Uji Densitas Bahan Pakan Dan Uji Sifat Bulky
Uji Densitas Bahan Pakan Dan Uji Sifat Bulky
Uji Densitas Bahan Pakan Dan Uji Sifat Bulky
Disusun oleh :
Kelompok 8 / Perikanan B
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2017
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan laporan akhir praktikum Teknologi Pembenihan Ikan yang
berjudul UJI DENSITAS BAHAN PAKAN DAN UJI SIFAT BULKY.
. Keberhasilan penulisan Laporan ini tidak dapat lepas dari bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Dosen mata kuliah Nutrisi Ikan yang telah memberikan pengetahuan materi dan
motivasi;
2. Asisten laboratorium praktikum Nutrisi Ikan yang telah memberikan arahan dan
masukan dalam berjalanya kegiatan praktikum;
3. Anggota kelompok 8 (Delapan) yang telah ikut berpartisipasi dalam menyusun dan
menyelesaikan laporan;
4. Pihak-pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu dan
memberikan support dalam menyelesaikan laporan;
Semoga segala masukan dan dukungan dari semua pihak yang telah diberikan kepada
penulis mendapat balasan dari Allah SWT. Harapan penulis semoga laporan ini dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................ Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI................................................................................................................................. ii
DAFTAR TABEL ....................................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................ Error! Bookmark not defined.v
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................. Error! Bookmark not defined.
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ........................................................................................................... 3
1.3 Tujuan................................................................................................................................. 3
1.4 Kegunaan ............................................................................................................................ 3
II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Ikan Patin............................................................................................................................ 5
2.2 Pemijahan Buatan ............................................................................................................... 5
2.3 Reproduksi Ikan Patin ........................................................................................................ 6
2.4 HCG dan Ovaprim.............................................................................................................. 7
2.5 Hormon yang Berperan Dalam Proses Pemijahan Buatan ................................................. 7
2.6 Larva Patin ......................................................................................................................... 9
2.7 Artemia ............................................................................................................................. 11
2.8 Cacing Sutra ..................................................................................................................... 12
2.9 Pemeliharaan Larva dan Benih Patin ............................................................................... 14
III BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat Dan Waktu .......................................................................................................... 17
3.2 Alat Dan Bahan ................................................................................................................ 17
3.2.1 Alat Praktikum......................................................................................... 17
3.2.2 Bahan Praktikum..................................................................................... 18
3.3 Tahapan Praktikum........................................................................................................... 18
3.3.1 Persiapan Praktikum..................................................................................18
3.3.2 Pelaksanaan Praktikum..............................................................................19
3.4 Metode...............................................................................................................21
3.5 Parameter Yang Diamati...................................................................................21
3.5.1 Teknik Pemijahan Patin Secara Buatan....................................................21
3.5.2 Penetasan Artemia....................................................................................21
3.5.3 Kebutuhan Larva Patin Akan Artemia.....................................................21
3.5.4 HR Artemia..............................................................................................21
3.5.4 SR Larva..................................................................................................21
V PENUTUP
5.1 Kesimpulan....................................................................................................................... 32
5.2 Saran ................................................................................................................................. 32
ii
LAMPIRAN................................................................................................................................. 35
DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR LAMPIRAN
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Pakan adalah makanan atau asupan yang diberikan kepada hewan ternak atau
peliharaan. Istilah ini diadopsi dari bahasa Jawa. Pakan merupakan sumber energi dan materi
bagi pertumbuhan dan dan kehidupan makhluk hidup. Pakan Buatan adalah pakan yang
dibuat dengan formulasi tertentu berdasarkan pertimbangan pembuatnya. Pembuatan pakan
buatan sebaiknya didasarkan pada pertimbangan kebutuhan nutrisi hewan ternak yang
bersangkutan, sumber dan kualitas bahan baku, dan nilai ekonomis. Dalam budidaya ikan
secara intensif, pakan buatan merupakan sumber energi utama bagi perkembangan dan
pertumbuhan ikan. Berdasarkan tingkat kebutuhannya, pakan buatan dibedakan menjadi tiga
kelompok yaitu pakan tambahan,pakan suplemen, danpakan utama.Pakan tambahan adalah
pakan yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan pakan.
Pakan buatan yang dibutuhkan harus mempunyai formula yang lengkap, mengandung
bahan-bahan yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan mempertahankan sintasan kultivan
yang pada ahirnya dapat meningkatkan produktifitas dan keuntungan. Hal ini dapat diperoleh
dari pakan buatan yang dibuat dengan cermat dan perhitungan kandungan nutrien yang teliti
dari bahan-bahan penyusunnya.
