Proses Pertamina
Proses Pertamina
Proses Pertamina
Deskripsi Proses
Dalam proses produksinya PT. Pertamina Persero RU III memiliki dua proses utama yaitu primary
procces yang terdiri dari crude distiler (CD) II, III, IV, V, dan VI selain crude distiler unit di primary
procces yaitu ReDistiller I/II. Sedangkan Secondary Procces terdiri dari Polimerisasi, Alkilasi,
Stabilizer C/A/B, SRMGC, BBMGC, BB Distiller. High Vacuum Unit (HVU), Fluidized Cracking
Catalityc Unit (FCCU) dan Stabilizer.
2.2.1 Primary Procces
PT PERTAMINA RU III memiliki 6 Crude Distiller yaitu Crude Distiller (CD) II, III, IV, V, dan
ReDistiller I/II. Proses primer bertujuan untuk memisahkan komponen-komponen minyak mentah
secara fisik dengan cara destilas. Pada awalnya ReDistiller I/II berfungsi untuk mendestilasi kembali
slop oil(minyak tumpahan dan produk yang off spec)serta minyak mentah dengan spesifikasi khusus
seperti kandungan pengotor yang tinggi pada crude oil yang kemudian diubah fungsinya sehingga
menjadi sama seperti Crude Distiller (CD).
Proses yang dilakukan pada CD II, III, IV, V dan ReDistiller I/II disebut proses utama yang bertujuan
untuk memisahkan komponen-komponen minyak mentah secara fisik dengan cara distilasi. Pada
awalnya ReDistiller I/II berfungsi untuk mendistilasi kembali slop oil (minyak tumpahan dan produk
yang off spec) serta minyak mentah dengan spesifikasi khusus, tetapi kemudian diubah fungsinya
sehingga menjadi sama seperti Crude Distiller (CD).
2.2.1.1 Crude Distiller II (CD II)
CD-II memiliki kapasitas 2000 ton/hari dengan tekanan 8,1 kg/cm2. Fungsi CD-II ini adalah untuk
memisahkan fraksi-fraksi tertentu pada minyak mentah. Umpan unit berasal dari Sumatera Light
Crude (SLC) dan Jene Crude. Unit ini terdiri atas 5 kolom fraksionator dan 1 kolom evaporator. Crude
oil dipompakan kedalam preheater untuk pemanasan awal crude oil dipompakan dengan pompa P31/32/33 menuju preheater 6-5/6 dan 6-1/2/3/4 sebagai pemanasan awal. Temperatur crude oil setelah
keluar preheater yaitu 138C kemudian dialirkan ke dalam Furnace 1 untuk menaikan temperatur
menjadi 256C. Crude oil dialirkan ke dalam evaporator 3-1 untuk memisahkan fase gas dan fase cair
dengan tekanan 1,8 kg/cm2 dan temperatur 255C. Fase gas dari evaporator 3-1 masuk ke kolom
destilasi-I sedagkan fase cair dipompakan dengan P-1/2 menuju funace 2 yang bertujuan untuk
meningkatkan temperatur menjadi 344C dan selajutnya masuk ke dalam kolom destilasi-IV.
Pada kolom destilasi-I terjadi proses detilasi bertingkat. Overheat kolom destilasi-I masuk ke kolom
destilasi-V. Side stream kolom destilasi-I masuk ke kolom destilasi-II. Produk bawah kolom destilasiII berupa LKD ( Light Kerosene Destillate ). Produk atas masuk ke reboiler yang bertujuan untuk
menaikkan temparatur menjadi 118C sebelum masuk ke tangki accumulator dan diumpankan
kembali sebagai reflux. Produk bawah kolom destilasi-I ditampung ke side striper (LCT stripper) 2-1
dan diumpankan ke top kolom destilasi-IV.
C. Produk atas kolom destilasi-V berupa fraksi gas kemudian dikondensasikan dan ditampung pada
tangki akumulator 8-8. Pada tangki 8-8 terbagi menjadi 2 aliran, aliran ke atas berupa produk gas feed
SRMGC, aliran kebawah dikembalikan ke kolom destilasi V sebagai reflux dan sebagian keluar
sebagai produk Straight Run (SR)Top. Aliran gas yang tidak terkondensasi dari produk atas kolom
destilasi V berupa gas yang digunakan sebagai feed pada SRMGC dan sebagian lagi dikondensasikan
kembali sehingga menjadi Crude Residual (CR) Butane. Side stream kolom destilasi-V dipompakan
ke kolom destilasi III untuk misahkan naptha. Produk bawah kolom destilasi V dikembalikan ke
kolom destilasi-I sebagai reflux.C dan temperatur bottom kolom yaitu 128Pada kolom destilasi V
terjadi proses pemisahan berdasarkan fraksi gas dan nafhta. Temeperatur top kolom yaitu 114
Pada kolom destilasi IV, Temeperatur bagian atas kolom yaitu 181C dan temperatur bagian bawah
kolom yaitu 250C. Produk atas kolom IV dikondensasi dan dimasukkan ke tangki akumulator 8-6
dan digunakan sebagai reflux. Side stream kolom IV dimasukkan ke LCT Stripper bersama-sama
dengan produk bawah kolom I. sebagian dimasukkan kembali ke kolom IV sebagai reflux dan
sebagian sebagai produk Light Cold Test Gas Oil (LCT), yang merupakan komponen produk solar.
