Percobaan Ii

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 8

PERCOBAAN II

MENGAMATI MORFOLOGI DAN SKELETON PADA KATAK (Rana sp)


DAN KODOK (Bufo sp)

A. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui morfologi dari katak (Rana sp) dan kodok
(Bufo sp).
2. Mahasiswa dapat mengetahui perbedaan katak (Rana sp) dan kodok (Bufo
sp) berdasarkan tulang vertebrae
B. Dasar Teori
Amphibia berasal dari kata Amphi, artinya rangkap dan Bios, artinya
kehidupan, Amphibia merupakan hewan yang hidup dengan dua bentuk
kehidupan, air tawar kemudian didarat. Amphibia dibagi atas tiga kelompok
yaitu: katak, salamander, dan sesilia. Nama katak (ordo Anura) diberikan
kepada berbagai hewan, termasuk kodok. Hewan ini dibedakan dari Amphibia
lain karena ketiadaan ekor pada dewasa. Salamander (ordo Urodela),
mempertahankan ekor sepanjang hidupnya. Sesilia (ordo Apoda), terdapat di
darat maupun di air tawar, mereka tidak mempunyai anggota badan sama sekali
(Jumilawaty, 2015: 10).
Nama kelas amphibia berasal dari Yunani (Amphi = rangkap, bios = hidup).
Sebagian besar dari kelas ini menunjukan bahawa mempunyai fase kehidupan
di air dan kemudian di darat (Jasin,1991: 73).
Pada kedua fase itu struktur dan fungsinya menunjukkan antara ikan dan
reptilian dan menujukan bahwa amphibian merupakan kelompok chordata
pertama yang keluar dari kehidupan dalam air (Jasin,1991: 73).
Amphibi adalah definisi bagi sekelompok hewan yang semasa hidupnya di
darat dan di air. Amphibi yang hidup di dunia terdiri dari tiga Ordo yang
pertama adalah Caudata atau Salamander, Cecilia atau Gymnopiona dan Anura
(Ario, 2010: 29). Anura terdiri dari katak dan kodok yang memiliki jumlah
2

ordo yang cukup banyak, dengan jumlah spesies 5.208 spesies (Stuarte dkk.,
2008: 2).Katak dan kodok memiliki perbedaan, dimana katak mudah dikenal
dari tubuhnya yang khas dengang memiliki empat kaki, leher yang tidak jelas,
mata cenderung besar, permukaankulit licin dan berlendir. Sedangkan kodok
tekstur kulit kasar dan berbenjol yang diliputi bintil-bintil berduri, tangan dan
kakik cenderung lebih pendek dibandingkan dengan kaki katak lebih panjang.
Katak seperti hewan lainnya memiliki kisaran kebutuhan akan faktor-faktor
lingkungan yang spesifik setiap jenisnya (Winata, dkk. 2015: 1).
Sebagian besar amphibi ditemukan di habitat yang lembab seperti rawa-
rawa dan hutan hujan. Bahkan amfibia yang telah beradaptasi terhadap habitat
yang kering menghabiskan banyak waktu di dalam liang atau di bawah
dedaunan yang lembab yang tingkat kelembapannya tinggi (Campbell. 2008:
286).
Katak , kodok , slamander dan anggota hidup lainnya dari kelas amfibia
yang drastis dipisahkan dari ikan di satu sisi dan dari reptil, burung, dan
mamalia di sisi lain. Karena embrio amfibi ini tidak tumbuh membran, amnion,
di sekitar itu sendiri (Moment. 1967: 456).
Pada umumnya orang membedakan kodok anggota ordo Anura ini dengan
sebutan kodok dan bangkong. Kodok atau katak diberikan untuk menyebut
gogolongan yang berkulit licin yang biasanya dimakan sedangkan sebutan lain,
dipakai untuk menyebut kelompok yang berkulit kasar mirip orang budukan
yang biasanya beracun (Susanto, 1997:12).
Anggota ordo Anura ini dibedakan dengan sebutan kodok dan bangkong.
Kodok atau katak digolongkan pada jenis berkulit licin dan dapat dimakan.
Bangkong digunakan untuk menyebutkan kelompok yang berkulit kasar mirip
orang budukan. Pada umunya jenis kodok ini beracun. Kodok mempunyai dua
jenis habitat, yaitu daratan dan air. Daratan lebih banyak dibutuhkan pada
waktu memasuki stadia percil (kodok muda) hingga dewasa, sedangkan pada
masa berudu atau kecebong lebih banyak memerlukan air sebagai habitatnya
(Susanto, 2003:5).
3

