3.teknik Sampling

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 5

Teknik Sampling

a. Definisi
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.
Sedangkan sampling adalah suatu proses memilih sebagian dari unsure populasi yang
jumlahnya mencukupi secara statistic sehingga dengan mempelajar sampel serta
memahai karakteristik-karakteristiknya (ciri-cirinya) akan diketahui informasi tentang
keadaan populasi.
Teknik Sampling adalah cara untuk menentukan banyaknya sample dan pemilihan dari
calon anggota sample sehingga setiap sample yang terpilih dapat mewakili karakteristik
ataupun sifat populasinya.

b. Tujuan
Untuk mendapatkan sample yang representative, bias mewakili karakteristik dan sifat
populasinya.

c. Syarat
i. Objektif
Sampel yang terkumpul harus sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
ii. Representatif
Sampel yang terkumpul harus dapat mewakili objek yang diamati.
iii. Memiliki standart eror yang kecil
Tingkat ketelitian saat dilakukan pengambilan sampel harus tinggi untuk
meminimalisasi kesalahan
iv. Relevan
Sampel yang terkumpul harus mempunyai kaitan dengan masalah yang diteliti
v. Sampel harus valid
Mengukur sesuatu yang seharusnya diukur, misalnya: ingin mengukur penduduk
banten sedangkan yang dijadikan sampel adalah penduduk bandung, maka sampel
tersebut tidak valid.
vi. Sampel harus akurat dan tepat
Tingkat kekeliruan dalam sampel semakin sedikit maka sample semakin akurat.
vii. Presisi merupakan perkiraan untuk mengambil sampel kemudian kemudian
dicocokkan dengan sampel yang sebenarnya. Misal: dari 300 orang pegawai yang
dijadikan sampel sebanyak 50 orang, setiap orang menghasilkan 10 potong roti
perhari tetapi berdasarkan laporan harian pegawai bisa menghasilkan roti
sebanyak 13 potong perhari. Jadi diantara laporan harian yang dihitung
berdasarkan populasi dan penelitian yang dihasilkan dari sampel terdapat
perbedaan 3 potong roti. Semakin kecil tingkat perbedaan antara populasi dengan
sampel, maka semakin tinggi presisi sampel tersebut.
d. Ukuran
Dikaitkan dengan besarnya sampel, selain tingkat kesalahan, ada lagi beberapa faktor lain
yang perlu memperoleh pertimbangan yaitu:
i. Derajat keseragaman,
ii. Rencana analisis,
iii. Biaya, waktu, dan tenaga yang tersedia.
(Singarimbun dan Effendy, 1989)

Makin tidak seragam sifat atau karakter setiap elemen populasi, makin banyak sampel
yang harus diambil. Jika rencana analisisnya mendetail atau rinci maka jumlah sampelnya
pun harus banyak. Misalnya di samping ingin mengetahui sikap konsumen terhadap
kebijakan perusahaan, peneliti juga bermaksud mengetahui hubungan antara sikap
dengan tingkat pendidikan. Agar tujuan ini dapat tercapai maka sampelnya harus terdiri
atas berbagai jenjang pendidikan SD, SLTP. SMU, dan seterusnya.. Makin sedikit waktu,
biaya , dan tenaga yang dimiliki peneliti, makin sedikit pula sampel yang bisa diperoleh.
Perlu dipahami bahwa apapun alasannya, penelitian haruslah dapat dikelola dengan baik
(manageable).
Selain itu, cara menentukan ukuran sampel bias dilakukan dengan cara lain. Secara
umum, penentuan ukuran sampel dapat dikelompokkan dalam dua macam pendekatan,
yaitu: (1) pendekatan statistika, dan (2) pendekatan non statistika. Pada pendekatan non
statistika, subyektifitas peneliti dianggap terlampau besar dalam menentukan ukuran
sampel, sehingga terlihat ada kecenderungan preferensi untuk lebih memilih pendekatan
statistika.
Jalan pintas yang sering diambil adalah, mencari cara-cara penentuan ukuran sampel
dengan memakai pendekatan statistika yang praktis dan sederhana, namun karena
kepraktisannya itu justru penerapannya acap kali salah. Hal tersebut seiring dengan
banyak terbitnya buku-buku metodologi penelitian yang didalamnya memasukan bahasan
tentang sampling, tetapi tidak memberi penjelasan lebih detil mengenai konsep-konsep
dasar dan asumsi-asumsi yang menjadi landasan dari pembuatan rumus-rumusnya.
Dalam banyak buku yang mencantumkan rumus untuk menentukan ukuran sampel
yang dibuat Slovin, khususnya dalam buku-buku metodologi penelitian, sampai saat ini
penulis belum bisa memperoleh keterangan yang lengkap mengenai konsep dasar yang
dipakai membangun rumus tersebut. Dengan hanya mendasarkan pada rumus (1), kalau
tidak berusaha mencari keterangan lain dan mengetahui konsep dasar yang digunakan
untuk membuat rumus tersebut, maka belum bisa menjawab secara tepat empat pertanyan
mendasar tadi.