Produk bawah kolom destilasi IV didinginkan dan menghasilkan produk Long Residue sebagai feed
HVU.
2.2.1.2 Crude Distiller III (CD-III)
Umpan masuk CD III berupa campuran Jene Crude Oil, Ramba Crude Oil dan SLC Crude Oil. CDIII memiliki kapasitas 4000 ton/hari. Unit ini terdiri dari tiga kolom distilasi dan satu stabilizer. Crude
oil dipopakan ke dalam preheater 6-2, 6-1, 6-58, E-1008/A/B dan 6-3/4 untuk pemanasan awal, crude
oil dengan temperatur 147C kemudian di alirkan ke dalam stabilizer 1-4 untuk memisahkan gas dan
cairan. Produk atas stabilizer 1-4 berupa fase gas dan produk bawah berupa cairan. Produk atas
stabilizer masuk ke reboiler, sebagian produk atas stabilizer dikembalikan sebagai reflux dan sebagian
lagi berupa Crude Butane dan gas umpan unit SRMGC. Produk bawah stabilizer 1-4 masuk sebagai
umpan kolom destilasi 1-1 dan sebagian lagi sebagai reflux. Reboiling pada stabilizer 1-4 dilakukan
memanfaatkan panas dari Furnace I.
C. Produk atas kolom destilasi 1-1 terjadi proses destilasi bertingkat. Produk atas kolom destilasi 1-1
masuk ke kolom 1-3 sebagai umpan. Side stream kolom destilasi 1-1 masuk ke Side Stripper 2-4 dan
Side Stripper 2-5 untuk dilakukan proses penguapan kembali. Dari Side Stripper sebagian keluar
sebagai produk berupa Naphta III, IV dan sebagian masuk kembali ke kolom 1-1 sebagai reflux.
Produk bawah kolom 1-1 sebagian masuk ke Furnace I untuk meningkatkan temperatur menjadi
365C dan diumpankan kembali ke kolom destilasi 1-1, sebagian lagi produk masuk kedalam
furnace-II untuk proses pemanasan temperatur 311C dan dijadikan umpan kolom destilasi 2-1.C
dan termperatur bagian bawah kolom 273Pada kolom destilasi 1-1, temperatur bagian atas kolom
143
Pada kolom destilasi 3-1, temperatur bagian atas kolom 93C . Produk atas kolom destilasi I-3
dikondensasi pada kondenser 3-2 dan 5-1/2/3/5, dimasukkan ke tangki akumulator 8-3. Dari tangki ini
sebagian dikeluarkan sebagai produk SR Tops, sebagian sebagai gas umpan ke SRMGC dan sebagian
lagi dikembalika ke kolom 1-3.
Pada kolom destilasi 1-2 umpan dari produk bawah kolom destilasi 1-1 yang telah di panaskan dengan
memanfaatkan panas dari furnace II. Produk atas kolom destilasi 1-2 didinginkan dan kemudian
ditampung pada tangki akumulator 8-2. Dari tangki akumulator 8-2 aliran dibagi menjadi dua. Aliran
pertama dikembalikan sebagai reflux dan aliran lainnya sebagai produk LKD. Produk side strea terdiri
dari 3 aliran side stream yang masuk ke dalam striper 2-1, 2-2, 2-3. Pada masing- masing striper
terjadi proses penguapan kembali dan 2 proses kondensasi. keluaran dari striper sebagian berupa
reflux dan sebagian lagi berupa Heavy Kerosene Distillate (HKD), Light Cold Test Gas Oil (LCT)
dan Heavy Cold Test Gas Oil (HCT). Produk bawah kolom I-2 ini menghasilkan long residue yang
dikirim ke High Vacuum Unit (HVU). Reboiling kolom I-2 dilakukan menggunakan Furnace II yang
juga digunakan untuk memanaskan umpan kolom I-2.
2.2.1.3 Crude Distiller (CD) IV
Unit CD IV memiliki sistem pemrosesan produk serta perolehan produk yang sama dengan CD III.
Namun penggunaan umpan di kedua crude distiller ini berbeda. CD IV hanya menggunakan umpan
Ramba Crude Oil dan SLC Crude Oil saja.
2.2.1.4 Crude Distiller V (CD)
Umpan dari unit ini adalah minyak mentah yang berasal dari South Palembang District (SPD) dan
Talang Akar Pendopo (TAP). Umpan pada unit berasal dari 2 aliran. Aliran pertama yaitu aliran atas.
Crude oil dengan laju alir 1200 Ton/hari dialirkan dengan pompa P-27/28 menuju pre-heater 67/8/9/10 dan furnace F2C1 untuk meningkatkan temperatur menjadi 250Cdan masuk ke kolom
destilasi 1-1. Aliran kedua yaitu aliran bawah. Crude oil dengan laju alir 3200 Ton/ hari aliran
dipompakan dengan P-12/13 menjadi dua aliran. Aliran pertama, crude oil dialirkan melewati 5 preheater 6-1/2, 6-3/7A, 6-4,6-8,6-5A/6A untuk proses pemanasan awal. Aliran kedua, crude oil dialirkan
melewati 2 pre-heater untuk prose pemanasan awal. Campuran crude oil dari aliran pertamadan kedua
masuk ke flash colom. Pada flash colom terjaadi proses destilasi kilat. Produk atas flash colom masuk
ke kolom destilasi 1-1, sedangkan produk bawah dipompakan ke furnace 2 untuk meningkatkan
temperatur
menjadi
250C
dan
diumpanan
ke
kolom
destilasi
1-1.
Pada kolom destilasi 1-1 temperatur top kolom 150C dan bottom kolom 243C. Produk bawah kolom
destilasi 1-1 terbagi menjadi dua aliran. Sebagian produk bawah dipompakan ke furnace 3 dengan P3/4A/B. Sebagian side stream masuk side striper untuk proses penguapan kembali. Produk atas
striper dikembalikan ke kolom 1-1 sedangkan produk bawah dikondensasi berupa LKD, dan sebagian
lagi side stream digunakan sebagai reflux. Produk atas diumpankan ke kolom destilasi 1-3.
Pada kolom destilasi 1-3 temperatur top kolom 105C dan bottom kolom 160C. Produk bawah
kolom destilasi berupa naphta IV, sebagian produk bawah digunakan sebagai reflux. Produk atas
berupa fraksi gas yang dikondensasi dengan kondenser 5-5/6/7/8 dan ditampung pada accumulator 81. Fase yang tidak terkondensasi dalam accumulator keluar sebagai produk gas sedangkan fase cair
dalikan ke kolom 1-4 sebagai umpan dan sebagian dialirkan kembali ke kolom destilasi 1-3. Side
stream kolom destilasi 1-3 masuk ke striper untuk proses penguapan kembali. Produk atas berupa fase
gas striper digunakan sebagai reflux dan produk bawah fase cair di kondensasi berupa naphta II.
Pada kolom destilasi 1-2 temperatur top kolom 200C dan bottom kolom 340C. Umpan yang berasal
dari produk bawah kolom 1-1 dengan temperatur 325C masuk ke dalam kolom destilasi 1-2. produk
kolom 1-2 ditampung pada tangki akumulator kolom 8-3 yang berupa produk Heavy Kerosene
Destillate (HKD). Side stream yang keluar terdiri dari 3 aliran. Side stream 1 didinginkan dan
sebagian dikembalikan sebagai Reflux dan sebagian menjadi produk BGO (Bandung Gas Oil) atau
SGO (Special Gas Oil). Side stream 2 yang keluar masuk ke side stripper 2-1 untuk proses
penguapan kembali. Fasa gas direfluks kembali dan fasa cair didinginkan sebagai produk LCT. Side
stream 3 masuk ke side stripper 2-3 untuk proses penguapan kembali. Fasa gas direfluks kembali dan
fasa cair didinginkan sebagai produk HCT. Produk bawah didinginkan dengan 4 HE berupa produk
Long Residue, sebagian masuk ke HVU, sebagian sebagai (Low Sulphuric Waxy Residue) LSWR.
Pada kolom destilasi 1-4 temperatur top kolom 70C dan temperatur bottom kolom 100C. Umpan
kolom destilasi 1-4 berasal dari side strean kolom destilasi 1-3. Produk atas kolom 1-4 dikondensasi.
Produk yang tidak terkondensasi dijadikan produk gas untuk kemudian masuk SRMGC, sedangkan
kondensat sebagian dikembalikan ke kolom 1-4 dan sebagi dijadikan produk SR TOP. Produk bawah
dijadikan produk naptha I.
