Biosintesis
Biosintesis
Biosintesis
Kolesterol
Pada umumnya, kolesterol terdapat di dalam semua macam jaringan hewan dan
manusia. Kolesterol didapatkan dalam beberapa makanan hewani yang kita makan,
meliputi: telur, keju, dan daging merah. Biosintesis kolesterol paling giat berlangsung
dalam jaringan hati, kulit, kelenjar anak ginjal, dan kelenjar kelamin. Pada jaringan
lemak, otot, urat nadi, dan otak dewasa, kegiatan sintesis kolesterol berada pada
tingkat yang rendah.
A. Struktur
Kolesterol adalah golongan senyawa organik famili steroid yang mempunyai
struktur cincin gabungan yang khas. Kolesterol memiliki struktur kimia dasar berupa
steroid, yang merupakan hasil dari metabolisme makanan yang bersumber dari hewan
seperti kuning telur, otak, daging dan hati. Kolesterol adalah suatu lemak tubuh yang
berada dalam bentuk bebas dan ester dengan asam lemak, serta merupakan komponen
utama selaput sel otak dan saraf (Murray et al., 2003).
B.
Fungsi
1. Pengaturan Struktur Dan Fungsi Sel Membran
2. Sintesis Asam Empedu Yang Menguraikan Lemak-Lemak Dalam Pencernaan.
3. Produksi Macam-Macam Hormon Steroid
4. Sintesis Vitamin D
C. Biosintesis kolesterol
Mekanisme penganturan kompleks memastikan bahwa kolesterol disintesis
hanya ketika dibutuhkan. Acetil CoA adalah prazat utama dalam biosintesis
kolesterol. Asetil CoA ini terutama diperoleh dari hasil proses glikolisis dan oksidasi
asam lemak.
Tahap reaksi jalur biosintesis kolesterol dibagi menjadi tiga bagian:
1. pembentukan asam mevalonat dari asetil-CoA;
2. pembentukan skualin dari asam mevalonat; dan
3. pembentukan kolesterol dari skualin
Pada tahap berikutnya, satu molekul IPP berkondensasi dengan dua molekul DPP,
menghasilkan satu molekul monoterpen, geranil pirofosfat (GPP). Reaksi ini melepaskan
satu molekul pirofosfat (PPi) dan dikatalisasi oleh enzim dimetilalil transferase. Satu
molekul IPP lagi kemudian bereaksi dengan GPP, dikatalisis oleh enzim yang sama
menghasilkan satu molekul farnesil pirofosfat (FPP).
Dua molekul FPP berkondensasi, melepaskan satu molekul PPi dan dikatalisis oleh
enzim preskualin sintase menghasilkan preskualin pirofosfat yang selanjutnya oleh
enzim skualin sintase dan NADPH, direduksi menjadi skualin dan melepas satu molekul
PPi.
Tahap 3 : Pembentukan kolesterol dari skualin
Tahap reaksi terakhir proses biosintesis kolesterol, skualin bereaksi dengan molekul osigen
menghasilkan skualin-2,3-epoksida. Reaksi ini dikatalisis oleh skualin monooksigenase.
Selanjutnya, skualin-2,3-epoksida mengalami proses siklisasi, dikatalisis oleh enzim skualin
epoksida lanosterol siklase, menghasilkan lanosterol.
Perubahan lanosterol menjadi kolesterol berlangsung dengan pelepasan gugus metil (dua
dari atom karbon nomor 4 dan satu dari atom karbon nomor 14), reduksi ikatan rangkap
dari rantai samping kolesterol, dan perpindahan ikatan rangkap dari posisi 8,9 ke posisi
5,6 dalam cincin B. Perubahan lanosterol menjadi kolesterol melalui salah satu dari dua
jalur reaksi, yaitu melalui pembentukan desmosterol atau melalui 7-dehidroksikolesterol.
