Kesenian Menorek
Kesenian Menorek
Kesenian Menorek
PENDAHULUAN
1
(1978 : 3) bahwa tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan melalui gerak
ritmis yang indah. Tari yang substansi bakunya adalah gerak, merupakan alat
komunikasi yang mengandung pesan-pesan terselubung yang hendak disampaikan
penciptanya. Dengan demikian tari bukan hanya berperan sebagai sarana kepuasan
estetis saja, tetapi lebih dalam lagi dapat digunakan sebagai media pendidikan bagi
masyarakat.
Berbicara tentang kaitan pendidikan dengan kesenian, masalah utama yang
harus dihadapi dalam pendidikan adalah bagaimana merumuskan nilai-nilai budaya
yang harus dikembangkan dalam diri anak didik. Suriasumantri (1981 : 27)
menyatakan, untuk mendapatkan nilai-nilai mana yang pantas mendapat perhatian,
perlu diingat bahwa keadaan bangsa saat ini yang cenderung beralih dari masyarakat
tradisional ke masyarakat modern. Di samping itu, dalam pengembangan nilai-nilai
budaya juga harus mengacu pada tujuan pendidikan nasional. Hal ini di harapkan agar
nilai-nilai budaya dikembangkan selaras dengan tujuan yang hendak dicapai dalam
pendidikan Nasional yaitu :
“.....mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan,
kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta
tanggung jawab bermasyarakat dan kebangsaan.“ (Undang-Undang No 4 Tahun
1988 tentang Sistem Pendidikan Nasional ).
Disebutkan dalam tujuan pendidikan nasional, antara pendidikan dan kesenian
terdapat hubungan yang sangat erat, karena pada hakekatnya pendidikan kesenian
adalah pendidikan yang bertujuan untuk membentuk kepribadian yang mempunyai
nilai estetis, luhur dan kreatif. Sesuatu yang estetis memiliki kebaikan, keseimbangan,
keindahan dan mampu menimbulkan penghargaan tinggi. Luhur mengandung nilai-
nilai agung, ideal, suci yang menimbulkan penghargaan tinggi, universal dan sakral.
Adapun kreativitas adalah kemampuan menciptakan sesuatu yang baru memecahkan
persoalan-persoalan dan menguraikan masalah secara tuntas dan gamblang
(Wardhana, 1984 : 8).
Kesenian rakyat merupakan kesenian tradisional yang sifatnya turun-temurun.
Sifat turun-temurun inilah yang mengakibatkan kesenian tradisional selalu
mengalami perubahan dan perkembangan. Sesuai dengan perubahan perubaahan yang
terjadi dalam masyarakat, kesenian rakyat oleh sebagian masyarakat di Indonesia
diabadikan serta dikembangkan untuk kepentingan masyarakat yang memiliki tujuan
tertentu seperti mendatangkan keselamatan, kemakmuran dan kesejahteraan bagi
masyarakat.
2
Kesenian mempunyai banyak nilai positif yang bermanfaat bagi masyarakat,
khususnya generasi muda. Bukan hanya kesenian dilihat sebagai sarana hiburan
karena nilai estetisnya saja, melainkan nilai pendidikan yang dapat membentuk
perilaku dan moral generasi penerus yang lebih baik. Hal ini berkaitan erat dengan
manusia sebagai makhluk individu sekaligus sosial yang membutuhkan interaksi yang
baik dengan orang-orang dan masyarakat di lingkungannya.
Kabupaten Banyumas memiliki berbagai macam kesenian tradisional yang
tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, antara lain; lengger, angguk, tayub, ebeg
atau kuda lumping, sintren, kunthulan, kesenian jenis sholawatan dan kesenian
lainnya. Seiring dengan perkembangan jaman yang serba modern, kesenian yang ada
di Banyumas mulai surut. Hal ini disebabkan karena kurangnya pihak-pihak yang
mampu mengemas kesenian yang ada di Kabupaten Banyumas. Melihat fenomena
tersebut sudah selayaknya generasi muda di Banyumas khususnya di desa
Gentawangi mempunyai keinginan untuk mengembangkan kesenian yang ada di
Kabupaten Banyumas, dan daerah Karesidenan Banyumas pada umumnya.
