Bab 11 Konsolidasi Push Down Usaha Patungan
Bab 11 Konsolidasi Push Down Usaha Patungan
Bab 11 Konsolidasi Push Down Usaha Patungan
Dalam menyiapkan laporan keuangan konsolidasi, konsep dan prosedur yang dibahas adalah Teori
kontemporer laporan konsolidasi. Teori kontemporer ini berkembang dari praktik akuntansi dan bukan
merupakan pendekatan yang konsisten dalam membuat laporan keuangan konsolidasi. Teori kontemporer
adalah refleksi dari dua teori, yaitu Teori perusahaan induk (Proprietary Theory) dan Teori entitas (Entitas
Theory).
Teori perusahaan induk didasarkan pada asumsi bahwa laporan keuangan konsolidasi adalah perluasan dari
laporan perusahaan induk dan harus dibuat dari sudut pandang pemegang saham perusahaan induk, dibuat
untuk kepentingan pemegang saham perusahaan induk, dan pemegang saham minoritas tidak diharapkan
mengambil manfaat dari laporan tersebut. Laba bersih konsolidasi dalam teori perusahaan induk merupakan
ukuran laba bagi pemegang saham perusahaan induk.
Teori entitas menggambarkan pandangan lain dari konsolidasi. Hal paling utama dari teori entitas adalah
bahwa laporan konsolidasi merefleksikan sudut pandang keseluruhan entitas usaha, yang menilai secara
konsisten seluruh sumber daya yang dikendalikan entitas. Dalam teori entitas, laba kepemilikan minoritas
merupakan distribusi total laba konsolidasi, dan kepemilikan pemegang saham minoritas merupakan bagian
dari ekuitas pemegang saham konsolidasi. Teori entitas mensyaratkan bahwa laba dan ekuitas perusahaan
anak ditentukan terhadap seluruh pemegang saham, sehingga jumlah totalnya dapat dialokasikan kepada
pemegang saham mayoritas secara konsisten.
Teori perusahaan induk mengambil sudut pandang pemegang saham perusahaan induk, dan teori entitas
memfokuskan pada keseluruhan entitas konsolidasi. Sebaliknya, teori kontemporer memandang pemegang
saham dan kreditor perusahaan induk sebagai pemakai utama laporan keuangan konsolidasi, namum
mengasumsikan tujuan pelaporan posisi keuangan dan hasil operasi adalah bagi entitas usaha tunggal.
Prosedur akuntansi untuk penggabungan usaha dimana aktiva dan kewajiban yang dapat diidentifikasi
perusahaan anak, selain goodwill, dilaporkan pada nilai wajarnya. Hanya goodwill yang benar-benar dibeli
oleh perusahaan induk yang dicatat. Metode ini dinamakan konsep kesatuan ekonomi-pembelian
goodwill.
Prosedur Konsolidasi
Perbedaan antara teori perusahaan induk dan teori entitas terletak pada cara mengkonsolidasi laporan
keuangan perusahaan induk dengan perusahaan anakm dan pada pelaporan posisi keuangan serta hasil
operasi dalam laporan keuangan konsolidasi.
Bentuk laporan berbeda pada ketiga teori konsolidasi, akan tetapi terdapat hubungan diantaranya :
1. Apabila investasi perusahaan anak dilakukan pada nilai buku dan nilai buku aktiva dan kewajiban
individu sama dengan nilai wajarnya, jumlah yang tertera pada laporan laba-rugi adalah sama, baik
menggunakan teori entitas maupun teori kontemporer.
2. Jika tidak ada transaksi antar perusahaan, jumlah yang tertera pada laporan laba-rugi harus sama,
baik menggunakan teori perusahaan induk maupun teori kontemporer.
3. Jika tidak ada kepemilikan minoritas, jumlah yang tertera dalam laporan laba-rugi, akan sama dalam
ketiga teori itu.
Jumlah total aktiva adalah sama, baik menggunakan teori perusahaan induk maupun teori kontemporer,
akan tetapi lebih besar jumlahnya dengan menggunakan teori entitas.