e. Macam
Teknik sampling dibagi menjadi 2, yaitu random dan non random atau yang lebih dikenal
dengan acak dan non acak.
Random Sampling / Probability Sampling
1. Simple Random Sampling
Teknik ini dilakukan dengan pengambilan sampel yang memberi kesempatan yang
sama pada setiap anggota populasi untuk menjadi sampel. Anggota sampel dipilih
secara acak dengan menggunakan cara misalnya dengan nomor undian. Contohnya
peneliti akan memilih 10 sampel dari 100 orang di suatu populasi, maka peneliti
tersebut membuat gulungan kertas yang berisi nomor undian atau nama dari populasi
tersebut, dari populasi tersebut dipilih 10 sampel dengan cara mengundi siapa atau
nomor undian yang muncul, yang muncul itulah yang dijadikan sebagai sampel.
2. Stratified Random Sampling
Pada teknik ini, populasi dikelompokkan menjadi sub - sub populasi berdasarkan
kriteria tertentu yang dimiliki unsur populasi. Kemudian pengambilan sampel
dilakukan dalam setiap strata secara simple random sampling. Contohnya peneliti
akan melakukan penelitian pada anak TK. Yaitu mengenai keadaan gizi anak Taman
Kanak kanak. Dibuat 3 kategori keadaan gizi anak-anak TK tersebut. Misalnya,
kelompok A status gizinya baik, B sedang dan C kurang. Dan dari ke3 kelompok
tersebut diambil sejumlah sama banyak persentasentasenya. Jika diambil 25% dari
kelompok A, maka kelompok B dan C juga diambil sebanyak 25% banyaknya dari
anak-anak yang masuk ke kelompok tersebut. Dari ketiga kelompok yang dipilih
tersebutlah yang akan dijadikan sampel penelitian.
3. Cluster Sampling
Teknik ini dilakukan dengan membagi populasi menjadi kelompok-kelompok tau
cluster. Dari kelompok-kelompok tersebut dipilih lagi menjadi sub populasi yang
lebih kecil. Anggota dari sub populasi yang yang terakhir inilah yang akan dijadikan
sampel. Contohnya: Kodya semarang dibagi menjadi 16 kecamatan, dari 16
kecamatan dipilih 2 kecamatan sebagai populasi sampling I. Kemudian dari 2
kecamatan masing masing dipilih 2 kelurahan sebagai populasi dari sampel II. Dan
dari 2 kelurahan inilah masing-masing dipilih 50 buruh untuk dijadikan sampel
penelitian, misalnya akan meneliti tingkat karies pada buruh di daerah kelurahan
tersebut.
4. Systematic Random Sampling
Merupakan suatu pemilihan sampel secara sitematik, yang dapat dilaksanakan jika
tersedia daftar subjek yang dibutuhkan. Contoh, jika populasi 2000 dan sampel yang
dipilih sebanyak 40, maka setiap kelipatan 50 orang akan menjadi sampel
(2000:40=50). Maka sampel yang dipilih didasarkan pada nomor kelipatan 50, yaitu
sampel nomor 50, 100, 150, dan seterusnya.

Non Random / Non Probability Sampling


Selain teknik Random, ada juga cara pengambilan sample dengan
menggunakan teknik non acak atau non random, yaitu teknik pengambilan sample
tanpa mengacak, jadi peneliti telah menentukan kriteria-kriteria tertentu pada sample
yang dibutuhkan. Teknik non random dibedakan lagi menjadi :

1. Purposive Sampling

Purposive sampling atau dapat juga disebut judgement sampling adalah cara
pengambilan sampling pada populasi sesuai dengan tujuan atau masalah yang akan
diangkat peneliti. Contoh: peneliti akan meneliti tentang cara pencegahan gastritis,
maka sampel yang akan diambil adalah pasien yang memiliki riwayat gastritis lebih
dari satu kali.

2. Consecutive Sampling
Merupakan teknik pengambilan sampel dengan menetapkan subjek yang
memenuhi kriteria penelitian sampai kurun waktu tertentu, sehingga jumlah sampel
yang dibutuhkan terpenuhi.
3. Convenience Sampling
Teknik pengambilan sampel berdasarkan hal-hal yang mengenakan peneliti,
sampel diambil karena kebetulan dijumpai pada tempat dan waktu secara bersamaan
pada pengumpulan data. Contoh : pada waktu peneliti praktek diruangan, secara
kebetulan menjumpai pasien yang sesuai dengan masalah penelitian, maka pada saat
itu juga peneliti menetapkan pasien tersebut untuk dijadikan sampel.
4. Quota Sampling
Teknik pemilihan sampel dengan cara menentukan sampel dalam quota
berdasarkan tanda-tanda yang berpengaruh terhadap apa yang akan diteliti. Contoh :
dalam penelitian didapatkan 100 populasi, peneliti telah menetapkan 70 kuota untuk
dijadikan sampel. Jadi jumlah tersebut yang dinamakan quota.

Sumber :
1. Lidya, Maryani & Muliani, Rizki. 2010. Epidemiologi Kesehatan. Yogyakartam :
Graha Ilmu
2. Bhisma-Murti, Prinsip dan Metoda Riset Epidemiologi, Gadjah Mata
University Press,1995
3. Lemeshow, S. & David W.H.Jr, 1997. Besar Sampel dalam Penelitian
Kesehatan (terjemahan), Gadjahmada University Press, Yogyakarta
4. Snedecor GW & Cochran WG, Statistical Methods 6th ed, Ames, IA: Iowa
State University Press, 1967
5. Supranto, J. 2000. Teknik Sampling untuk Survei dan Eksperimen. Penerbit
PT Rineka Cipta, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai