Identifikasi Ikan Hiu Cucut

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 33

IDENTIFIKASI IKAN HIU CUCUT (Carcharinus falciformis)

LAPORAN PRAKTIKUM IKHTIOLOGI

Disusun oleh :
Riduwan Ibrahim 230110170119
Risa Ristianti Buntoro 230110170121
Muhammad Gugum G 230110170131

Kelompok 1/Perikanan C

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR

2018
IDENTIFIKASI IKAN HIU CUCUT (Carcharinus falciformis)

LAPORAN PRAKTIKUM IKHTIOLOGI


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Laporan Praktikum Ikhtiologi

Disusun oleh :

Riduwan Ibrahim 230110170119


Risa Ristianti Buntoro 230110170121
Muhammad Gugum G 230110170131

Kelompok 1/Perikanan C

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR

2018
JUDUL : IDENTIFIKASI IKAN HIU CUCUT (Carcharinus falciformis)

PENULIS : Riduwan Ibrahim 230110170119

Risa Ristianti Buntoro 230110170121

Muhammad Gugum G 230110170131

Jatinangor, Mei 2018

Menyetujui:

Asisten Laboratorium Dosen Penanggung Jawab,


Koordinator,

Sona Yudha Diliana, S.Pi Dra. Rosidah, M.si


NIP. 19581029 199501 2 001

Penanggung Jawab Kelas

Rizki Nugraha Saputra


NPM. 230110140094

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan laporan praktikum. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah
limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan umatnya
hingga akhir zama.
Laporan praktikum ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah ikhtiologi
yang berjudul identifikasi ikan hiu cucut (Carcharinus falciformis) pada Program
Studi Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dra. Rosidah, M.Si., selaku dosen penanggung jawab mata kuliah Ikhtiologi
2. Sona Yudha Diliana, S.Pi., selaku koordinator asisten mata kuliah
Ikhtiologi.
3. Rizki nugraha saputra, selaku asisten penanggung jawab matakuliah
Ikhtiologi.
4. Dosen dan asisten mata kuliah Ikhtiologi atas segala bimbingan dan
masukkan.
Penulis telah berusaha sebaik mungkin dalam penyusunan laporan
praktikum, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan masukan yang
membangun bagi penulis. Akhir kata, penulis berharap semoga laporan praktikum
yang telah disusun dapat memberikan manfaat bagi semua pihak

Jatinangor, Mei 2018

Kelompok 1

iii
DAFTAR ISI

BAB Halaman

KATA PENGANTAR .................................................................. iii


DAFTAR TABEL ......................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR .................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................ vii

I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2 Tujuan .................................................................................. 1
1.3 Manfaat ................................................................................ 2
II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Ikan Hiu .............................................................. 3
2.2 Klasifikasi Ikan Hiu ............................................................ 4
2.3 Morfologi Ikan Hiu ............................................................. 4
2.4 Anatomi Ikan Hiu ............................................................... 6

III BAHAN DAN METODE


3.1 Tempat dan Waktu ............................................................... 8
3.2 Alat dan Bahan .................................................................... 8
3.2.1 Alat-alat Praktikum ............................................................. 8
3.2.2 Bahan-bahan Praktikum ...................................................... 8
3.3 Prosedur Kerja .................................................................... 8
3.4 Analisis Data ....................................................................... 9

IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Ciri Meristik ........................................................................ 10
4.2 Ciri Morfometrik ................................................................ 10
4.3 Ciri Morfologi Khusus ........................................................ 12
4.4 Sistem Intergumen .............................................................. 14
4.5 Sistem Otot ......................................................................... 15
4.6 Sistem Pencernaan .............................................................. 15
4.7 Sistem Pernafasan ............................................................... 16

V SIMPULAN DAN SARAN


5.1 Simpulan .............................................................................. 18
5.2 Saran .................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ................................................................... 19
LAMPIRAN .................................................................................. 20

iv
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1 Hasil Pengamatan Ciri Meristik Ikan hiu ........................................ 10


2 Hasil Pengamatan Ciri Morfometrik Ikan hiu .................................. 10
3 Hasil Pengamatan Ciri Morfologi Khusus Ikanhiui ......................... 12
4 Sistem Integumen ............................................................................. 14

v
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1 Ikan Hiu Cucut .......................................................................... 4


2 Morfologi Ikan Hiu Cucut ........................................................ 5
3 Anatomi Ikan hiu ..................................................................... 6
4 Sistem Otot ................................................................................ 15
5 Sistem Pencernaan .................................................................... 15
6 Sisten Pernafasan ...................................................................... 17

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 Alat Praktikum...................................................................................... 20
2 Bahan-bahan Praktikum ........................................................................ 21
3 Prosedur praktikum .............................................................................. 22
4 Kegiatan Praktikum ............................................................................ 23
5 Data Hasil Praktikum ........................................................................... 24

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ikhtiologi merupakan salah satu cabang ilmu Biologi (zoologi) yang
mempelajari khusus tentang ikan beserta segala aspek kehidupan yang dimilikinya.
Istilah ini berasal dari Ichthyologia (bahasa Latin: Yunani) dimana
perkataan Ichthys artinya ikan dan logos artinya ajaran. Ilmu pengetahuan tentang
ikan dimunculkan oleh rasa ingin tahu oleh manusia dan kebutuhan akan informasi
untuk kepentingan perdagangan dan industri ataupun pariwisata. Keuntungan
mempelajari ikhtiologi hampir tak terbatas, orangorang yang mempelajari ilmu ini
adalah para ahli ikan profesional maupun yang bukan.
Ikan cucut memiliki nilai jual yang tinggi terlebih pada bagian sirip, hal ini
menjadikan usaha perikanan cucut semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pada
tahun 1976, produksi perikanan cucut di Indonesia terus meningkat pesat hingga
mencapai puncaknya sebesar 117.600 ton pada tahun 2003, namun mengalami
penurunan hingga 98.300 ton pada tahun 2006. Menurut catatan FAO, Indonesia
menempati urutan teratas sebagai negara yang paling banyak memproduksi cucut
dan pari setiap tahunnya dengan tingkat produksi sebesar 13% dari total produksi
dunia (Tull 2009).
Identifikasi tubuh ikan akan dilakukan berdasarkan sifat meristik. Antara
lain seperti jumah jari-jari sirip, jumlah sisik berpori, dan jumlah sisik dimuka sirip,
serta sifat morfometrik, dan bagian-bagian struktur tubuh ikan.

1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ikhtiologi yang telah dilaksanakan, diantaranya ialah
sebagai berikut :
1. Mempelajari dan mengetahui struktur morfologi (bentuk luar) tubuh ikan
hiu
2. Mempelajari dan mengetahui beberapa sistem organ tubuh pada ikan h

1
2

3. Mempelajari bagian-bagian tubuh dan menghitung sifat meristik dan


morfometrik pada ikan hiu

1.3 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari praktikum ikhtiologi ini diantaranya :
1. Mengembangkan pengetahuan sebagai mahasiswa perikanan secara ilmiah
mengenai struktur tubuh dan sistem organ yang ada pada ikan hiu
2. Serta mengetahui perbedaan mengenai perhitungan meristik dan
morfometrik pada ikan hiu
.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Ikan Hiu


Cucut merupakan ikan bertulang rawan (Elasmobranchii) yang banyak
terdapat di perairan Indonesia. Terdapat hampir 1150 jenis cucut dan pari
(Elasmobranchii) yang tersebar di seluruh dunia, dan diduga terdapat lebih dari 350
jenis Elasmobranchii yang terdapat di perairan Indonesia (Stevans 2003 dalam
Rahardjo 2007). Hal ini disebabkan karena perairan Indonesia merupakan perairan
yang dangkal dan beriklim tropis. Perairan tropis memiliki tingkat kesuburan yang
tinggi sehingga banyak terdapat berbagai jenis ikan, termasuk makanan cucut yang
mengundang cucut untuk datang ke perairan Indonesia.
Fahmi dan Dharmadi (2005) mengatakan bahwa sifat biologis dari ikan
jenis Elasmobranchii sangatlah rentan terhadap penangkapan lebih. Pertumbuhan
ikan cucut sangatlah lambat dibandingkan dengan ikan lain. Cucut memiliki umur
yang relatif panjang dan mencapai matang seksual pada umur yang relatif tua serta
hanya menghasilkan sedikit anak. Dengan tingkat pertumbuhan dan reproduksi
yang lambat tersebut, cucut akan mudah mengalami kepunahan jika terjadi
penangkapan secara berlebihan.
Hiu merupakan ikan yang memiliki kerangka tulang rawan dari subkelas
Elasmobranchii. Kelompok Elasmobranchii terdiri dari hiu dan pari memiliki
tingkat keanekaragaman yang tinggi serta dapat ditemukan di berbagai kondisi
lingkungan, mulai dari perairan tawar hingga palung laut terdalam dan dari daerah
laut beriklim dingin sampai daerah tropis yang hangat (Compagno 2001). Hiu
memiliki persebaran yang sangat luas dan hampir ditemukan di seluruh perairan
samudra. Sebagian besar hiu hidup pada perairan tropis yang hangat dan beberapa
spesies hiu hidup di perairan dingin. Hiu juga dapat ditemukan pada daerah pantai
hingga laut dalam serta di ekosistem terumbu karang (Ayotte 2005).
Chondrichthyes menunjukkan suatu perkembangan kemajuan bila dibandingkan
dengan cyclostomata dalam hal, adanya sisik yang meliputi tubuh, terdapat
sepasang pida lateralis, adanya geraham yang dapat digerakkan bersendi pada