Dari berbagai jenis kesenian yang ada di Kabupaten Banyumas, Kesenian
Menorek merupakan salah satu kesenian yang hampir punah karena kesenian ini
sudah hampir tidak ada generasi penerusnya. Kesenian Menorek adalah sebuah
kesenian sholawatan yang di dalamnya mengandung banyak nilai-nilai kehidupan di
dalam masyarakat salah yang satunya terdapat nilai pendidikan. Nilai pendidikan
yang dimaksud adalah suatu proses pembelajaran masyarakat didasarkan pada ajaran-
ajaran yang terkandung dalam kesenian Menorek. Sejalan dengan perkembangan seni
tari tersebut, tari tradisional masih sangat terasa di Jawa khususnya di daerah
Banyumas.
Kesenian Menorek sebagai produk kreatif masyarakat memiliki tujuan dan
kepentingan yang berkaitan dengan kehidupan di dalam proses pembelajaran
masyarakat didasarkan pada ajaran-ajaran yang terkandung dalam kesenian Menorek.
Kesenian Menorek pada mulanya di pertunjukan untuk syiar penyebaran agama Islam
yang menggunakan media melalui pertunjukan kesenian Menorek tersebut. Menurut
salah seorang yang pernah menjadi pelaku kesenian tersebut, Menorek yang berarti
menolong orang untuk masuk agama Islam dengan cara halus supaya lebih menarik,
karena tanpa disadari orang akan tertarik dengan sendirinya mengikuti ajaran Islam
tanpa adanya suatu paksaan.
Dengan melihat kesenian Menorek masyarakat percaya akan tertolong dari
aliran-aliran sesat seperti kepercayaan animisme. Proses pembelajaran dalam
masyarakat kebutuhan sosial dalam masyarakat seperti hiburan, upacara, dan
kebutuhan lainnya yang bermakna dan memberikan dampak sosial secara positif
3
dalam kehidupan bersama, tercermin ketika mereka menyatu dalam suatu kelompok
dan saling menyapa diantara mereka. Dari interaksi dan saling menyapa ketika
menyaksikan tarian itulah kemudian muncul nilai-nilai pendidikan yang menjadi
kesepakatan diantara masyarakat sendiri. Dengan demikian, Menorek sebagai
kesenian yang berfungsi untuk hiburan maupun dalam acara-acara syukuran khajatan
seperti, pernikahan, khitanan, khawulan (nadzar), maupun dalam acara perayaan hari
besar agama Islam Maulid Nabi dan Isra Miraj memiliki nilai-nilai pendidikan
berkaitan dengan fungsi kesenian tersebut dalam kehidupan masyarakat. Bertolak dari
keyakinan yang kuat tentang nilai-nilai pendidikan yang terkandung di dalam
kesenian Menorek, maka akan ada keprihatinan bagi masyarakat terhadap keberadaan
kesenian Menorek apabila kesenian tersebut menjadi punah. Oleh sebab itu, perlu
dilakukan upaya-upaya yang bersifat penggalian ataupun pengembangan untuk
pelestariannya. Bertitik tolak dari permasalahan ini, maka perlu dilakukan penelitian
yang berfokus pada nilai-nilai pendidikan dalam kesenian Menorek di Desa
Gentawangi Kecamatan Jatilawang Kabupaten Banyumas sebagai salah satu upaya
pelestariannya.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
2. Untuk Menciptakan Penilaian
Fungsi yang kedua adalah untuk menciptakan penilaian. Penilaian ini berupa
sarana dalam menikmati, memberi empat, mendapatkan hiburan, serta
menambah wawasan dan pengetahuan atau edukasi.
3. Untuk Mengembangkan Kemampuan
Fungsi ketiga adalah untuk mengembangkan kemampuan. Kemampuan yang
merupakan keanggupan diri sendiri dapat berupa mampu menciptakan karya
seni atau lain-lain. Sebagai penikmat seni yang memberi apresiasi, terkadang
banyak bagian dari kegiatan apresiasi tersebut yang mengasah kemampuan.
4. Untuk Membangun Hubungan
Fungsi keempat atau terakhir ialah untuk membangun hubungan. Hubungan
tersebut berupa hubungan timbal-balik yang positif antara pembuat seni
dengan penikmat seni.
6
D. Tingkatan Apresiasi
Dalam apresiasi seni atau karya seni terdapat tingkatan-tingkatan yang
mendeskripsikan apresiasi seni tersebut. Tiga tingkatan dalam apresiasi seni
meliputi Empatik, Estetis, dan Kritik. Berikut penjelasan mengenai tiga
tingkatan tersebut beserta contohnya.