Identifikasi bahan baku pakan dan pengujian harus dilakukakan untuk mengetahui
tingkatan mutu pakan yang dibuat. Bahan pakan dapat diidentifikasi secara fisik yang
didasarkan pada beberapa faktor, seperti jenis atau asal dan jumlah keseterdiaan di lapangan
serta ciri fisiknya, seperti basah, kering, dan bulky). Salah satu cara pengujian kualitas pakan
yaitu pengujian secara fisik. Contoh dari pengujian secara fisik yaitu pengujian ketahanan
dalam air (water stability) dan uji Bulky.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
3
yang cukup baik. Untuk mencapai keadaan ini dianjurkan agar pakan udang secara fisik
masih tetap utuh kira-kira selama tiga jam berada dalam air.
1. Sebelum pakan direndam dalam air terlebih dahulu dilakukan analisis kimia.
2. Perendaman dilakukan di dalam wadah dengan volume dan kedalaman minimal 0,5
m3 dan 0,6 m.
3. Air digerakkan dengan aerator yang kuat, sehingga menimbulkan gelombang dan
amplitude minimal 5 cm.
4. Pakan diletakkan di dasar wadah yang mempunyai dasar merata.
5. Setelah direndam 3 - 6 jam, kembali dilakukan analisis kimia.
Pada dasarnya semakin halus bahan baku yang digunakan untuk menyusun pakan,
bentuk fisiknya akan semakin baik pula, karena akan tercampur lebih baik sehingga
menghasilkan produk yang lebih kompak dan stabil di dalam air, sehingga relatif lebih mudah
dicerna.
Pengujian fisik yang dilakukan pada pakan uji adalah pengamatan water stability
meliputi kecepatan pecah dan dispersi padatan, tingkat kekerasan, serta kecepatan
tenggelam. Water Stability ataustabilitas pakan dalam air adalah tingkat ketahanan pakan di
dalam air atau berapa lama waktu yang dibutuhkan hingga pakan lembek dan hancur,
meliputi uji kecepatan pecah dan dispersi padatan. Uji kecepatan pecah mengukur berapa
lama waktu sampai pakan hancur di dalam air, uji pecah diamati secara visual. pada suhu
1050C selama 10 jam. Selanjutnya didinginkan dalam deksikator, lalu timbang sampai berat
konstan. water stability atau stabilitas pakan dalam air menjadi pertimbangan utama dalam
formulasi pakan kepiting, Pakan buatan dengan water stabilityyang rendah, menyebabkan
pakan mudah hancur dan terdespersi sehingga tidak dapat terpegang oleh kepiting. Secara
umum pakan uji sudah mempunyai tingkat stabilitas dalam air ( yang sangat baik, yaitu di
atas 5 jam. Secara umum, stabilitas pakan dalam air berkisar dari 35 jam. Stabilitas pakan
dalam air menggambarkan kekompakan pakan buatan, semakin lama waktu yang akan
dibutuhkan untuk menghancurkan pakan, berarti semakin tinggi kekompakan pakan buatan
tersebut.
Daya larut pakan dalam air (water stability feed) dapat diukur dengan cara merendam
pakan dalam air di dalam gelas. Letakkan pengukur waktu di dekat gelas itu. Cata waktu
sampai semuanya melarut.yang baik daya larutnya antara 2-3 jam. Apabila lebih dari batas
5
tersebut, berarti pakan sulit dicerna. Sedangkan bila kurang, bisa jadi pakan tersebut tidak
ditemukan (tidak dimakan) udang karena terlalu cepat melarut.
Beberapa faktor yang mempengaruhi stabilitas pakan dalam air, seperti kehalusan
bahan baku pakan dan proses pencampuran bahan dalam proses pembuatan pakan. Semakin
halus bahan pakan, semakin baik pula pakan yang dihasilkan. Bahan pakan akan tercampur
merata sehingga menghasilkan produk yang lebih kompak dan stabil di dalam air.
Disamping proses pembuatan, bahan perekat yang tepat juga sangat menentukan
stabilitas pakan dalam air dan sifat-sifat fisik pellet yang lain. Daya larut pakan dalam air
(water stability feed) dapat di ukur dengan cara merendam pakan dalam air di dalam gelas.
Letakan pengukur wktu didekat gelas itu. Catat waktu samlpai semuanya melarut. Pakan
yang baik daya larutnya antara 23 jam. Apabila lebih dari batas tersebut, berarti pakan sulit
dicerna. Sedangkan bila kurang, bisa jadi pakan tersebut tidak ditemukan (tidak dimakan)
udang karena terlalu cepat melarut.