3
4

tulang cranium, memiliki gigi yang dilapisi email pada rahang, terdapat tiga
bagian saluran setengah lingkaran pada alat , sepasang alat reproduksi dan saluran-
salurannya

2.2 Klasifikasi Ikan Hiu


Berdasarkan katalog FAO (Campagno 1984), ikan cucut dapat
diklasifikasikan dalam delapan ordo, dengan tiga puluh famili yang mewakili
berbagai spesies yang ada di dunia ini. Adapun klasifikasi itu adalah sebagai
berikut:
Phylum : Chordata
Sub Phylum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Sub Kelas : Chondrichthyes
Famili : Carcharinidae
Ordo : Carchariniformes
Spesies : Charcharinus falciformis

Gambar 1. Ikan Hiu

2.3 Morfologi Ikan Hiu


Ikan cucut termasuk dalam sub group Elasmobranchii, yaitu ikan yang
bertulang rawan yang mencakup 250 spesies yang terdapat baik di Samudera
maupun di perairan tawar (Last & Stevans 1994 dalam Rahardjo 2007). Ikan cucut
biasanya memiliki bentuk tubuh yang lonjong dan memanjang seperti cerutu, ekor
5

biasanya berujung runcing, dengan cuping atas dari ekornya sering kali jauh lebih
panjang dari cuping bawahnya.

Gambar 2. Morfologi ikan hiu

Celah insang ikan cucut terletak pada sisi kepala, biasanya berjumlah lima
buah, tetapi pada famili Hexanchidae memiliki enam sampai tujuh celah insang
(Campagno 1984). Untuk melakukan pernafasan, air ditarik masuk melalui mulut
dan di pompa ke luar melalui celah insang. Cucut memiliki tubuh silinder, panjang,
dan sedikit pipih pada bagian kepala, dimana celah insang terdapat pada sisi kepala
dan terletak di belakang mata, serta sirip dada yang tidak menyatu dengan badan
dan kepala. Ciri-ciri tersebut merupakan perbedaan yang menonjol dari cucut
dibandingkan dengan ikan pari yang masih dalam satu sub kelas. Nelayan seringkali
menganggap cucut famili Squantinidae adalah sebagai pari, karena cucut ini
merupakan jenis cucut yang paling pipih diantara jenis lainnya.
Mata cucut terletak pada bagian sebelah atas dari kepalanya atau dibagian
samping dari kepala. Cucut bergerak dengan mengandalkan gerakan ekor serta sirip
ekor dalam mendorong ikan ke depan, sedangkan sirip dadanya hampir sama sekali
tidak digunakan dalam berenang namun digunakan sebagai penyeimbang dan
pengatur arah dari gerakan cucut. Kebanyakan cucut memiliki 2 sirip punggung dan
jarang sekali jenis cucut yang hanya memiliki 1 sirip punggung. Gigi cucut tersusun
6

dalam beberapa baris dan secara konstan akan selalu tumbuh (berganti) jika gigi itu
tanggal ataupun tidak (Carpenter dan Niem 1998).

