Kesenian Menorek

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang berbudaya mempunyai berbagai
warisan kebudayaan yang mengagumkan. Kebudayaan merupakan hasil budi daya
manusia yang selalu tumbuh dan berkembang, yang dapat menunjukan ciri dan
karakter suatu bangsa. Kebudayaan adalah suatu kompleks yang mencakup
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum adat istiadat dan setiap
kemampuan serta kebiasaan manusia sebagai warga masyarakat (Taylor dalam
Soekanto 1990 : 342). Kebudyaan bangsa dapat diartikan sebagai totalitas nilai dan
perilaku yang mencerminkan hasrat dan kehendak masyarakat Indonesia dalam
berbangsa dan bernegara.
Kehidupan masyarakat Indonesia saat ini cenderung berubah dari masyarakat
tradisional agraris ke masyarakat modern teknologis. Perubahan tersebut tampak
berjalan cukup cepat. Alam pikiran dan pandangan hidup manusiapun mengalami
perkembangan secara terus-menerus. Hal ini tidak dapat disangkal atau dihindari,
perkembangan pikiran dan pandangan hidup manusia itu mengakibatkan terjadinya
pergeseran, perubahan dan perkembangan kebudayaan.
Salah satu dorongan kondisi manusia di samping mempertahankan kehidupan
juga menikmati keindahan. Sumber keindahan dapat berasal dari keadaan alam sesuai
dengan ciptaan Tuhan. Sumber keindahan yang lain adalah keindahan buatan yang
merupakan objek suatu keindahan dari hasil budi manusia. Hal tersebut dapat
berbentuk filsafat, sastra dan kesenian. Menurut Kayam (1981: 2), kesenian adalah
hasil proses kreatif dalam kebudayaan itu sendiri. Kesenian adalah bagian dari
kebudayaan dan seni tari merupakan bagian dari kesenian. Di Indonesia, tari
merupakan salah satu cabang seni yang mendapat perhatian cukup besar dari
masyarakat. Hal ini tidak perlu diragukan lagi karena peranan seni tari di dalam
kehidupan masyarakat sangat penting.
Menurut Soedarsono (1972: 4), Seni tari merupakan salah satu cabang
kesenian untuk melengkapi kebutuhan kondrati manusia. Seperti cabang kesenian
lainnya, seni tari lahir dan hidup semenjak manusia hidup di dunia. Seni tari sebagai
peninggalan budaya nenek moyang bangsa Indonesia secara mendasar menduduki
posisi yang amat penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Baik sebagai
sarana upacara, pendidikan moral material, hiburan dan karya seni.
Seni tari merupakan karya manusia yang digunakan untuk mengungkapkan
segala rasa keindahan melalui bahasa gerak. Hal ini seperti dikemukakan Soedarsono

1
(1978 : 3) bahwa tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan melalui gerak
ritmis yang indah. Tari yang substansi bakunya adalah gerak, merupakan alat
komunikasi yang mengandung pesan-pesan terselubung yang hendak disampaikan
penciptanya. Dengan demikian tari bukan hanya berperan sebagai sarana kepuasan
estetis saja, tetapi lebih dalam lagi dapat digunakan sebagai media pendidikan bagi
masyarakat.
Berbicara tentang kaitan pendidikan dengan kesenian, masalah utama yang
harus dihadapi dalam pendidikan adalah bagaimana merumuskan nilai-nilai budaya
yang harus dikembangkan dalam diri anak didik. Suriasumantri (1981 : 27)
menyatakan, untuk mendapatkan nilai-nilai mana yang pantas mendapat perhatian,
perlu diingat bahwa keadaan bangsa saat ini yang cenderung beralih dari masyarakat
tradisional ke masyarakat modern. Di samping itu, dalam pengembangan nilai-nilai
budaya juga harus mengacu pada tujuan pendidikan nasional. Hal ini di harapkan agar
nilai-nilai budaya dikembangkan selaras dengan tujuan yang hendak dicapai dalam
pendidikan Nasional yaitu :
“.....mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan,
kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta
tanggung jawab bermasyarakat dan kebangsaan.“ (Undang-Undang No 4 Tahun
1988 tentang Sistem Pendidikan Nasional ).
Disebutkan dalam tujuan pendidikan nasional, antara pendidikan dan kesenian
terdapat hubungan yang sangat erat, karena pada hakekatnya pendidikan kesenian
adalah pendidikan yang bertujuan untuk membentuk kepribadian yang mempunyai
nilai estetis, luhur dan kreatif. Sesuatu yang estetis memiliki kebaikan, keseimbangan,
keindahan dan mampu menimbulkan penghargaan tinggi. Luhur mengandung nilai-
nilai agung, ideal, suci yang menimbulkan penghargaan tinggi, universal dan sakral.
Adapun kreativitas adalah kemampuan menciptakan sesuatu yang baru memecahkan
persoalan-persoalan dan menguraikan masalah secara tuntas dan gamblang
(Wardhana, 1984 : 8).
Kesenian rakyat merupakan kesenian tradisional yang sifatnya turun-temurun.
Sifat turun-temurun inilah yang mengakibatkan kesenian tradisional selalu
mengalami perubahan dan perkembangan. Sesuai dengan perubahan perubaahan yang
terjadi dalam masyarakat, kesenian rakyat oleh sebagian masyarakat di Indonesia
diabadikan serta dikembangkan untuk kepentingan masyarakat yang memiliki tujuan
tertentu seperti mendatangkan keselamatan, kemakmuran dan kesejahteraan bagi
masyarakat.

2
Kesenian mempunyai banyak nilai positif yang bermanfaat bagi masyarakat,
khususnya generasi muda. Bukan hanya kesenian dilihat sebagai sarana hiburan
karena nilai estetisnya saja, melainkan nilai pendidikan yang dapat membentuk
perilaku dan moral generasi penerus yang lebih baik. Hal ini berkaitan erat dengan
manusia sebagai makhluk individu sekaligus sosial yang membutuhkan interaksi yang
baik dengan orang-orang dan masyarakat di lingkungannya.
Kabupaten Banyumas memiliki berbagai macam kesenian tradisional yang
tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, antara lain; lengger, angguk, tayub, ebeg
atau kuda lumping, sintren, kunthulan, kesenian jenis sholawatan dan kesenian
lainnya. Seiring dengan perkembangan jaman yang serba modern, kesenian yang ada
di Banyumas mulai surut. Hal ini disebabkan karena kurangnya pihak-pihak yang
mampu mengemas kesenian yang ada di Kabupaten Banyumas. Melihat fenomena
tersebut sudah selayaknya generasi muda di Banyumas khususnya di desa
Gentawangi mempunyai keinginan untuk mengembangkan kesenian yang ada di
Kabupaten Banyumas, dan daerah Karesidenan Banyumas pada umumnya.
Dari berbagai jenis kesenian yang ada di Kabupaten Banyumas, Kesenian
Menorek merupakan salah satu kesenian yang hampir punah karena kesenian ini
sudah hampir tidak ada generasi penerusnya. Kesenian Menorek adalah sebuah
kesenian sholawatan yang di dalamnya mengandung banyak nilai-nilai kehidupan di
dalam masyarakat salah yang satunya terdapat nilai pendidikan. Nilai pendidikan
yang dimaksud adalah suatu proses pembelajaran masyarakat didasarkan pada ajaran-
ajaran yang terkandung dalam kesenian Menorek. Sejalan dengan perkembangan seni
tari tersebut, tari tradisional masih sangat terasa di Jawa khususnya di daerah
Banyumas.
Kesenian Menorek sebagai produk kreatif masyarakat memiliki tujuan dan
kepentingan yang berkaitan dengan kehidupan di dalam proses pembelajaran
masyarakat didasarkan pada ajaran-ajaran yang terkandung dalam kesenian Menorek.
Kesenian Menorek pada mulanya di pertunjukan untuk syiar penyebaran agama Islam
yang menggunakan media melalui pertunjukan kesenian Menorek tersebut. Menurut
salah seorang yang pernah menjadi pelaku kesenian tersebut, Menorek yang berarti
menolong orang untuk masuk agama Islam dengan cara halus supaya lebih menarik,
karena tanpa disadari orang akan tertarik dengan sendirinya mengikuti ajaran Islam
tanpa adanya suatu paksaan.
Dengan melihat kesenian Menorek masyarakat percaya akan tertolong dari
aliran-aliran sesat seperti kepercayaan animisme. Proses pembelajaran dalam
masyarakat kebutuhan sosial dalam masyarakat seperti hiburan, upacara, dan
kebutuhan lainnya yang bermakna dan memberikan dampak sosial secara positif

3
dalam kehidupan bersama, tercermin ketika mereka menyatu dalam suatu kelompok
dan saling menyapa diantara mereka. Dari interaksi dan saling menyapa ketika
menyaksikan tarian itulah kemudian muncul nilai-nilai pendidikan yang menjadi
kesepakatan diantara masyarakat sendiri. Dengan demikian, Menorek sebagai
kesenian yang berfungsi untuk hiburan maupun dalam acara-acara syukuran khajatan
seperti, pernikahan, khitanan, khawulan (nadzar), maupun dalam acara perayaan hari
besar agama Islam Maulid Nabi dan Isra Miraj memiliki nilai-nilai pendidikan
berkaitan dengan fungsi kesenian tersebut dalam kehidupan masyarakat. Bertolak dari
keyakinan yang kuat tentang nilai-nilai pendidikan yang terkandung di dalam
kesenian Menorek, maka akan ada keprihatinan bagi masyarakat terhadap keberadaan
kesenian Menorek apabila kesenian tersebut menjadi punah. Oleh sebab itu, perlu
dilakukan upaya-upaya yang bersifat penggalian ataupun pengembangan untuk
pelestariannya. Bertitik tolak dari permasalahan ini, maka perlu dilakukan penelitian
yang berfokus pada nilai-nilai pendidikan dalam kesenian Menorek di Desa
Gentawangi Kecamatan Jatilawang Kabupaten Banyumas sebagai salah satu upaya
pelestariannya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah bentuk apresiasi penyajian kesenian Menorek di Kabupaten
Banyumas ?
2. Nilai-nilai pendidikan apa sajakah yang terkandung dalam kesenian Menorek?
3. Bagaimana tanggapan masyarakat terhadap kesenian Menorek di Kabupaten
Banyumas ?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan makalah ini adalah :.
1. Mendeskripsikan bentuk penyajian kesenian Menorek yang ada di Kabupaten
Banyumas.
2. Mendeskripsikan nilai pendidikan kesenian Menorek 3.
3. Mendiskripsikan tanggapan masyarakat terhadap keberadaan kesenian Menorek
di Kabupaten Banyumas.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Apsesiasi Kesenian Menorek

A. Pengertian Apresiasi Seni


Apresiasi mempunyai arti secara kamus besar berupa penilaian
terhadap sesuatu. Sehingga kegiatan apresiasi ini tidak hanya berhubungan
dengan seni, tetapi apa pun yang memang dapat diapresiasikan.
Sementara seni mempunyai arti secara kamus besar yaitu karya yang
bermutu dan memiliki nilai. Dari sini kita dapat mengambil bahwa apresiasi
seni adalah penilaian terhadap karya seni.
Pengertian apresiasi seni lebih dalam lagi ialah penilaian terhadap
karya seni mulai dari mengenali, memberi nilai, hingga menghargai.Bentuk
dari apresiasi tersebut tentu berbeda-beda dari setiap individu yang
menikmatinya. Sebab sense of beauty yang dimiliki setiap individu juga
berbeda. Kegiatan apresiasi tersebut juga dilakukan untuk memberi nilai pada
karya-karya seni yang telah diciptakan.

B. Fungsi Apresiasi Seni


Apresiasi dalam seni memiliki manfaat atau fungsi. Seperti yang sudah
disebutkan mengenai pengertian dari apresiasi pada seni, terdapat kegiatan
mengenali, memberi penilaian, juga menghargai di mana akan
memperngaruhi karya seni tersebut serta seniman atau pembuat seni yang
terlibat.
Ada empat fungsi yang menjadi utama dan dapat kamu kenali agar
lebih memahami mengenai apresiasi pada seni. Keempat fungsi tersebut
sebagai berikut.
1. Untuk Meningkatkan Kecintaan Terhadap Karya Seni
Fungsi pertama adalah untuk meningkatkan kecintaan terhadap karya seni.
Atau dapat juga dikatakan sebagai ‘sarana’ yang mampu meningkatkan rasa
cinta terhadap karya seni khususnya karya seni yang dibuat oleh anak-anak
Indonesia.

5
2. Untuk Menciptakan Penilaian
Fungsi yang kedua adalah untuk menciptakan penilaian. Penilaian ini berupa
sarana dalam menikmati, memberi empat, mendapatkan hiburan, serta
menambah wawasan dan pengetahuan atau edukasi.
3. Untuk Mengembangkan Kemampuan
Fungsi ketiga adalah untuk mengembangkan kemampuan. Kemampuan yang
merupakan keanggupan diri sendiri dapat berupa mampu menciptakan karya
seni atau lain-lain. Sebagai penikmat seni yang memberi apresiasi, terkadang
banyak bagian dari kegiatan apresiasi tersebut yang mengasah kemampuan.
4. Untuk Membangun Hubungan
Fungsi keempat atau terakhir ialah untuk membangun hubungan. Hubungan
tersebut berupa hubungan timbal-balik yang positif antara pembuat seni
dengan penikmat seni.

C. Tujuan Apresiasi Seni


Selain memiliki empat fungsi atau manfaat, apresiasi seni juga
memiliki dua macam tujuan yaitu tujuan pokok dan tujuan akhir. Tujuan
pokok dari apresiasi pada seni berupa memperkenalkan atau mempublikasi
karya seni tersebut agar karya seni lebih dapat dinikmati oleh publik atau
masyarakat juga maksud serta tujuannya tersampaikan.
Terkadang sebagai penikmat seni yang memang sekadar penikmat,
kita tidak langsung dapat mengerti maksud dan tujuan dibuatnya karya seni
tersebut. Nah, dengan adanya apresiasi seni maka kita dapat lebih mudah
mengerti maksud dan tujuannya. Sementara itu untuk tujuan akhir, ada tiga
poin. Ketiga poin tujuan akhir tersebut sebagai berikut.
1. Mengembangkan nilai estetika karya seni
Estetika adalah kepekaan terhadap keindahan atau seni. Hal ini membuat
kita lebih cepat menyadari unsur seni pada karya seni.
2. Mengembangkan daya kreasi
Selain estetika, tujuan akhir berikutnya ialah mengembangkan kreasi.
Karena kita menjadi lebih peka dan mengerti maksud dari karya seni,
maka daya kreasi kita juga dapat bertambah.
3. Menyempurnakan
Apresiasi pada karya-karya seni juga sebagai ‘penyempurna’ dari karya-
karya seni itu sendiri.

6
D. Tingkatan Apresiasi
Dalam apresiasi seni atau karya seni terdapat tingkatan-tingkatan yang
mendeskripsikan apresiasi seni tersebut. Tiga tingkatan dalam apresiasi seni
meliputi Empatik, Estetis, dan Kritik. Berikut penjelasan mengenai tiga
tingkatan tersebut beserta contohnya.
1. Tingkat Empatik
Empatik dalam kamus berarti melibatkan pikiran dan perasaan. Tingkat
apresiasi seni ini lebih berupa tangkapan indrawi aatau tangkapan dari
indera-indera. Contohnya ketika mendengar sebuah karya seni musik, kita
merasa nyaman dan betah mendengar karya tersebut, lalu timbulah
penilaian bahwa karya tersebut bagus.
2. Tingkat Estetis
Estetis dalam kamus merupakan penilaian terhadap keindahan tersebut.
Tingkat apresiasi seni ini berupa pengamatan dan penghayatan. Di tingkat
ini kita sebagai penikmat seni memberi apresiasi yang lebih pada
pengamatan, bagaimana bentuk dari karya seni tersebut, atau mengapa
karya seni tersebut dapat menjadi karya seni. Contohnya saat menyaksikan
pagelaran seni teater, kita berpikir bagaimana adega tersebut dapat dibuat
dan apa fungsi daria degan tersebut. Apakah pas dan bagus, atau tidak.
3. Tingkat Kritik
Kamu pastinya sudah dapat membayangkan bagaimana tingkatan pada
tingkat apresiasi ini. Kritik di sini dapat berbentuk klarifikasi, deskripsi,
menjelaskan, menganalisis, evaluasi, hingga mengambil kesimpulan.
Contohnya kamu dapat melihat juri-juri dalam ajang-ajang yang ada di
televisi misalnya ajang bernyanyi.

Tingkat apresiasi mereka sudah berada di tingkat ini di mana akan


memberi masukan, menilai dengan tidak lupa memberi penjelasan, dan
memberi evaluasi juga kesimpulan.

Ada pun pengertian yang dikemukan oleh para ahli di antaranya


menurut Brent G. Wilson, apresiasi pada seni meliputi feeling, valualing, dan
emphatizing. Ketiga poin tersebut adalah suatu tindakan atau kegiatan yang
berhubungan dengan perasaan, penilaian, dan rasa empati. Bentuk rupa dari
ketiga poin itu juga berbeda dan tergantung pasa masing-masing penikmat
seni.

7
E. Menorek
Di daerah kabupaten Banyumas terdapat banyak jenis kesenian rakyat,
diantaranya adalah lengger, angguk, tayub, ebeg atau kuda lumping, sintren,
kunthulan, kesenian jenis sholawatan dan kesenian lainnya. Dari sekian jenis
kesenian rakyat yang ada tersebut, adalah Menorek. Kesenian Menorek
merupakan satu dari sekian banyak jenis kesenian sholawatan yang ada di
daerah Banyumas.
Kesenian Menorek menyajikan gerakan-gerakan ritmis dan patah-
patah. Diiringi musik dan tembang-tembang sholawatan yang di
kumandangkan oleh dalang dan para penabuh itu sendiri. Syair yang
dilantunkan tidak sepenuhnya berbahasa arab, sehingga mempermudah orang
untuk mempelajarinya. Dalam pementasannya, kesenian Menorek hampir
cukup lama. Pada umumnya di mulai ba’da Isya hingga pagi hari sekitar pukul
01.00. Pada awal pertunjukan Menorek dimulai para sesepuh, penabuh,
pemain dan warga masyarakat desa Gentawangi mengadakan acara berdoa
bersama sebagai bentuk rasa syukur kepada Sang Khalik agar selalu diberi
keselamatan dan diberkahi dalam segala hal. Setelah berdoa bersama warga
masyarakat makan bersama, yang biasa dimaksud dengan istilah (kepungan).
Kegiatan seperti ini diadakan untuk memperingati 1 Sura (syuranan). Hal ini
dikarenakan masyarakat banyumas masih mempercayai Islam kejawen.
Dalang dan para penabuh instrumen sekaligus sebagai vokalis.
Disamping bertugas sebagai sutradara dan pemusik, dalang dan para penabuh
dituntut fasih menyanyikan bait-bait syair secara baik. Sedangkan para
penarinya hanya bertugas menari dan berperan sebagai tokoh wayang. Salah
satu unsur menarik dari kesenian Menorek ini terletak pada paduan gerak
bersama dan selaras dengan irama musik maupun syairnya.Adapun alat musik
yang digunakan sangatlah sederhana dan semuanya merupakan alat musik
tradisional yang berupa 3 buah rebana, 1buah kendhang, 1buah bedug, 1 buah
kenthong, dan 1 buah keprak.
F. Fungsi Kesenian Menorek
Fungsi kesenian Menorek dahulu digunakan dalam rangka penyebaran
agama Islam. Kini kesenian ini berfungsi sebagai hiburan, baik dalam acara
khajatan seperti pernikahan, khitanan dan peringatan hari besar agama Islam
Maulid Nabi dan Isra Miraj maupun acara tertentu, yang menghendaki
tampilnya kesenian Menorek.
Secara terperinci fungsi dan tujuan kesenian Menorek adalah sebagai
berikut :

