Jurnal Ergonomi 1
Jurnal Ergonomi 1
Jurnal Ergonomi 1
TAHUN 2015
SKRIPSI
OLEH:
NIM: 1111101000079
JAKARTA
1437 H/ 2015 M
i
LEMBAR PERNYATAAN
1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S1) di Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidyatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidyatullah
Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli
saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidyatullah Jakarta.
ii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
Jakarta, 14 Desember 2015
ABSTRAK
Postur janggal merupakan salah satu risiko ergonomi yang terdapat pada
pekerja, hal ini dapat ditemui pada pekerja konstruksi dengan tahapan pekerjaan
pada pekerjaan kayu, besi dan pengecoran. Postur janggal yang dilakukan oleh
pekerja ini dapat menyebabkan stres pada kondisi fisik pekerja yang berdampak
pada timbulnya cidera pada pekerja. Untuk mencegah terjadinya cidera perlu
dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja konstruksi proyek Ruko
Graha Depok.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi
kasus, melalui observasi langsung terhadap seluruh tahapan kegiatan pada
pekerja kayu, pekerja besi dan pekerja pengecoran. Penilaian tingkat risiko
ergonomi menggunakan metode Rapid Entire Body Assesment (REBA), Ovako
Working Assesment System (OWAS) dan Quick Exposure Checklist (QEC).
Penelitian ini berlangsung dari periode Mei - Desember 2015. Pengamatan
dilakukan pada perwakilan satu pekerja dari masing – masing tahapan kerja
dengan rata – rata tinggi badan yang sama, kecuali pada pekerja tahapan
memotong kayu dilakukan pada dua pekerja dikarenakan mengalami perbedaan
tinggi badan yang jauh berbeda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahapan kegiatan pekerjaan
kayu memiliki risiko ergonomi tinggi kecuali pada tahapan mengambil kayu.
Sementara pada tahapan kegiatan pekerja besi juga memiliki risiko ergonomi
tinggi kecuali tahapan membawa besi, membentuk rangka besi dan membetulna
rangkaian besi. Risiko tinggi ergonomi juga dijumpai pada tahapan kegiatan
meratakan semen cor.
Untuk mereduksi tingkat risiko ergonomi perlu dilakukan perubahan
terhadap tindakan dan pergerakan pekerja, penyediaan alat bantu kerja serta
perubahan pada desain kerja pekerja.
Kata Kunci : tingkat risiko ergonomi, REBA OWAS, QEC, Pekerja Konstruksi
Bahan Bacaan : 40 (1981 – 2013)
iii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM
DEPARTMENT OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY
Jakarta, Jakarta, 14 Desember 2015
ABSTRACT
Awkward posture is one of the ergonomic risk contained in the workers, it
can be found on construction workers with carpentry, iron and foundry stages.
Awkward postures performed by these workers can cause stress on physical
conditions of workers who have an impact on the incidence of injury to workers.
To prevent injury, it is necessary to conduct evaluation of ergonomic risk level in
project construction workers Graha Depok.
This research is a quantitative research with case study design, through
direct observation of all stages of the wood workers, iron workers and foundry
workers. The assessment of ergonomic risk level uses Rapid Entire Body
Assessment (REBA) methods, Ovako Working Assessment System (OWAS) and
Quick Exposure Checklist (QEC). This research held on May to December 2015.
Observations were made on the representatives of the workers of each stages who
have same height, except on chopping wood workers, those observations are held
to two workers because they have different height.
The results of research showed that at this stage of the work activities of
wood has a high ergonomic risk except on took the wood stage. While in the
stages of iron workers also have high ergonomic risk except the carrying iron,
forming iron frame and fixing iron circuit stages. High risk ergonomics are also
found on the leveling cement cast stage.
To reduce ergonomic risk level is necessary to change the action and the
movement of workers, the provision of working tools and changes in the design of
workers.
iv
v
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA DIRI
Agama : Islam
Email : [email protected]
PENDIDIKAN FORMAL
vii
PENDIDIKAN NON-FORMAL
PENGALAMAN ORGANISASI
viii
KEPANITIAAN
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, yang telah
memberikan nikmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO
ERGONOMI PADA PEKERJA KONSTRUKSI PROYEK RUKO GRAHA
DEPOK TAHUN 2015”.
Semoga shalawat dan salam selalu tercurah bagi junjungan kita Nabi
Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya dan kita sebagai umatnya yang taat
hingga akhir zaman.
Skripsi ini dalam proses penyusunannya, penulis mendapatkan banyak
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis
ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Orang tua saya, terimakasih atas kasih sayang, kesabaran, doa dan
perjuangannya sehingga penulis dapat melanjutkan pendidikan hingga saat
ini.
2. Dr. H. Arif Sumantri S.KM, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Fajar Ariyanti, Ph.D selaku ketua program studi Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu DR. Iting Shofwati, ST, M.KKK, selaku dosen peminatan K3 serta
selaku dosen pembimbing.
5. Ibu DR. Ela Laelasari SKM, M.Kes selaku dosen pembimbing.
6. Segenap Bapak/Ibu dosen program studi Kesehatan Masyarakat yang
telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berguna bagi penulis.
7. Seluruh teman – teman program studi Kesehatan Masyarakat 2011
khususnya peminatan K3, terima kasih atas kebersamaannya selama ini.
8. Seluruh adik kelas peminatan K3, terima kasih atas kerjasamanya selama
ini.
9. Anissa Florensia, selaku orang terdekat saya yang selalu memberikan
dukungan semangat dan mental dalam penulisan skripsi ini.
x
Penulis menyadari bahwa penulisan proposal skripsi ini masih jauh dari
kata sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk penulis. Agar penulis dapat berkembang menjadi lebih baik
dikemudian hari, selain itu penulis pun berharap semoga proposal ini dapat
memberi kontribusi dalam perkembangan ilmu Kesehatan dan Keselamatan Kerja
dan bermanfaat bagi banyak pihak. Amin.
xi
DAFTAR ISI
JUDUL……………………….…………………………………………….…….. i
LEMBAR PERNYATAAN….............................................................................. ii
ABSTRAK………………………………………………………………………… iii
LEMBAR PERSETUJUAN……………………………………………..………. v
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI……………………………….………… vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP……………………………………….…….……. vii
KATA PENGANTAR………………………………………………………….… x
DAFTAR ISI……………………………………………………………………… xii
DAFTAR TABEL………………………………………………………………… xv
DAFTAR GAMBAR/BAGAN…………………………………………………… xx
DAFTAR ISTILAH………………………………………………………………. xxi
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………….….. 1
A. Latar Belakang……………………………………………..….. 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………….. 5
C. Pertanyaan Penelitian…………………………………………. 6
D. Tujuan Penelitian………………………………………………. 8
1. Tujuan Umum…………………………………………….. 8
2. Tujuan Khusus………………………………………..…… 8
E. Manfaat Penelitian…………………………………………….. 9
1. Bagi Perusahaan………………..…………………………. 9
2. Bagi Pekerja……………..………………………………... 10
3. Bagi Penelitian……………………………………………. 10
F. Ruang Lingkup Penelitian….………………………………….. 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…….………………………………………. 12
A. Ergonomi………………………………………………………. 12
1. Definisi Ergonomi………………………………………… 12
2. Prinsip Ergonomi…………………………………………. 13
B. Metode Penilaian Risiko Ergonomi.………………………….. 16
1. Penilaian Keluhan Risiko Ergonomi……………………… 16
2. Penilaian Risiko Postur Kerja……………………………. 18
C. Kerangka Teori………………………………………………… 34
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL…… 36
A. Kerangka Konsep …………………….……………………….. 36
xii
B. Definisi Operasional…………………………………………… 38
BAB IV METODE PENELITIAN……………….……….…………………. 51
A. Desain Penelitian………………………………………............. 51
B. Waktu dan Lokasi Penelitian………..……………………….… 51
C. Objek Penelitian……………….………………………………. 51
D. Subjek Penelitian………………………………………………. 52
E. Besar Sampel…………………………………………………... 52
F. Teknik Pengambilan Sampel…………………………………. 52
G. Alat/Instrumen penelitian........................................................... 53
H. Metode pengambilan Data…..………………………………. 55
I. Teknik dan Analisis Data……………………………………… 80
BAB V HASIL……………………………………………………………...... 82
A. Analisis Tingkat Risiko Postur Kerja Pada Pekerja Kayu……. 82
1. Mengambil Kayu…………………………………………. 83
2. Memotong Kayu………………………………………….. 89
3. Membuat Bekisting……………………………………….. 103
4. Memasang Beskisting…………………………………….. 110
B. Analisis Tingkat Risiko Postur Kerja Pada Pekerja Besi……. 118
1. Mengambil Besi…………………………………………. 118
2. Membawa Besi……………………………………………. 124
3. Memotong Besi…………………………………………… 131
4. Membentuk Rangka Besi…………………………………. 137
5. Merangkai Besi…………………………………………… 144
6. Membetulkan Rangkaian Besi……………………………. 150
C. Analisis Postur Kerja Pada Pekerja Pengecoran………………. 158
BAB VI PEMBAHASAN…………………………………………………….. 165
A. Keterbatasan Penelitian............................................................. 165
B. Analisis Tingkat Risiko Postur Kerja Pada Pekerja Kayu.......... 165
1. Mengambil Kayu…………………………………………. 166
2. Memotong Kayu………………………………………….. 167
3. Membuat Bekisting……………………………………….. 170
4. Memasang Beskisting…………………………………….. 172
C. Analisis Tingkat Risiko Postur Kerja Pada Pekerja Besi............ 175
1. Mengambil Besi…………………………………………... 175
2. Membawa Besi…………………………………………. 177
xiii
3. Memotong Besi…………………………………………… 179
4. Membentuk Rangka Besi…………………………………. 181
5. Merangkai Besi…………………………………………… 182
6. Membetulkan Rangkaian Besi……………………………. 185
D Analisis Tingkat Risiko Postur Kerja Pada Pekerja 187
Pengecoran................................................................................
