Bengkel Las Fix

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keselamatan kesehatan kerja bagi seorang tenaga kerja,sangat

diperlukan,karena hal tersebut sangat mempengaruhi dalam melakukan proses

produksi suatu pekerjaan, keselamatankesehatan kerja itu harus diperhatikan oleh

setiap tenaga kerja agar proses produksi dalam pekerjaan dapat bejalan dengan

aman dan baik (Suma’mur ,1998).

Menurut International Labor Organization (ILO) setiap tahun terjadi 1,1

juta kematian yang disebabkan oleh penyakit atau kecelakaan kerja akibat

hubungan pekerjaan sekitar 300.000 kematian terjadi dari 250 juta kecelakaan

dan sisanya adalah kematian akibat hubungan kerja. Masyarakat pekerjadi di

Indonesia mengalamai peningkatan terus dari tahun ketahun.pada tahun 1995

jumlah pekerja sekita 88.5 juta dan meningkatkan pada tahun 2012 pekerja di

Indonesia berjumlah 100.316.000 (ILO,2013).

Jumlah penduduk Indonesia tahun 2003 sebesar 216.948.400.orang,

jumlahpenduduk usia kerja 152.649.981 orang. Angkata keja 100.316.007 orang,

yang terbagi dalam beberapa lapangan usaha utama atau jenis industri utama yaitu

industri pengolahan 11,80%. Kecelakaan industri adalah kejadian kecelakaan

yang tejadi di tempatkerja khusus di lingkungannya industri. Jumlah angkatan

kerja diperkirakan sebesar 121,9 juta pada Agustus 2014. Jumlah angkatan kerja

tahun 2012 dan 2013 (Agustus) hampir sama, sedangkan dari tahun 2013 ke tahun

2014 angkatan kerja di Indonesia naik 1,7 juta. Sama halnya dengan jumlah
bekerja, tahun 2012 dan 2013 (Agustus) hampir sama. Jumlah yang bekerja tahun

2013 dan 2014 naik 1,8 juta (data pofil K3 Indonesia).

Provinsi dengan jumlah kasus kecelakaan akibat kerja tertinggi pada tahun

2011 adalah Provinsi Banten, Kalimantan Tengah dan Jawa Timur; Tahun 2012

adalah Provinsi Jambi, Maluku dan Sulawesi Tengah; Tahun 2013 adalah Provinsi

Aceh, Sulawesi Utara dan Jambi; tahun 2014 adalah Provinsi Sulawesi Selatan,

Riau dan Bali. Aceh semakin hari angka kecelakaan akibat kerja semakain

bejalankekiri sampai tahun 2017 menurut data profilkesehatan aceh , data Aceh

dengan jumlahkecelakaan keja hanya sekita 125 orang di tahun 2017 (Profil

kesehatan Aceh 2017).

Kecelakaan kerja bersifat tidak menguntungkan, tidak dapat diramal, tidak

dapat dihindari sehingga tidak dapat diantisipasi dan interaksinya tidak disengaja.

Berdasarkan penyebabnya, terjadinya kecelakaan kerja dapat dikategorikan

menjadi dua, yaitu langsung dan tidak langsung. Adapun sebab kecelakaan tidak

langsung terdiri dari faktor lingkungan(zat kimia yang tidak aman, kondisi fisik

dan mekanik) dan faktor manusia(lebih dari 80%).

Bagi seorang welder (tukang las) pada pengelasan las listrik, keselamatan

kesehatan kerja sangat diperlukan, oleh karena itu setiap welder harus

memperhatikan tata cara yang benar dalam melakukan proses pengelasan, agar

keselamatan kesehatan kerja dapat terwujud dilingkungan pekerjaan. Oleh karena

itu keselamatan kesehatan kerja didalam proses pengelasan las listrik sangat

diperlukan (Arif Susanto 2011).


1.2 Permasalahan

Menurut latar belakang yang telah dipaparkan diatas, diktakan bahwa

kejadian kecelakaan kerja masih menjadi permasalah yang sanagan besar bagi kita

yaitu di bidang kesehatan, banyak faktor- faktor yang mempengaruhinya, baik

dari faktor external maupun internalnya, contohnya pekerja industri yaitu pekerja

bengkel las. Dari latar belakang di atas dapat disimpulkan bahwa rumusan

maslahnya adalah bagaimana menganalisidan mengidentifikasi Kesehatan dan

keselamatan Kerja yang baik dan benar khusunya pada pekerja benkel las PT.

Puput Tekhnik Di Jalan Air Bersih Kota Lhokseumawe.

1.3.Tujuan Umum

Tujuan umum dari laporan kegiatan iniadalah untuk melihat dan

menganalisis kesehatan pekerja di khusunya pada pekerja benkel las PT. Puput

Tekhnik Di Jalan Air Bersih Kota Lhokseumawe.

1.4 Tujuan Khusus

1. Untuk melihat karaktristik individu pada pekerja bengkel las PT. Puput

Tekhnik di jalan air bersih Kota Lhokseumawe.

2. Untuk mengidentifikasi dan menganalisi kejadian dan kecelakaan akibat

pekerjaan pada pada pekerja bengkel las PT. Puput Tekhnik di Jalan Air Bersih

Kota Lhokseumawe.
1.5 Manfaat

1.5.1 ManfaatTeoritis

Manfaat teoritis pada penelitian ini adalah:

1. Sebagai tambahan keilmuan tentang kesehatan dan keselamatan dalam

bekerja.

2. Sebagai tambahan keilmuan tentang kesehatan, keamanan dan

keselamatan di masyarakat.

Sebagai pengetahuan tentang bahaya paparan zat-zat berbahaya pada

petugas pada pada pekerja benkel las PT. Puput Tekhnik di Jalan Air

Bersih Kota Lhokseumawe.

3. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi di

perpustakaan Fakultas Kedokteran Universita Malikussaleh.

1.5.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi mengenai

pentingnya bahaya kecelakaan akibat kerja dan kesehatan serta keamanan

kerja pada pekerja bengkel las PT. Puput Tekhnik Jalan Air Bersih, Kota

Lhokseumawae , sehingga dapat menjadi masukan bagi tenaga kesehatan

dalam upaya promotif dan sosialisasi tentang bahaya akibat kecelakaan kerja.
BAB II

HASIL KUNJUNGAN

2.1 Informasi Umum Mengenai Perusahaan.

Bengkel las yang pada saat ini kami tinjau ialah bengkel las “Puput

Teknik”. Bengkel las puput teknik ini beralamat di jalan air bersih kota

lhokseumawe. Bengkel las ini tidak hanya berdiri sendiri, ada beberapa bengkel

las lain yang berdiri di sekitar bengkel nya.

