Analisis Pelaksanaan Supervisi Keperawatan Di RSUD Kota Depok Tahun 2012
Analisis Pelaksanaan Supervisi Keperawatan Di RSUD Kota Depok Tahun 2012
Analisis Pelaksanaan Supervisi Keperawatan Di RSUD Kota Depok Tahun 2012
SKRIPSI
SKRIPSI
Riwayat Pendidikan :
1. SD Negeri Pancoran Mas VI Depok Tahun 1995 2001
2. SMP Negeri 2 Depok Tahun 2001 2004
3. SMA Negeri 1 Depok Tahun 2004 2007
4. Program Diploma III Perumahsakitan FKUI Tahun 2007 2010
5. Program Sarjana FKM UI Tahun 2010 2012
iii
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi yang berjudul Analisis Pelaksanaan Supervisi Keperawatan di
RSUD Kota Depok Tahun 2012 tepat pada waktunya. Penulisan skripsi ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat di Program Sarjana Kesehatan Masyarakat,
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia dengan peminatan
Manajemen Rumah Sakit.
Penulis menyadari adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak yang
turut membantu memberikan informasi, saran dan kritik sehingga penyusunan
skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu pada kesempatan kali ini penulis ingin
menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada:
1. Vetty Yulianty Permanasari, S.Si, M.P.H, selaku pembimbing akademik
yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan
dan masukan yang sangat bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini.
2. dr. Mieke Savitri, M.Kes, yang telah meluangkan waktunya untuk menjadi
penguji dalam ujian skripsi ini.
3. Winarni, S.Kep, yang telah meluangkan waktunya untuk menjadi penguji
dalam ujian skripsi ini mewakili RSUD Kota Depok.
4. Seluruh staf Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan FKM UI
yang telah memberikan informasi dan arahan dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Seluruh pihak RSUD Kota Depok yang telah membantu penulis selama
melakukan penelitian.
6. Keluargaku (Ibu, Bapak, dan Kakakku satu-satunya), yang telah
memberikan dukungan yang tidak terhingga nilainya.
7. Teman seperjuangan di RSUD Kota Depok (Cindy Zivani, Aprilya Mega S.,
dan Yoel Indra), terima kasih atas seluruh semangat dan bantuannya selama
proses penyusunan skripsi ini.
vi
vii
ix
HALAMAN SAMPUL...i
HALAMAN JUDUL.. ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.. iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS. iv
HALAMAN PENGESAHANv
KATA PENGANTARvi
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... viii
ABSTRAK.. ix
ABSTRACTx
DAFTAR ISI.. xi
DAFTAR TABEL.. xiii
DAFTAR GAMBAR. xiv
DAFTAR LAMPIRAN.. xv
BAB 1 PENDAHULUAN.. 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah... 6
1.3 Pertanyaan Penelitian..6
1.4 Tujuan Penelitian 7
1.5 Manfaat Penelitian......................................................... 7
1.6 Ruang Lingkup Penelitian...8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 9
2.1 Manajemen..9
2.1.1 Definisi Manajemen...9
2.1.2 Sarana Manajemen.10
2.1.3 Fungsi Manajemen.12
2.2 Sistem..14
2.2.1 Elemen Sistem... 15
2.2.2 Pendekatan Sistem 16
2.3 Manajemen Keperawatan17
2.3.1 Definisi...17
2.3.2 Proses Manajemen Keperawatan... 18
2.3.3 Pendekatan Sistem dalam Manajemen Keperawatan 22
2.4 Manajemen Mutu.... 25
2.4.1 Definisi...25
2.4.2 Dimensi Mutu 25
2.4.3 Mutu Pelayanan Keperawatan... 26
2.5 Supervisi. 32
2.5.1 Definisi...32
2.5.2 Manfaat Supervisi.. 32
2.5.3 Unsur Pokok Supervisi.. 33
2.5.4 Prinsip Pokok dalam Supervisi.. 37
2.6 Supervisi Keperawatan... 38
2.6.1 Pelaksana Supervisi Keperawatan. 38
2.6.2 Sasaran Supervisi Keperawatan. 40
2.6.3 Tujuan Supervisi Keperawatan.. 40
xi
xii
xiii
xiv
xv
1 Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
2
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
3
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
4
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
5
Tabel 1.1
Persentase Realisasi Jadwal Jaga Supervisor
Bulan November 2011 Januari 2012
Bulan Jadwal Jaga Realisasi Jaga Persentase
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
6
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
7
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
8
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Manajemen
Pada dasarnya kemampuan manusia itu terbatas (fisik, pengetahuan,
waktu, dan perhatian), sedangkan kebutuhannya tidak terbatas. Usaha untuk
memenuhi kebutuhan dan terbatasnya kemampuan dalam melakukan
pekerjaan mendorong manusia membagi pekerjaan, tugas dan tanggung
jawab. Dengan adanya pembagian kerja, tugas dan tanggung jawab ini maka
terbentuklah kerjasama dan keterikatan formal dalam suatu organisasi
(Hasibuan, 2001).
9 Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
10
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
11
Man merujuk pada sumber daya manusia atau tenaga kerja yang
dimiliki oleh organisasi, baik tenaga kerja pimpinan maupun tenaga
kerja operasional/pelaksana (Hasibuan, 2001). Dalam manajemen,
faktor manusia adalah yang paling menentukan.
Money atau uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat
diabaikan. Uang merupakan alat (tools) yang penting untuk mencapai
tujuan karena segala sesuatu harus diperhitungkan secara rasional.
Kegagalan atau ketidaklancaran proses manajemen sedikit banyak
ditentukan atau dipengaruhi oleh perhitungan atau ketelitian dalam
menggunakan uang (Manullang, 2001).
Dalam proses pelaksanaan kegiatan, manusia menggunakan
bahan-bahan (material) sebagai alat untuk mencapai tujuan
(Manullang, 2001). Material terdiri dari bahan setengah jadi (raw
material) dan bahan jadi. Di dalam dunia usaha, untuk mencapai hasil
yang lebih baik, selain manusia yang ahli dalam bidangnya juga harus
dapat menggunakan bahan/materi-materi sebagai salah satu sarana.
Machine yaitu mesin-mesin atau alat-alat yang diperlukan untuk
mencapai tujuan (Hasibuan, 2001). Dalam proses pelaksanaan
kegiatan, terlebih dalam kemajuan teknologi dewasa ini, manusia
bukan lagi sebagai pembantu bagi mesin seperti pada masa sebelum
revolusi industri. Sebaliknya, mesin telah berubah kedudukannya
sebagai pembantu manusia.
Method (metode) adalah suatu cara atau sistem-sistem yang
digunakan dalam setiap bidang manajemen untuk meningkatkan daya
guna dan hasil guna setiap unsur manajemen (Hasibuan, 2001). Sebuah
metode dapat dinyatakan sebagai penetapan cara pelaksanaan kerja
suatu tugas dengan memberikan berbagai pertimbangan-pertimbangan
kepada sasaran, fasilitas-fasilitas yang tersedia dan penggunaan waktu,
serta uang dan kegiatan usaha.