1. Tingkat Empatik
Empatik dalam kamus berarti melibatkan pikiran dan perasaan. Tingkat
apresiasi seni ini lebih berupa tangkapan indrawi aatau tangkapan dari
indera-indera. Contohnya ketika mendengar sebuah karya seni musik, kita
merasa nyaman dan betah mendengar karya tersebut, lalu timbulah
penilaian bahwa karya tersebut bagus.
2. Tingkat Estetis
Estetis dalam kamus merupakan penilaian terhadap keindahan tersebut.
Tingkat apresiasi seni ini berupa pengamatan dan penghayatan. Di tingkat
ini kita sebagai penikmat seni memberi apresiasi yang lebih pada
pengamatan, bagaimana bentuk dari karya seni tersebut, atau mengapa
karya seni tersebut dapat menjadi karya seni. Contohnya saat menyaksikan
pagelaran seni teater, kita berpikir bagaimana adega tersebut dapat dibuat
dan apa fungsi daria degan tersebut. Apakah pas dan bagus, atau tidak.
3. Tingkat Kritik
Kamu pastinya sudah dapat membayangkan bagaimana tingkatan pada
tingkat apresiasi ini. Kritik di sini dapat berbentuk klarifikasi, deskripsi,
menjelaskan, menganalisis, evaluasi, hingga mengambil kesimpulan.
Contohnya kamu dapat melihat juri-juri dalam ajang-ajang yang ada di
televisi misalnya ajang bernyanyi.
7
E. Menorek
Di daerah kabupaten Banyumas terdapat banyak jenis kesenian rakyat,
diantaranya adalah lengger, angguk, tayub, ebeg atau kuda lumping, sintren,
kunthulan, kesenian jenis sholawatan dan kesenian lainnya. Dari sekian jenis
kesenian rakyat yang ada tersebut, adalah Menorek. Kesenian Menorek
merupakan satu dari sekian banyak jenis kesenian sholawatan yang ada di
daerah Banyumas.
Kesenian Menorek menyajikan gerakan-gerakan ritmis dan patah-
patah. Diiringi musik dan tembang-tembang sholawatan yang di
kumandangkan oleh dalang dan para penabuh itu sendiri. Syair yang
dilantunkan tidak sepenuhnya berbahasa arab, sehingga mempermudah orang
untuk mempelajarinya. Dalam pementasannya, kesenian Menorek hampir
cukup lama. Pada umumnya di mulai ba’da Isya hingga pagi hari sekitar pukul
01.00. Pada awal pertunjukan Menorek dimulai para sesepuh, penabuh,
pemain dan warga masyarakat desa Gentawangi mengadakan acara berdoa
bersama sebagai bentuk rasa syukur kepada Sang Khalik agar selalu diberi
keselamatan dan diberkahi dalam segala hal. Setelah berdoa bersama warga
masyarakat makan bersama, yang biasa dimaksud dengan istilah (kepungan).
Kegiatan seperti ini diadakan untuk memperingati 1 Sura (syuranan). Hal ini
dikarenakan masyarakat banyumas masih mempercayai Islam kejawen.
Dalang dan para penabuh instrumen sekaligus sebagai vokalis.
Disamping bertugas sebagai sutradara dan pemusik, dalang dan para penabuh
dituntut fasih menyanyikan bait-bait syair secara baik. Sedangkan para
penarinya hanya bertugas menari dan berperan sebagai tokoh wayang. Salah
satu unsur menarik dari kesenian Menorek ini terletak pada paduan gerak
bersama dan selaras dengan irama musik maupun syairnya.Adapun alat musik
yang digunakan sangatlah sederhana dan semuanya merupakan alat musik
tradisional yang berupa 3 buah rebana, 1buah kendhang, 1buah bedug, 1 buah
kenthong, dan 1 buah keprak.
F. Fungsi Kesenian Menorek
Fungsi kesenian Menorek dahulu digunakan dalam rangka penyebaran
agama Islam. Kini kesenian ini berfungsi sebagai hiburan, baik dalam acara
khajatan seperti pernikahan, khitanan dan peringatan hari besar agama Islam
Maulid Nabi dan Isra Miraj maupun acara tertentu, yang menghendaki
tampilnya kesenian Menorek.