Bengkel las “Puput teknik” ini sudah berdiri sekitar 15 tahun yang lalu

tepatnya pada awal tahun 2002. Bengkel las ini merupakan dimiliki oleh Bapak

Ibrahim yang pada saat pengerjaan dan pengontrolannya di jaga oleh kandung nya

yang juga bekerja di bengkel las tersebut.

Bengkel las ini memiliki bangunan yang cukup sederhana dengan

dikelilingin oleh deretan rumah rumah warga di sekelilingnya. Bengkel las ini

beroperasi dari mulai senin hingga minggu dan mulai beroperasi dari jam 09-00

wib hingga 18.00 tetapi terkadang jika borongan banyak sampai malam, namun

pada hari minggu pengoprasional tidak begitu optimal seperti hari lainnya.

Bengkel las puput teknik menerima berbagai macam pesanan seperti las pagar,

jendela, besi, jerjak , pintu dan segala jenis rupanya.

Sistem pengerjaan barang pada bengkel las ini merupakan sistem

borongan bukan sistem harian. Pengerjaan walau dibuka setiap hari senin-minggu

namun bekerja optima jika ada borongan barang yang masuk ke bengkel nya.
Untuk tenaga operasionalnya pada bengkel las puput teknik ialah sekitar 8 orang

dengan keahlian yang hampir sama semuanya. Untuk besar gaji yang dibayarkan

cukup diatas Upah Minimum regional yaitu sebesar ± Rp 3000000

2.2 Sanitasi Industri Perusahaan

Kebersihan dan sanitasi pada perusahaan ini tergolong kurang baik, meski

ada disediakan oleh pemilik bengkel bilik kamar mandi yang terbuka dengan

sumber air nya sumur bor dan bangunan biliknya yang terbuat dari seng yang

tidak permanan dan tidak terdapat atap sehingga tampak terbuka meski di tutupin

oleh seng.

Sanitasi limbah pada hasil pengeloalaan yang tidak digunakan lagi juga

tidak dikelola dengan baik. Banyak serpihan besi besi yang berserakan baik besi

yang baru maupun besi yang sudah lama atau berkarat yang dapat membahayakan

siapa saja. Pembuangan ke tempat sampah pun sekitar 1 mingguan namun tidak

secara rutin dibuang sehingga limbah besi yang tidak digunakan pun berserakan

dan tertumpuk di belakang bengkel las nya.

Selain limbah hasil pengelolaan besi nya, juga terdapat berbagai sampah

sisa makanan dan botol botol yang berserakan disekeliling tempat bengkel lasnya.

Sampah yang berserakan hasil pengamatan merupakann sampah yang dibiarkan

begitu saja tanpa ada kebersihan atau pengangkutan untuk di bawa ke tempat

sampah.
2.3 Alur Produksi, Layout Dan Kapasitas Produksi

Untuk alur, layout dan kapasitas merupakan suatu hal yang penting. Untuk

alur produksinya itu sendiri, mekanisme alurnya ialah berbagai macam tergantung

ketersediaan barang dan waktu yang diinginkan pelanggan. Biasanya produksinya

tersebut di buat dari pembuatan pengelolaan hingga pemasangan nya juga

dilakukan oleh bengkel las tersebut. Untuk alurnya pertamanya pendaftaran ke

kasir untuk menanyakan kesediaan bengkel, kemudian jika sudah sepakat lalu

dilakukan pengerjaan sesuai tempo waktu yang diinginkan, setelah selesai lalu

dilakukan pemasangan dan tahap akhirnya transaksi.

Untuk layout dan kapasitas produksinya tergantung dari kesanggupan dan

kemampuaan operasional nya. Karena sistem yang digunakan merupakan sistem

borongan bukan harian. Jadi jika ada barang pengerjaanya dilakukan. Untuk

khusus layout nya, bengkel las ini tidak baik terletak di tengah” area masyarakat

karena dapat mengganggu kesehatan warga sekitarnya. Jarak daerah rumah warga

dan sekitarnya hanya berjarak 5 meter saja.

2.4 Identifikasi Resiko


2.5 Program kesehatan dan keselamatan kerja perusahaan

Setelah 15 tahun beroperasi bengkel las “Puput teknik” hingga saat ini

belum ada penyediaan program kesehatan yang dilakukan, baik program

pencegahan, pengobatan, hingga perlindungan diri dari bahaya pekerjaanya.

Namun ujarnya pernah ada disediakan kotak P3K di lokasi bengkel, namun pada

saat pengecekan kotak p3k sudah tidak ada lagi.

Pekerja juga tidak dibekali asuransi atau perlindungan diri apabila terjadi

kecelakaan atau penyakit yang ditimbulkan dari pekerjaanya. Apabila ada terdapat

pekerja yang mengalami kecelakaan kerja baik skala besar dan kecil penangannya

di bawa ke rumah sakit terdekat dengan biaya dan pengobatan individu.

2.6 Data data tentang program kesehatan kerja

Pemantauan dan survey yang telah kami lakukan di bengek las puput

teknik tersebut terdapat berbagai permasalahan kesehatan yang ada. Terutama

permasalahan kesehatan telinga. Identifikasi pun dilakukan ke masing masing

pekerja dengan cara vital sign dan anamnesis singkat. Didapatkan data sebagai

berikut:

1.

2.

3.

4.

5.
6.

Dari hasil pengamatan yang telah kami lakukan pakerja banyak

mengeluhkan persolaan kesehatan telinga mereka yang terkadang berdengung.

Intensitas bunyi suara las yang tinggi sering mengganggu kesehatan telinga

mereka. Namun tak jarang ada beberapa pula yang mengganggap bunyinya

tersebut sudah menjadi kebiasaan sehingga sudah biasa di dengar.

2.7 Data Tentang Program Keselamatan Kerja

Hasil pemantauan kami di lapangan menyatakan bahwa penggunaan alat

pelindungi diri yang petugas gunakan cukup minim sebagai operasionalnya. Alat

pelindungi diri yang pekerja gunakan seperti :

1. Kaca mata yang tidak sesuai

2. Tidak menggunakan sepatu boat hanya sendal tertutup.

3. Tidak menggunakan helmet

4. Penerangan minim.

5. Tidak menggunakan earplug

6. Tidak menggunakan sarung tangan

7. Tidak menggunakan masker.

2.8 Data Data Tentang Program Lingkungan Kerja Dan Penanganan

Limbah

Penanganan limbah dan kebersihan lingkungan kerja dikatakan kurang.

Karena masih banyak terdapat sampah berserakan, dan dibiarkan begitu saja.

Untuk pengangkutan sampah itu sendiri dilakukan setiap minggunya namun tidak
rutin dilakukan setiap saat. Belum ada program khusus yang dilakukan dalam

program lingkungan kerja namun saat ini hanya penanganan limbah yang

dilakukan untuk mengurangi bertumpupuknya sampah


BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Hal yang Membahayakan

Tindakan untuk meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja ditempat

kerja tidak harus mahal.

a. Pengamanan pelaksanaan

Agar pengelasan dapat dilakukan dengan aman, alat-alat pengamanan

harus lengkap dan juru las harus mengerti dan dapat serta mau menggunakan alat

pengaman tersebut, dalam hal ini yang penting adalah :

- Pemakaian baju kerja yang sesuai dan aman.

- Pemakaian pelindung dengan baik.

- Pada pengelasan di tempat yang tinggi harus menggunakan alat pengaman agar

tidak terjatuh.

- Pengamanan terhadap bahaya kebakaran dan ledakan.

b. Pengawasan umum

Untuk mendapatkan mutu pengelasan yang baik perlu adanya pengawasan

pada peralatan yang digunakan, bahan las yang dipilih, pelaksanaan dan

keterampilan. Pengawasan yang dimaksud diatas diterangkan sebagai berikut :

- Pengawasan peralatan

Dengan menggunakan peralatan yang sempurna, akan diperoleh mutu hasil lasan

yang baik dan efisiensi kerja yang tinggi, karena itu diperlukan sistem manajemen

yang dapat menentukan cara-cara pemilihan alat, pembelian alat, peminjaman alat

kepada pekerja dan cara memperbaiki alat yang rusak.


- Pengawasan bahan las

Pengaturan pembelian bahan las baik dalam jenis maupun dalam jumlah harus

menjamin agar selalu terdapat jumlah persediaan seperti yang telah ditentukan dan

yang sesuai dengan jadwal pelaksanaan.

- Pengawasan pelaksanaan

Apabila proses pengelasan telah ditentukan, maka perlu untuk mengadakan

pengawasan agar prosedur pengelasan diikuti sepenuhnya. Untuk mempermudah

pengawasan dan menghindari kesalahan perlu dibuat petunjuk kerja yang

terperinci yang meliputi kondisi pengelasan, penggunaan alat, pemakaian bahan,

prosedur pengerjaan dan cara-cara mengadakan perbaikan bila terjadi cacat.

- Pengawasan keterampilan

Untuk mendapatkan juru las yang terampil perlu diadakan pelatihan dan

pendidikan. Tiap-tiap juru las harus mempunyai kualifikasi berdasarkan peraturan

yang ditentukan oleh badan yang berwenang dalam bidang konstruksi yang sesuai

dan menguasai tentang pengelasan.

- Pengawasan proses

Pengawasan terhadap proses ditujukan untuk mempertinggi produktivitas, yang

berarti hasil yang baik dengan cepat dan murah. Pengawasan proses meliputi

pengawasan dan pengaturan tempat, pengaturan pekerja, pengaturan bahan, alat

dan lain sebagainya.

 Bahaya Dalam Pengelasan

Pada pekerjaan pengelasan banyak risiko yang akan terjadi apabila tidak

hati-hati terhadap penggunaan peralatan, mesin dan posisi kerja yang salah.

Beberapa risiko bahaya yang paling utama pada pengelasanantara lain :


a. Cahaya dan sinar yang berbahaya

Selama proses pengelasan akan timbul cahaya dan sinar yang dapat

membahayakan juru las dan pekerja lain yang ada di sekitar pengelasan. Cahaya

tersebut meliputi cahaya yang dapat dilihat atau cahaya tampak, sinar ultraviolet

dan sinar inframerah.

-Sinar ultraviolet

Sinar ultraviolet sebenarnya adalah pancaran yang mudah diserap, tetapi sinar ini

mempunyai pengaruh yang besar terhadap reaksi kimia yang terjadi di dalam

tubuh. Bila sinar ultraviolet yang terserap oleh lensa dan kornea mata melebihi

jumlah tertentu maka pada mata akan terasa seakan-akan ada benda asing di

dalamnya. Dalam waktu antara 6 sampai 12 jam kemudian mata akan menjadi

sakit selama 6 sampai 24 jam. Pada umunya rasa sakit ini akan hilang setelah 48

jam.

-Cahaya tampak

Semua cahaya tampak yang masuk ke mata akan diteruskan oleh lensa dan kornea

ke retina mata. Bila cahaya ini terlalu kuat maka akan segera menjadi lelah dan

kalau terlalu lama mungkin akan menjadi sakit. Rasa lelah dan sakit ini sifatnya

juga hanya sementara.

- Sinar inframerah

Adanya sinar inframerah tidak segera terasa oleh mata, karena itu sinar ini lebih

berbahaya sebab tidak diketahui, tidak terlihat dan tidak terasa. Pengaruh sinar

inframerah terhadap mata sama dengan pengaruh panas, yaitu menyebabkan

pembengkakan pada kelopak mata, terjadinya penyakit kornea, presbiopia yang

terlalu dini dan terjadinya kerabunan.


b.Arus listrik yang berbahaya

Besarnya kejutan yang timbul karena listrik tergantung pada besarnya arus dan

keadaan badan manusia. Tingkat dari kejutan dan hubungannya dengan besar arus

adalah sebagai berikut:

1. Arus 1 mA hanya akan menimbulkan kejutan yang kecil saja dan tidak

membahayakan.

2. Arus 5 mA akan memberikan stimulasi yang cukup tinggi pada otot dan

menimbulkan rasa sakit.