2.2.1.6 Crude Distiller VI (CD VI)
CD-VI ini digunakan untuk memisahkan fraksi-fraksi minyak bumi yang berasal dari Ramba,
berdasarkan destilasi atmosferik. Kapasitas pengolahan CD-VI ini adalah 15.000 barrel per calendar
day (15MBCD). Crude oil dipompakan dengan pompa P-1A/B/C. Terdapat 3 aliran crude oil. Aliran
pertama, crude oil dialirkan ke Heat Exchanger E-7, E-6. Crude oil digunakan sebagai media
pendingin side stream kolom destilasi T-1 dan produk bawah kolom destilasi T-2, kemudian crude oil
ditampung pada tangki D-2. Aliran kedua, crude oil dialirkan Heat Exchanger E-3 sebagai media
pendingin produk atas kolom destilas Ti-2, kemudian ditampung pada tangki D-2. Aliran ketiga, crude
oil dialirkan ke furnace dan bercampur dengan crude oil dari aliran 1 dan 2 pada tangki D-2. Crude oil
dari tangki D-2 dialirkan melewati Furnace sebagai pemanasan awal sebelum memasuki kolom
destilasi T-1 sebagai umpan.
Pada kolom destilasi T-1, produk bawah yaitu fraksi berat yang berupa long residu. Side stream
masuk ke striper untuk proses penguapan kembali. Produk atas striper digunakan sebagai reflux
sedangkan produk bawah berupa diesel oil yang dikondensasi pada E-6. Produk atas kolom T-1 masuk
ke kolom destilasi T-2 sebagai umpan. Pada kolom destilasi T-2, sebagian produk bawahyang berupa
kerosene dialirkan kembali ke top kolom destilasi T-1dan sebagian lagi dialirkan ke heat exchanger E7 untuk dikondensasi. Produk atas kolom T-2 berupa naphta, kemudian dikondensasi dan ditampung
pada tangki D-4. Sebagian naphta dari tangki D-4 di alirkan kembali ke kolom T-2 sebagai reflux dan
sebagian lagi sebagai produk naphta.
2.2.1.5 Redistiller I/II
ReDistiller I/II awalnya dibangun tahun 1937 (Red-I) dan 1940 (Red-II) dengan kapasitas masingmasing 600 ton/hari untuk mengolah produk off-spec. Kemudian dilakukan modifikasi untuk
mengubah fungsinya untuk mengolah minyak mentah. Kedua kolom ini digabung dimana Red-I
sebagai kolom-1 dan Red-II sebagai kolom 2. Kapasitas pengelolahannya adalah 1435 ton/hari.
Umpan unit ini berasal dari SPD dan SLC. Sedangkan produk beserta perolehan dari Re-Distiller I/II
disajikan pada Tabel 11 berikut.
Tabel
11.
Produk
dan
Perolehan
ReDistiller
I/II
Produk
Yield
(%-wt)
Gas
Naptha
Avtur
Diesel
(ADO)
Long
Residue
1.49
14.99
7.80
14.89
60.83
minyak yang digunakan mengabsorb umpan pada kolom absorber (lean oil).Produk-produk yang
dihasilkan pada unit ini adalah :
a. Refinery gas sebagai bahan bakar furnace
b. Propana liquid sebagai LPG
c. FBB (Butane dan i-C4) sebagai LPG
d. Stab. CR TOPS sebagai LOMC
2.2.2.3 Straight Run Motor Gas Compressor (SRMGC)
SRMGC berfungsi untuk menaikkan tekanan gas yang dihasilkan oleh CD, Stabilizer C/A/B dan
redistiller (idle). Gas bertekanan akan diumpankan ke BB Distiller. Penaikkan tekanan dengan dua
tahap dilakukan untuk mengurangi kebutuhan energi, karena sebagian umpan (C4) dapat mencair
pada tekanan 5 kg/cm2. Proses yang digunakan untuk membuat gas bertekanan adalah kompresi.
SRMGC terdiri dari tiga buah kompresor, tiga buah cooler, buffer tank dan accumulator tank. Umpan
gas masuk ke buffer tank (9-1) dengan tujuan untuk memisahkan komponen cair yang ada dalam gas.
Fasa cair yang terbentuk pada tangki ini akan dipompa. Sedangkan fasa gas akan ditingkatkan
tekanannya dari 0,8 kg/cm2 menjadi 5,5 kg/cm2 menggunakan kompressor C-1/2/3/4. Setelah itu gas
didinginkan dengan menggunakan tiga buah cooler agar temperatur yang masuk ke BBMGC tidak
terlalu tinggi. Gas kemudian dimasukkan ke dalam accu tank (tangki pengumpul). Pada tangki ini fasa
cair terbentuk karena pendinginan dan peningkatan tekanan. Cairan tersebut dikenal sebagai
comprimate dan harus dihilangkan dari fasa gas. Comprimate ini bersama dengan comprimate dari
BBMGC dijadikan umpan BB Distiller. Sedangkan gas yang tidak terkondensasi juga diumpankan ke
BBMGC.