Secara terperinci fungsi dan tujuan kesenian Menorek adalah sebagai
berikut :
8
1. Melaksanakan dakwah Islam atau syiar agama Islam terhadap pengunjung.
Hal ini dapat dilakukan pada: kesenian Menorek dipentaskan pada acara
peringatan hari besar Islam seperti Maulid Nabi dan Isra Miraj selalu
menyisipkan ceramah atau santapan rokhani terhadap para pengunjung.
Sajian lagunya mengandung tuntunan agama Islam.
2. Mengundang masa agar datang untuk mendengarkan suatu pengajian
melalui pertunjukan kesenian Menorek. Disamping itu, penampilan dibagi
menjadi tiga babak. Babak pertama pembukaan selamat datang yang
dilakukan oleh dalang serta di iringi dengan sholawat nabi, babak ke dua
yang selalu diisi dengan tarian Angguk karena tari Angguk ini sebagai
tarian selamat datang untuk mengundang masa agar datang menonton
pertunjukan kesenian Menorek dan babak ke tiga yaitu inti pementasan
kesenian Menorek. Tujuan babak pertama adalah untuk mengawali
pembukaan dengan membaca Basmallah, kemudian babak kedua diisi
dengan tarian Angguk yang bertujuan untuk mengundang penonton agar
datang sebanyak-banyaknya supaya pengunjung tetap bertahan sampai
pertunjukan selesai. Tujuan babak ke tiga yaitu bagian inti pertunjukan
kesenian Menorek yang di dalamnya bertujuan memberikan pesan-pesan
positif kepada kepada penonton.
3. Sebagai wadah kegiatan pemuda di desa Gentawangi, kecamatan
Jatilawang, kabupaten Banyumas.
4. Sebagai media hiburan bersama.
9
adanya regenerasi pemain yang kurang berminat untuk belajar kesenian
tradisional dan kesenian ini merupakan kesenian yang sangat mahal dalam
pembiayaannya.
Berikut adalah struktur bentuk penyajian kesenian Menorek di desa
Gentawangi, kecamatan Jatilawang, kabupaten Banyumas.
1. Sebelum Pementasan
Sebelum pertunjukan kesenian Menorek dilaksanakan, terlebih dahulu
pimpinan kesenian Menorek tersebut menghubungi pemerintah atau aparat
desa setempat untuk memperoleh izin terhadap pertunjukkan tersebut.
Dengan demikian aparat keamanan desa dapat bertindak positif terhadap
tindakan-tindakan yang akan terjadi. Berbeda dengan pertunjukan
Menorek Wahyu Aji, yang memang telah mendapatkan undangan dan
ditunjuk dari pihak tuan rumah yaitu sesepuh di desa Gentawangi dalam
acara syuranan yang memang sudah sebagai tradisi warga masyarakat
desa Gentawangi setiap setahun sekali diperingati. Dalam hal ini segala
sesuatunya telah ditangani oleh tuan rumah, perkumpulan kesenian
Menorek siap tampil atas pertunjukannya. Kesenian Menorek dimulai
setelah selesai acara pokok yaitu syukuran berdo’a bersama yang
dilanjutkan makan bersama (kepungan) yang menjadi hajat orang rumah.
Seperti dalam acara pernikahan, khitanan, peringatan hari besar agama
Islam Maulid Nabi dan Isra Miraj dan lain sebagainya. Dengan kata lain
kesenian Menorek merupakan puncak acara terhadap khajatan yang
dilakukan tuan rumah. Dalam pementasan kesenian Menorek pihak tuan
rumah tidak mengambil posisi tersendiri terhadap kesenian Menorek
terkecuali atas permintaan para tamu dan pihak keluarga sendiri.
2. Pelaksanaan pementasan
a. Pelaksanaan Kesenian Menorek
Pada bentuk penyajian kesenian Menorek di dalam suatu
pertunjukan terdiri atas dalang, pengrawit, penari.
Dalang : orang yang mengatur jalannya pertunjukan kesenian Menorek
Penabuh : orang orang yang memainkan alat atau iringan ketika
pelaksanaan kesenian Menorek
Penari : orang orang yang menarikan tari Angguk dan kesenian
Menorek
Di dalam suatu pertunjukan kesenian Menorek, ke 3 subjek
yang telah disebutkan di atas memiliki tempat tersendiri, dengan
10
urutan dalang berada di samping panggung belakang layar dan
pemusik di bagian paling depan (depan penari) dan penari di bagian
tengah atau panggung. Jadi, penari berhadap hadapan dengan
penonton dan pemusik.
