Jawahirul Balaghah Terjemah-1 PDF
Jawahirul Balaghah Terjemah-1 PDF
Jawahirul Balaghah Terjemah-1 PDF
PENDAHULUAN
TUJUAN
Setelah mengikuti perkuliahan ini diharapkan
mahasiswa dapat menjelaskan pengertian
ma’âni, objek kajiannya dan manfaat
mempelajarinya.
BAHASAN
A. Pengertian Ma’âni
Kata ma’âni merupakan bentuk
jamak dari ()ﻣﻌــﲎ. Secara leksikal kata
1
Sedangkan menurut istilah, ilmu
ma’âni adalah ilmu untuk mengetahui hal-
ihwal lafazh bahasa Arab yang sesuai
dengan tuntutan situasi dan kondisi
2
dikembangkan oleh Abd al-Qâhir al-
Jurzâni.
3
ilmu ma’âni. Dalam ilmu nahwu dibahas
masalah taqdîm dan ta’khîr, hadzf, dan
dzikr. Hal-hal tersebut juga merupakan
objek kajian dari ilmu ma’âni.
Perbedaan antara keduanya terletak
pada wilayahnya. Ilmu nahwu lebih
bersifat mufrad (berdiri sendiri), tanpa
terpengaruh oleh faktor lain seperti
keadaan kalimat-kalimat di sekitarnya.
Sedangkan ilmu ma’âni lebih bersifat
tarkîbi (tergantung kepada factor lain).
Hasan Tamam menjelaskan bahwa tugas
ahli nahwu hanya sebatas mengotak-ngatik
kalimat dalam suatu jumlah, tidak sampai
melangkah kepada jumlah yang lain.
Kajian dalam ilmu ma’âni adalah
keadaan kalimat dan bagian-bagiannya.
Kajian yang membahas bagian-bagian
berupa musnad-musnad ilaih dan fi’il
4
muta’allaq. Sedangkan objek kajian dalam
bentuk jumlah meliputi fashl, washl, îjâz,
ithnâb, dan musâwah.
Secara keseluruhan ilmu ma’âni
mencakup delapan macam, yaitu:
(5) ﺍﻟﻘﺼﺮ
(6) ﺍﻹﻧﺸﺎﺀ
(7) ﻭﺍﻟﻮﺻﻞ ﺍﻟﻔﺼﻞdan
(8) ﺍﻹﳚﺎﺯ ﻭﺍﻹﻃﻨﺎﺏ ﻭﺍﳌﺴﺎﻭﺍﺓ .
Kalimat dalam bahasa Arab disebut
al-jumlah. Dalam kaca mata ilmu nahwu
dan dari sisi tarkîb (struktur), al-jumlah itu
terdiri dari dua macam, yaitu jumlah
ismiyah (kalimat nominal) dan jumlah
5
fi’liyah (kalimat verbal). Dilihat dari segi
fungsinya, al-jumlah itu banyak sekali
ragamnya.
1. Jumlah ismiyah (kalimat nominal)
Pengertian jumlah ismiyyah menurut
para pakar nahwu adalah sbb:
6
Jumlah ismiyah ialah kalimat yang
tersusun dari mubtada dan khabar.
Jumlah ismiyah menurut asalnya
digunakan untuk menetapkan sesuatu
terhadap sesuatu tanpa memperdulikan
kontinuitas dan pembaharuan. Hal itu,
apabila khabar-nya terdiri dari ism fâ’il
atau ism maf’ûl, seperti ungkapan:
ﻭﺃﻧﻮﺍﻋﻬﺎ ﳐﺘﻠﻔﺔ
Sifat mukhtalifah adalah sifat yang
melekat pada anwâ’uha, maka dengan
jumlah itu ditujukan untuk menetapkan
sifat mukhtalifah kepada anwâ’uha
tanpa pembatasan waktu (lampau,
sedang atau akan).
Lain halnya jika khabar-nya terdiri dari
fi’il, seperti:
7
ﻭﺃﻧﻮﺍﻋﻬﺎ ﺍﺧﺘﻠﻔﺖ
Kata ikhtalafat adalah fi’il al-mâdhî,
maka ungkapan di atas mengandung
arti: Macam-macamnya telah berbeda
(waktu lampau).
Pada jumlah ismiyah (kalimat nominal),
mubtada ditempatkan pada permulaan
kalimat, sedangkan khabar ditempatkan
sesudahnya, seperti:
ﺕ
ﺎﺤ ﹶﻜﻤ
ﻣ ﺕ
ﺎﻪ ﺁﻳ ﻴﻓ
8
sebagaiﻓﻴ ﻪ Pada contoh ini, maka
khabar dan ﺕ
ﺤ ﹶﻜﻤﺎ
ﺕ ﻣ
sebagaiﺁﻳﺎ
mubtada.
9
ﺑﺎﻟﺬﺍﺕ ،ﺃﻯ ﻻﲡﺘﻤﻊ ﺃﺟﺰﺍﺅﻩ ﰱ ﺍﻟﻮﺟﻮﺩ ﻛﺎﻥ
ﺍﻟﻔﻌﻞ ﻣﻊ ﺇﻓﺎﺩﺗﻪ ﺍﻟﺘﻘﻴﻴﺪ ﺑﺄﺣﺪ ﺍﻷﺯﻣﻨﺔ ﺍﻟﺜﻼﺛﺔ
ﻣﻔﻴﺪﺍ ﻟﻠﺘﺠﺪﺩ ﺃﻳﻀﺎ .ﳓﻮ" :ﺍﺷﺮﻗﺖ ﺍﻟﺸﻤﺲ
ﻭﻗﺪ ﻭﱄ ﺍﻟﻈﻼﻡ ﻫﺎﺭﺑﺎ" ﻓﻼ ﻳﺴﺘﻔﺎﺩ ﻣﻦ ﺫﻟﻚ ﺇﻻ
ﺛﺒﻮﺕ ﺍﻹﺷﺮﺍﻕ ﻟﻠﺸﻤﺲ ،ﻭﺫﻫﺎﺏ ﺍﻟﻈﻼﻡ ﰱ
ﺍﻟﺰﻣﺎﻥ ﺍﳌﺎﺿﻲ .ﻭﻗﺪ ﺗﻔﻴﺪ ﺍﳉﻤﻠﺔ ﺍﻟﻔﻌﻠﻴﺔ
ﺍﻹﺳﺘﻤﺮﺍﺭ ﺍﻟﺘﺠﺪﺩﻱ ﺷﻴﺌﺎ ﻓﺸﻴﺌﺎ ﲝﺴﺐ ﺍﳌﻘﺎﻡ
ﻭﲟﻌﻮﻧﺔ ﺍﻟﻘﺮﺍﺋﻦ ،ﻻ ﲝﺴﺐ ﺍﻟﻮﺿﻊ -ﺑﺸﺮﻁ ﺃﻥ
ﻳﻜﻮﻥ ﺍﻟﻔﻌﻞ ﻣﻀﺎﺭﻋﺎ.
Jumlah fi’liyah ialah kalimat yang
terdiri dari fi’il dan fâ’il atau fi’il dan
naib fâ’il. Jumlah fi’liyah mengandung
makna pembatasan waktu, yaitu waktu
lampau, sedang dan akan.
Pada jumlah fi’liyah (kalimat verbal),
fi’il (verba) itu dapat berbentuk aktif
dan pasif.
10
Contoh jumlah fi’liyah dengan verba
aktif seperti
ﺐ
ﺗﻭ ﺐ
ﻬ ﹴ ﻲ ﹶﻟ ﺍ ﹶﺃﹺﺑﻳﺪ ﺖ
ﺒﺗ
11
sedangkan fi’il mudhâri (kata kerja
untuk waktu sedang dan akan, juga
untuk perbuatan rutin) membentuk
tajaddud (pembaharuan), contoh seperti
12
Sedangkan Jumlah manfiyah (kalimat
negatif) merupakan lawan dari kalimat
positif, yaitu kalimat yang meniadakan
hubungan antara subjek dan predikat,
seperti contoh berikut:
… ﷲ
ُ ﺎ َﺀ ﺍﺎ ﺷ ﹺﺇ ﱠﻻ ﻣ،ﻰﻨﺴﺗ ﻼ
ﻚ ﹶﻓ ﹶ
ﻨ ﹾﻘ ﹺﺮﹸﺋﺳ
(7-6 : 87 ،)ﺍﻷﻋﻠﻰ
Kami akan membacakan (Alquran)
kepadamu (Muhammad), maka kamu
tidak akan lupa, kecuali kalau Allah
menghendaki …” (Q.S al-‘A’lâ: 6-7)
13
mempelajari ilmu ini dapat memberi
manfaat sbb:
a. Mengetahui kemukjizatan Alquran
berupa segi kebagusan penyampaian,
keindahan deskripsinya, pemilihan
diksi, dan penyatuan antara sentuhan
dan qalbu.
b. Menguasai rahasia-rahasia ketinggian
dan kefasîhan bahasa Arab baik pada
syi’ir maupun prosanya. Dengan
mempelajari ilmu ma’âni kita bisa
membedakan mana ungkapan yang
benar dan yang tidak, yang indah dan
yang rendah, dan yang teratur dan yang
tidak.
RANGKUMAN
1. Kata ma’ani merupakan bentuk jamak dari
kata ‘’ ﻣﻌﲎ. Secara leksikal kata tersebut
bermakna arti atau makna.
14
Sebagai sebuah disiplin ilmu ia
mempelajari bagaimana agar ungkapan
itu sesuai dengan tuntutan situasi dan
kondisi.
2. Objek kajian ilmu ini mencakup tatanan
kalimat dan bagian-bagiannya. Pada
tatanan kalimat ilmu ini mengkaji
masalah fash dan washl, îjâz musawât dan
ithnâb. Sedangkan pada tatanan bagian
kalimat, ilmu ini membahas musnad dan
musnad ilaih, dan muta’âliqah al-fi’l.
3. Manfaat yang diperoleh jika kita
mempelajari ilmu ini adalah dapat
mengapresiasi ketinggian bahasa Alquran
dan bahasa Arab.
15
TUGAS TERSTRUKTUR
1. Menjelaskan pengertian ma’âni baik secara
leksikal maupun dalam terminology ilmu
balâghah
2. Menjelaskan kajian ilmu ma’âni
3. Menjelaskan manfaat mempelajari ilmu
ma’âni
16
BAB II
MUSNAD DAN MUSNAD ILAIH
TUJUAN
Setelah perkuliahan diharapkan mahasiswa
dapat menjelaskan pengertian musnad, dan
musnad ilaih.
BAHASAN
Jumlah atau kalâm paling tidak
terdiri dari dua unsur. Kedua unsur tersebut
dalam ilmu ma’âni adalah musnad dan
musnad ilaih. Dalam ilmu ushul fiqh musnad
biasa dinamakan mahkum bih dan musnad
ilaih dinamakan mahkum ‘alaih. Sedangkan
dalam ilmu nahwu posisi musnad dan
musnad ilaih bervariasi tergantung bentuk
jumlah dan posisinya dalam kalimat. Dalam
istilah gramatika bahasa Arab dikenal istilah
17
‘umdah dan fadhlah. ‘Umdah adalah unsur-
unsur utama dalam struktur suatu kalimat,
sedangkan fadllah adalah pelengkap. Fadhlah
dalam istilah ilmu ma’âni dinamakan qayyid.
Kaitan antara musnad dan musnad
ilaih dinamakan isnâd. Isnâd adalah
penisbatan suatu kata dengan kata lainnya
sehingga memunculkan penetapan suatu
hukum atas yang lainnya baik bersifat positif
maupun negatif. Contoh:
ﻪ ﻚ ﹶﻟ
ﺷ ﺪ ﹶﻻ ﺣ ﺍﻪ ﻭ ﺍﻟﱠﻠ
Pada contoh di atas ada dua unsur
utama, yaitu kata ‘ﻪ ’ﺍﻟﱠﻠdan ‘ﺪ ﺣ
ﺍ’ﻭ. Makna dari
18
A. Musnad Ilaih
Secara leksikal musnad ilaih
bermakna yang disandarkan kepadanya.
Sedangkan secara terminologis musnad
ilaih adalah,
19
2) nâib al- fâ’il;
ﻛﺘﺐ ﻋﻠﻴﻜﻢ ﺍﻟﺼﻴﺎﻡ
3) mubtada:
ﺍﷲ ﻧﻮﺭ ﺍﻟﺴﻤﺎﻭﺍﺕ ﻭﺍﻷﺭﺽ
4) isim ‘ ’ﻛﺎﻥdan sejenisnya;
ﻭﻛﺎﻥ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻤﺎ ﺣﻜﻴﻤﺎ
5) isim ‘ ’ﺇﻥdan sejenisnya;
ﺇﻥ ﺍﳌﻨﺎﻓﻘﲔ ﻟﻜﺎﺫﺑﻮﻥ
6) maf’ûl pertama ‘ ’ﻇﻦdan sejenisnya;
ﻇﻦ ﺍﻷﺳﺘﺎﺫ ﳏﻤﺪﺍ ﻏﺎﺋﺒﺎ
7) maf’ûl kedua dari ‘ ’ﺃﺭﻯdan sejenisnya.