3. Arus 10 mA akan menyebabkan rasa sakit yang hebat.

4. Arus20 mA akan menyebabkan terjadi pengerutan pada otot sehingga

orang yang terkena tidak dapat melepaskan dirinya tanpa bantuan orang

lain.

5. Arus 50 mA sangat berbahaya bagi tubuh.

6. Arus 100 mA dapat mengakibatkan kematian.

c.Debu dan gas dalam asap las.

Debu dalam asap las besarnya berkisar antara 0,2 µm sampai dengan 3 µm.

Komposisi kimia dari debu asap las tergantung dari jenis pengelasan dan

elektroda yang digunakan. Bila elektroda jenis hydrogen rendah, di dalam debu

asap akan terdapat fluor (F) dan oksida kalium (K2O). Dalam pengelasan busur

listrik tanpa gas, asapnya akan banyak mengandung oksida magnesium (MgO).

Gas-gas yang terjadi pada waktu pengelasan adalah gas karbon monoksida (CO),

karbon dioksida (CO2), ozon (CO3) dan gas nitrogen dioksida (NO2).

d.Bahaya kebakaran.
Kebakaran terjadi karena adanya kontak langsung antara api pengelasan dengan

bahan-bahan yang mudah terbakar seperti solar, bensin, gas, cat kertas dan bahan

lainnya yang mudah terbakar. Bahaya kebakaran juga dapat terjadi karena kabel

yang menjadi panas yang disebabkan karena hubungan yang kurang baik, kabel

yang tidak sesuai atau adanya kebocoran listrik karena isolasi yang rusak.

e. Bahaya Jatuh.

Didalam pengelasan dimana ada pengelasan di tempat yang tinggi akan selalu ada

bahaya terjatuh dan kejatuhan. Bahaya ini dapat menimbulkan luka ringan

ataupun berat bahkan kematian karena itu usaha pencegahannya harus

diperhatikan.

3.2 Hazard yang Ditemukan

Keselamatan kesehatan kerja bagi seorang welder pada proses pengelasan

las listrik sangat diperlukan karena dalam proses produksi suatu pekerjaan

dibutuhkan welder yang produktivitasnya tinggi tanpa merugikan semua pihak

yang terkait didalamnya, baik bagi orang lain maupun dirinya sendiri. Pada proses

pengelasan las listrik banyak sekali hal-hal yang membahayakan dan perlu

diperhatikan baik bagi welder, mesin las listrik, dan orang-orang disekitarnya, hal-

hal tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:

 Percikan bunga api yang dapat membahayakan welder maupun mesin las

listrik yang dapat mengenai kulit, mata welder dan masuk kedalam

perangkat-perangkat dalam mesin las listrik, yang semua itu akan

mengganggu berjalannya proses produksi.


 Asap las listrik dan debu beracun, dapat membahayakan welder dan

orang-orang disekelilingnya, asap tersebut dapat mengganggu proses

pernafasan welder.

 Efek radiasi sinar ultra violet dan ultra merah las listrik yang dapat

membahayakan kesehatan mata dan organ dalam tubuh welder maupun

orang-orang disekelilingnya.

 Mesin pemotong yang dapat membahayakan orang yang berada di

sekitarnya jika tidak tepat penggunaannya, dapat membahayakan jika

mata grendanya terlepas.

 Kebisingan suara pada bengkel las membahayakan bagi pekerja maupun

orang-orang disekeliling, kebisingan tersebut dapat mengganggu

pendengaran maupun kehilangan pendengaran.

 Limbah besi sisa pemotongan yang dibuang kesamping bengkel dapat

membahayakan orang jika terkena dan tidak menggunakan alas kaki.

 Besi-besi yang berada di bengkel dapat membahayakan jika tersandung

dan dapat menyebabkan luka sampai infeksi.

3.3 Peraturan Perundang-Undangannya

Keselamatan kesehatan kerja dalam proses pengelasan las listrik akan

terwujudapabila didukung oleh semua pihak baik dari pemerintah dalam bentuk

UndangUndang tentang perlindungan terhadap keselamatan kesehatan kerja dan

pihak-pihaklain yang terkait didalamnya.

Hal ini tertuang dalam:


 UU RI No.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja, pasal 12: tenaga kerja

memiliki kewajiban dan untuk menggunakan APD dan menyatakan

keberatan jika syarat K3 dalam APD yang diwajibkan diragukan olehnya.

 Permenakertrans No. PER. 02/MEN/1982 tentang Kwalifikasi Juru Las di

Tempat Kerja, Pasal 2: dilakukan kwalifikasi juru las untuk keterampilan

pengelasan. Pasal 3: juru las yang telah menempuh ujian juru las dengan

hasil memuaskan diberikan sertifikat juru las sesuai dengan kwalifikasinya

disertai buku kerja juru las.

 Kepmenaker RI No. KEP.51/MEN/X/1999 tentang Nilai Ambang Batas

Faktor Fisika di Tempat Kerja, Pasal 6: Nilai Ambang Batas (NAB) untuk

radiasi Sinar Ultraviolet ditetapkan sebesar 0,1 mikroWatt per sentimeter

persegi. Radiasi Sinar Ultraviolet yang melampaui NAB waktu pemaparan

ditetapkan sebagaimana tercantum pada lampiran V.

Menurut peraturan perundang-undangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan

kerja sebagai berikut :

 mencegah dan mengurangi kecelakaan

 mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran

 mencegah dan mengurangi bahaya peledakan

 memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu

kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya

 memberi pertolongan pada kecelakaan

 memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja


 mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya suhu,

kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar

atau radiasi, suara dan getaran

 mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik

maupun fisik, keracunan, infeksi dan penularan

 memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai

 menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik

 menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup

 memeliharan kebersihan, kesehatan dan ketertiban

 memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara

dan proses kerjanya

 mengamankan dan memperlancar pengangkitan orang, binatang, tanaman

atau barang

 mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan

 mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan

penyimpanan barang

 mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya

 menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang

 bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.


BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Program Kesehatan Dan Keselamatan Kerja

Definisi Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Peraturan Pmerintah tentang Pekerjaan Umum nomor 9 Tahun 2008

Pedoman SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum Pasal 1 Ayat 1 menjelaskan

bahwa K3 adalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan pengertian pemberian

perlindungan kepada setiap orang yang berada di tempat kerja, yang berhubungan

dengan pemindahan bahan baku, penggunaan peralatan kerja konstruksi, proses

produksi dan lingkungan sekitar tempat kerja. Keselamatan kerja merupakan

program perlindungan terhadap karyawan atau pekerja pada saat bekerja dan

berada di lingkungan tempat kerja dari risiko kecelakaan kerja dan kerusakan

mesin atau alat kerja untuk mencegah dan menghilangkan sebab terjadinya

kecelakaan (Alfajri Ismail, 2012).