8
1. Melaksanakan dakwah Islam atau syiar agama Islam terhadap pengunjung.
Hal ini dapat dilakukan pada: kesenian Menorek dipentaskan pada acara
peringatan hari besar Islam seperti Maulid Nabi dan Isra Miraj selalu
menyisipkan ceramah atau santapan rokhani terhadap para pengunjung.
Sajian lagunya mengandung tuntunan agama Islam.
2. Mengundang masa agar datang untuk mendengarkan suatu pengajian
melalui pertunjukan kesenian Menorek. Disamping itu, penampilan dibagi
menjadi tiga babak. Babak pertama pembukaan selamat datang yang
dilakukan oleh dalang serta di iringi dengan sholawat nabi, babak ke dua
yang selalu diisi dengan tarian Angguk karena tari Angguk ini sebagai
tarian selamat datang untuk mengundang masa agar datang menonton
pertunjukan kesenian Menorek dan babak ke tiga yaitu inti pementasan
kesenian Menorek. Tujuan babak pertama adalah untuk mengawali
pembukaan dengan membaca Basmallah, kemudian babak kedua diisi
dengan tarian Angguk yang bertujuan untuk mengundang penonton agar
datang sebanyak-banyaknya supaya pengunjung tetap bertahan sampai
pertunjukan selesai. Tujuan babak ke tiga yaitu bagian inti pertunjukan
kesenian Menorek yang di dalamnya bertujuan memberikan pesan-pesan
positif kepada kepada penonton.
3. Sebagai wadah kegiatan pemuda di desa Gentawangi, kecamatan
Jatilawang, kabupaten Banyumas.
4. Sebagai media hiburan bersama.

G. Penyajian Kesenian Menorek di Kabupaten Banyumas


Pertunjukan kesenian ini diawali dengan salam pembukaan dengan
ucapan Basmallah, janturan (candran) dari vokal dalang, disambut dengan
syair, bedug, genjring dan kendhang kemudian langsung masuk syair
sholawatan. Kemudian penari Angguk-pun mulai melakukan gerakan-gerakan
sesuai dengan irama bedug. Sebagai tradisi dimulainya tarian ini selalu
diawali dengan gerakan sembahan, sebagai bukti manyembah kepada Tuhan
Sang Pencipta. Sedangkan gerakan-gerakan selanjutnya dilakukan secara
berganti-ganti ragam. Lagu-lagu yang dibawakan untuk mengiringi tarian ini
antara lain: Bismillah, Bang layar, Marhaban, Ii Sholattudan diakhiri dengan
Wal Mustofa.
Kini, kesenian Menorek di kabupaten Banyumas hampir punah.
Terbukti di kabupaten Banyumas hanya terdapat satu jenis kesenian
sholawatan yaitu kesenian Menorek. Kemungkinan hal ini dikarenakan tidak

9
adanya regenerasi pemain yang kurang berminat untuk belajar kesenian
tradisional dan kesenian ini merupakan kesenian yang sangat mahal dalam
pembiayaannya.
Berikut adalah struktur bentuk penyajian kesenian Menorek di desa
Gentawangi, kecamatan Jatilawang, kabupaten Banyumas.
1. Sebelum Pementasan
Sebelum pertunjukan kesenian Menorek dilaksanakan, terlebih dahulu
pimpinan kesenian Menorek tersebut menghubungi pemerintah atau aparat
desa setempat untuk memperoleh izin terhadap pertunjukkan tersebut.
Dengan demikian aparat keamanan desa dapat bertindak positif terhadap
tindakan-tindakan yang akan terjadi. Berbeda dengan pertunjukan
Menorek Wahyu Aji, yang memang telah mendapatkan undangan dan
ditunjuk dari pihak tuan rumah yaitu sesepuh di desa Gentawangi dalam
acara syuranan yang memang sudah sebagai tradisi warga masyarakat
desa Gentawangi setiap setahun sekali diperingati. Dalam hal ini segala
sesuatunya telah ditangani oleh tuan rumah, perkumpulan kesenian
Menorek siap tampil atas pertunjukannya. Kesenian Menorek dimulai
setelah selesai acara pokok yaitu syukuran berdo’a bersama yang
dilanjutkan makan bersama (kepungan) yang menjadi hajat orang rumah.
Seperti dalam acara pernikahan, khitanan, peringatan hari besar agama
Islam Maulid Nabi dan Isra Miraj dan lain sebagainya. Dengan kata lain
kesenian Menorek merupakan puncak acara terhadap khajatan yang
dilakukan tuan rumah. Dalam pementasan kesenian Menorek pihak tuan
rumah tidak mengambil posisi tersendiri terhadap kesenian Menorek
terkecuali atas permintaan para tamu dan pihak keluarga sendiri.

2. Pelaksanaan pementasan
a. Pelaksanaan Kesenian Menorek
Pada bentuk penyajian kesenian Menorek di dalam suatu
pertunjukan terdiri atas dalang, pengrawit, penari.
Dalang : orang yang mengatur jalannya pertunjukan kesenian Menorek
Penabuh : orang orang yang memainkan alat atau iringan ketika
pelaksanaan kesenian Menorek
Penari : orang orang yang menarikan tari Angguk dan kesenian
Menorek
Di dalam suatu pertunjukan kesenian Menorek, ke 3 subjek
yang telah disebutkan di atas memiliki tempat tersendiri, dengan

10
urutan dalang berada di samping panggung belakang layar dan
pemusik di bagian paling depan (depan penari) dan penari di bagian
tengah atau panggung. Jadi, penari berhadap hadapan dengan
penonton dan pemusik.