ﺭﺃﻳﺖ ﺃﻥ ﺍﻟﻄﻼﺏ ﳎﺘﻬﺪﻳﻦ ﺩﺭﺍﺳﺘﻬﻢ
B. Musnad
Musnad adalah sifat, fi’il atau sesuatu
yang bersandar kepada musnad ilaih.
Musnad berada pada tempat-tempat
berikut ini:
1. Khabar mubtada
ﺍﳉﺎﻣﻌﺔ ﻣﺸﻬﻮﺭﺓ
20
2. Fi’il-tâm
ﺃﺭﺳﻞ ﺍﷲ ﺭﺳﻮﻟﻪ ﺑﺎﳍﺪﻯ
3. Isim fi’il
ﺣﻰ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺼﻼﺓ
4. Khabar ‘ ’ﻛﺎﻥdan akhwât-nya
RANGKUMAN
1. Musnad adalah suatu sifat, kata kerja atau
sesuatu yang bersandar kepada musnad
ilaih. Tempat-tempat musnad adalah
21
khabar mubtada, fi’il tâm, isim fi’il,
khabar kâna’ dan akhwât-nya, khabar
inna dan akhwât-nya, maf’ûl kedua dari
dzonna, maf’ûl ketiga dari arâ.
2. Musnad ilaih adalah mubtada yang
mempunyai khabar, fâ’il, naib al-fâ’il,
dan beberapa isim nawâsikh. Tempat-
tempat musnad ilaih dalam kalimat
adalah fâ’il, nâib al-fâ’il, mubtada, isim
kâna, isim inna, maf’ûl pertama dzanna,
maf’ûl kedua arâ.
TUGAS TERSTRUKTUR
1. Menjelaskan tempat-tempat musnad ilaih
pada kalimat berikut contohnya
2. Menjelaskan tempat-tempat musnad pada
kalimat berikut contohnya
22
BAB III
MEMA’RIFATKAN DAN
MENAKIRAHKAN MUSNAD ILAIH
TUJUAN
Setelah perkuliahan diharapkan mahasiswa
dapat menjelaskan masalah-masalah yang
berkaitan dengan mema’rifatkan musnad
ilaih dan menakirahkannya
BAHASAN
A. Mema’rifatkan Musnad Ilaih
Dalam konteks-konteks tertentu
musnad ilaih perlu dima’rifatkan.
Konteks-konteks tersebut menunjukkan
tujuan yang dimaksudkannya.
Mema’rifatkan musnad ilaih bisa dengan
berbagai cara, seperti dengan
mengungkapkan nama, dengan
23
menggunakan isim maushûl, dan dengan
isim isyârah. Masing-masing dari cara
pen-takrif-an tersebut mempunyai
tujuannya masing-masing.
1. Mema’rifatkan musnad ilaih dengan
isim alam
Mema’rifatkan dengan cara ‘alamiyah
(menyebut nama) mempunyai beberapa
tujuan sbb:
a) Menghadirkan dzat kepada ingatan
pendengar seperti firman Allah
dalam surah al-Ikhlash ayat 1,
ﻗﻞ ﻫﻮ ﺍﷲ ﺃﺣﺪ
b) Memulyakan atau menghinakan
musnad ilaih, seperti contoh di
bawah ini,
24
c) Optimis dan berharap yang baik
25
Engkaulah yang mengingkariku’ apa
yang engkau janjikan padaku,
Dan telah kecewa lantaran aku,
orang yang mencela kepadamu”.
26
b) mengingatkan bahwa musnad ilaih
layak mempunyai sifat-sifat yang
akan disebut setelah isim isyarah,
contoh:
27
ﻭﻣﺎ ﻫﺬﻩ ﺍﳊﻴﺎﺓ ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ ﺇﻻ ﳍﻮ ﻭﻟﻌﺐ
(64:)ﺍﻟﻌﻨﻜﺒﻮﺕ
Demikian juga kata ‘ ’ﺫﻟﻚyang
28
(Inilah barang dagangan kita)
b) Menjelaskan keadaan musnad
ilaih dalam jarak sedang, contoh:
ﺫﺍﻙ ﻭﻟﺪﻯ
(Itulah anakku).
c) Menjelaskan keadaan musnad
ilaih dalam jarak jauh, contoh:
29
ﺫﻟﻚ ﺍﻟﻜﺘﺎ ﺏ ﻻ ﺭﻳﺐ ﻓﻴﻪ
Kitab Alquran itu tidak ada
keraguan didalamnya “.( al-
Baqarah; 2).
30
h) Menyindir kebodohan mukhâthab,
31
4. Mema’rifatkan musnad ilaih dengan
isim maushûl
Mema’rifatkan musnad ilaih dengan
isim maushûl mempunyai tujuan-tujuan
sbb:
a) Sangat tidak baik jika digunakan
dengan cara sharîh (jelas) seperti
firman Allah, surah Yusuf ayat 3,
32
# ﻪ ﻴﻓ ﻳ ﹸﺔﺒ ﹺﺮﺕ ﺍﹾﻟ
ﺭ ﺣﺎ ﻯ
ﺬ ﻭﺍﱠﻟ
ﺩ ﻤﺎ ﺟ ﻦ ﻣ ﺙ
ﺪ ﹲ ﺤ
ﺘﺴ
ﻣ ﻮﺍ ﹲﻥ ﻴﺣ
Makhluk dimana manusia, bingung
terhadapnya,
Adalah binatang yang tercipta, dari
benda tak bernyawa
33
serupa juga dengan kamu”.(al-
A’raf;194)
34
f) Mengejutkan karena mengagungkan/
menghina.Contoh;
35
i) Mencela.Contoh ;
j) Menunjukan keseluruhan.Contoh;
k) Menyamarkan. Contoh ;
ﻟﻜﻞ ﻧﻔﺲ ﻣﺎ ﻗﺪﻣﺖ
Bagi setiap jiwa akan mendapat
balasannya apa yang telah ia
kerjakan.
36
bahasa Arab. Ada dua jenis ( )ﺍﻝyang
37
Kedua adalah al li al-jins, yaitu artikel
‘ ’ﺍﻝberfungsi untuk menunjukkan jenis
38
b) Mengisyarahkan hakikat yang samar.
Contoh;
39
Maksud pada ungkapan di atas raja
mengumpulkan para pedagang
kerajaanya, bukan pedagan dunia
seluruhnya.
6. Mema’rifatkan musnad ilaih dengan
idhâfah
Salah satu bentuk dalam mema’rifatkan
musnad ilaih adalah dengan idhâfah.
Dengan di-idhafat-kan pada kata lain
suatu kata yang asalnya nakirah
berubah menjadi ma’rifat.
Ada beberapa tujuan mema’rifatkan
musnad ilaih dengan diidhafatkan pada
salah satu isim ma’rifat, yaitu ;
a) Sebagai cara singkat guna
menghadirkan musnad ilaih di hati
pendengar, contoh:
ﺟﺎﺀ ﻏﻼﻣﻰ
40
(Pembantu mudaku telah datang)
b) Menghindarkan kesulitan
membilang-bilang;
41
d) Mengagungkan mudhaf dan mudhaf
ilaih. Contoh;
ﺍﻷ ﻣﲑ ﺗﻠﻤﻴﺬﻱ
Sang Raja adalah muridku
e) Meremehkan. Contoh;
ﻳﺎ ﺭﺟﻞ
(Hai seorang laki-laki!).
42
b) Mengisyarahkan kepada alasan
untuk sesuatu yang diharapkan,
contoh:
43
1. Nakirah yang menunjukkan jenis,
44
3. Nakirah menunjukkan sedikit, seperti
firman Allah dalam surah al-Taubah :
72,
45
Pada contoh diatas nama dari musnad
ilaih tidak disebutkan bahkan
disamarkan, agar ia tidak ditimpa hal
yang menyakitkan.
5. Bertujuan untuk makna mufrad
(tunggal);
6. Menjelaskan jenis/macamnya ;
46
RANGKUMAN
1. Mema’rifatkan musnad ilaih artinya
menentukan musnad ilaih, caranya
dengan menambahkan al, dhamîr, isim
isyarah, idhafah, dan nidâ.
2. Dalam konteks-konteks tertentu kadang-
kadang musnad ilaih perlu dinakirahkan
(tidak tentu). Penakirahan musnad ilaih
tentunya mempunyai tujuan-tujuan
tertentu. Di antara tujuan penakirahan
musnad ilaih adalah menunjukkan jenis
sesuatu, menunjukkan banyak, dan
menunjukkan sedikit.
TUGAS TERSTRUKTUR
1. Menjelaskan cara-cara mema’rifatkan
musnad ilaih
2. Menjelaskan cara-cara menakirahkan
musnad ilaih
47
BAB IV
MENYEBUT DAN MEMBUANG
MUSNAD ILAIH
TUJUAN
Setelah perkuliahan diharapkan mahasiswa
dapat menjelaskan masalah-masalah yang
berkaitan dengan menyebut dan membuang
musnad ilaih.
BAHASAN
A. Menyebut Musnad Ilaih
Al-Dzikr secara leksikal bermakna
menyebut. Sedangkan dalam terminologi
ilmu balâghah al-dzikr adalah menyebut
musnad ilaih. Al-Dzikr merupakan
kebalikan dari al-hadzf. Contoh,
48
Dalam praktek berbahasa, al-dzikr
mempunyai beberapa tujuan, yaitu:
1. Al-Îdhâh wa al-tafrîq (menjelaskan dan
membedakan)
Penyebutan musnad ilaih pada suatu
kalimat salah satunya bertujuan untuk
menjelaskan subjek pada suatu nisbah.
Jika musnad ilaih itu tidak disebutkan
maka tidak akan muncul kesan
kekhususannya. Contoh,
ﳏﻤﺪ ﳏﺎﺿﺮ
sebagai jawaban dari
ﻣﻦ ﺍﶈﺎﺿﺮ؟
2. Ghabâwah al-mukhâthab (menganggap
mukhâthab bodoh)
Mutakallim yang menganggap
mukhâthab tidak tahu apa-apa ia akan
menyebut musnad ilaih pada suatu
kalimat yang ia ucapkan. Dengan
49
menyebut musnad ilaih, mukhâthab
mengetahui fâ’il, mubtada, atau fungsi-
fungsi lain yang termasuk musnad ilaih.
Demikian juga akan terhindar dari
kesalahfahaman mukhâthab pada
ungkapan yang dimaksud.
3. Taladzdzudz (senang menyebutnya)
Seorang mutakallim yang menyenangi
sesuatu ia pasti akan banyak
menyebutnya. Pepatah mengatakan
50
B. Membuang Musnad ilaih
Al-Hadzf secara leksikal bermakna
membuang. Sedangkan maksudnya dalam
terminologi ilmu balâghah adalah
membuang musnad ilaih. Al-Hadzf
merupakan kebalikan dari al-dzikr. Dalam
praktek berbahasa al-hadzf mempunyai
beberapa tujuan, yaitu:
a. untuk meringkas atau karena sempitnya
konteks kalimat, contoh:
ﻴ ﹲﻞﻠﻋ :ﺖ
؟ ﹸﻗ ﹾﻠﻧﺖﻒ ﹶﺃ
ﻴ ﹶﻛ:ﻰﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﻟ
Pada dialog di atas terdapat kalimat
yang padanya dibuang musnad ilaih-
nya, yaitu pada kata ‘ﻞ
ﻴ ـ ﹲﻠﻋ ’. Kalimat
lengkapnya adalah ‘ﻞ
ﻴ ﹲﻠﻋ ﺎ’ﹶﺃﻧ.
Dalam sebuah syi’ir terdapat suatu
ungkapan
51
Kalimat lengkap dari ungkapan tersebut
adalah
52
atau mungkin menggantikannya dengan
kata-kata lain yang sebanding.
d. Li al-ta’mîm (generalisasi)
Membuang musnad ilaih pada suatu
kalimat juga mempunyai tujuan untuk
mengeneralkan pernyataan. Suatu
pernyataan yang tidak disebut
subjeknya secara jelas akan
menimbulkan kesan banya pesan itu
berlaku untuk umum (orang banyak).
e. Ikhfâu al-amri ‘an ghairi al-mukhâthab
Kadang-kadang seorang mutakallim
ingin merahasiahkan musnad ilaih
kepada selain orang yang diajak bicara
(mukhâthab). Untuk itu ia membuang
musnad ilaih, sehingga orang lain tidak
mengetahui siapa subjeknya.
53
RANGKUMAN
1. Menyebut musnad ilaih pada suatu kalâm
mempunyai beberapa tujuan sbb: a)
menjelaskan dan membedakan,
menganggap mukhâthab tidak tahu, dan
senang menyebutnya.
2. Membuang musnad ilaih bertujuan untuk:
a) untuk meringkas atau karena sempitnya
konteks, terpeliharanya lisan ketika
menyebutnya, merasa jijik menyebutnya,
untuk generalisasi, dan untuk
menyembunyikan sesuatu kepada selain
mukhâthab.
TUGAS TERSTRUKTUR
1. Menjelaskan tujuan dibuangnya musnad
ilaih pada suatu kalimat
2. Menjelaskan istilah-istilah dhamîr,
isyârah, idhâfah, dan nidâ
54
BAB V
KALÂM KHABARI
TUJUAN
Setelah mengikuti perkuliahan ini diharapkan
mahasiswa dapat menjelaskan pengertian
kalâm khabari, tujuannya dan bentuk-
bentuknya.
BAHASAN
Kalâm dalam bahasa Arab atau
kalimat dalam bahasa Indonesia adalah suatu
untaian kata-kata yang memiliki pengertian
yang lengkap. Dalam konteks ilmu balâghah
kalâm terdiri dari dua jenis, yaitu kalâm
khabari dan insyâi.
A. Pengertian kalâm khabari
Khabar ialah pembicaraan yang
mengandung kemungkinan benar atau
bohong semata-mata dilihat dari
55
pembicaraannya itu sendiri. Jika seseorang
mengucapkan suatu kalimat (kalâm ) yang
mempunyai pengertian yang sempurna,
setelah itu kita bisa menilai bahwa kalimat
tersebut benar atau salah maka kita bisa
menetapkan bahwa kalimat tersebut
merupakan kalâm khabar. Dikatakan
benar jika maknanya sesuai dengan realita,
dan dikatakan dusta (kadzb) jika
maknanya bertentangan dengan realita.
Contoh,
56
dalam perkuliahan, maka ucapan
mahasiswa tersebut benar. Sedangkan jika
ternyata keesokan harinya ustadz Ahmad
dating pada perkuliahan, maka kalimat
tersebut tidak benar atau dusta.
B.Tujuan kalâm khabari
Setiap ungkapan yang dituturkan oleh
seseorang pasti mempunyai tujuan
tertentu. Suatu kalâm khabari biasanya
mempunyai dua tujuan, yaitu fâidah al-
khabar dan lâzim al-faidah.
1) Fâidah al-khabar adalah suatu kalâm
khabari yang diucapkan kepada orang
yang belum tahu sama sekali isi
perkataan itu. Contoh,
ﺖ
ﻴﺑ ﻦ ﻣ ﺧ ﹸﺬ ﻳ ﹾﺄ ﻳ ﹺﺰ ﹶﻻﻌ ﹺﺰ ﺪ ﺍﹾﻟ ﺒﻋ ﻦ ﺑﺮ ﻋﻤ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ
ﻲ ِﺀ ﻦ ﺍﹾﻟ ﹶﻔ ﻣ ﻪ ﺴ
ِ ﻧ ﹾﻔ ﻋﻠﹶﻰ ﻯ
ﺠ ﹺﺰ
ﻳ ﻭ ﹶﻻ ﻴﺌﹰﺎﺎ ﹺﻝ ﺷﺍﹾﻟﻤ
ﺎﻫﻤ ﺭ ﺩ
57
Pada kalimat di atas mutakallim ingin
memberi tahu kepada mukhâthab
bahwa Umar bin Abdul Aziz tidak
pernah mengambil sedikit pun harta
dari baitul mal. Mutakallim
berpraduga bahwa mukhâthab tidak
mengetahui hukum yang ada pada
kalimat tersebut.
2) Lâzim al-fâidah adalah suatu kalâm
khabari yang diucapkan kepada orang
yang sudah mengetahui isi dari
pembicaraan tersebut, dengan tujuan
agar orang itu tidak mengira bahwa si
pembicara tidak tahu.
58
tujuan semula. Tujuan-tujuan tersebut
adalah sbb:
1) Istirhâm (minta dikasihi)
Dari segi bentuknya kalâm ini
berbentuk khabar (berita), akan tetapi
dari segi tujuannya mutakallim ingin
dikasihi oleh mukhâthab. Contoh
kalâm khabari dengan tujuan
istirhâm adalah do'a nabi Musa yang
dikutip Alquran,
59
ﺒﺎﻴﺷ ﺱ
ﺃﻌ ﹶﻞ ﺍﻟﺮ ﺘﺷ ﻭﺍ ﻰ ﻨﻣ ﻢ ﻌ ﹶﻈ ﻦ ﺍﹾﻟ ﻫ ﻭ ﻲ ﻧﻰ ﹺﺇ ﺑﺭ
(Tuhanku sesungguhnya aku telah
lemah tulangku dan kepalaku telah
penuh uban)
.ﺖ
ﻌ ﺿ
ﻭ ﻤﺎ ﻢ ﹺﺑ ﻋﹶﻠ ﷲ ﹶﺃ
ُ ﻭﺍ ﻧﹶﺜﻰﻬﺎ ﹸﺃ ﺘﻌ ﺿ
ﻭ ﻰ ﻧﺏ ﹺﺇ
ﺭ
# ﻲ ﺻﹺﺒ
ﻨﺎﻡ ﹶﻟ ﻔ ﹶﻄﺎ ﺑﹶﻠ ﹶﻎ ﺍﹾﻟ ﹺﺇ ﹶﺫﺍ
ﻨﺎﻳﺪ ﺳﺎ ﹺﺟ ﺮ ﺋﺒﺎﺠ
ﻪ ﺍﹾﻟ ﺮ ﹶﻟ ﺨ
ﺗ
60
(Jika seorang anak kami telah lepas
menyusu, semua orang sombong akan
tunduk menghormatinya).
61
dipertimbangkan kondisi mukhâthab. Ada
tiga keadaan mukhâthab yang perlu
dipertimbangkan dalam mengungkapkan
kalâm khabari. Ketiga keadaan tersebut
adalah sbb:
1) Mukhâthab yang belum tahu apa-apa
()ﺧﺎﱃ ﺍﻟﺬﻫﻦ
62
Contoh,
Contoh,
63
.ﺇﻥ ﺍﻟﺴﻴﺎﺭﺓ ﺳﺎﻗﻄﺔ
64
Dari paparan di atas tampak
bahwa penggunaan taukîd dalam suatu
kalâm mempunyai implikasi terhadap
makna. Setiap penambahan kata pada
suatu kalimat akan mempunyai
implikasi terhadap maknanya. Seorang
filsuf Ya’qub bin Ishaq al-Kindi
bertanya kepada Abu Abbas
Muhammad bin Yazid al-Mubarrid,
”Saya menemukan sesuatu yang sia-sia
dalam ungkapan Arab. Orang-orang
berkata:
65
merupakan informasi mengenai
berdirinya Abdullah. Kalimat ﻭﺇﻥ ﻋﺒﺪ ﺍﷲ
RANGKUMAN
1. Kalâm khabari ialah suatu ungkapan yang
mengandung kemungkinan benar atau
bohong dilihat dari teksnya itu sendiri.
2. Kalâm khabari mempunyai dua tujuan
utama; pertama untuk memberi tahu
mukhâthab tentang suatu informasi kedua
agar orang yang diajak bicara tidak
mengira bahwa ia tidak mengetahuinya.
66
3. Selain kedua tujuan utama ada tujuan-
tujuan lainnya, yaitu istirhâm, izhhâr al-
dla’fi, izhhâr al-tahassur, al-fakhr dan
dorongan bekerja keras.
4. Kalâm khabari ada tiga jenis, yaitu ibtidâi,
thalabi, dan inkâri.
TUGAS TERSTRUKTUR
1. Menjelaskan perbedaan kalâm khabari
dengan kalâm insyâi
2. Menjelaskan tujuan kalâm khabari
67
BAB VI
DEVIASI KALÂM KHABARI
TUJUAN
Setelah mengikuti perkuliahan ini diharapkan
mahasiswa dapat menjelaskan pengertian dan
macam-macam deviasi kalâm khabari.
BAHASAN
A. Pengertian deviasi kalâm khabari
Seperti telah dijelaskan di muka
bentuk-bentuk kalâm khabari jika
dikaitkan dengan keadaan mukhâthab ada
tiga jenis, yaitu ibtidâi, thalabi, dan inkâri.
Pada kalâm ibtidâi tidak memerlukan
taukîd. Karena kalâm ini diperuntukkan
bagi mukhâthab yang khâlî al-dzihni
68
(tidak mempunyai pengetahuan tentang
hukum yang disampaikan). Pada kalâm
thalabi, mutakallim menambahkan satu
huruf taukîd untuk menguatkan
pernyataannya, sehingga mukhâthab yang
ragu-ragu bisa menerimanya. Sedangkan
pada kalâm inkâri, mutakallim perlu
menggunakan dua taukîd untuk
memperkuat pernyataannya, karena
mukhâthab yang dihadapinya orang yang
menolak pernyataan kita (munkir).
Namun demikian dalam praktek
berbahasa keadaan tersebut tidak
selamanya konstan. Ketika berbicara
dengan mukhâthab yang khâlî al-dzihni
kadang digunakan taukîd. Atau juga
sebaliknya seseorang tidak menggunakan
taukîd pada saat dibutuhkan, yaitu ketika
ia berbicara dengan seorang yang inkar.
69
B. Macam-macam deviasi kalâm khabari
Di antara penggunaan kalâm khabari yang
menyalahi maksud lahirnya.
1. Kalâm thalabi digunakan untuk
mukhâthab khâlî al-dzihni
ﻮ ﹶﻥ ﺮﹸﻗ ﻐ ﻣ ﻢ ﻬ ﻧﻮﺍ ﹺﺇﻦ ﹶﻇﹶﻠﻤ ﻳﺬ ﻰ ﺍﱠﻟﺒﻨﹺﻰ ﻓ ﻃ ﺎﺗﺨ ﻭ ﹶﻻ
Dan janganlah kau bicarakan kepada-
Ku tentang orang-orang zhalim itu,
sesungguhnya mereka itu akan
ditenggelamkan. (Q.S Hud: 37)
70
ﻮ ِﺀﺭ ﹲﺓ ﺑﹺﺎﻟﺴ ﺎﺲ ﹶﻟﹶﺄﻣ
ﻨ ﹾﻔﻧ ﹾﻔﺴِﻰ ﹺﺇ ﱠﻥ ﺍﻟ ﺉ
ﺮ ﺑﺎ ﹸﺃﻭﻣ
Dan aku tidak membebaskan diriku
(dari kesalahan), karena sesungguhnya
nafsu itu selalu menyuruh kepada
kejahatan. (Q.S. Yusuf: 53)
71
bukti yang dapat mendorong mereka
untuk beriman. Oleh karena itu
keingkaran mereka tidak dijadikan
dasar untuk menggunakan ungkapan
penegasan dengan taukîd.
RANGKUMAN
Kalâm khabari, dalam kenyatannya sering
terjadi penyimpangan dari kaidah dan aturan
umum, seperti ungkapan ibtidâi untuk inkari
atau sebaliknya ungkapan inkâri digunakan
untuk mukhâthab ibtidâi.
TUGAS TERSTRUKTUR
1. Menjelaskan maksud kalâm ibtidâi
manzilata al-munkir berikut contohnya
72
BAB VII
KALÂM INSYÂI
TUJUAN
Setelah mengikuti perkuliahan ini diharapkan
mahasiswa dapat menjelaskan pengertian
kalâm insyâi dan macam-macamnya.
BAHASAN
A. Pengertian kalâm insyâi
Kata ' 'ﺇﻧﺸﺎﺀmerupakan bentuk mashdar
73
Insyâi sebagai kebalikan dari khabari
merupakan bentuk kalimat yang setelah
kalimat tersebut dituturkan kita tidak bisa
menilai benar atau dusta. Hal ini berbeda
dengan sifat kalâm khabari yang bisa
dinilai benar atau dusta. Dalam
terminologi ilmu ma’âni kalâm insyâ'i
adalah,
ﺏ
ﺍﹾﻟ ﹶﻜ ﹾﺬﻕ ﻭ
ﺪ ﺼ
ﻤ ﹸﻞ ﺍﻟ ﺘﺤ
ﻳ ﺎ ﹶﻻﻮ ﻣ ﻫ ﻰﺎﺋﺸﻡ ﺍﹾﻟﹺﺈﻧ ﻼ
ﹶﺍﹾﻟ ﹶﻜ ﹶ
Kalâm insyâi adalah suatu kalimat yang
tidak bisa disebut benar atau dusta
74
diucapkan yang mesti kita lakukan adalah
menyimak ucapannya.
B. Pembagian Kalâm Insyâi
Secara garis besar kalâm insyâi ada
dua jenis, yaitu insyâi thalabi dan insyâi
ghair thalabi. Kalâm yang termasuk
kategori insyâi thalabi adalah Amr, nahyu,
istifhâm, tamannî, dan nidâ. Sedangkan
kalâm yang termasuk kategori ghair
thalabi adalah ta'ajjub, al-dzamm, qasam,
kata-kata yang diawali dengan af'âl al-
rajâ. Jenis-jenis kalâm insyâi ghair thalabi
tidak termasuk ke dalam bahasan ilmu
ma’âni. Sehingga jenis-jenis kalimat
tersebut tidak akan dibahas dalam buku
ini.
Insyâi thalabi menurut para pakar
balâghah adalah,
75
ﻣﺎ ﻳﺴﺘﺪﻋﻲ ﻣﻄﻠﻮﺑﹰﺎ ﻏﲑ ﺣﺎﺻﻞ ﻭﻗـﺖ ﺍﻟﻄﻠـﺐ
ﻻﻣﺘﻨﺎﻉ ﲢﺼﻴﻞ ﺍﳊﺎﺻﻞ ﻭﻫﻮ ﺍﳌﻘﺼﻮﺩ ﺑﺎﻟﻨﻈﺮ ﻫﺎﻫﻨﺎ
Kalâm insyâi thalabi adalah suatu kalâm
yang menghendaki adanya suatu tuntutan
yang tidak terwujud ketika kalâm itu
diucapkan.
ﻼﺀ
ﻌ ﹶ ﺘﺳ ﻪ ﺍﹾﻟﹺﺈ ﺟ ﻭ ﻋﻠﹶﻰ ﻌ ﹺﻞ ﻔ ﺐ ﺍﹾﻟ
ﹶﻃﹶﻠ
Tuntutan mengerjakan sesuatu kepada
yang lebih rendah.
76
Al-Hâsyimi (1960) mendefinisikan
77
Semua kata kerja yang ber-shîgah
fi'l amr termasuk kategori thalabi.
Contoh,
ﻪ ﺘﻌ ﺳ ﻦ ﻣ ﺔ ﻌ ﺳ ﻭ ﻖ ﹸﺫ ﻔ ﻨﻴﻟ
Hendaklah berinfak ketika dalam
keleluasaan
c) Isim fi'il amr
Kata isim yang bermakna fi'il (kata
kerja) termasuk shigat yang
membentuk kalâm insyâi thalabi.
Contoh,
78
(Mari melaksanakan shalat! Mari
menuju kebahagiaan!)
ﻴ ﹺﺮﺨ
ﻓﻰ ﺍ ﹾﻟ ﻴﺎﻌ ﺳ
(Berusahalah pada hal-hal yang baik)
Dari keempat shîgah tersebut makna
amr pada dasarnya adalah perintah dari
yang lebih atas kepada yang lebih
rendah. Namun demikian ada beberapa
makna Amr selain dari makna perintah.
Makna-makna tersebut adalah do'a,
iltimâs (menyuruh yang sebaya),
tamannî (berangan-angan), tahdîd
(ancaman), ta'jiz (melemahkan),
79
taswiyah (menyamakan), takhyîr
(memilih), dan ibâhah (membolehkan).
2. Nahyu
Makna nahyu secara leksikal adalah
melarang, menahan, dan menentang.
Sedangkan dalam terminologi ilmu
balâghah nahyu adalah,
ﻼ ِﺀ
ﻌ ﹶ ﺘﺳ ﺎﻪ ﺍﹾﻟ ﺟ ﻭ ﻋﹶﻠﻰ ﻌ ﹺﻞ ﻔ ﻋ ﹺﻦ ﺍﹾﻟ ﻒ
ﺐ ﺍﹾﻟ ﹶﻜ
ﹶﻃﹶﻠ
(Tuntutan meninggalkan suatu
perbuatan dari pihak yang lebih
tinggi). Contoh,
ﻼ
ﻴ ﹰﺳﹺﺒ ﺎ َﺀﻭ ﺳ ﺸ ًﹰﺔ
ﺣ ﻪ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﻓﹶﺎ ﻧﻰ ﹺﺇﺰﻧ ﺍ ﺍﻟﺑﻮﺮ ﺗ ﹾﻘ ﻭ ﹶﻻ
(32:)ﺍﻹﺳﺮﺍﺀ
Janganlah kamu sekalian mendekati
zina! Sesungguhnya zina itu perbuatan
keji dan jalan yang sejelek-jeleknya.
(al-Isra:32)
80
Pada ayat di atas terdapat ungkapan
nahyu, yaitu pada kata ’ﻰﺰﻧ ﺍ ﺍﻟﺑﻮﺮ ﺗ ﹾﻘ ﻻ
ﻭ ﹶ ’.
3. Istifhâm
Kata ' 'ﺍﺳـــﺘﻔﻬﺎﻡmerupakan bentuk
81
meminta pemahaman/pengertian.
Secara istilah istifhâm bermakna
82
ﻴﹶﻠ ﹸﺔﺎ ﹶﻟﻙ ﻣ ﺍﺩﺭ ﺎ ﹶﺃﻭﻣ ،ﺪﺭﹺ ﺔ ﺍﹾﻟ ﹶﻘ ﻴﹶﻠﻲ ﹶﻟ ﻓ ﻩ ﺎﺰﹾﻟﻨ ﻧﺎ ﹶﺃﹺﺇﻧ
(2-1 : 97 ،ﺪ ﹺﺭ )ﺍﻟﻘﺪﺭ ﺍﹾﻟ ﹶﻘ
(Sesungguhnya Kami telah
menurunkannya (Alquran) pada malam
kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah
malam kemuliaan itu?)
a) Hamzah ()ﺃ
Hamzah sebagai salah satu adat
istifhâm mempunyai dua makna,
(1) Tashawwuri
Tashawwuri artinya jawaban
yang bermakna mufrad.
Ungkapan istifhâm yang
meminta pengetahuan tentang
sesuatu yang bersifat mufrad
dinamakan istifhâm
tashawwuri. Contoh,
83
؟ﺋﻊﺎﻡ ﺑ ﺖ ﹶﺃ
ﻧﺘ ﹴﺮ ﹶﺃﺸ
ﻣ ﹶﺃ-2
Pada kedua kalimat di atas adat
yang digunakan untuk bertanya
adalah hamzah. Aspek yang
dipertanyakan pada kedua
kalimat di atas adalah hal yang
bersifat tashawwur. Pada
kalimat pertama hal yang
ditanyakan adalah dua pilihan
antara ' ﺔ ﻌ ﻤ ﺠ
ﻡ ﺍﹾﻟ ﻮ ﻳ ' dan 'ﺪ ﺣ ﻡ ﺍ َﻷ ﻮ ﻳ
84
tersebut bersifat tashawwuri
(mufrad) bukan nisbah.
(2) Tashdîq
Hamzah juga digunakan untuk
pertanyaan yang bersifat
tashdîq, yaitu penisbatan
sesuatu atas yang lain. Contoh,
dan 'ﺐ
ﻫ ' ﺍﻟـ ﱠﺬ. Penisbatan sifat
85
mutakallim. Karena hal yang
dipertanyakan bersifat nisbah
maka dinamakan tashdîq.
b) Man (ﻦ
ﻣ )
Kata 'ﻦ ـ ' ﻣtermasuk ke dalam adat
istifhâm yaitu untuk menanyakan
tentang orang. Contoh,
ﺪ ﺠ
ﺴﹺ
ﻤ ﻫﺬﹶﺍ ﺍﹾﻟ ﻰﺑﻨ ﺪ ﻤ ﺣ ؟ ﹶﺃﺠﺪ
ﺴﹺ
ﻤ ﻫﺬﹶﺍ ﺍﹾﻟ ﻰﺑﻨ ﻦ ﻣ
Adat istifhậm pada jumlah
istifhamiyah di atas adalah ‘ﻦ
ﻣ ’ yang
bertujuan untuk menanyakan siapa
yang membangun mesjid ini.
86
1) ـﺎ
ﻣــyang digunakan untuk
87
kebiasaannya digunakan untuk
menantang. Contoh,
tempat. Contoh,
88
apabila penanya (mutakallim)
tidak mengetahui nisbah antar
musnad dan musnad ilaih-nya.
Adat ‘ ’ﻫـﻞtidak bisa masuk ke
89
Contoh:
ﺯﺭﱏ ﺃﱏ ﺷﺌﺖ
8) ﻢ ﻛ
ﹶmerupakan adat istifhâm yang
90
Secara leksikal nidâ artinya panggilan.
Sedangkan dalam terminology ilmu
balâghah nidâ adalah,
91
untuk munâda yang dekat; b) Selain
hamzah dan ay ( )ﺃﻱsemuanya
digunakan untuk munâda yang jauh.
Khusus untuk yâ ( )ﻳﺎdigunakan untuk
seluruh munâda (yang dipanggil),
baik dekat maupun jauh.
92
# ﺃﺣﺴﲔ ﺇﱐ ﻭﺍﻋﻆ ﻭﻫﺆﺩﺏ
ﻓﺎﻓﻠﻬﻢ ﻓﺈﻥ ﺍﻟﻌﺎﻗﻞ ﺍﳌﺘﺄﺩﺏ
Wahai husain, sesungguhnya aku
memberi nasihat dan mendidikmu,
maka pahamilah karena sesungguhnya
orang yang berakal itu orang yang mau
dididik” .
93
atau kelalaian dan kebekuan hatinya.
Contoh syi’ir Abu Nuwas:
94
mukhâthab ia akan memanggilnya
dengan panggilan jauh. Contoh ini
dapat dilihat pada syi’ir al-Farazdaq,
95
yang dekat untuk mengingatkan
mereka yang lalai dan hatinya beku,
96
Kalimat tamannî (berangan-angan)
ﻆ
ﺣ ﹼ ﻪ ﹶﻟﺬﹸﻭﺍ ﻧﻭ ﹶﻥ ﹺﺇ ﺭ ﻲ ﻗﹶﺎ ﺗﻭ ﺎ ﹸﺃﻣﹾﺜ ﹶﻞ ﻣ ﺎﺖ ﹶﻟﻨ
ﻴﺎ ﹶﻟﻳ
(79 :ﻴ ﹴﻢ )ﺍﻟﻘﺼﺺﻈ ﻋ
(Ingin rasanya kami memiliki apa yang
diberikan kepada Karun. Sesungguhnya
dia benar-benar memperoleh
keberuntungan yang besar).
Dalam terminologi ilmu balâghah
tamannî adalah,
97
Ketidakmungkinan terwujudnya sesuatu
itu bisa terjadi karena mustahil terjadi
atau juga sesuatu yang mungkin akan
tetapi tidak maksimal dalam
mencapainya.
Syi’ir di bawah ini merupakan contoh
kalâm tamannî yang mengharapkan
sesuatu yang mustahil terjadi,
98
Tamannî juga ada pada ungkapan
yang mungkin terwujud (bisa terwujud)
akan tetapi tidak bisa terwujud karena
tidak berusaha secara maksimal. Dalam
Alquran Allah berfirman,
RANGKUMAN
1. Kalâm insyâi adalah kalâm yang setelah
ucapan itu dituturkan tidak bisa dinilai
benar atau dusta. Kalâm insyâi
merupakan kebalikan dari kalâm
khabari.
99
2. Kalâm yang termasuk kategori insyâi
adalah kalâm amr, nahyu, istifhâm, nidâ,
dan tamannî.
TUGAS TERSTRUKTUR
1. Menjelaskan perbedaan antara kalâm
khabari dan kalâm insyâi
2. Menjelaskan macam-macam kalâm insyâi
BAB VIII
VARIASI MAKNA KALÂM INSYÂI
100
TUJUAN
Setelah mengikuti perkuliahan ini diharapkan
mahasiswa dapat menjelaskan variasi makna
amr, nahyu, istifhâm dan nidâ.
BAHASAN
A. Variasi makna Amr
Dari keempat shîgah makna amr
pada dasarnya adalah perintah dari yang
lebih atas kepada yang lebih rendah.
Namun demikian ada beberapa makna
Amr yang bukan perintah perintah, di
antaranya adalah do'a, iltimâs (menyuruh
yang sebaya), tamannî (berangan-angan),
tahdîd (ancaman), ta'jiz (melemahkan),
taswiyah (menyamakan), takhyîr
(memilih), dan ibâhah (membolehkan).
1. Do'a, contoh seperti firman Allah swt:
101
: 27 ،ﻚ ) ﺍﻟﻨﻤﻞ
ﺘﻤ ﻌ ﺮ ﹺﻧ ﺷ ﹸﻜ ﻲ ﹶﺃ ﹾﻥ ﹶﺃ ﻋﹺﻨ ﻭ ﹺﺯ ﺏ ﹶﺃ
ﺭ
( 19
“Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk
tetap mensyukuri ni’mat-Mu”
102
ﺮ ﻴﺼ
ﺑ ﻮ ﹶﻥ ﻤﹸﻠ ﻌ ﺗ ﺎﻪ ﹺﺑﻤ ﻧ ﹺﺇ،ﺘﻢﺷ ﹾﺌ ﺎﺍ ﻣﻤﹸﻠﻮ ﻋ ﺍ
( 40 : 41 ،) ﻓﺼﻠﺖ
“Perbuatlah apa yang kamu kehendaki,
sesungguhnya Dia Maha Melihat apa
yang kamu kerjakan”
103
7. Takhyîr (memilih), seperti ucapan anda
kepada sebayamu:
ﺾ
ﻴـﻂ ﺍ َﻷﺑ
ﻴ ﹸﺨ
ﻢ ﺍﹾﻟ ﻦ ﹶﻟ ﹸﻜ ﻴﺒﺘﻳ ﻰﺣﺘ ﺍﻮﺮﺑ ﺷ ﺍﺍ ﻭﻭ ﹸﻛﹸﻠﻮ
187 : 2 ،ﺠ ﹺﺮ)ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ
ﻦ ﺍﹾﻟ ﹶﻔ ﻣ ﺩ ﻮ ﺳ ﻂ ﺍ َﻷ
ﻴﺨ
ﻦ ﺍﹾﻟ ﻣ
“dan makan minumlah, hingga terang
bagimu benang putih dari benang
hitam, yaitu fajar”
104
،ﺎ ) ﺍﻟﺒﻘﺮﺓﺧ ﹶﻄ ﹾﺎﻧ ﻭ ﹶﺃ ﺎ ﹶﺃﻴﻨﺴ
ِ ﻧ ﺎ ﹺﺇ ﹾﻥﺧ ﹾﺬﻧ ﺍﺗﺆ ﺎ ﹶﻻﺑﻨﺭ
( 286 : 2
“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau
hukum kami jika kami lupa atau kami
tersalah”
105
!ﻱ
ﻣ ﹺﺮ ﻊ ﹶﺃ ﻄ ﺗ ﹶﻻ
”Jangan ikuti perintahku !”
