Laporan Praktek Kerja Lapangan 1i (Daftar Isi)
Laporan Praktek Kerja Lapangan 1i (Daftar Isi)
Laporan Praktek Kerja Lapangan 1i (Daftar Isi)
DI RS HVA TOELOENGREDJO
Oleh :
KELOMPOK 4
1
i
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan praktik lapangan II ini, berisi tentang hasil kegiatan praktik
mahasiswa Di RS HVA Toeloengredjo mulai tanggal 09 April s/d 04 Mei 2018.
Laporan ini telah diperiksa, disahkan dan telah diseminarkan pada Jumat, 04 Mei
2018
Mengesahkan,
Ketua Jurusan
Perekam Medis dan Informasi Kesehatan
Poltekkes Kemenkes Malang
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan Karunia
yang dilimpahkan-Nya kepada kami dalam menyusun laporan Praktik Kerja
Lapangan (PKL) II. Laporan ini disusun berdasarkan pengamatan secara langsung
di subdivisi Rekam Medis Di RS HVA Toeloengredjo selama masa praktik kerja
lapangan berlangsung.
Kami menyadari bahwa penyusunan laporan praktik kerja lapangan ini tidak
akan terselesaikan dengan baik tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Budi Susatia, S.Kp, M.Kes selaku direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes
Malang.
2. Bernadus Rudy Sunindya, MPH selaku ketua Jurusan Perekam Medis dan
Informasi Kesehatan.
3. Dea Alan Karunia S,SST selaku dosen pembimbing institusi beserta seluruh
dosen Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan yang telah
memberikan bimbingan selama masa perkuliahan.
4. Karjito, A.Md,PK selaku kepala subdivisi Rekam Medis Rumah Sakit Di
RS HVA Toeloengredjo dan Pembimbing Lapangan Kerja yang telah
memberikan waktu, bimbingan serta nasihat dalam menyelesaikan laporan
ini.
5. Teman-teman seangkatan Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan
Poltekkes Kemenkes Malang.
6. Segenap keluarga yang telah memberi dukungan, dan semua pihak yang
tidak dapat kami kemukakan satu persatu.
Kami menyadari bahwa laporan Praktik Kerja Lapangan ini jauh dari kata
sempurna, untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik dari pembaca. Kami
berharap semoga laporan praktik kerja lapangan ini dapat bermanfaat. Amin.
Terimakasih.
Malang, 04 Mei 2018
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
4.4 Manajemen Resiko Fasilitas Pelayanan Kesehatan ........................................... 60
4.5 Standar Pelayanan Minimal dan Akreditasi Unit Kerja RMIK.......................... 60
4.6 Analisa Kuantitatif dan Kualitatif ....................................................................... 62
4.7 Konsep Dasar Biostatistik ................................................................................... 62
4.8 Sistem Informasi Rumah Sakit ........................................................................... 68
4.9 Klasifikasi dan Kodefikasi Penyakit, masalah-masalah yang berkaitan dengan
Kesehatan dan tindakan medis .................................................................................. 69
4.10 Filing ................................................................................................................. 70
4.11 Surat Keterangan Medis .................................................................................... 72
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 75
5.1 Desain Formulir Rekam Medis ........................................................................... 75
5.2 Manajemen Unit Kerja Rekam Medis ................................................................ 75
5.3 Program Kegiatan Menjaga Mutu (Quality Assurance) di bidang RMIK .......... 79
5.4 Manajemen Resiko Fasilitas Pelayanan Kesehatan ............................................ 79
5.5 Standar Pelayanan Minimal dan Akreditasi Unit Kerja RMIK........................... 80
5.6 Analisa Kuantitatif dan Kualitatif ....................................................................... 81
5.7 Konsep Dasar Biostatistik ................................................................................... 82
5.8 Sistem Informasi Rumah Sakit ........................................................................... 86
5.9 Klasifikasi dan Kodefikasi Penyakit, masalah-masalah yang berkaitan dengan
Kesehatan dan tindakan medis .................................................................................. 87
5.10 Filing dan Distribusi......................................................................................... 89
5.11 Surat Keterangan Medis .................................................................................... 91
BAB VI PENUTUP .......................................................................................................... 94
Daftar Pustaka ............................................................................................................... 96
LAMPIRAN.................................................................................................................. 97
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 RS HVA Toeloengrejo jaman dahulu. ................................................... 7
Gambar 2 Struktur Organisasi................................................................................. 8
Gambar 3 Desain Formulir Catatan Poliklinik .................................................... 49
Gambar 5 Asuhan Medis Gawat Darurat .............................................................. 53
Gambar 6 asuhan medis gawat darurat ................................................................. 54
Gambar 7 Persetujuan Tindakan Medis ................................................................ 56
Gambar 8 data IT KRS bulan Maret ................................................................... 65
Gambar 9 hari perawatan ...................................................................................... 65
Gambar 10 data pasien keluar rumah sakit ........................................................... 67
Gambar 11Alur pelayanan pasien rawat jalan ...................................................... 68
Gambar 12 formulir pengajuan visum .................................................................. 74
Gambar 12 Analisa Kuantitatif dan Kualitatif ...................................................... 81
Gambar 13 sistem informasi manajemwn rumah sakit ......................................... 86
Gambar 14 Surat Pengajuan Visum ...................................................................... 93
v
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jumlah tempat tidur per-ruangan ........................................................... 11
Tabel 2. Standar Pelayanan Minimal .................................................................... 61
Tabel 3. Tabel Unit Kerja dan Standar Beban Kerja ............................................ 76
Tabel 4. Standar Pelayanan .................................................................................. 80
Tabel 5. 10 Besar Penyakit Rawat Inap bulan Maret 2018 ................................... 82
Tabel 6. 10 Besar Penyakit Rawat Jalan Bulan Maret 2018 ................................. 83
Tabel 7. Data Hasil Koding Penyakit dan Tindakan pada pasien Rawat Inap ...... 88
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
diikuti oleh seluruh mahasiswa PMIK Poltekkes Kemenkes Malang semester
4. Kegiatan praktek kerja lapangan dapat dijadikan wadah bagi mahasiswa
untuk menerapkan pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), ketrampilan
(psikomotor), dan mendapatkan pengalaman yang lebih dalam bidang rekam
medis sebagai bagian dari pengembangan teori yang didapatkan mahasiswa
saat pembelajaran akademik diperkuliahan.
Kegiatan pada rumah sakit berkaitan dengan organisasi karena rumah sakit
merupakan orgaisasi yang sangat kompleks. Teori Orgnisasi dibagi menjadi
tiga yaitu:
1. Teori Klasik
Teori Klasik berkembang dalam tiga jalur yaitu Birokrasi, Manajemen Ilmiah
(Scientific Management), dan Teori Administratif.
a. Birokrasi dicirikan oleh: aturan yang tegas, impersonal, objektivitas dan
kedisiplinan yang tinggi.
b. Manajemen ilmiah (F.W. Taylor): konsep yang meletakkan prinsip ilmiah
(yang diperoleh melalui penelitian) sebagai acuan dalam menjalankan
kerjasama.
c. Teori administratif mengkaji keefektifan kepemimpinan, menghasilkan
sejumlah prinsip yang dikenal dengan prinsip manajemen yaitu: planning,
organizing, staffing, directing, coordinating, reporting, budgeting.
2. Teori Neo Klasik
a. Pendekatan ini muncul sebagai kesimpulan dari serangkaian percobaan
yang dilakukan oleh Elton Mayo.
b. Percobaan tersebut mempelajari pengaruh kondisi fisik ruangan tempat
bekerja dengan prestasi kerja.
c. Secara tidak sengaja, percobaan ini menunjukkan bahwa faktor ikatan
sosial memiliki pengaruh terhadap prestasi kerja.
d. Percobaan ini melahirkan pendekatan neo klasik; karena memperhatikan
aspek hubungan antar manusia dalam organisasi maka, pendekatan ini
kemudian dikenal sebagai pendekatan hubungan kemanusiaan (human
relation).
2
e. Fokus pada aspek kemanusian berakibat pada kurang diperhatikannya
aspek lain dari organisasi sehingga hal ini menjadi kelemahan dari
pendekatan ini.
3. Teori Modern
a. Pendekatan ini mampu menyatukan keseluruhan pandangan dalam analisis
organisasi. Diawali dengan penelitian yang dilakukan oleh Woodward
(1950) di Inggris.
b. Penelitian ini menemukan bahwa keberhasilan perusahaan ditentukan oleh
kelompok teknologi dengan karakteristik yang bisa jadi berbeda dengan
perusahaan lain. Adaptasi terhadap lingkungan juga menjadi faktor dalam
keberhasilan organisasi.
Perbedaan Teori modern dengan pendekatan lain:
a. Organisasi merupakan sistem terbuka yang dipengaruhi oleh lingkungan di
sekitarnya dan sebaliknya
b. Keterbukaan dan ketergantungan terhadap lingkungan menyebabkan bentuk
organisasi harus disesuaikan dengan lingkungan organisasi tersebut.
Ketergantungan pada lingkungan menyebabkan pendekatan modern sering
disebut sebagai pendekatan ketergantungan (contingency).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa dan bagaimana praktik mendesain formulir di di RS HVA
Toeloengredjo?
2. Apa dan bagaimana praktik pendekatan dalam mendesain formulir rekam
medis di RS HVA Toeloengredjo?
3. Apa dan bagaimana aspek desain formulir di RS HVA Toeloengredjo?
4. Apa dan bagaimana manajemen mutu rekam medis di RS HVA
Toeloengredjo?
5. Apa dan bagaimana praktik isi rekam medis di RS HVA Toeloengredjo?
3
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, berikut ini adalah tujuan dari
pelaksanaan PKL II:
1.3 Tujuan dan Manfaat
1.3.1 Tujuan Umum
Menambah pengetahuan dan pengalaman mahasiswa dalam
penerapan kompetensi MIK, SIK, MUK, MMIK dan KKPMT di RS
“HVA Toelongredjo” Kediri.
4
1.3.1 Manfaat
Dalam pelaksanaan PKL II diharapkan dapat memberikan manfaat, seperti
dibawah ini:
1. Manfaat bagi Mahasiswa
Menambah pengetahuan mahasiswa tentang sistem pelayanan rekam
medis yang diterapkan di RS “HVA Toeloengredjo” Kediri meliputi
manajemen, sistem pelaporan dan kodefikasi.
2. Manfaat bagi Institusi
Perwujudan kerja sama pihak Politeknik Kesehatan Kemenkes
Malang dengan RS “HVA Toeloengredjo” Kediri untuk memberi
peluang kerja kepada mahasiswa Perekam Medis dan Informasi
Kesehatan setelah selesai menempuh pendidikan.
3. Manfaat bagi Rumah Sakit
Dengan adanya Praktik Kerja Lapangan II ini diharapkan RS “HVA
Toeloengredjo” Pare kediri dapat menjadi bahan untuk evaluasi sistem
pelayanan di Rumah Sakit supaya lebih baik dan meringankan pelayanan
petugas rekam medis Rumah Sakit.
5
BAB II
GAMBARAN UMUM LAHAN PRAKTIK
6
Tanggal 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia. Kemudian Rumah Sakit Toeloengredjo dikuasai
oleh bangsa Indonesia dan selanjutnya bernaung di bawah badan
penyelenggaraan perusahaan gula yang berpusat di Solo dan memiliki
kantor di Kediri. Pada tahun 1957 dalam rangka TRIKORA semua
perkebunan dan perusahaan milik Belanda diambil alih oleh pemerintah
Republik Indonesia dan RS Toeloengredjo dikelola oleh PTP XXI-XXII
yang berkantor di Surabaya. PTP XXI-XXII membawahi dua rumah sakit
yaitu , yaitu Rumah Sakit Gatoel di Mojokerto dan Rumah Sakit
Toeloengredjo .
7
anak perusahaan dengan nama PT Nusantara Medika Utama yang
membawahi 3 Rumah Sakit, yaitu : Rumah Sakit Toeloengredjo di Pare,
Rumah Sakit Gatoel di Mojokerto, Rumah Sakit Jember Klinik di jember.
PT Nusantara Medika Utama, dipimpin oleh DR. dr. Ibnu Gunawan, MM
sebagai direktur utama. Rumah Sakit HVA Toeloengredjo berkembang
sesuai dengan perkembangan jaman dan saat ini Rumah Sakit HVA
Toeloengredjo dipimpin oleh dr. Anna Rahmawati, MMRS sebagai kepala
rumah sakit.
8
2.1.3 Visi, Misi, dan Moto RS HVA Toeloengredjo
2. Misi :
1. Menyediakan layanan kesehatan yang bermutu tinggi melebihi
harapan pelanggan dengan mengutamakan keselamatan pasien.
2. Meningkatkan kompetensi dan profesionalitas sumber daya
manusia.
3. Mengembangkan fasilitas rumah sakit berdasarkan kebutuhan
masyarakat.
4. Memotivasi karyawan untuk bekerja dalam tim dengan dedikasi
tinggi dan inovatif.
5. Menyediakan lingkungan rumah sakit yang aman dan menunjang
keselamatan dan kesehatan kerja (K3).
6. Mewujudkan rumah sakit berwawasan lingkungan.
9
Setelah penaksiran dan penanganan awal, pasien akan di rujuk rawat
inap jika di perlukan dan bisa dirujuk untuk rawat jalan, UGD di buka
selama 24 jam.
b. Pelayanan Rawat Jalan
Pelayanan rawat jalan di RS HVA Toeloengredjo merupakan pelayanan
spesialistik yang meliputi:
a) Poli Anak
b) Poli Interna / panyakit dalam
c) Poli KIA (Kandungan Ibu dan Anak)
d) Poli Bedah Umum
e) Poli Bedah Tulang/Orthopedi
f) Poli Mata
g) Poli THT
h) Poli Gigi Spesialis
i) Poli Syaraf
j) Poli Fisioterapi
k) Poli Kulit dan Kelamin
l) Poli Urologi
m) Poli Paru
n) Poli Jantung
o) Poli Rehab Medik
p) Poli kejiwaan
10
Tabel 1. Jumlah tempat tidur per-ruangan
d. Pelayanan Penunjang
Pelayanan penunjang ini terbagi menjadi 2 yaitu penunjang medik dan
non medik antara lain meliputi :
Pelayanan Penunjang Medik :
a. Foto Rontgen X-Ray
b. Instalasi Radiologi
c. Ultrasonografi (USG)
d. Instalasi Laboratorium Klinik
e. Pemeriksaan darah rutin sederhana
11
f. Hemodialisis
g. Elektrokardiogram (EKG)
h. Rehabilitasi Medis (Pelayanan terapi dan pemulihan fisik)
i. Instalasi Farmasi (Penyedia bahan, obat dan alat kesehatan)
Pelayanan Penunjang Non Medik :
a) Pemeliharaan fasilitas gedung pelayanan
b) Penyediaan generator
c) Pengelolaan limbah
d) Sanitasi
e) Penyediaan air bersih
f) Laundry
12
2.2 Gambaran Umum Rekam Medis
Ka. Subdivisi RM
13
BAB III
LANDASAN TEORI
14
3.1.2 Manfaat
Menurut Huffman (1994:247), data merupakan rekaman fakta perjalanan
pelayanan fasilitas asuhan kesehatan. Data medis, keuangan, administrasi,
dan operasional merupakan hal-hal penting. Data ini sering dikumpulkan,
diproses, dan diajukan ke pengguna melalui formulir. Tidak efisiennya
desain, pemeliharaan, dan kontrol biaya terhadap formulir dapat terjadi
karena besarnya jumlah formulir yang digunakan oleh berbagai pengguna
dengan kebutuhan yang berbeda-beda. Formulir yang dirancang dengan tidak
baik menyebabkan pengumpulan data menjadi tidak memadai, dokumentasi
menjadi lamban, informasi salah, duplikasi pekerjaan yang dilakukan, dan
kesalahan pengumpulan data. Dengan demikian, desain formulir, khususnya
formulir dalam berkas rekam medis yang efektif dan efisien sangat penting
bagi kelancaran pelayanan kesehatan pasien.
15
3.2 Pendekatan Dalam Mendesain Formulir Rekam Medis
3.2.1. SOMR (Source Oriented Medical Record) Berorientasi pada sumber
pelayanan
1. Setiap lembar disusun secara kronologis. Contoh Hasil lab dengan hasil
lab disusun secara kronologis
2. Saat dirawat paling atas adalah yang terbaru, sesudah pasien pulang.
Catatan lembaran disusun kembali dari awal sampai akhir secara
kronologis.
Kerugian SOMR :
1. Tidak mungkin untuk menentukan secara cepat masalah dan
pengobatan yang telah diberikan kepada pasien pada suatu waktu oleh
karena data terkumpul berdasarkan pelayanan yang diberikan bukan
berdasarkan masalah / problem atau integrasi dari waktu berikutnya.
16
2. Problem list (Daftar masalah). Merupakan masalah-masalah yang telah
diketahui dokter seperti gejala-gejala, temuan abnormal, temuan secara
fisiologi dan diagnosis khusus.
3. The Initial Plans (Rencana awal). Rencana awal ini menyelesaikan apa
yang akan dilakukan untuk mempelajari lebih mendalam mengenai
kondisi pasien, pengobatan pasien, dan memberi penjelasan kepada
pasien mengenai keadaannya.
4. Progress Note (Catatan perkembangan). Follow Up dari setiap
masalah, mengindikasikan : apa yang terjadi pada pasien, apa yang
direncanakan untuk pasien, bagaimana reaksi pasien terhadap terapi yang
diberikan.
Keuntungan POMR :
1. Dokter diharapkan untuk mempertimbangkan seluruh problem pasien
dalam segala keadaan.
2. Catatan jelas.
3. Mengidentifikasikan tujuan dan metode pengobatan.
4. Pendidikan Medis (Lengkapnya catatan dari dokter)
5. Proses menjaga mutu lebih mudah sebab data telah tersusun.
Kerugian POMR :
1. Pelatihan dan tanggung jawab tambahan bagi staf profesional dan staf
medis.
2. Tidak banyak fasilitas pelayanan akut melaksanakan POMR secara
penuh, banyak dari profesional kesehatan menggunakan formulir
SOAP dari Progress Notes.
17
3.2.3 IMR (Integrated Medical Record)
1. Seluruh formulir disusun secara kronologis. Di Nurse Station disusun
dengan yang terbaru di paling atas untuk seluruh jenis pelayanan. Saat
pulang, disusun kembali dari awal sampai akhir.
2. Kunci dari IMR adalah seluruh sumber pemberi pelayanan dijadikan satu.
3. Umumnya : integrasi catatan perkembangan (Progress notes) an semua
pemberi pelayanan membuat catatan pada formulir yang sama
Keuntungan :
1. Perkembangan pasien dapat diketahui secara cepat, oleh karena seluruh
catatan disatukan.
2. Mengurangi jumlah formulir dan mendorong pelayanan kesehatan
bekerja secara tim.
Kerugian :
1. Hanya 1 orang pemberi pelayanan yang dapat mencatat perkembangan
pasien pada satu waktu.
2. Sulit mengidentifikasi pekerjaan perorangan
18
3. Ukuran
Ukuran yang digunakan adalah ukuran praktis yang disediakan
dengan kebutuhan isi formulir. Sesuai dengan Instrumen Akreditasi
Rumah Sakit KARS versi 2012, ukuran yang digunakan untuk
pembuatan formulir rekam medis adalah A4.
4. Bentuk
Menyatakan bentuk (vertical, horizontal, dan persegi panjang).
19
5. Penutup (close)
Komponen utama terakhir formulir kertas adalah ”close” atau
penutup, merupakan ruangan yang disediakan untuk tanda tangan
otentikasi dan ketik persetujuan.
3.3.3 Aspek Isi
Menurut Shofari dan Eny (2008) ada beberapa aspek isi desain
formulir rekam medis yang perlu diperhatikan, antara lain:
a. Butir data atau item.
b. Pengurutan.
c. Caption.
d. Pengelompokan data.
e. Terminologi data.
3.5 Isi Rekam Medis
Isi / struktur rekam kesehatan / medis dibagi menjadi dua :
3.5.1. Data administratif
Data administratif mencakup data demografi, keuangan (financial)
disamping tentang informasi lain yang berhubungan dengan pasien, seperti
data yang terdapat pada beragam izin (consent), pada lembaran hak kuasa
(otorisasi) untuk Kepentingan pelayanan kesehatan dan dalam penanganan
informasi konfidensial pasien.
Dalam pelayanan kesehatan, informasi demografi diperlukan dalam
mengisi informasi dasar identitas diri pasien. Informasi ini dicatat dalam
lembaran pertama rekam kesehatan rawat inap yang disebut “Ringkasan
Masuk dan Keluar” maupun pada lembar pertama rawat jalan yang dikenal
dengan nama “Ringkasan Riwayat Klinik” Isi data demografi bersifat
permanen dan setidaknya mencakup informasi tentang:
a. Nama lengkap (nama sendiri dan nama keluarga yaitu nama
ayah/suami/marga). Tuliskan nama keluarga, beri tanda koma, baru
nama sendiri. Artinya, semua nama di muka tanda koma adalah
nama keluarga. Tulisan demikian untuk menyamarkan identitas
20
pasien dan pihak yang tidak berwenang namun saat memanggil
nama pasien disesuaikan dengan kebiasaan yang diinginkan.
b. Nomor rekam kesehatan / Rekam Medis pasien dan nomor identitas
lain (asuransi).
c. Alamat lengkap pasien (nama jalan/gang, nomor rumah, wilayah,
kota yang dihuni saat ini dan kode pos bila diketahui).
d. Tanggal lahir pasien (tanggal, bulan, tahun) dan kota tempat
kelahiran. Jenis kelamin (perempuan atau laki-laki).
e. Status pernikahan (sendiri, janda, duda, cerai).
f. Nama dan alamat keluarga terdekat yang sewaktu-waktu dapat
dihubungi.
g. Tanggal dan waktu terdaftar di tempat penerimaan pasien rawat
inap/rawat jalan/ gawat darurat.
h. Nama rumáh sakit (tertera pada kop formulir: nama, alamat, telepon,
kota).
i. Tujuan dan pengumpulan informasi demografi ini adalah untuk
menginformasikan identitas pasien secara lengkap. Rumah sakit dan
organisasi pelayanan kesehatan yang terkait juga menggunakan
informasi demografi pasien sebagai basis data statistik, riset dan
sumber perencanaan.
21
dengan data kilnis. Dengan demikian tidak perlu disertakan ke pengadilan
bila ada kasus permintaan pengadilan dengan bukti rekaman medis (kecuali
bila memang ada permintaan tersendiri). Contoh data administratif yaitu:
22
dibuka kepada pibak ketiga tanpa izin dari pasien yang bersangkutan kecuali
jika ada alasan lain berdasarkan peraturan atau perundang-undangan yang
memaksa dibukanya informasi tersebut.
Sedangkan isi (data/informasi) dipengaruhi oleh
a. Bentuk pelayanan
b. Bentuk klasifikasi jenis pelayanan(umum/khusus)
c. Bentuk status kepemilikan
23
2) Indikator penampilan minimal
Indikator penampilan minimal yang menunjuk pada ukuran
terpenuhi atau tidaknya standar penampilan minimal yang
diselenggarakan. Indikator penampilan minimal ini sering disebut
indikator keluaran. Apabila hasil pengukuran terhadap standar
penampilan berada di bawah indikator keluaran maka berarti
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan tidak bermutu.
3.4.3 Faktor-Faktor yang Mempegaruhi Mutu
1. Man: Kemajuan teknologi, komputer dan lain-lain memerlukan
pekerja spesialis yang banyak
2. Money: Meningkatkan kompetensi dalam segala bidang memerlukan
penyesuaian pembiayaan yang luar biasa termasuk mutu.
3. Material: Bahan-bahan yang semakin terbatasdan berbagai material
yang diperlukan.
4. Machine: Selalu perlu penyesuaian seiring dengan kebutuhan
kepuasan pelanggan.
5. Modern information methods: Kecepatan teknologi informasi yang
harus diikuti.
6. Markets: Tuntutan pasar yang semakin tinggi dan luas.
7. Management: Tanggung jawab mutu oleh perusahaan.
8. Motivation: Meningkatkan mutu yang kompleks perlu kesadaran
mutu bagi pekerja.
9. Marketing product requipment: Persyaratan produk yang meningkat
yang diminta pelanggan perlu penyesuaian mutu terus menerus.
24
Hal ini juga dijelaskan dalam Permenkes 269 pasal 5 ayat 1
berbunyi : Setiap dokter dan dokter gigi dalam menjalankan praktek
kedokteran wajib membuat rekam medis. Selanjutnya dalam pasal 5 ayat
2 : Rekam medis sebagaimana dimaksudkan pada ayat 1 harus dibuat
segera dan dilengkapi setelah pasien menerima pelayanan.
Sewaktu berkas rekam medis tiba diunit rekam medis maka petugas
unit rekam medis yang menerimanya memeriksa apakah berkas rekam
medis tersebut lengkap secara kuantitatif dan kualitatif. Dengan adanya
PerMenkes 269 setidaknya mutu rekam medis harus sesuai dengan
berbagai pasal yang ditetapakan seperti :
- Pasal 5 ayat 4 : Setiap pencatatan ke dalam rekam medis harus
dibubuhi nama, waktu, dan tanda tangan dokter, dokter gigi atau tenaga
kesehatan tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan secara
langsung.
- Pasal 5 ayat 5 dan 6 : Dalam hal terjadi kesalahan dalam melakukan
pencatatan pada rekam medis dapat dilakukan pembetulan.
Pembetulan sebagaimana dimaksudkan pada ayat 5 hanya dapat
dilakukan dengan cara pencoretan tanpa menghilangkan catatan yang
dibetulkan dan dibubuhkan paraf dokter, dokter gigi atau tenaga
kesehatan tertentu yang bersangkutan.
Bila ada berkas rekam medis yang juga tidak memenuhi kebutuhan
kelengkapan diatas maka petugas unit rekam medis wajib meminta
petugas kesehatan (medis atau paramedis) yang bersangkutan untuk
melengkapinya. Petugas unit rekam medis hanya boleh memasukkan
berkas rekam medis yang telah lengkap ke dalam rak penjajaran.(Dep
Kes 5I, 1997)
25
b. Kepemilikan Rekam Medis
Kepemilikan Rekam Medis adalah milik pasien, sedangkan berkas Rekam
Medis (secara fisik) adalah milik Rumah Sakit atau institusi kesehatan. Pasal
10 Permenkes No. 749a menyatakan bahwa berkas rekam medis itu
merupakan milik sarana pelayanan kesehatan, yang harus disimpan sekurang-
kurangnya untuk jangka waktu 5 tahun terhitung sejak tanggal terakhir pasien
berobat. Untuk tujuan itulah di setiap institusi pelayanan kesehatan, dibentuk
Unit Rekam Medis yang bertugas menyelenggarakan proses pengelolaan
serta penyimpanan Rekam Medis di institusi tersebut. Karena isi Rekam
Medis merupakan milik pasien, maka pada prinsipnya tidak pada tempatnya
jika dokter atau petugas medis menolak memberitahu tentang isi Rekam
Medis kepada pasiennya, kacuali pada keadaan-keadaan tertentu yang
memaksa dokter untuk bertindak sebaliknya. Sebaliknya, karena berkas
Rekam Medis merupakan milik institusi, maka tidak pada tempatnya pula jika
pasien meminjam Rekam Medis tersebut secara paksa, apalagi jika institusi
pelayanan kesehatan tersebut menolaknya.
1. asembling
2. coding
3. indexing
4. penyimpanan DRM
5. retensi berkas
26
1. Subsystem assembling
Assembling berarti merakit, tetapi untuk kegiatan assembling DRM
di fasilitas pelayanan kesehatan tidaklah hanya sekedar merakit atau
mengurut satu halaman ke halaman yang lain sesuai dengan aturan yang
berlaku. pengurutan halaman ini dimulai dari DRM rawat darurat, rawat
jalan, rawat inap. pergantian pada masing -masing pelayanan akan
diberikan kertas pembatas yang menonjol sehingga dapat mempermudah
pencarian formulir dalam DRM. kegiatan assembling termasuk juga
mengecek kelengkapan pengisian DRM dan formulir yang harus ada pada
DRM. untuk kegiatan pengecekan kelengkapan pengisian ini termasuk
bagian kecil dari analisis kuantitatif. DRM diunit pelayanan akan
dikembalikan ke unit rekam medis bagian assembling. bagian assembling
mencatat pada buku register semua berkas yang masuk sesuai tanggal
masuk kebagian assembling dan tanggal pasien pulang. pada proses ini
akan diketahui berkas yang kembali tepat pada waktunya dan yang
terlambat kembali ke unit rekam medis. setelah itu DRM dianalisis untuk
mengetahui kelengkapan pengisiannya. berkas yang tidak lengkap akan
dikembalikan ketenaga kesehatan yang memberikan pelayanan pada
pasien melalui unit kerjanya. DRM akan ditinggal dalam waktu yang telah
ditentukan dan akan diambil kembali untuk diproses ke assembling. Untuk
melakukan analisis kuantitatif dapat menggunakan 4 komponen utama
pada analisis yaitu :
a. Identitas pasien pada setiap lembar rekam medis
b. Autentikasi dokter pada setiap tempat yang ditentukan
c. Pengisian laporan yang penting pada DRM
d. Pendokumentasian yang baik
Dari hasil analisis ini akan diketahui jumlah DRM yang terisi lengkap,
terisi tidak lengkap dan tidak terisi. hal ini dapat dijadikan tolak ukur mutu
DRM difasilitas pelayanan kesehatan.beberapa paremeter yang dapat
dilihat untuk mengetahui mutu rekam medis di rumahh sakit
khususnya yang melibatkan kegiatan assembling diantaranya :
27
a. ketepatan waktu pengembalian
b. kelengkapan formulir pada DRM
c. kelengkapan pengisian pada DRM.
2. Subsystem Coding
Kegiatan pengkodean adalah pemberian penetapan kode dengan
menggunakan huruf dan angka atau kombinasi antara huruf dan angka
yang mewakili komponen data. kegiatan yang dilakukan dalam koding
meliputi kegiatan pengkodean diagnosis penyakit dan pengkodean
tindakan medis. kode klasifikasi penyakit oleh WHO / world health
organization bertujuan untuk menyeragamkan nama dan golongan
penyakit, cedera, gejala dan faktor yang mempengaruhi kesehatan.
Indonesia sendiri menggunakan ICD-10 tahun 1998 melalui SK Menkes
RI no.50/MENKES/KES/SK/I/1998. sedangkan untuk pengkodean
tindakan medis dilakukan menggunakan ICD-9CM. dalam proses koding
mungkin terjadi beberapa kemungkinan yaitu :
a. penetapan diagnosis yang salah sehingga menyebabkan hasil
pengkodean salah.
b. penetapan diagnosis yang benar, tetapi petugas pengkodean salah
menentukan kode, sehingga hasil pengkodean salah.
c. penetapan diagnosis dokter kurang jelas, kemudian dibaca salah
oleh petugas pengkodean, sehingga hasil pengkodean salah.
oleh karena itu kualitas hasil pengkodean bergantung pada
kelangkapan diagnisis, kejelasan tulisan doter, serta
profesionalisme dokter dan petugas pengkodean.