Indikator-indikator dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Budiono dkk (2003) mengemukakan indikator Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3), meliputi :

a.Faktor manusia/pribadi (personal factor)

Faktor manusia disini meliputi, antara lain kurangnya kemampuan fisik,

mental dan psikologi, kurangnya pengetahuan danketerampilan/keahlian, dan

stress serta motivasi yang tidak cukup.

b.Faktor kerja/lingkungan
Meliputi, tidak cukup kepemimpinan dan pengawasan,rekayasa,

pembelian/pengadaan barang, perawatan, standar-standar kerja

dan penyalahgunaan.

Panduan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Bengkel Las

Panduan keselamatan dan kesehatan kerja yang dikeluarkan oleh Adidas

Grup pada tahun 2013 adalah sebagai berikut:

a. Penanganan dan Penyimpanan Bahan

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penanganan dan penyimpanan material

yaitu:

a) Material yang berbeda harus disimpan terpisah berdasarkan jenisnya.

b) Lebar rute utama di gudang tidak boleh kurang dari 2 meter.

c) Jarak antara setiap dua tumpukan tidak boleh kurang dari 1 meter.

d) Tumpukan sekurang-kurangnya perlu terpisah sejauh 0,5 m dari dinding.

b. Penggunaan Alat Tangan

Sumber bahaya ini dapat bersifat fisik, listrik, termal, terkait dengan

pendengaran atau lainnya. Dua prinsip dasar kontrol sumber bahaya yang harus

dipertimbangkan dalam mengurangi sumber bahaya mesin adalah:

(1) meniadakan atau mengurangi resiko dengan memasang pengaman atau

pelindung pada mesin, dan

(2) melindungi pekerja dengan peralatan pelindung pribadi yang spesifik untuk

resiko tertentu.

c. Desain Tempat Kerja


Kualitas bangunan bengkel memiliki dampak penting pada keselamatan

dan produktivitas pekerja dalam lingkungan kerja. Sewaktu bangunan ini

direncanakan, dibangun atau direnovasi, stabilitas fisik, kapasitas beban

struktural, pencegahan kebakaran dan soal keselamatan secara umum harus

dipertimbangkan dan harus memenuhi persyaratan kesehatan dan keselamatan

yang berlaku. Yang menjadi kepedulian utama dalam menilai arsitektur pabrik

adalah risiko kelebihan beban structural dan keruntuhan. Namun, sumber bahaya

terhadap keselamatan yang lebih umum seperti jalan keluar, koridor, gang dan

rute keluar dalam situasi darurat yang terhalang atau tidak memadai juga dapat

meningkatkan kemungkinan hilangnya nyawa selama berlangsungnya situasi

darurat.

d. Pencahayaan

Penerangan pabrik dapat memberi dampak pada keselamatan pekerja,

produktivitas dan kualitas produk. Bisa saja terdapat kebutuhan yang berbeda

akan penerangan, bergantung pada mesin tertentu yang digunakan atau tugas

dimana pekerja terlibat. Pada umumnya, penerangan yang disediakan harus cukup

untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan konsisten dengan produksi barang

berkualitas tinggi.

e. Kebisingan dan Getaran

Paparan bising (noise) menurut ILO (2013), adalah sumber bahaya umum

di banyak lokasi pabrik. Paparan bising (noise) yang berlebihan setiap harinya

dapat mengakibatkan pekerja kehilangan pendengaran. Untuk mengurangi risiko

dampak yang merugikan pada kesehatan ini, pabrik diharuskan menyediakan


pelindung pendengaran berupa penutup telinga atau sumbat telinga apabila

pekerja terpapar tingkat suara untuk lama waktu seperti tabel berikut:

Tabel 1.

LAMA WAKTU PAPARAN TINGKAT SUARA DALAM

SELAMA HARI KERJA DECIBEL (DBA) DIMANA

PELINDUNG PENDENGARAN

DIPERLUKAN

>= 2 jam 91 dBA

>= 4 jam 88 dBA

>= 8 jam 85 dBA

>= 12 jam 82 dBA

Pelindung pendengaran yang disediakan untuk pekerja oleh pabrik harus

memiliki Noise Reduction Rating (NRR) yang cukup untuk mengurangi paparan

tingkat suara yang lebih kecil dari yang tertera dalam tabel diatas terhadap

pekerja. Apabila setiap pekerja terus-menerus terpapar bising lebih dari 100 dBA,

maka mereka harus diberi kedua jenis pelindung pendengaran dan harus

mengenakan sumbat telinga di bawah penutup telinga. Semua pekerja yang

menggunakan pelindung pendengaran harus dilatih dalam hal penggunaan dan

perawatan peralatan pelindung ini dengan benar.

f. Fasilitas Pekerja

Secara umum, fasilitas yang didapatkan oleh pekerja bengkel saat bekerja

berupa toilet, kamar mandi, kantin, bangunan asrama, ruang pertolongan pertama,

daerah layanan medis atau klinik, tempat untuk berpakaian, pancuran dan daerah
untuk mencuci. Begitupun fasilitas yang ada di bengkel SMK hendaknya tidak

berbeda jauh dengan fasilitas yang didapatkan oleh para pekerja di industri.

Penyediaan fasilitas tersebut harus diupayakan secara maksimal demi terciptanya

kesehatan dan keselamatan kerja.

g. Organisasi Kerja

Manajemen pabrik memiliki tanggung-jawab tertinggi menyediakan

lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi para pekerjanya dan memfabrikasi

produk yang aman bagi konsumen dan lingkungan. Oleh sebab itu, manajemen

pabrik perlu memenuhi tanggung-jawab ini dengan menetapkan dokumentasi

yang tepat dalam bentuk kebijakan, prosedur, rencana dan instruksi yang relevan.