5. Taiîs, contoh seperti firman Allah swt:
9 ،ﻢ ) ﺍﻟﺘﻮﺑﺔ ﺎﹺﻧ ﹸﻜﻳﻤﺪ ﹺﺇ ﻌ ﺑ ﻢ ﺗﺮ ﺪ ﹶﻛ ﹶﻔ ﺍ ﹶﻗﺭﻭ ﺬ ﺘﻌ ﹶﻻ ﺗ
( 66 :
“Tidak usah kamu minta maaf, karena
kamu kafir sesudah beriman”
# ﻪ ﻣﹾﺜﹶﻠ ﻲ ﺗﺗ ﹾﺄﻭ ﺧﹸﻠ ﹴﻖ ﻦ ﻋ ﻪ ﻨﺗ ﹶﻻ
ﻢ ﻴﻈ ﻋ ﺖ
ﻌ ﹾﻠ ﻚ ﹺﺇﺫﹶﺍ ﹶﻓ
ﻴ ﻋﹶﻠ ﺭ ﺎﻋ
“Janganlah engkau melarang sesuatu
perbuatan yang masih engkau
kerjakan, malu benar jika engkau
ketahuan sedang mengerjakannya”
106
bertanya, akan tetapi untuk maksud yang
lainnya. Maksud-maksud penggunaan
adat istifhâm yang menyimpang dari
tujuan awalnya adalah sbb:
1. Amr (perintah)
Penggunaan adat istifhâm dalam
berbahasa kadang-kadang juga
digunakan untuk maksud amr. Contoh:
107
ﻢ ﻓﺎﷲ ﺃﺣﻖ ﺃﻥ ﲣﺸﻮﻩﺃﲣﺸﻮ
Apakah kalian takut terhadap mereka?
Padahal Allah lebih berhak untuk
ditakuti. (al-Taubah:13)
108
4. Nafyu (kalimat negasi)
Kalimat negatif merupakan lawan dari
… ﷲ
ُ ﺎ َﺀ ﺍﺎ ﺷ ﹺﺇ ﱠﻻ ﻣ،ﻰﻨﺴﺗ ﻼ
ﻚ ﹶﻓ ﹶ
ﻨ ﹾﻘ ﹺﺮﹸﺋﺳ
(7-6 : 87 ،)ﺍﻷﻋﻠﻰ
“Kami akan membacakan (Alquran)
kepadamu (Muhammad), maka kamu
tidak akan lupa, kecuali kalau Allah
menghendaki …”
109
5. Inkâr (penolakan)
Ungkapan istifhâmiyah juga kadang
mempunyai makna inkar atau
penolakan. Contoh,
6. Tasywîq (mendorong)
Ungkapan istifhamiyyah juga kadang
mempunyai makna untuk mendorong
mukhâthab agar melakukan pesan yang
disampaikan mutakallim. Contoh
firman Allah dalam Alquran,
ﻴ ﹴﻢﻟﺏ ﹶﺃ
ﻋﺬﹶﺍ ﹴ ﻦ ﻣ ﻢ ﻴ ﹸﻜﺠ
ﻨ ﹺﺓ ﺗ ﺭ ﺎﺗﺠ ﻋﻠﹶﻰ ﺩﱡﻟ ﹸﻜﻢ ﻫ ﹾﻞ ﹶﺃ
Maukah kalian aku tunjukkan kepada
suatu perniagaan yang dapat
menyelamatkan kamu dari adab yang
pedih.
110
mukhâthab agar menyimak pesan
berikut yang akan disampaikannya.
7. Penguatan
Ungkapan istifhâmiyah kadang juga
digunakan untuk penguatan suatu
pertanyaan. Contoh,
111
ﺍ؟ﻴﺮﺜﻪ ﹶﻛ ﺘﺣ ﺪ ﻣ ﻯﻫﺬﹶﺍ ﺍﱠﻟﺬ ﹶﺃ
Inikah orang yang kamu puja-puja itu?
10. Ta’ajjub (mengagumi)
Ungkapan istifhâmiyah yang bermakna
ta’ajjub dapat kita lihat pada contoh
berikut ini,
ﻕ
ﺍ ﹺﺳﻮ ﻰ ﺍ َﻷﻰ ﻓﻤﺸ ﻳﻭ ﻡ ﺎﻳ ﹾﺄ ﹸﻛ ﹸﻞ ﺍﻟ ﱠﻄﻌ ﻮ ﹺﻝ ﺳ ﻬﺬﹶﺍ ﺍﻟﺮ ﻟ ﺎﻣ
ﻴﻞﹺ؟ﻔ ﺏ ﺍﹾﻟ
ﺎ ﹺﺻﺤ
ﻚ ﹺﺑﹶﺄ
ﺑﺭ ﻌ ﹶﻞ ﻒ ﹶﻓ
ﻴﺮ ﹶﻛ ﺗ ﻢ ﹶﺃﹶﻟ
112
12. Tamannî (harapan yang tak mungkin
terkabul)
Makna tamannî juga terdapat pada
ungkapan istifhâmiyah. Contohnya
adalah firman Allah berikut ini,
113
# ﻳﺎ ﻗﻠﺐ ﻭ ﳛﻚ ﻣﺎ ﲰﻌﺖ ﻟﻨﺎﺻﺢ
ﳌﺎ ﺍﺭﺗﻴﺖ ﻭﻻ ﺍﺗﻘﻴﺖ ﻣﻼﺣﺎ
Wahai hati, celaka kamu tidak mau
mendengarkan orang yang
menasehatimu ketika kau tersudut
dan tidak dapat menghindari
cobaan.
114
4. Mohon pertolongan" "ﺍﻹﺳﺘﻐﺎﺛﺔseperti
ungkapan berikut ini,
ﻳﺎﷲ ﻟﻠﻤﺆﻣﻨﲔ
Wahai Allah, tolonglah orang-orang
yang beriman.
115
8. Keheranan atau kekaguman""ﺍﻟﺘﻌﺠــﺐ
seperti ungkapan syi’ir di bawah ini,
# ﺮﺓ ﺑﻌﻤﻤﺮﻳﺎﻟﻚ ﻣﻦ ﻗﺒ
ﻮ ﻓﺒﻴﻀﻲ ﻭﺍﺻﻔﺮﻱ ﺧﻼﻟﻚ ﺍﳉ
Aduhai kagumnya engkau, dari
Qubburah dengan Ammar
disela-selamu terdapat udara, maka
memutih dan menguninglah
116
Wahai kedua rumah Salma,
kesejahteraan bagi kalian
apakah masa-masa yang berlalu,
dapat juga kembali lagi?”
117
Hai orang lelaki! saya memuliakan
tamu.
RANGKUMAN
1. Variasi makna amr adalah do'a, iltimâs,
tamannî, tahdîd, ta'jiz, taswiyah, takhyîr,
dan ibâhah.
2. Variasi makna nahyu adalah do'a, iltimâs,
tamannî, tahdîd, taiis, tahqîr, dan
istifhâm.
3. Variasi makna istifhâm adalah amr, nahyu,
taswiyah, nafyu, inkâr, tasywîq,
penguatan, ta’zhîm, tahqîr, ta’ajjub, wa’îd
dan tamannî
118
4. Variasi makna nidâ adalah anjuran,
mengusung, mendorong, teguran keras,
penyesalan, keresahan dan kesakitan
mohon pertolongan, ratapan, kasihan,
merasa sayang, menyesal, kekaguman,
bingung dan mengkhususkan
TUGAS TERSTRUKTUR
1. Menjelaskan dengan contoh variasi makna
amr, nahyu, istifham dan nida
119
BAB IX
FASHL
TUJUAN
Setelah mengikuti perkuliahan mahasiswa
diharapkan dapat menjelaskan pengertian
fashl dan tempat-tempatnya.
BAHASAN
A. Pengertian Fashl
Secara leksikal fashl bermakna
memisahkan, memotong, memecat, dan
menyapih. Sedangkan dalam terminologi
ilmu balâghah fashl adalah
menggabungkan dua buah kalimat dengan
tidak menggunakan huruf ‘athaf.
Dalam sebuah syi’ir dikatakan,
#ﺖ
ﺗﺔ ﹶﺍ ﻤﹶﻠ ﺟ ﻒ
ﻋ ﹾﻄ ﻙ ﺮ ﺗ ﺼ ﹸﻞ
ﹶﺍﹾﻟ ﹶﻔ
ﺖ
ﺒﺪ ﹶﺛ ﺻ ﹴﻞ ﹶﻗ
ﻭ ﺲ
ﻋ ﹾﻜ ﻯ
ﺮ ﺧ ﺪ ﹸﺍ ﻌ ﺑ ﻦ ﻣ
Fashl adalah tidak mengathafkan suatu
kalimah dengan kalimat lainnya
120
Konsep ini kebalikan dari washl yang
mengharuskan adanya ’athf
ﻢ ﻡ ﹶﻟ ﻢ ﹶﺃ ﻬ ﺗﺭ ﻢ ﹶﺃﺃﹶﻧ ﹶﺬ ﻴ ﹺﻬﻋﹶﻠ ﺍ ٌﺀﺳﻮ ﻭﹾﺍﻦ ﹶﻛ ﹶﻔﺮ ﻳﹺﺇ ﱠﻥ ﺍﱠﻟﺬ
ﻮﻥﻣﻨ ﺆ ﻳ ﻢ ﹶﻻ ﻫ ﺭ ﺬ ﻨﺗ
Sesungguhnya orang-orang kafir itu
sama saja bagi mereka, apakah engkau
memberi peringatan atau tidak mereka
tidak beriman. (Q.S al-Baqarah: 6)
121
Pada penggabungan kedua kalimat
tersebut tidak digunakan huruf 'athaf.
B. Tempat-tempat Fashl
Penggabungan dua jumlah mesti
menggunakan cara fashl apabila
memenuhi persyaratan berikut ini,
a. Antara kalimat yang pertama dan kedua
terdapat hubungan yang sempurna.
Dikatakan hubungan yang sempurna
apabila kaitan antara kalimat (jumlah)
yang pertama dengan kalimat yang
kedua merupakan hubungan taukîd,
bayân, atau badal. Contoh:
1) sebagai taukîd. Contoh:
# ﺪ ﺋﺎﺓ ﹶﻗﺼ ﻭﺍ ﺭ ﻦ ﻣ ﺮ ﹺﺇ ﱠﻻ ﻫ ﺪ ﺎ ﺍﻟﻭﻣ
ﺍﺸﺪ
ﻨﻣ ﺮ ﻫ ﺪ ﺢ ﺍﻟ ﺒﺻ
ﺍ ﹶﺃﻌﺮ ﺷ ﺖ
ﹺﺇﺫﹶﺍ ﹸﻗ ﹾﻠ
Tiadalah masa itu melainkan penutur
kasidah-kasidah
122
Jika engkau membaca suatu syi’ir,
masa akan berpantun
ﺪ ﺋﺎﺓ ﹶﻗﺼ ﺍﺭﻭ ﻦ ﻣ ﺮ ﹺﺇ ﱠﻻ ﻫ ﺪ ﺎ ﺍﻟﻭﻣ
dan
ﺍﺸﺪ
ﻨ ﻣ ﺮ ﻫ ﺪ ﺢ ﺍﻟ ﺒﺻ
ﺍ ﹶﺃﻌﺮ ﺷ ﺖ
ﹺﺇﺫﹶﺍ ﹸﻗ ﹾﻠ
Dari segi makna, kalimat kedua
berfungsi untuk memperkuat isi pada
kalimat pertama. Karena fungsi
tersebut pada awal kalimat kedua tidak
perlu ditambahkan athaf ''ﻭ.
123
maupun hadhar (orang kota yang
terpelajar)
Jika mereka menyadarinya, bahwa
yang satu dengan lainnya saling
melayani
124
Dia mengatur segala urusan,
menjelaskan ayat-ayat-Nya. Supaya
kalian yakin akan pertemuan
dengan-Nya.