2.2 Nilai-nilai Pendidikan dalam Kesenian Menorek


Jika dilihat dari cerita dalam penampilan kesenian Menorek banyak hal yang
dapat dipelajari khususnya yang berkaitan dengan nilai-nilai dan ajaran dalam
kehidupan. Nilai-nilai tersebut apabila dipahami dan dilakukan dalam kehidupan
bersama dalam masyarakat akan mewujudkan suatu kehidupan yang tentram dan
damai seperti yang telah diajarkan oleh para tokoh agama Islam. Nilai pendidikan
yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah suatu proses pembelajaran dalam
kehidupan masyarakat yang bertujuan untuk menciptakan suatu hubungan yang
harmonis melalui cerita yang dibawakan dalam pementasan kesenian Menorek.
Adapun nilai-nilai pendidikan yang dimaksdukan dalam kesenian Menorek antara lain
:a). religius b). etika, c). estetika dan c). sosial.
a) Nilai Religius
Nilai religius merupakan suatu hubungan pribadi antara manusia dan Tuhannya
dengan tujuan untuk menyembah atas kekuasaan-Nya. Sesuai
dengan fungsi kesenian Menorek yang dahulunya sebagai media dakwah
penyebaran agama Islam, maka kesenian tersebut mengandung nilai religius
yang berkaitan dengan hubungan pribadi seseorang dengan penciptanya.
Adapun nilai-nilai religius yang dimaksudkan dalam kesenian Menorek antara
lain : 1) keimanan, 2) ketaqwaan dan 3) ketaatan.
a) Keimanan
Keimanan merupakan kepercayaan seseorang tentang adanya Tuhan.
Dalam hal ini arti keimanan pada kesenian Menorek diungkapkan melalui
syair dalam tembang-tembang yang digunakan untuk mengiringi. Salah satu
syair dalam tembang tersebut pada intinya mengingatkan kepada
masyarakat agar menjalankan rukun Islam diantaranya sholat, puasa dan
zakat.

Ii Sholattu sholattune iman dasalimun


Paring zakat mring cah yatim..
Wong ayune sing moblong-moblong dewek
Sopo eling balio maning
Duu a luu luu..ilullu ilullu ing

11
Gonyes alla gonyass ganyess,,,

(Hai para manusia..sesudah kalian masuk Islam janganlah kalian lupa


menjalankan rukun Islam seperti sholat, puasa dan janganlah lupa untuk
berzakat kepada anak-anak yatim. Walaupun kita sudah diberi kecantikan
fisik, kekayaan, kekuasaan semua itu nantinya tidak akan dibawa mati,
eling-eling ana wong urip mikine ora nana, mesti mengko-mengkone
bakal ora nana maning”.

b) Nilai Estetika
Setiap manusia memiliki perasaan, dengan perasaannya manusia dapat
memiliki nilai keindahan atau estetika. Keindahan termasuk ke dalam
tingkat persepsi dalam pengalaman manusia, yang biasanya bersifat visual
(terlihat) atau auditory (terdengar) dan tidak hanya terbatas dengan kedua
bidang tersebut. Rasa keindahan atau estetika selalu berhubungan dengan
kebutuhan akan rasa indah dalam kehidupan keseharian. Sehingga
keindahan mengacu pada pengertian yang mempersyaratkan adanya
persentuhan selera, pemahaman, kepekaan membedakan dan
mengapresiasikan makna dari sebuah bentuk karya seni. Sentuhan estetika
pada setiap orang akan menimbulkan perasaan-perasaan tertentu. Nilai
estetika dalam kesenian Menorek terlihat dalam setiap unsur yang ada baik
itu dalam iringan, gerakan, rias maupun busananya. Setiap unsur yang
dilakukan dalam kesenian Menorek selalu mempertimbangkan unsur
keindahan agar dalam pementasannya menarik dan layak dinikmati oleh
masyarakat yang menonton.
Nilai estetika dalam kesenian ini tentunya berdampak pada pola
kehidupan masyarakat khususnya berkaitan dengan nilai keindahan yang
sering kali menikmati pementasan kesenian Menorek. Nilai estetika gerak
tari juga dipengaruhi oleh unsur estetik yang dilakukan oleh penari sendiri,
artinya bagaimana penari melakukan gerak. Unsur estetik dalam gerak
terlihat pada saat seseorang melakukan gerakan yang bersih dalam arti garis
gerakan dapat terlihat dengan baik, kerapian, keteraturan, dan keluwesan.
Dalam pembahasan penelitian ini tidak difokuskan pada unsur tari
melainkan nilai-nilai yang terkandung pada kesenian Menorek dilihat dari
beberapa unsur yang berkaitan dengan nilainya yang berhubungan dengan
tata kehidupan dalam masyarakat.