Analisa fisik banyak digunakan untuk mengetahui kualitas pakan buatan karena prosedurnya
mudah dan relatif murah. Pakan buatan yang baik umumnya mempunyai kandungan air
berkisar antara 1012%, protein 2540%, karbihidrat 1012%, lemak 8% dan serat kasar
58% (Afrianto dan Evy liviawaty, 2005).
Menurut Dlouhy (1982) dalam Bintari et.al. (2009), proses penyerapan dalam adsorpsi
dipengaruhi oleh :
1. Bahan penjerap
Bahan yang digunakan untuk menjerap mempunyai kemampuan berbeda-beda,
tergantung dari bahan asal dan juga metode aktivasi yang digunakan.
2. Ukuran butir
Semakin kecil ukuran butir, maka semakin besar permukaan sehingga dapat menjerap
kontaminan makin banyak. Secara umum kecepatan adsorpsi ditujukan oleh kecepatan
difusi zat terlarut ke dalam poripori partikel adsorben. Ukuran partikel yang baik
untuk proses penjerapan antara 100 / +200 mesh.
Pada pH rendah, ion H+ akan berkompetisi dengan kontaminan yang akan dijerap,
sehingga efisiensi penjerapan turun. Proses penjerapan akan berjalan baik bila pH
larutan tinggi. Derajat keasaman mempengaruhi adsorpsi karena pH menentukan
tingkat ionisasi larutan, pH yang baik berkisar antara 8 9. Senyawa asam organik
dapat diadsorpsi pada pH rendah dan sebaliknya basa organik dapat diadsorpsi pada pH
tinggi.
1. Formula makanan, ukuran patikel setiap bahan makanan dan kandungan serat kasar
yang terlalu tinggi menimbulkan masalah pembentukan pellet, demikian juga, jika
terlalu banyak lemak (di atas 2%).
2. Ukuran lubang pellet yang digunakan
3. Kombinasi indicator pembentukan pellet, yakni temperatur, kelembaban dan kecepatan
feeder screw untuk optimasi proses gelatinasi.
7
Pengujian daya tahan di dalam air dilakukan dengan jalan merendamnya di dalam air
dingin. Waktu yang diperlukan sampai saat pellet yang bersangkutan itu ambyar (hancur)
merupakan ukuran daya tahannya. Semakin lama waktu yang dibutuhkan maka semakin
baiklah mutunya. Pellet untuk ikan setidaknya harus mempunyai daya tahan selama 10 menit.
Untuk pellet udang, daya tahannya seharusnya selama sekitar 24 jam (Mudjiman, 2004).
BAB III
METODOLOGI
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum uji densitas dan uji bulky bahan baku pakan
adalah sebagai berikut:
Tepung jagung sebagai bahan uji densitas dan uji bulky bahan baku pakan.
Dedak padi sebagai bahan untuk uji densitas dan uji bulky bahan baku pakan.
Tepung ikan sebagai bahan untuk uji densitas dan uji bulky bahan baku pakan.
8
9
Diamati apakah terlihat ada pemisah partikel bahan dan diukur dengan penggaris,
tinggi total bahan dlm beaker glass.
Dipadatkan pakan dalam beaker glass, sampai pakan tidak muat lagi dan
selanjutnya ditimbang (c gram).
Densitas Jagung 1.
D1 =
904 gr 340 gr
d=
1
= 564 gr/L
Densitas Jagung 2.
2 =
1
1000 gr 340 gr
=
1
= 660 gr/L
Densitas Dedak 1.
1 =
1
731,93 252, 45
=
1
= 479,48 gr/L
Densitas Dedak 2.
1 =
1
756,02 252, 46
=
1
= 503,57 gr/L
10
11
Setelah mengapung 3 cm
Dedak
Kualitatif
sebelum tenggelam = 0.5 cm
setelah mengapung = 3 cm
setelah tenggelam = 1,5 cm
sebelum mengapung = 3,5 cm
=
50
250 200
=
50
= 1 ml/gr
12
Jagung
Kualitatif :
sebelum tenggelam = 1.5 cm
setelah mengapung = 0,6 cm
setelah tenggelam = 1,8 cm
sebelum mengapung = 0,3 cm
kuantitatif :
- =
50
300 200
=
50
= 2 ml/gr
4.2 Pembahasan
4.2.1 Uji Densitas Bahan Baku Pakan
Uji densitas bahan baku pakan dilakukan menggunakan bahan baku tepung jagung.
