Karateristik Nikel Laterit Pada Area X Daerah Iup PT
Karateristik Nikel Laterit Pada Area X Daerah Iup PT
Karateristik Nikel Laterit Pada Area X Daerah Iup PT
PROPOSAL PENELITIAN
DIAJUKAN OLEH:
A. Latar Belakang
Sulawesi Selatan, dimana penambangan ini dikelola oleh PT INCO Indonesia yang
juga penambangan Nikel laterit di Pomala dan Pulau Gag yang dikelola oleh PT
Aneka Tambang.
kegunaannya. Kegunaan Nikel antara lain sebagai campuran logam anti karat,
catalisator, pelapis besi, coin dan lain-lain. Nikel termasuk Sumber Daya Alam
B. Rumusan Masalah
1. Kandungan unsur-unsur kimia (Ni, Fe, Co, MgO, SiO2, dan S/M) daerah
telitian.
2. Pola penyebaran unsur-unsur kimia (Ni, Fe, Co, MgO, SiO2, dan S/M)
daerah telitian.
C. Tujuan Penelitian
1. Kandungan dan pola penyebaran unsur-unsur kimia (Ni, Fe, Co, MgO, SiO2,
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi keilmuan :
Bijih nikel yang terdapat di bagian Tengah dan Timur Sulawesi tepatnya di
daerah Sorowako termasuk ke dalam jenis nikel laterit dan bijih nikel silikat. Bijih
nikel tersebut terjadi akibat pelapukan dan pelindian (leaching) batuan ultramafik
1. Mandala Geologi Sulawesi Barat, dicirikan oleh adanya jalur gunung api
2. Mandala Geologi Sulawesi Timur, dicirikan oleh batuan Ofiolit yang berupa
3. Mandala Geologi Banggai Sula, dicirikan oleh batuan dasar berupa batuan
pecahan dari lempeng New Guinea yang bergerak kearah barat sepanjang sesar
sorong.
bagian Timur yang dicirikan dengan batuan ofiolit dan Malihan yang di beberapa
lengan North-East sulawesi. Uplift terjadi sangat intensif di daerah ini, diduga
karena desakan kerak samudera Banggai Craton. Kerak benua dengan density yang
dan mantel.Pada bagian Selatan dari zona melange ini terdapat kompleks batuan
Kompleks ini menempati luas sekitar 11,000 km persegi dengan stadia geomorfik
menengah, diselingi oleh blok-blok sesar dari Cretaceous abyssal limestone dan
(Simanjuntak, dkk, 1991) yang merupakan Mandala Sulawesi Timur, yang dapat
dibagi dalam daerah pegunungan, daerah perbukitan, daerah karst dan daerah
dataran.
Verbeek dengan ketinggian 800 - 1.346 meter di atas permukaan laut disusun oleh
ketinggian 200 - 700 meter dan merupakan perbukitan agak landai yang terletak
oleh batuan vulkanik, ultramafik dan batupasir. Dengan puncak tertinggi adalah
m dan dibentuk oleh batugamping. Daerah ini dicirikan oleh adanya dolena dan
aluvium seperti Pantai Utara Palopo dan Pantai Malili sebelah timur. Pola aliran
sungai sebagian besar berupa pola rektangular dan pola dendritik. Sungai - sungai
besar yang mengalir di daerah ini antara lain Sungai Larona dan Sungai Malili yang
mengalir dari timur ke barat serta Sungai Kalaena yang mengalir dari utara ke
selatan. Secara umum sungai-sungai yang mengalir di daerah ini bermuara ke Teluk
Bone.