2. 4 Anatomi Ikan Hiu

Gambar 3. Anatomi ikan hiu

Anatomi internal tubuh hiu berbeda dengan ikan yang memiliki tulang sejati
(tulang keras). Salah satu perbedaan utama adalah bahwa semua hiu memiliki
kerangka kartilago. Penyayatan perut dari panggul sirip ke sirip dada organ pertama
ditemui adalah hati. Hati menempati sebagian besar rongga tubuh hiu. Hati hiu
berukuran besar, lembut dan berminyak. Organ ini terdiri dari hingga 25% dari total
berat badan.
Hati hiu memiliki dua fungsi. Yang pertama adalah sebagai penyimpan
energi karena semua cadangan lemak disimpan di sini. Fungsi kedua hati adalah
untuk organ hidrostatik. Pelumas yang lebih ringan dari air disimpan dalam hati.
Hal ini mengurangi kepadatan sehingga memberikan daya apung tubuh untuk
mencegah tenggelamnya hiu. Selain hati, lambung dapat dilihat di dalam rongga
tubuh. Di dalam perut hiu sering ditemukan isi makanan terakhir.
Perut hiu sendiri berakhir pada penyempitan yang disebut pilorus, yang
mengarah pada duodenum dan kemudian ke katup spiral usus. Katup spiral usus
adalah organ yang digulung secara internal berfungsi meningkatkan luas bidang
permukaan untuk membantu penyerapan nutrisi. Katup spiral usus bermuara di
rektum dan anus yang pada gilirannya akan bermuara di kloaka. Kloaka adalah
7

ruang tempat saluran pencernaan, saluran kemih dan saluran kelamin yang terbuka
ke luar.
Di dalam rongga tubuh juga terdapat pancreas yang merupakan kelenjar
pencernaan dengan dua lobus merah muda. Selan itu terdapat dua organ lain yang
tidak termasuk dalam sistem pencernaan. Yang pertama adalah limpa, yang
merupakan organ gelap di dekat perut yang dimiliki oleh sistem limfatik. Yang
kedua adalah kelenjar dubur, organ kecil yang terbuka oleh saluran ke dalam anus.
Karena berfungsi sebagai kelenjar garam, membuang kelebihan natrium klorida
(garam) dari darah.
BAB III
BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan hari rabu 9 Mei 2018 pada jam 13.00. Di lab
MSP Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran.

3.2 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum identifikasi ikan hiu cucut
adalah sebagai berikut.
3.2.1 Alat
1. Cawan petri berfungsi sebagai alas jeroan ikan hiu.
2. Gunting berfungsi untuk membedah dan memotong tubuh ikan hiu
3. Kain lap berfungsi untuk membersihkan meja bekas praktikum
4. Milimeter blok berfungsi untuk mengukur panjang tubuh ikan hiu
5. Penjepit berfungsi untuk mengambil sisik dan insang ikan hiu
6. Pisau bedah berfungsi untuk menguliti kulit ikan hiu.
7. Stearoform berfungsi sebagai alas ikan hiu yang diidentifikasi.

3.2.2 Bahan
1. Preparat ikan hiu yang akan diidentifikasi.

3.3 Prosedur Praktikum


Berikut ini merupakan langkah-langkah identifikasi pada ikan hiu :
3.3.1 Pengukuran morfometrik ikan hiu
1. Alat dan bahan di siapkan di meja praktikum
2. Sampel ikan hiu terlebih dahulu ditimbang dan dicatat hasilnya.
3. Sampel ikan hiu disimpan di baki
4. Sirip sampel ikan hiu diregangkan dengan bantuan jarum pentul
5. Dilakukan pengukuran meristik lalu hasilnya dicatat dalam logbook

3.3.2 Pengukuran sifat meristik ikan hiu


1. Alat dan bahan di siapkan di meja praktikum

8
9

2. Sampel ikan hiu terlebih dahulu ditimbang dan dicatat hasilnya.


3. Sampel ikan pari disimpan di baki.
4. Sirip sampel ikan hiu diregangkan dengan bantuan jarum pentul Dilakukan
pengukuran meristik lalu hasilnya dicatat dalam logbook

3.3.3 Pembedahan ikan hiu


1. Alat dan bahan di siapkan di meja praktikum
2. Sampel ikan hiu disimpan di baki
3. Sisik pada perbatasan antara sirip caudal dan pangkal ekor ikan dibersihkan
4. Ikan dikuliti untuk dilihat sistem otot nya lalu di dokumentasikan
5. Ikan dikuliti untuk dilihat sistem otot nya lalu di dokumentasikan
6. Setelah itu ikan dibedah dengan menggunting bagian belakang dilihat organ
dalam nya
7. Bagian dalam ikan yang telah dibedah seperti jantung , empedu , ginjal ,
gonad , limpa dan usus di dokumentasikan
8. Organ dalam seperti usus , lambung di ukur dan digambarkan di logbook
9. Organ dalam di identifikasi, Setelah di identifikasi alat dan bahan dicuci dan
dirapihkan ke tempat semula

3.4 Analisis Data


Analisis data pada praktikum ini berdasarkan pada analisis deskriptif
komparatif artinya mengumpulkan data dan fakta dari sumber terpercaya lalu
membandingkannya dengan pengamatan langsung pada praktikum. Sehingga
didapatkan data yang dapt akurat dan dapat dipertanggung jawabkan (Akdon dan
Riduwan 2007)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Ciri Meristik


Berdasarkan hasil pengamatan dapat diperoleh data seperti berikut.

Tabel 1. Ciri Meristik

No. Ciri Meristik Hasil

-
1 Dorsal 1 (D 1)

2 Dorsal 2 (D 2) -

3 Pectoral (P) -
4 Vental (V) -
5 Anal (A) -
6 Caudal -
7 Linea Lateralis 1 (L l) -
12 Linea Transversalis (Ltr) -
13 DOrigin -
14 VOrigin -
15 AOrigin -

Ikan cucut ini tidak memiliki ciri meristik.

4.2 Ciri Morfometrik Ikan

4.3 Ciri Morfometrik Ikan


Berdasarkan hasil pengamatan dapat diperoleh data seperti berikut.

Tabel 2. Hasil Pengamatan Ciri Morfometrik Ikan Hiu Cucut

No. Ciri Morfometrik Hasil (cm)

Total Length (TL) 47


1.
Fork Length (FL) 38.5
2.

10
11

Standard Length (SL) 35


3.

4. Head Length (HL) 8.5

5. Snout Length (SntL) 1

6. Orbit Diameter (OD) 1

Caudal Peduncle Length (CPL) 10.5


7.
Caudal Peduncle Depth (CPD) 2
8.

9. Dorsal Fin Length 1 (DFL 1) 3.5

10. Dorsal Fin Length 2 (DFL2) 2

11. Dorsal Fin Base 1 (DFB 1) 4

12. Dorsal Fin Base 2 (DFB 2) 1

Pectoral Fin Length (PFL) 4.5


13.
Ventral Fin Length (VFL) 3
14.

15. Anal Fin Length (AFL) 2

16. Anal Fin Base (AFB) 2

Hasil pengamatan morfometrik ikan hiu cucut yaitu panjang total dari ikan
cucut 47 cm, fork length 38.5 cm, standar length yang diukur dari anterior mulut
sampai pangkal ekor 37 cm, panjang kepala 8.5 cm, snouth length 1 cm , panjang
orbital diameter 1 cm, panjang caudal peduncle length 10.5 cm , panjang caudal
peduncle depth yaitu 2 cm, panjang body depth yaiitu 6.5 cm , panjang dorsal fin
length 1 yaitu 3.5 cm dan panjang dorsal fin length 2 yaitu 2 cm, panjang dorsal fin
base 1 yaitu 4 cm dan panjang dorsal fin base 2 yaitu 1 cm, panjang pectoral fin
length yaitu 4.5 cm , panjang ventral fin length yaitu 3 cm , panjang anal fin length
yaitu 2 cm , dan panjang anal fin base yaitu 2 cm.
Pengamatan tersebut kemudia dibandingkan dengan literatur, menurut Soffa
(2013) ikan hiu cucut dapat mencapai ukuran Panjang total ikan yang sering
tertangkap sekitar 50 – 200 cm dengan berat 30 – 50 kg per ekor. Berdasarkan
12

perbandingan dengan pernyataan tersebut ukuran ikan hiu cucut yang diamati oleh
kelompok 1 juga berada pada kisaran 50 – 200 meter yakni dengan ukuran 75 cm.
Sehingga sampel ikan hiu yang diidentifikasi termasuk kategori ikan yang sering
tertangkap atau bahkan sengaja ditangkap oleh nelayan.

4.4 Ciri Morfologi Khusus


Berdasarkan hasil pengamatan dapat diperoleh data seperti berikut.

