Bahasa Arab Fusha Dan Amiyah

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 5

‫اللغة العربية الفصحي والعامية‬

BAHASA ARAB FUSHA DAN ‘AMIYAH


Oleh:
Athifah Chairunnisah (16310126)
Miftakhul Khafifah (16310051)

PENDAHULUAN
Sejumlah pakar berpendapat bahwa esensi berbahasa adalah menghasilkan rangkaian
kata-kata dalam kalimat bermakna sesuai dengan kaidah bahasa. Namun fakta menunjukan
bahwa berbahasa bukan hanya bagaimana menghasilkan kalimat-kalimat sesuai dengan
kaidah baku karena bahasa terbagi menjadi bahasa formal dan non-formal. Dalam percakapan
sehari-hari, seseorang yang menggunakan bahasa formal secara kaidah sudah benar, namun
hal itu dianggap kurang efektif ketika dibicarakan dalam kegiatan nonformal. Misalnya saja
di pasar atau di tempat nonformal (non-formal) lainnya. Karena itu, orang Arab lebih lebih
sering menggunakan bahasa ‘âmiyah dengan kelenturannya dalam berkomunikasi, tidak
seperti bahasa Arab fushhâ.

PEMBAHASAN
PENGERTIAN BAHASA, BAHASA ARAB, BAHASA FUSHAH, DAN BAHASA
ARAB FUSHA
Bahasa adalah suara-suara atau perkataan-perkataan yang digunakan oleh seluruh
kaum atau bangsa untuk mengungkapkan keinginannya (Ibnu Jinni w.391 M). Secara istilah
bahasa Arab adalah bahasa yang digunakan oleh sekelompok manusia yang berdomisili di
atas Negeri Gurun Sahara, Jazirah Arabiyah. Bahasa Arab merupakan bahasa Semitik dalam
rumpun bahasa Afro-Asiatik dan berkerabat dengan bahasa Ibrani dan bahasa-bahasa Neo
Arami yang telah dipergunakan di jazirah Arabia sejak berabad-abad1dan digunakan oleh
sebanyak 422 juta orang dengan 298 juta penutur asli dan 124 juta penutur asing.
Kata fasih dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi III berarti lancar, baik, dan
bersih lafalnya. Kefasihan atau al-Fasahah dalam pengertiannya secara umum (makna
sebenarnya dan asli, pengertian secara bahasa) adalah kejelasan. Hal ini sejalan dengan yang
dikatakan oleh Abu Hilal al-Askari;
2
"‫ الخ‬......‫"الشاهد على أنّها هي اإلظهار قول العرب أفصح الصبح إذا أضاء‬
Dan Q.S al-Qasas (34);
‫و أخي هارون هو أفصح منّي لسانا معي ردءا يصدّقني إنّي أخاف أن يكذّبني‬

1
Hasan Mustofa, Pengertian Bahasa Arab Fusha dan ‘Amiyah, Arabdroit (http://arabdroit.blogspot.co.id
diakses 14 Maret 2018)
2
Mubarakah Bilgits, Tesis Master, “Alaqatul Lughoh Al-Ammiyah bil Lughoh Al-Fusha” (Alwadi: Jamiah As-
Syahid Himmah Likhadr, 2015), 53
Bahasa Arab fusha dapat pula disebut sebagai bahasa musytarikah, atau bahasa
kitabah.3 Terjadi perbedaan pendapat di kalangan ulama Nahwu dan Balagah dalam
penafsiran bahasa Arab fusha. Perbedaan ini bisa difahami karena memang berbedanya kajian
kedua bidang ilmu tersebut. Ulama Nahwu mensyaratkan kefasehan bahasa Arab dengan
standar kebenaran secara kaidah bahasa Arab. Artinya, orang yang disebut fasih dalam
berbicara bahasa Arab adalah dia yang tidak lahn; tidak melenceng dari kaidah bahasa yang
sudah ditentukan. Sementara ulama Balagah menjadikan tiga standar utama untuk menilik
kefasehan bahasa Arab: dari aspek kata, kalimat dan pembicara.4
Bahasa Arab fusha adalah yang mengikuti aturan bahasa Arab dalam setiap
tingkatannya (fonologi, sintaksis, semantik, morfologi) tanpa kesalahan dan ketidakjelasan
dalam penyampaiannya. Dapat diambil kesimpulan lagi bahwa bahasa Arab fusha adalah
bahasa al-Qur’an dan hadits yang digunakan hingga saat ini dalam urusan serta perkara resmi
juga dalam pembuatan puisi, prosa, serta produk kreatif umum (masyarakat)5

