SK Poli Kariadi Ischialgia
SK Poli Kariadi Ischialgia
SK Poli Kariadi Ischialgia
B. PEMERIKSAAN OBYEKTIF
1. PEMERIKSAAN TANDA VITAL
Tekanan darah : 145/ 100 mmHg
Denyut nadi : 73 x/ menit
Pernafasan : 27 x/ menit
Tinggi badan : -
Berat badan : 50 kg
Suhu : 36,3 o C
SpO2 : 93 %
2. INSPEKSI/OBSERVASI
a. Inspeksi statik
Kondisi umum pasien baik. Pasien duduk membungkuk, terpasang
infus set pada tangan kiri pasien. Napas pasien pendek, suara serak, tidak
ada edema, dan tidak terpasang oksigen set
b. Inspeksi dinamis
Aktivitas pasien sebagian besar masih di sekitar bed. Pasien tidak
menggunakan alat bantu saat berjalan
3. PALPASI
tidak terdapat krepitasi pada kulit pasien, spasme otot SCM,
pectoralis mayor, pengembangan sangkar thorak simetris.
4. JOINT TEST
a. Pemeriksaan Gerak Dasar (Gerak aktif/pasif/isometrik
fisiologis)
5. MUSCLE TEST
Antropometri Sangkar Thorak
Antropometri E (cm) I (cm) Selisih(cm)
Axilla 84 86 2
ICS 4 82 84 2
Proc Xyphoideus 80 82 2
6. NEUROLOGICAL TEST
Tidak dilakukan
7. KEMAMPUAN FUNGSIONAL DAN LINGKUNGAN
AKTIVITAS
Pasien dapat melakukan aktivitas fungsional seperti sholat,
berdiri, berjalan, membungkuk, mengangkat barang, BAB, dan
duduk bersila, namun terdapat penurunan kualitas. Index barthel
terlampr
8. PEMERIKSAAN SPESIFIK
- Derajat Sesak dengan Skala BORG
Skala Borg : 3
- Nyeri dengan VDS
Nyeri Diam : Sedang
Nyeri Ins – Eks : Sedang
- Antropometri Sangkar Thorak
Antropometri E (cm) I (cm) Selisih(cm)
Axilla 84 86 2
ICS 4 82 84 2
Proc Xyphoideus 80 82 2
- Kemampuan fungsional dengan Index barthel
C. UNDERLYING PROCCESS ( CLINICAL REASONING )
Degenerasi
Spondilosis
Stretching piriformis
D. DIAGNOSIS FISIOTERAPI
Impairment
Pasien mengalami sesak napas dan batuk, (b) nyeri pleuritis
Functional Limitation
Pasien mengalami ketergantungan ringan (index bathel terlampir).
Disability/Participation restriction
Pasien sedang rawat inap di bangsal
E. PROGRAM FISIOTERAPI
1. Tujuan Jangka Panjang
Meningkatkan toleransi aktivitas fungsional pasien.
2. Tujuan Jangka Pendek
Tujuan fisioterapi jangka pendek berupa penanganan dari
impairment meliputi : (1) mengurangi spasme otot bantu
pernafasan yaitu pada m. pectoralis mayor, m. pectoralis minor,
dan m. sternocleidomastoideus, (2) mengurangi sesak nafas, (3)
mengurangi nyeri pleuritik, (4) serta meningkatkan ekspansi
sangkar thorak.
3. Teknologi Intervensi Fisioterapi
Teknologi yang dapat digunakan untuk menangani
F. RENCANA EVALUASI
1. Evaluasi derajat sesak dengan Skala Borg
2. Evaluasi Nyeri dengan VDS
3. Evaluasi Sangkar Thorak dengan antropometri
4. Evaluasi toleransi aktifitas dengan Indeks barthel
G. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia et Malam
Quo ad sanam : Dubia et Malam
Quo ad cosmeticam : Dubia et Malam
Quo ad fungsionam : Dubia et Malam
H. PELAKSANAAN TERAPI
1. Infra red
a. Persiapan Alat
pengecekkan kaca infrared. Alat harus aman untuk digunakan. Posisikan alat
tegak lurus dan menghadap area yang diterapi. Upayakan alat tidak diatas pasien,
dimaksud agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan jika alat mengalami
kerusakan.
b. Persiapan Pasien
dilakukannya terapi dan apa yang harus dan tidak harus dilakukan oleh pasien.
pada daerah yang akan diterapi dengan menggunakan tabung reaksi yang berisi air
hangat dan dingin, selain itu juga daerah yang akan diterapi bebas dari logam.
serta rasa yang akan ditimbulkan yaitu rasa hangat. Apabila pada saat terapi pasien
c. Pelaksanaan Terapi
pelaksanaan terapi dapat dimulai. Pasien diingatkan tentang perasaan yang akan
timbul dan derajat panas yang akan dirasakan. Pasien diposisikan tidur miring kiri
dan alat disisi kiri pasien untuk dipaparkan pada dada bagian depan. Setelah itu
pasien diposisikan tidur miring ke kanan untuk dipaparka sinar infra red pada
punggung. Jarak antara alat dengan permukaan kulit 45 cm dengan waktu terapi
selama 15 menit, terapis harus tetap mengontrol keadaan pasien selama terapi
berlangsung.
2. Terapi Latihan
a. Segmental Costal Breathing Exercise, Mobilisasi Thorax, dan Koreksi
Postur
menggerakkan ekstremitas atas fleksi 90o. Lalu ekspirasi melalui mulut sambil
Latihan batuk efektif adalah suatu metode batuk dengan benar, dimana
pasien dapat menghemat energi sehingga tidak mudah lelah mengeluarkan sputum
volume paru. Dilakukan dengan posisi pasien duduk tegak. Lalu diminta untuk
3. Edukasi
Sesak T0 T1 T2
Borg 5 5 4
- Evaluasi Kemampuan fungsional dengan Index barthel
J. HASIL TERAPI AKHIR
Seorang pasien laki-laki, berumur 28 tahun dengan efusi pleura,
setelah mendapat medika mentosa dan penanganan fisioterapi berupa
Inframerah, segmental breathing exercise, latihan batuk dan edukasi
dilakukan 2x terapi hingga pasien pulang, didapatkan hasil berupa tidak ada
pengura
Catatan Pembimbing :