangan

data dan dilihat pola penyebarannya untuk menduga ada tidaknya linieritas.

2016 Psikometri Pusat Bahan Ajar dan eLearning


13 Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian: Suatu pendekatan praktik (6th ed.). Jakarta: Rineka

Cipta.

Anastasi, A., & Urbina, S. (1998). Tes psikologi (Edisi Terjemahan). Jakarta: PT.

Prenhallindo.

Azwar, S. (2008). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, S. (2011). Tes prestasi: Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, S. (2005). Metode penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Cook, D. A. & Beckman, T. (2006). Current concept validity and reliability for psychometric

instrument: Theory and application. The American Journal of Medicine.

Matondang, Z. (2009). Validitas dan reliabilitas suatu instrumen penelitian. Jurnal

Tabularasa PPS Unimed, 6 (1), 87-97.

Neuman, W. L. (2007). Basic of social research: Qualitative and quantitative qpproaches,

second edition. Pearson Education, Inc.

Murti, B. (2011) Validitas dan Reliabilitas Pengukuran. Universitas Negeri Semarang: Tidak

Dipublikasikan

Setyawan, I. (2011). Diktat psikometri. Universitas Diponegoro: Tidak Dipublikasikan

Sujarwadi, S. (2011). Validitas dan reliabilitas instrumen penelitian. Universitas Negeri

Jakarta: Tidak dipublikasikan

2016 Psikometri Pusat Bahan Ajar dan eLearning


14 Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog http://www.mercubuana.ac.id
Sugiyono. (2004). Statistika untuk penelitian. Bandung: CV. Alfabeta.

Sugiyono. (2010). Metode penelitian pendidikan: Pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

Widodo, P. B. (2006). Reliabilitas dan validitas konstruk skala konsep diri untuk mahasiswa

Indonesia. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro, 3 (1), 1-9.

2016 Psikometri Pusat Bahan Ajar dan eLearning


15 Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai