Aspek Humaniora Pada Transplantasi Ginjal
Aspek Humaniora Pada Transplantasi Ginjal
Aspek Humaniora Pada Transplantasi Ginjal
Dalam melaksanakan pelayanan medik tersebut, seorang dokter harus mempunyai kriteria :
1. Komunikasi efektif antara pasien dengan dokter
2. Mawas diri dan pengembangan diri sehingga dapat mengupgrade pengetahuannya
3. Etika, moral, medikolegal dan profesioanalsime serta keselamatan pasien
Menurut Immanuel Kant, seorang filsuf Jerman menyatakan bahwa kita harus menghormati
martabat manusia, karena manusia adalah satu-satunya makhluk yang merupakan tujuan pada
dirinya. Manusia adalah pusat kemandirian, persona yang memiliki harkat intrinsikdan karena
itu harus dihormati sebagai tujuan pada dirinya.Kant memperkenalkan suatu golden rule atau
kaidah emas sebagai landasan etika, yangdapat membantu implementasinya dalam kehidupan
sehari-hari.
“One of the most popular rules or principles people put forth when asked what they base
their ethics on is the Golden Rule, or what Kant called the reversibility criterion. It canbe
stated many ways, but the usual way is, „Do unto others as you would have them dounto
you.‟.”
Kaidah emas ini menyatakan agar seseorang melakukan suatu tindakan seperti apa yang
diharapkannya dilakukan orang lain bagi dirinya. Kaidah dapat digunakan apabila
kitamengalami kebimbangan dan kebingungan tentang apa yang harus dilakukan dalamsituasi
tertentu. Meski demikian, kaidah emas tidak secara nyata memberikan panduan tentang hal
yang harus kita lakukan, namun memberikan bantuan untuk memilih hal yang terbaik yang
dapat kita berikan.Titik tolak pemikiran Kant adalah kehendak baik. Maksudnya adalah
kehendak yang mau melakukan apa yang menjadi kewajibannya, murni demi kewajiban itu
sendiri, bukan karena mencari nama baik, keuntungan atau sekedar mengikuti perasaannya.
Etika medik mengenal 4 (empat) prinsip dasar. Di Indonesia, dalam Mukadimah KodeEtik
Kedokteran Indonesia disebutkan bahwa etik profesional mengutamakan penderitadan
memuat prinsip-prinsip beneficence, non maleficence, autonomy dan justice, yaitu :
“ Respect for the individual autonomy of each patient as a decision maker .”
Maksudnya adalah autonomy merupakan suatu bentuk kebebasan bertindak dan mengambil
keputusan, dan dokter wajib melakukan beneficence atau berbuat baikterhadap keputusan
pasien, non-maleficence dokter diwajibkan melakukan yang terbaikterhabap pasiennya
termasuk tidak merugikan, serta memperlakukan pasien sesuaidengan porsinya sesuai
dengan justice atau keadilan.Pelanggaran etik kedokteran dipergunakan untuk menyebut
kelakuan yang tidak sesuaidengan mutu profesional yang tinggi, kebiasaan dan cara-cara
yang lazim digunakan.Melanggar etik kedokteran berarti juga melanggar prinsip-prinsip
moral, nilai-nilai dankewajiban yang menuntut diambilnya tindakan-tindakan berupa teguran,
skorsing ataudikeluarkan dari keanggotaan (profesi).Pada dasarnya etika dan hukum beranjak
dari landasan yang sama, yaitu moral.Pelanggaran terhadap norma dan nilai etik juga
dianggap pelanggaran terhadap norma.
Kasus
“Transplantasi vs Transaksi”
Seorang wanita usia 45 tahun, isteri seorang pejabat di sebuah provinsi telah dinyatakan
oleh dokter spesialis penyakit mengalami gagal ginajl sejak 5 ahun yang lalu. Sejak awal
dokter menyatakan bahwa alternatif terapinya adalah cuci darah atau transplantasi ginjal.
Pada dua tahun pertama kondisinya terkontrol baik sehingga pasien beserta keluarga masih
bisa hidup normal. Pada saat itu pasien dan suaminya memilih untuk melakukan cuci darah.
Pada awal tahun ke-3 kondisi pasien menurun cukup bermakna, sehingga dengan segala
pertimbangan pasien dan suami ingin melakukan transplantasi ginjal. Persoalan pertama yang
muncul adalah tidak mudah untuk mendapatkan calon donor. Anak dan keluarga pasien tidak
ada yang berkehendak (sukarela) melakukan donor. Secara kebetulan pasien maupun
keluarganya beberapa kali membaca “kerelaan” orang untuk menjadi donor ginjal seperti
yang ada dalam surat kabar dengan berbagai alasan.