Squalen pada hewan diubah menjadi kolesterol sedangkan pada tanaman diubah menjadi
Geranil pirofosfat
lanosterol
Isopentenil pirofosfat
A. Struktur
Fosfolipid memiliki kerangka gliserol dan 2 gugus asil. Pada posisi ketiga dari
kerangka gliserol di tempati oleh gugus
fosfat yang terikat pada amino alkohol.
Molekul fosfolipid dapat dipandang
terdiri dari dua bagian, yaitu kepala dan
ekor. Bagian kepala memiliki muatan
positif dan negatif serta bagian ekor
tanpa muatan. Bagian kepala karena
bermuatan bersifat hidrofilik atau larut
dalam air, sedangkan bagian ekor
bersifat hidrofobik atau tidak larut dalam
air. Fosfolipid digolongkan sebagai lipid
amfipatik.
B. Biosintesis Fosfolipid
Sintesis fosfolipid dimulai dengan penambahan asetil KoA yang biasanya
saturated hingga menghasilkan gliserol 3 fosfat dalam posisi sn-1 untuk
memproduksi asam lisofosfatidik yang dikatalisis oleh gliserol 3 fosfat asiltranferase.
Ada dua bentuk dari enzim ini yang pertama dapat ditemukan di membran luar
mitokondria dan yang satu lagi ditemukan di retikulum endoplasma. Asam lemak
asil KoA yang lebih sering dalam bentuk unsaturated ditambahkan ke asam
lisofosfatidik dalam posisi sn-2 oleh asilgliserol 3 fosfat untuk membentuk asam
fosfatidik yang terjadi di retikulum Endoplasma.
Ada dua mekanisme yang berbeda dalam sintesis asam fosfatidik, yaitu yang
pertama melibatkan hidrolisis dari gugus asam fosfat yang menghasilkan
diasilgliserol. Hal ini dicapai melalui asam fosfatidit fosfatase di sitosol (juga dikenal
sebagai lipin) dengan asam fosfatidat dalam membran retikulum endoplasma.
Diasilgliserol digunakan dalam jalur biosintesis berikutnya untuk fosfatidilkolin dan
phosphatidylethanolamine. Diasilgliserol juga prekursor bentuk penyimpanan energi
utama, triasilgliserol.
Metode kedua dimana asam fosfatidat digunakan untuk mensintesis fosfolipid
tambahan menggunakan cytidine trifosfat (CTP) sebagai sumber energi dan
menciptakan molekul CDP-diasilgliserol. Secara keseluruhan, mekanisme ini
memungkinkan untuk penggantian gugus fosfat dari asam fosfatidat oleh kelompok
fungsional lainnya fosfat untuk membentuk phosphatidylinositol, fosfatidilgliserol
dan cardiolipin (juga dikenal sebagai fosfatidilgliserol)
Senyawa fosfogliserida utama yang merupakan komponen membrane sel dan
lipoprotein adalah fosfatidiletanolamin, fosfatidilkolin, fosfatidilserin,
fosfatidilnositol, dan kardiolipin.
3. Steroid
Steroid adalah molekul kompleks yang larut dalam lemak dengan empat cincin
yang saling bergabung. Steroid terdiri dari gugus hidroksil alkohol pada atom C3 dan
rantai alifatik bercabang 8 atau lebih pada atom C17. Steroid yang paling banyak
adalah sterol. Sterol utama pada hewan : Kolesterol dan lanosterol, sedangkan sterol
pada tumbuhan adalah fitosterol.
Asal usul biogenetik dari steroid mengikuti reaksi-reaksi pokok yang sama,
dengan demikian maka golongan senyawa ini memiliki kerangka dasar yang sama.
Senyawa-senyawa turunan steroid memiliki fungsi yang sangat penting dalam
kelangsungan hidup organisme. Berbagai jenis hormon, asam empedu dan berbagai
macam senyawa anabolik adalah turunan steroid. Keragaman turunan steroid
dihasilkan melalui transformasi struktur dan gugus fungsi steroid berdasarkan reaksi-
reaksi sekunder mengikuti keteraturan biogenetik.