12
c) Nilai Sosial

a) Hubungan antar manusia, terjalin dikarenakan saling membutuhkan


untuk melangsungkan kehidupan yang baik dan nyaman. Dengan
adanya hubungan yang baik itulah, akan terbentuk interaksi. Suatu
interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua
syarat yaitu 1). adanya kontak sosial dan 2). adanya komunikasi yang
menimbulkan suatu kehidupan yang harmonis apabila hubungan
tersebut dapat dijaga dengan baik. Dalam kesenian Menorek, nilai sosial
terbentuk karena kesenian tersebut masih mempunyai fungsi bagi
masyarakatnya. Adanya peran dan fungsi dalam kesenian tersebut, maka
ketika ada pementasan Menorek interaksi akan terjadi diantara anggota
masyarakat yang menyaksikannya. Hal itu dapat dilihat dari bentuk
kerjasama dalam satu kelompok yaitu kesenian

2.3 Tanggapan Masyarakat terhadap Kesenian Menorek


Kesenian Menorek sebagai salah satu tontonan yang dapat mengarahkan sikap
dan pemahaman masyarakat yang lebih baik saat menonton sebuah pertunjukan.
Bukan sekedar tontonan yang menghibur tetapi juga dapat diambil berbagai macam
nilai positifnya. Masyarakat banyumas memilah dan memilih kesenian yang
mengandung nilai positif untuk masyarakat dengan tidak menghilangkan batasan nilai
yang masih dijunjung dalam masyarakat, karena dalam sebuah tontonan sebaiknya
juga menjadi tuntunan bagi masyarakat.
Peranan sebagian masyarakat (khususnya para seniman), yang telah berupaya
mempertahankan keberadaan dan melestarikan kesenian Menorek memang perlu
diberikan penghargaan, karena kesenian Menorek mempunyai peranan yang penting
bagi masyarakat khususnya di kabupaten banyumas dalam mempertahankan nilai-
nilai tradisi. Menorek digunakannya kesenian tersebut sebagai media dalam
mengembangkan ajaran Islam. Hal ini sesuai dengan fungsi kesenian Menorek pada
awal diciptakannya pertama kali yaitu berfungsi sebagai media untuk syiar agama
Islam. awal mulanya kesenian Menorek ini dikenal di lingkungan masyarakat
banyumas.
Salah satu peran yang nyata kesenian Menorek bagi masyarakat di sekitar desa
Gentawangi adalah perkembangan jaman, dan berubahnya tata kehidupan masyarakat
yang dipengaruhi oleh teknologi informasi, minat masyarakat mempelajari kesenian
Menorek sudah mulai berkurang.

13
Para generasi mudanya lebih asik dengan dunia teknologi yang serba modern
dibandingkankan dengan bergelut pada dunia tradisi. Budaya luar daerah maupun
budaya asing yang merambah dalam masyarakat pedesaan melalui informasi dan
teknologi modern menjadi salah satu penyebab semakin tidak berkembangnya
kesenian Menorek.
Tanpa disadari, dengan berubahnya tata kehidupan masyarakat tersebut
kesenian tradisi, khususnya kesenian Menorek, akan semakin punah. Jika dilihat dari
sisi komersial, kesenian Menorek merupakan salah satu kesenian tradisi yang mahal
harganya, Hal ini disebabkan karena mahalnya biyaya untuk membuat dan membeli
kostum dan segala perhiasan dan perlengkapannya. Kostum-kostum yang digunakan
pada tokoh-tokoh wayang kesenian Menorek masing-masing berbeda seperti kostum
Wong Agung Jayeng Rana berbeda dengan ksotum raja Klana Wedana. Sedangkan
kostum-kostum yang ada saat ini kondisinya sudah sangat tidak layak lapuk dimakan
usia untuk digunkan lagi.
Kemudian banyaknya jumlah anggota yang terlibat dalam pementasan
kesenian Menorek terdiri dari dalang, pemusik, penari Angguk yang minimal
berjumlah dua belas orang, penari Menorek yang berjumlah sepuluh orang serta peran
pembantu yang membantu para pemain kesenian.

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, maka dapat
ditarik beberapa kesimpulan, yaitu :
1. Menorek merupakan salah satu bentuk kesenian yang berfungsi sebagai sarana
dakwah agama Islam. Pada awalnya kesenian ini diciptakan oleh Syeh Maulana
Ibrahim yang berasal dari Mesir yang kemudian dalam perkembangannya dibawa
ke Nusantara oleh Amir Hamyah, murid dari Syeh Maulana Ibrahim dan akhirnya
sampai di desa Gentawangi tahun 1948. Di desa Gentawangi kesenian tersebut
mengalami perubahan untuk menyesuaikan dengan tata kehidupan atau
masyarakat setempat. Dari tahun ke tahun dan dari generasi ke generasi kesenian
Menorek mengalami berbagai perkembangan. Meskipun perkembangan tersebut
tidak merubah dari bentuk aslinya tetapi ada beberapa perubahan yang cukup
signifikan antara lain pada pemeran tokoh putri. Perubahan tersebut terlihat pada
tokoh putri, yang sebelumnya diperankan oleh laki-laki yang berpakaian dan
berperilaku seperti seorang putri namun saat ini tokoh putri diperankan oleh
seorang wanita. Perubahan ini disebabkan bahwa saat ini sulit ditemukan seorang
laki-laki yang mau berperan sebagai perempuan atau wanita.
2. Sebagai kesenian yang berfungsi untuk media dakwah agama Islam. Kesenian
Menorek dapat dikatakan memiliki nilai-nilai pendidikan yang berguna bagi
kehidupan masyarakat. Nilai pendidikan tersebut terdiri dari a) nilai religius, b)
nilai etika, c) nilai estetika, dan d) nilai sosial. Nilai-nilai tersebut dapat dilihat dari
syair lagunya, dialog cerita yang dibawakan dan gerak tarinya. Dari nilai-nilai
tersebut memberikan ajaran kepada masyarakat agar selalu beriman dan taqwa
kepada Tuhan, berperilaku dan bertutur kata yang baik serta menumbuh
kembangkan rasa solidaritas kebersamaan, kerukunan dan kegotong royongan.
Selain nilai-nilai tersebut kesenian Menorek juga memuat ajaran tentang
keindahan.

3.2 Saran
Kesenian Menorek merupakan kesenian yang ada di Kabupaten Banyumas.
Kesenian Menorek memiliki fungsi dan nilai didalamnya, penulis mengajukan
beberapa aran terkait dengan bentuk apresiasi kebudayaan tradisional khususnya
kebudayaan menorek di kabupaten Banyumas sebagai berikut:

15
1. Pemerintah Kabupaten Banyumas melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
hendaknya lebih memperhatikan keberadaan kesenian Menorek yang merupakan
salah satu kekayaan budaya daerah. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan
seringnya menampilkan kesenian Menorek pada acara-acara yang berkaitan
dengan tradisi yang ada di Kabupaten Banyumas.
2. Agar masyarakat, dimana kesenian Menorek mulai dikenal, tetap menjaga dan
melestarikan nilai-nilai yang terkandung dalam kesenian tersebut. Kesenian
Menorek merupakan kesenian yang ada di Kabupaten Banyumas.
3. Bagi masyarakat Banyumas keberadaan kesenian Menorek memiliki arti yang
penting dalam kehidupan bersama. Hal tersebut terbukti dari dipentaskannya
kesenian Menorek untuk keperluan bersama bagi masyarakat dalam peringatan 1
Sura. Untuk keperluan regenerasi dalam menjaga kelestarian kesenian Menorek
masyarakat desa Gentawangi melakukan pelatihan dan pembinaan kepada remaja
di desa tersebut. Kesenian Menorek selain berfungsi sebagai hiburan juga
memberikan ajaran dan keteladanan kepada masyarakat tentang nilai-nilai
kehidupan bersama.

16
DAFTAR PUSTAKA

Baumgarten. 1762. Ertetika dalam pengertian. Bandung : ASI

Damandjaya, James. 2002. Folkor Indonesia (Ilmu Gosip, Dongeng dan Lain-lain).
Cet IV. Jakarta : Pustaka Utama Grafiti

Djelantik. 1990. Ilmu Estetika Kesenian. Jakarta : Sinar Harapan

Gazalba, Sidi. 1974. Antropologi Budaya. Jakarta : Bulan Bintang

Hardjo. 2002. Dalam UU RI No. 26 Tahun 2003 bahwa pendidikan merupakan usaha
sadar guna mewujudkan suasana belajar. Jakarta: Balai Pustaka

Kayam, Umar. 1981. Seni, Tradisi, Masyarakat. Jakarta: Sinar Harapan

Koentjaraningrat. 1974 (89-94). Sistem Religi Masyarakat. Jakarta: Sinar Harapan


.1994

_____________(173-175). Metode Penelitian. Jakarta: Sinar Harapan

Langer, Susan K. 1982. Problematika Seni (Terjemahan Widaryanto. Bandung: ASI

Manan. 1989. Pendidikan Sebuah Proses Kebudayaan. Bandung: ASI

Merdiatmedja. 1986. Hubungan Nilai dengan Kebaikan. Jakarta: Sinar Harapan

Milles B., & Huberman A. Analisis Data Kualitatif. 1992. Jakarta: UI-Press

Soedarsono. 1997. Tari-tarian Indonesia 1. Jakarta: Proyek Pengembangan Media


Kebudayaan. Direktoral Jenderal Kebudayaan. Departemen Pariwisata dan
Kebudayaan .

_________. 1972. Jawa dan Bali : Dua Pusat Perkembangan Drama Tari
Tradisional diIndonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press .

_________.1978. Pengantar Pengetahuan dan Komposisi Tari. Yogyakarta: ASTI

Soekanto, Soejono. 1990.”Sosiologi suatu Pengantar”. Jakarta: Raja Gravindo

Sulaiman, Munandar. 2005. Ilmu Budaya Dasar Suatu Pengantar. Bandung:


RefikaAditama

Suriasumantri, Jujun S. (1981/1982). Nilai-nilai Budaya dalam Press Pendidikan.


Jakarta: Depdikbud

Sayuti, Suminto A. 2000. Makalah Proses Kreatif Perubahan Sosila dan Imperatif
Pendidikan Kesenian Kita. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Seni Tari
FBS UMY TIM Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2001. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka

Wardhana, Wisnu. (1984). Pendidikan Kesenian dan Pendidikan Tinggi. Pidato


IlmiahPengukuhan Kenaikan Tingkat pada Senat Terbuka IKIP

Internet : (http://uzey.blogspot.com/2009/09/pengertian-nilai.html)

17

Anda mungkin juga menyukai