ﺕ
ﺎﺼ ﹸﻞ ﺍﻵﻳ
ﻳ ﹶﻔ
Oleh karena itu penggabungan antar
keduanya cukup dengan fashl, tidak
menggunakan huruf 'athaf.
b. Antara kalimat pertama dan kedua
berbeda sama sekali, seperti yang
pertama kalâm khabari dan yang
kedua kalâm insyâ'i atau tidak ada
keterkaitan makna antar keduanya.
Contoh:
125
Manusia itu tergantung pada dua
anggota yang sangat kecil
Setiap manusia menjadi jaminan bagi
apa yang ada padanya
(70:ﻒ )ﻫﻮﺩ
ﺨ
ﺗ ﺍ ﹶﻻﻴ ﹶﻔ ﹰﺔ ﻗﹶﺎﹸﻟﻮﺧ ﻢ ﻬ ﻨﻣ ﺲ
ﺟ ﻭ ﻭﹶﺃ
Ibrahim memandang aneh perbuatan
mereka, dan dia merasa takut.
Malaikat itu berkata, "Jangan kamu
takut!...".
Pada ayat di atas terdapat dua kalimat
126
Kalimat kedua merupakan jawaban
atau reaksi atas pernyataan pertama.
Oleh karena itu dalam
penggabungannya tidak memerlukan
'athaf.
RANGKUMAN
1. Fashl secara leksikal bermakna memotong,
memisahkan, memecat, dan menyapih.
Sedangkan pengertiannya secara
terminologis adalah tidak meng-athaf-kan
suatu kalimat dengan kalimat lainnya .
2. Fashl digunakan pada tiga tempat, yaitu: a)
jika antara kalimat pertama dan kedua
terdapat hubungan yang sempurna.
Dikatakan hubungan yang sempurna jika
kalimat kedua berfungsi sebagai taukîd
atau penjelas, atau badal bagi kalimat
yang pertama; b) antara kalimat pertama
127
dan kedua bertolak belakang; c) kalimat
kedua sebagai jawaban bagi yang
pertama.
TUGAS TERSTRUKTUR
1. Menjelaskan pengertian fashl baik secara
leksikal maupun terminologis
2. Menjelaskan tempat-tempat yang mesti
digunakan fashl
128
BAB X
WASHL
TUJUAN
Setelah mengikuti perkuliahan mahasiswa
diharapkan dapat menjelaskan pengertian
washl dan tempat-tempatnya.
BAHASAN
A. Pengertian Washl
Washl menurut bahasa artinya
menghimpun atau menggabungkan.
Sedangkan menurut istilah ilmu balâghah
adalah,
129
B. Tempat-tempat Washl
Penggabungan dua kalimat mesti
menggunakan huruf 'athaf ' 'ﻭapabila
130
dan do'a mesti pakai fasilah yaitu ''ﻭ
ﷲ
ُ ﻙ ﺍ ﻋﺎ ﺭ ﻭ ﹶﻻ
Jika kita tidak menggunakan huruf
athaf ''ﻭ, maka kemungkinan salah
131
Contoh yang sama-sama jumlah
fi’liyyah:
ﺮ ﺑ ﹾﻜ ﺪ ﻌ ﻭﹶﻗ ﺪ ﻳ ﺯ ﻡ ﹶﻗﺎ
RANGKUMAN
1. Washl secara leksikal bermakna
menghimpun atau menggabungkan.
Sedang secara terminologis adalah meng-
athaf-kan satu kalimat dengan kalimat
sebelumnya melalui huruf ‘athaf.
2. Washl digunakan pada tiga tempat, yaitu:
a) Keadaan i’rab antar kedua kalimat
sama; b) Adanya kekhawatiran timbulnya
kesalahfahaman jika tidak memakai huruf
‘athaf; c) kedua jumlah sama-sama
khabari atau sama-sama insyâi dan
mempunyai keterkaitan yang sempurna.
132
TUGAS TERSTRUKTUR
1. Menjelaskan pengertian washl baik secara
leksikal maupun terminologis
2. Menjelaskan tempat-tempat yang mesti
digunakan washl
3. Menjelaskan istilah-istilah:
a. kamâl al- ittishâl
b. kamâl al- inqithâ’
c. syibhu kamâl al- ittishâl
133
BAB XI
QASHR
TUJUAN
Setelah mengikuti perkuliahan ini diharapkan
mahasiswa dapat menjelaskan pengertian
qashr dan jenis-jenisnya.
BAHASAN
A. Pengertian Qashr
Secara leksikal kata ﺍﻟﻘﺼـﺮbermakna
ﺍﳊـﺒﺲ, menurut bahasa berarti penjara. Di
dalam Alquran ada ungkapan ﺣــﻮﺭ
ﻣﻘﺼـﻮﺭﺍﺕ ﰲ ﺍﳋﻴـﺎﻡ. Selain itu juga kata
tersebut sama dengan ﺍﻟﺘﺨﺼﻴﺺyang berarti
pengistimewaan, seperti dalam ungkapan
ﻗﺼﺮ ﺍﻟﺸﻴﺊ ﻋﻠﻰ ﻛﺬﺍ
Adapun qashr menurut istilah ulama
balâghah adalah:
134
(mengistimewakan sesuatu atas yang lain
dengan jalan tertentu), seperti
mengistimewakan mubtada atas khabar-
nya dengan jalan nafyi dalam firman Allah
135
Setiap ungkapan qashr mesti
memiliki empat unsur, yaitu:
1) maqshûr baik berbentuk sifat maupun
maushûf;
2) maqshûr 'alaîh baik berbentuk sifat
maupun maushûf;
3) maqshûr 'anhu, yaitu sesuatu yang
berada di luar yang dikecualikan;
4) adat qashr. Contoh,
ﺪ ﺠ
ﻤ ﹺ ﺯ ﹺﺇ ﱠﻻ ﺍﹾﻟ ﻮ ﻳ ﹸﻔ ﹶﻻ
Kalimat di atas termasuk kalimat qashr
karena sudah memenuhi empat unsur,
yaitu: maqshûr pada kata ()ﻳﻔـﻮﺯ, maqshûr
'alaih pada kata (ﺪ ﻤﺠﹺـ )ﺍﹾﻟ, maqshûr anhu
yaitu segala sifat selain kesungguhan, dan
adat qashr yaitu (ﻻ ﹶdan )ﹺﺇ ﱠﻻ.
B. Jenis-jenis Qashr
Qashr sebagai salah satu bentuk
ungkapan mempunyai beberapa jenis.
136
Keragaman jenis qashr tersebut bisa
dilihat dari berbagai segi:
1) Dilihat dari aspek hubungan antara
pernyataan dengan realitas qashr
terbagi kepada dua jenis, yaitu qashr
haqîqî dan idhafi.
a) Qashr haqîqî
Suatu ungkapan qashr dinamakan
qashr haqîqî adalah apabila makna
dan esensi dari pernyataan tersebut
betul-betul menggambarkan sesuatu
yang sebenarnya. Pernyataan tersebut
bersifat universal, tidak bersifat
kontekstual, dan diperkirakan tidak
ada pernyataan yang membantah atau
pengecualian lagi setelah ungkapan
tersebut. Contoh,
137
Kalimat di atas merupakan qashr
haqîqî, karena dalam realitas yang
sebenarnya tidak ada tuhan kecuali
Allah.
b) Qashr idhâfi
Qashr idhâfi adalah ungkapan qashr
yang bersifat nisbi. Pengkhususan
maqshûr 'alaih pada ungkapan qashr
ini hanya terbatas pada maqshûr-nya,
tidak pada selainnya. Contoh,
138
a) Qashr sifah 'alâ maushûf
Pada jenis qashr ini sifat
dikhususkan hanya untuk maushûf.
Contoh,
139
manusia hanyalah membisikkan dan
menyesatkan.
RANGKUMAN
1. Qashr secara terminologis adalah
mengkhususkan sesuatu atas yang lain
dengan cara tertentu.
2. Dalam suatu qashr terdapat empat unsur
yaitu: a) maqshûr ‘alaih; b) maqshûr; c)
maqshûr anhu; dan d) adat qashr.
3. Jenis-jenis qashr adalah: a) haqîqî, idhâfi,
sifat ‘ala maushûf, dan maushûf ‘ala
shifat.
TUGAS TERSTRUKTUR
1. Menjelaskan makna qashr baik secara
leksikal maupun secara istilah!
2. Membuat susunan kalimat qashr
3. Membedakan qashr haqîqî dengan qashr
idhâfi
140
BAB XII
TEKNIK PENYUSUNAN UNGKAPAN
QASHR
TUJUAN
Setelah mengikuti perkuliahan ini diharapkan
mahasiswa dapat menjelaskan teknik
penyusunan ungkapan qashr.
BAHASAN
Untuk mengungkapkan suatu ide
dengan ungkapan qashr ada tiga teknik:
A. Menggunakan kata pengkhusus
Teknik pertama adalah menggunakan
kata-kata yang secara langsung
menggambarkan pengkhususan. Kata-
kata yang mengandung makna ini seperti
' ﻗﺼﺮ،'ﺧﺼﺺ. Contoh,
141
B. Menggunakan dalil di luar teks
Menggunakan dalil di luar teks adalah
seperti pertimbangan akal, perasaan
indrawi, pengalaman, atau berdasarkan
prediksi yang didukung oleh indikator-
indikator tertentu. Contoh,
142
Teknik meng-qashar yang pertama
adalah menggunakan huruf nafi
kemudian diikuti oleh istitsna. Contoh,
ﻦ ﻴﻟﻮ ﺒﻤ ﹾﻘ ﻦ ﺍﹾﻟ ﻴﻣﹺﻨ ﺆ ﻤ ﻟ ﹾﻠ ﺩ ﹸﺓ ﻌﺎ ﺴ
ﻤﺎ ﺍﻟ ﻧﹺﺇ
Pada contoh ini maqshûr 'alaih-nya
adalah kata yang mesti disebut terakhir
yaitu kata ﻦ
ﻴﻣﹺﻨ ﺆ ﻤ ﻟ ﹾﻠ .
143
c) ‘Athaf dengan huruf 'ﻜﻦ
ﹶﻟ،ﺑﻞﹾ ،'ﻻﹶ
Penggunaan kata ' 'ﻻdalam ungkapan
144
dari yang pertama dan menetapkan
kepada yang kedua). Posisi maqshûr
'alaih-nya terletak setelah kata ''ﻞ
ـ ﹾ' ﺑ.
Contoh,
ﺮ ﹶﻛ ﹲﺔ ﺤ
ﺘﻣ ﻦ ﻜ ﺘ ﹲﺔ ﹶﻟﺽ ﺛﹶﺎﹺﺑ
ﺭ ﺎ ﹶﺍ َﻷﻣ
145
RANGKUMAN
Teknik penyusunan kalimat qashr ada tiga,
yaitu menggunakan kata-kata yang
mengandung makna meringkas,
menggunakan dalil di luar teks, dan
menggunakan adat qashr.
TUGAS TERSTRUKTUR
Menguraikan jenis qashr dari aspek haqîqî-
idhâfi, shifah ‘alâ maushûf, atau maushûf
‘alâ shifah.
146
BAB XIII
ÎJÂZ
TUJUAN
Setelah mengikuti perkuliahan ini diharapkan
mahasiswa dapat menjelaskan pengertian
îjâz, macam-macamnya dan tujuannya.
BAHASAN
A. Pengertian Îjâz
Lapal merupakan cara seseorang
atau sekelompok orang dalam suatu
masyarakat bahasa mengucapkan bunyi
bahasa. Bunyi-bunyi tersebut mempunyai
simbol-simbol, baik yang berbentuk
linguistik maupun non linguistik yang
secara arbitrer dan konvensional
dihubungkan dengan suatu maksud.
147
Kuantitas lapal yang menggambarkan
suatu makna dalam bahasa Arab
bervariasi. Ada yang lapalnya sedikit, akan
tetapi maknanya melebihi jumlah lapalnya.
Sebaliknya juga ada yang lapalnya banyak
dan diulang-ulang, akan tetapi maknanya
lebih sedikit dari lapal yang diucapkannya.
Dan ada juga penggunaan lapal-lapal
dalam suatu kalimat sebanding dengan
makna yang dikandungnya. Dalam ilmu
balâghah dikenal istilah îjâz, ithnâb dan
musâwah.
Îjâz merupakan salah satu bentuk
pengungkapan. Secara leksikal îjâz
bermakna meringkas. Sedangkan dalam
terminologi ilmu balâghah îjâz adalah,
ﻆ
ﺖ ﺍﻟﱠﻠ ﹾﻔ
ﺤ
ﺗ ﺓ ﺮ ﺛﺘﻜﹶﺎﻤ ﺎﻧﹺﻲ ﺍﹾﻟﻤﻌ ﻊ ﺍﹾﻟ ﻤ ﻮ ﺟ ﻫ ﺯ ﺎﻳﺠﹾﺍ ِﻹ
ﺡ
ﺎ ﹺﻭﹾﺍ ِﻹ ﹾﻓﺼ ﺔ ﻧﺎﻊ ﹾﺍ ِﻹﺑ ﻣ ﺽ
ﺮ ﹺ ﻐ ﻲ ﺑﹺﺎﹾﻟ ﻓﺍﻴ ﹺﻞ ﺍﻟﹾﻮﻠﺍﹾﻟ ﹶﻘ
148
Îjâz adalah mengumpulkan makna yang
banyak dengan menggunakan lafazh yang
sedikit, akan tetapi tetap jelas dan sesuai
dengan maksud pengungkapannya.