2.2.2.4 Unit Polimerisasi
Sebelum FBB (Fresh Butane-Buthylene) masuk ke unit alkilasi, FBB akan diolah terlebih dahulu di
Unit Polimerisasi. Pada unit ini selain menghasilkan polimer sebagai HOMC (High Octane Mogas
Component) juga dihasilkan gas yang menjadi umpan unit alkilasi. Umpan unit alkilasi diinginkan
mempunyai perbandingan i-C4/C4= sebesar 0,97. Untuk mendapatkan perbandingan sebesar itu, cara
yang terbaik adalah dengan cara polimerisasi. Umpan unit ini adalah alkilat dari Stabilizer 3 pada unit
FCCU dengan kandungan C4= yang tinggi. Umpan terdiri dari C3=, C3, i-C4, n-C4, dan C4=.
Pada unit ini terjadi reaksi polimerisasi dengan katalis P2O5. Reaksi berlangsung pada temperatur
lebih tinggi dari 150 C dan tekanan lebih besar dari 25 kg/cm2. Pada unit ini akan dihasilkan polimer
yang merupakan HOMC dan produk gas yang dihasilkan akan menjadi umpan unit alkilasi.
Unit ini terdiri dari 3 set konverter (reaktor), yang masing-masing set memiliki 3 buah konverter. Pada
kondisi normal yang berjalan adalah 2 set sedangkan 1 set lain dalam kondisi penggantian katalis
sampai siap digunakan. Katalis yang digunakan adalah P2O5. Umur katalis sekitar 3 bulan dengan
penggantian katalis membutuhkan waktu sekitar 2-3 minggu.
Umpan butan-butilen dipanaskan melalui pemanas dan kemudian masuk ke dalam konverter. Reaktor
yang digunakan berjenis shell and tube, dimana pada bagian tube terdapat katalis dan tempat dimana
reaksi terjadi. Pada bagian shell dialirkan oil (minyak) sebagai pengatur kestabilan temperatur reaksi.
Produk polimerisasi yang keluar konverter dimasukkan ke dalam kolom stabilizer (1-1). Produk atas
kolom 1-1 dikondensasi dan ditampung pada tangki penampung (8-1) sebagai produk butan-butilen,
sebagian produk dikembalikan ke kolom 1-1 dan sebagian dikirim ke tangki LPG. Produk bawah
kolom dikirim ke rerun column. Produk atas rerun column dikondensasi dan ditampung pada tangki
penampung untuk kemudian dikirim ke tangki high octane gasoline, sedangkan produk bawahnya
ditampung sebagai produk mogas
2.2.2.5 Unit Alkilasi
Alkilasi merupakan suatu proses reaksi antara senyawa olefin dan isoparafin menggunakan katalis
H2SO4. hasil dari reaksi ini adalah alkilat yang mempunyai berat molekul
yang lebih besar dan bilangan oktannya tinggi. Disamping terjadi reaksi utama berupa alkilasi, dalam
intensitas yang kecil juga terjadi reaksi samping berupa reaksi polimerisasi dan perengkahan. Contoh
reaksi alkilasi adalah reaksi antara butilen dengan isobutan yang dapat dilihat pada persamaan berikut:
Bahan baku unit ini adalah Raw Buthane-Buthylene (RBB) yang merupakan produk bawah dari
Stabillizer 3. Rasio i-C4/C4= yang dijadikan feed adalah 0,97. Untuk mendapatkan rasio yang sesuai
spesifikasi, maka umpan alkilasi diolah terlebih dahulu di Unit Polimerisasi. Raw Buthane-Buthylene
hasil dari unit polimerisasi ditampung di tangki TK-1207/08 dan kemudian dipompakan melewati HE
bersama-sama recyclei-buthane dari bagian bawah depropanizercolumn menuju reactor feed blending
tank (8-8). Kemudian masuk ke reactor time tank (2-1/2/3) bersama-sama aliran bawah tangki dan
diinjeksi dengan asam sulfat 98% menuju puncak tangki. Setelah terjadi sirkulasi, aliran keluar dari
bawah dan didinginkan di chiller (3-1/2/3) dengan suhu antara 0-10 oC dan akhirnya kembali
dimasukkan ke tangki (aliran atasnya) dan aliran bawahnya sebagai produk. Aliran masuk ke reaktor
dari atas dan keluar dari reaktor masuk ke acid separator untuk memisahkan spent acid dan produk
alkilat. Dari acid separator produk dialirkan ke final separator, selanjutnya masuk ke caustic settler (89) untuk menetralisasi spent acid yang terikut. NaOH akan bereaksi dengan asam sulfat membentuk
garam dan air. Campuran ini akan keluar lewat aliran bawah settler, sedangkan produk alkilat keluar
melalui bagian atas settler. Setelah melalui proses proses di atas, produk masih terdiri dari campuran
i-butan yang tidak bereaksi, propan, n-butan dan produk alkilat.