C. Struktur Regional
biostratigrafi dan umur, daerah ini dapat dibagi menjadi 2 kelompok yang sangat
berbeda, yakni : Allochtoun yang terdiri dari Ofiolit dan malihan, sedangkan
Autochtoun terdiri dari : Batuan gunungapi dan pluton Tersier dari pinggiran Sunda
Struktur struktur geologi yang penting di daerah ini adalah sesar, lipatan
dan kekar. Secara umum sesar yang terdapat di daerah ini berupa sesar naik, sesar
sungkup, sesar geser, dan sesar turun, yang diperkirakan sudah mulai terbentuk
sejak Mesozoikum. Beberapa sesar utama tampaknya aktif kembali. Sesar Matano
dan Sesar Palu Koro merupakan sesar utama berarah baratlaut - tenggara dan
menunjukkan gerak mengiri. Diduga kedua sesar itu masih aktif sampai sekarang,
keduanya bersatu di bagian baratlaut. Diduga pula kedua sesar tersebut terbentuk
sejak Oligosen dan bersambungan dengan Sesar Sorong sehingga merupakan suatu
sistem sesar transform. Sesar lain yang lebih kecil berupa tingkat pertama
dan atau kedua yang terbentuk bersamaan atau setelah sesar utama tersebut.
Pada Kala Oligosen, Sesar Sorong yang menerus ke Sesar Matano dan Palu
Koro mulai aktif. Akibatnya mikro kontinen Banggai Sula bergerak ke arah barat
dan terpisah dari benua Australia. Lipatan yang terdapat di daerah ini dapat
digolongkan ke dalam lipatan lemah, lipatan tertutup dan lipatan tumpang-tindih,
sedangkan kekar terdapat dalam hampir semua jenis batuan dan tampaknya terjadi
Sulawesi Timur yakni Lempeng Banggai Sula yang bergerak ke arah barat
terdorong naik (terobduksi). Di bagian barat lajur penunjaman dan busur luar
yang dilaluinya yakni danau Matano. Analog dengan sesar Palu Koro sesar Matano
ini merupakan sesar mendatar sinistral, membentang membelah timur Sulawesi dan
Sepanjang sesar mendatar ini terdapat juga cekungan tipe pull apart
basin. Yang paling nyata adalah Danau Matano dengan batimetri sekitar 600
m dan dikontrol oleh sesar - sesar normal yang menyudut terhadap kelurusan
teluk Losoni sebagai pull apart basin dan menerus ke laut sampai ke utara
Lembar Malili termasuk Mandala Geologi Sulawesi Timur dan Mandala Geologi
Sulawesi Barat dengan batas Sesar Palu-Koro yang membujur hampir utara -
selatan. Mandala Geologi Sulawesi Timur dapat dibagi ke dalam lajur batuan
malihan dan lajur ofiolit Sulawesi Timur yang terdiri dari batuan ultramafik dan
websterit, wehrlit dan serpentinit, setempat batuan mafik termasuk gabro dan
basal. Umurnya belum dapat dipastikan, tetapi dapat diperkirakan sama dengan
dasar lempung merah bersisik. Batuan tektonika ini tersingkap baik di daerah
Wasuponda serta di daerah Ensa, Koro Mueli, dan Patumbea, diduga terbentuk
Sulawesi Timur yang tersusun oleh kompleks ofiolit, batuan metamorf, kompleks
serpentinit, werlit, gabro dan diabas, basal dan diorite. Sekuen ini tersingkap dengan
baik di bagian utara , sedangkan dibagian tengah dan selatan, komplek ofiolit ini
Batuan yang merupakan anggota lajur ofiolit Sulawesi Timur berupa batuan
ultramafik yang terdapat disekitar danau Matano terdiri dari dunit, harzburgit,
lherzolit, wehrlit, websterit, dan serpentinit. Dunit berwarna hijau pekat kehitaman,
padu dan pejal, bertekstur faneritik, mineral penyusunnya adalah olivin, piroksen,
plagioklas, sedikit serpentin dan magnetit, berbutir halus sampai sedang. Mineral
utama olivin dengan komposisi lebih dari 90%. Tampak adanya penyimpangan dan
deformasi yang dialami oleh batuan ini. Dibeberapa tempat dunit terserpentinkan
kuat yang ditunjukkan oleh struktur seperti jaring dan barik-barik mineral olivin
padu dan pejal. Mineralnya halus sampai kasar terdiri atas olivine (90 % - 60 %),
dan piroksen sekitar 40%. Pada beberapa tempat menunjukkan struktur perdaunan.