Total kewajiban dan ekuitas adalah sama jumlahnya, baik menggunakan teori kontemporer maupun teori
perusahaan induk, akan tetapi kewajiban lebih besar dengan menggunakan teori perusahaan induk, dimana
kepemilikan minoritas dikelompokan sebagai kewajiban. Ekuitas pemegang sahamlebih besar dengan teori
kontemporer, dimana kepemilikan minoritas dikelompokan sebagai bagian dari ekuitas.
Untuk generalisasi pendapatan, jumlah neraca baik dalam teori kontemporer maupun teori perusahaan
induk adalah sama jika tidak ada transaksi antar perusahaan. Dan sama pula dengan teori entitas dan teori
kontemporer, bila tidak ada perbedaan antara biaya investasi dengan nilai buku investasinya. Bila tidak ada
kepemilikan minoritas, jumlah pada neraca akan sama dalam ketiga teori tersebut.
Cara untuk mengeliminasi kepemilikan minoritas dari laporan konsolidasi ialah dengan melaporkan total
pendapatan konsolidasi pada bagian akhir laporan laba-rugi konsolidasi dengan pengungkapan catatan kaki
terpisah antara kepemilikan minoritas dan mayoritas. Perlakuan konsolidasi dalam neraca konsolidasi
membutuhkan total ekuitas konsolidasi yang dilaporkan sebagai pos tunggal dengan pengungkapan catatan
kaki terpisah antara ekuitas mayoritas dan kepemilikan minoritas.
Cara lain untuk mengeluarkan kepemilikan minoritas dalam laporan keuangan konsolidasi ialah dengan
hanya mengkonsolidasi jumlah mayoritas pendapatan, biaya, aktiva, dan kewajiban dari perusahaan anak
yang dimiliki kurang dari 100%.
Pada situasu tertentu di Amerika, SEC mensyaratkan bahwa nilai wajar dari aktiva dan kewajiban
perusahaan anak yang akan diakuisisi, yang menggambarkan penggunaan basis biaya oleh perusahaan induk
dicatat dalam laporan keuangan terpisah pembelian perusahaan anak. SEC mengharuskan penggunaan
akuntansi push-down untuk persyaratan SEC jika perusahaan anak dimiliki secara keseluruhan (biasanya
97%) tanpa ada saham preferen atau hutang kepada publik.
Argumen SEC adalah jika perusahaan induk mengendalikan kepemilikan dalam suatu entitas, akuntansi
untuk pembelian aktiva dan kewajiban harus sama tanpa memandang apakah entitas itu akan terus ada
atau merger kedalam operasi perusahaan induk. Jika perusahaan anak memiliki hutang kepada publik atau
memiliki saham preferen atau ada kepemilikan minoritas yang signifikan, perusahaan induk tidak akan dapat
mengendalikan kepemilikan.
Pendapat atas akuntansi push-down bahwa transaksi pembelian antara perusahaan induk/investor dengan
pemegang saham perusahaan anak terdahulu, tidak sesuai dengan basis akuntansi yang baru untuk aktiva
dan kewajiban perusahaan anak yang menggunakan prinsip harga perolehan. Perusahaan anak bukanlah
bagian dari transaksi ia tidak menerima dana baru : tidak menjual aktiva.
USAHA PATUNGAN
Usaha patungan (joint venture) adalah bentuk persekutuan yang dimulai oleh ekspedisi perdagangan
maritime Yunani dan Romawi. Tujuannya adalah menggabungkan partisipasi manajemen dengan pemilik
modal suatu proyek perdagangan spesifik dan terbatas. Saat ini usaha patungan berkembang menjadi
berbagai bentuk seperti persekutuan dan perusahaan, domestik dan asing, temporer maupun permanen.
Tipe umum usaha patungan temporer ialah bentuk sindikat yang terdiri dari banker investasi untuk membeli
sekuritas dari perusahaan yang mengeluarkannya dan kemudian memasarkannya kepada masyarakat
umum. Usaha patungan memungkinkan beberapa pesertanya berbagi risiko dan hasil, atas tindakan yang
jika dilakukan oleh seorang peserta sangat berisiko. Usaha patungan juga memungkinkan mereka untuk
menggabungkan teknologi, pemasaran, dan SDM untuk mencapai laba potensial bagi seluruh pesertanya.
Bidang lain yang umum untuk usaha patungan ialah penjualan tanah, eksplorasi dan pengeboran minyak,
dan proyek konstruksi.