2.2.2.6 Stabilizer C/A/B
Stabilizer C/A/B merupakan unit proses yang berfungsi untuk memisahkan SR Tops yang berasal dari
CD dengan distilasi bertekanan. Unit ini berkapasitas 550 Ton/hari. Produk hasil pengolahan ini
adalah gas, crude buthane, SBPX, dan Diisoheksan Top (DIH Top). Perolehan produk unit ini dapat
dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 12 Perolehan Produk Stabilizer C/A/B
Komponen %-wt
Gas 1,45
Crude buthane 17,27
SBPX 40 40,27
DIH Top 40,36
Loss 0,25
Sumber : Pedoman BPST Angkatan XIV. Penerbit PERTAMINA, Palembang. 2004
Unit ini terdiri dari tiga buah kolom distilasi, yaitu C, A dan B. Diagram alir proses Stabilizer C/A/B
dapat dilihat pada lampiran A. Umpan dari tangki K dibagi menjadi dua aliran. Aliran satu ke kolom C
dan aliran dua ke kolom A. Sebelum masuk kolom kedua aliran ini dipanaskan oleh aliran bawah
masing masing kolom. Produk bawah dari kolom C dan A didinginkan pada HE dan cooler. Aliran
ini merupakan produk DIH Top. Produk atas kolom C dan A masuk ke kondensor lalu ke tangki 8-1
dan 8-6. Gas yang tidak terkondensasi keluar sebagai refinery gas. Sedangkan kondensatnya sebagian
direfluks dan sebagian masuk ke kolom B. Sebelum masuk ke kolom B, umpan dipanaskan terlebih
dahulu dengan memanfaatkan panas dari aliran produk bawah kolom. Produk atas kolom B masuk ke
kondensor lalu ke tangki pengumpul. Gas yang tidak terkondensasi keluar sebagai refinery gas.
Sedangkan kondensatnya sebagian direfluks dan sebagian keluar sebagai crude butane. Produk bawah
kolom B didinginkan pada HE. Sebagian dimasukkan ke dalam kolom A dan sebagian adalah produk
SBPX.
2.2.2.7 High Vacuum Unit (HVU)
HVU mengelolah long residue untuk mendapatkan kembali fraksi fraksi ringan yang terkandung
dalam residue. Fraksinasi dilakukan pada tekanan 70 mmHg absolut. Pemvakuman dilakukan dengan
menggunakan tiga buah steamjet ejector yang disusun secara seri. Distilasi dilakukan pada tekanan
dibawah tekanan kamar. Hal ini akan membuat titik didih dari umpan akan turun, sehingga pemanasan
umpan tidak harus pada suhu yang tinggi. Pemanasan minyak pada suhu tinggi akan menyebabkan
terjadi thermal cracking yang tidak diinginkan.
HVU memiliki kapasitas maksimum sebesar 54.000 BPSD dengan produk-produk yang dihasilkan
dapat dilihat pada Tabel 4.8.
Tabel 13 Perolehan Produk HVU
Produk %-wt
LVGO 22,18
MVGO 20,46
HVGO 18,06
ShortResidue 39,31
Sumber : Pedoman BPST Angkatan XIV. Penerbit PERTAMINA, Palembang. 2004
Long residue yang digunakan berasal dari dua sumber, yaitu hot feed dari long residue CD II-V dan
cold feed dari tangki penyimpanan. Long residue dicampur dalam suatu drum, kemudian umpan
dilewatkan pada preheater dengan media pemanas HVGO dilanjutkan dengan pemanasan seri oleh
MVGO dan Vacuum Residue. Umpan yang keluar dari preheater dimasukkan ke furnace. Keluaran
dari furnace dialirkan ke flash zone pada 400 oC pada tekanan 90 100 mmHg abs. Produk atas
adalah LVGO yang merupakan komponen mogas sedangkan side stream merupakan MVGO dan
HVGO yang merupakan hot feed FCCU. Produk bawah berupa vacuum residue yang merupakan
komponen low sulfur waxes residue (LWSR).