Hasil penghabluran ulang pada mineral piroksin dan olivin mencirikan batas
penyusunnya ialah olivin sekitar 45%, piroksin sekitar 25% dan sisanya epidot dan
bijih dengan mineral berukuran halus sampai kasar. Serpentinit berwarna biru tua,
tekstur lepidoblastik, struktur schistosity, bentuk mineral hypidioblastik. Mineral
utama yang menyusun batuan ini adalah mineral serpentin , sedikit olivin dan
dapat dilihat dengan mata telanjang. Batuan serpentinit merupakan hasil ubahan
dkk, 1991).
Diatas ofiolit diendapkan tidak selaras Formasi Matano yang terbagi bagian
sedangkan bagian bawah dicirikan oleh rijang radiolaria dengan sisipan kalsilutit
yang semakin banyak ke bagian atas. Berdasarkan kandungan fosil formasi ini
adalah endapan danau yang terdiri atas lempung, pasir, kerikil dan sebagian
Deposit Nikel laterit berasal dari batuan beku ultramafik yang kaya olivine
seperti dunit dan peridotit. Faktor-faktor yang berperan penting dalam
pembentukan deposit nikel laterit adalah :
1. Stabilitas Mineral ( struktur kristal, titik lebur )
2. Reaksi Potensial ( reduksi / oksidasi )
3. Ukuran Butir dan Bukaan Batuan ( porositas )
4. Kondisi pH
5. Pergerakan Larutan
6. Klimaks ( temperatur, rainfall)
7. Topografi
8. Air tanah
9. Komposisi batuan dasar
Batuan ultramafik daerah Sorowako terdiri dari :
Dunit, yang mengandung olivin lebih dari 90% dan piroksen sekitar 5%.
15%.
Lherzolit, yang mengandung olivine sekitar 65% dan piroksen sekitar 35%.
dan mekanik yang disebabkan oleh udara, air, panas dan dingin akan
menghancurkan batuan tersebut menjadi soil dan clay. Proses kimia dimulai pada
batuan ultramafik sebagai batuan asal. Pada umumnya pelapukan ini terdiri dari
Pelarutan
Transportasi
Pada pelarutan, faktor yang terpenting adalah pH, solubility dan kestabilan
faktor yang berpengaruh adalah iklim, topografi, morfologi dan densitas. Hasil
topografi yang tidak terlalu curam. Hasil pelapukan akan ditransportasikan oleh air
pencucian (leaching) dan migrasi, akhirnya terakumulasi pada zona oksidasi dan
reduksi.
silikat dan besi silikat, mengalami proses pelapukan secara kimiawi dan
dipengaruhi oleh air tanah yang kaya akan CO2 dari udara luar atau tumbuh-
sampai tinggi akan mengalami leaching dan terakumulasi pada zona tertentu
pada zona limonite sebagai pengkayaan residu. Si dengan derajat mobilitas 0,5
1979). Si dan Mg yang mengalami proses pencucian dan migrasi, akan mengikat
larutan besi akan bersenyawa dengan oksida dan mengendap sebagai ferri
mineral geotit FeO(OH), hematit (Fe2O3) dan kobalt dalam jumlah kecil,
dengan permukaan tanah, sedang magnesium, nikel, dan silika tertinggal dalam
larutan, selama air masih asam, tetapi jika dinetralisasi karena adanya reaksi dengan
batuan dan tanah, maka zat-zat tersebut akan cenderung mengendap sebagai
hydrosilikat atau magnesium hidrat silikat yang berwarna hijau yang disebut
di tempat yang lebih dalam pada zona pengkayaan dimana kandungan nikel pada
Bijih nikel pada endapan laterit mempunyai kadar yang paling tinggi
terdapat dekat dengan batuan dasar zone pelapukan dan diendapkan pada retakan-
retakan di bagian atas dari lapisan dasar / bedrock. Walaupun pada zona-zona
tersebut terdapat Ni dengan kadar sangat tinggi, tapi Ni tersebut tidak ekonomis
sekitarnya yang terdapat dalam batuan dasar (0.3 Ni 0.5 % Ni). Pengkayaan besi
dan nikel terjadi melalui pemindahan magnesium dan silika, dimana besi dalam
material ini berupa mineral ferri oksida yang pada umumnya membentuk gumpalan.
