Deskripsi Proses Unit CD&L
Deskripsi Proses Unit CD&L
Deskripsi Proses Unit CD&L
Un
scr
CD
GP
De
to
oc
es
Pr
ip
it
n
s
-
CD&L terdiri dari 4 (empat) komponen utama, yaitu Crude Distiller-VI (CD-VI), High
Vacuum Unit (HVU), Riser - Fluid Catalytic Cracking Unit (RFCCU), dan Light End Unit.
CD-VI ini digunakan untuk memisahkan fraksi-fraksi minyak bumi yang berasal dari
Ramba, berdasarkan destlasi atmosferik. Kapasitas pengolahan CD VI ini adalah
15.000 barrel per calendar day (15 MBCD). Di dalam unit CD-VI terdapat sub-unit
Redistiller III/IV. Redistiller III/IV ini digunakan untuk mengolah ulang produk minyak
yang tdak memenuhi spesifikasi. Redistiller telah dimodifikasi untuk dapat mengolah
minyak mentah Sumatera Light Crude (SLC). Namun pada saat ini unit Redistiller III/IV
telah idle, karena efisiensinya rendah dalam memproses (sebagai pemisah tahap
lanjut) produk dari CD-VI. Modifikasi ini terjadi karena menurunnya jumlah minyak
yang terbuang atau tdak memenuhi spesifikasi. Produk yang dihasilkan adalah
naphtha, kerosene, ADO, long residue, dan off-gas.
CD
GP
De
to
oc
es
Pr
ip
it
n
s
-
kolom T-2, hot vapor ini telah dimanfaatkan terlebih dahulu untuk memanaskan feed
(E-2). Produk bawah (C25+) yang dihasilkan kolom ini adalah long residue yang
sebagian akan diumpankan ke unit RFCC dan sisanya ditampung dalam tangki. Selain
kedua produk tersebut, kolom ini juga menghasilkan produk side stream (C12-C16)
yang dikeluarkan dari tray ke-8. Produk ini adalah diesel oil yang setelah ditarik keluar
akan dimasukkan ke kolom stripper (D-3). Uap yang dihasilkan kolom D-3 dimasukkan
kembali ke kolom T-1, sedangkan fase cairnya dikeluarkan sebagai diesel oil dengan
terlebih dahulu didinginkan di ADO exchanger (E-6) dan FF exchanger (E-5). Untuk
mencegah agar overhead condenser dan distillate drum tdak mengalami overheat
dan korosi akibat adanya air dan larutan asam maka diinjeksikan ammonia ke dalam
aliran overhead condenser.
Produk atas (C12-) kolom T-1 yang telah didinginkan dimasukkan ke tray ke-4 dari
kolom T-2. Setelah terjadi penguapan, uap yang keluar dari bagian atas kolom ini
dimanfaatkan untuk memanaskan umpan (E-3). Produk atas (C8-) kolom T-2 ini
kemudian didinginkan lebih lanjut pada cooler box (dengan media pendingin air)
untuk kemudian dimasukkan ke distiller drum (D-4). Dari bagian atas drum D-4
dihasilkan gas yang dimanfaatkan sebagai fuel gas dari furnace HVU. Produk middle
distllate dari kolom T-2 menjadi produk LKD (dari keluaran tray nomor 7, kemudian
didinginkan menggunakan cooling water dan menuju D-5. Uap yang dihasilkan kolom
D-5 dimasukkan kembali ke kolom T-1, sedangkan fase cairnya dikeluarkan sebagai
LKD. Dari bagian bawah, dihasilkan cairan yang sebagian dikeluarkan sebagai naphtha
(C6-C8), sedangkan sisanya dimasukkan kembali ke kolom T-2. Produk bawah (C 9-C12)
yang dihasilkan kolom T-2 adalah kerosene. Sebagian dari kerosene yang dihasilkan ini
dimasukkan ke bagian atas kolom T-1 dan sisanya didinginkan di E-7 dan E-4 dan
dikirim ke tangki penampungan sebagai kerosene cair.
Unit CD-VI
Plant Test 2008 Aktual 2009
No Stream T/D % T/D %
1 Feed
Crude 1,565.3 1,624.8
2 Produk
Gas 21.1 1.6 43.1 2.7
Naphtha 255.4 19.0 274.6 16.9
LKD 59.7 4.4 78.5 4.8
HKD 171.6 12.8 142.9 8.8
ADO 228.9 17.1 286.6 17.6
Long Residue 605.1 45.1 799.1 49.2
TOTAL 1,341.8 100.0 1,624.8 100.0
Heated feed dari furnace kemudian dialirkan menuju kolom vakum (C-14-001)
untuk dipisahkan menjadi produk-produk. Proses distlasi ini dilakukan pada
tekanan di bawah tekanan atmosfir (60-65 mmHg). Distlasi vakum ini
diharapkan dapat memisahkan produk dengan ttk didih yang lebih tnggi
dengan bantuan vacuum pressure.
Feed HVU dimasukkan pada flash zone dengan posisi tangensial, dengan harapan
pemisahan antara liquid dan vapor akan terjadi akibat adanya gaya sentrifugal
pada flash zone tersebut. Liquid akan menuju ke bawah setelah jatuh dari cap
pada tray. Sedangkan vapor akan bergerak ke atas setelah keluar dari tray cap.
Draw off diberlakukan untuk produk gasoil (LVGO, MVGO dan HVGO). LVGO
untuk refluks didinginkan oleh E-14-001, sedangkan sebagai produk LVGO
didinginkan oleh E-14-002. Untuk MVGO dan HVGO digunakan sebagai feed
untuk FCCU baik secara langsung (sebagai hot MVGO dan HVGO) maupun cold
feed (yang diambil dari T-191/192).
Overflash section, diperoleh dengan melakukan injeksi recycle pada feed. Recycle
yang diinjeksikan berupa produk antara HVGO dengan vacuum residue. Recycle
ini juga bertujuan sebagai efisiensi dalam feed injection serta untuk
mempertajam produk gasoil. Vacuum residue section, sebagai draw off vacuum
residue dan sebagai posisi injeksi stripping steam. Stripping steam digunakan
untuk membantu mengangkat light distillate yang masih terbawa di heavy
distillate agar dapat terangkat ke atas. Stripping steam ini berasal dari low
pressure steam yang telah dipanaskan di furnace menjadi dry dan superheated
steam.
2 Product
LVGO 1,329.0 20.5
MVGO 1,343.0 20.7
HVGO 953.0 14.7
Vacuum Residue 2,675.0 41.2
Loss 189.0 2.9
TOTAL 6,489.0 100.0
FEED SYSTEM
Feed FCC adalah campuran antara VGO dan Long Residu dengan perbandingan
16.500 BPSD VGO dan 4.000 BPSD Long Residu (Total Feed 20.500 BPSD). VGO dari
NVDU dengan temperatur 220 o C dipompakan ke Vessel FC D-6 bersama-sama
dengan Long Residu dari Crude Distller II/III/IV/V Plaju dengan temperatur 150 o C.
Pengaturan flow tersebut dikontrol oleh Flow Controller (FIC 2102-2107), sehingga
diperoleh perbandingan VGO/L Residu = 4 dengan temperatur campuran 207 o C.
Feed VGO dapat juga diambil dari Storage Tank (dalam) keadaan tertentu /
emergency) yang sebelum masuk ke vessel FC D-6 dipanasi terlebih dahulu
dengan MPA Return dari FLRS E-408 di HE FC E-1, sehingga temperatur VGO
keluar HE adalah 70 o C. Dari vessel FC D-6 feed kemudian ditarik dengan pompa
FC P-5 dan dipanaskan dengan Slurry Oil (SLO) dari bottom FC T-1 di HE FC E-
2, sehingga diperoleh temperatur feed outlet FC E-2 adalah 302 o C.
Untuk mencapai temperatur yang sesuai untuk feed reaktor maka feed tersebut
perlu dipanaskan lagi di Furnace FC F-2, sehingga diperoleh temperatur outlet
o
furnace 331 C (MTI 1-42). Temperatur feed inlet reaktor tersebut dikontrol
oleh TIC-6 yaitu dengan mengatur flow fuel gas ke Furnace (FI-6C). Sebelum
masuk Reaktor feed diinjeksi dengan Antmony dengan kecepatan 0.75–2.1 kg/hr
untuk mencegah adanya pengaruh metal content dalam feed terhadap katalis.
Metal content tersebut menyebabkan deaktvisi katalis.
REAKTOR REGENERATOR
o
Feed dengan kapasitas 120.600 kg/hr dan temperatur 331 C kemudian
diinjeksikan ke dalam riser melalui 6 buah injector untuk direaksikan dengan
katalis dari Regenerator pada temperatur 650-750 o C. Reaksi terjadi pada seluruh
bagian Riser dengan temperatur 520 o C.