Bagi organisasi yang bergerak di bidang industri, maka sarana
manajemen lainnya yang penting adalah pasar (market). Market atau
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
12
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
13
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
14
2.2 Sistem
Suatu sistem dapat didefenisikan sebagai suatu kesatuan yang terdiri
dari dua atau lebih komponen atau subsistem yang berinteraksi untuk
mencapai suatu tujuan. Suatu sistem dapat terdiri dari sistem-sistem bagian
(subsistem) (Pangestu, 2007). Subsistem-subsistem saling berinteraksi dan
saling berhubungan membentuk satu kesatuan sehingga tujuan atau sasaran
sistem tersebut dapat tercapai.
Sistem menurut G. R. Terry dalam Hasibuan (2008) dianggap sebagai
suatu keseluruhan yang terorganisasi yang terdiri dari bagian-bagian yang
berhubungan dengan cara tertentu dan yang ditujukan ke arah tujuan
tertentu. Sedangkan sistem menurut Azwar (1996), adalah gabungan dari
elemen-elemen yang saling dihubungkan oleh suatu proses atau struktur dan
berfungsi sebagai suatu kesatuan organisasi dalam upaya menghasilkan
suatu yang ditetapkan. Dengan demikian dapat dipahami bahwa sistem tidak
akan berjalan apabila salah satu bagian (subsistem) itu mengalami gangguan
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
15
pada subsistem lain atau gangguan pada satu subsistem akan mempengaruhi
kelancaran suatu sistem.
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
16
Lingkungan
Umpan Balik
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
17
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
18
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
19
Pengkajian
Evaluasi Diagnosis
Analisis
Implementasi Perencanaan
2.3.2.1 Pengkajian
Dalam proses manajemen keperawatan, seorang manajer
dituntut tidak hanya mengumpulkan informasi tentang keadaan
pasien pada tahap ini, melainkan juga mengenai institusi
(rumah sakit/puskesmas), tenaga keperawatan, administrasi,
dan bagian keuangan yang mempengaruhi fungsi organisasi
secara keseluruhan. Manajer bekerja berdasarkan informasi
penuh dan akurat tentang apa yang perlu dan harus
diselesaikan, dengan cara apa, untuk alasan apa, dengan tujuan
apa, dan sumber daya apa yang tersedia untuk melaksanakan
rencana tersebut. Selanjutnya manajer yang efektif harus
mampu mempertahankan tingkat efisiensi yang tinggi pada
salah satu bagian dengan menggunakan ukuran pengawasan
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
20
2.3.2.2 Diagnosis
Diagnosis keperawatan menurut NANDA International
(2007) dalam Potter & Perry (2010) adalah keputusan klinis
tentang respons individu, keluarga, atau komunitas terhadap
masalah kesehatan yang aktual dan potensial, atau proses
kehidupan. Proses diagnosis mencakup pengelompokan data,
analisis dan merumuskan diagnosis. Perawat yang akan
merumuskan diagnosis keperawatan harus mempunyai
pengetahuan yang luas tentang fisiologi patologi, area
masalah keperawatan serta kemampuan berpikir secara objektif
dan kritis (Suarli dan Bahtiar, 2010).
2.3.2.3 Perencanaan
Menurut Nursalam (2011), perencanaan adalah menyusun
langkah strategis dalam mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan. Perencanaan dalam manajemen keperawatan
dimaksudkan untuk menentukan kebutuhan dalam asuhan
keperawatan kepada semua pasien, menegakkan tujuan,
mengalokasikan anggaran belanja, menetapkan ukutan dan tipe
tenaga keperawatan yang dibutuhkan, membuat pola struktur
organisasi yang dapat mengoptimalkan efektivitas kerja staf,
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
21
2.3.2.4 Pelaksanaan
Dalam proses manajemen keperawatan, pelaksanaan
berarti bagaimana seorang manajer memimpin orang lain untuk
menjalankan tindakan yang telah direncanakan (Nursalam,
2011). Dalam pelaksanaan ini termasuk di dalamnya fungsi
kepemimpinan, komunikasi dan motivasi.
Dalam Marquis & Huston (2003), kepemimpinan
merupakan proses persuasif dan peneladanan oleh individu
(atau tim kepemimpinan) yang mempengaruhi suatu kelompok
untuk mengikuti arahan pemimpin (Gardner, 1990). R. L. Khan
dalam Suarli dan Bahtiar (2010), mengemukakan bahwa
seorang pemimpin menjalankan pekerjaannya dengan baik
apabila: (1) memberikan kepuasan terhadap kebutuhan
langsung para bawahannya; (2) menyusun jalur pencapaian
tujuan; (3) menghilangkan hambatan-hambatan pencapaian
tujuan; dan (4) mengubah tujuan karyawan sehingga tujuan
mereka bisa berguna secara organisatoris.
Kemudian fungsi selanjutya dalam pelaksanaan adalah
komunikasi. Tappen (1995) dalam Nursalam (2011)
mendefinisikan komunikasi sebagai suatu pertukaran pikiran,
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
22
2.3.2.5 Evaluasi
Tahap akhir proses manajerial adalah mengevaluasi
seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan. Tujuan evaluasi
menurut Nursalam (2011), adalah untuk menilai seberapa jauh
staf mampu melaksanakan perannya sesuai dengan tujuan
organisasi yang telah ditetapkan serta mengidentifikasi faktor-
faktor yang menghambat dan mendukung dalam pelaksanaan.
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
23
FEED BACK
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
24
EFEKTIF&EFISIEN
akuntabilitas meningkat
Standar, keterampilan Akuntabilitas Peningkatan
KOMITMEN
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
25
2.4.1 Definisi
Azwar (1996) mengutip beberapa definisi tentang mutu yang
dikemukakan oleh beberapa ahli. Diantaranya menurut Donabedian
(1980), mutu adalah sifat yang dimiliki oleh suatu program. Sedangkan
mutu menurut Crosby (1984) adalah kepatuhan terhadap standar yang
telah ditetapkan. Ukuran yang terpenting dalam mutu bukanlah harga
atau biaya, akan tetapi kesamaan terhadap standar yang telah
ditetapkan (Bustami, 2011). Oleh karena itu, suatu barang atau jasa
dikatakan bermutu apabila barang atau jasa tersebut mempunyai
derajat kesempurnaan yang sesuai dengan standar yang ada.
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
26
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
27
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
28
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
29
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
30
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
31
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
32
2.5 Supervisi
2.5.1 Definisi
Sebagai salah satu bagian dari fungsi manajemen, pengertian
supervisi telah berkembang secara khusus. Supervisi berasal dari kata
super (latin = di atas) serta videre (latin = melihat), dengan demikian
jika ditinjau dari asal kata, supervisi berarti melihat dari atas. Secara
umum supervisi dapat didefinisikan sebagai pengamatan secara
langsung dan berkala oleh atasan terhadap pekerjaan yang
dilaksanakan oleh bawahan untuk kemudian apabila ada masalah,
segera diberikan petunjuk atau bantuan yang bersifat langsung guna
mengatasinya (Azwar, 1996).