(Golightly, 1979)
Endapan nikel yang bersifat silikat kadang disebut sebagai bijih serpentin,
kebanyakan terjadi pada daerah beriklim tropis dimana curah hujan tinggi dengan
sepanjang pantai danau. Penampang pelapukan tebalnya berkisar antara 5-10 meter.
Bagian bawah merupakan bagian saprolite dari penampang di tempat tertentu dan
kaya akan nikel. Lokasi endapan bijih ini secara sistematis bertalian dengan
seringkali kadar nikel terbaik ditemukan sepanjang zona-zona kekar yang intensif
a. Zona limonit
Zona ini terletak di bagian atas permukaan ,lunak dan berwarna coklat
kemerahan hingga gelap dengan kadar air antara 25% sampai 35%, kadar nikel
maksimal 1,3% dan di permukaan atas dijumpai lapisan iron capping. Zona ini
merupakan kumpulan massa gutit, hematit dan limonite. Iron capping mempunyai
kadar besi yang tinggi tapi kadar nikel yang rendah. Terkadang terdapat mineral-
mineral chromiferous.
b. Zona Saprolit
bawah dari lapisan limonite. Campuran dari sisa-sisa batuan, butiran halus
limonite,saprolitic rims, vein dari endapan garnierit, nickeliferous quartz, mangan
dan pada beberapa kasus terdapat silica boxwork, bentukan dari suatu zona transisi
dari limonite ke bedrock. Terkadang terdapat mineral kuarsa yang mengisi rekahan,
kurang nickeliferous serpentin. Struktur dan tekstur batuan asal masih terlihat.
Lapisan ini terdapat bersama batuan yang keras atau rapuh dan sebagian saprolite.
Kadar Ni 1,85%, Fe 16%, MgO 25%, SiO2 35%. Zona ini merupakan zona dengan
Bagian terbawah dari profil laterit Lapisan ini merupakan batuan peridotit
sesar yang tidak atau belum mengalami pelapukan . Secara umum sudah tidak
mengandung mineral ekonomis lagi (kadar logam sudah mendekati atau sama
dengan batuan dasar), berwarna kuning pucat sampai abu-abu kehijauan. Zona ini
terfrakturisasi kuat, kadang membuka, terisi oleh mineral garnierit dan silika.
Frakturisasi ini diperkirakan menjadi penyebab adanya root zone yaitu zona high
grade Ni.
morfologi dan relief, umumnya endapan laterit terakumulasi banyak pada bagian
bawah bukit dengan relief yang landai. Sedang relief yang terjal endapan semakin
tinggi dijumpai pada zona-zona retakan, zona sesar dan rekahan pada batuan.
Gambar Penampang umum Nikel Laterit Sorowako (Osborne & Waraspati,
1986)
III. METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
U
Danau
Matano
Sorow
ako
Mana
do
Daerah X
Palu
Kenda
ri
Makassa
r
yaitu berupa data kandungan unsur-unsur kimia (Ni, Fe, Co, MgO, SiO2, dan S/M),
Data tersebut akan didukung oleh data lain seperti litologi, morfologi, topografi,
interpretasi struktur kelurusan (lineament) dari foto udara, elevasi dan lokasi titik
bor. Penelitian ini dilakukan untuk membuat suatu model geologi Nikel laterit di
daerah X.