2.2.2.8 Residue Fluid Catalytic Cracking Unit (RFCCU)
RFCCU merupakan unit pengolahan minyak berdasarkan proses perengkahan (cracking)
menggunakan katalis berbahan dasar silika-alumina (zeolit). Diagram alir RFFCU dapat dilihat pada
Gambar B.17. RFCCU di R.U-III mengolah MVGO dan HVGO dari HVU dan long residue dari CD
II-VI. Produk yang dihasilkan unit ini adalah minyak yang lebih ringan dengan bilangan oktan dan
nilai ekonomi yang lebih tinggi.
Produk utama yang dihasilkan adalah:
- Raw Propane-Propylene, sebagai bahan baku polipropilen
- Propan dan butan, sebagai komponen LPG
- Naphtha (HOMC)
Sedangkan produk samping yang dihasilkan adalah:
- Dry gas sebagai refinery fuel gas
- Light Cycle Oil, sebagai thinner dan komponen blending LSWR
- Slurry sebagai komponen utama LSWR
- Coke, yang terdeposit pada katalis
Tujuan utama proses cracking adalah mengkonversi Medium Vacuum Gas Oil dan Heavy Vacuum
Gas Oil (M/HVGO) dari HVU dan minyak berat (long residue) menjadi produk minyak ringan yang
memiliki nilai lebih tinggi.
Produk utama yang dihasilkan keluaran dai RFCCU adalah :
- Raw Propane-Propilen, sebagai bahan baku polypropilen.
- Propane dan Butane, sebagai komponen LPG.
- Naptha (HOMC).
- Selain itu, RFCCU juga menghasilkan produk sampingan, yaitu :
- Dry Gas sebagai refinery fuel gas.
- Light Cycle Oil, sebagai thinner dan komponen blending LSWR.
- Slurry sebagai komponen utama LSWR.
- Coke, yang terdeposit pada katalis.
Deskripsi proses pada unit RFCCU :
1. Feed System
Umpan RFCCU terdiri dari campuran antara VGO dan Long Residue dengan perbandingan 165.000
BPSD VGO dan 4.000 BPSD Long Residue. VGO yang berasal dari HVU dengan temperatur 2200C
dipompakan ke vessel bersama-sama dengan Long Residue dari CD II/III/IV/V Plaju dengan
temperatur 1500C.
Untuk mencapai temperatur yang sesuai untuk feed reactor maka umpan tersebut dipanaskan di
Furnace FC F-2 sehingga mencapai temperatur 3310C. sebelum masuk reactor, umpan diinjeksi
dengan Antimony dengan kecepatan 0,75 2,1 kg/jam untuk mencegah adanya pengaruh metal
content dalam umpan terhadap katalis. Metal Content tersebut dapat menyebabkan deaktivasi katalis.
2. Reaktor dan Regenerator
Umpan dengan kapasitas 120.600 kg/jam dan temperatur 3310C diinjeksikan ke dalam riser
menggunakan 6 buah injector untuk direaksikan dengan katalis dari regenerator pada temperatur 650
7500C. Reaksi terjadi pada seluruh bagian riser dengan temperatur 5200C. untuk memperoleh
sistem fluidisasi dan densitas yang baik, maka riser diinjeksikan dengan MP Steam. Di atas feed
injector dipasang tiga buah MTC Injector Oil (HCO) atau heavy naphha. HCO digunakan untuk
menambah terbentuknya coke pada katalis, sehingga dapat menaikkan temperatur regenerator,
sedangkan heavy naphta diperlukan untuk menaikkan cracking selectivity.
Tiga buah cyclone mempunyai satu stage dipasang pada reactor dengan existing plenum chamber
untuk meminimalkan terbawanya katalis ke kolom fraksionasi. Stripping steam diinjeksikan ke daerah
stripper untuk mengurangi kadar minyak dalam katalis sebelum disirkulasikan ke regenerator. Hasil
cracking yang berupa uap hidrokarbon dialirkan dari reaktor ke main fractionator untuk dipisahkan
fraksi-fraksinya.
Spent catalyst dari reaktor disirkulasikan ke regenerator yang dikontrol oleh Spent Slide Valve (SSV)
untuk diregenerasi. Untuk memperlancar aliran spent catalyst di stand pipe maka dialirkan Control Air
Blower (CAB) dengan laju alir 7.000 kg/jam dengan tekanan 2,49 kg/cm2g.
Regenerasi katalis dilakukan dengan mengoksidasi coke pada katalis dengan udara yang di-supply
oleh Main Air Blower (MAB). Flue Gas hasil pembakaran kemudian masuk ke lima buah cyclone
yang memiliki dua stage untuk memisahkan partikel-partikel katalis yang terbawa. Flue Gas dengan
temperatur 6760C yang keluar dari stack tersebut dimanfaatkan panasnya di Flue Gas Cooler untuk
membangkitkan steam HHP.