Untuk memperoleh sistem fluidisasi dan density yang baik, maka pada riser
diinjeksikan MP Steam. Diatas Feed Injector dipasang 3 buah MTC Injector untuk
mengatur fleksibilitas operasi dengan menginjeksikan HCO atau Heavy Naphtha.
HCO digunakan untuk menambah terbentuknya coke pada katalis, sehingga dapat
menaikkan temperatur Regenerator, sedangkan Heavy Naphtha diperlukan untuk
menaikkan cracking selectvity yang diharapkan dapat meningkatkan yield
propane propylene. Dalam keadaan normal operasi MTC Injector ini tdak
dioperasikan (NNF).
Tiga buah cyclone 1 stage dipasang pada Reaktor dengan existng plenum
chamber untuk meminimize terbawanya katalis ke menara Fraksinator. Stripping
steam perlu diinjeksikan ke daerah stripper untuk mengurangi kadar oil dalam
katalis sebelum disirkulasikan ke Regenerator.
Hasil cracking yang berupa uap hydrocarbon kemudian dialirkan dari Reaktor ke
Main Fractonator untuk dipisahkan fraksi-fraksinya. Spent catalyst dari Reaktor
kemudian disirkulasikan ke Regenerator yang dikontrol oleh Spent Slide Valve
(SSV) untuk diregenerasi. Untuk memperlancar aliran Spent Catalyst di “stand
pipe”, maka dialirkan Control Air Blower (CAB) dengan flow rate 7.000 kg/hr
dan tekanan 2.49 kg/cm2 g. Regenerasi katalis dilakukan dengan mengoksidasi
coke pada katalis dengan udara yang disupply Main Air Blower (MAB). Untuk
membantu pembakaran kadang-kadang diperlukan torch oil.
Flue gas hasil pembakaran kemudian masuk kedalam 5 buah cyclone 2 stage
untuk memisahkan partkel-partkel katalis yang terbawa.
Temperatur dilute phase sedikit lebih tnggi daripada temperatur dense phase.
Hal ini disebabkan karena adanyan reaksi oksidasi CO.
Dengan adanya kondisi sepert itu maka perlu diperhatkan konsentrasi oksigen
sebagai udara pembakar. Semakin banyak kandungan oksigen atau berkurangnya
coke yang terbentuk maka akan tercapai kondisi temperatur dilute phase yang tnggi
( 700 o C) sehingga terjadi kondisi after burning yang menyebabkan meningkatnya
temperatur secara mendadak sehingga dapat merusak peralatan dan catalyst loss
melalui stack.
MAIN FRACTIONATOR
o
Vapors hasil cracking dengan temperatur 520 C kemudian dialirkan ke bottom
menara fraksinator (FC T-1). Slurry Oil ditarik dari bottom menara Primary
Fractonator dengan pompa pump around FC P-4 menuju HE FC E-2 untuk
memanaskan feed. Temperatur keluar SLO dikontrol oleh flow rate HE by pass,
dimana dipasang temperatur controller TRC-4. Setelah melalui HE FC E-2, aliran
tersebut dibagi menjadi dua aliran yaitu SLO pump around dan SLO produk.
Slurry Oil pump around dikontrol oleh FRC–7 dan dikembalikan ke Primary
Fractonator untuk mendinginkan crack product vapor dan untuk menghindari
terbentuknya coke. Pembentukan coke adalah fungsi dari temperatur bottom dan
residence tme. Produk SLO dikontrol oleh FRC-2019 dan dikirim ke storage tank
melalui Worm Cooler (X-7) yang berada di area CDU-VI, sebagai produk LSWR
setelah dicampur dengan HCO (bila diperlukan). Produk SLO dapat juga diambil
secara terpisah dengan mengalirkan ke storage tank (TK-191/192) sebagai fuel oil
setelah didinginkan pada cooler FC X- 1 B (trim cooler). HCO diambil sebagai total
draw off dari antara tray no. 3 dan tray no. 4 dengan pompa FC P-9 (recycle
pump). Secara normal aliran ini adalah total return ke manara Primary Fractonator
yang dikontrol dengan level LIC-2001.Sebagian dari HCO dapat diinjeksikan kedalam
riser reaktor sebagai Mixed Temperature Control (MTC) jika diperlukan untuk
mengatur reaksi cracking. HCO ini dapat juga diambil sebagai produk LSWR setelah
dicampur dengan SLO.
Mid Pump Around (MPA) adalah total draw off dari accumulator yang ditarik
antara tray 6 dan packing bed dengan pompa FC P-25 dan dikembalikan sebagai
refluk dam MPA. Refluk dikembalikan ke Primary Fractonator dengan dikontrol
oleh level accumulator LIC-2004. MPA dikirim ke seksi Gas Compression dan
digunakan sebagai pemanas di reboiler dari menara Debutanizer FLRS E-107 dan
kemudian ke reboiler Stripper no. 2 FLRS E-408. Stream tersebut kemudian dikirim
menuju fresh feed exchanger FC E-1 untuk memanaskan total feed.
Flow MPA dikontrol oleh TRC-5 yang dioperasikan oleh 3 buah valve untuk
mengontrol aliran yang akan melalui MPA trim cooler FC X–1A.
MPA kemudian dikembalikan ke puncak menara Primary Fractonator.
Untuk operasi hot feed tdak ada pemanasan pada HE FC E-1, karena tdak ada
VGO dari tanki yang ditarik. Apabila ada feed VGO dari tanki, maka MPA diambil
panasnya di FC E-1 oleh VGO, sehingga tdak ada MPA yang melewat trim cooler
FC X-1A. Overhead vapor dari Primary Fractonator kemudian ditransfer ke bottom
Secondary Fractonator FC T-20.
LCO dari bottom Secondary Fractonator ditarik dengan pompa FC P-20 dan
dibagi menjadi 2 aliran yaitu sebagai internal refluk dan sebagai feed Stripper FC T-2.
Internal refluk dikembalikan ke Primary Absorber yang dikontrol oleh valve LIC-
2005. LCO yang lain kemudian dimasukkan ke LCO Stripper dan difraksinasi
untuk mengatur flash pointnya. Produk LCO kemudian ditarik oleh pompa FC P-6
untuk dikirim ke tanki penyimpanan yang sebelumnya didinginkan terlebih dahulu
oleh cooler FC E-3. Hot LCO digunakan juga sebagai hot flushing dan torch oil.
Sedangkan Cold LCO digunakan sebagai cold flushing dan pengenceran
Antmony.
Top Pump Around (TPA) adalah total draw off dari accumulator antara tray 15 dan
tray 16 yang ditarik dengan pompa FC P-21 dan digunakan sebagai refluk dan TPA.
Refluk dikembalikan ke Secondary Fractonator yang dikontrol oleh valve kontrol
LIC-2006. Sebagian TPA ditarik dengan pompa Lean Oil FC P-22 dan dikirim ke
Sponge Absorber FLRS T-402 sebagai Lean Oil yang sebelumnya didinginkan oleh
HE FLRS E-405. TPA kemudian dikirim ke seksi Gas Compression dan digunakan
sebagai pemanas di reboiler no.1 Stripper FLRS E-407 kemudian dilanjutkan untuk
memanaskan feee Stripper di HE FLRS E-406. Aliran TPA ini dikontrol oleh FIC-
2003 dan temperaturnya dikontrol oleh TIC-2004 dengan mengoperasikan Air Fan
Cooler FC E-21 (Top Pump Around Cooler). TPA ini kemudian dikembalikan ke
puncak menara Secondary Fractonator setelah dicampur dengan rich oil dari
Sponge Absorber.
Overhead Vapor dari Secondary Fractonator yaitu gas dan gasoline kemudian
dikondensasikan dengan parsial kondenser setelah dicampur dengan wash water.
Condensed liquid dan vapor kemudian ditampung dalam drum FC D-20. Setelah
dipisahkan dari kandungan air, liquid tersebut kemudian ditarik dengan pompa FC
P-23 dan ditransfer ke overhead trim condenser FC E-20 dan dicampur dengan
vapor dari drum FC D-20. Condensed liquid dan vapor kemudian ditampung
dalam drum FC D-7. Setelah dipisahkan airnya, maka condensed liquid
(unstabilized gasoline) kemudian ditarik dengan pompa FC P-7 dan dipisahkan
menjadi dua aliran yaitu sebagai overhead refluk dan gasoline produk yang
kemudian dikirim ke Primary Absorber FLRS T-401. Overhead refluk dikontrol
oleh temperatur kontrol TIC-3 pada puncak Secondary Fractonator.
Flow rate dari unstabilized gasoline dikontrol oleh “cascade controller” antara
flow kontrol FIC-2005 dan level kontrol pada distllate drum FC D-7. Low
Pressure Vapor (Wet Gas) kemudian ditransfer ke Wet Gas Compressor FLRS C-
101 di seksi Gas Compression melalui “Compressor Sucton Drum” FLRS D-401.
Tekanan Main Fractonator dikontrol oleh PIC-1 yang dipasang pada Wet Gas
Line.
