LP Bronkopneumonia

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN BRONKOPNEUMONIA

A. Konsep Dasar Teori

1. Definisi
Bronchopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang
mempunyai pola penyebaran berbecak, teratur dalam satu atau lebih area
terlokalisasi di dalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan
di sekitarnya (Smeltzer & Suzane C, 2002).
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal
dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, alveoli,
serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan menimbulkan gangguan
pertukaran gas setempat. (Zul, 2001)
Bronkopneumonia adalah suatu peradangan paru yang biasanya
menyerang di bronkeoli terminal. Bronkeoli terminal tersumbat oleh eksudat
mokopurulen yang membentuk bercak bercak konsolidasi di lobuli yang
berdekatan. Penyakit ini sering bersifat sekunder, menyertai infeksi saluran
pernafasan atas, demam infeksi yang spesifik dan penyakit yang melemahkan
daya tahan tubuh (Sudigdiodi dan Imam Supardi, 1988) kesimpulannya
bronchopneumonia adalah jenis infeksi paru yang disebabkan oleh agen
infeksius dan terdapat di daerah bronkus dan sekitar alveoli.

2. Klasifikasi Pneumonia
Klasifikasi menurut Zul Dahlan (2001) :
a. Berdasarkan ciri radiologis dan gejala klinis, dibagi atas :
1) Pneumonia tipikal, bercirikan tanda-tanda pneumonia lobaris dengan
opasitas lobus atau lobularis.
2) Pneumonia atipikal, ditandai gangguan respirasi yang meningkat
lambat dengan gambaran infiltrat paru bilateral yang difus.
b. Berdasarkan faktor lingkungan
1) Pneumonia komunitas
2) Pneumonia nosokomial
3) Pneumonia rekurens
4) Pneumonia aspirasi
5) Pneumonia pada gangguan imun
6) Pneumonia hipostatik
c. Berdasarkan sindrom klinis
1) Pneumonia bakterial berupa : pneumonia bakterial tipe tipikal yang
terutama mengenai parenkim paru dalam bentuk bronkopneumonia dan
pneumonia lobar serta pneumonia bakterial tipe campuran atipikal
yaitu perjalanan penyakit ringan dan jarang disertai konsolidasi paru.
2) Pneumonia non bakterial, dikenal pneumonia atipikal yang disebabkan
Mycoplasma, Chlamydia pneumoniae atau Legionella.

Klasifikasi berdasarkan Reeves (2001) :


a. Community Acquired Pneunomia dimulai sebagai penyakit pernafasan
umum dan bisa berkembang menjadi pneumonia. Pneumonia Streptococal
merupakan organisme penyebab umum. Tipe pneumonia ini biasanya
menimpa kalangan anak-anak atau kalangan orang tua.
b. Hospital Acquired Pneumonia dikenal sebagai pneumonia nosokomial.
Organisme seperti ini aeruginisa pseudomonas. Klibseilla atau aureus
stapilococcus, merupakan bakteri umum penyebab hospital acquired
pneumonia.
c. Lobar dan Bronkopneumonia dikategorikan berdasarkan lokasi anatomi
infeksi. Sekarang ini pneumonia diklasifikasikan menurut organisme,
bukan hanya menurut lokasi anatominya saja.
d. Pneumonia viral, bakterial dan fungi dikategorikan berdasarkan pada agen
penyebabnya, kultur sensifitas dilakukan untuk mengidentifikasikan
organisme perusak.
3. Etiologi
a. Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram
posifif seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus
pyogenesis. Bakteri gram negatif seperti Haemophilus influenza, klebsiella
pneumonia dan P. Aeruginosa.
b. Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet.
Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama
pneumonia virus.
c. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui
penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada
kotoran burung, tanah serta kompos.
d. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC).
Biasanya menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi. (Reeves,
2001)

4. Patofisiologi
Proses terjadinya bronchopneumonia yaitu masuknya mikroorganisme
ke traktus respiratorius yang menginfeksi saluran napas atas. Karena daya
tahan tubuh lemah maka infeksi menyebar ke paru-paru sampai ke bronchioli
dan menimbulkan gejala ringan: batuk, pilek, panas, malaise. Bila infeksi
bertambah kuat, terjadi infiltrasi yaitu masuknya mukus paru-paru yang
menyebabkan sumbatan dan konsolidasi yaitu penimbunan mukus paru-paru
yang menyebabkan gangguan ventilasi, gangguan difusi dan gangguan perfusi
yang menyebabkan hipoksemia yang ditandai dengan gejala bertambah berat
dengan pernapasan cuping hidung, pernapasan cepat, sianosis, kadang-kadang
konstipasi atau diare, muntah dan distensi abdomen. Jika hal ini tidak
ditanggulangi terjadi kondisi yang lebih buruk yaitu kegagalan pernapasan.