11
Gonyes alla gonyass ganyess,,,
b) Nilai Estetika
Setiap manusia memiliki perasaan, dengan perasaannya manusia dapat
memiliki nilai keindahan atau estetika. Keindahan termasuk ke dalam
tingkat persepsi dalam pengalaman manusia, yang biasanya bersifat visual
(terlihat) atau auditory (terdengar) dan tidak hanya terbatas dengan kedua
bidang tersebut. Rasa keindahan atau estetika selalu berhubungan dengan
kebutuhan akan rasa indah dalam kehidupan keseharian. Sehingga
keindahan mengacu pada pengertian yang mempersyaratkan adanya
persentuhan selera, pemahaman, kepekaan membedakan dan
mengapresiasikan makna dari sebuah bentuk karya seni. Sentuhan estetika
pada setiap orang akan menimbulkan perasaan-perasaan tertentu. Nilai
estetika dalam kesenian Menorek terlihat dalam setiap unsur yang ada baik
itu dalam iringan, gerakan, rias maupun busananya. Setiap unsur yang
dilakukan dalam kesenian Menorek selalu mempertimbangkan unsur
keindahan agar dalam pementasannya menarik dan layak dinikmati oleh
masyarakat yang menonton.
Nilai estetika dalam kesenian ini tentunya berdampak pada pola
kehidupan masyarakat khususnya berkaitan dengan nilai keindahan yang
sering kali menikmati pementasan kesenian Menorek. Nilai estetika gerak
tari juga dipengaruhi oleh unsur estetik yang dilakukan oleh penari sendiri,
artinya bagaimana penari melakukan gerak. Unsur estetik dalam gerak
terlihat pada saat seseorang melakukan gerakan yang bersih dalam arti garis
gerakan dapat terlihat dengan baik, kerapian, keteraturan, dan keluwesan.
Dalam pembahasan penelitian ini tidak difokuskan pada unsur tari
melainkan nilai-nilai yang terkandung pada kesenian Menorek dilihat dari
beberapa unsur yang berkaitan dengan nilainya yang berhubungan dengan
tata kehidupan dalam masyarakat.
12
c) Nilai Sosial
13
Para generasi mudanya lebih asik dengan dunia teknologi yang serba modern
dibandingkankan dengan bergelut pada dunia tradisi. Budaya luar daerah maupun
budaya asing yang merambah dalam masyarakat pedesaan melalui informasi dan
teknologi modern menjadi salah satu penyebab semakin tidak berkembangnya
kesenian Menorek.
Tanpa disadari, dengan berubahnya tata kehidupan masyarakat tersebut
kesenian tradisi, khususnya kesenian Menorek, akan semakin punah. Jika dilihat dari
sisi komersial, kesenian Menorek merupakan salah satu kesenian tradisi yang mahal
harganya, Hal ini disebabkan karena mahalnya biyaya untuk membuat dan membeli
kostum dan segala perhiasan dan perlengkapannya. Kostum-kostum yang digunakan
pada tokoh-tokoh wayang kesenian Menorek masing-masing berbeda seperti kostum
Wong Agung Jayeng Rana berbeda dengan ksotum raja Klana Wedana. Sedangkan
kostum-kostum yang ada saat ini kondisinya sudah sangat tidak layak lapuk dimakan
usia untuk digunkan lagi.