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN............................................................. 190
A. Simpulan.................................................................................... 190
B. Saran........................................................................................... 191
1. Manajemen.......................................................................... 191
2. Pekerja Besi......................................................................... 192
3. Pekerja Pengecoran............................................................. 193
DAFTAR PUSTAKA…………………….………………………………………. 194
xiv
DAFTAR TABEL
xv
2015………………………………………………..…….…
Tabel 5.10 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas
Memotong Kayu (Sampel I) Berdasarkan Tiga Metode 96
Tahun 2015……………….............................................…….
Tabel 5.11 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memotong Kayu Pada
Pekerja Kayu (Sampel II) Berdasarkan Metode REBA 99
Tahun 2015…………………………….……..……………..
Tabel 5.12 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memotong Kayu Pada
Pekerja Kayu (Sampel II) Berdasarkan Metode OWAS 101
Tahun 2015……………………………..……………………
Tabel 5.13 Hasil Kuesioner Tahapan Memotong Kayu Pada pekerja
101
Kayu (Sampel II) Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015….
Tabel 5.14 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memotong Kayu Pada
Pekerja Kayu (Sampel II) Berdasarkan Metode QEC Tahun 102
2015………………………………………………………….
Tabel 5.15 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas
Memotong Kayu (Sampel II) Berdasarkan Tiga Metode 103
Tahun 2015….....................………………………………….
Tabel 5.16 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membuat Bekisting
Pada Pekerja Kayu Berdasarkan Metode REBA Tahun 106
2015………………………………………………………….
Tabel 5.17 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membuat Bekisting
Pada Pekerja Kayu Berdasarkan Metode OWAS Tahun 107
2015…..……………………………….……………………..
Tabel 5.18 Hasil Kuesioner Tahapan Membuat Bekisting Pada Pekerja
108
Kayu Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015……………….
Tabel 5.19 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membuat Bekisting
109
Pada Pekerja Kayu Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015…
Tabel 5.20 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas Membuat
Bekisting Berdasarkan Tiga Metode Tahun 110
2015….....................................................................................
Tabel 5.21 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memasang Bekisting
Pada Pekerja Kayu Berdasarkan Metode REBA Tahun 113
2015………………………………………………………….
Tabel 5.22 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memasang Bekisting
Pada Pekerja Kayu Berdasarkan Metode OWAS Tahun 114
2015……….…………………………………………….…..
Tabel 5.23 Hasil Kuesioner Tahapan Memasang Bekisting Pada Pekerja
115
Kayu Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015……………….
Tabel 5.24 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memasang Bekisting
Pada Pekerja Kayu Berdasarkan Metode QEC Tahun 116
2015………………………………….………………………
xvi
Tabel 5.25 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas
Memasang Bekisting Berdasarkan Tiga Metode Tahun 116
2015…………………………………………………...……..
Tabel 5.26 Rekapan Hasil Penilaian Analisis Tingkat Risiko Ergonomi
Pada Masing – Masing Proses Tahapan Kerja Pekerja Kayu 117
Berdasarkan Tiga Metode Tahun 2015……….
Tabel 5.27 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Mengambil Besi Pada
121
Pekerja Besi Berdasarkan Metode REBA Tahun 2015…..…
Tabel 5.28 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Mengambil Besi Pada
122
Pekerja Besi Berdasarkan Metode OWAS Tahun 2015……..
Tabel 5.29 Hasil Kuesioner Tahapan Mengambil Besi Pada Pekerja
122
Besi Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015………………
Tabel 5.30 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Mengambil Besi Pada
123
Pekerja Besi Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015………..
Tabel 5.31 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas
Mengambil Besi Berdasarkan Tiga Metode Tahun 124
2015………………………………………………………….
Tabel 5.32 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membawa Besi Pada
127
Pekerja Besi Berdasarkan Metode REBA Tahun 2015..……
Tabel 5.33 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membawa Besi Pada
128
pekerja Besi Berdasarkan Metode OWAS Tahun 2015……..
Tabel 5.34 Hasil Kuesioner Tahapan Membawa Besi Pada Pekerja Besi
128
Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015……..…….…………
Tabel 5.35 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membawa Besi Pada
130
Pekerja Besi Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015….……
Tabel 5.36 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas Membawa
130
Besi Berdasarkan Tiga Metode Tahun 2015……………….
Tabel 5.37 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memotong Besi Pada
133
Pekerja Besi Berdasarkan Metode REBA Tahun 2015……
Tabel 5.38 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memotong Besi Pada
134
Pekerja Besi Berdasarkan Metode OWAS Tahun 2015..……
Tabel 5.39 Hasil Kuesioner Tahapan Memotong Besi Pada Pekerja Besi
135
Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015..……………………
Tabel 5.40 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memotong Besi Pada
136
Pekerja Besi Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015..………
Tabel 5.41 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas
137
Memotong Besi Berdasarkan Tiga Metode Tahun 2015……
Tabel 5.42 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membentuk Rangka
Besi Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode REBA Tahun 140
2015…………………………….………………………..…
Tabel 5.43 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membentuk Rangka 141
Besi Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode OWAS Tahun
xvii
2015………………………………………………………….
Tabel 5.44 Hasil Kuesioner Tahapan Membentuk Rangka Besi Pada
142
Pekerja Besi Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015…….….
Tabel 5.45 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membentuk Rangka
Besi Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode QEC Tahun 143
2015………………………………………………………….
Tabel 5.46 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas
Membentuk Rangka Besi Berdasarkan Tiga Metode Tahun 143
2015………………………………………………………….
Tabel 5.47 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Merangkai Besi Pada
146
Pekerja Besi Berdasarkan Metode REBA Tahun 2015…...…
Tabel 5.48 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Merangkai Besi Pada
147
Pekerja Besi Berdasarkan Metode OWAS Tahun 2015……..
Tabel 5.49 Hasil Kuesioner Tahapan Merangkai Besi Pada Pekerja Besi
148
Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015..……………………
Tabel 5.50 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Merangkai Besi Pada
149
Pekerja Besi Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015………..
Tabel 5.51 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas Merangkai
150
Besi Berdasarkan Tiga Metode Tahun 2015………………..
Tabel 5.52 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membetulkan
Rangkaian Besi Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode 153
REBA Tahun 2015…………………………..………………
Tabel 5.53 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membetulkan
Rangkaian Besi Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode 154
OWAS Tahun 2015…………………………..……………
Tabel 5.54 Hasil Kuesioner Tahapan Membetulkan Rangkaian Besi
155
Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015….
Tabel 5.55 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membetulkan
Rangkaian Besi Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode 156
QEC Tahun 2015…………………………..…………….…..
Tabel 5.56 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas
Membetulkan Rangkaian Besi Berdasarkan Tiga Metode 156
Tahun 2015…………………………………………………..
Tabel 5.57 Rekapan Hasil Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada
Masing – Masing Proses Tahapan Kerja Pekerja Besi 157
Berdasarkan Tiga Metode Tahun 2015………………………
Tabel 5.58 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Meratakan Semen Cor
Pada Pekerja Pengecoran Berdasarkan Metode REBA Tahun 160
2015……………………….…………………………………
Tabel 5.59 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Meratakan Semen Cor
Pada Pekerja Pengecoran Berdasarkan Metode OWAS 161
Tahun
xviii
2015……………………………………………………
Tabel 5.60 Hasil Kuesioner Tahapan Meratakan Semen Cor Pada
162
Pekerja Pengecoran Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015..
Tabel 5.61 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Meratakan Semen Cor
Pada Pekerja Pengecoran Berdasarkan Metode QEC Tahun 163
2015………………………………………………………….
Tabel 5.62 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas Meratakan
Semen Cor Berdasarkan Tiga Metode Tahun 163
2015……………………………………...…………………..