149
ﻦ ﻴﻠﻫ ﺎﻋ ﹺﻦ ﺍﹾﻟﺠ ﺽ
ﺮﻭ ﹾﺃﻋ ﻑ
ﺮ ﻌ ﺮ ﺑﹺﺎﹾﻟ ﻣ ﻭﹾﺃ ﻮ ﻌ ﹾﻔ ﺬ ﺍﹾﻟ ﺧ
"Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah
orang mengerjakan yang makruf, serta
berpalinglah daripada orang-orang yang
bodoh." ( Al-A'raf : 199 )
ﺕ
ﺎﻨﻴﺎ ﹸﻝ ﺑﹺﺎﻟﻋﻤ ﺎﹾﺍ َﻷﻧﻤﹺﺇ
Sesungguhnya nilai suatu amal itu itu
tergantung pada niatnya
150
Tidak setiap perkataan yang singkat
itu dinamakan îjâz. Suatu perkataan yang
lafazhnya lebih sedikit dari makna yang
dikandungnya, akan tetapi tidak dapat
menampung makna yang dimaksud
dinamakan ikhlâl (cacat). Ikhlâl adalah
membuang satu atau beberapa kata pada
suatu kalimat, akan tetapi makna yang
terkandung pada kalimat tersebut tidak
sempurna. Sehingga tidak tertutup
kemungkinan timbulnya kesalah pahaman.
Contoh ucapan al-Yaskuri berikut ini,
ﺵ ﹶﻛﺬﹶﺍ
ﺎﻦ ﻋ ﻤ ﻣ ﻙ ﻮ ﻨﻠ ﻟ# ﻼ
ﻇ ﹶ ﻰﺮ ﻓ ﻴﺧ ﺶ
ﻴﻌ ﺍﹾﻟﻭ
Kehidupan lebih baik di bawah bayângan
kebodohan
daripada orang yang hidup dalam
keadaan kesulitan."
151
pada mempunyai pengetahuan yang
cukup, akan tetapi hidup dalam kesulitan.
Akan tetapi perkataan penyair tidak dapat
memberikan makna yang memadai untuk
menjelaskan maksud tersebut. Oleh karena
itu perkataan tersebut tidak bisa dinilai
îjâz.
B. Pembagian Îjâz
Menurut Imam al-Akhdhari Îjâz
terbagi dua, yaitu îjâz hadzf dan Îjâz
qashr. Dalam kitab Jauhar Maknun Imam
Akhdhari mengatakan,
152
Îjâz terbagi kepada îjâz qasar (singkat)
dan îjâz hadzf (yang dibuang sebagian),
Jauhilah tempat kefasikan! Janganlah
kamu menemani orang fasik, tentu
rusaklah kamu."
ﻅ
ﻋﻠﹶﻰ ﹾﺍ َﻷﹾﻟﻔﹶﺎ ﺎﻧﹺﻲﻤﻌ ﻪ ﺍﹾﻟ ﻴﻓ ﺪ ﻳﺗ ﹺﺰ ﺎﻣ
Bentuk susunan kalimat yang makna-
maknanya melebihi lafaznya
153
ﺱ
ﺎﻊ ﺍﻟﻨ ﻨ ﹶﻔﻳ ﺎﻱ ﹺﺑﻤ
ﺠ ﹺﺮ
ﺗ ﻲﻚ ﺍﱠﻟﺘ
ﺍﹾﻟ ﹸﻔ ﹾﻠﻭ
"Dan bahtera yang berlayar di laut
membawa apa yang berguna bagi
manusia"
ﺏ
ﺎ ﹺﻰ ﹾﺍ َﻷﹾﻟﺒﺎ ﺃﹸﻭﻟﻴﻮ ﹲﺓ ﻳﺣ ﺹ
ﺎ ﹺﻘﺼ ﻰ ﺍﹾﻟﻢ ﻓ ﻭﹶﻟ ﹸﻜ
Bagi kamu sekalian pada qisas itu
jadi kehidupan, wahai orang-orang
yang berakal.
154
qisas akan mengurangi banyak
orang. Akan tetapi hikmahnya
adalah bila orang-orang mengetahui
bahwa setiap orang yang membunuh
akan dibunuh lagi mereka tentu pada
takut membunuh orang lain, sebab
takut di-qisas. Akhirnya
menimbulkan kehidupan yan aman,
tentram, dan tenang, tidak terjadi
kejahatan dengan pembunuhan,
penculikan dan sebagainya.
3) Sabda Nabi saw.
ﺍ ِﺀﺪﻭ ﺱ ﺍﻟـ
ﺭﹾﺃ ـ ﹸﺔﻤﻴ ﺤ ﺍﹾﻟﺍ ِﺀ ﻭﺖ ﺍﻟﺪ
ﻴﺑ ﺪ ﹸﺓ ﻌ ﻤ ﹶﺍﹾﻟ
ﺩ ﺎﻋﺘ ﺎﺍﺴ ﹴﻢ ﻣ
ﺍ ﹸﻛ ﱠﻞ ﹺﺟﺩﻭ ﻮ ﻋ ﻭ
Perut besar itu rumah penyakit,
sedang menahan makan adalah
pokok segala obat, dan biasakanlah
setiap tubuh dengan apa yang
dibiasakan."
155
Hadits di atas mengandung banyak
pelajaran terutama tentang kesehatan
dan pengobatan. Perut merupakan
sumber berbagai penyakit.
Sedangkan saum menjadi penawar
berbagai penyakit.
4) Îjâz qashr juga terdapat pada syi’ir
karya Samu'al berikut ini,
156
diri dari hal yang tidak disukai. Hal-
hal tersebut merupakan perbuatan
yang memberatkan diri dalam
menanggungnya, yaitu kepayahan
dan kesulitan untuk mencapainya.
Keindahan dan kebaikan syi’ir
tersebut ialah segi penunjukkan lafaz
yang hanya sedikit terhadap makna
yang cukup banyak yang juga
menunjukkan kepetahan lidah.
Berkaitan dengan gaya bahasa îjâz
ini Muhammad al-Amin berkata:
Tetaplah kalian menggunakan
susunan dalam bentuk îjâz. Sebab
susunan itu mempunyai arah
memahamkan, sedangkan susunan
yang panjang justru menimbulkan
kesamaran."
157
b. Îjâz hadzf (Efisiensi dengan cara
membuang)
Îjâz hadzf adalah îjâz dengan cara
membuang bagian dari pernyataan
dengan tetap tidak mengurangi makna
yang dimaksudkannya. Selain itu pula
terdapat qarînah (indikator) yang
menunjukkan perkataan yang dibuang.
Ungkapan yang dibuang dalam kalimat
îjâz bisa bermacam-macam antara lain:
1). huruf, seperti firman Allah swt
dalam surah Maryam 20
158
ﺎﻐﻴ ﺑ ﻦ ﻢ ﹶﺃ ﹸﻛ ﻭﹶﻟ
Demikian juga pembuangan huruf
terjadi pada sebuah syi’ir karya
Ashim Al-Munfiri. dan seperti
membuang ﻻ dalam ucapan
penyair,:
159
Pada syi’ir di atas penyair
bermaksud mengucapkan ‘ﺎﺑﻬﺮ ﺷ
’ ﹶﻻ ﹶﺃ.
160
Pada ayat di atas terdapat kata yang
dibuang yaitu kata ‘ﻞ
ﻴ ﹺــﹺﺒ ’ﺳyang
ﺸ ِﹴﺮ
ﻌ ﺎ ﹺﺑﺎ ﻫﻤﻨ ﻤ ﺗ ﻭﹶﺃ ﻴﹶﻠ ﹰﺔﻦ ﹶﻟ ﻴﺛﻼ
ﻰ ﹶﺛ ﹶﻮﺳ ﻣ ﺎﺪﻧ ﻋ ﺍﻭﻭ
“Dan telah Kami janjikan kepada
Musa (memberikan Taurat) sesudah
berlalu waktu tiga puluh malam, dan
Kami sempurnakan jumlah malam
itu dengan sepuluh (malam lagi)”.
161
Kata tersebut berfungsi sebagai
mudhâf ilaih.
162
ﻢ ﺴ ﹺﻬ
ِ ﺟ ﺎ ﹺﺇﻟﹶﻰ ﹺﺭﺟﺴ ﻢ ﹺﺭ ﻬ ﺗﺩ ﺍﹶﻓﺰ
Maka dengan surah itu bertambah
kekafiran mereka di samping
kekafirannya (yang telah ada).
Kata yang dibuang pada ayat di atas
adalah ‘ﺎﻓﹰﺎﻣﻀ ’., sehingga lengkapnya
adalah ﻢ ﺴ ﹺﻬ
ِ ﺟ ﺎﻓﹰﺎ ﹺﺇﻟﹶﻰ ﹺﺭﻣﻀ .
6) Adat syarat, seperti firman Allah
swt dalam surah Âli Imran ayat 31,
ﷲ
ُ ﻢ ﺍ ﺒ ﹸﻜﺤﹺﺒ
ﻳ ﻮﻧﹺﻰ ﻌ ﺗﹺﺒﹺﺇ
Ikutilah Aku, (bila kamu mengikuti
Aku), niscaya Allah
mengasihinimu."
163
ﺎ ﹺﺭﻋﻠﹶﻰ ﺍﻟﻨ ﺍﻗ ﹸﻔﻮﻭ ﻯ ﹺﺇ ﹾﺫﺗﺮ ﻮ ﻭﹶﻟ
Dan jika kamu (Muhammad)
melihat ketika mereka dihadapkan
ke neraka, (tentulah kamu melihat
suatu peristiwa yang mengharukan).
jawab syarat.
ﺽ
ﺭ ﻭﹾﺍ َﻷ ﺕ
ﺍﻤﻮ ﺴ
ﻖ ﺍﻟ ﺧﹶﻠ ﻦ ﻣ ﻢ ﻬ ﺘﺳﹶﺌ ﹾﻠ ﻦ ﺌﻭﹶﻟ
ﷲ
ُ ﻦ ﺍ ﻮﹸﻟ ﻴ ﹸﻘﹶﻟ
Dan sesungguhnya jika kamu
tanyakan kepada mereka :
"siapakah yang menciptakan langit
dan bumi ?" Tentu mereka akan
menjawab : (yang menciptakannya)
Allah.
164
Pada ayat di atas lapal yang dibuang
adalah ‘ ﷲ
ُ ﻦ ﺍ ــﺧﹶﻠ ﹶﻘﻬ ‘. Ungkapan
‘ﻦ
ــﺧﹶﻠ ﹶﻘﻬ ’ merupakan musnad dan
165
10) Berupa lafazh yang bersandar
(ﻠﻘﹰﺎّﻌ ﺘﻣ )sepeti firman Allah swt dalam
ﻮ ﹶﻥ ﺴﹶﺌﹸﻠ
ﻳ ﻢ ﻫ ﻭ ﻌ ﹸﻞ ﻳ ﹾﻔ ﺎﻋﻤ ﺴﹶﺄ ﹸﻝ
ﻳ ﹶﻻ
Dia tidak ditanya tentang apa yang
diperbuat-Nya, dan merekalah yang
akan ditanyai (tentang apa yang
mereka perbuat).
166
Lafazh yang dibuang diperkirakan
‘ﺚ
ﻌ ﹶ ﺒﺍ ﹶﻓﺘﹶﻠ ﹸﻔﻮﺧ ‘ ﻓﹶﺎ
ﻒ
ﺳ ﻮ ﻳ ﺎﻪ ﻳ ﻭﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﹶﻟ ﻩ ﺎﻩ ﹶﻓﹶﺄﺗ ﻮ ﺳﹸﻠ ﺭ ﹶﻓﹶﺄ
167
C. Tujuan kalâm îjâz
Kalâm îjâz merupakan bentuk
kalimat efisien. Untuk mengungkapkan
suatu makna cukup hanya dengan kalimat
yang terbatas. Îjâz sebagai bentuk kalimat
merupakan ungkapan yang baik dan tepat
untuk konteks tertentu.
Dalam praktek berbahasa, kalâm
îjâz mempunyai tujuan-tujuan sbb:
a) Untuk meringkas (; )ﺍﻹﺧﺘﺼﺎﺭ
(;ﺍﻟﻔﻬﻢ
d) Sempitnya konteks kalimat (; )ﺿﻴﻖ ﺍﳌﻘﺎﻡ
e) Menyamarkan suatu hal terhadap selain
pendengar ;
168
f) Menghilangkan perasaan bosan dan
169
f) mencela (;)ﺍﻟﺘﻮﺑﻴﺦ
g) janji dan ancaman (;)ﺍﻟﻮﻋﺪ ﻭﺍﻟﻮﻋﻴﺪ
h) surah-surah penarikan pajak;
i) surah-surah para raja kepada para
penguasa diwaktu perang;
j) perintah-perintah dan larangan-larangan
kerajaan;
RANGKUMAN
1. Îjâz adalah mengumpulkan makna yang
banyak dengan menggunakan lafazh yang
sedikit, akan tetapi tetap jelas dan sesuai
dengan maksud pengungkapannya.