Sedangkan supervisi menurut Swansburg (1999), dikutip oleh
Rakhmawati (2009), adalah usaha untuk mengetahui dan menilai
kenyataan yang sebenarnya mengenai pelaksanaan tugas, dimana
dalam pelaksanaannya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu
menghargai dan mengembangkan potensi setiap individu serta
menerima setiap perbedaan. Definisi lain mengenai supervisi
dikemukakan oleh Sudjana (2004) dalam Nursalam (2011), yaitu
upaya untuk membantu pembinaan dan peningkatan kemampuan pihak
yang disupervisi agar mereka dapat melaksanakan tugas kegiatan yang
telah ditetapkan secara efektif dan efisien.
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
33
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
34
2.5.3.1 Pelaksana
Pelaksana atau yang bertanggung jawab melaksanakan
supervisi adalah atasan yaitu mereka yang memiliki kelebihan
dalam organisasi. Kelebihan yang dimaksud sering dikaitkan
dengan status kedudukan yang lebih tinggi dalam organisasi
(supervisor) dan karena itu fungsi supervisi memang lebih
dimiliki oleh atasan. Namun untuk keberhasilan supervisi, yang
lebih diutamakan adalah kelebihan dalam pengetahuan dan/atau
keterampilan.
Untuk dapat melaksanakan supervisi dengan baik, ada
beberapa syarat atau karakteristik yang harus dimiliki oleh
pelaksana supervisi (supervisor). Syarat atau karakteristik yang
dimaksud, menurut Azwar (1996), adalah:
1. Sebaiknya pelaksana supervisi adalah atasan langsung
dari yang disupervisi. Atau apabila hal ini tidak
memungkinkan, dapat ditunjuk staf khusus dengan batas-
batas wewenang dan tanggung jawab yang jelas.
2. Pelaksana supervisi harus memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang cukup untuk jenis pekerjaan yang akan
disupervisi.
3. Pelaksana supervisi harus memiliki keterampilan
melakukan supervisi, artinya memahami prinsip-prinsip
pokok serta teknik supervisi.
4. Pelaksana supervisi harus mempunyai sikap edukatif dan
suportif, bukan otoriter.
5. Pelaksana supervisi harus mempunyai waktu yang cukup,
tidak tergesa-gesa dan secara sabar berupaya
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dan juga
sikap bawahan yang disupervisi.
Pelaksana supervisi yang baik memang membutuhkan
bekal yang banyak, termasuk di dalamnya bekal dapat
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
35
2.5.3.2 Sasaran
Sasaran atau objek dari supervisi adalah pekerjaan yang
dilakukan oleh bawahan serta bawahan yang melakukan
pekerjaan. Sasaran pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan,
disebut sebagai supervisi langsung. Sedangkan sasaran
bawahan yang melakukan pekerjaan disebut sebagai supervisi
tidak langsung. Di sini terlihat jelas bahwa bawahan yang
melaksanakan pekerjaan akan disupervisi dengan tujuan
utamanya adalah untuk meningkatkan kinerja pekerjaan yang
dilakukan oleh bawahan.
2.5.3.3 Frekuensi
Supervisi harus dilakukan dengan frekuensi yang bekala.
Supervisi yang dilakukan hanya sekali, bukanlah supervisi
yang baik. Tidak ada pedoman yang pasti seberapa sering
supervisi harus dilakukan. Dalam Nursalam (2011), ketika
melakukan supervisi yang tepat, harus dapat menentukan kapan
dan apa yang perlu dilakukan supervisi dan bantuan. Penting
atau tidaknya supervisi/kontrol, tergantung bagaimana staf
melihatnya, yaitu:
1. Overcontrol. Kontrol yang terlalu berlebihan akan
merusak delegasi yang diberikan. Staf tidak akan dapat
memikul tanggung jawabnya.
2. Undercontrol. Kontrol yang kurang juga akan berdampak
buruk terhadap delegasi, dimana staf akan tidak produktif
melaksanakan tugas limpah dan berdampak secara
signifikan terhadap hasil yang diharapkan. Hal ini akan
berdampak terhadap pemborosan waktu dan anggaran
yang sebenarnya dapat dihindarkan dengan memberikan
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
36
2.5.3.4 Tujuan
Tujuan supervisi adalah memberikan bantuan kepada
bawahan secara langsung sehingga dengan bantuan tersebut
bawahan memiliki bekal yang cukup untuk dapat
melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan hasil yang baik.
Menurut WHO (1999) dalam Nursalam (2011), tujuan dari
pengawasan yaitu:
1. Menjamin bahwa pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan dalam tempo yang diberikan
dengan menggunakan sumber daya yang tersedia.
2. Memungkinkan pengawas menyadari kekurangan-
kekurangan para petugas kesehatan dalam hal
kemampuan, pengetahuan dan pemahaman serta
mengatur pelatihan yang sesuai.
3. Memungkinkan para pengawas mengenali dan memberi
penghargaan atas pekerjaan yang baik dan mengenali staf
yang layak diberikan kenaikan jabatan dan pelatihan lebih
lanjut.
4. Memungkinkan manajemen mengetahui bahwa sumber
daya yang disediakan bagi petugas telah cukup dan
dipergunakan dengan baik.
5. Memungkinkan manajemen menentukan penyebab
kekurangan pada kinerja tersebut.
2.5.3.5 Teknik
Kegiatan pokok pada supervisi pada dasarnya mencakup
empat hal yang bersifat pokok, yaitu: (1) menetapkan masalah
dan prioritasnya; (2) menetapkan penyebab masalah, prioritas
dan jalan keluarnya; (3) melaksanakan jalan keluar; serta (4)
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
37
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
38
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
39
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
40
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
41
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
42
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
43
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
44
2. Critical Thinking
Berpikir kritis termasuk di dalamnya adalah kemampuan
dalam mempertanyakan sesuatu, menganalisis, mensintesis,
menginterpretasi, menyimpulkan, penalaran secara induktif
maupun deduktif, memiliki intuisi, mampu mengaplikasikan, dan
memiliki kreativitas; kemampuan untuk menilai dan
menginterpretasikan informasi medis dan klinis dari grafik
pasien; kemampuan untuk mengevaluasi rencana pelaksanaan
proses keperawatan untuk memenuhi kebutuhan individu pasien;
kemampuan untuk membuat keputusan yang tepat berdasarkan
hasil telaah rekam medis pasien; serta kemampuan untuk
membuat rekomendasi untuk peningkatan pelayanan
keperawatan.
3. Consulting/Advising
Memiliki kemampuan untuk memberikan saran dan nasihat
serta kemampuan untuk mengerti tentang rencana dari klien,
organisasi serta kebudayaan mereka.
4. Client/Customer Service
Memiliki kemampuan untuk mengembangkan dan
memelihara hubungan profesional dengan pasien, keluarga
pasien, serta sesama staf dengan mendengarkan, mengerti,
memahami, dan menanggapi kebutuhan mereka.