Tabel 5.63 Rekapan Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Seluruh
Proses Tahapan Kerja Berdasarkan Tiga Metode Tahun 164
2015…………………………………….……………………
xix
DAFTAR GAMBAR/BAGAN
xx
DAFTAR ISTILAH
xxi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
yang baik pada saat merancang sistem kerjanya, serta masih kurang
komunikasi (28,4%); diikuti oleh pekerja sosial dan kesehatan (26,3%) dan
1
2
memiliki risiko yang tinggi, salah satu jenis bahaya yang terdapat
pembuatan dan perangkaian rangka besi, serta proses kerja lainnya. Proses
menggergaji kayu, memaku kayu, memotong besi dan memikul beban berat
sepeti mengangkat besi dan kayu. Pekerjaan – pekerjaan itu dilakukan dalam
dengan baik. Selain itu CV. Kemiri Muka masih baru dalam melaksanakan
ergonomi.
baru berlangsung dibandingkan proyek lain yang belum dan sudah lama
Graha Depok ini. Oleh karena itu masalah ergonomi di tempat kerja masih
adalah istilah yang diberikan untuk proses penanganan proses kerja yang
penerapan ilmu biologi manusia yang sejalan dengan ilmu rekayasa untuk
rangka yang dapat terjadi pada aktivitas penanganan material secara manual
(Martaleo, 2012).
4
banyak dengan alat ukur yang bervariasi. Metode - metode tersebut misalnya
seperti REBA, OWAS dan QEC mempunyai perbedaan dalam cara ataupun
bagian yang diamati oleh metode tersebut. Pada penelitian ini peneliti akan
memakai metode REBA sebagai metode utama, namun karena pada metode
didapatkan lebih oleh metode REBA, yaitu metode OWAS dan QEC.
penentuan sudut pada batang tubuh, leher, kaki, lengan atas, lengan bawah,
tangan serta lengan yang terbagi atas dua bagian, yaitu atas dan bawah.
punggung, lengan, kaki dan beban berat yang diangkat. Masing- masing
lain dalam hal pembagian skor postur kaki yang dibagi dalam 7 jenis postur
5
analisis pada sudut bagian tubuh yang akan dinilai sperti hal metode
yang dikembangkan oleh Guangyan Li dan Peter Buckle pada tahun 1999
(Pinder, 2002). Fungsi utama QEC adalah untuk mencegah terjadinya Work-
empat bagian utama yang akan dinilai yaitu punggung, bahu atau lengan,
pergelangan tangan atau tangan, dan leher. Pada metode QEC, memiliki
(Martaleo, 2012). Namun pada metode ini memiliki kekurangan yang hanya
melihat bagian tubuh atas saja, tidak mengamati sampai bagian bawah.
risiko ergonomi yang mungkin dialami oleh pekerja. Hasil dari penilaian
B. Rumusan Masalah
pemotong kayu, pembuatan dan perangkaian rangka besi, serta proses kerja
lainnya. Dari studi pendahuluan pun didapatkan bahwa masih banyak para
janggal atau tidak baik. Postur – postur ini seperti membungkuk, berjongkok,
beban secara manual. Hal ini dapat menjadi risiko terjadinya penyakit akiba
kerja yang hilang, penanganan yang membutuhkan biaya yang cukup tinggi
C. Pertanyaan Penelitian
REBA, OWAS dan QEC pada tahapan mengambil kayu proyek ruko
REBA, OWAS dan QEC pada tahapan memotong kayu proyek ruko
REBA, OWAS dan QEC pada tahapan mengambil besi proyek ruko
REBA, OWAS dan QEC pada tahapan membawa besi proyek ruko
REBA, OWAS dan QEC pada tahapan memotong besi proyek ruko
REBA, OWAS dan QEC pada tahapan merangkai besi proyek ruko
REBA, OWAS dan QEC pada tahapan meratakan semen cor proyek
D. Tujuan Penelitian
1. Umum
2. Tujuan Khusus
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Perusahaan
terjadi.
2. Bagi Pekerja
3. Bagi Penelitian
F. Ruang Lingkup
metode kuantitatif. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2015 sampai
September 2015, data yang diambil adalah data primer melalui pengukuran
kuesioner. alat ukur atau instrument lain yang digunakan adalah kamera
untuk mengukur sudut dari postur kerja, serta timbangan yang digunakan
TINJAUAN PUSTAKA
A. Ergonomi
ergonomi dan metode penilaian risiko MSDs. Kedua hal tersebut dijabarkan
1. Definisi Ergonomi
pada disiplin ilmu yang sekarang diterapkan pada aspek pekerjaan atau
kegiatan manusia.
12
13
(Tarwaka, 2011).
kesejahteraan.
2. Prinsip Ergonomi
sistem dimana manusia bekerja. Semua sistem kerja tersebut terdiri atas
Interaksi Evaluasi
Manusia > Mesin : Tindakan Anatomi : Postur tubuh,
pengendalian dasar yang dilakukan pergerakan, besaran kekuatan,
manusia dalam menggunakan mesin. durasi dan frekuensi pergerakan,
Aplikasinya berupa penggunaan kelelahan otot.
kekuatan yang besar, penanganan Fisiologi : Work rate (konsumsi
material, perawatan dan lainnya. oksokan dan detak jantung),
kebugaran dan kelelahan fisiologi.
Psikososial : Persyaratan
kemampuan, beban mental, proses
informasi yang
paralel/berkelanjutan.
Manusia > Lingkungan : Efek dari Fisik: Pengukuran objektif dari
manusia terhadap lingkungan. Manusia lingkungan kerja, implikasinya
mengeluarkan karbondioksida, berupa pemenuhan standar yang
kebisingan, panas, dan lainya. berlaku.
Mesin > Manusia : Umpan balik dan Anatomi : Desain dari kendali dan
display informasi. Mesin dapat alat
memberikan efek tekanan terhadap Fisik : Pengukuran objektif dari
manusia berupa getaran, percepatan, efek tekanan yang tedapat pada
dan lainnya. Beban mesin yang berat mesin terhadap manusia.
yang harus di angkat juga dapat Fisiologi : Aplikasi dari prinsip
mengancam kesehatan manusia pengelompokkan desain dari
faceplates, panel dan display
grafik.
Mesin > Lingkungan : Mesin dapat Umumnya ditangani oleh teknisi
mengubah lingkungan kerja dengan lapangan dan industrial hygienist.
mengeluarkan kebisingan, panas, dan
buangan gas.
Lingkungan > Manusia : Lingkungan Fisik-Fisiologi : Kebisingan,
dapat mempengaruhi fungsi dari mesin pencahayaan, dan temperature.
dengan menimbulkan pemanasan atau
pembekuan komponen mesin.
15
dimiliki. Oleh karena itu biasanya dalam suatu pekerjaan hal yang akan
forklift trye handler, hand pallet, dan penyediaan portable ramp untuk
barang, sehingga dapat mengurangi beban yang diterima oleh tubuh dan
ada banyak, , dan alat ukurnya pun cukup bervariasi. Namun demikian, dari
berbagai alat ukur dan berbagai metode tentunya mempunyai kelebihan dan
keterbatasan masing masing. Untuk itu kita harus dapat secara selektif
memilih dan menggunakan metode secara tepat dan sesuai dengan tujuan
dapat dilakukan dengan metode Nordic Body Map (NBM) dan checklist.
Namun Nordic Body Map (NBM) adalah salah satu cara evaluasi ergonomi
a. Leher f. Siku
b. Bahu g. Pinggang
skala likert untuk melihat tingkatan keluhan MSDs secara objektif. Semua
dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu Leher, upper limb (bahu, siku,
pergelangan kaki, dan kaki) dan low back (punggung atas dan bawah)
metode observasi postur tubuh pada saat bekerja seperti, Rapid Entire
1) Definisi
2) Pengukuran
tersebut adalah :
tersebut
sebagai berikut :
1) Definisi
a) Jumlah gerakan
c) Gaya
perabotan
2) Pengukuran
a) Tahap 1
b) Tahap 2
c) Tahap 3
1) Definisi
Buckle, 1999).
2) Pengukuran
sebagai berikut :
24
computer.
baik
kerja
1) Definisi
2) Pengukuran
seperti :
bahu
c) Kaki (7 Postur)
(7) Berjalan
1) Definisi
2) Pengukuran
seperti :
b) Siku kiri
c) Bahu kiri
d) Leher
e) Punggung
g) Siku kanan
h) Bahu kanan
i) Kaki
(Humantech, 1995).
Tabel 2.5 Kelebihan dan Kelemahan Metode Analisis Tingkat Risiko Ergonomi
30
Tabel 2.4 (Lanjutan)
No. Metode Penilaian Kelebihan Kekurangan
b. Dapat dijadikan tindakan lebih kanjut b. Tidak ada tinjauan rekam medis
dari investigasi dan tindakan c. Metode ini tidak bisa mengukur
perbaikan. gerakan tangan menggenggam,
c. Pemberian skor pada RULA lebih meluruskan, memutar dan
rinci memerlukan tekanan pada
d. Mudah digunakan, cepat dam praktis telapak tangan, dan
d. Metode ini tidak bisa mengukur
antropometri tempat kerja yang
dapat menyebabkan terjadinya
postur janggal
3. Quick Exposure a. Mencakup beberapa faktor risiko a. Metode hanya berfokus pada
Checklist (QEC) terbesar terkait MSDs faktor fisik di tempat kerja
b. Mempertimbangkan kebutuhan
b. Hipotesis skor pajanan yang
pengguna dan dapat digunakan oleh
disarankan pada action level
peneliti yang belum berpengalaman
membutuhkan validasi.