3. Subsystem indexing
Indeks dalam arti bahasa yaitu daftar kata atau istilah penting yang terdapat
dalam buku tersusun menurut abjad yang memberi informasi tentang halaman
tempat kata atau istilah tersebut ditemukan. beberapa macam indeks yang
dibuat oleh bagian rekam medis diantaranya adalah :
28
a. Indeks utama pasien
b. Indeks penyakit (rawat jalan dan rawat inap)
c. Indeks operasi
d. Indeks kematian
e. Indeks dokter
4. Subsystem filing
29
1. Cara nomor langsung (Straigh Numerical Filling System)
Menurut Depkes RI Direktorat Jendral Bina Pelayan Medik 2006
penyimpanan dengan sistem nomor langsung (Straight Numerical
Filling System) adalah penyimpanan rekam medis dalam rak
penyimpanan secara berurutan dalam satu rak, yaitu 465023, 456024,
465025. Dengan demikian sangatlah muda sekaligus mengambil 50
berkas rekam medis dengan nomor yang berurutan dari rak pada waktu
diminta untuk keperluan pendidikan, maupun untuk pengambilan
rekam medis yang tidak aktif. Satu hal yang paling menguntungkan dari
sistem ini mempunya kelemahan kelemahan yang tidak dapat
dihindarkan, pada saat penyimpanan rekam meddis, petugas harus
memperhatikan seluruh angka nomor sehingga mudah terjadi
kekeliuran menyimpan. Makin besar angka yang diperhatikan, maka
besar kemungkinan membuat kesalahan.
30
dikelompokan menjadi 3 kelompok masing-masing terdiri dari 2 angka.
Angka pertama adalah kelompok 2 angka yang terletak paling kanan,
angka kedua adalah kelompok 2 angka yang terletak ditengah dan
angka ketiga adalah kelompok 2 angka yang terletak paling kiri.
50 50 50
Contoh :
31
48-52-02 00-06-26 00-00-31
Banyak keuntungan dan kebaikan dari pada sistem penyimpanan angka akhir
seperti :
32
Menurut Depkes RI Direktorat Jendral Bina Pelayan Medik 2006 Istilah
yang dipakai adalah penyimpanan dengan sistem angka tengah (Middle Digit
Filling System). Disini penyimpanan rekam medis diurut dengan pasangan
angka pertama, angka kedua, angka ketiga bebbeda letaknya dengan sistem
angka akhir. Dalam hal ni angka yang terletak ditengah-tengah menjadi angka
pertama. Pasangan angka yang terletak paling kiri menjadi angka kedua dan
pasangan angka paling kanan menjadi angka ketiga.
Contoh :
58-78-96 99-78-96
58-78-97 99-78-97
58-78-98 99-78-98
58-78-99 99-78-99
59-78-00 00-79-00
59-78-01 00-79-01
Pada contoh melihat bahwa kelompok 100 buat rekam medis (58-78-00
sampai dengan 58-78-99) berada dalam urutan langsung. Beberapa keuntungan
dan kebaikan sistem ini :
33
4. Dalam sistem angka tengah penyebaran nomor-nomor lebih mereta pada
rak penyimpanan, jika dibandingkan dengan sistem nomor langsung, tetapi
masih tidak menyamai sistem angka akhir
5. Petugas-petugas penyimpanan,dapat dibagi untuk bertugas pada bagian
penyimpanan tertentu dengan demikian kekeliruan penyimpanan dapat
dicegah.
Beberapa kekurangan sistem penyimpanan angka tengah adalah :
34
dengan cara memindahkan arsip rekam medis inaktif dari rak aktif ke rak
inaktif dengan cara memilah dokumen berdasarkan tahun kunjungan terakhir
ke Rumah Sakit. Sedangkan pemusnahan adalah suatu proses kegiatan
penghancuran secara fisik arsip rekam medis yang telah berakhir fungsi dan
nilai gunanya rendah. Penghancuran harus dilakukan secara total dengan cara
membakar habis, mencacah atau mendaur ulang, maupun pembuburan,
sehingga tidak dapat dikenali lagi isi maupun bentuknya. Sebelum
dilaksanakannya pemusnahan berkas rekam medis, dilakukan terlebih dahulu
penilaian berkas rekam medis dengan indikator :
a. Pembentukan tim pemusnah dari unsur rekam medis dan tata usaha
dengan SK Direktur Rumah Sakit.
b. Tim membuat daftar pertelaah arsip.
c. Pelaksanaan pemusnahan : dibakar dengan incerator, dibakar biasa,
dicacah, dibuat bubur oleh pihak ketiga dan disaksikan tim pemusnah..
35
d. Tim pemusnah membuat berita acara pemusnahan yang ditandatangani
Ketua dan Sekretaris, diketahui Direktur Rumah Sakit.
e. Berita acara pemusnahan rekam medis yang asli disimpan di Rumah
Sakit, lembar kedua dikirim kepada pemilik Rumah Sakit.
36
d. Sistem Identifikasi Secara Family (Family Numbering System) :
Sistem penomoran menggunakan sistem identifikasi berdasarkan
Alphanumerical, merupakan gabungan antara alfabet dan huruf, biasanya
diberlakukan pada tingkat pelayanan kesehatan dasar yaitu PUSKESMAS.
3.9 Sistem Penjajaran
Sistem penjajaran merupakan sistem penyusunan DRM dalam rak
penyimpanan (rak filing) yang disusun berjajar dan berdiri teratur satu sama
lain. Penjajaran berdasarkan Nomor Rekam Medik Pasien terdapat
Tiga sistem penjajaran DRM berdasar nomor rekam medik :
a. Sistem nomor langsung (Straight Numerical Filing System/SNF)
Merupakan sistem penjajaran berdasar nomor langsung/nomor urut,
misal DRM dengan 6 digit nomor RM berikut :
46-50-23, 46-50-24, 46-50-25, 46-50-26 dst….
Kelebihan SNF :
a. Cepat dan mudah mengambil DRM dalam jumlah banyak
secara berurutan nomor RM nya
b. Pelatihan petugas dapat dilakukan dengan mudah
c. Mudah melakukan retensi/penurunan DRM yang sudah in
aktif dalam tahun yang sama.
Kekurangan :
a. Petugas harus teliti memperhatikan seluruh nomor DRM
b. Mudah terjadi kekeliruan simpan
c. Makin besar angka yang diperhatikan semakin besar
kemungkinan terjadinya kesalahan.
d. Mudah terjadi tertukarnya urutan nomor DRM, misal nomor
46-54-24 tersimpan pada nomor 46-55-24
e. Terjadinya konsentrasi pada rak penyimpanan pada nomor
besar
f. Petugas berdesak-desakan disatu tempat
g. Pengawasan kerapihan penyimpanan sukar dilakukan
37
h. Pembagian tugas staf sulit dilakukan, sehingga sulit
pengendalian tanggung jawab antar petugas
Kelebihan :
a. Mudah dilakukan pembagian tugas (terbagi rata)
b. Mudah melakukan pengendalian tanggung jawab petugas
c. Penyimpanan merata diseluruh rak
d. Petugas tidak berdesakan disatu tempat
Kekurangan :
a. Pelatihan petugas sulit dilakukan
b. Sering terjadi salah letak
c. Sulit melakukan retensi DRM inaktif
d. Jarang digunakan di RS
e. Membutuhkan biaya awal lebih besar untuk menyiapkan rak
seluruh section nomor
38
Merupakan sistem penjajaran DRM berdasar nomor rekam medik
pada 2 angka kelompok akhir. Untuk menjalankan sistem TDF terlebih
dulu disiapkan rak seluruh section nomor (100 section). Mulai dari section
00, 01, 02, 03, 04 dan seterusnya sampai 99. Setiap section diisi folder
DRM dengan nomor rekam medik 2 kelompok akhir yang sama sebagai
digit pertama (primary digit) sebagai patokan. 2 angka kelompok di tengah
sebagai digit kedua (secondary digit) 2 dan angka kelompok akhir (paling
kiri) sebagai digit ketiga (tertiary digit).
Contoh :
48 12 06
angka ketiga angka kedua angka pertama
(tertiary digit) (secondary digit) (primary digit)
Kelebihan TDF :
a. DRM tersebar merata diseluruh section penyimpanan
b. Petugas tidak berdesakan di satu section penyimpanan
c. Tanggung jawab petugas jelas
d. Mudah pengendalian tanggung jawab petugas
e. Beban kerja petugas merata
1. RM inaktif dapat diambil pada saat menambah DRM baru di
setiap section
2. DRM dapat terkontrol dan terhindar dari kekosongan rak
3. Mudah melakukan perencanaan rak
4. Kekeliruan menyimpan (missfile) dapat dicegah karena
konsentrasi dua
angka terakhir.
Kekurangan TDF :
a. Pelatihan petugas sulit dilakukan
b. Pelaksanaan agak sulit
c. Sulit melakukan retensi DRM inaktif harus melihat setiap section
d. Membutuhkan biaya awal lebih besar untuk menyiapkan rak seluruh
section nomor
39
3.10 Sistem Penyimpanan
A. Sentralisasi
Sentralisasi merupakan sistem penyimpanan secara sentral dalam
satu tempat. Penyimpanan formulir menyatu dalam satu folder (rawat inap,
rawat jalan, rawat darurat).
Kelebihan Sistem Sentralisasi :
a. Data dan informasi pelayanan pasien dapat berkesinambungan
(kronologis), riwayat penyakit pasien dapat dibaca menyeluruh oleh
dokter.
b. Mengurangi duplikasi DRM.
c. Mempermudah pemeliharaan DRM.
d. Lebih efisien (rak, biaya cetak dokumen, tempat/ruangan).
e. Mudah menentukan standarisasi peraturan dan tata kerja penyimpanan.
f. Efisiensi kerja petugas penyimpanan.
g. Mudah menerapkan sistem Nomor Unit (Unit Numbering System).
Kekuarangan :
a. Petugas menjadi lebih sibuk karena menangani unit rawat jalan, rawat
darurat dan rawat inap.
b. Filing (tempat penyimpanan) harus dijaga 24 jam untuk pelayanan IRD.
c. TPP harus buka 24 jam untuk antisipasi penggunaan KIUP yang
tersimpan di TPPRJ.