MINGGU KLIWON 4 MARET 2007 (14 SAPAR 1940)
SAYA laki-laki dengan 1 istri dan 2 anak laki-laki. Anak pertma umur 8 tahun lahir
dengan operasi caesar, kondisi sehat. Anak kedua umur 3 tahun, lahir dengan operasi
caesar, kondisi sakit. Sewaktu istri saya hamil 2 bulan, ada kista di rahimnya dan dibuang
pada waktu anak saya lahir.
Selain dirawat inap juga rawat jalan hampir tiap hari. Saya juga sudah ke pengobatan
alternatif, ke mana saja sampaisaya harus kehilangan pekerjaan dan tabungan, tetapi
hasilnya tidak ada perubahan.deiagnosa penyakit anak saya ada kelainan di syaraf otak,
komplikasi paru-paru, ginjal dan saluran pencernaan. Kini berat badan anak saya semakin
menurun (sekitar 7 kg) dan kondisi lemas, berada di rumah, karena tidak ada biaya ke
rumah sakit dan karena saya belum mendapat pekerjaan. Mohon santuanan. Apabila ada
dermawan yang bersedia membiayai pengobatan anak saya sampai sembuh dan bisa
berjalan, saya akan berikan salah satu ginjal saya.
Pada saat konsultasi dengan dokter untuk langkah medis selanjutnta, dokter memahami
sulitnya mencari donor dan juga mengetahui cara keluarga mendapatkan calon donor
tersebut. Adalah menjadi dilema bagi dokter untuk melanjutkan proses transplantasi. Apabila
proses transplantasi benar-benar dilakukan, maka dokter telah terlibat pada jual beli organ
dan membiarkan kesalahan akibat ketiadaan sistem donasi organ tetap berlangsung. Namun
bila dibatalkan, pasien akan semakin parah kondisinya dan pihak keluarga terutama suami
akan sengat kecewa, karena upayanya selama ini sia-sia.
N Ranah/ Topik Kutipan Skenario Analisis
o
1. Humaniora Pada saat konsultasi dengan dokter Tindakan dokter sudah
kedokteran untuk langkah medis selanjutnya, tepat dengan melakukan
dokter memahami sulitnya mencari transplantasi, mengingat
donor dan juga mengetahui cara
kondisi pasien yang
keluarga mendapatkan calon donor
tersebut. makin memburuk jika
Namun bila dibatalkan, pasien akan transplantasi tidak cepat
semakin parah kondisinya dan pihak dilakukan.
keluarga terutama suami akan sengat
kecewa, karenaupayanya selama ini
sia-sia.
2. Etika Seorang wanita usia 45 tahun, isteri Autonomy, tampak ada
kedokteran seorang pejabat di sebuah provinsi telah dengan dokter
dinyatakan oleh dokter spesialis memberikan kesempatan
penyakit mengalami gagal ginajl sejak kepada pasien untuk
5 ahun yang lalu memilih tindakan medis
Sejak awal dokter menyatakan bahwa yang akan dilakukan.
alternatif terapinya adalah cuci darah Beneficience, ada sebab
atau transplantasi ginjal. dokter setidaknya
Pada saat itu pasien dan suaminya melakukan tindakan
memilih untuk melakukan cuci darah. untuk menyelamatkan
Pada saat itu pasien dan suaminya pasien.
memilih untuk melakukan cuci darah. Nonmaleficence, tidak
begitu nampak pada
kasus ini sebab kasusnya
nonemergency.
Justice, tidak nampak
pada kasus ini sebab
hanya ada satu orang
pasien.
Pada akhir tahun kelima keluarga Tindakan dokter tidak
pasien berhasil mendapatkan calon dibenarkan jika
donor yang cocok secara medis dan melakukan transplantasi
mereka melakukan “perjanjian ginjal, yang berarti dokter
transaksi”. melegalkan “transaksi
Apabila proses transplantasi benar- organ”, sedangkan untuk
benar dilakukan, maka dokter telah mendapatkan suatu donor
terlibat pada jual beli organ dan organ maka haruslah
membiarkan kesalahan akibat ketiadaan melalui sistem donasi
sistem donasi organ tetepa berlangsung organ.
3. Profesionalis Apabila proses transplantasi benar- Sebagai seorang yang
me benar dilakukan, maka dokter telah profesional di bidangnya
kedokteran terlibat pada jual beli organ dan harusnya seorang dokter
membiarkan kesalahan akibat ketiadaan
mampu memilih tindakan
sistem donasi organ tetap berlangsung
Bila dibatalkan, pasien akan semakin yang tepat untuk
parah kondisinya dan pihak keluarga pasiennya. Dalam hal ini,
terutama suami akan sengat kecewa, dokter dilegalkan
karena upayanya selama ini sia-sia. melakukan transplantasi
mengingat kondisi pasien
yang akan semakin parah
jika transplantasi tak
dilakukan.