31
Tabel 2.5 (Lanjutan)
32
Tabel 2.5 (Lanjutan)
No. Metode penilaian Kelebihan Kekurangan
5. Baseline Risk a. Dapat mengkaji hampir seluruh a. Tidak dapat mengetahui total
Identifiation of bagian tubuh (sembilan bagian) skor secara menyeluruh dari
Ergonomics b. Dapat menentukan bagian mana yang suatu pekerjaan
Factors memiliki beban paling berat b. Banyak faktor yang harus
c. Dapat mengidentifikasi penyebab diuji
awal MSDs c. Membutuhkan waktu
d. Tidak membutuhkan seorang ahli pengamatan yang lebih lama
ergonomi untuk melakukan penilaian d. Tidak dapat digunakan untuk
pekerjaan menggunakan BRIEF manual handling
6. Nordic Body Map a. Mengkaji seluruh tubuh yang dibagi a. Hanya melihat keluhan
kedalam sembilan bagian tubuh. secara subyektif
b. Dapat digunakan untuk mengevaluasi b. Tidak dapat mengetahui total
keluhan MSDs skor secara menyeluruh dari
c. Menggunakan 28 titik atau pertanyaan suatu pekerjaan
bagian tubuh c. Tidak terlalu milhat faktor
fisik di tempat kerja
33
34
C. Kerangka Teori
penilaian risiko yang dilakukan secara logis dan sistematis. Proses penilaian ini
pemantauan risiko yang terkait dengan kegiatan – kegiatan, fungsi atau proses
Menentukan Konteks/KriteriaRisiko
Identifikasi Risiko
Evaluasi Risiko
Penilaian Risiko
Pengendalian Risiko
A. Kerangka Konsep
pada bab sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk menilai tingkat risiko
dan QEC pada pekerja konstruksi proyek ruko graha depok. Alasan penulis
dikarenakan metode ini dapat menilai risiko pada beberapa bagian tubuh yang
penting dan juga menilai postur kerja secara dinamis dan juga statis. Validitas
dan realibilitas metode REBA, OWAS dan QEC juga telah diuji, sehingga
penelitian dapat diterima secara ilmiah. Selain itu, metode ini juga tidak
digunakan. Metode ini tentu saja bukanlah metode yang paling baik digunakan,
dan QEC, lalu didapatkan skor akhir dari masing – masing metode penilaian
risiko ergonomi tersebut yang merupakan indikator tingkat risiko ergonomi yang
pada pekerja. Hal ini dapat digambarkan dalam kerangka konsep sebagai berikut:
36
37
Identifikasi Risiko
Analisis Risiko
Evaluasi Risiko
Pengendalian Risiko
Definisi operasional adalah definisi yang menjelaskan variabel – variabel yang menjadi unsur – unsur dalam melakukan
penelitian. Definisi ini menjelaskan secara jelas mengenai pengertian dari setiap variabel yang akan diteliti. Hal ini dilakukan agar
pembaca dapat mengerti dan lebih mengetahui maksud dari peneliti (Nurliah, 2012). Di bawah ini akan dijelaskan beberapa variabel
No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
1. Identifikasi Melakukan pengambilan Kamera Observasi Langkah kerja masing – masing Ratio
Proses gambar berbentuk video digital dan jenis pekerjaan per satu siklus kerja
Pekerjaan postur kerja masing – wawancara
masing tahap kerja per
satu siklus kerja.
2. Penilaian Pemberian angka untuk Kamera Observasi REBA : Ordinal
Postur kerja postur tubuh pekerja digital, , a. skor 1 (Risiko dapat
berdasarkan kriteria stopwatch ditiadakan)
metode penilaian dan form b. skor 2-3 (Rendah,
ergonomi. penilaian perubahan mungkin
dibutuhkan)
38
Tabel 3.1 (lanjutan)
No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
c. skor 4-7 (Menengah,
investigasi lebih lanjut,
perubahan segera)
d. skor 7-10 (Tinggi, dan
lakukan perubahan)
e. skor 11+ (Sangat Tinggi,
dan lakukan perubahan)
(Hignett dkk, 2000)
OWAS :
a. Skor 1 ( Normal Postur) =
posisi normal tanpa efek
yang dapat mengganggu
sistem musculoskeletal,
tidak diperlukan tindakan
perbaikan.
b. Skor 2 (Slightly Harmful) =
posisi yang berpotensi
menyebabkan kerusakan
pada sistem
musculoskeletal, tindakan
perbaikan mungkin
diperlukan.
39
Tabel 3.1 (lanjutan)
No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
c. Skor 3 (Distincly
Harmful) = posisi dengan
efek berbahaya pada
sistem musculoskeletal
(risiko tinggi), tindakan
korektif segera diperlukan.
d. Skor 4 (Extremely
Harmful) = posisi dengan
efek sangat berbahaya
pada sistem
musculoskeletal (risiko
sangat tinggi), dan
tindakan korektif
diperlukan sesegera
mungkin.
QEC :
a. ≤ 40% (Risiko dapat
diterima)
40
Tabel 3.1 (lanjutan)
No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
b. 41%-50% (Rendah,
perubahan mungkin
dibutuhkan)
c. 51%-70% (Menengah,
investigasi lebih lanjut,
perubahan segera)
d. >70% (Tinggi, dan
lakukan perubahan)
(Li dan Bukle, 1999)
41
Tabel 3.1 (lanjutan)
No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
b. 41%-50% (Rendah,
perubahan mungkin
dibutuhkan)
c. 51%-70% (Menengah,
investigasi lebih lanjut,
perubahan segera)
d. >70% (Tinggi, dan lakukan
perubahan)
(Li dan Bukle, 1999)
42
Tabel 3.1 (lanjutan)
No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
2) Skor 2 = posisi
punggung bungkuk ke
dapan (>20o)
3) Skor 3 = posisi
punggung miring ke
samping (>20o)
4) Skor 4 = posisi
punggung bungkuk ke
depan sekaligus miring
kesamping (>20o)
QEC : Ordinal
1) ≤ 40% (Risiko dapat
diterima)
2) 41%-50% (Rendah,
perubahan mungkin
dibutuhkan)
3) 51%-70% (Menengah,
investigasi lebih lanjut,
perubahan segera)
43
Tabel 3.1 (lanjutan)
No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
4) >70% (Tinggi, dan lakukan
perubahan)
(Li dan Bukle, 1999)
c. Postur Gerakan aduksi, Kamera Observasi OWAS : Ordinal
Lengan abduksi, fleksi, ekstensi digital, 1) Skor 1 = posisi kedua
pada lengan pekerja stopwatch lengan berada di bawah
yang terjadi pada dan form bahu
pekerja saat bekerja. penilaian 2) Skor 2 = posisi pada salah
satu lengan berada diatas
bahu
3) Skor 3 = posisi kedua
lengan berada diatas bahu
d. Postur Gerakan aduksi, Kamera Observasi REBA :
Lengan atas abduksi, fleksi, ekstensi digital, 1) Skor 1 : 0o - 20o flexion
pada lengan atas pekerja stopwatch sampai extension
yang terjadi pada dan form 2) Skor 2 : > 20o extension
pekerja saat bekerja. penilaian 20o - 45o flexion
3) Skor 3 : 45o - 90o
flexion
4) Skor 4 : > 90o flexion
44
Tabel 3.1 (lanjutan)
No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
5) Skor +1 : jika posisi
lengan adducted atau
rotated
6) Skor +1 : jika bahu
ditinggikan
7) Skor -1 : jika bersandar,
bobot lengan ditopang
atau sesuai gravitasi
e. Postur Gerakan aduksi, Kamera Observasi REBA :
Lengan abduksi, fleksi, ekstensi digital, 1) Skor 1 : 60o - 100o
bawah pada lengan bawah stopwatch flexion sampai extension
pekerja yang terjadi 2) Skor 2 : <20o flexion
pada pekerja saat atau >100o flexion
bekerja.