B. Desentralisasi
Desentralisasi merupakan sistem penyimpanan yang memisahkan
DRM rawat inap dan rawat jalan serta rawat darurat dari seorang pasien.
Masing-masing unit pelayanan diberi map/folder tersendiri.
DRM disimpan ditempat terpisah, rawat inap di unit rekam medik,
rawat jalan dan rawat darurat di Unit RM Rawat Jalan atau poliklinik.
40
Kelebihan Sistem Desentralisasi :
a. Efisiensi waktu, pasien mendapat pelayanan lebih cepat
b. Beban kerja petugas lebih ringan
c. Petugas tidak terlalu kelihatan sibuk
Kekurangan
a. Terjadi duplikasi pembuatan DRM
b. Biaya untuk peralatan lebih mahal, petugas lebih banyak
c. Ruangan lebih banyak
41
sedangkan ICOPIM dan ICD-9-CM digunakan untuk mengkode tindakan,
serta komputer (on-line) untuk mengkode penyakit dan tindakan.
Buku pedoman yang disebut International Classification of Diseases
and Related Health Problems, Tenth Revision (ICD – 10) terbitan WHO. Di
Indonesia penggunaannya telah ditetapkan oleh Dep. Kes. RI sejak tgl. 19 –
2 –1996. ICD –10 terdiri dari 3 volume :
1. Volume 1 (Tabular List), berisi tentang hal-hal yang mendukung
klasifikasi utama
2. Volume 2 (Instruction Manual), berisi tentang pedoman penggunaan
3. Volume 3 (Alphabetic Index), berisi tentang klasifikasi penyakit yang
disusun berdasarkan indeks abjad atau secara alphabet,terdiri dari 3
seksi:
1. Seksi 1 merupakan klasifikasi diagnosis yang tertera dalam vol 1
2. Seksi 2 untuk mencari penyebab luar morbiditas, mortalitas dan
membuat istilah dari bab 20
3. Seksi 3 merupakan table obat-obatan dan zat kimia sebagai
sambungan dari bab 19,20 dan menjelaskan indikasi kejadiannya.
B. Prosedur Coding
1. Memberi kode penyakit pada diagnosa pasien yang terdapat pada
berkas rekam medis sesuai dengan ICD 10,
2. Menghubungi dokter yang menangani pasien yang bersangkutan
apabila diagnosa pasien tersebut kurang bisa dimengerti atau tidak
jelas
3. Melakukan pengolahan klasifikasi penyakit
4. Memberikan pelayanan kepada dokter atau peneliti lain yang akan
melakukan penelitian yang sesuai indek penyakit pasien,
2. Hasil diagnosis dari dokter, merupakan diagnosis utama maupun
sebagai diagnosa sekunder atau diagnosa lain yang dapat berupa
penyakit komplikasi, maka harus menggunakan buku ICD-10
(International Statistical Classification of Diseases and Related
Health Problems Tenth Revision). Untuk pasien yang dilakukan
42
tindakan operasi, nama operasi tersebut dilengkapi dengan kode-
kode operasi yang dapat ditentukan dengan bantuan buku ICD-9-
CM (Internasional Classification of Procedure in Medicine).
3. Dalam mencari kode penyakit dapat dicari berdasarkan abjad nama
penyakit yang dapat dilihat di dalam buku ICD-10 (International
Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems
Tenth Revision).
4. Lalu untuk indexing dilakukan dengan cara komputer. Juga
digunakan lembaran kode penyakit yang sering muncul untuk
mempermudah proses pengkodean.
43
D. Peran Coding dalam INA CBG’s
Dalam pelaksanaan INA-CBG’s, peran koding sangat penting dalam
menentukan yang digunakan untuk menentukan tarif dengan pedoman ICD
X untuk menentukan diagnosis dan ICD9-CM untuk tindakan atau prosedur.
Besar kecilnya tarif dalam INA-CBG’s ditentukan oleh Diagnosis dan
Prosedur. Kesalahan penulisan diagnosis akan mempengaruhi tarif. Tarif bisa
menjadi lebih besar atau lebih kecil. Diagnosis dalam kaidah CBG’s, harus
ditentukan diagnosa utama dan diagnosa penyerta. Diagnosa penyerta terdiri
dari Komplikasi dan Komorbiditas.
Diagnosis penyerta juga dapat mempengaruhi besar kecilnya tarif, karena
akan mempengaruhi level severity (tingkat keparahan) yang diderita oleh
pasien. Logikanya pasien yang dirawat terjadi komplikasi, maka akan
mempengaruhi lama perawatan di rumah sakit. Jika lama perawatan
bertambah lama dibanding tidak terjadi komplikasi, maka akan menambah
jumlah pembiayaan dalam perawatan. Jika dalam akhir masa perawatan
terjadi lebih dari satu diagnosis, koder harus bisa menetukan mana yang
menjadi diagnosa utama maupun sekunder, diagnosis utama dipilih yang
paling banyak menggunakan resources (SDM, bahan pakai habis, peralatan
medik, tes pemeriksaan dan lainnya)
1. Diagnosa
a. Diagnosa Utama (Principal Diagnosis)
Diagnosa utama Adalah diagnosa akhir/final yang dipilih dokter
pada hari terakhir perawatan dengan kriteria paling banyak
menggunakan sumber daya atau yang menyebabkan hari rawatan
paling lama.
Diagnosis utama selalu ditetapkan pada akhir perawatan seorang
pasien. (established at the end of the episode of health care). Jika
terdapat lebih dari satu diagnosis maka dipilih satu diagnosis yang
44
paling banyak menggunakan resources (SDM, bahan pakai habis,
peralatan medik, tes pemeriksaan dan lain-lain.
b. Diagnosa Sekunder
Diagnosis sekunder adalah diagnosa selain diagnosa utama yang
sudah ada sebelum pasien di rawat di Rumah Sakit atau diagnosa yang
muncul sebagai akibat dari tindakanan penatalaksanaan rawatan
pasien selama di Rumah Sakit (komplikasi).
Definisi/Ciri-Ciri Diagnosis Sekunder
a. Diagnosis sekunder adalah diagnosis selain dari diagnosis utama
Komplikasi + Ko-morbiditi)
b. KOMPLIKASI : Kondisi/diagnosa sekunder yang muncul selama
masa perawatan dan dianggap meningkatkan Length Of Stay
(LOS) setidaknya satu hari rawat pada kira-kira 75 %
c. KONDISI KO-MORBID : kondisi yang telah ada saat admisi &
dianggap dapat meningkatkan Length Of Stay (LOS) setidaknya
3/4 hari rawat pada kira-kira 75 %
2. Prosedur /Tindakan
a. Prosedur Utama (Principal Procedure)
Prosedur utama adalah prosedur tindakan yang paling banyak
menghabiskan sumber daya atau yang menyebabkan hari rawatan
paling lama dan biasanya berhubungan erat dengan diagnosa
utama.
b. Prosedur Sekunder
Seluruh signifikan prosedur tindakan yang dijalankan pada
pasien rawat inap atau rawat jalan, membutuhkan peralatan special
atau dikerjakan oleh staf terlatih dan berpengalaman Dalam proses
INA CBG’s, tidak semua prosedur atau tindakan harus di input
45
dalam software Ina DRG. Beberapa tindakan-tindakan yang tidak
perlu di input adalah:
1. Prosedur/tindakan yang berhubungan dengan
keperawatan
2. Prosedur/tindakan yang rutin dilakukan
3. .Prosedur/tindakan yang tidak memerlukan staf khusus
4. Prosedur/tindakan yang tidak memerlukan peralatan
3.12 Jenis Formulir
Jenis formulir di bedakan menjadi 2 yaitu :
1. paper base adalah jenis formulir yang mencatat semua data secara manual.
Menurut UU Praktik Kedokteran dalam penjelasan pasal 46 ayat (1) yang
dimaksud dengan rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan
dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan
pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Pengertian rekam
medis diperkuat melalui Peraturan Mentri Kesehatan (Permenkes) No.
269/2008, bahwa jenis data rekam medis dapat berupa teks (baik yang
terstruktur maupun naratif), gambar digital (jika sudah menerapkan
radiologi digital), suara (misalnya suara jantung), video maupun yang
berupa biosignal seperti rekaman EKG.
2. electronic adalah jenis formulir yang mencatat semua data termasuk yang
berhubungan dengan pelayanan medis di masukkan kedalam sistem
teknologi informasi elektronik.Sejak dikeluarkannya Undang Undang
Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik (UU ITE) telah memberikan jawaban atas keraguan
yang ada. UU ini telah memberikan peluang untuk implementasi RME2.
Aspek kerahasiaan dan keamanan dokumen rekam medik yang selama ini
menjadi kekuatiran banyak pihak dalam penggunaan RME pun sebenarnya
telah diatur di UU RI Nomor 11 Tahun 2008 tentang ITE dalam pasal 16.
Dengan kemajuan teknologi, tingkat kerahasiaan dan keamanan dokumen
elektronik terus semakin tinggi dan aman2. Kebutuhan penggunaan rekam
46
medik untuk penelitian, pendidikan, penghitungan statistik, dan
pembayaran biaya pelayanan kesehatan lebih mudah dilakukan dengan
RME karena isi RME dapat dengan mudah diintegrasikan dengan
program/software sistem informasi RS/klinik/praktik, pengolahan data,
dan penghitungan statistik yang digunakan dalam pelayanan kesehatan,
penelitian, dan pendidikan tanpa mengabaikan aspek kerahasiaan
47
BAB IV
HASIL PRAKTEK KERJA LAPANGAN
48
a. Formulir Rawat Jalan
49
3. Dibagian body, formulir catatan poliklinik berisi tanggal/jam, kode ICD
X/ICD 9 CM, anamnesa, pemeriksaan fisik dan penunjang, diagnosa,
dan terapi.
4. Dibagian intruction, formulir catatan poliklinik tidak terdapat instruksi
dalam pengisian formulir tersebut.
5. Dibagian close, berisikan kolom tanda tangan dan nama terang oleh
petugas yang bertanggung jawab dalam pengisian formulir catatan
poliklinik.
50
b. Formulir Rawat Inap
51
Adapun bagian-bagian yang ada di formulir resume medis antara lain:
1. Dibagian heading, formulir resume medis berisi nama perusahaan,
nama rumah sakit, alamat rumah sakit, nomor telepon rumah sakit,
nama pasien, tanggal lahir, nomor rekam medis, ruang, dan jenis
kelamin.
2. Dibagian introduction, formulir resume medis berisi judul formulir
“RESUME MEDIS” yang terletak dibawah identitas rumah sakit.