PROSES PEMBENTUKAN DAN PERKEMBANGAN BAHASA ARAB FUSHA


Dalam buku Fiqh Lughoh al-Arabiyyah yang dikarang oleh Auril Bahruddin
dikatakan bahwa bahasa Arab fusha adalah bahasa yang digunakan oleh orang Quraisy,
karena mereka dianggap sebagai kaum yang paling baik kefasihannya. Para ahli bahasa
mengatakan bahwa standar bahasa Arab fusha adalah bahasa yang dibawa kaum Quraisy6 Hal
ini dapat disebabkan karena kaum Quraisy adalah kaum yang terpilih sebagai kaum
Muhammad yang menerima wahyu al-Qur’an, serta pemukimannya yang berlokasi di
Makkah yang selalu dikunjungi untuk keperluan haji, sehingga mereka berinteraksi dengan
para pengembara dan melayaninya. Selain itu, kaum Quraisy adalah kaum yang terkenal
dengan syair-syairnya.
Bahasa Arab fusha dikatakan muncul sebelum datangnya Islam dan pengutusan nabi,
yaitu di permulaan abad ke-2 M karena telah digunakan oleh para pendahulu bangsa Arab7
sedangkan dalam al-Lahajaat al-Arabiyyah Bayna al-Fusha wal Ammiyah mengatakan
muncul di pertengahan abad ke-2 M.
Setelah diutusnya nabi, mulailah muncul perhatian terhadap al-Qur’an yang
menyebabkan perkembangan serta penyempurnaan bahasa Arab. Meliputi munculnya ilmu-
ilmu kebahasaan seperti nahwu, sharaf, pembuatan kamus dsb yang lalu menjadi seperti
bahasa Arab yang kita kenal sekarang.
Bahasa Arab fusha pada masa ini adalah bahasa resmi yang digunakan Negara-negara
Arab, salah satu bahasa internasional yang banyak digunakan, serta dipelajari secara
mendalam hingga di berbagai belahan dunia.

3
Ahmad Abdurrahim Ahmad Faraj, Tesis Doktor, “Al-Lahajaat Al-Arabiyyah Bayna Al-Fusha wal Ammiyah”
(Jazan: Jami’ah Jazan,-), 145
4
Bagus, Fasih Berbahasa Arab Menurut Beberapa Ilmu, Blogspot (http://muhammadbagusjazuli.blogspot.co.id
diakses 14 Maret 2018)
5
Mubarakah, Op. Cit., 55
6
Ahmad, Op. Cit., 152
7
Mubarakah, Op.Cit., 56
SUMBER KEBUTUHAN BAHASA ARAB FUSHA
Sumber kebutuhan bahasa Arab yang digunakan para ahli bahasa Arab dalam
menyempurnakan serta menyusunnya terbagi menjadi 3; 1)al-Qur’an, 2) Hadits 3) perkataan
orang Arab.
Semua kalimat yang terdapat dalam ayat-ayat al-Qur’an semuanya adalah fasih walau
hingga ke bentuknya yang paling aneh/ tidak beraturan. Sedangkan untuk hadits, ia dijadikan
sebagai sumber yang digunakan oleh para ahli nahwu karena hadits-hadits tersebut yang
isinya jelas merupakan riwayat.
Berdasarkan kalam Arab para ahli bahasa membaginya sesuai dengan perkembangan
syair atau sastra disana, diantaranya;1) jahili, 2)sebelum islam 3)islami 4) modern.8

PENGERTIAN BAHASA ARAB AMIYAH


Bahasa Arab Amiyyah adalah bahasa yang sering digunakan dalam aktivitas sehari
hari yang berbentuk non-formal. 9
Dalam buku Fiqh Lughoh al-Arabiyyah yang dikarang oleh Auril Bahruddin
dikatakan bahwa ungkapan 'Amiiyah bisa menjadi bahasa yang berlaku sesuai dengan pokok,
selama terpenuhi penjelas-penjelas bahasa, yang menyerupai aturan suara (phonetic),
pembentukam suara (phonology), pembentukan kata (morphology), aturan kalimat (syntax),
penunjukan lafadz yaitu makna (semantics). Dan semua unsur-unsur pokok yang membentuk
"‫( "الهجة‬logat) yaitu suara, kata, kalimat dan makna. Setiap unsur dari itu semua diperlakukan
untuk metode ilmiyah secara tersendiri. Hal ini dikuatkan oleh peneliti bahasa dan sejarah. 10