5. Manifestasi Klinis
a. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan
1) Nyeri pleuritik
2) Nafas dangkal dan mendengkur
3) Takipnea
b. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi
1) Mengecil, kemudian menjadi hilang
2) Krekels, ronki, egofoni
c. Gerakan dada tidak simetris
d. Menggigil dan demam 38,8 C sampai 41,1C, delirium
e. Diafoesis
f. Anoreksia
g. Malaise
h. Batuk kental, produktif
Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi kemerahan atau
berkarat
i. Gelisah
j. Sianosis
1) Area sirkumoral
2) Dasar kuku kebiruan
k. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Sinar x : mengidentifikasi distribusi struktural; dapat juga menyatakan
abses luas/infiltrat, empiema(stapilococcus); infiltrasi menyebar atau
terlokalisasi (bakterial); atau penyebaran /perluasan infiltrat nodul (virus).
Pneumonia mikoplasma sinar x dada mungkin bersih.
b. GDA : tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang
terlibat dan penyakit paru yang ada.
c. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah : diambil dengan biopsi
jarum, aspirasi transtrakeal, bronkoskopifiberotik atau biopsi pembukaan
paru untuk mengatasi organisme penyebab.
d. JDL : leukositosis biasanya ada, meski sel darah putih rendah terjadi
pada infeksi virus, kondisi tekanan imun memungkinkan berkembangnya
pneumonia bakterial.
e. Pemeriksaan serologi : titer virus atu legionella, aglutinin dingin.
f. LED : meningkat
g. Pemeriksaan fungsi paru : volume ungkin menurun (kongesti dan
kolaps alveolar); tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan komplain
menurun, hipoksemia.
h. Elektrolit : natrium dan klorida mungkin rendah
i. Bilirubin : mungkin meningkat
j. Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paru terbuka :menyatakan
intranuklear tipikal dan keterlibatan sitoplasmik(CMV) (Doenges, 1999)

7. Penatalaksanaan
a. Kemoterapi
Pemberian kemoterapi harus berdasarkan pentunjuk penemuan kuman
penyebab infeksi (hasil kultur spatum dan tes sensitivitas kuman terhadap
antibodi). Bila penyakitnya ringan antibiotik diberikan secara oral,
sedangkan bila berat diberikan secara parenteral. Apabila terdapat
penurunan fungsi ginjal akibat proses penuaan, maka harus diingat
kemungkinan penggunaan antibiotik tertentu perlu penyesuaian dosis
(Harasawa, 1989).
b. Pengobatan Umum
1) Terapi Oksigen
2) Hidrasi
Bila ringan hidrasi oral, tetapi jika berat dehidrasi dilakukan secara
parenteral
3) Fisioterapi
Penderita perlu tirah baring dan posisi penderita perlu diubah-ubah
untuk menghindari pneumonia hipografik, kelemahan dan dekubitus.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
a. Data subjektif
Kemungkinan akan ditemukan data bahwa anak dikeluhkan batuk pilek,
muntah, panas, diare, nafsu makan menurun, jumlah jam tidur berkurang,
sesak, rewel dan mual. Orang tua pasien bertanya-tanya tentang keadaan
penyakit anaknya.
b. Data objektif
Kemungkinan data yang ditemukan adalah anak/pasien tampak sesak,
nafas cepat dan dangkal, terlihat nafas cuping hidung, retraksi otot bantu
pernafasan, cyanosis, respirasi > 60 x/menit, anak tampak pucat, batuk-
batuk, suhu meningkat( > 38C, berkeringat, bibir kering, terjadi
leukositosis, ronkhi positif, ekspirasi memanjang, dari hasil rontgen
tampak adanya konsolidasi atau infiltrasi paru, kultur nasofaring positif,
berat badan menurun.
c. Aktivitas / istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda : Letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas
d. Sirkulasi
Gejala : riwayat gagal jantung kronis
Tanda : takikardi, penampilan keperanan atau pucat
e. Integritas Ego
Gejala : banyak stressor, masalah finansial
f. Makanan / Cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual / muntah, riwayat DM
Tanda : distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit kering dengan
turgor
buruk, penampilan malnutrusi
g. Neurosensori
Gejala : sakit kepala dengan frontal
Tanda : perubahan mental
h. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : sakit kepala nyeri dada meningkat dan batuk myalgia, atralgia
i. Pernafasan
Gejala : riwayat PPOM, merokok sigaret, takipnea, dispnea, pernafasan
dangkal, penggunaan otot aksesori, pelebaran nasal
Tanda : sputum ; merah muda, berkarat atau purulen
Perkusi ; pekak diatas area yang konsolidasi, gesekan friksi
pleural
Bunyi nafas : menurun atau tak ada di atas area yang terlibat atau nafas
Bronkial
Framitus : taktil dan vokal meningkat dengan konsolidasi
Warna : pucat atau sianosis bibir / kuku
j. Keamanan
Gejala : riwayat gangguan sistem imun, demam
Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan, mungkin
pada kasus rubeda / varisela
k. Penyuluhan
Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis

2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
b. Gangguan pertukaran gas
c. Ketidakefektifan pola nafas
d. Intoleransi aktifitas
e. Resiko kekurangan volume cairan
f. Resiko infeksi
g. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
h. Defiseinsi pengetahuan
4. Implementasi
Dokumentasi intervensi merupakan catatan tentang tindakan yang
diberikan oleh perawat. Dokumentasi intervensi mencatat pelaksaan rencana
perawatan , pemenuhan kriteria hasil dari tindakan keperawatan mandiri dan
tindakan kolaborasi.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dariproses keperawatan. Evaluasi
menyediakan nilai informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah
direncanakan dan merupakan perbandingan dari hasil yang diamati dengan
criteria hasil yang telah dibuat pada tahap perencanaan.Adapun evaluasi
keperawatan yang diharapakan sesuai dengan tujuan adalah sebagai berikut:
a. Bersihan jalan nafas efektif.
b. Tidak mengalami gangguan pertukaran gas
c. Pola nafas efektif
d. Pasien/klien dapat melakukan aktivitas.
e. Tidak terjadi kekuangan volume cairan.
f. Tidak terjadi penyebaran infeksi.
g. Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
h. Orang tua tidak cemas lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Nanda NIC-NOC. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis.


Jogjakarta : Mediaction
Smeltzer SC, Bare B.G (2000). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume
I, Jakarta : EGC
Suyono, (2000). Ilmu Penyakit Dalam. Edisi II, Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Reevers, Charlene J, et all (2000). Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta :
Salemba Medica.

Anda mungkin juga menyukai