Tabel 3. Ciri Morfologi Khusus pada Ikan Hiu


No. Ciri Morfologi Khusus Hasil Gambar

1 Bentuk Tubuh Ikan fusiform

2 Bentuk Kepala Ikan Depressed

3 Bentuk Mulut Biasa

4 Letak Mulut Subterminal

5 Bentuk Sirip Caudal heterocercal


13

No. Ciri Morfologi Khusus Hasil Gambar

6 Alat Kopulasi Clasper

Alat Pernafasan
7 Spiracle
Tambahan

8 Scute - -

9 Keel - -

10 Adiposa Fin - -

11 Finlet - -

12 Rasio Gonad - -

Morfologi khusus dari ikan cucut yaitu bentuk tubuhnya yaitu fusiform dan
kepalanya yaitu depressed, dan bentuk mulut dari ikan cucut yaitu biasa, letak
mulutnya seubterminal, bentuk sirip caudal nya heterocercal, alat kopulasi nya yaitu
disebut clasper, dan ikan cucut memiliki alat pernapasan tambahan yang di sebut
spiracle. Selain itu, ikan hiu cucut juga emiliki 2 sirip dorsal pada
punggunya.Selain itu ikan hiu cucut juga memiliki ciri khusus lainnya yakni pada
bentuk gigi. Berdasarkan identifikasi yang dilakukan kelompok 1 menunjukan
bahwa gigi ikan hiu tajam dan terdiri dari beberapa baris.
Menurut Last & Stevans (1994) dalam skripsi Soffa (2013) ikan cucut
termasuk kedalam sub group Elasmobranchii, yaitu ikan yang bertulang rawan
mencakup 250 spesies yang terdapat di Samudera maupun air tawar. Ikan cucut
memiliki bentuk tubuh lonjong dan memanjang menyerupai cerutu, ekor berujung
14

runcing. Celah insang pada ikan cucut terdapat pada sisi kepala, biasanya berjumlah
5 atau lebih (pada family Hexancidae memiliki 6-7 celah insang). Berdasarkan ciri-
ciri morfologi tersebut, sampel ikan hiu yang diamati oleh kelompok 1 sudah sesuai
dengan ciri morfologi yang memeang dimiliki oleh ikan hiu cucut. Dari bentuk gigi
juga sesuai dengan pernyataan dari Soffa (2013) yakni gigi ikan hiu cucut terdapat
13-14 baris gigi dengan bentuk giginya menyerupai pisau permukaan gigi yang
tajam.

4.3 Sistem Integumen

Berikut merupakan hasil pengamatan sistem integumen pada Ikan cucut.

Tabel 4. Sistem Integumen


No. Ciri Meristik Hasil Gambar

1. Bentuk sisik placoid

Sistem intergumen meliputi sistem pertahanan tubuh pada ikan berupa sisik
dan kulit. Menurut pandangan kelompok 1 jenis sisik ikan yang dimiliki oleh ikan
hiu cucut berjenis Placoid. Hal ini ditandai dengan tidak nampaknya bagian dari-
bagian dari sisik tetapi hanya dapat dilihat menggunakan mikroskop. Selain itu,
sisik ikan Placoid pada ikan hiu ini biasa disebut dengan Dermal denticle.
Meskipun sebenarnya penamaan tersebut kurang begitu cocok karena biasanya
penamaan tersbut digunakan pada penamaan gigi mamalia. Sistem intergumen Ikan
hiu tidak memiliki sengat layaknya ikan pari.hal iini seperti pernyataan menurut
Carpenter (1998) dalam Skripsi Soffa (2013) yakni ciri ikan cucut badannya
dilindungi oleh sisik placoid dan terdapat “tanduk” yang terdapat pada permukaan
punggung. Tidak terdapat duri penyengat seperti pada kebanyakan ikan pari.
15

4.2 Sistem Otot


Berdasarkan hasil praktikum dapat diketahui bahwa pada ikan hiu
khususnya bagian otot badan terbagi menjadi 2 bagian yaitu dorsal (epaxial) dan
ventral (hypoxial). Kedua bagian otot ini dipisahkan oleh selaput memanjang secara
horizontal yaitu Septum skeletogenus horizontal. Di bagian atas dari septum ini
biasanya terdapat sebuah jaringan otot merah yang kaya akan sel darah merah
sehingga berwarna lebih tua dibandingkan dengan otot lainnya yaitu otot musculus
lateralis superficial. Otot ini mengandung banyak sel darah merah sehingga kaya
akan oksigen yang digunakan ikan untuk berenang lebih cepat.