3. Dibagian body, formulir resume medis berisi ruangan, tanggal masuk,
tanggal keluar, diagnosa masuk, alasan masuk RS, nomor reg. Inap,
jenis kelamin, alamat, agama, pekerjaan, penanggung jawab biaya,
anamnese (riwayat singkat), pemeriksaan fisik, pemeriksaan
laboratorium, pemeriksaan radiologi, pemeriksaan lain-lain, jalannya
penyakit (konsultasi), diagnosa primer, diagnosa sekunder, terapi,
tindakan, terapi pulang, keadaan saat keluar RS, prognosis.
4. Dibagian close, berisi tempat dan tanggal pengisian, kolom tanda
tangan dan nama terang oleh pasien/keluarga dan petugas yang
bertanggung jawab dalam pengisian formulir asuhan medis gawat
darurat.
52
c. Formulir Asuhan Medis Gawat Darurat
53
Gambar 6 asuhan medis gawat darurat
Adapun bagian-bagian yang ada di formulir asuhan medis gawat darurat antara lain:
54
2. Dibagian introduction, formulir asuhan medis gawat darurat berisi judul
formulir “ASUHAN MEDIS GAWAT DARURAT” yang terletak
dibawah identitas rumah sakit.
55
d. Formulir Operasi
56
Adapun bagian-bagian yang ada di formulir persetujuan tindakan medis
hemorrhoidectomy antara lain:
1. Dibagian heading, formulir persetujuan tindakan medis
hemorrhoidectomy berisi nama perusahaan, nama rumah sakit, alamat
rumah sakit, nomor telepon rumah sakit, nama pasien, tanggal lahir,
nomor rekam medis, ruang, dan jenis kelamin.
2. Dibagian introduction, formulir persetujuan tindakan medis
hemorrhoidectomy berisi judul formulir “PERSETUJUAN
TINDAKAN MEDIS HEMORRHOIDECTOMY” yang terletak
dibawah identitas rumah sakit.
3. Dibagian body, formulir persetujuan tindakan medis
hemorrhoidectomy berisi dokter pelaksana tindakan, pemberi
informasi, penerima informasi/peberi persetujuan, jenis informasi, isi
informasi, persetujuan tindakan medis.
4. Dibagian intruction, formulir persetujuan tindakan medis
hemorrhoidectomy terdapat instruksi dalam pengisian formulir yaitu
tanda (√) untuk mengisi pada tabel informasi.
5. Dibagian close, berisi tempat,waktu dan tanggal pengisian, kolom tanda
tangan dan nama terang yang menyatakan, saksi keluarga dan perawat
pendamping yang bertanggung jawab dalam pengisian formulir
persetujuan tindakan medis hemorrhoidectomy.
57
pendaftran rawat inap senin – minggu dan hari libur. Bekerja mulai dari jam
07.00 s/d 15.00 untuk hari senin s/d jum’at, dan pada hari sabtu jam 07.00
s/d 13.00.
Dengan pembagian jam kerja serta pengorganisasian di RS HVA
Toeloengredjo untuk memastikan kesesuaian petugas dengan beban kerja
perlu prosedur perhitungan kebutuhan SDM dengan menggunakan metode
WISN.
Prosedur perhitungan beban kerja metode WISN (Work Load
Indikator Staff Need) adalah suatu metode perhitungan kebutuhan SDM
kesehatan berdasarkan pada beban pekerjaan nyata yang dilaksanakan oleh
tiap kategori SDM kesehatan pada tiap unit kerja di fasilitas pelayanan
kesehatan. Adapun langkah-langkah perhitungan kebutuhan SDM
berdasarkan WISN ini meliputi 5 langkah yaitu:
1. Menetapkan waktu kerja tersedia
2. Menetapkan unit kerja dan kategori SDM
3. Menyusun Standar Beban Kerja
4. Menyusun Standar Kelonggaran
5. Perhitungan Kebutuhan Tenaga Per Unit Kerja
b. Pengorganisasian Unit Kerja RMIK
Perorganisasian unit rekam medis pada RS HVA Toeloengredjo
adalah, kepala rekam medis memiliki tugas seperti pelaporan yang
dibutuhkan untuk rumah sakit sendiri maupun untuk dinas kesehatan,
petugas assembling selain bertugas merakit berkas rekam medis sesuai
dengan urutan, juga memilah pasien dengan penyakit yang perlu dilaporkan,
memberikan tanda untk pasien operasi, alergi, kematian, dan penyakit
menular, serta mengembalikan berkas kepada tenaga kesehatan yang
bersangkutan jika terdapat suatu berkas yang terdapat kekurangan seperti
formulir dan tanda-tangan. Petugas analisa kuantitatif bertugas untuk
mendata kekuranganyang terdapat disetiap formulir yang akan dilaporkan
setiap bulannya dengan jumlah sample tertentu. Petugas surat keterangan
medis bertugas untuk memproses surat permintaan visum dan asuransi.
58
Petugas pertelaan selain bertugas memisahkan berkas aktif dan inaktif juga
bertugas untuk assembling berkas rekam medis rawat jalan. Petugass filling
bertugas untuk mencari berkas rekam medis dan mendistribusikan berkas
sesuai dengan poli yang dituju. Petugas pendaftran mendaftarkan pasien
sesuai dengan kebutuhan pasien di poli maupun di UGD untuk rawat inap
atau rawat jalan. Petugas koding dibagi menjadi dua bagian yaitu koding
rawat jalan dan koding rawat inap.
c. Perencanaan Fasilitas di Unit Kerja RMIK
Didalam ruang rekam medis dibagi menjadi empat bagian yaitu :
1. Ruang filling
Ruang filling berisi 16 rak filling, 3 kipas angin, 1 komputer,
termometer, 8 kursi, meja. Ruang filling ini hanya dibatasi kaca.
2. Ruang untuk surat keterangan medis dan pertelaan
Didalam ruangan ini terdapat 2 meja, 2 komputer, 1 printer, 5 kursi, 1
kipas, dan 1 rak.
3. Ruang kepala rekam medis, asembling, dan analisa kuantitatif
Terdapat 2 rak, 4 meja, 6 kursi, 1 komputer, dan 1 ac.
4. Terdapat dapur dan kamar mandi
59
beberapa macam. Review merupakan penilaian terhadap pelayanan yang
diberikan , pengguna sumber daya, laporan kejadian yang diterapkan pada
catatan-catatan dokumen rekam medis. Salah satu bentuk hasil dari review
analisis kuantitatif adalah laporan KLPCM (Ketidaklengkapan Pengisian
Catatan Medis) tiap bulannya.
60
No Jenis Indikator Standar Pencapaian
pelayanan
1.Rekam medis 1.kelengkapan pengisian 1. 100% 1. 3.7 %
rekam medis 24 jam 2. 100% 2. 85,74%
setelah selesai pelayanan 3. ≤ 10 menit 3. 3 menit
2. kelengkapan informed 4. ≤ 15 menit 4. 7.5 menit
concent setelah
mendapatkan informasi
yang jelas
3. waktu penyedian
dokumen rekam medis
pelayanan rawat jalan
4. waktu penyedian
dokumen rekam medis
pelayanan rawat inap
61
4.6 Analisa Kuantitatif dan Kualitatif
Dalam kegiatan Praktik Kerja Lapangan II yang telah dilaksanakan di
bagian analisa kuantitatif dan kualitatif di RS HVA Toeloengredjo Pare Kediri,
kami mendapatkan kesempatan untuk mengamati dan melakukan proses analisa
dokumen rekam medis yang baik dan benar sesuai Standar Operasional Prosedur
yang berlaku dan di tetapkan oleh rumah sakit ini. Dalam melakukan kegiatan
analisa kita harus melakukan sesuai prosedur yang ada.
62
RS HVA Toeloengredjo Pare Kediri, kami mendapatkan kesempatan untuk
mengamati dan mengolah data biostatistik rumah sakit tentang daftar 10 besar
penyakit rawat inap dan rawat jalan di Bulan Maret 2018.
7%
R50.9 Fever, unspecified
48%
9%
9%
Z09.0 Follow-up examination after
15% surgery for other conditions
63
10 BESAR PENYAKIT RAWAT INAP
J06.8 Other acute upper respiratory
infections of multiple sites
A01.0 Typhoid fever
Kegiatan sensus adalah kegiatan untuk mendata dan merekap setiap pasien
yang melakukan rawat inap di rumah sakit yang dilakukan setiap ruangan dan
setiap harinya dengan periode waktu tertentu.
Pada praktik kami, kami melakukan sensus harian rawat inap untuk mendapat
tingkat kefisiensian tempat tidur rawat inap rumah sakit HVA Toeloengredjo
Pare Kediri. Indikator yang digunakan untuk menentukan efisiensi tempat tidur
terdiri dari 4 parameter, antara lain : BOR ( Bed Occupation Rate ), BTO (Bed
Turn Over ), LOS ( Length of Stay ), dan TOI ( Turn Over Interval ).
64
Gambar 8 data IT KRS bulan Maret
65
terdiri dari 4 parameter, antara lain : BOR ( Bed Occupation Rate ), BTO (Bed
Turn Over ), LOS ( Length of Stay ), dan TOI ( Turn Over Interval ).
Menggunakan data yang berasal dari SIMRS yang telah di olah oleh IT , dan IT
sudah di bekali materi yang di butuhkan untuk mengitung 4 parameter tersebut,
yang kemudian data tersebut di olah kembali oleh bagian rekam medis
menggunakan rumus DepKes dengan cara :
Hari Perawatan adalah jumlah pasien awal (Pasien sisa di periode lalu) ditambahkan
dengan jumlah pasien masuk (termasuk pasien pindahan dari ruang lain) dikurangi
dengan pasien keluar dan juga pasien masuk keluar di hari yang sama ( One Day
Care ).
4050 4050
BOR = 𝑥 100% = 𝑥 100% = 68,76%
190 x 31 5890
4050
LOS = = 3,76 ℎ𝑎𝑟𝑖
1544
66
1544
BTO = = 8, 12 𝑘𝑎𝑙𝑖
190
(190 𝑥 31 ) − 4050
TOI = = 1,19 ℎ𝑎𝑟𝑖
1544
Indexing ada 2 yaitu indeks penyakit dan indeks kematian. Indeks penyakit
yang berisi kode penyakit pasien yang berobat di rumah sakit. Informasi yang
didalamnya meliputi judul, bulan, tahun, kode penyakit, nama penyakit, kode
tindakan, umur, jenis kelamin, tanggal keluar, dokter yang merawat, dan nomor
rekam medis. Fungsi dari indeks
67
Indeks kematian adalah indeks tentang jenis penyakit tertentu yang telah di
tetapkan diagnosis penyakitnya oleh dokter dan kode diagnosis oleh perekam
medis.