Bidang baru dan kegunaan dari bentuk usaha patungan bagi dunia usaha semakin lama semakin penting.
Salah satu keuntungan dari usaha patungan adalah menghindari harga akuisisi yang mahal.
Menurut PSAK No 12, usaha patungan adalah perjanjian kontraktual antara dua atau lebih pihak untuk
melaksanakan kegiatan ekonomi yang dikendalikan bersama.
PSAK No. 12 hanya mengatur dua jenis umum usaha patungan, yaitu :
Suatu aktivitas yang disebut sebagai usaha patungan harus disertai dengan perjanjian kontraktual yang
menciptakan pengendalian bersama.
1. Aktivitas, jangka waktu dan kewajiban pelaporan dari usaha patungan tersebut.
2. Penunjukkan pengurus usaha patungan dan hak suara para venture.
3. Partisipasi financial masing-masing.
4. Cara pembagi output, pendapatan, beban atau hasil usaha joint venture kepada para venture.
Berdasarkan bentuknya, pengendalian bersama operasi (PBO) dan pengendalian bersama aset (PBA), setiap
venture membukukan dan menyajikan dalam laporan keuangannya masing-masing sesuai dengan bentuk
joint venture yang dilakukan.
Untuk bagian partisipasi venture dalam pengendalian bersama operasi, tiap venture membukukan dan
menyajikan dalam laporan keuangannya masing-masing :
1. Aktiva yang dikendalikannya sendiri dan kewajiban yang timbul atas aktivitasnya sendiri.
2. Beban (expenses) yang terjadi atas aktivitasnya sendiri dan bagiannya atas pendapatan bersama dari
penjualan barang dan jasa oleh joint venture tersebut.
Sehubungan dengan bagian partisipasi venture dalam pengendalian bersama aset, tiap venture
membukukan dan menyajikan dalam laporan keuangannya masing-masing :
1. Bagiannya atas aset yang dikendalikan bersama, diklasifikasikan menurut sifat dari aset tersebut,
bukan sebagai investasi.
2. Setiap kewajiban yang menjadi tanggungannya sendiri.
3. Bagiannya atas setiap kewajiban bersama yang ditanggung bersama oleh para venture sehubungan
dengan usaha patungan.
4. Bagiannya atas output usaha patungan, dan bagiannya atas beban bersama yang terjadi pada usaha
patungan tersebut.
5. Beban yang menjadi tanggungannya sendiri sehubungan dengan partisipasinya dalam usaha
patungan.
Perlakuan akuntansi pengendalian bersama aset mencerminkan substansi dan realitas ekonomi dan bentuk
formal usaha patungan. Laporan keuangan tersendiri wajib disusun untuk usaha patungan tersebut apabila
jumlahnya material dan proyek kerja sama diselesaikan dalam jangka panjang. Jenis, bentuk dan isi laporan
keuangan disesuaikan dengan kebutuhan venture dan perjanjian kontraktual.
Apabila venturer menyerahkan atau menjual suatu aset kepada usaha patungan, pengakuan keuntungan
atau kerugian harus merefleksikan substansi dari transaksi tersebut. Apabila aset tersebut masih dalam
penguasaan usaha patungan, dan venturer telah mentransfer risiko dan manfaat yang signifikan atas aset
tersebut, maka venturer tersebut hanya mengakui keuntungan penjualan sebesar bagian partisipasi
(interest) venturer lainnya. Venturer harus mengakui seluruh kerugian apabila akibat penyerahan atau
penjualan aset tersebut terdapat bukti terjadinya penurunan nilai realisasi bersih (net relisable value) aktiva
lancar atau penurunan yang tidak bersifat sementara (other than temporary) nilai tercatat (carry-ing
amount) aset jangka panjang.
Apabila venturer membeli aset dari suatu usaha patungan, venturer tidak boleh mengakui bagiannya baik
atas keuntungan maupun kerugian usaha patungan dari transaksi tersebut sampai saat aset tersebut dijual
oleh venturer pada pihak lain yang independen. Apabila akibat pembelian aset tersebut terdapat bukti
bahwa terjadi penurunan nilai realisasi bersih aktiva lancar atau penurunan yang tidak bersifat sementara
nilai tercatat aset jangka panjang, maka venturer harus mengakui segera bagiannya atas kerugian tersebut.