5. Communication
Memiliki kemampuan untuk membangun dan memelihara
komunikasi yang efektif dan hubungan kerja dengan dokter,
tenaga kesehatan lainnya, pasien dan keluarga, lembaga
kesehatan/non kesehatan, dan lain-lain; kemampuan untuk
menyampaikan informasi dengan ringkas dan jelas, baik secara
lisan maupun tulisan tentang proses penyakit, tingkatan
perawatan dan layanan yang diberikan untuk memastikan bahwa
sasaran yang dituju memahami isi informasi dan pesan; serta
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
45
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
46
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
47
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
48
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
49
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
50
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
51
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
52
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
53
5. Sebelum Pulang
a. Membuat daftar masalah yang belum terselesaikan
dan berusaha untuk memecahkan persoalan tersebut
keesokan harinya.
b. Memikirkan pekerjaan yang telah dilakukan
sepanjang hari dengan mengecek hasilnya,
kecukupan material dan peralatannya.
c. Melengkapi laporan harian sebelum pulang.
d. Membuat daftar pekerjaan untuk esok hari dan
membawanya pulang untuk dipelajari di rumah
sebelum pergi bekerja kembali.
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
54
Tabel 2.1
Perbandingan Model Supervisi Keperawatan Klinis
Model Proses Tujuan
Developmental Change Agent Improve job performance
(Dixon, 1998) Counselor
Training/Teaching
Academic Educative Nurse performance
(Farrington, 1995) Supportive
Managerial
Experiential Training Nurse performance
(Milne & James, 2005) Mentoring
4S Structure Quality of care
(Page & Wosket, 1995) Skills
Support
Sustainability
Sumber: Supratman dan Sudaryanto (2008)
1. Model Developmental
Model ini diperkenalkan oleh Dixon pada rumah sakit
mental tahun 1998. Model ini dikembangkan dalam rumah sakit
mental yang bertujuan agar pasien yang dirawat mengalami
proses developmental yang lebih baik. Supervisor diberikan
kewenangan untuk membimbing perawat dengan tiga cara, yaitu
change agent, counselor, dan teacher.
Kegiatan change agent bertujuan agar supervisor
membimbing perawat menjadi agen perubahan, kegiatan tersebut
nantinya ditransfer kepada pasien sehingga pasien memahami
masalah kesehatan. Kegiatan counselor dilakukan supervisor
dengan tujuan membina, membimbing dan mengajarkan kepada
perawat tentang hal-hal yang berkaitan dengan tugas rutin
perawat (contoh: supervisor membimbing perawat melakukan
pengkajian fisik). Kegiatan teaching bertujuan mengenalkan dan
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
55
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
56
3. Model Experiential
Model ini diperkenalkan oleh Milne dan James di
Newcastle University UK dan Department of Health US tahun
2005 yang merupakan adopsi penelitian Milne, Aylott dan
Fitzpatrick. Dalam model ini disebutkan bahwa kegiatan
supervisi klinik keperawatan meliputi training dan mentoring.
Dalam kegiatan training, supervisor mengajarkan teknik-teknik
keperawatan tertentu yang belum dipahami perawat pelaksana
(contoh: pemasangan infus pada bayi, melakukan vena sectie,
teknik advance life support, dan sebagainya). Training biasanya
dilakukan secara berjenjang kepada setiap perawat, misalnya
training pada perawat pemula (beginner) dan perawat pemula-
lanjut (advance). Dalam kegiatan mentoring, supervisor lebih
mirip seorang penasihat dimana ia bertugas memberikan nasihat
berkaitan dengan masalah-masalah rutin sehari-hari (contoh:
bagaimana mengurus ASKES pasien, mencari perawat pengganti
yang tidak masuk, menengahi konflik, mengambil keputusan
secara cepat, tepat dan etis, dan sebagainya). Kegiatan ini lebih
mirip kegiatan supportive dalam model academic.
4. Model 4S
Model ini diperkenalkan oleh Page dan Wosket dari hasil
penelitian di Greater Manchester UK dan New York tahun 1995.
Model supervisor ini dikembangkan dengan empat (4) strategi,
yaitu structure, skills, support dan sustainability. Dalam model
ini, kegiatan structure dilakukan oleh perawat profesional dalam
melakukan pengkajian dan asuhan pasien dimana perawat yang
dibina sekitar 6 8 orang. Tujuan kegiatan ini adalah untuk
mengembangkan pengalaman perawat dalam hal konsultasi,
fasilitasi dan pertolongan. Kegiatan skills dilakukan supervisor
untuk meningkatkan ketrampilan praktis (contoh: menjahit luka,
interpretasi EKG, pasang CAPD, dan sebagainya). Kegiatan
support dilakukan dengan tujuan untuk menjaga agar tetap prima
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
57
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
58
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
59
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
BAB 3
GAMBARAN UMUM RSUD KOTA DEPOK
60 Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
61
penyakit dalam, 4 tempat tidur isolasi, 4 tempat tidur ruang kelas II, dan 8
tempat tidur di selasar. Seiring dengan meningkatnya jumlah pasien dengan
spesialistiknya. Maka tahun 2010 kapasitas tempat tidur yang dimiliki oleh
RSUD Kota Depok tersebut kini telah dimanfaatkan secara maksimal.
Di tahun 2009, RSUD Kota Depok telah memperoleh sertifikat ISO
9001:2008 tentang Sistem Manajemen Mutu yang diterima dari Badan
Sertifikasi TUV NORD INDONESIA. Standar ISO 9001:2008 itu bertujuan
untuk meningkatkan kepuasan pelanggan melalui penerapan sistem yang
efektif termasuk proses untuk koreksi sistem secara berkesinambungan dan
jaminan kesesuaian dengan persyaratan pelanggan, regulasi dan peraturan
perundangan yang berlaku. Di tahun 2009 ini RSUD Kota Depok telah
memperoleh Sertifikat Akreditasi Rumah Sakit. Status akreditasi rumah
sakit untuk RSUD Kota Depok adalah penuh tingkat dasar untuk 5 (lima)
pelayanan, yaitu Administrasi dan Manajemen, Pelayanan Medik, Pelayanan
Gawat Darurat, Pelayanan Keperawatan, dan Rekam Medik. RSUD Kota
Depok juga telah menyabet penghargaan Citra Pelayanan Prima pada tahun
2010 dari Wakil Presiden Republik Indonesia. Penghargaan Citra Pelayanan
Prima merupakan hasil penilaian dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur
Negara. Sebelumnya, RSUD Depok menempati peringkat pertama se-Jawa
Barat sebagai rumah sakit yang cepat tanggap dalam memberikan pelayanan
kepada pasien. Selain itu RSUD Kota Depok juga telah mendapatkan
sertifikasi OHSAS (Occupational Health and Safety Advisory Services)
untuk Sistem Manajemen K3 pada tahun 2011.
3.2 Visi, Misi, Tujuan, Motto, dan Janji Layanan RSUD Kota Depok
3.2.1 Visi
Visi RSUD kota Depok adalah Meningkatkan kesehatan seluruh
lapisan masyarakat Kota Depok melalui RSUD Kelas B Pendidikan
sebagai Jejaring Pusat Stroke.
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
62
3.2.2 Misi
Dalam mewujudkan visi RSUD Kota Depok, perlu dilakukan
upaya-upaya yang telah tercantum pada misi RSUD Kota Depok, yaitu
sebagai berikut:
1. Memberikan pelayanan paripurna yang bermutu prima kepada
seluruh lapisan masyarakat.
2. Membentuk RSUD Kota Depok sebagai organisasi pembelajaran
menuju Rumah Sakit Kelas B Pendidikan sebagai Jejaring Pusat
Stroke.