A. Struktur
Senyawa steroid memiliki kerangka dasar yang spesifik yaitu kerangka 1,2-
siklopentanoperhidrofenantren, kerangka ini sekaligus merupakan cirri-ciri khusus
yang membedakan steroid dengan senyawa organic bahan alam lainnya.
siklopentanoperhidrofenantren
Perbedaan antara beberapa jenis steroid ditunjukkan oleh jenis subtituen R1, R2 dan
R3 yang terikat pada kerangka dasar steroid. Sedangkan perbedaan antara senyawa satu
dengan yang lainnya dari suatu kelompok, ditentukan oleh panjang rantai karbon R1, R2 dan
R3, jumlah dan posisi ikatan rangkap, jumlah dan posisi oksigen serta konfigurasi dari pusat-
pusat asimetri pada kerangka dasar karbon steroid. Jika senyawa steroid digambarkan sebagai
suatu molekul yang palanar, maka ada dua kedudukan yang dapat dimiliki oleh setiap gugus
yang terikat pada kerangka dasar steroid. Jika gugus tersebut berada di atas bidang molekul,
berarti terletak sebidang dengan gugus metal pada C-10 dan C-13 maka gugus tersebut
diistilahkan sebagai konfigurasi ß, digambarkan garis tebal. Sebaliknya bila gugus tertentu
terikat disebelah bawah bidang molekul maka disebut konfigurasi α dan ikatannya
digambrkan dengan garis putus-putus. Sedangkan gugus yang konfigurasinya belum jelas
dinyatakan sebagai ξ (xi) dan ikatannya digambarkan sebagai gelombang.
B. Biosintesis Steroid
Senyawa steroid yang terdapat di alam adalah berasal dari triterpen. Biosintesis
steroid sama halnya dengan biosintesis terpen melalui jalur asam mevalonat. Pembentukan
kerangka steroid dimulai dari kondensasi dan famesil pitofosfat (seskuiterpen melalui
interaksi ekor-ekor menghasilkan skualen, dan kemudian berubah menjadi 2,3-
epeksiskualen). Selanjutnya tetrjadi siklisasi berganda dan disusul oleh penataan atom-atom
hydrogen dan gugus metil, yang kemudian menghasilkan lanosterol (pada hewan) atau
sikloartenol (pada tumbuhan). Siklisasi skualen ini bermula pada protonasi gugus epoksi
yang mengakibatkan pembukaan lingkar epoksida. Selanjutnya terjadi pelepasan tiga gugus
metil yang terikat pada atom karbon C-4 dan satu gugus metil dan C-14. penyingkiran ketiga
gugus metil tersebut berlangsung secara bertahap, dimulai dengan gugus metil pada C-14
yang mengalami oksidasi menjadi aldehid kemudian disingkirkan sebagai asam formiat,
kemudian pelepasan kedua gugus metil pada C-1 yang dioksidasi menjadi karboksil dan
selanjutnya dikeluarkan sebagai karbon dioksida. Mekanisme biosintesis steroid yang
melalui penggabungan dua molekul skualen dapat dilihat pada gambar berikut :
Proses biosintesis steroid diatas hanya dikatalis oleh enzim skualena
oksidosiklase.
Daftar Pustaka
Fessenden. Tanpa tahun. Kimia Organik jilid 2 edisi ketiga alih bahasa oleh Aloysius
Hadyana Ph.D. Jakarta: Erlangga
Lehninger,A.L.1993. Dasar-Dasar Biokimia Jilid 2. Terjemahan dari Principles of
biochemistry oleh Thenawijaya,M.IPB Bogor. Jakarta: Erlangga
Mulyani, Sri. 2014. Metabolisme lipid. Melalui :