2. Îjâz hadzf adalah îjâz dengan cara
membuang bagian dari pernyataan dengan
tetap tidak mengurangi makna yang
dimaksudkannya. Selain itu pula terdapat
170
qarînah (indikator) yang menunjukkan
perkataan yang dibuang.
3. Îjâz qashr adalah kalimat îjâz dengan cara
meringkas. Kata-kata yang diungkapkan
cukup banyak akan tetapi lafazh yang
digunakan sesedikit mungkin.
TUGAS TERSTRUKTUR
1. Menjelaskan pengertian îjâz secara leksikal
dan terminologis
2. Membedakan îjâz hadzf dengan îjâz qashr
dengan menggunakan contoh.
171
BAB XIV
ITHNÂB
TUJUAN
Setelah mengikuti perkuliahan ini diharapkan
mahasiswa dapat menjelaskan pengertian
ithnâb, bentuk-bentuknya dan tujuan-
tujuannya.
BAHASAN
A. Pengertian Ithnâb
ﻮ ﻫ ﻭ ﺓ ﹶﺃ ﺪ ﺋﻟﻔﹶﺎ ﻰﻌﻨ ﻤ ﻋﻠﹶﻰ ﺍﹾﻟ ﻆ ﺩ ﹸﺓ ﺍﻟﱠﻠ ﹾﻔ ﺎﺏ ﹺﺯﻳ ﺎﹾﺍ ِﻹ ﹾﻃﻨ
ﻁ ﺎﻭﺳ ﻑ ﹾﺍ َﻷ ﺎ ﹺﺭﺘﻌﻣ ﻦ ﻋ ﺓ ﺪ ﺋﺍﺓ ﺯ ﺭ ﺎﻌﺒ ﻰ ﹺﺑﻌﻨ ﻤ ﻳ ﹸﺔ ﺍﹾﻟﺩ ﺗ ﹾﺄ
ﻩ ﺪ ﻴﻛ ﺗ ﹺﻮﻭ ﻪ ﺘﻳﺗ ﹾﻘ ﹺﻮ ﺓ ﺪ ﺋﻟﻔﹶﺎ
Ithnâb adalah menambah lafaz atas
maknanya. Penambahan tersebut
mempunyai fungsi dan makna. Dalam
pengertian lain mendatangkan makna
dengan perkataan yang melebihi apa yang
telah dikenal oleh orang banyak yang
berfungsi untuk menguatkan dan
mengukuhkannya."
172
Dari penjelasan definisi tersebut
jelas bahwa penambahan lafazh pada
ithnâb signifikan dengan maknanya. Jika
penambahan itu tidak ada signifikansinya
dan tidak tertentu dinamakan tathwîl.
Sedangkan jika tambahannya tertentu
disebut hasywu.
Contoh tathwîl pada ucapan Addi
Al-Ubbadi tentang Juzaimah Al-Abrasy :
# ﻪ ﻴﺸ
ﺍﻫﻟﺮ ﻢ ﻳﺩ ﺕ ﹾﺍ َﻷ
ﺪ ﻭﹶﻗ
ﺎﻴﻨﻣ ﻭ ﺎﺬﺑ ﻮ َﹶﳍﹶﺎ ﹶﻛ ﻭﹶﺃﹾﻟﻔﹶﻰ ﹶﻗ
Si Zaba' telah memotong kulit
hingga mencapai dua urat hastanya
Si Jujaimah menunjukkan ucapannya
Dusta dan dusta belaka
dan ﺏ
ﺬ ﺍﹾﻟﻜﹶـ. Kedua kata tersebut artinya
173
tidak jelas mana yang tambahan dan mana
yang asli. Sebab, meng-‘athaf-kan dengan
"wawu" tidak memberikan faidah arti
tertib, tidak mengiringi, dan juga tidak
bersamaan.
B. Bentuk-bentuk Ithnâb
Ithnâb mempunyai beberapa
bentuk antara lain:
a. Menyebutkan yang khusus setelah yang
umum. Contoh,
ﺡ
ﻭ ﺮ ﺍﻟﺋ ﹶﻜ ﹸﺔ ﻭﻼ
ﻤ ﹶ ﺰ ﹸﻝ ﺍﹾﻟ ﻨﺗ
Para malaikat turun dan Ruhul Qudus.
(al-Qadar:4)
kata ‘ﺡ
ﻭ ﺮ ’ﺍﻟــmerupakan bagian dari
174
‘ﺋﻜﹶــ ﹸﺔﻼ
ﻤ ﹶ ’ﺍﹾﻟ. Penyebutan Ruhul qudus
ﺎﻣﻨ ﺆ ﻣ ﻰﻴﺘﺑ ﺧ ﹶﻞ ﺩ ﻦ ﻤ ﻟﻭ ﻯ
ﺪ ﻟﺍﻟﻮﻭ ﻰﺮﻟ ﻔ ﺏ ﺍ ﹾﻏ
ﺭ
Ya Tuhanku! Ampunilah aku dan kedua
orang tuaku dan setiap orang mukmin
yang masuk ke dalam rumahku.
175
dengan memberikan perhatian pada
sesuatu yang khusus dengan disebut
dua kali.
c. Menjelaskan sesuatu yang umum.
Contoh,
ﻚ
ﺩﱡﻟ ﻫ ﹾﻞ ﹶﺃ ﻡ ﺩ ﺎ ﺁ ﻳ:ﻴﻄﹶﺎ ﹸﻥ ﻗﹶﺎ ﹶﻝﺸ
ﻪ ﺍﻟ ﻴﺍﹶﻟ ﺱ
ﻮ ﺳ ﻮ ﹶﻓ
ﺪ ﺨ ﹾﻠ
ﺓ ﺍﹾﻟ ﺮ ﺠ
ﺷ ﻋﻠﹶﻰ
Syaitan membisikkan kepadanya. Dia
berkata: “Adam, maukan aku
tunjukkan pada buah abadî’
(Thaha:120)
176
ﻮ ﹶﻥ ﻤ ﻌﹶﻠ ﺗ ﻑ
ﻮ ﺳ ﻼ
ﻢ ﹶﻛ ﱠ ﹸﺛ
Contoh:
177
contoh: ﺩ ـﺎﻌﺒ ﻒ ﺑﹺﺎﹾﻟ
ـﻄﻴ ﺎﻟﹶﻰ – ﹶﻟﺗﻌﻭ ﻙ ﺭ ﺎﺗﺒ – ﻪ ﹺﺇ ﱠﻥ ﺍﻟﱠﻠ,
178
b. mengakhiri pembicaraan dengan
ucapan yang berfaidah, meskipun
kalâm itu cukup tanpa ucapan
tersebut, seperti :
179
mengikutinya itu mencakup kepada
makna yang terkandung dalam kalimah
yang diikutinya. Contoh,
ﻮﻗﹰﺎ ﻫ ﺯ ﻃ ﹶﻞ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﺎﻃ ﹸﻞ ﹺﺇ ﱠﻥ ﺍﹾﻟﺒ ﺎﻖ ﺍﹾﻟﺒ ﻫ ﺯ ﻭ ﻖ ﺤ
ﺎ َﺀ ﺍﹾﻟﹸﻗ ﹾﻞ ﺟ
Pada ayat di atas terdapat uslûb
ithnâb, yaitu ungkapan
180
b. menyebutkan yang umum setelah yang
khusus
c. menjelaskan sesuatu yang umum
d. pengulangan kata atau kalimat
e. memasukkan sisipan
3. Tujuan-tujuan ithnâb adalah:
a) menetapkan makna;
b) menjelaskan maksud yang diharapkan;
c) mengukuhkan;
d) menghilangkan kesamaran;
e) membangkitkan semangat.
TUGAS TERSTRUKTUR
1. Menjelaskan definisi ithnâb menurut para
ahli balâghah!
2. Menunjukkan susunan kalimat ithnâb
181
BAB XV
MUSÂWAH
TUJUAN
Setelah mengikuti perkuliahan ini diharapkan
mahasiswa dapat menjelaskan pengertian
musâwah dan perbedaannya dengan îjâz dan
ithnâb.
BAHASAN
A. Pengertian musâwah
Secara leksikal musâwah artinya sama
atau sebanding. Sedangkan dalam
terminologi ilmu balâghah musâwah
adalah
ﻪ ﺔ ﹶﻟ ﻳﺎ ﹺﻭﻣﺴ ﺓ ﺭ ﺎﻌﺒ ﺩ ﹺﺑ ﺍﻤﺮ ﻰ ﺍﹾﻟﻌﻨ ﻤ ﻳ ﹸﺔ ﺍﹾﻟﺩ ﺗ ﹾﺄ ﻲ ﻫ ﻭ ﹸﺓ ﺎﹾﺍ ﹸﳌﺴ
182
B. Perbedaan musâwah dengan îjâz dan
ithnâb
Pada ungkapan îjâz lafazh-lafazh
yang diucapkan lebih sedikit dari pada
makna yang dikandungnya. Sedangkan
pada ungkapan ithnâb kebalikannya, maka
musâwah berada di antara keduanya, yaitu
lafazh-lafazh yang diungkapkan sebanding
dengan makna yang dikandungnya.
Contoh firman Allah swt :
ﷲ
ِ ﺪ ﺍ ﻨ ﻋ ﻩ ﻭ ﺪ ﺠ
ﺗ ﹺ ﻴ ﹴﺮﺧ ﻦ ﻣ ﻢ ﺴ ﹸﻜ
ِ ﻧ ﹸﻔﺍ َﻷﻮﺪﻣ ﺗ ﹶﻘ ﺎﻭﻣ
Dan kebaikan apa saja yang kamu
perbuat untuk dirimu niscaya kamu
memperoleh (balasan)nya di sisi Allah
sebagai balasan yang paling baik."
183
Ucapan Tharafah Ibn al-Abdi :
# ﻼ
ﻫ ﹰ ﺎﺖ ﺟ
ﻨﺎ ﹸﻛﻡ ﻣ ﺎﻚ ﹾﺍ َﻷﻳ
ﺪﻯ ﹶﻟ ﺒﺘﺳ
ﺩ ﻭ ﺰ ﺗ ﻦ ﹶﱂ ﻣ ﺎ ﹺﺭﺧﺒ ﻚ ﹺﺑ ﹾﺎ َﻷ
ﻴﺗﻳ ﹾﺄﻭ
184
RANGKUMAN
1. Musâwah secara leksikal bermakna sama
atau sebanding. Sedangkan secara
terminologis adalah pengungkapan suatu
makna melalui lafazh yang sepadan, tidak
menambahkannya atau menguranginya.
TUGAS TERSTRUKTUR
1. Menjelaskan kategori kalimat menurut
kaca mata îjâz, ithnâb atau musâwah.
ﺱ
ﺎﻊ ﺍﻟﻨ ﻨ ﹶﻔﻳ ﺎﻱ ﹺﺑﻤ
ﺠ ﹺﺮ ﺗ ﻲﻚ ﺍﱠﻟﺘ
ﺍﹾﻟ ﹸﻔ ﹾﻠ ﻭ-1
ﺏ
ﺎ ﹺﻰ ﹾﺍ َﻷﹾﻟﺒﻭﻟ ﺎ ﹸﺃﻴﻮ ﹲﺓ ﻳﺣ ﺹ ﺎ ﹺﻘﺼ ﻰ ﺍﹾﻟﻢ ﻓ ﻭﹶﻟ ﹸﻜ -2
ﺍﺩﻭ ﻮ ﻋ ﻭ ﺍ ِﺀﺪﻭ ﺱ ﺍﻟ
ﺭﹾﺃ ﻴ ﹸﺔﻤ ﺤ
ﺍﹾﻟﺍ ِﺀ ﻭﺖ ﺍﻟﺪ
ﻴﺑ ﺪ ﹸﺓ ﻌ ﻤ ﹶﺍﹾﻟ-3
ﺩ ﺎﻋﺘ ﺎﺍﺴ ﹴﻢ ﻣ
ﹸﻛ ﱠﻞ ﹺﺟ
ﺎﻤﻬ ﻴﺿ
ﺲ
ﻨ ﹾﻔ ﹺﻋﻠﹶﻰ ﺍﻟ ﻤ ﹾﻞ ﺤ ﻳ ﻢ ﻮ ﹶﻟ ﻫ ﻭﹺﺇ ﹾﻥ -4
ﻴ ﹸﻞﺳﹺﺒ ﺎ ِﺀﺴ ﹺﻦ ﺍﻟﱠﺜﻨ ﺣ ﺲ ﹺﺇﻟﹶﻰ ﻴ ﹶﻓﹶﻠ-5
185
DAFTAR PUSTAKA
186