Sebagai binatang yang berbadan agak unik, pendek, bermata besar dengan
tungkai belakang panjang. Dengan bentuk tungkai belakang yang panjang
memungkinkan kodok mampu berpindah tempat dengan cara melompat yang
khas. Lompatan kodok ini mampu dilakukannya sedemikian jauh sesuai
dengan besar badannya. Semakin kecil badan kodok lompatan yang mampu
mereka lakukan pun semakin jauh. Sebaliknya semakin besar badannya mereka
hanya akan mampu melompat beberapa sentimeter saja. Sebagai perbandingan
adalah kodok besar (Rana catesbiana) yang hanya mampu melompat sejauh 9
kali badannya, sedangkan jenis kodok kecil (Rana oxyrhyncha) yang mampu
melompat sampai 40 kali panjang tubuhnya. Lingkungan hidup kodok yang
tergolong luas tersebut kemungkinan besar dikarenakan kemampuan kodok
untuk menyesuaikan diri. Kemampuan beradaptasi yang tinggi dari kodok lebih
dikarenakan kodok merupkan hewan berdarah dingin (Susanto, 1997:12).
Kodok memiliki kemampuan beradaptasi yang tinggi dengan lingkungan.
Kemampuan tersebut dikarenakan kodok merupakan hewan berdarah dingin
yang suhu tubuhnya akan selalu mengikuti suhu sekelilingnya, baik suhu udara
maupun suhu air tempat hidupnya. Beberapa spesies kodok mampu hidup dan
berkembangbiak pada suhu dibawah 0, sementara spesies lainnya pada suhu
34. Namun, ada beberapa spesies yang sulit bertahan hidup atau
mempertahankan keturunannya bukan karena suhu tidak sesuai tetapi sulit
menerima makanan mati atau tidak bergerak. Kodok-kodok yang terbukti
mampu berkembang biak dengan baik ternyata disebabkan mereka tidak
mempunyai perilaku makan yang istimewa. Kodok biasanya akan menangkao
mangsanya dengan lidah dijulurkan. Ciri khas kodok adalah adanya gendang
telinga pada sebelah belakang kdua matanya di sisi kepala. Selaput gendang
telinga ini sangat peka terhadap getaran udara dan berkaitan erat dengan
kemampuan mereka menghasilkan suara (Susanto, 2003:6-7).
Amfibi memiliki beragam bentuk dasrnya tergantung ordonya. Ordo Anura
(jenis katak-katakan) secara morfologi mudah mudah dikenal karena bentuk
tubuh pendek, leher yang tidak jelas, tanpa ekor, mata lebar, dan memiliki
mulut yang lebar ( Inger & Stuebing, 1997). Tungkai belakang selalu lebih
4

panjang dibandingkan dengan tungkai depan. Tungkai depan memiliki 4 jari


sedangkan tungkai belakang meimliki 5 jari. Kulitnya bervariasi dari yang
halus hingga kasar bahkan tonjolan- tonjolan tajam kadang ditemukan seperti
pada famili Bufonidae. Ukuran katak di indonesia bervariasi mulai dari yang
terkecil yakni 10 mm hingga yang terbesar mencapai 280 mm (Iskandar, 1998).
Katak di sumatera diketahui berukuran antara 20 mm 300 mm (Pradana,
2015: ).
Amfibi adalah satwa bertulang belakang yang memiliki jumlah jenis
terkecil, yaitu sekitar 4,000 jenis. Walaupun sedikit, amfibi merupakan satwa
bertulang belakan pertama yang berevolusi untuk kehidupan didarat dan
merupakan nenek moyang reptil (Pradana, 2015: ).
Menurut Jumilawaty (2015: 10), Tubuh hewan Amphibia dapat dibedakan
menjadi 3 (tiga) bagian :
1. Bagian-Bagian Caput :
a. Rima oris (rongga mulut) dibangun oleh maxilla dan mandibula.
b. Nares externa sepasang menembus sampai cavum oris.
c. Organum visus (mata) yang mempunyai : palpebra superior (kelopak
mata atas), palpebra inferior (kelopak mata bawah), membrana nictitans
dekat palpebra inferior, pupil yang berbentuk belah ketupat, iris,
membrana tympani, dan plica dermal.
2. Bagian-Bagian Truncus : Facies dorsalis trunci, facies ventralis trunci, dan
anus.
3. Bagian-Bagian Extremitas :
a. Extremitas anterior (bagian kaki depan), meliputi : brachium (lengan
atas), antebrachium (lengan bawah), dan anus.
b. Extremitas posterior (anggota kaki belakang), meliputi : femur, Crus,
Pes, dan Membrana natatoria.
Katak terdapat dikebanyakan bagian dunia. Tubuh hewan dewasanya adalah
pendek. Kaki belakang yang panjang beradaptasi dengan baik untuk meloncat.
Hewan ini senang hidup disuatu tempat yang terdapat air tawar
(Jumilawaty,2015: 11).
5