3. Meningkatkan komitmen, profesionalisme dan produktivitas
SDM RSUD Kota Depok.
4. Mengembangkan manajemen RSUD Kota Depok yang efektif
dan mandiri.
3.2.3 Tujuan
Tujuan RSUD Kota Depok adalah: Meningkatkan derajat
kesehatan bagi semua lapisan masyarakat Kota Depok melalui
pelayanan kesehatan yang berkualitas prima dan komprehensif yang
ditunjang dengan tenaga yang profesional, produktif, berkomitmen
tinggi serta manajemen yang efektif dan mandiri.
3.2.4 Motto
Dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan, RSUD Kota
Depok memiliki motto yang bertujuan untuk menjiwai semangat
bekerja karyawan RSUD Kota Depok. Motto RSUD Kota Depok
adalah memberikan pelayanan yang CERIA (Cepat, Efektif, Ramah,
Inovatif, Aman) dan Profesional. Motto tersebut dilaksanakan secara
berlanjut dan menyeluruh dengan sasaran meningkatkan kepuasan
pelanggan dalam hal ini adalah pasien dan keluarganya.
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
63
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
64
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
65
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
66
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
67
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
68
Tabel 3.1
Jumlah Pegawai RSUD Kota Depok
Berdasarkan Formasi Jabatan Tahun 2011
Jumlah
Jabatan Keterangan
Total
Direktur 1
Kepala Bagian Tata Usaha 1
Kepala Bidang Pelayanan 1
Kepala Bidang Penunjang 1
Kepala Bidang Keperawatan 1
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
69
Apoteker 5
Asisten Apoteker 8 PNS + Non PNS
Radiografer 7
Nutrisionis 6
Sanitarian 4
Rekam Medik 9
Teknisi Elektromedik 3
Pelaksana 111
Jumlah 378
Sumber: Data Kepegawaian RSUD Kota Depok 2011
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
70
Tabel 3.2
Jumlah Pegawai RSUD Kota Depok Berdasarkan Status Kepegawaian
s/d Desember 2011
No. Status Kepegawaian Jumlah
1 PNS/CPNS 240
TOTAL 378
Tabel 3.3
Jumlah SDM RSUD Kota Depok
Berdasarkan Pendidikan Tahun 2011
Jumlah
No. Tingkat Pendidikan Total
PNS/CPNS Non PNS
1 SLTA 7 78 85
2 D1 0 1 1
3 D2 0 0 0
4 D3 181 45 226
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
71
5 S1 25 13 38
6 S2 27 1 28
7 S3 0 0 0
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
72
Tabel 3.4
Capaian Indikator Pelayanan RSUD Kota Depok Tahun 2009 2011
Capaian Indikator Pelayanan
Indikator Pelayanan Jan s.d Des Jan s.d Des Jan s.d Des
2009 2010 2011
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
73
Depok saat ini baru dapat merawat pasien dengan kasus non berat seperti
DBD, thypoid, diare, operasi section caesar, operasi apendiksitis, dan
lainnya yang membutuhkan perawatan sekitar 3 6 hari.
BTO menurut Depkes RI (2005) adalah frekuensi pemakaian tempat
tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan
waktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai
40 50 kali. Seperti dilihat pada tabel capaian indikator pelayanan RSUD
Kota Depok di atas, BTO RSUD Kota Depok tertinggi dicapai pada tahun
2010 dan 2011.
GDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian umum untuk
setiap 1000 penderita keluar. Angka kematian kasar (GDR) RSUD Kota
Depok tahun 2010 mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya. Hal ini
dikarenakan meningkatnya pasien yang ingin dirawat di RSUD Kota Depok
namun fasilitas tidak tersedia di RSUD Kota Depok, sehingga risiko
meninggal tinggi.
Kunjungan pasien RSUD Kota Depok dari mulai operasional hingga
tahun 2010 mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Kunjungan tertinggi
adalah pasien rawat jalan yang berasal dari kunjungan poliklinik (rawat
jalan) dan UGD. Total kunjungan adalah jumlah dari kunjungan pasien
poliklinik (rawat jalan), UGD dan pasien kamar bersalin (VK). Sedangkan
total pelayanan merupakan jumlah kunjungan pasien rawat jalan, rawat inap,
UGD, kamar bersalin, dan kamar operasi (OK). Adapun jumlah kunjungan
pasien dapat dilihat pada gambar 3.1, sebagai berikut:
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
74
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
75
3.7.1.2 Misi
Misi bidang keperawatan RSUD Kota Depok adalah:
1. Memberikan pelayanan asuhan keperawatan meliputi
promotif, preventif, pemenuhan kebutuhan pasien (bio,
psiko, sosio dan spiritual), rehabilitatif yang bermutu
prima kepada seluruh lapisan masyarakat.
2. Mengembangkan kualitas pelayanan keperawatan menuju
rumah sakit kelas B pendidikan sebagai Jejaring Pusat
Stroke.
3. Menyelenggarakan SDM keperawatan yang profesional
melalui pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan.
4. Merencanakan fasilitas keperawatan yang sesuai standar.
5. Meningkatkan manajemen asuhan keperawatan sesuai
standar.
3.7.1.3 Tujuan
Tujuan bidang keperawatan RSUD Kota Depok adalah:
1. Terselenggaranya pelayanan asuhan keperawatan meliputi
promotif, preventif, pemenuhan kebutuhan pasien (bio,
psiko, sosio dan spiritual), rehabilitatif yang bermutu
prima kepada seluruh lapisan masyarakat.
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
76
3.7.1.4 Falsafah
Berdasarkan Kode Etik Keperawatan tahun 2000, tenaga
keperawatan berkeyakinan bahwa:
1. Manusia adalah individu yang memiliki kebutuhan bio-
psikososial spiritual yang unik. Kebutuhan ini harus
selalu diperimbangkan dalam setiap pemberian asuhan
keperawatan.
2. Keperawatan adalah bantuan bagi umat manusia yang
bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan secara
optimal kepada semua yang membutuhkan dengan tidak
membedakan bangsa, suku, agama/kepercayaan dan
statusnya, di setiap tempat pelayanan kesehatan.
3. Tujuan asuhan keperawatan dapat dicapai melalui usaha
bersama dari semua anggota tim kesehatan dan
pasien/keluarga.
4. Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat
menggunakan proses keperawatan dengan lima tahapan
untuk memenuhi kebutuhan kesehatan pasien/keluarga.
5. Perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat,
memiliki wewenang melakukan asuhan keperawatan
secara utuh berdasarkan standar asuhan keperawatan.
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
77
Direektur
RS
dr. Sity Kunaarisasi, MAR
P.
NIP 19611019 198911 2001
si
Kepala Seksi Kepala Seks
Rawat Inap dan Rawwat Jalan Asuuhan Keperawwatan
Dyah Fitri Wulandari, S.Kp Winarni, S.Keep
NIP. 199721108 2002212 2002 NIP. 199700928 1993303 2001
ng
Gambar 3.2 Strukktur Organiisasi Bidan Keperawwatan RSUD Kota Deppok
Univeersitas Indoonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
78
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
79
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
80
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
81
d. Wewenang
Membantu Kepala Bidang Keperawatan dalam
melaksanakan tugas-tugasnya.