f. Postur Gerakan fleksi atau Kamera Observasi REBA :
Pergelangan ekstensi pada digital, 1) Skor 1 : 0o - 15o
tangan pergelangan lengan stopwatch flexion sampai extension
pekerja yang terjadi dan form 2) Skor 2 : >15o flexion
atau extension
pada pekerja saat penilaian
3) Skor +1 jika tangan
bekerja. memutar ke kanan atau
kiri
45
Tabel 3.1 (lanjutan)
No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
QEC :
a. ≤ 40% (Risiko dapat
diterima)
b. 41%-50% (Rendah,
perubahan mungkin
dibutuhkan)
c. 51%-70% (Menengah,
investigasi lebih lanjut,
perubahan segera)
>70% (Tinggi, dan
lakukan perubahan)
(Li dan Bukle, 1999)
g. Postur Kaki Gerakan postur kaki Kamera Observasi REBA : Kaki
pekerja yang stabil, digital, 1) Skor 1 : kaki tertopang,
tidak stabil dan fleksi stopwatch bobot tersebar merata
yang terjadi pada saat dan form jalan atau duduk
bekerja. penilaian 2) Skor 2 : kaki tidak
tertopang, bobot tersebar
merata/postur tidak stabil
3) Skor +1 : jika lutut antara
30o - 60o flexion
46
Tabel 3.1 (lanjutan)
No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
4) Skor +2 : Jika lutut >60o
flexion tidak ketika
duduk
OWAS :
a. Skor 1 = posisi duduk
b. Skor 2 = posisi berdiri
dengan kedua kaki lurus
c. Skor 3 = posisi berdiri
dengan bertumpu pada
satu kaki lurus dan satu
kaki lainnya berbentuk
sudut >150o
d. Skor 4 =
berdiri/jongkok dengan
kedua lutut dengan sudut
≤150o
e. Skor 5 = berdiri atau
jongkok satu lutut
dengan sudut ≤150o
47
Tabel 3.1 (lanjutan)
No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
f. Skor 6 = berlutut satu
atau dua lutut yang
berada ditanah/lantai
skor 7 = berjalan atau
bergerak
3. Tingkat Risiko Level atau tingkatan Lembar Kalkulasi REBA : Ordinal
risiko MSDs yang kerja form dan a. skor 1 (Risiko dapat
diterima oleh pekerja metode Skoring ditiadakan)
berdasarkan metode penilaian b. skor 2-3 (Rendah,
penilaian risiko risiko perubahan mungkin
ergonomi ergonomi dibutuhkan)
c. skor 4-7 (Menengah,
investigasi lebih lanjut,
perubahan segera)
d. skor 7-10 (Tinggi, dan
lakukan perubahan)
e. skor 11+ (Sangat Tinggi,
dan lakukan perubahan)
(Hignett dkk, 2000)
48
Tabel 3.1 (lanjutan)
No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
OWAS :
a. Skor 1 ( Normal Postur) =
posisi normal tanpa efek
yang dapat mengganggu
sistem musculoskeletal,
tidak diperlukan tindakan
perbaikan.
b. Skor 2 (Slightly Harmful)
= posisi yang berpotensi
menyebabkan kerusakan
pada sistem
musculoskeletal (risiko
sedang), tindakan perbaikan
mungkin diperlukan.
c. Skor 3 (Distincly
Harmful) = posisi dengan
efek berbahaya pada
sistem musculoskeletal
(risiko tinggi), tindakan
korektif segera diperlukan.
49
Tabel 3.1 (lanjutan)
No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
d. Skor 4 (Extremely
Harmful) = posisi dengan
efek sangat berbahaya
pada sistem
musculoskeletal (risiko
sangat tinggi), dan
tindakan korektif
diperlukan sesegera
mungkin.
QEC :
a. ≤ 40% (Risiko dapat
diterima)
b. 41%-50% (Rendah,
perubahan mungkin
dibutuhkan)
c. 51%-70% (Menengah,
investigasi lebih lanjut,
perubahan segera)
d. >70% (Tinggi, dan
lakukan perubahan)
50
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Depok. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai dengan bulan
Desember 2015.
C. Objek Penelitian
Objek dari penelitian ini adalah seluruh proses kerja yang dilakukan
tinggi badan rata - rata 168 cm dan pekerja yang memiliki tinggi badan jauh
diatas rata – rata (outlier). Sehingga pekerja yang diteliti dapat mewakili
51
52
pekerja lain yang tidak diteliti namun pekerjaannya sama. Kedua hal
D. Subjek Penelitian
sampel (postur kerja) dari 11 proses kerja yang dilakukan dengan cara
E. Besar Sampel
11 sampel pekerja yang mewakili rata – rata pekerja dan 1 pekerja yang
mewakili tinggi badan yang jauh diatas rata – rata pekerja (outlier). Semua
sampel diambil masing – masing satu dari 11 pekerjaan yang ada di proyek
adalah simple random sampling, dimana setiap satu sampel diambil acak dari
G. Alat/Instrumen penelitian
dan QEC)
2. Software MB Ruler
3. Kamera Digital
4. Stopwatch
5. Timbangan
per pekerjaan.
pengumpulan data dari masing – masing tahap kerja per satu siklus :
a. Pekerja Kayu
b. Pekerja Besi
Membetulkan Merangkai
rangkaian besi besi
c. Pekerja Pengecoran
1) Skor A
a) Posisi punggung
b) Posisi leher
Pengukuran dilakukan dengan merekam gambar
sebagai berikut:
kiri
60
c) Posisi Kaki
duduk
d) Beban
sebagai berikut :
tiba – tiba
62
2) Skor B
a) Lengan atas
rotated
c) Pergelangan tangan
kiri
d) Pegangan
1) Tabel skor A
penilaian skor A :
Leher
Punggung
1 2 3
Kaki 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 1 2 3 4 1 2 3 4 3 3 5 6
2 2 3 4 5 3 4 5 6 4 5 6 7
3 2 4 5 6 4 5 6 7 5 6 7 8
4 3 5 6 7 5 6 7 8 6 7 8 9
5 4 6 7 8 6 7 8 9 7 8 9 9
Beban
0 1 2 +1
<5 Kg 5 – 10 Kg >10 Kg Penambahan
beban secara
tiba – tiba
67
2) Tabel skor B
penilaian skor B :
Lengan bawah
1 2
Lengan atas
Pergelangan 1 2 3 1 2 3
1 1 2 3 1 2 3
2 1 2 3 2 3 4
3 3 4 5 4 5 5
4 4 5 5 5 6 7
5 6 7 8 7 8 8
6 7 8 8 8 9 9
Pegangan
0 – Good 1 – Fair 2 – Poor 3 - Unacceptable
pegangan pas pegangan tangan pegangan tangan dipaksakan
dan tepat bisa diterima tidak bias pegangan yang
ditengah, tapi tidak ideal diterima walau tidak aman
genggaman kuat memungkinkan
3) Tabel skor C
skor C :
Skor A
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 1 1 2 3 4 6 7 8 9 10 11 12
2 1 2 3 4 4 6 7 8 9 10 11 12
3 1 2 3 4 4 6 7 8 9 10 11 12
4 2 3 3 4 5 7 8 9 10 11 11 12
5 3 4 4 5 6 8 9 10 10 11 12 12
6 3 4 5 6 7 8 9 10 10 11 12 12
Skor B
7 4 5 6 7 8 9 9 10 11 11 12 12
8 5 6 7 8 8 9 10 10 11 12 12 12
9 6 6 7 8 9 10 10 10 11 12 12 12
10 7 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12
11 7 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12
12 7 8 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12
Activity score
+1 = jika 1 atau lebih +1 = jika ada +1 = jika gerakan
bagian tubuh statis, pengulangan gerakan menyebabkan
ditahan lebih dari 1 dalam rentang waktu perubahan atau
menit singkat, diulang lebih pergeseran postur
dari 4 kali per menit yang cepat dari posisi
(tidak termasuk awal
berjalan)
1) Postur kerja
a) Punggung
punggung.
2010)
b) Lengan/Bahu
lengan.
71
c) Kaki
sebagai berikut:
sudut ≤150o
72
2) Beban
berikut :
posisi postur kerja dan tabel 4.6 tingkat risiko dan tindakan
berikut :
74
Punggung
Punggung 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
lurus/tegak
Punggung 2 1 1 1 2 2 2 2 2 3 3
membungkuk
Punggung 3 1 1 2 2 2 3 3 3 3 3
memuntir
Punggung 4 1 2 2 3 3 3 3 4 4 4
membungkuk &
memuntir
Lengan
Kedua lengan di 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
bawah bahu
Satu lengan 2 1 1 1 2 2 2 2 2 3 3
diatas bahu
Kedua lengan 3 1 1 2 2 2 2 2 3 3 3
diatas bahu
Kaki
Duduk 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
Berdiri kedua 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2
kaki lurus
Berdiri dengan 3 1 1 1 2 2 2 2 2 3 3
satu kaki
ditekuk
Berdiri atau 4 1 2 2 3 3 3 3 4 4 4
jongkok dengan
kedua lutut
Berdiri atau 5 1 2 2 3 3 3 3 4 4 4
jongkok dengan
satu lutut
Berlutut dengan 6 1 1 2 2 2 3 3 3 3 3
satu atau dua
lutut menyentuh
lantai
Berjalan/bergera 7 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2
k
Frekuensi Relatif ≤ ≤ ≤ ≤ ≤ ≤ ≤ ≤ ≤ ≤
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
% % % % % % % % % %
setiap posisi yang dominan terjadi pada punggung, lengan dan kaki
75
ini :
diperlukan.
sesegera mungkin.
76
kerja dengan kode 2352, maka postur kerja ini merupakan postur
pekerja.
dengan tabel skor per bagian postur tubuh. Tabel skor per
kuesioner.
Hasil data pengukuran postur atau posisi kerja yang dilakukan dengan
menggunakan alat penilaian postur kerja metode REBA, OWAS dan QEC.