68
4.9 Klasifikasi dan Kodefikasi Penyakit, masalah-masalah yang berkaitan
dengan Kesehatan dan tindakan medis
PKL II Prodi D-III Perekam Medis dan Informasi Kesehatan di RS HVA
Toeloengredjo Pare mempunyai kompetensi mengenai Klasifikasi dan
Kodefikasi Penyakit Masalah Terkait (KKPMT) dengan target pencapaian 15
kode diagnosa penyakit dan 15 kode tindakan.
Hal ini dikarenakan dalam proses SIMRS sudah termasuk mengimput kode
ICD 10 penyakit terkait pada pasien. Dalam mengentri data tersebut kita
hanya mengetikkan kode atau huruf kunci dalam nama penyakit tersebut dan
bisa langsung muncul beberapa kode yang diinginkan untuk dipilih dan
disimpan. Selain itu pada proses kodefikasi penyakit di SIMRS terdapat
pilihan : Kasus Baru, Dirujuk, Kunjungan Kasus Lama, sehingga kita bisa
menentukan status penyakit pasien tersebut.
69
4.10 Filing
A. Penyimpanan dokuemen rekam medis
Menurut Depkes RI Direktorat Jendral bina Pelayanan medik 2006
Ada dua cara penyimpanan berkas didalam penyelenggaraan rekam medis
yaitu secara Sentralisasi dan Desentralisasi. Sistem penyimpanan menurut
nomor, yang sering dipraktekkan ada 3 yaitu Sistem Penomoran Langsung
(Straight Numerical), Sistem Angka Akhir (Terminal Digit), dan Sistem
Angka Tengah (Middle Digit).
Pada unit rekam medis RS HVA Toeloengredjo Pare Kediri
menggunakan cara penyimpanan secara Sentralisasi, yang artinya seluruh
rekam medis disimpan di dalam satu tempat penyimpanan. Tentu saja
dengan sistem ini akan mengurangi terjadi duplikasi rekam medis,
mengurangi biaya, dan memungkinkan efisiensi kerja petugas
penyimpanan. Namun unit rekam medis RS HVA Toeloengredjo Pare
Kediri juga memiliki rak khusus yang berisikan rekam medis rawat inap
tersendiri dan berada di ruangan berbeda dengan ruang penyimpanan
sentralisasi. Hal ini bisa memungkinkan petugas rekam medis harus bekerja
2 kali karena ketika petugas sedang mencari rekam medis yang dibutuhkan
petugas harus mencari di ruang penyimpanan, namun apabila tidak
ditemukan petugas juga harus mencari di rak khusus dokumen rawat inap
yang berbeda ruangan tersebut, ini bisa saja akan mempengaruhi respon
time yang diberikan dalam pelayanan penyediaan dokumen rekam medis.
Sistem penyimpanan menurut nomor atau sistem penjajaran yang digunakan
adalah Sistem Angka Akhir (Terminal Digit) yang artinya pengurutan atau
penjajaran rekam medis berdasarkan nomor belakang atau 2 angka terakhir
sebagai pengelompok urutan rak dan tiap rak diurutkan dengan 4 angka di
depannya. Sistem ini adalah sistem efektif karena setiap pertambahan
jumlah rekam medis akan tersebar merata ke 100 kelompok dalam rak
penyimpanan, dan juga mencegah terjadinya kekeliruan penyimpanan. Unit
rekam medis RS HVA Toeloengredjo Pare Kediri juga memberikan pada
tiap-tiap petugas tanggung jawab pada beberapa kelompok rak sehingga
70
terjadi efisiensi kerja ketika proses filling maupun retrival. Namun seiring
berjalannya waktu, rekam medis baru semakin bertambah setiap harinya dan
rak yang diberikan memiliki batas jumlah rekam medis yang ditampung
sehingga adanya kelanjutan nomor rekam medis pada rak yang berbeda,
tetapi posisi kelanjutan rak atau nomor penunjuk penyimpanan untuk rak
lanjutan pada unit rekam medis RS Toeloengredjo Pare Kediri dilakukan
secara acak atau tidak urut dengan posisi rak sebelumnya, artinya petugas
penyimpanan kesulitan untuk mencari nomor baru karena berada di rak
yang berbeda dan posisi rak tidak urut, hal ini memungkinkan bagi petugas
penyimpanan untuk kesulitan untuk mencari rekam medis yang diperlukan
ataupun juga untuk mengembalikan rekam medis yang telah digunakan, dan
bisa menyebabkan kekeliruan penyimpanan dokumen rekam medis.
Sehingga diperlukan perluasan ruangan untuk penambahan rak yang
diperlukan untuk nomor-nomor baru dokumen rekam medis termasuk juga
untuk menata ulang rak penyimpanan untuk nomor-nomor baru yang lebih
sistematis agar proses pencarian dokumen rekam medis menjadi lebih
efektif dan efisien.
71
dibidang komputer, diharapkan lebih mempercepat penyaluran data-data
penderita dari satu tempat ke tempat lain.
Pada unit rekam medis RS HVA Toeloengredjo Kediri walaupun
sudah menggunakan komputer namun hanya digunakan untuk sistem
informasi manajemen rumah sakit, sedangkan untuk sistem distribusi masih
manual atau diantar langsung. Sistem distribusi pada unit rekam medis RS
HVA Toeloengredjo Kediri menggunakan troli sebagai alat bantu untuk
mengantar dokumen rekam medis maupun mengambil dokumen rekam
medis. Namun untuk sistem distribusinya belum ada jadwal mengantar atau
mengambil dokumen rekam medis menuju ke poli atau sebaliknya. Jadi
petugas distribusi mengirim apabila dirasa dokumen rekam medis yang akan
diantar pada masing-masing poli bahkan beberapa poli sudah terkumpul
cukup banyak baru petugas distribusi memulai untuk mengantar ke masing-
masing poli menggunakan beberapa troli yang ada. Hal ini berpengaruh
pada respon time terhadap pelayanan penyediaan rekam medis, karena
apabila menunggu dokumen rekam medis salah satu poli atau beberapa poli
dirasa cukup banyak baru diantar secara serentak maka bisa saja
menimbulkan komplain atau keluhan dari pasien maupun dari tenaga
kesehatan yang lain oleh karena itu penggunaan jadwal pengiriman bisa
menjadi usulan untuk meningkatkan penyediaan dokumen rekam medis
yang baik seperti contoh ; Jadwal distribusi pengiriman bisa dimulai pukul
08.00 ketika poli memulai pelayanan lalu dilakukan kembali setiap 1 jam
sekali. Karena penggunaan jadwal yang teratur maka poli pun juga bisa
mengetahui kapan saja distribusi dilakukan.
72
Syarat-syarat pembuatan visum :
Asuransi
1. Pasien datang dengan membawa kwitansi dan form dari asuransi terkait
(jika ada)
2. Pasien atau keluarga mengajukan permohonan data yang ditunjukkan ke
kepala RS untuk meminta dan membuka data medisnya
3. Jika diwakilkan oleh orang lain maka harus ada surat kuasa bermaterai
(6000) dari pasien atau keluarga pasien
4. Petugas asuransi mencatat dibuku ekspedisi dan meminta nomer telepon
5. Pasien atau keluarga pulang
6. Petugas mencari folder pasien tersebut
7. Mengisi didata diform asuransi
8. Memintakan tanda-tangan kepada dokter yang bertanggung-jawab atau
dokter yang merawat pasien tersebut
9. Melengkapi copi resep, hasil lab, hasil baca radiologi, dan perincian
biaya
10. Jika sudah pasien dihubungi dan berkas siap diambil.
73
Gambar 12 formulir pengajuan visum
74
BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Menurut Shofari dan Eny (2008) dalam membuat desain formulir kita harus
mengamati kelengkapan-kelengkapan yang harus ada di dalam formulir rekam
medis dari segi anatomi, fisik dan isi. Ada formulir yang tidak sesuai dengan salah
satu aspek menurut literatur tersebut yaitu formulir asuhan medis gawat darurat.
Dari segi aspek anatomi , Formulir asuhan medis gawat darurat tidak terdapat
instruction pengisian. Sedangkan di dalam formlir tersebut memiliki pilihan dalam
pengisian.
75
E : 2 hari
F : 7 jam
1. Waktu kerja tersedia = 𝐴 − (𝐵 + 𝐶 + 𝐷 + 𝐸)
= 300 – (12+2+19+2) = 265 ℎ𝑎𝑟𝑖 kerja pertahun
= 265 × 7 = 1855 jam pertahun = 111.300/menit
Unit kerja dan standar beban kerja
No. Kategori SDM Kegiatan Rata-rata Standar beban
Pokok waktu (menit) kerja
1 Rekam Medis TPP RJ 61.833
-Pasien Baru 1
-Pasien Lama 0.8
TPP RI 37.100
-Pasien Baru 2
-Pasien Lama 1
Assembling 4 27.825
Koding 19.875
-Rawat Jalan 0.6
-Rawat Inap 5
Analisa 55.650
2
Kuantitatif
Filling 8 13.912,5
𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑘𝑒𝑙𝑜𝑛𝑔𝑔𝑎𝑟𝑎𝑛 52
Standar kelonggaran = 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎 = 1855 = 0,028
76
- Assembling = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 × ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 = 50 × 300 = 15.000
- Koding = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 × ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 = 330 × 300 = 99.000
- Analisa Kuantitatif = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 × ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 = 50 × 300 =
15.000
- Filling = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 × ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 = 280 × 300 = 84.000
𝑘𝑢𝑎𝑛𝑡𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑘𝑒𝑔𝑖𝑎𝑡𝑎𝑛
Kebutuhan SDM = 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎+𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝑘𝑒𝑙𝑜𝑛𝑔𝑔𝑎𝑟𝑎𝑛
84.000
- TPP RJ = 61833+0,028 = 2 orang
15.000
- TPP RI = 37100+0,028 = 1 orang
15.000
- Assembling = 27825+0,028 = 1 orang
99.000
- Koding = 19875 +0,028 = 5 orang
15.000
- Analisa kuantitatif = 55650+0,028 = 1 orang
84.000
- Filling = 13912,5+0,028 = 5 orang
77
B. Pengorganisasian Unit Kerja RMIK
Perorganisasian unit rekam medis pada RS HVA Toeloengredjo
merupakan organisasi Lini/Garis dan Staf (Line and Staff Organization)
dimana terdapat satu orang yang memimpin dan dibantu oleh para stafnya.