Menggantikan tugas Kepala Bidang
Keperawatan apabila berhalangan.
Melaksanakan tugas khusus yang diberikan
oleh Kepala Bidang Keperawatan.
Bersama-sama Kepala Bidang Keperawatan
merencanakan, menyusun, melaksanakan,
mengatur, mengendalikan, dan mengevaluasi
sistem administrasi manajemen pelayanan
keperawatan.
e. Hubungan kerja
Kepala Bidang Keperawatan selaku atasan
langsung.
Koordinator dan pelaksana perawat di semua
unit pelayanan dalam hal pelaksanaan
pelayanan rawat jalan dan rawat inap.
Kepala Seksi Asuhan Keperawatan dalam hal
koordinasi dan konfirmasi.
3. Kepala Seksi Asuhan Keperawatan
a. Tugas pokok
Melaksanakan layanan asuhan keperawatan.
b. Persyaratan jabatan
Minimal Sarjana Keperawatan atau lulusan
DIII Keperawatan dengan pengalaman
minimal 3 - 5 tahun.
Memiliki kemampuan kepemimpinan, tegas
dan berwibawa serta loyalitas yang tinggi.
Mempunyai dedikasi yang tinggi dan bersedia
mengembangkan ilmu keperawatan.
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
82
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
83
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
84
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
85
3.8.4.2 Wewenang
Dalam menjalankan tugasnya, supervisor mempunyai
wewenang sebagai berikut:
1. Meminta informasi dan pengarahan dari atasan serta
koordinasi dengan dokter jaga dan perawat jaga di
ruangan.
2. Memberi petunjuk dan bimbingan dalam pendayagunaan
tenaga keperawatan.
3. Memberi petunjuk dan bimbingan dalam pelaksanaan
pemberian asuhan keperawatan kepada staf.
4. Memberi petunjuk dan bimbingan dalam pendayagunaan
alat.
5. Menampung, menanggulangi dan menyampaikan laporan
kejadian penting/KLB kepada atasan atau dokter jaga.
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
86
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
87
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
BAB 4
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH
LINGKUNGAN
Sistem Pelaksanaan
UMPAN BALIK
OUTCOME
Peningkatan kualitas pelayanan rumah sakit
Keterangan:
88 Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
89
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
90
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
91
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
92
supervisi
keperawatan.
6. Metode Metode supervisi keperawatan Wawancara Pedoman Informasi
yang digunakan dalam mendalam wawancara mengenai
pelaksanaan supervisi Studi literatur mendalam klasifikasi jenis
keperawatan di RSUD Kota Daftar tilik metode supervisi
Depok. keperawatan yang
diterapkan di
RSUD Kota
Depok.
7. Sistem penghargaan Bentuk imbalan yang diberikan Wawancara Pedoman Informasi
oleh pihak RSUD Kota Depok mendalam wawancara mengenai adanya
kepada tim supervisor atas mendalam sistem
prestasinya dalam pelaksanaan Daftar tilik penghargaan
supervisi keperawatan. terkait
pelaksanaan
supervisi
keperawatan.
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
93
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
94
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
BAB 5
METODE PENELITIAN
95 Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
96
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
97
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
98
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
BAB 6
HASIL PENELITIAN
Tabel 6.1
Karakteristik Informan (Petugas)
Jenis Kelamin Umur Pendidikan Lama Kerja
Perempuan 45 tahun S2 Magister Kesehatan 3,5 tahun
Perempuan 42 tahun S1 Keperawatan 4 tahun
Perempuan 40 tahun D3 Kebidanan 4 tahun
Perempuan 35 tahun S1 Keperawatan 4 tahun
Laki-laki 30 tahun D3 Keperawatan 4 tahun
Perempuan 26 tahun D3 Kebidanan 2 tahun
Perempuan 30 tahun D3 Keperawatan 3 tahun
Laki-laki 32 tahun D3 Keperawatan 4 tahun
99 Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
100
Tabel 6.2
Karakteristik Informan (Pasien)
Jenis Kelamin Umur Pendidikan Pekerjaan
Perempuan 30 tahun SD Ibu Rumah Tangga
Perempuan 55 tahun SD Buruh
Perempuan 21 tahun SMA Ibu Rumah Tangga
Perempuan 21 tahun SMK Ibu Rumah Tangga
Perempuan 16 tahun SMP Pelajar
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
101
6.2.1 Input
6.2.1.1 Sumber Daya Manusia
Sumber daya yang dimaksud adalah tenaga keperawatan
atau kebidanan yang telah ditetapkan sebagai supervisor
keperawatan berdasarkan SK Direktur RSUD Kota Depok.
Berdasarkan SK tersebut, terdapat 31 tenaga keperawatan atau
kebidanan yang telah ditetapkan menjadi supervisor
keperawatan. Pihak yang bertanggung jawab secara penuh
terhadap pelaksanaan supervisi keperawatan di RSUD Kota
Depok adalah Kepala Bidang Keperawatan, namun dalam
teknis pelaksanaannya yang bertanggung jawab adalah Kepala
Seksi Asuhan Keperawatan.
Pihak yang mengetahui adanya supervisor keperawatan
ini adalah tidak hanya bidang keperawatan dan supervisor
keperawatan itu sendiri, melainkan seluruh unit dan petugas
lain seharusnya mengetahui adanya supervisor keperawatan.
Berdasarkan hasil penelitian melalui wawancara dengan
beberapa perawat non supervisor, mereka memang mengetahui
adanya supervisor keperawatan.
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
102
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
103
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
104
6.2.1.2 Kebijakan
Peraturan internal dari rumah sakit yang melandasi
pelaksanaan supervisi keperawatan di RSUD Kota Depok
adalah SK Direktur RSUD Kota Depok Nomor
440/02/SK/RSUD/2010, tanggal 1 Februari 2010 tentang
Penunjukkan Tenaga Keperawatan sebagai Supervisor
Keperawatan di RSUD Kota Depok. Berdasarkan hasil
wawancara dengan informan (petugas), hampir seluruhnya
telah mengetahui adanya SK tersebut. SK mengenai supervisor
keperawatan itu pun telah disosialisasikan oleh pihak
manajemen tidak hanya ke supervisornya saja, melainkan ke
seluruh bagian di rumah sakit.
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
105
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
106
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
107
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
108
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
109
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
110
Tidak hafal lah isinya, banyak. SOP ada, tapi saya tidak
punya. SOP dipegang oleh bidang keperawatan. (I4)
Wah banyak, saya sih lupa. Ada SOP-nya, tapi saya gak
hafal. Untuk individu kita gak pegang SOP-nya, tapi ada
di manajemen. (I5)
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
111
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
112
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
113
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
114
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
115
6.2.2 Proses
6.2.2.1 Perencanaan
Proses perencanaan dalam pelaksanaan supervisi
keperawatan di RSUD Kota Depok, berdasarkan hasil
wawancara dengan informan (petugas), adalah berupa proses
pembuatan jadwal jaga supervisor. Jadwal tersebut dibuat oleh
bidang keperawatan, khususnya Kepala Seksi Asuhan
Keperawatan.