Cara penilaian metode REBA yaitu dengan cara memberi nilai untuk masing-
masing penilaian skor A yaitu punggung, leher, kaki, beban dan skor B
yaitu lengan atas, lengan bawah, pergelangan, serta pegangan. Semua skor
proses kerja, sehingga didapatkan nilai kategori tingkat risiko (Tabel 4.4)
yang menggambarkan level risiko ergonomi serta tingkat perlu atau tidaknya
suatu tahap kerja diubah. Untuk hasil data frekuensi dan durasi dari postur
kerja dinilai pada tabel penilaian Skor C (Tabel 4.3), sedangkan untuk
Cara penilaian metode OWAS yaitu dengan cara memberi nilai untuk
kerja, dan beban objek yang didapat berdasarkan telaah dokumen spesifikasi,
Cara penilaian metode QEC yaitu dengan cara memberi nilai untuk
merekam gambar selama proses kerja dan hasil kueisoner pekerja untuk
(Tabel 4.9).
dilakukan dengan cara membandingkan per postur tubuh dari jenis pekerjaan
81
HASIL PENELITIAN
Pada penelitian ini ada beberpa tahapan yang akan dinilai yang terbagi
kedalam tiga kelompok pekerja yaitu, pekerja kayu, pekerja besi, dan pekerja
pengecoran. Pada pekerja kayu terdapat empat tahapan yaitu, mengambil kayu,
memotong kayu, membuat bekisting dan memasang bekisting. Pada pekerja besi
terdapat enam tahapan yaitu, mengambil besi, membawa besi, memotong besi,
membentuk rangka besi, merangkai besi, dan membetulkan rangkaian besi. Pada
pekerja pengecoran hanya ada satu tahapan yang dinilai, yaitu meratakan semen
cor. Semua tahapan yang ini dinilai menggunakan tiga metode analisis ergonomi,
yaitu metode Rapid Entire Body Assesment (REBA), metode Ovako Working
bawah ini akan dijabarkan penilaian risiko semua tahapan diatas berdasarkan tiga
Pekerja kayu pada proyek Ruko Graha Depok ini memiliki beberapa
akan dijelaskan analisis tingkat risiko dari masing – masing aktivitas pekerja
82
83
1. Mengambil kayu
sebagai berikut :
84
skor beban. Beban yang ditangani oleh pekerja lebih dari 10 Kg,
mendapatkan skor 1.
skor 1, untuk posisi kaki pekerja berdiri dengan kedua kaki lurus
sebagai berikut :
89
perbaikan.
2. Memotong kayu
dari kedua group, sampel outlier dan sampel rata – rata pekerja. Di
bawah ini akan jelaskan penilaian pada kedua sampel tersebut, sebagai
berikut :
a. Sampel I
lebih dari 20o dan kurang dari 60o yaitu 31o, sehingga
group A yaitu 6.
mendapatkan skor 1.
berikut :
b. Sampel II
mendapatkan skor 2.
berikut :
berikut :
tindakan perbaikan.
3. Membuat bekisting
menggunakan alat palu yang dilakukan oleh salah satu pekerja kayu.
membuat bekisting.
104
lebih dari 20o dan kurang dari 60o yaitu 38o, sehingga
group A yaitu 6.
skor 1.
berikut:
Tahun 2015
sudut fleksi lebih dari 20o dan kurang dari 60o yaitu 38o,
mendapatkan skor 1.
berikut :
Tahun 2015
2015
sebagai berikut :
4. Memasang bekisting
pada saat bekerja tidak lurus dan membentuk sudut fleksi lebih
dari 20o dan kurang dari 60o yaitu 30o, sehingga mendapatkan
skor 3. Posisi leher pekerja pada saat bekerja yaitu fleksi 26o
mendapatkan skor 2.
112
sudut fleksi lebih dari 20o dan kurang dari 60o yaitu 30o,
mendapatkan skor 1.
berikut :
114
sebagai berikut :
risiko yang sangat tinggi dengan saran perlu saat ini juga
masing proses tahapan kerja pekerja kayu berdasarkan tiga metode analisis
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada tahapan kayu ini sebagian besar
proses tahapan kerja pekerja kayu dapat dinilai secara sama menurut tiga
Pekerja besi pada proyek Ruko Graha Depok beberapa jenis aktivitas.
Berikut ini merupakan jenis aktivitas yang dilakukan oleh pekerja besi di
1. Mengambil Besi
mengambil besi yang ada pada tumpukkan yang dilakukan oleh salah
saat bekerja tidak lurus dan membentuk sudut fleksi lebih dari
pekerja pada saat bekerja yaitu fleksi lebih besar dari 20o,
mendapatkan skor 1.
akan dijumlah kan dengan skor aktivitas. Maka total skor yang
120
berikut :
sebagai berikut :
2. Membawa Besi
selanjutnya.
sebagai berikut :
skor 1.
berikut :
sebagai berikut :
3. Memotong Besi
selanjutnya.
sebagai berikut :
saat bekerja tidak lurus dan membentuk sudut fleksi lebih dari
20o dan kurang dari 60o yaitu 51o dan memiringkan badannya,
sudut fleksi lebih dari 20o dan kurang dari 60o yaitu 51o dan
berikut :
134
sebagai berikut :
adalah dengan menarik atau mendorong kunci besi pada besi agar
berikut :
sebagai berikut :
perbaikan.
5. Merangkai Besi
merangkai besi untuk dibuat tiang atau penyangga oleh pekerja besi.
cincin besi dan besi yang lurus untuk dirangkai menjadi tiang ataupun
penyangga.
yaitu 5.
skor 1.
berikut :
sebagai berikut :
149
tindakan perbaikan.
pada rangkaian besi yang dibentuk oleh pekerja besi. Gerakan yang
mendapatkan skor 2.
akan dijumlah kan dengan skor aktivitas. Maka total skor yang
Tahun 2015
skor 1.
berikut :
Tahun 2015
sebagai berikut :
risiko yang berbeda, pada dua metode yaitu OWAS dan QEC
masing – masing proses tahapan kerja pekerja besi berdasarkan tiga metode
analisis tingkat risiko ergonomi dalam bentuk tabel 5.57 sebagai berikut :
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada tahapan besi ini sebagian besar
157
proses tahapan kerja pekerja besi tidak dapat dinilai secara sama menurut tiga
menggunakan alat secara manual oleh pekerja. Oleh karena itu untuk
penilaian postur hanya akan dilakukan pada saat tahapan meratakan semen
cor. Gerakan yang dilakukan adalah dengan menarik atau mendorong alat
meratakan semen coran pada lantai berdasarkan metode REBA, OWAS dan
bekerja tidak lurus dan membentuk sudut fleksi sebesar 72o, sehingga
mendapatkan skor 4. Posisi leher pekerja pada saat bekerja tidak lurus
Kaki pekerja pada saat bekerja tertopang dengan baik dan memiliki
sudut fleksi 30o - 60o sehingga mendapatkan skor 2. Setelah itu skor
dijumlahkan dengan skor beban yang akan menjadi skor akhir group
objek benda tidak memiliki pegangan yang tidak pas namun bisa
159
Setelah hasil skor C didapatkan maka akan dijumlah kan dengan skor
aktivitas. Maka total skor yang didapatkan yaitu 10. Di bawah ini akan
dijabarkan hasil penilaian dalam bentuk tabel, yaitu tabel 5.58 sebagai
berikut :
punggung pada saat bekerja tidak lurus dan membentuk sudut fleksi
tangannya berada di bawah bahu pekerja dan satu tangan berada diatas
160
berdiri dengan kedua kaki membentuk sudut lebih dari 150o sehingga
dilihat pada tabel kombinasi posisi postur, tahapan ini memiliki nilai
dijabarkan hasil penilaian dalam bentuk tabel, yaitu tabel 5.61 sebagai
berikut :
162
Tabel 5.61 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Meratakan Semen Cor
dua metode yaitu REBA dan QEC menunjukkan tingkat risiko tinggi,
Dari beberapa penjelasan diatas mengenai hasil dari seluruh proses yang
dilakukan di Proyek Ruko Graha Depok, dapat dilihat bahwa sebagian besar
proses kerja yang dilakukan pekerja memiliki tingkat risiko yang sama setelah
dilakukan penilaian menggunakan tiga metode, yaitu metode REBA, OWAS dan
QEC. Hal tersebut dapat dilihat dalam tabel 5.63, sebagai berikut :
Tabel 5.63 Rekapan Penilaian Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Seluruh
Proses Tahapan Kerja Berdasarkan Tiga Metode Tahun 2015
PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
yaitu pada saat pengambilan data ada hambatan yang didapat peneliti seperti
proses kerja yang tidak dapat diambil videonya secara berulang dikarenkan
sedang tidak ada kegiatan pada proses itu atau terhambatnya melakukan
proses kerja tersebut karena bahan – bahan untuk melakukan proses tersebut
diambil satu sampel yang dapat mewakili keseluruhan pekerja tiap aktivitas
dikarenakan adanya perbedaan tinggi badan pada pekerja. Di bawah ini akan
164
165
1. Mengambil Kayu
didapatkan penilaian tingkat risiko dengan total skor tiga. Hal ini
didapatkan penilaian tingkat risiko dengan total skor satu. Hal ini
oleh pekerja kayu ini memiliki bahaya ergonomi yang rendah atau
tersebut.