MUNCULNYA BAHASA AMIYAH


Di jaman pra-islam, masyarakat Arab mengenal stratifikasi kefasihan bahasa. Kabilah
yang dianggap paling fasih di banding yang lain adalah Quraisy yang dikenal sebagai surat
al-Arab (pusatnya masyarakat Arab). 11
Kefasihan berbahasa itu terus terpelihara hingga meluasnya ekspansi Islam ke luar
jazirah dan masyarakat Arab mulai berinteraksi dengan masyarakat bangsa lain. Dalam
proses interaksi dan berbagai transaksi sosial lainnya itu terjadi kesalingpengaruhan
antarbahasa. Masyarakat `ajam belajar berbahasa Arab, dan masyarakat Arab mulai mengenal
bahasa mereka. Intensitas interaksi tersebut lambat laun mulai berimbas pada penggunaan
bahasa Arab yang mulai bercampur dengan beberapa kosakata asing, baik dengan atau tanpa
proses pengaraban (ta'rib). Pertukaran pengetahuan antar mereka juga berpengaruh pada
pertambahan khazanah bahasa Arab khususnya menyangkut hal-hal yang sebelumnya tidak
diketahui masyarakat Arab ketika hidup terisolasi dari bangsa lain. Masyarakat non-Arab
juga kerap melakukan kesalahan dalam menggunakan bahasa Arab. Fenomena ini kemudian

8
Auril Bahruddin, Fiqhul Lughoh Al-Arabiyyah, (Malang: UIN Malang PrSess, 2009), 190
9
Fariz Mirza Abdillah, Perbedaan Fushah dan Amiah, Blogspot (http://ithla-
id.blogspot.co.id/2016/02/perbedaan-fushah-dan-amiah-dalam-bahasa.html, 14 Maret 2018)
10
Auril Bahruddin, Fiqhul Lughoh Al-Arabiyyah, (Malang: UIN Malang PrSess, 2009), 177
11
Achmad Tohe, Bahasa Arab Fusha dan Amiyah, (Jurnal Bahasa dan Seni: tahun 33, no. 2, Agustus 2005), 205
makin meluas melalui transaksitransaksi sosial, misalnya dalam aktivitas ekonomi di pasar-
pasar terutama sejak abad ke-5 H. (Al-Rafi'i, 1974:244-245).
Fenomena penyimpangan bahasa (lahn) adalah cikal bakal lahirnya bahasa amiyah,
bahkan ia disebut sebagai bahasa amiyah yang pertama. Berbeda dengan dialek-dialek bahasa
Arab yang digunakan di sejumlah tempat lokal, bahasa amiyah dianggap sebagai suatu
bentuk perluasan bahasa yang tidak alami (Al-Rafi'i, 1974:234). Masyarakat mulai
mencampuradukkan bahasa asli mereka dengan bahasa-bahasa serapan, tanpa melakukan
pemilahan.

SERUAN BERBAHASA AMIYAH


Secara garis besar, pemikiran-pemikiran yang mendasari berbagai seruan penggunaan
bahasa amiyah dan meninggalkan bahasa fusha oleh Ya'kub (1982:154-155) digambarkan
sebagai berikut:12
Pertama, bahasa fusha adalah bahasa generasi yang telah lewat sehingga tidak mampu
mengungkapkan realitas kehidupan mutakhir secara utuh. Berbeda dengan bahasa amiyah
yang mudah dan banyak digunakan orang dalam keseharian mereka, bahasa fusha adalah
bahasa yang baik pembelajaran maupun pengajarannya dianggap sulit karena tata bahasa dan
kosa katanya yang sulit.
Kedua, kenyataan bahwa sebagian masyarakat muslim tidak menggunakan bahasa Arab
dalam berbicara dan menulis. Oleh karenanya tidak perlu ada ketergantungan kepada bahasa
Arab. Sedangkan bahasa Al-Qur'an, yang selama ini dijadikan alasan untuk tidak
meninggalkan bahasa Arab fusha, tetap dilestarikan melalui para pakar agama dan bahasa.
Ketiga, asumsi bahwa berpegang kepada bahasa amiyah lebih efisien dan ekonomis
dibanding waktu dan tenaga yang dihabiskan untuk mempelajari bahasa fusha dan kaidah-
kaidahnya.
Keempat, salah satu faktor penting penyebab ketertinggalan masyarakat adalah perbedaan
antara bahasa tulis dan bahasa lisan. Penggunaan bahasa amiyah adalah solusi bagi
ketertinggalan itu secara umum, dan bagi problem diglosia secara khusus, yang pada tingkat
tertentu bisa jadi sudah sampai pada yang disebut bilingualisme.

