Askep Keperawatan Medikal Bedah Diabetes Melitus
Askep Keperawatan Medikal Bedah Diabetes Melitus
Askep Keperawatan Medikal Bedah Diabetes Melitus
Pembimbing Akademik
Ahmad Zakiudin, SKM
Agustina Nur Arofah, S.Kep., Ns
Oleh :
Eka Hidayati
AKADEMI KEPERAWATAN AL HIKMAH 02
BENDA SIRAMPOG BREBES
2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas Rahmat
dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan tugas makalah yang berjudul ASUHAN
KEPERAWATAN PADA Ny.W DENGAN GANGGUAN DIABETES MELITUS DI
BANGSAL BEDAH RSUD KABUPATEN BREBRES dapat selesai tepat pada waktunya,
makalah ini disusun guna memenuhi tugas seminar Keperawatan Medikan Bedah IV.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari harapan pembaca yang mana di dalamnya
masih terdapat berbagai kesalahan baik dari sistem penulisan maupun isi. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun sehingga dalam makalah berikutnya
dapat diperbaiki serta ditingkatkan kualitasnya.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik
akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf
dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop
elektron (Mansjoer, Arif, 2001 ).
Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin ( Sudoyo, Aru, 2009 ).
Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronik yang kompleks yang melibatkan kelainan
metabolisme karbohidrat, protein dan lemak ( Sukarmin, Sujono, 2008 ).
Penyakit diabetes mellitus banyak dijumpai di Amerika Serikat. Penderita diabetes melitus
sekitar 11 jutaan atau 6% dari populasi yang ada dan dibetes melitus menduduki peringkat 3.
Sedangkan di Indonesia diabetes melitus ada 1,2% sampai 2,3% dari penduduk berusia 15 tahun.
Sehingga diabetes mellitus tercantum dalam urutan nomor empat dari proses prioritas pertama
adalah penyakit kardiovaskuler kemudian disusul penyakit serebro vaskuler, geriatric, diabetes
mellitus, reumatik dan katarak sehingga diabetes mellitus ini dapat menimbulkan berbagai
komplikasi.
Pasien dengan diabetes melitus umumnya mengeluh kaki merasa kesakitan dengan demikian
muncul diagnosa utama adalah nyeri dikarenakan agen cedera fisik (Nanda, 2005).
B. Tujuan Penulisan
1. TujuanUmum
Memberikan Asuhan Keperawatan kepada Ny.W dengan diabetes melitus di Bangsal Dalam
RSUD Brebes.
2. TujuanKhusus
Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan pada Ny. W dengan diabetes melitus penulis
diharapkan :
a. Mampu melakukan pengkajian dan menganalisa data untuk menetapkan diagnosa keperawatan
pada pasien dengan diabetes melitus.
b. Menyusun rencana keperawatan sesuai dengan masalah yang timbul.
c. Melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan Rencana Keperawatan yang telah dibuat.
d. Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan berdasarkan kriteria tujuan.
e. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada pasien dengan diabetes melitus.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan
kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002).
Diabetes Mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan
oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut
maupun relatif (Arjatmo, 2002).
B. Klasifikasi
Klasifikasi diabetes mellitus sebagai berikut :
C. Etiologi
1. Diabetes tipe I:
a. Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu predisposisi atau
kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada
individu yang memiliki tipe antigen HLA.
b. Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada
jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-
olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin
endogen.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi sel beta.
2. Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada
diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam proses terjadinya
resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko :
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th).
b. Obesitas.
c. Riwayat keluarga.
D. Patofisiologi
Patofisiologi diabetes juga tergantung dari etiologi.. Diabetes merupakan penyakit yang
dihubungkan dengan penurunan produksi insulin dan kerusakan pada reseptor insulin. Insulin
merupakan hormone yang dihasilkan oleh sel Beta di pulau Langerhans pancreas.
Insulin memegang peranan penting dalam menunjang sel untuk menggunakan dan
menyimpan glukosa, lemak serta protein. Insulin juga diketahui menyebabkan perubahan
permiabilitas membrane sel. Insulin dibentuk oleh proinsulin, dimana sel alpha, beta serta fragmen
peptidanya akan membentuk rantai C-Peptide. Selama transport di dalam sel, proinsulin akan
dipecah menjadi insulin dan C-Peptida dalam bentuk granula.
Pemeriksaan kadar C-Peptide menunjukkan aktivitas sel beta pancreas. Rangsangan seperti
adanya glukosa, mempengaruhi pengaturan kerja insulin. Insulin disekresikan melalui system
portal. Insulin akan disekresikan pertama kali setelah 10 menit makanan masuk, kemudian secara
pogresif insulin akan meningkat dan akan menetap seperti pada keadaan hiperglikemi.
E. Pathway
Defisiensi Insulin
Kekurangan
volume cairan
Mualmuntah
pH Hemokonsentrasi
Asidosis Trombosis
Koma
Kematian
Aterosklerosis
Mikrovaskuler
Makrovaskuler
G. Pemeriksaan Penunjang
Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM (mg/dl).
Bukan diabetes Belum pasti Diabetes
Indikator mellitus diabetes mellitus mellitus
Kadar glukosa darah < > 100-200 >200
sewaktu
- Plasma vena. < 80 80-200 > 200
- Darah perifer. <110 110-120 126
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :
1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L).
2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L).
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl.
H. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan
kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan
terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
1. Diet.
2. Latihan.
3. Pemantauan.
4. Terapi (jika diperlukan).
5. Pendidikan.
I. Pengkajian
a. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti pasien ?
b. Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya
Berapa lama pasien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi insulin jenis apa,
bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk
menanggulangi penyakitnya.
c. Aktivitas/ Istirahat
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
d. Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki
yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah.
e. Integritas Ego
Stress, ansietas.
f. Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare.
g. Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus, penggunaan diuretik.
h. Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia,gangguan penglihatan.
i. Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
j. Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)
k. Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
J. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan
masukan oral, anoreksia, mual, peningkatan metabolisme protein, lemak.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotic.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik (neuropati
perifer).
4. Resiko terjadi injuri berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatan.
K. Intervensi
1. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan
masukan oral, anoreksia, mual, peningkatan metabolisme protein, lemak.
Kriteria Hasil :
Pasien menunjukkan hidrasi yang adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer dapat
diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urin tepat secara individu dan kadar
elektrolit dalam batas normal.
Intervensi :
Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan TD ortostatik
Pantau pola nafas seperti adanya pernafasan kusmaul
Kaji frekuensi dan kualitas pernafasan, penggunaan otot bantu nafas
Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa
Pantau masukan dan pengeluaran
Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari dalam batas yang dapat ditoleransi
jantung
Catat hal-hal seperti mual, muntah dan distensi lambung.
Observasi adanya kelelahan yang meningkat, edema, peningkatan BB, nadi tidak teratur
Kolaborasi : berikan terapi cairan normal salin dengan atau tanpa dextrosa, pantau pemeriksaan
laboratorium (Ht, BUN, Na, K)