2. Memotong Kayu
dan total skor sembilan untuk sampel II. Hal ini menunjukkan
penilaian tingkat risiko dengan total skor tiga untuk sampel I dan II.
risiko yang sama akan tetapi terdapat perbedaan skor yang didapat
berbeda.
awal kerja sampai akhir kerja. Landasan kerja yang tidak sesuai
badannya.
3. Membuat Bekisting
tersebut.
didapatkan penilaian tingkat risiko dengan total skor tiga. Hal ini
oleh pekerja kayu ini memiliki bahaya ergonomi yang tinggi atau
perbaikan.
skor yang tinggi. Pada postur lengan hanya metode REBA dan
diposisi tersebut (salah satu atau keduanya). Pada postur kaki hanya
4. Memasang Bekisting
didapatkan penilaian tingkat risiko dengan total skor 11. Hal ini
didapatkan penilaian tingkat risiko dengan total skor tiga. Hal ini
oleh pekerja kayu ini memiliki bahaya ergonomi yang tinggi atau
tidak ada pada salah satu atau kedua metode lainnya, hal tersebut
dipindahkan.
rangkaian besi. Berikut ini akan dijelaskan analisis tingkat risiko dari masing
sebagai berikut :
1. Mengambil Besi
didapatkan penilaian tingkat risiko dengan total skor 10. Hal ini
didapatkan penilaian tingkat risiko dengan total skor tiga. Hal ini
oleh pekerja kayu ini memiliki bahaya ergonomi yang tinggi atau
175
saja yang memiliki nilai skor yang tidak tinggi namun cukup
tulang belakang.
2. Membawa Besi
nilai tingkat risiko yang sama, yaitu rendah. Hal ini dapat terjadi
yang sama.
dapat diangkat oleh laki – laki diatas bahu adalah 10 Kg, lebih
objek.
3. Memotong Besi
didapatkan penilaian tingkat risiko dengan total skor 11. Hal ini
tindakan perbaikan.
nilai tinggi, postur lengan dan leher mendapatkan nilai skor yang
namun bagian kaki ini pada dua metode lainnya mempunyai skor
tersebut.
didapatkan penilaian tingkat risiko dengan total skor dua. Hal ini
yang tinggi sehingga membuat nilai skor akhir dari metode QEC
berdiri.
5. Merangkai Besi
tersebut.
didapatkan penilaian tingkat risiko dengan total skor tiga. Hal ini
oleh pekerja kayu ini memiliki bahaya ergonomi yang tinggi atau
tindakan perbaikan.
tindakan perbaikan.
didapatkan oleh metode QEC dan REBA tidak dapat melihat dan
skor akhir OWAS. Postur itu adalah bagian kaki, karena pada
metode REBA bagian kaki memiliki nilai skor dua dan pada
postur kaki ini berakibat pada hasil skor yang didapatkan masing
– masing metode.
satu aktivitas, yaitu meratakan semen cor yang daliri oleh mesin cor. Hasil
skor 10. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas mengambil kayu yang
dilakukan oleh pekerja kayu ini memiliki bahaya ergonomi yang tinggi.
risiko dengan total skor dua. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas
pengecoran yang dilakukan oleh pekerja kayu ini memiliki bahaya ergonomi
yang sedang atau Slightly Harmful. Sehingga menurut Karhu dkk (1977) jika
risiko ergonomi berada pada level exposure 61%. Sehingga menurut Li dan
Bukle (1999) jika suatu aktivitas (postur) mendapatkan hasil penilaian tingkat
risikonya tinggi maka perlu penelitian lebih lanjut dan tindakan perbaikan.
tingkat risiko dari ketiga metode yang dipakai menunjukkan tingkat risiko
yang berbeda, yaitu pada metode REBA dan QEC menunjukkan tingkat risiko
punggung yang dinilai mempunyai skor yang kecil, padahal pada kedua
risiko dari masing - masing metode. Pada metode OWAS tidak melihat
membuat penilaian yang berbeda yang berujung pada hasil skor yang
semakin berisiko dan semakin besar mendapatkan nilai skor pada postur. Jika
dilihat dari aktivitas pada tahapan meratakan semen cor ini postur punggung
memiliki sikap janggal yang terlalu jauh dari postur tubuh normal, sehingga
metode REBA dan QEC yang memang lebih sensitif menilai postur
berbeda.
Oleh karena itu dapat disimpulkan jika dilihat dari ketiga metode
tindakan perbaikan terhadap postur tersebut. Maka pada aktivitas ini tindakan
terhadap pekerja.
A. Simpulan
rendah.
tinggi.
yang tinggi.
tinggi dan berdasarkan metode QEC memiliki risiko yang sedang. Pada
189
190
tinggi.
sedang.
yang sedang.
tinggi.
tingkat risiko yang sedang. Pada tahapan ini, intervensi yang dilakukan
yang sedang dan berdasarkan metode QEC memiliki tingkat risiko yang
tinggi.
B. Saran
saran tindakan perbaikan untuk Proyek Ruko Graha Depok yang diharapkan
1. Manajemen
2. Pekerja Besi
3. Pekerja Pengecoran
194
four methods. Revista Gaúcha de Enfermagem. 28(2):260-
5. Artigo Ordinal
Grzybowska, K. 2010. An OWAS-Based Analysis of Storekepeer
Workloads. Logistics and Transport.
HSE, Health Safety Executive. 2007. Understanding ergonomics at
work – Reduce accidents and ill health and increase
productivity by fitting the task to the worker – Health And
Safety Executive.
ILO. 2013. The Prevention of Occupational Diseases [Online].
Available:
www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/wcms_204755.pdf
John. 2007. Application of Ergonomic at Workplace. Dari :
(http://www.safetyinfo.com/guests/Ergonomic%20and%20MS
D%20Fact%20Sheet.html.) Diunggah pada tanggal 15 Mei
2015
Karhu, O., Harkonen, R., Sorvali, P. And Vepsailanen, P. 1981.
Observing Working Posture in Industry: Example of OWAS
Application. Applied Ergonomics. 12. Page 13-17. Manual
Guidelines of OWAS available at http://turva.me.tut.fi/owas
Kurniawati, Ita. 2009. Tinjauan Faktor Risiko Ergonomi dan Keluhan
Subjektif Terhadap Terjadinya Gangguan Muskuloskeletal
Pada Pekerja Pabrik Proses Finishing di Depatemen PPC PT
Southern Cross Textile Industry Ciracas Jakarta Timur Tahun
2009. Skripsi. Depok : Universitas Indonesia Fakultas
Kesehatan Masyarakat.
Lianatika. 2007. Analisis Dan Evaluasi Kerja Manual Dengan
Menggunakan Metode Niosh 1991 Dan Reba (Studi Kasus di
Bagian Produksi PT. Progressio Indonesia). Skripsi. Teknik
Industri. JBPTUNPASPP / 2015-02-23 21:19:49. Diunduh dari
http://digilib.unpas.ac.id/ 10 maret 20:43
Li, G. dan BUCKLE, P. 1999. A Practical Method For The
Assesment Of Work-Related Musculoskeletal Risks – Quick
Exposure Check (QEC). In: Proceedings Of The Human
Factorsand Ergonomics Society 42nd Annual Meeting, October
5-9. Chicago.
Luttmann, Alwin, dkk. 2003. Preventing Musculoskeletal Disorders
In The Workplaces. WHO (online).
(http://www.who.int/occupational_health/publications/en/oehm
sd3.pdf) diakses pada 27 Juli 2015.
Maijunidah, Emi. 2010. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keluhan
Musculoskeletal Disorders (Msds) Pada Pekerja
Assembling PT X Bogor Tahun 2010. Skripsi. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah.
Maria, Steffi. 2012. Evaluasi Pekerjaan Manual Handling Pada Kuli
Panggul di Toko X dan Pedagang Roti Pikul di Agen Roti Y
Kelapa Dua Tahun 2012. Skripsi. Universitas Indonesia.
Depok. Fakultas Kesehatan Masyarakat.
195
Martaleo, M. 2012. Perbandingan Penilaian Risiko Ergonomi Dengan
Metode Reba Dan Qec (Studi Kasus Pada Kuli Angkut
Terigu). Simposium Nasional RAPI XI FT UMS. ISSN :
1412-9612
Mitchell, Tamara. 2008. The Great Stretching Debate. Sally Longyear
(ed)
NIOSH, National Institute For Occupational Safety And Health. 2007.
Ergonomic Guidelines for Manual Material Handling. 4676
Columbia Parkway Cincinnati.
Nurliah, Aah. 2012. Analisis Risiko Musculoskeletal Disorders
(MSDS) Pada Operator Forklift di PT. LLI Tahun 2012. Tesis.