4.2 Potensi Bahaya Terhadap Pekerja dan Masyarakat di Lingkungan Perusahaan

Bahaya merupakan segala sesuatu yang memiliki potensi untuk

menyebabkan cedera pada manusia, kerusakan pada equipment dan lingkungan

sekitar (Bakhtiar,2008). Berdasarkan observasi yang dilakukan, bahaya yang

terdapat di bengkel las yang kami amati adalah sebagai berikut :

a.Gangguan pernafasan

Terdapat beberapa segi negatif dari pekerjaan ”Tukang Las” diantaranya

adalah berasal dari faktor zat kimia yang terdiri dari elektroda, asap, debu dan gas.

Menurut teori, penimbunan debu dalam paru-paru ukuran 5-10 mikron akan

ditahan oleh saluran pernafasan bagian atas,debu ukuran 3-5 mikron ditahan oleh

bagian tengah pernafasan,debu ukuran 1-3 mikro ditempatkan dalam permukaan

alveoli,debu ukuran 0,1-1 mikron bermasa terlalu kecil sehingga dapat masuk ke

alveoli.
Dari hasil pengamatan kami tidak semua karyawan menggunakan masker

sebagai APD, apabila karyawan terpapar secara terus menerus tanpa

menggunakanAPD akan berakibat gangguan saluran pernafasan seperti batuk

kering dan sesak nafas.

b. Dari sisi Ergonomi

Bahaya selanjutnya pada tukang las dari sisi ergonomic yaitu para pekerja

mengalami sakit punggung karena pada saat bekerja selalu membungkuk,

sehingga mengalami sakit punggung. Berdasarkan hasil wawancara, dalam

melakukan pekerjaan para pekerja tidak memiliki

jadwal tertentu melainkan berdasarkan dengan jumlah pesanan, jika jumlah

pesanan banyak maka waktu istirahat mereka sedikit bahkan tidak memiliki waktu

istirahat. Hal tersebut berakibat pada kondisi tubuh pekerja mudah merasa lelah

setelah pekerjaan selesai.

c. Kebisingan

Dari hasil wawancara penulis dengan pekerja. Pada saat bekerja pertama kali,

pekerja merasakan kebisingan. Namun seiring waktu hal ini sudah menjadi hal

yang biasa bagi pekerja. Hal ini menunjukkan bahwa intensitas

pendengaran pekerja berkurang seiring dengan waktu yang telah dihabiskan dalam

pekerjaan ini. Efek yang ditimbulkan oleh kebisingan di lingkungan kerja ini

selain penurunanintensitas pendengaran, yaitu efek psikologis yang terjadi seperti

kehilangan konsentrasi yang dapat mengganggu pekerjaan. Selain itu gangguan

komunikasi dapat terjadi, sehingga mengganggu kinerja dan keamanan pekerja.

Para pekerja juga tidak memakai APD (aer muft dan aer plug) dengan alasan tidak

nyaman. Pengaruh kebisingan secara keseluruhan adalah:


 Kerusakan pada indera pendengaran

 Gangguan komunikasi dan timbulnya salah pengertian

 Pengaruh faal seperti gangguan psikomotor, gangguan tidur dan efek-efek

 Efek psikologis

 Kelelahan yang patologis

 Kelelahan ini tergabung dengan penyakit yang diderita, biasanya muncul

tiba-tiba dan berat gejalanya.

 Psikologis dan emotional fatique

d. Kebutaan

Dari hasil wawancara kami, dampak bahaya dari pengelasan adalah

kebutaan, karen pekerja pada saat mengelas tidak selalu memakai kacamata. Para

pekerja memakai kaca mata hanya pada saat mereka mengelas listrik saja karena

pada saat mengelas listrik percikan api ke mata tajam dan terasa panas. Sedangkan

pada saat mengelas karbit, pekerja sudah biasa tidak memakai kaca mata karena

sudah terbiasa dan tidak menghiraukan akan bahaya dari percikan api kemata

yang dapat menyebabkan kebutaan.

e. Luka bakar

Dari hasil observasi kami dampak dari mengelas selain kebisingan dan

kebutaan juga bisa mengakibatkan luka bakar. Area yang sering terkena ialah

telapak tangan karena pekerja tidak memakai APD berupa sarung tangan dan area

kaki karena tidak menggunakan sepatu yang cocok digunakan untuk mengelas.

4.3 Upaya Pencegahan Dan Penanggulangan Masalah Kesehatan Kerja Dan

Penyakit Akibat Kerja


a. Pengorganisasian Sikap Tubuh Saat Bekerja

 Semua sikap tubuh membungkuk atau sikap tubuh yang tidak alamiah

harus dihindari. Fleksi tubuh atau kepala ke arah samping lebih

melelahkan dari sedikit membungkuk ke depan. Sikap tubuh yang disertai

paling sedikit kontraksi otot statis dirasakan paling nyaman.

 Posisi ekstensi lengan yang terus-menerus baik ke depan, maupun

kesamping harus dihindari. Selain menimbulkan kelelahan, posisi

lenganseperti itu sangat mengurangi ketepatan kerja dan ketrampilan

aktivitas tangan.

 Kedua lengan harus bergerak bersama-sama atau dalam arah

yang berlawanan. Bila hanya satu lengan saja yang bergerak terus-

menerus, maka otot-otot tubuh yang lainnya akan berkontraksi statis.

Gerakan berlawanan memungkinkan pula pengendalian saraf yang lebih

cermat terhadap kegiatan pekerjaan tangan.

b. Mengangkat beban

Bermacam cara dalam mengangkat beban yakni dengan kepala, bahu,

tangan dan punggung.

Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan

otot dan persendian akibat pengangkatan beban yang berlebihan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan-kegiatan mengangkat dan

mengangkut adalah sebagai berikut :

 Beban yang diperkenakan, jarak angkut dan intensitas pembebanan.

 Kondisi lingkungan kerja yaitu keadaan medan yang licin, kasar, naik

turundll.
 Keterampilan bekerja

 Peralatan kerja beserta keamanannya2.

Cara-cara mengangkut dan mengangkat yang baik yaitu :

 Beban diusahakan menekan pada otot tungkai yang keluar dansebanyak

mungkin otot tulang belakang yang lebih lemah dibebaskandari

pembebanan

 Pegangan harus tepat

 Lengan harus berada sedekatnya pada badan dan dalam posisi lurus

 Punggung harus diluruskan

 Dagu ditarik segera setelah kepala bisa di tegakkan lagiseperti pada

permulaan gerakan

 Posisi kaki di buat sedemikian rupa sehingga mampu untukmengimbangi

momentum yang terjadi dalam posisimengangkat

 Beban diusahakan berada sedekat mungkin terhadap garisvertical yang

melalui pusat grafitas tubuh.

 menjinjing beban

c. Waktu bekerja dan istirahat yang baik bagi pekerja.