Kodok berkaki agak pendek dan tidak mempunyai kemampuan lompatan


katak yang menarik perhatian. Kodok biasanya bergerak maju dengan
serangkaian loncatan pendek. Sebagian besar kehidupan kodok dihabiskan
didarat. Hanya pada musim pembiakanlah hewan ini kembali ke air. Katak
pohon terdapat hampir diseluruh dunia, terutama dikawasan tropik.
Kebanyakan jenis ini lebih kecil daripada katak dan kodok sejati. Biasanya
mereka memiliki buntalan adesif yang melebar pada jari-jari kakinya yang
disebut Tuberkulum subtikuler. Bantalan adesif ini menjadikan hewan ini
pemanjat yang mahir (Jumilawaty,2015: 11).
Menurut jumilawaty (2015: 11-13), Class Amphibia terdiri dari 3 (tiga) ordo
yaitu :
1. Ordo Urodela = Caudata
Tubuh terbagi menjadi kepala, badan, ekor : memiliki gigi-gigi pada
kedua rahangnya, hidup didaerah aquatik, teresterial, tidak dapat hidup
didaerah yang kering.
Sub Ordo : Cryptobranchoidea
Famili : Hynobiidae
Ukuran tubuh kecil, memiliki kelopak mata, fertilisasi external.
Genus : Hynobius, Ranodon.
Famili : Cryptobranchidae
Bertubuh gepeng, lemah, kulit lunak, memiliki lipatanlipatan
berotot pada sisi-sisinya, memiliki kelopak mata.
Genus : Cryptobranchus, megalobatrachus
Sub Ordo : Ambystomoidea
Famili : Ambystomidae
Larva selalu akuatik, hewan dewasa ada yang tetap
diair/pindah kedarat
Genus : Ambystomai
Famili : Salamandridae
Genus : Salamandra
Famili : Amphiumidae
6

Genus : Amphiuma
Famili : Plethodontidae
Genus : Ancides, Ensatina.
2. Ordo Anura = Salintia
Hidup didaerah akuatik, terestial : memiliki ekor vaskuler yang panjang,
antara badan dan kepala bersatu, kaki depan pendek, kaki belakang agak
panjang, diantara jari-jari terdapat selaput.
Sub ordo : Amphicaela
Famili : Liopelmidae
Reproduksi internal unik : memasukkan kloaka jantan ke kloaka
betina, jarinya seperti cakar untuk menempel pada batuan diair
deras.
Genus : Ascaphus, Liopelma
Sub ordo : Aglossa
Famili : Pipidae
Genera : Pipa, Xenopus
Sub ordo : Ophisthoglossa
Famili : Discoglossidae
Memiliki lidah dan kelopak mata, bagian ventral berwarna
hitam, merah terang atau kuning.
Genus : Alytes, Bombino
Sub Ordo : Anomocoela
Famili : Pelobatidae
Kaki belakang memiliki sekop pemotong yang berlapis tanduk
pada pinggir dalamnya, pupil mata berbentuk ellips.
Genus : Pelobates
Sub Ordo : Diplasiocoela
Famili : Raniidae
Memiliki gigi rahang atas, ujung lidah bercabang.
Genus : Babino, Rana, Hemisus.
Famili : Rhacophoridae
7

Kebanyakan ditempat yang berpohon, pada vertebrae terdapat


tulang rahang diantara dua ruas berujung.
Genus : Rhacophorus
Sub Ordo : Procoela
Famili : Pseudidae
Genus : Pseudis
Famili : Bufonidae
Tidak punya gigi maxilaris, memiliki kelenjar paratiroid yang
dibelakang (besar) tiap-tiap mata, jenisnya tersebar didunia.
Genus : Bufo
Famili : Hylidae
Giginya terdapat dirahang atas-bawah, semua jari-jari
melebar,memiliki suara yang keras.
Genus : Acris, Hyla, Phyllomedusa
3. Ordo Apoda = Gympophiona
Tubuh menyerupai ular, kepala kecil dan tidak pipih, tidak memiliki
extremitas dan hidup umumnya di liang, mata tidak berkelopak dan pendek.
Memiliki sisik mesodermis yang tertanam pada kulit.
Famili : Caecilidae
Hidup dengan membuat lubang pada tanah yang lembab,
makanan berupa invertebrata, pertumbuhan larva komplit
didalam telur.
Genus : Ichtyophis, Typhaonectes
8

C. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Papan beda 1 buah
b. Pisau bedah 1 buah
c. Pinset 1 buah
d. Gunting 1 buah
e. Jarum pentul 8 buah
f. Sarung tangan 1 pasang
2. Bahan
a. Katak (Rana sp) 1 ekor
b. Kodok (Bufo sp) 1 ekor
c. Alkohol 100%
d. Kapas

D. Prosedur Kerja
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Toples diisi dengan alkohol 100%, lalu katak (Rana sp) dan kodok (Bufo sp)
dimasukkan ke dalam toples dan ditutup
3. Toples diguncangkan sebentar, ditunggu katak (Rana sp) dan kodok (Bufo
sp) hingga pingsan
4. Katak (Rana asp) dan kodok (Bufo sp) dikeluarkan dan diletakkan pada
papan bedah
5. Katak (Rana sp) dan kodok (Bufo sp) diamati morfologinya
6. Hasil pengamatan digambar dan diberi keterangan

Anda mungkin juga menyukai