Gambar 4. Sistem Otot

Ikan hiu memiliki bentuk otot yang berbentuk menyirip dan zig zag dengan
otot garis berwarna putih disebut myomer dan diantara myomer terdapat otot
disebut myoseptum. Myoseptum adalah bagian jaringan ikat yang membatasi
antara myomere yang berurutan dan berfungsi untuk mengikat dan menyatukan
myomer. Ciri bentuk urat daging pada ikan hiu tersebut sudah sesuai dengan
bentuk urat daging berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Raharjo 1985).

4.2 Sistem Pencernaan


Organ pencernaan pada ikan cucut yang menjadi sampel terdapat lampung
palsu yang menyatu bersama usus dan memiliki usus yang pendek. Usus yang
pendek menurut pengamatan kelompok 1 mencirikan bahwa ikan hiu termasuk
16

karnivora . hipotesa tersebut diperkuat berdasarkan ciri ikan hiu yang memakan
ikan-ikan dan crustacea menurut Soffa (2013} Organ empedu merupakan salah
satu organ yang terdapat pada ikan cucut yang digunakan untuk proses eksresi pada
ikan tersebut.

Gambar 5. SIstem pencernaa

4.5 Sistem Pernafasan


Ikan cucut bernapapas seperti ikan ikan lainya yaitu menggunakan insang
yang membedakan ikan ini tidak memiliki tutup insang atau operculum . Selain itu
pada data pengamatan yang dilakukan oleh kelompok 1 memperlihatkan bahwa
ikan hiu cucut memiliki alat pernfasan tambahan berupa Spiracle yang berjumlah
5 celah pada sampel ikan hiu cucut. Mekanisme pernafasan pada ikan hiu yaitu
oksigen yang terlarut dalam air masuk berdifusi ke dalam pembuluh kapiler darah
yang terdapat dalam insang. Dan pada waktu menutup, tutup insang membukadan
air dari rongga mulut keluar melalui insang. Bersamaan dengan keluarnya air
melalui insang, karbondioksida dikeluarkan.Pertukaran oksigen dan
karbondioksida terjadi pada lembaran insang.
17

Gambar 6. Sistem pernafasan

Pengamatan tersebut dibandingkan dengan pernyataan menurut Soffa


(2013) bahwa Insang merupakan ciri sistem pernafasan pada ikan termasuk pada
hiu. Secara embriologis, celah insang tumbuh sebagai hasil dari serentetan
evaginasi faring yang tumbuh keluar dan bertemu dengan invaginasi dari luar.
Terdapat variasi perlengkapan insang pada berbagai ikan. Ikan hiu memiliki 5-7
pasang celah insang ditambah pasangan celah anterior non respirasi yang disebut
spirakel. Hemibrankhia dipisahkan satu dengan lain oleh septum interbrankia yang
tersusun dari lengkung kartilago. Masing-masing septa brankhialis ini menutup
bagian yang terbuka dari insang berikutnya kearah posterior (Rudiyanto, 2011).
Berdasarkan pada pernyataan tersebut terutama pada jumlah celah insang
menunjukan kecocokan dimana insang yang diamati berjumlah 5 celah insang
sedangkan pada literatur celah insang berjumlah 5 -7 celah insang.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan
1. Praktikum Ikhtiologi mengenai Identifikasi Ikan Cucut terdiri dari .sifat
morfometrik yang berarti dapat diukur panjang dan berat ikan seperti Total
Length (TL) meliputi panjang seluruh tubuh ikan dan yang menjadi ciri
khusus ciri morfometrik ikan ini yaitu tidak memiliki operculum.
2. Dalam praktikum identifikasi ikan hiu cucut selain mengetahui struktur luar
juga mengetahui struktur organ dalam dari ikan hiu cucut. Anatomi ikan
terdiri dari sistem intergumen yang mencakup, lendir, sistem pernafasan
dimulai mulut hingga anus, dan sistem otot yang mencakup bentuk dan
jaringan yang ada pada sistem tersebut.
3. Ciri Khusus dari ikan hiu adalah bentuk tubuhnya Fusiform, bentuk kepala
Depressed, sirip caudal berupa heterocercal, memiliki alat kopulasi khas
seperti pada ikan pari yang terdapat pada ikan hiu jenis jantan yaitu Clasper.
Selain itu, ikan hiu memeiliki alat bantu pernafasan yang bernama Spiracle
yaitu celah-celah pada kedua sisi ikan hiu. Spiracle pada ikan hiu umumnya
berjumlah 5-7 celah. Ikan hiu cucut memiliki bentuk sisik yang unik yaitu
sisik Placoid.