Lamanya bekerja bagi pekerja kerja dalam sehari yang baik pada

umumnya 6 – 8 jam sisanya untuk istirahat atau kehidupan dalam keluarga dan

masyarakat. Perlu diatur istirahat khusus dengan mengadakan organisasi kerja

secara khusus pula. pengaturan kerja bertujuan agar kemampuan kerja dan

kesegaran jasmani serta rohanidapat dipertahankan.

IstirahatTerdapat 4 jenis istirahat yaitu :

 istirahat secara spontan adalah istirahat pendek setelah pembebanan


 istirahat curian terjadi jika beban kerja tidak di imbangi oleh

kemampuankerja.

 Istirahat yang ditetapkan adalah istirahat atas dasar ketentuan perundang-

undangan

 Istirahat oleh karena proses kerja tergantung dari bekerjanya

mesin peralatan atau prosedur-prosedur kerja.

d. Penerangan dan dekorasi

Penerangan dan dekorasi yaitu keserasian fungsi mata terhadap pekerjaan

dan kegairahan atas dasar faktor kejiwaan.

e. Penggunaan Alat Pelindung Diri

Alat Pelindung Diri atau APD adalah kelengkapan wajib yang digunakan

saat bekerja sesuai dengan bahaya dan resiko untuk menjaga keselamatan tenaga k

erja itu sendiri ataupun orang lain di tempat kerja. Pada pekerja bengkel las

penggunaan alat pelindung diri sangat perlu untuk di perhatikan. Pekerja hanya

sesekali menggunakan alat pelindung diri seperti masker dan sepatu. Sarung

tangan tidak pernah digunakan oleh pekerja di sebabkan karena repot untuk

menggunakannya dan menyulitkan saat bekerja walaupun pekerjaan yang

dilakukan sangat beresiko untuk menciderai tubuh mereka khususnya tangan, dan

alat pelindung diri untuk kebisingan tidak pernah digunakan karena pekerja tidak

memiliki alat untuk digunakan.

Penggunaan alat pelindung diri harus diterapkan oleh pekerja karena

dengan adanya alat pelindung diri dapat meminimalkan resiko yang akan terjadi

pada pekerja. APD adalah seperangkat alat yang digunakan tenaga kerja untuk

melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya dari adanya potensi bahaya atau
kecelakaan kerja. Tujuan penggunaan alat pelindung diri adalah untuk melindungi

tubuh dari bahaya pekerjaan yang dapat

menyebabkan kecelakaan akibat kerja dan penyakit akibat kerja. Sehingga

penggunaan alat pelindung diri bermanfaat bukan hanya untuk tenaga kerjatetapi

juga bagi perusahaan.Pemilihan penggunaan alat pelindung diri harus dilakukan

secara baik

dan bijaksana serta disesuaikan dengan potensi bahaya yang ada, guna keefektifan

alat pelindung diri yang akan digunakan oleh pekerja. Alat pelindung diri yang

telah dipilih hendaknya memenuhi ketentuan sebagai berikut:

1. Dapat memberikan perlindungan terhadap bahaya.

2. Berbobot ringan.

3. Dapat dipakai secara fleksibel (tidak membedakan jenis kelamin).

4. Tidak menimbulkan bahaya tambahan.

5. Tidak mudah rusak.

6. Memenuhi standar yang ada.

7. Pemeliharaan mudah.

8. Penggantian suku cadang mudah.

9. Tidak membatasi gerak.

10. Rasa “tidak nyaman” tidak berlebihan (rasa “tidak nyaman” tidak mungkin

hilang sama sekali, namun diharapkan masih dalam batas toleransi).

11. Bentuk cukup menarik

Alat pelindung diri untuk pekerja las listrik dapat dibagi menjadi beberapa jenis,

yaitu:

1. Alat Pelindung Kepala


Alat pelindung kepala digunakan untuk melindungi rambut terjerat oleh

mesin yang berputar dan melindungi kepala dari bahaya terbenturnya benda tajam

atau keras. Bahaya kejatuhan benda atau terpukul benda yang melayang, percikan

bahan kimia korosif, panas sinar matahari, dan lain sebagainya. Jenis alat

pelindung kepala antara lain:

a. Topi pelindung

Topi ini digunakan untuk melindungi kepala dari bahaya kejutan benda,

terbentur,terpukul benda keras atau tajam.

b. Tudung kepala

Tudung kepala untuk melindungi kepala dari bahaya terkena atau kontak

dengan bahan kimia, api, panas radiasi. Tudung kepala biasanya terbuat dari asbes

tos,kain tahan api atau korosi, dan kain tahan air.

c. Penutup Rambut (Hair Cup) atau Pengaman Rambut (Hair Guard )

Digunakan untuk melindungi kepala dan rambut dari kotoran, serta

untukmelindungi rambut dari bahaya terjerat mesin yang berputar. Biasanya

terbuat dari kain katun.

2. Alat Pelindung Mata

Alat ini digunakan untuk melindungi mata dari percikan bahan kimia

korosif,debu dan partikel kecil yang melayang di udara, gas atau uap yang

dapatmenyebabkan iritasi mata, radiasi gelombang elektromagnetik, panas radiasi

sinar matahari.