C. Prosedur Penelitian
Untuk mencapai tujuan yang diharapkan maka penelitian ini akan dibagi
menjadi tiga tahap, yaitu tahap pendahuluan dan pengumpulan data, tahap analisa
1. Tahap Pendahuluan
pustaka, pemilihan judul dan diskusi dengan dosen pembimbing. Tahap ini
b. Studi Pustaka
Melakukan studi pustaka yang menunjang penelitian mengenai geologi
daerah telitian dan regional Sulawesi Selatan, sub geologi lembar Malili. Juga
c. Pengumpulan Data
Data utama dalam penelitian ini adalah data pemboran coring, dari data
pemboran akan diperoleh data unsur-unsur kimia (Ni, Fe, Co, MgO, SiO2, dan
S/M), ketebalan dan kedalaman Ni ore. Data ini didukung oleh data litologi,
elevasi dan lokasi titik bor. Data-data tersebut akan diproses yang kemudian
INCO Tbk dan Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Ilmu Dan Teknologi Kebumian,
unsur kimia dari batuan, adapun unsur yang dianalisa adalah (Ni, Fe, Co, MgO,
SiO2, dan S/M). Kandungan unsur-unsur kimia tersebut ini diperoleh dari material
hasil pemboran coring yang dianalisa di Process and Technology Laboratory PT.
hasilnya disajikan dalam bentuk persentase. Data analisa dari laboratorium tersebut
terlebih dahulu divalidasi, dan dalam penelitian ini, prosentase kandungan unsur
tersebut sudah mengalami validasi. Data kimia tersebut diolah dengan software
Interdex dan Arcgis 10.2 dan akan disajikan dalam bentuk peta penyebaran
b. Analisa Geologi
lereng dari data collar (XYZ) yang diproses dengan software Arcgis 10.2.
Dari hasil analisa geologi ini dapat diketahui intensitas struktur dan derajat
kemiringan lereng pada daerah telitian. Data ini akan mendukung dalam
interpretasi intensitas struktur, zona lemah dan kemiringan lereng sebagai salah
Yang dilakukan pada analisa ini adalah analisa kedalaman, ketebalan dan
10.2, dan akan disajikan dalam bentuk peta dan penampang geologi.
Berdasarkan semua data yang diperoleh dari analisa dan interpretasi tersebut
di atas akan dibuat suatu model geologi daerah X. Dalam hal ini menyangkut
penyebaran unsur-unsur kimianya dan bentuk Ni ore bawah permukaan, dan akan
disajikan dalam bentuk peta dan penampang setelah mengalami evaluasi. Setelah
melalui evaluasi dan pembahasan, maka akan didapatkan kesimpulan dari tujuan
penelitian ini. Tahap ini dilakukan di Mine Geology Exploration (MGX) PT. INCO
Tbk dan Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Ilmu Dan Teknologi Kebumian,
Analisa Geologi
METODE PENELITIAN Analisa Data Kimia
Analisa Karakteristik
Nik
Pengamatan
el morfologi
Pengamatan litologi
Data persentase
kandungan kimia
Pengamatan struktur
PEMPROSESAN DAN kelurusan melalui foto
ANALISIS DATA udara
Analisa Geologi : Interpretasi foto udara,
topografi, kelurusan.
Analisa Data Kimia : Pembuatan dan pengamatan
penyebaran unsur kimia(Ni,
Fe, Co,MgO, SiO2, dan S/M)
Analisa Karakteristik Ni : Pembuatan peta kedalaman,
PENENTUAN ketebalan dan penyebaran Ni
MODEL GEOLOGI ore, waste dan overburden,
serta penampang geologi.
LAPORAN
PENELITIAN
April Mei
Rencana
No. Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu
Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8
Orientasi
1
Lapangan
Pengambilan
2
Data Lapangan
Pengolahan
3
Data
Pembuatan
4
skripsi
Keterangan :
= Sudah Berjalan
= Akan Berjalan
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, W., 1977. Geology Along the Matano Fault Zone East Sulawesi,
Indonesia. ( PT INCO, Soroako ).
Ahmad, W., 2002. Nickel Laterites-A Short Course : Chemistry, Mineralogy, and
Formation of Nickel Laterites ( unpublished ), 98 p.
Boy Surya Adhitya, 2000. Pelatihan dalam explorasi dan pertambangan deposit
nikel laterit di P.T. INCO Soroako. Unpublished.
Simanjuntak, T. O., Surono dan Sukido, 1992, Geologi Lembar Malili Sulawesi,
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.
Suratman, 2000. Geologi dan Endapan Ni-Laterit Soroako Sulawesi Selatan, in
The Proceeding The XXIX Annual Convention of the Association of
Indonesian Geologists, Vol. 2, Bandung.