Universitas Indonesia. Depok. Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Priastika, A. T. 2012. Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas
Manual Handling di PT Ceva Logistik Indonesia Site Michelin
Pondok ungu Bekasi Tahun 2012. Skripsi. Universitas
Indonesia. Depok. Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Pujadi, Tri, Harisno Dan Erik Sugiarto .2009. Aplikasi Sistem
Informasi K3 dengan Metode RULA NIOSH. Seminar
Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2009, ISSN: 1907-
5022.
Rachman. 2008. Analisis Perbandingan Keluhan Pengayuh Becak
Menggunakan Kuesioner Nordic. Thesis. Universitas
Gundarma. Depok
Riyadina, Woro. 2008. Musculoskeletal Pain among Industrial
Workers in Pulo Gadung Industrial Estate, Jakarta. Ikatan
Dokter Indonesia
Santoso, Gempur. 2004. Ergonomi : Manusia, Peralatan dan
Lingkungan. Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher
Suma’mur. 1989. Ergonomi Untuk Produktivitas Kerja. Cetakan
Keempat. Jakarta : CV. Haji Mas Agung.
Tarwaka. 2011. Ergonomi Industri, Dasar – Dasar Pengetahuan
Ergonomi dan Aplikasidi Tempat Kerja Ed 1, Cet. 2. Surakarta
: Harapan Press.
Yassierli. 2008. Ergonomics Solutions for More Effective Safety and
Health Management. Diakses dari (http:// www.
filebox.vt.edu/users/yayassie/Booklet Ergonomics
Solution.pdf), pada tanggal 24 September 2015.
WHO, World Health Organization. 2005. Risk Factor. Available
from :
http://www.who.int/cardiovascular_diseases/en/cvd_atlas_03_r
isk_factors.pdf. Accesed 10 Mei 2015.
http://www.safework.sa.gov.au/uploaded_files/CoPHazardousManual
Tasks.pdf (diakses pada 10 Maret 2015 jam 20:13)
196
LAMPIRAN
197
LEMBAR PENGUKURAN REBA
B. Postur Kerja
Grup A
198
B.3. postur kaki______________°
B.4. Beban________
Grup B
B.5 Postur lengan 0-20° flexion/ > 20° extension 45-90° >90° Nilai
atas extension 20-45° flexion flexion flexion
Penilaian +1 +2 +3 +4 ( )B.5
B.5.1 Lengan adducted
(+1) ya Tidak ( )B.5.1
atau rotated
199
B.5.2 Bahu
(+1) ya Tidak ( )B.5.1
ditinggikan
B.5.3 Bersandar bobot
lengan ditopang (-1) ya Tidak ( )B.5.1
sesuai gravitasi
200
B.8. Pegangan________
Leher
Punggung
1 2 3
Kaki 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 1 2 3 4 1 2 3 4 3 3 5 6
2 2 3 4 5 3 4 5 6 4 5 6 7
3 2 4 5 6 4 5 6 7 5 6 7 8
4 3 5 6 7 5 6 7 8 6 7 8 9
5 4 6 7 8 6 7 8 9 7 8 9 9
Beban
0 1 2 +1
201
Lengan bawah
1 2
Lengan atas
Pergelangan 1 2 3 1 2 3
1 1 2 3 1 2 3
2 1 2 3 2 3 4
3 3 4 5 4 5 5
4 4 5 5 5 6 7
5 6 7 8 7 8 8
6 7 8 8 8 9 9
Pegangan
0 – Good 1 – Fair 2 – Poor 3 - Unacceptable
pegangan pas dan pegangan tangan pegangan tangan dipaksakan
tepat ditengah, bisa diterima tapi tidak bias diterima pegangan yang
genggaman kuat tidak ideal walau tidak aman
memungkinkan
Skor A
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 1 1 2 3 4 6 7 8 9 10 11 12
2 1 2 3 4 4 6 7 8 9 10 11 12
3 1 2 3 4 4 6 7 8 9 10 11 12
4 2 3 3 4 5 7 8 9 10 11 11 12
5 3 4 4 5 6 8 9 10 10 11 12 12
6 3 4 5 6 7 8 9 10 10 11 12 12
Skor B
7 4 5 6 7 8 9 9 10 11 11 12 12
8 5 6 7 8 8 9 10 10 11 12 12 12
9 6 6 7 8 9 10 10 10 11 12 12 12
10 7 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12
11 7 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12
12 7 8 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12
Activity score
202
LEMBAR PENGUKURAN OWAS
Postur Kerja :
1. Punggung
2. Lengan
3. Kaki
a. Posisi 1 : Duduk
b. Posisi 2 : Berdiri dengan kedua kaki lurus dengan sudut lutut
>150o
c. Posisi 3 : Berdiri dengan bertumpu pada satu kaki lurus dan sudut
satu kaki lainnya >150o
Posisi
d. Posisi 4 : Berdiri atau jongkok dengan kedua lutut dengan sudut
≤150o
e. Posisi 5 : Berdiri atau jongkok satu lutut dengan sudut ≤150o
f. Posisi 6 : Berlutut pada satu atau dua lutut yang berada di tanah /
lantai
g. Posisi 7 : Berjalan atau bergerak
4. Beban
203
Punggung
Punggung 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
lurus/tegak
Punggung 2 1 1 1 2 2 2 2 2 3 3
membungkuk
Punggung 3 1 1 2 2 2 3 3 3 3 3
memuntir
Punggung 4 1 2 2 3 3 3 3 4 4 4
membungkuk
& memuntir
Lengan
Kedua lengan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
di bawah bahu
Satu lengan 2 1 1 1 2 2 2 2 2 3 3
diatas bahu
Kedua lengan 3 1 1 2 2 2 2 2 3 3 3
diatas bahu
Kaki
Duduk 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
Berdiri kedua 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2
kaki lurus
Berdiri dengan 3 1 1 1 2 2 2 2 2 3 3
satu kaki
ditekuk
Berdiri atau 4 1 2 2 3 3 3 3 4 4 4
jongkok
dengan kedua
lutut
Berdiri atau 5 1 2 2 3 3 3 3 4 4 4
jongkok
dengan satu
lutut
Berlutut 6 1 1 2 2 2 3 3 3 3 3
dengan satu
atau dua lutut
menyentuh
lantai
Berjalan/berger 7 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2
ak
Frekuensi Relatif ≤ ≤ ≤ ≤ ≤ ≤ ≤ ≤ ≤ ≤
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
% % % % % % % % % %
204
Back Arm 1 2 3 4 5 6 7 Legs
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 Load
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1
1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1
3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 3 2 2 3 1 1 1 1 1 2
1 2 2 3 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3
2 2 2 2 3 2 2 3 2 3 3 3 4 4 3 4 4 3 3 4 2 3 4
3 3 3 4 2 2 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4
1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 3 3 3 4 4 4 1 1 1 1 1 1
3 2 2 2 3 1 1 1 1 1 2 4 4 4 4 4 4 3 3 3 1 1 1
3 2 2 3 1 1 1 2 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 1 1
1 2 3 3 2 2 3 2 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4
4 2 3 3 4 2 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4
3 4 4 4 2 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4
205
Nama pekerja :
Tanggal pengamatan :
Kuesioner Operator
A. Apakah berat maksimal yang diangkat secara manual oleh anda pada
pekerjaan ini
H1. Ringan (sekitar 5Kg atau kurang)
H2. Cukup (6Kg – 10Kg)
H3. Berat (11Kg – 20Kg)
H4. Sangat berat (Lebih dari 20 Kg)
206
Nama pekerja :
Tanggal pengamatan :
Kuesioner Pengamat
Punggung
I. Ketika melakukan pekerjaan, apakah punggung (pilih situasi terburuk)
A1. Hampie neutral
A2. Agak memutar atau membungkuk
A3. Terlalu memutar atau membungkuk
J. Pilih satu dari dua pilihan pekerjaan
Apakah
Untuk pekerjaan duduk atau berdiri secara statis. Apakah punggung
berada dalam posisi statis dalam waktu yang lama
B1. Tidak
B2. Ya
Atau
Untuk pekerjaan mengangkat, mendorong/menarik. Apakah ada
pergerakan pada punggung
B3. Jarang (sekitar 3 kali per menit/ kurang)
B4. Sering (sekitar 8 kali per menit)
B5. Sangat Sering (sekitar 12 kali per menit atau lebih)
Bahu/ Lengan
K. Ketika pekerjaan dilakukan apakah tangan (pilih situasi terburuk)
C1. Berada disekitar pinggang atau lebih rendah
C2. Berada di sekitar dada
C3. Berada di sekitar bahu atau lebih tinggi
L. Apakah pergerakan bahu/lengan
D1. Jarang (sebentar – sebentar)
D2. Sering (pergerakan biasa dengan berhenti sesaat/ istirahat)
D3. Sangat sering (pergerakan yang hamper kontinyu)
Leher
O. Ketika melakukan pekerjaan apakah leher kepala tertekuk/berputar
G1. Tidak
G2. Ya, terkadang
G3. Ya secara terus menerus
207