3.Alat Pelindung Wajah

Pekerjaan pengelasan memerlukan alat pelindung wajah yang

bergunakansebagai alat perlindungan untuk mata dan muka dari kemungkinan


adanya potensi bahaya yang ditimbulkan. Tameng wajah atau topeng las, alat ini

berfungsi untuk melindungi mata dan muka (Alat Pelindung Wajah). Alat ini

dapat dipasang pada helm (welding helmet ) atau langsung pada kepala, dapat juga

dipegang dengan tangan, dan banyak digunakan pada pekerjaan pengelasan. Sinar

las yang terangtidak boleh dilihat dengan mata secara langsung sampai jarak 15

meter. Kaca untuk tameng wajah adalah kaca khusus yang dapat mengurangi sinar

las tersebut. Manfaat penggunaan tameng wajah atau topeng las yaitu digunakan

untuk melindungi wajah dari bahaya sinar las (sinar tampak, sinar ultra

violet,inframerah), radiasi panas las serta percikan bunga api las yang tidak

dapatdilindungi dengan hanya menggunakan alat pelindung mata saja. Apabila

wajah pekerja las tidak dilindungi dengan alat ini maka kulit wajah akan terasa

terbakar dan sel kulit wajah akan rusak. Pekerja pengelas perlu memperhatikan

beberapa hal dalam memilih tamengwajah (Face Shield ) yaitu:

(1) Tameng wajah harus mempunyai daya penerusyang tepat terhadap cahaya

tampak;

(2) Tameng wajah harus mampu menahancahaya dan sinar yang berbahaya;

(3) Tameng wajah harus tahan lama danmempunyai sifat tidak mudah berubah;

(4) Tameng wajah harus memberi rasanyaman pada pemakai.

4. Alat Pelindung Pernafasan

Masker berguna untuk melindungi masuknya debu atau partikel yang

lebih besar ke dalam saluran pernafasan, dapat terbuat dari kain dengan ukuran

tertentu.

5.Alat Pelindung Tangan


Fungsi alat ini adalah untuk melindungi tangan dan jari tangan dari

pejananapi, panas, dingin, radiasi elektromagnetik, sengatan listrik, bahan

kimia, benturan, pukulan, tergores, dan terinfeksi. Alat pelindungan tangan

biasa disebut dengan sarung tangan.

6. Alat Pelindung Kaki

Alat pelindung kaki atau safety shoes berfungsi melindungi

kaki dari tertimpa benda berat, tertuang logam panas, bahan kimia korosif,

kemungkinan tersandung,terpeleset dan tergelincir.

7. Pakaian Pelindung

Alat pelindung jenis ini digunakan untuk melindungi seluruh atau sebagian

tubuh dari percikan api, suhu panas atau dingin, cairan bahan kimia, dan lains

ebagainya. Pakaian pelindung dapat berbentuk apron yang menutupi sebagian

tubuh pemakainya yaitu mulai dari daerah dada sampai lutut, atau juga menutupi

seluruh bagian tubuh.

4.4 Tindak Lanjut

Keselamatan kesehatan kerja bagi seorang pekerja las pada proses

mengelas sangat diperlukan karena dalam proses produksi suatu pekerjaan

dibutuhkan pekerja yang produktivitasnya tinggi tanpa merugikan semua pihak

yang terkait didalamnya, baik bagi orang lain maupun dirinya sendiri. Pada proses

pengelasan banyak sekali hal-hal yang membahayakan dan perlu diperhatikan

baik bagi pekerja, dan orang-orang disekitarnya. Hal-hal tersebut diantaranya

adalah :
1. Percikan bunga api yang dapat membahayakan pekerja maupun mesin las yang

dapat mengenai kulit, mata pekerja, yang semua itu akan mengganggu berjalannya

proses produksi.

2. Asap las listrik dan debu beracun, dapat membahayakan pekerja dan orang-

orang disekelilingnya.

3. Efek radiasi sinar ultra violet dan ultra merah las listrik yang dapat

membahayakan kesehatan mata dan organ dalam tubuh pekerja maupun orang-

orang disekelilingnya.

4. Penggunaan APD seperti apron,sarung tangan, welding helmet, hingga safety

shoes juga diperhatikan pada proses pengelasan, untuk menghindari

kemungkinan terjadi kecelakaan yang tidak disengaja.


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari hasil penilaian analisis kesehatan dan keselamatan kerja

pada petugas bengkel las adalah

1. Tidak ada satupun petugas bengkel las yang terdaftar kesehatan dan

keselamatan kerjanya di jaminan sosial, apabila ada kejadian dan kecelakaan

akibat kerja maka perusaahn di tempat dia bekerja hanya membiayai setengah dari

jumlah dana perawatan.

2. Kurangnya tingkat pengetahuan penyakit akibat kerja dan pengetahuan tentang

bahaya dan kecelakaan yang dapat di timbulkan dari pekerjaanya.

3. Tidak terdapatnya APD khusus yang seharusnya wajib di pakai pada petugas

bengkel las.

4. Kurangnya perhatian perusahaan dalam memelihara kesehatan pekerja

5.Keadaan lingkungan industri yang kurang memadai dari segi sanitasi dari mulai

penyediaan air bersih sampai dengan pembuangan limbah.

6.Tingkat PAK dan kecelakaan akibat kerjanya di ambang nilai sedang di

karenakan, menurut hasil survei. Kejadian akibat kerja jarang terjadi .hanya

kejadian kecil yang pernah terjadi akan tetapi frekuensinya jarang.

7. Tidak adanya peraturan khusus yang mengharuskan pekerja bengkel las yang

mengharuskan pekerja menggunakan APD.


8. Perusahaan ini memiliki SMK3 yang di keluarkan dari pemerintahan Kota

Lhokseumawe.

5.2 Saran

1. Perusahaan

Perusahaan menerapkan pemeriksaan fisik sebelum pekerja diterima

diperusahaan, dan melakukan pemeriksaan berkala. Menerapkan keselamatan

kerja, mengasuransikan pekerja, menyediakan APD berstandar di perusahaan

tersebut, dan menerapkan sanksi bagi pelanggar sanksi.

2. Bagi Welder dan Pekerja di Bengkel Las

Hendaknya dalam setiap melakukan proses pengelasan las listrik selalu

memperhatikan dan mengutamakan keselamatan kesehatan kerja baik bagi welder

itu sendiri maupun orang lain yang ada disekitarnya karena hal tersebut sangat

berpengaruh terhadap suatu produksi. Apabila terdapat oknum-oknum tertentu

yang dengan sengaja melakukan tindakan melanggar tentang keselamatan

kesehatan kerja yang dapat membahayakan dirinya sendiri atau orang lain supaya

dikenakan sanksi yang berlaku.

3. Bagi Peneliti Lain

Manfaat bagi peneliti lain adalah ketika menganalisi resiko kerja pada

pekerja las adalah pentingnya menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) untuk
penganalisis kejadian dan kecelakaan kerja pekerja las di PT. Puput Tekhnik juga

memakai APD untuk melindungi diri sendiri.

REFERENSI

Anda mungkin juga menyukai