LIGHT ENDS
Wet Gas dari vessel FC D-7 kemudian dipisahkan kondensatnya di vessel FLRS
D-401.Gas dari FLRS D-401 kemudian diisap oleh Wet Gas Compressor (C–101)
pada stage pertama. Outlet dari stage pertama compressor dengan temperatur
98 o C dan tekanan 3,8 kg/cm 2 g kemudian didinginkan dengan HE FLRS E-101
yang sebelumnya dicuci dengan wash water untuk memisahkan impurites yang
terlarut dalam air dan akhirnya masuk ke vessel FLRS D-402. Sebagian gas
outlet compressor stage pertama di bypass (spill back) ke inlet partal condenser
FC E-4 untuk mengatur pressure balance reaktor. Outlet gas dari FLRS D-402
o
dengan temperatur 38 C dan tekanan 3,72 kg/cm 2.g kemudian diisap oleh
compressor stage kedua. Discharge compressor stage kedua dengan temperatur
110 o C dan tekanan 15 kg/cm2.g kemudian bergabung dengan aliran-aliran :
overhead menara FLRS T-403
bottom product menara FLRS T-401
wash water dari bottom vessel FLRS D-402
Untuk menyempurnakan pemisahan , maka pada bottom dipasang dua buah reboiler
o
yang dipasang secara seri sehingga diperoleh temperatur outlet reboiler 122 C.
o
Bottom dari menara FLRS T-403 dengan temperatur 122 C dan tekanan 12
kg/cm2g, kemudian diumpankan ke menara Debutanizar FLRS T-102 untuk dipisahkan
antara LPG dan Naptha. Feed sebelum masuk menara debutanizer dipanaskan
terlebih dahulu oleh HE FLRS E-106 sehingga diperoleh temperatur 126 o C.
Untuk kesempurnaan pemisahan maka pada bottom menara Debutanizer
dipasang reboiler FLRS E-107, Sehingga temperatur bottom adalah 173 o C.
Overhead dari menara FLRS T-102 dengan tekanan 11 kg/cm 2 g, dan
temperatur 65 o C kemudian didinginkan dengan partkal condenser FLRS E-
o
108 dan ditampung diaccumulator FLRS D-103 (temperatur 49 C dan
tekanan 10,5 kg/cm 2.g). Gas-gas yang tdak terkondensasi kemudian digunakan
sebagai fuel gas, sedangkan liquid yang terbentuk di accumulator kemudian
ditarik dengan pompa FC P-3 sebagai refluk dan sebagian digunakan untuk
feed Stabilizer LS T-1.
Untuk memperoleh proses distlasi yang sempurna, maka feed tersebut dikontrol
termperaturnya dengan dipanaskan di LS E-1 dan LS E-3B yang dipasang secara
o
seri. Diharapkan temperatur feed masuk menara LS T-1 adalah pada temperatur 78
C, untuk itulah maka dipasang HE LS E-2 yang dipasang secara seri untuk kontrol
temperatur (LP Steam sebagai media pemanas) yang pengoperasiannya
dilaksanakan apabila temperatur tdak tercapai. Kontrol temperatur juga dapat
dilakukan dengan mengontrol aliran feed (by pass feed).
OFF SITE
Feed dan produk dari Unit FCC ditampung dalam beberapa buah tanki
yang dikelompok berdasarkan jenisnya.
Feed FCC secara normal beroperasi dengan modus hot feed yaitu dari VGO
yang langsung dikirim dari Unit HVU-II dan Long Residue yang dikirim dari
Plaju. Namun untuk menjaga kehandalan operasi Unit dapat juga feed diambil
dari cold feed yaitu dari :
- Tanki T – 191, 192 untuk M/HVGO
- Tanki T – 201, 202 untuk Long Residue
Produk FCC Unit secara inter mitten ada yang digunakan sebagai :
a. Recycle yaitu sebagai Mixed Temperature Control yaitu HCO atau Heavy
Naphtha.
b. Sebagai torch oil di Regenerator (LCO)
c. Sebagai pengencer Antmony
Produk gas dialirkan ke header pipa gas burning line sebagai bahan bakar
kilang/refinery fuel.
FCCU
Plant Test 2008
No Stream T/D %
1 Feed
Feed 2,880.5
2 Product
Dry Gas 101.6 3.5
Raw PP 280.8 9.7
LPG 349.4 12.1
Cat. Naphtha 1,511.7 52.5
LCGO 374.3 13.0
HCGO 7.6 0.3
Slurry Oil 165.4 5.7
Coke 89.7 3.1
TOTAL 2,880.5 100.0