PERLAWANAN TERHADAP SERUAN MENUJU BAHASA AMIYAH


Ajakan untuk meninggalkan bahasa fusha dan menggantinya dengan bahasa amiyah
memperoleh perlawanan yang tak kalah sengit dari kalangan yang ingin menjaga kelestariam
bahasa fusha. 13
Kelompok pendukung bahasa fusha menyatakan bahwa seruan kepada bahasa amiyah
membawa bahaya yang sangat besar. Di antara bahaya itu menurut Ya'kub (1982:169-170):
Pertama, seruan itu akan menghancurkan khazanah intelektual Arab dan tidak menghargai
upaya-upaya yang dilakukan oleh ulama Arab terdahulu. Jika bahasa amiyah diberlakukan

12
Achmad Tohe, Op. Cit., 221
13
Achmad Tohe, Op. Cit., 212
maka lambat laun bahasa fusha, termasuk di dalamnya Al-Qur'an dan Hadis, tidak akan
dipahami lagi.
Kedua, jika bahasa amiyah digunakan maka masyarakat Arab harus menerjemahkan Al-
Qur'an ke dalam bahasa itu. Jika penerjemahan itu dilakukan maka akan sebagian besar
nuansa Al-Qur'an yang berbahasa Arab fusha itu akan hilang.
Ketiga, bahasa amiyah tidak dapat dijadikan pegangan karena di dalam dirinya terdapat
begitu banyak ragam dan perbedaan. Masing-masing masyarakat dan tempat memiliki bahasa
amiyah sendiri. Kesulitan terjadi ketika harus memilih bahasa mana yang akan dijadikan
sebagai bahasa bersama.
Keempat, jika masing-masing kelompok masyarakat tetap bersikukuh dengan dialek
lokalnya, maka hal itu tentu akan sangat melemahkan hubungan antara kelompok masyarakat
Arab yang satu dengan yang lain. Bahasa fusha telah terbukti menjadi perekat yang efektif,
bahkan salah satu yang terpenting, untuk terjadinya perpecahan masyarakat.

PENUTUP
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut: Di jaman pra-
islam masyarakat memiliki bermacam-macam dialek akibat perbedaan tempat tinggal dan
kebutuhan sosial-budaya masing-masing kabila. Setelah datangnya Islam, masyarakat Arab
lebih suka menggunakan bahasa fusha yang digunakan oleh Al-Qur'an dan hadis Nabi, dalam
rangka makin memperkokoh persatuan antar mereka. Sejak dilakukannya ekspansi Islam ke
luar jazirah Arab dan masyarakat Arab mulai berinteraksi dengan orang ajam (non-Arab)
maka terjadi penyimpangan bahasa yang semakin meluas, tidak saja dalam bahasa lisan tetapi
juga bahasa tulis. Karena bahasa amiyah dianggap lebih mudah, fleksibel dan aktual
dibanding bahasa fusha maka timbullah seruan untuk menggunakannya dan meninggalkan
bahasa fusha. Tetapi seruan ini memperoleh perlawanan sengit dari sebagian masyarakat
yang mendukung pelestarian bahasa fusha sebagai bahasa agama dan bahasa persatuan.
Untuk mengatasi masalah itu perlu dilakukan perbaikan dalam hal pembelajaran bahasa Arab
secara umum, khususnya mengenai penyajian tata bahasa Arab fusha yang lebih
disederhanakan, memperbaiki strategi dan media pembelajarannya, memperbanyak bukubuku
bacaan sederhana untuk anak dalam berbagai bidang dalam bahasa fusha, dan lain
sebagainya. Wallahua'lam.

DAFTAR PUSTAKA
1. Bahruddin, Auril. 2009. Fiqih Al-Lughoh Al-Arabiyyah. Malang: UIN Malang Press.
2. Mubarakah Bilgits, Tesis Master. Alaqatul Lughoh Al-Ammiyah bil Lughoh Al-Fusha.
Alwadi: Jamiah As-Syahid Himmah Likhadr, 2015.
3. Ahmad Abdurrahim Ahmad Faraj, Tesis Doktor. Al-Lahajaat Al-Arabiyyah Bayna Al-
Fusha wal Ammiyah. Jazan: Jami’ah Jazan.
4. Tohe, Achmad. 2005. Bahasa Arab Fusha dan Amiyah serta Problematikanya. Jurnal
Bahasa dan Seni, Tahun 33, Nomor 2, Agustus 2005.
5. Mufrodi. 2015. Fonologi dan Morfologi Bahasa Arab ‘Amiyah Mesir. Jurnal
Pendidikan Bahasa Arab dan Kebahasaaraban, Volume 2, Nomor 2, Desember 2015.
6. http://ithla-id.blogspot.co.id/2016/02/perbedaan-fushah-dan-amiah-dalam-bahasa.html
7. http://muhammadbagusjazuli.blogspot.co.id
8. http://arabdroit.blogspot.co.id

Anda mungkin juga menyukai