Kemudian banyaknya jumlah anggota yang terlibat dalam pementasan
kesenian Menorek terdiri dari dalang, pemusik, penari Angguk yang minimal
berjumlah dua belas orang, penari Menorek yang berjumlah sepuluh orang serta peran
pembantu yang membantu para pemain kesenian.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, maka dapat
ditarik beberapa kesimpulan, yaitu :
1. Menorek merupakan salah satu bentuk kesenian yang berfungsi sebagai sarana
dakwah agama Islam. Pada awalnya kesenian ini diciptakan oleh Syeh Maulana
Ibrahim yang berasal dari Mesir yang kemudian dalam perkembangannya dibawa
ke Nusantara oleh Amir Hamyah, murid dari Syeh Maulana Ibrahim dan akhirnya
sampai di desa Gentawangi tahun 1948. Di desa Gentawangi kesenian tersebut
mengalami perubahan untuk menyesuaikan dengan tata kehidupan atau
masyarakat setempat. Dari tahun ke tahun dan dari generasi ke generasi kesenian
Menorek mengalami berbagai perkembangan. Meskipun perkembangan tersebut
tidak merubah dari bentuk aslinya tetapi ada beberapa perubahan yang cukup
signifikan antara lain pada pemeran tokoh putri. Perubahan tersebut terlihat pada
tokoh putri, yang sebelumnya diperankan oleh laki-laki yang berpakaian dan
berperilaku seperti seorang putri namun saat ini tokoh putri diperankan oleh
seorang wanita. Perubahan ini disebabkan bahwa saat ini sulit ditemukan seorang
laki-laki yang mau berperan sebagai perempuan atau wanita.
2. Sebagai kesenian yang berfungsi untuk media dakwah agama Islam. Kesenian
Menorek dapat dikatakan memiliki nilai-nilai pendidikan yang berguna bagi
kehidupan masyarakat. Nilai pendidikan tersebut terdiri dari a) nilai religius, b)
nilai etika, c) nilai estetika, dan d) nilai sosial. Nilai-nilai tersebut dapat dilihat dari
syair lagunya, dialog cerita yang dibawakan dan gerak tarinya. Dari nilai-nilai
tersebut memberikan ajaran kepada masyarakat agar selalu beriman dan taqwa
kepada Tuhan, berperilaku dan bertutur kata yang baik serta menumbuh
kembangkan rasa solidaritas kebersamaan, kerukunan dan kegotong royongan.
Selain nilai-nilai tersebut kesenian Menorek juga memuat ajaran tentang
keindahan.
3.2 Saran
Kesenian Menorek merupakan kesenian yang ada di Kabupaten Banyumas.
Kesenian Menorek memiliki fungsi dan nilai didalamnya, penulis mengajukan
beberapa aran terkait dengan bentuk apresiasi kebudayaan tradisional khususnya
kebudayaan menorek di kabupaten Banyumas sebagai berikut:
15
1. Pemerintah Kabupaten Banyumas melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
hendaknya lebih memperhatikan keberadaan kesenian Menorek yang merupakan
salah satu kekayaan budaya daerah. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan
seringnya menampilkan kesenian Menorek pada acara-acara yang berkaitan
dengan tradisi yang ada di Kabupaten Banyumas.
2. Agar masyarakat, dimana kesenian Menorek mulai dikenal, tetap menjaga dan
melestarikan nilai-nilai yang terkandung dalam kesenian tersebut. Kesenian
Menorek merupakan kesenian yang ada di Kabupaten Banyumas.
3. Bagi masyarakat Banyumas keberadaan kesenian Menorek memiliki arti yang
penting dalam kehidupan bersama. Hal tersebut terbukti dari dipentaskannya
kesenian Menorek untuk keperluan bersama bagi masyarakat dalam peringatan 1
Sura. Untuk keperluan regenerasi dalam menjaga kelestarian kesenian Menorek
masyarakat desa Gentawangi melakukan pelatihan dan pembinaan kepada remaja
di desa tersebut. Kesenian Menorek selain berfungsi sebagai hiburan juga
memberikan ajaran dan keteladanan kepada masyarakat tentang nilai-nilai
kehidupan bersama.
16
DAFTAR PUSTAKA
Damandjaya, James. 2002. Folkor Indonesia (Ilmu Gosip, Dongeng dan Lain-lain).
Cet IV. Jakarta : Pustaka Utama Grafiti
Hardjo. 2002. Dalam UU RI No. 26 Tahun 2003 bahwa pendidikan merupakan usaha
sadar guna mewujudkan suasana belajar. Jakarta: Balai Pustaka
Milles B., & Huberman A. Analisis Data Kualitatif. 1992. Jakarta: UI-Press
_________. 1972. Jawa dan Bali : Dua Pusat Perkembangan Drama Tari
Tradisional diIndonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press .
Sayuti, Suminto A. 2000. Makalah Proses Kreatif Perubahan Sosila dan Imperatif
Pendidikan Kesenian Kita. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Seni Tari
FBS UMY TIM Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2001. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka
Internet : (http://uzey.blogspot.com/2009/09/pengertian-nilai.html)
17