4.2 Saran
Praktikum Identifikai Ikan pari memiliki cakupan yang luas dengan
jaringan dan organ yang berukuran kecil dan mudah rusak. Sehingga diperlukana
ketelitian dan kehati-hatian dengan memperhatikan prosedur agar target
pembelajaran Identifikasi Ikan pari dapat dicapai secara optimal.

18
DAFTARR PUSTAKA

Campagno LJV. 1984. Sharks Of The World. An Annotated And Illustrated Catalogue Of
Shark Species Known To Date. Vol 4. Part 1- Hexanchiformes to Lamniformes

Carpenter EK & Niem VH. 1998. The Living Marine Resources Of The Western Central
Pacific. Vol 2. Cephalopods, Crustaceans, Holothurians and Sharks. Fao Species
Identification Guide For Fisheries Purpose. p.1196-1197.

Djuhanda, T. 1981. Dunia ikan. Armico Bandung. 190 halaman.

Fahmi & Dharmadi. 2005. Status Perikanan Hiu Dan Aspek Pengelolaannya. Oseana,
Volume XXX, Nomor 1, 2005 :1-8.viii, 1-250. Part 2- Carchariniformes: x, 251-
655. FAO Fisheries Synopsis 125: 1-655.

Rahardjo P. 2007. Pemanfaatan dan Pengelolaan Perikanan Cucut dan Pari


(Elasmobranchii) di Laut Jawa. [Disertasi]. Departemen Pemanfaatan dan
Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian
Bogor. vi + 307 hlm.

Tull M. 2009. The History Of Shark Fishing In Indonesia: A HMAP Asia Project Paper.
Associate Professor Malcolm Tull Murdoch Business School And Asia Research
Centre, Murdoch University. Working Paper no. 158. 24p.

Soffa, Fauzan Bhakti. 2013. Aspek Pertumbuhan Ikan Cucut yang didaratkan
di Pelabuhan Karangsong, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Skripsi.
Departemen MSP FPIK IPB. Bogor

19
LAMPIRAN

20
Lampiran 1. Alat-alat praktikum

Pinset Pisau Bedah

Cawan Petri
Gunting

Milimeter Blok Kaca Objek

Penggaris Mikroskop

21
Lampiran 2. Bahan-bahan praktikum

Ikan Hiu Cucut

22
Lampiran 3. Prosedur Kerja
Pengukuran Morfometrik
Alat dan bahan di siapkan di meja praktikum

Sampel ikan belanak terlebih dahulu ditimbang dan


dicatat hasilnya.

Sampel ikan belanak disimpan di baki

Sirip sampel ikan belanak diregangkan dengan


bantuan jarum pentul

Dilakukan pengukuran meristik lalu hasilnya dicatat


dalam logbook

Pengukuran Meristik

Alat dan bahan di siapkan di meja praktikum

Sampel ikan belanak terlebih dahulu ditimbang dan


dicatat hasilnya.

Sampel ikan belanak disimpan di baki.

Sirip sampel ikan belanak diregangkan dengan bantuan


jarum pentul

Dilakukan pengukuran morfometrik lalu hasilnya


dicatat dalam logbook

23
Pembedahan

Alat dan bahan di siapkan di meja praktikum

Sampel ikan belanak disimpan di baki

Sisik pada perbatasan antara sirip caudal dan pangkal


ekor ikan dibersihkan

Ikan dikuliti untuk dilihat sistem otot nya lalu di


dokumentasikan

Operkulum ikan digunting untuk diambil insangnya

Setelah itu ikan dibedah dengan menggunting bagian


anal hingga linea lateralis untuk dilihat organ dalam nya

Bagian dalam ikan yang telah dibedah seperti jantung ,


gelembung renang, empedu , ginjal , gonad , limpa dan
usus di dokumentasikan

Organ dalam seperti usus , lambung di ukur dan


digambarkan di logbook

Organ dalam di identifikasi

Setelah di identifikasi alat dan bahan dicuci dan


dirapihkan ke tempat semula

24
Lampiran 4. Dokumentasi

Pembedahan ikan hiu Pengamatan Sistem Otot

Proses Penimbanagan

25

Anda mungkin juga menyukai