Keuntungannya adalah adanya kesempatan karyawan untuk
mengembangkan diri, pembagian pekerjaan yang jelas , ikut dalam
pelimpahan wewenang dan tanggung jawab,terdapat kerja sama yang baik
anatar karyawan dan fleksibilitas. Sedangkan keburukannya adanya
kekaburan antara tugas lini dan staf serta terkadang terjadi kurang baiknya
koordinasi
78
5.3 Program Kegiatan Menjaga Mutu (Quality Assurance) di bidang RMIK
Program kegiatan menjaga mutu Rekam Medis dilakukan secara Retrospektif
yaitu program kegiatan menjaga mutu yang dilaksanakan setelah dilakukan
pelayanan kesehatan diselenggarakan, yaitu pada saat pengecekan atau review
kembali dokumen rekam medis kegiatan analisa kuantitatif. Semua catatan yang
ada dalam rekam medis dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan.
Tergantung dari review rekam medis yang diinginkan dapat dibedakan beberapa
macam. Review merupakan penilaian terhadap pelayanan yang diberikan ,
pengguna sumber daya, laporan kejadian yang diterapkan pada catatan-catatan
dokumen rekam medis. Salah satu bentuk hasil dari review analisis kuantitatif
adalah laporan KLPCM (Ketidaklengkapan Pengisian Catatan Medis) tiap
bulannya.
79
peningkatan komunikasi yang efektif, peningkatan keamanan obat yang perlu
diwaspadai (High Alert), kepastian tepat lokasi tepat prosedur tepat pasien operasi,
pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan, pengurangan resiko jatuh.
80
Dalam kegiatan Praktik Kerja Lapangan II yang telah dilaksanakan di RS
HVA Toeloengredjo Pare Kediri, kami mendapatkan kesempatan untuk
mengamati dan melakukan pelayanan kesehatan di bagian pendaftaran pasien
rawat jalan, rawat inap dan gawat darurat yang berhubungan dengan standar
pelayanan minimal yang diatur oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Kegiatan di bagian rekam medis di RS HVA Toeloengredjo Pare Kediri sudah
di atur dalam Standar Operasional Prosedur sehingga kegiatan sudah sesuai
alur yang diatur oleh rumah sakit.
81
Dalam kegiatan Praktik Kerja Lapangan II yang telah dilaksanakan di
bagian analisa kuantitatif dan kualitatif di RS HVA Toeloengredjo Pare
Kediri, kami mengamati dan melakukan proses analisa dokumen rekam medis
yang baik dan benar kebijakan yang ada di rumah sakit. Gambar di atas
merupakan kegiatan dalam mengevaluasi pengisian dokumen rekam medis.
Dari data di atas dapat diketahui 10 besar penyaki rawat inap yang ada di RS
HVA Toeloengredjo Pare Kediri. J06.8 Other acute upper respiratory
infections of multiple sites merupakan kode diagnosa yang tertinggi pada
bulan Maret 2018. Data tersebut dapat diperoleh di SIMRS rumah sakit dan
di laporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri dan Dinas Kesehatan
Provinsi.
82
Tabel 6. 10 Besar Penyakit Rawat Jalan Bulan Maret 2018
Dari data di atas dapat diketahui 10 besar penyaki rawat jalan yang ada
di RS HVA Toeloengredjo Pare Kediri. Z09.8 Follow-up exam after other
treatment for other conditions merupakan kode diagnosa yang tertinggi pada
bulan Maret 2018. Data tersebut dapat diperoleh di SIMRS rumah sakit dan
di laporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri dan Dinas Kesehatan
Provinsi.
83
Menghitung nilai BOR, ALOS, TOI dan BTO dapat menggunakan
rumus dari Depkes atau rumus GBJ. Yang membedakan antara keduanya
terletak pada rumus ALOS. Untuk rumus Depkes, ALOS menggunakan Lama
Dirawat, sedangkan rumus GBJ menggunakan Hari Perawatan.
Rumus DEPKES
Hari Perawatan x 100%
BOR
jmlh TT x Periode
Lama Dirawat
ALOS
Pasien Keluar Hidup + Mati
84
Cara menghitung BOR :
4050 4050
BOR = 𝑥 100% = 𝑥 100% = 68,76%
190 x 31 5890
4050
LOS = = 3,76 ℎ𝑎𝑟𝑖
1544
1544
BTO = = 8, 12 𝑘𝑎𝑙𝑖
190
(190 𝑥 31 ) − 4050
TOI = = 1,19 ℎ𝑎𝑟𝑖
1544
85
5.8 Sistem Informasi Rumah Sakit
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 82 Tahun
2013 pengaturan SIMRS bertujuan meningkatkan efisiensi, efektivitas,
profesionalisme, kinerja, serta akses dan pelayanan Rumah Sakit. Pada pasal 3
ayat 1 “Setiap Rumah Sakit wajib menyelenggarakan SIMRS”. Hal itu sudah di
terapkan oleh RS HVA Toeloengredjo Pare Kediri dengan adanya SIMRS.
Berikut merupakan tampilan SIMRS yang ada di RS HVA Toeloengredjo Pare
Kediri
86
Laporan internal merupakan laporan kegiatan rumah sakit berisikan informasi
yang hanya diketahui oleh bagian internal rumah sakit. Laporan eksternal
merupakan laporan untuk memenuhi kebutuhan data informasi rumah sakit
yang diberikan ke Dinas Kesehatan setempat.
Hal ini dikarenakan dalam proses SIMRS sudah termasuk mengimput kode
ICD 10 penyakit terkait pada pasien. Dalam mengentri data tersebut kita hanya
mengetikkan kode atau huruf kunci dalam nama penyakit tersebut dan bisa
langsung muncul beberapa kode yang diinginkan untuk dipilih dan disimpan.
Selain itu pada proses kodefikasi penyakit di SIMRS terdapat pilihan : Kasus
87
Baru, Dirujuk, Kunjungan Kasus Lama, sehingga kita bisa menentukan status
penyakit pasien tersebut.
Tabel 7. Data Hasil Koding Penyakit dan Tindakan pada pasien Rawat Inap
88
Foto Thorax
15 214321 Batu Ureter N20.1 ESWL 98.51
89
dalam rak penyimpanan, dan juga mencegah terjadinya kekeliruan
penyimpanan.
90
meminjam dokumen rekam medis (pada saat keadaan darurat) harus
mengirim petugasnya untuk mengambil atau meminta ke bagian rekam medis
terutama bagian penyimpanan. Penggunaan teknologi dibidang komputer,
diharapkan lebih mempercepat penyaluran data-data penderita dari satu
tempat ke tempat lain.
91
mendapatkan kesempatan untuk mengamati dan melakukan proses analisa
dokumen rekam medis yang baik dan benar sesuai Standar Operasional
Prosedur yang berlaku dan di tetapkan oleh rumah sakit dengan Nomor :
015/RM/2015 tentang “Surat Keterangan Medis”. Permintaan surat keterangan
medis atau resume medis untuk permintaan resume atau ringkasan penyakit
pasien selama dirawat di RS HVA Toeloengredjo Pare Kediri oleh pasien atau
orang yang mendapat kuasa dari pasien untuk kepentingan klaim asuransi atau
perusahaan ataupun untuk kepentingan lain. Pelayanan permintaan resume
medis selesai maksimal dalam waktu 3 hari.
92
Gambar 14 Surat Pengajuan Visum
93
BAB VI
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari Praktik Kerja Lapangan 2 di RS HVA Toeloengredjo Pare Kediri yang
telah kami lakukan dengan hasil laporan yang telah disusun dapat diambil
kesimpulan:
1. Di RS HVA Toeloengredjo Pare Kediri sudah menggunakan SIMRS yang
memiliki berbagai macam fitur yang saling terhubung satu dengan yang lain.
Segala kegiatan pelayanan medis yang berhubungan dengan informasi
kesehatan sudah tersentralisasi di SIMRS.
2. Sistem kodefikasi dan klasifikasi penyakit dan tindakan di RS HVA
Toeloengredjo Pare Kediri sudah tidak lagi menggunakan ICD 10 dan 9 CM
dalam bentuk buku atau sudah tidak mencari kode penyakit secara manual
namun sistem kodefikasi dan klasifikasi koding dilakukan secara elektronik
melalui ICD 10 Versi 2011, ICD 9 CM versi 2011 dan dapat secara langsung
dicari melalui aplikasi di SIMRS.
3. Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan 2 RS HVA Toeloengredjo Pare Kediri
telah melaksanakan salah satu kegiatan Program Kegiatan Menjaga Mutu di
bidang Rekam Medis dan Informasi Kesehatan. Salah satu programnya yaitu
Program Kegiatan Menjaga Mutu Retrospektif. Salah satu bentuk hasil dari
Kegiatan Menjaga Mutu Retrospektif adalah laporan KLPCM
(Ketidaklengkapan Pengisian Catatan Medis) tiap bulannya.
94
5.2 Saran
1. Adanya SOP yang mengatur dalam pembuatan desain formulir rekam medis.
2. Pentingnya koordinasi bagian verifikasi agar mengurangi penggunaan kode
Unspecified agar menghasilkan kode lebih bernilai.
3. Diperlukan perluasan ruangan, penataan ruangan dan penambahan rak yang
diperlukan untuk nomor-nomor baru dokumen rekam medis agar proses
pencarian dokumen rekam medis menjadi lebih efektif dan efisien.
4. Adanya jadwal distribusi pengiriman bisa dimulai pukul 08.00 ketika poli
memulai pelayanan lalu dilakukan kembali setiap 1 jam sekali. Karena
penggunaan jadwal yang teratur maka poli pun juga bisa mengetahui kapan
saja distribusi dilakukan.
95
Daftar Pustaka
Depkes RI. 2006. Pedoman Pengelolaan Rekam Medis Rumah Sakit di Indonesia.
Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik. Jakarta
96
LAMPIRAN
97
98
Lampiran 2 SOP Pendaftaran Pasien Baru Rawat Jalan
99
Lampiran 3 SOP Pendaftaran Pasien Rawat Jalan Lama
100
101
Lampiran 4 SOP Penyimpanan Dokumen Rekam Medis
102
Lampiran 5 SOP Retensi Dokumen Rekam Medis
103
104
Lampiran 6 Analisa Kuantitatif Dokumen Rekam Medis Rawat Inap
105
106
Lampiran 7 SOP Surat Keterangan Medis
107