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
116
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
117
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
118
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
119
Pas keliling itu, ada gak petugas yang tidak masuk, ada
permasalahan apa di unit, kalau tidak ada mereka
kembali ke base camp. Ya mereka memantau, tunggu ada
laporan. Kalau ada laporan, mereka harus datang ke unit
tersebut. (I2)
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
120
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
121
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
122
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
123
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
124
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
125
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
126
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
127
6.2.3 Output
Hasil akhir atau output yang diharapkan dengan adanya
pelaksanaan supervisi keperawatan ini adalah meningkatnya kualitas
pelayanan atau asuhan yang diberikan oleh perawat di RSUD Kota
Depok. Ada banyak cara dalam mengukur kualitas pelayanan yang
diberikan, dalam penelitian ini peneliti menanyakan tentang keluhan
atau komplain apa saja yang telah diterima baik oleh bidang
keperawatan, supervisor keperawatan maupun perawat non supervisor
terkait pelayanan keperawatan.
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
128
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
129
Dengan adanya supervisor kita jadi tahu 24 jam apa saja yang
terjadi, baik saat operan/by phone saat jaga. Kalau supervisor
tidak ada, tidak ada yang menghubungi kita. (I2)
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
130
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
131
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
132
...perawat cuma tensi aja, tapi suka sakit pas tensi. (I13)
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
BAB 7
PEMBAHASAN
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
135
7.2.1 Input
7.2.1.1 Sumber Daya Manusia
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan informasi bahwa
terdapat 31 tenaga keperawatan atau kebidanan yang telah
ditetapkan menjadi supervisor keperawatan berdasarkan SK
Direktur RSUD Kota Depok, dan hal tersebut telah
disosialisasikan ke seluruh bagian di rumah sakit. Dengan
jumlah yang cukup banyak tersebut, pihak bidang keperawatan
RSUD Kota Depok menilai pelaksanaan supervisi keperawatan
kurang efektif sehingga mereka sempat merencanakan untuk
membuat tim supervisi keperawatan yang lebih kecil dan
sifatnya purnawaktu. Namun sampai dilakukannya penelitian
ini, perubahan tersebut belum dapat dilaksanakan mengingat
keterbatasan jumlah dan karakteristik tenaga keperawatan yang
ada di RSUD Kota Depok.
Kemudian dari segi kualifikasi untuk menjadi seorang
supervisor keperawatan, tercantum dalam SK Direktur RSUD
Kota Depok, seorang supervisor keperawatan harus memenuhi
syarat sebagai berikut: (1) pendidikan minimal D3
Keperawatan/Kebidanan; (2) pengalaman kerja minimal 2
(dua) tahun di rumah sakit; (3) sehat jasmani dan rohani; dan
(4) memiliki kemampuan komunikasi, kepemimpinan,
berwibawa, dan mampu memngambil keputusan. Dari hasil
penelitian, masih ada pernyataan-pernyataan dari informan
mengenai kualifikasi yang harus dimiliki oleh seorang
supervisor yang belum tercantum dalam SK Direktur RSUD
Kota Depok tersebut. Kualifikasi seperti minimal Perawat
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
136
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
137
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
138
7.2.1.2 Kebijakan
Menurut Hornby (1995) dalam Fuadi (2012), kebijakan
dapat diartikan sebagai sebuah rencana kegiatan atau
pernyataan mengenai tujuan-tujuan, yang diajukan atau
diadopsi oleh suatu pemerintahan, partai politik, dan lain-lain.
Kebijakan juga diartikan sebagai pernyataan-pernyataan
mengenai kontrak penjaminan atau pernyataan tertulis.
Kebijakan yang melandasi pelaksanaan supervisi keperawatan
di RSUD Kota Depok adalah berupa SK Direktur RSUD Kota
Depok Nomor 440/02/SK/RSUD/2010 tentang Penunjukkan
Tenaga Keperawatan sebagai Supervisor Keperawatan di
RSUD Kota Depok. Sesuai dengan yang tercantum dalam
Program Kerja (Pokja) Keperawatan, dalam Standar III
Parameter 6 mengenai ketentuan supervisor keperawatan
(perawat pengganti), harus ada surat keputusan atau kebijakan
dalam penentuan tersebut. Dengan adanya SK tersebut,
keberadaan tenaga supervisor keperawatan telah resmi untuk
menjalankan tugasnya dan diakui oleh seluruh bagian di rumah
sakit.
Menurut informan penelitian, SK mengenai supervisor
tersebut telah disosialisasikan tidak hanya ke supervisornya
melainkan ke seluruh petugas terkait di rumah sakit. Para
supervisor keperawatan di RSUD Kota Depok secara
keseluruhan telah mengetahui adanya SK tersebut, namun
mereka mengakui ada yang memiliki salinannya, ada juga yang
tidak memiliki.
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
139
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
140
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
141
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
142
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
143
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
144
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
145
7.2.2 Proses
7.2.2.1 Perencanaan
Perencanaan adalah upaya memutuskan apa yang akan
dilakukan; siapa yang melakukan; dan bagaimana, kapan, dan
di mana hal tersebut dilakukan (Marquis dan Huston, 2003 dan
Beishline dalam Manullang, 2001). Penjadwalan adalah suatu
aspek dari fungsi kepegawaian. Biasanya, supervisor atau
kepala perawat yang bertanggung jawab untuk menjadwalkan
waktu masuk/libur personil keperawatan. Jadwal kerja harus
disiapkan beberapa minggu sebelumnya dan selanjutnya
diperbaiki untuk menyesuaikan perubahan seperti adanya
permintaan waktu libur darurat (Rizqi, 2010).
Menurut Marquis dan Huston (2003), manajer harus
bertanggung jawab untuk menyediakan kepersonaliaan yang
memadai dan terkomunikasi dengan baik dan kebijakan
penjadwalan diutamakan. Fokus tanggung jawab
kepemimpinan adalah membina rasa percaya melalui
kepersonaliaan dan prosedur penjadwalan yang adil. Beberapa
organisasi melakukan desentralisasi kepersonaliaan dengan
meminta manajer unit membuat keputusan penjadwalan.
Organisasi lain menggunakan sentralisasi kepersonaliaan, yaitu
keputusan kepersonaliaan diambil oleh petugas di kantor pusat
atau pusat kepersonaliaan.
Bagi sebagian perawat, tuntutan untuk bekerja di malam
hari, sore hari, akhir pekan, dan liburan yang sering kali
diperlukan di organisasi perawatan kesehatan menimbulkan
stres dan frustasi. Penjadwalan yang kaku adalah kontributor
utama terhadap ketidakpuasan kerja di pihak perawat
(Shullanberger, 2000 dalam Marquis dan Huston, 2003). Jika
perawat tidak dapat memberikan saran terhadap jadwal kerja
mereka, semangat mereka dapat berkurang akibat kurangnya
kendali. Oleh karena itu, penjadwalan merupakan faktor yang
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
146
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
147
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
148
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
149
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
150
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
151
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
152
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
153
7.2.3 Output
Penelitian Mularso (2007) mengenai supervisi keperawatan di
RSUD Dr. Abdul Aziz Singkawang menyatakan bahwa pembentukan
tim supervisi keperawatan diharapkan dapat meningkatkan kinerja di
bidang keperawatan sehingga meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan di RSUD Dr. Abdul Aziz Singkawang. Dalam penelitian
ini peneliti mengidentifikasi peningkatan mutu pelayanan keperawatan
sebagai output dari pelaksanaan supervisi keperawatan di RSUD Kota
Depok. Dengan adanya supervisor yang berfungsi memberikan
pengawasan dan melakukan problem solving, diharapkan pelayanan
keperawatan yang diberikan oleh perawat non supervisor dapat terjaga
kualitasnya dan komplain dari pasien dapat diminimalisir.