Langkah pertama yang dilakukan pada saat kegiatan praktikum berlangsung yaitu,
menimbang beaker glass yang berukuran 1000 ml yang masih berada dalam keadaan belum
terisi bahan apapun. Setelah itu, bahan baku pakan dimasukkan ke dalam beaker glass untuk
dilakukan pengujian dan diisi sampai penuh. Pada saat praktikum bahan baku yang diuji
bersumber dari jagung yang dimana ditimbang untuk menentukan nila a, maka diperoleh nilai
a sebesar 904 gram. Kemudian setelah dimasukkan, ditimbang lagi untuk menentukan nilai b,
maka diperoleh nilai b sebesar 340 gram. Setelah itu untuk memperoleh nilai c, maka bahan
baku pakan tersebut dipadatkan didalam beaker glass, maka diperoleh nilai c sebesar 1000
gram sesudah dilakukan penimbangan. Hasil perhitungan densitas jagung kelompok 8
diperoleh nilai D1 sebesar 564 gr/L dan nilai D2 sebesar 660 gr/L. Sedangkan nilai a untuk
densitas dedak yaitu 731,93 gram. Kemudian setelah dimasukan, dilakukan penimbangan
untuk mendapatkan nilai b, hasil yang didapatkan untuk nilai b yaitu 252,45 gram. Kemudian
untuk memperoleh nilai c,maka bahan paku pakan dipadatkan didalam beaker glass, maka
diperoleh nilai c sebesar 756,02 setelah dilakukan penimbangan. Hasil dari perhitungan
densitas dedak maka diperoleh nilai D1 sebesar 479,48 dan nilai D2 sebesar 503,57 gr/L.
Berdasarkan hasil perhitungan densitas kedua bahan baku tersebut dapat disimpulkan bahwa
13
densitas tepung jagung lebih besar dari densitas dedak. Selain itu setelah dilakukan
pemadatan pada masing-masing bahan terjadi perubahan densitas yang lebih besar jika
dibandingkan dengan yang tidak dipadatkan
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Uji densitas merupakan salah satu cara untuuk menetukan kerapatan suatu bahan baku
pakan. Adapun nilai nilai D1 sebesar 564 gr/L dan nilai D2 sebesar 660 gr/L. Sedangkan
hasil dari perhitungan densitas dedak diperoleh nilai D1 sebesar 479,48 dan nilai D2 sebesar
503,57 gr/L. Dari hasil uji tersebut maka menunjukkan bahwa densitas tepung jagung lebih
besar dari densitas dedak halus. Selain itu setelah dilakukan pemadatan pada masing-masing
bahan terjadi perubahan densitas yang lebih besar jika dibandingkan dengan yang tidak
dipadatkan
Uji bulky merupakan salah satu cara untuk menetukan ketahan pakan dalam air,
dengan melakukan uji bulky makan diketahun seberapa tahan bentuk fisik pakan dapat
bertahan didalam air. Praktikum uji bulky mengunakan bahan baku dedak halus dan tepung
jagung dengan nilai masing-masing diperoleh adalah dedak sebelum tenggelam 0,5 cm,
sesudah tenggelam 1,5 cm dan sebelum mengapung sebesar 3,5 cm dan setelah mengapung
cm. Kemudian jagung diperoleh nilai sebelum tenggelam yaitu sebesar 1,5 cm, setelah
tenggelam 1,8 cm dan, sebelum mengapung diperoleh nilai 0,6 cm, dan setelah mengapung
sebesar 0,3 cm. Berdasarkan nilai yang kuantitatif yang diperoleh dari hasil uji bulky maka
dapat disimpulkan bahwa nilai kuantitatif dedak lebih kecil bandingkan dengan tepung
jagung yang menunjukkan bahwa kualitas dedak lebih baik jika dibandingkan dengan tepung
jagung karena memiliki daya mengapung yang lebih baik.
5.2 Saran
Perlu adanya perbaikan berupa penambahan fasilitas untuk pratikum selanjutnya agar
dapat berjalan dengan lancer dan hasil yang diperoleh pun menjadi lebih maksima. Selain itu,
perlu adanya pegawasan dan bimbingan dari asisten laboratorium agar hasil yang diperoleh
menjadi lebih baik pada saat praktikum.
14
DAFTAR PUSTAKA
Handajani, dan Widodo, 2010. Nutrisi Ikan. Universitas Muhamadiyah Malang Press.
Malang.
Rizal, A. 2005. Pengolahan Pakan Ayam dan Ikan Secara Modern. Penerbit Penebar
Swadaya, Jakarta.
Timan, A. D., H. Hartadi dan S. Reksohadiprojo. 1998. Ilmu makanan ternak Dasar. Cetakan
ke-5. Gadjah Mada University Press Yogyakarta.
15
16