Carson (2007) dalam Butterworth et al. (2008) menyatakan
bahwa supervisi klinis memiliki dampak yang salah satunya adalah
dampak terhadap pasien, namun hal tersebut masih jauh dalam
jangkauan. Diakui penelitian dalam bidang supervisi klinis tersebut
masih terbatas, namun suatu langkah penting dilakukan untuk menguji
efek terhadap pasien dan hasil klinis. Menurut Butterworth et al.
(2008), hal tersebut dapat dikembangkan dengan tiga cara yaitu: (1)
dengan mencatat intervensi klinis yang terlihat untuk meningkatkan
kualitas perawatan pasien; (2) dengan melihat secara teratur perubahan
pada hasil pasien; dan (3) sebagai bagian dari efek yang diukur pada
hasil pasien, dengan staffing yang baik dan mempelajari kegagalan
dalam menyelamatkan pasien. Beberapa studi menunjukkan bahwa
adanya supervisi klinis dapat menurunkan biaya dan meningkatkan
perawatan pasien. Hyrks et al. (2001) dalam Butterworth et al. (2008)
menguji efektivitas biaya pada tim supervisi selama tiga tahun di
sebuah rumah sakit di Swedia. Biaya tersebut termasuk waktu dan
biaya perawat supervisor. Manfaat yang diukur adalah: (1)
pengetahuan yang lebih besar dapat diukur melalui peningkatan
pengeluaran pelatihan dan dengan adanya supervisi klinis diharapkan
dapat mengidentifikasi kebutuhan pelatihan; (2) peningkatan
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
154
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
155
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
BAB 8
KESIMPULAN DAN SARAN
8.1 Kesimpulan
1. Input
a. Sumber Daya Manusia
Terdapat 31 tenaga keperawatan atau kebidanan yang telah
ditetapkan menjadi supervisor keperawatan berdasarkan SK
Direktur RSUD Kota Depok. Kompetensi dan kualifikasi yang
harus dimiliki supervisor belum tercantum dengan lengkap di
dalam kebijakan dan materi tentang supervisi. Masih banyak
supervisor keperawatan di RSUD Kota Depok yang belum
memenuhi kualifikasi sebagai supervisor. Hal tersebut
dikarenakan keterbatasan jumlah dan karakteristik ketenagaan
yang ada, serta belum pernah dilakukannya pelatihan khusus
tentang supervisi keperawatan.
b. Kebijakan
Kebijakan yang melandasi pelaksanaan supervisi
keperawatan di RSUD Kota Depok adalah berupa SK Direktur
RSUD Kota Depok Nomor 440/02/SK/RSUD/2010 tentang
Penunjukkan Tenaga Keperawatan sebagai Supervisor
Keperawatan di RSUD Kota Depok.
c. Uraian Tugas
Dalam uraian tugas supervisor keperawatan, belum terdapat
fungsi manajerial pengorganisasian dan pengarahan. Uraian tugas
sebagai supervisor keperawatan di RSUD Kota Depok dinilai
terlalu luas, mereka tidak hanya bertanggung jawab mengenai
keperawatan melainkan mengenai administrasi dan manajemen
rumah sakit.
e. Metode Pelaksanaan
Supervisi keperawatan di RSUD Kota Depok dilakukan
untuk mendukung peningkatan kualitas pelayanan keperawatan
di rumah sakit pada waktu sore, malam dan hari libur dengan
menggunakan teknik penyelesaian masalah (problem solving).
Pelaksanaan supervisi keperawatan tersebut mirip dengan model
experiential milik Supratman dan Sudaryanto (2008) atau model
ilmiah seperti yang dikemukakan oleh Suyanto (2008) dalam
Simanjuntak (2010). Kemudian pelaksanaannya mengarah
kepada fungsi normative milik Proctor (1987). Namun belum
disepakati dan ditetapkan oleh bidang keperawatan mengenai
jenis model pelaksanaan supervisi keperawatan yang digunakan.
f. Sistem Penghargaan
Supervisor mengakui bahwa penghargaan dalam bentuk
materi dinilai masih belum mencukupi. Hal tersebut adalah salah
satu penyebab rendahnya motivasi para supervisor di RSUD
Kota Depok. Kemudian belum ada reward dan punishment yang
diberlakukan di RSUD Kota Depok terkait pelaksanaan supervisi
keperawatan.
2. Proses
a. Perencanaan
Proses perencanaan dalam pelaksanaan supervisi
keperawatan di RSUD Kota Depok adalah berupa pembuatan
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
158
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
159
3. Output
Output dalam penelitian ini adalah kualitas pelayanan
keperawatan. Secara keseluruhan, kualitas pelayanan keperawatan di
RSUD Kota Depok sudah dinilai cukup baik. Namun masih terdapat
komplain pasien mengenai sikap dan perilaku perawat yang kurang
ramah. Keterbatasan sarana dan prasarana juga dinilai menghambat
para petugas termasuk keperawatan dalam memberikan pelayanan
yang maksimal.
Masih terdapat beberapa aspek yang perlu diperbaiki agar pelaksanaan
supervisi keperawatan di RSUD Kota Depok dapat selaras dengan tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya. Kualifikasi dan kompetensi supervisor
merupakan hal yang sangat penting untuk menunjang pencapaian tujuan
pelaksanaan supervisi keperawatan. Fokus pada penanganan masalah
keperawatan klinis dan adanya SOP yang menjadi pedoman akan
menjadikan pelaksanaan supervisi keperawatan lebih teratur. Penghargaan
dalam bentuk materi juga akan meningkatkan motivasi supervisor dalam
melaksanakan tugas jaganya. Adanya monitoring dan evaluasi secara rutin
dapat dijadikan sarana perbaikan agar pelaksanaan supervisi keperawatan
tetap berjalan sesuai dengan tujuannya.
8.2 Saran
1. Kepada Direksi
a. Mencantumkan dengan jelas kompetensi dan kualifikasi yang
harus dimiliki supervisor dalam kebijakan dan materi tentang
supervisi.
b. Memperhatikan kecukupan penghargaan materi bagi supervisor
agar mereka lebih termotivasi dalam melaksanakan tugasnya.
c. Membentuk supervisi keperawatan klinis yang bertugas khusus
dalam pengawasan mengenai kegiatan keperawatan berupa
perawat pengganti bidang keperawatan (duty nurse).
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
160
Universitas Indonesia
Analisis pelaksanaan..., Rachma Melati Ahaddyah, FKM UI, 2012
DAFTAR PUSTAKA
xvi
xvii
xviii
xix