Temperatur dilute phase sedikit lebih tinggi daripada temperatur dense, yang disebabkan oleh adanya
reaksi oksidasi CO. dengan adanya kondisi tersebut, maka perlu diperhatikan konsentrasi oksigen
sebagai udara pembakar. Semakin banyak kandungan oksigen atau berkurangnya coke yang terbentuk,
maka akan tercapai kondisi temperatur dilute phase yang tinggi (>7000C) sehingga terjadi kondisi
after burning yang menyebabkan meningkatnya temperatur secara mendadak sehingga dapat merusak
peralatan dan catalyst lost melalui stack.
3. Main Fractionator
Gas hasil cracking dengan temperatur 5200C dialirkan ke bottom kolom primary fractionator (FC
-T1). Produk bawah dari primary fractionator yang berupa slurry oil ditarik dengan pompa FC P-4
menuju ke HE FC E-2 untuk memanaskan umpan. Produk atas (overhead vapour) dari primary
fractionator ditransfer ke bottom kolom secondary fractionator FC T-20.
Produk bawah secondary fractionator yang berupa (Light Crude Oil) LCO dibagi menjadi dua alian
yaitu internal reflux dan sebagai umpan pada kolom stripper FC T-2. Internal reflux dikembalikan ke
kolom primary absorber yang dikontrol oleh LIC 2005. Tujuh side stream dari kolom secondary
fractionator digunakan sebagai reflux dan Total Pump Around (TPA). Reflux dikemballikan ke
secondary fractionator yang dikontrol oleh level control LIC 2006. Sedangkan TPA dipompakan ke
Sponge Absorber FLRS T-402 sebagai Lean Oil yang sebelumnya didinginkan oleh HE FLRS E-405.
Aliran TPA dikontrol oleh FIC 2003, sedangkan temperatur dikontrol oleh TIC 2004 dengan
mengoperasikan Air Fan Cooler FC E-21 (Top Pump Around Cooler). TPA kemudian dikembalikan
ke puncak kolom secondary fractionator setelah dicampur dengan rich oil dari Sponge Absorber.
Overhead vapour dari kolom secondary fractionator yang berupa gas dan gasoline dikondensasikan
dengan partial condenser setelah dicampur dengan wash water. Condensed liquid dan vapour
kemudian ditampung dalam drum FC D-20.
Setelah dipisahkan dari kandungan air, condensed liquid dan vapour tersebut ditampung dalam
distillate drum FC D-7. Setelah dipisakan airnya, maka condensed liquid (unstabilized gasoline)
ditarik dengan pompa dan dipisahkan menjadi dua aliran, yaitu sebagai overhead reflux dan gasoline
produk yang kemudian dikirim ke Primary Absorber FLRS T-401. Overhead reflux dikontrol oleh
temperatur kontrol TIC-3 pada puncak Secondary Fractionator.
Low pressure vapour (wet gas) dari distillate drum FC D-7 ditransfer ke Wet Gas Compressor FLRS
C-101 dan akan dipisahkan kondensatnya di vessel compression suction drum FLRS D-401. Tekanan
Main Fractionator dikontrol oleh PIC-1 yang dipasang pada Wet Gas Line.
4. Light End Unit
Flue gas yang berasal dari FLRS D-401 dihisap dengan Wet Gas Compressor C-101 dan dimasukkan
ke vessel interstage receiver (FLRS D-402). Sebagian gas keluaran compressor stage I disalurkan ke
inlet partial condenser FC E-4 untuk mengatur press balance reactor. Outlet gas dari FLRS D-402
dengan temperatur 380C dan tekanan 3,72 kg/cm2g dihisap oleh comressor stage II dengan
temperatur 1100C dan tekanan 15 kg/cm2g kemudian bergabungn dengan aliran-aliran :
- Overhead kolom stripper FLRS T-403
- Bottom product kolom Primary Absorber FLRS T-401
- Wash water dari bottom vessel FLRS D-402.
Gabungan keempat aliran tersebut dengan temperatur 720C sebelum masuk ke high vessel pressure
receiver FLRS D-404 didinginkan terlebih dahulu dengan Air Fan Cooler FLRS E-401 (temperatur
outlet 560C) dan cooler FLRS E-402 hingga diperoleh temperatur akhir 380C.
Gas dari vessel FLRS D-404 dengan temperatur 380C dan tekanan 14,7 kg/cm2g, diumpankan ke
kolom Primary Absorber FLRS T-401 dengan menggunakan Naphta dari distillate drum FC D-7
sebagai absorber. Gas dari overhead kolom Primary Absorber FLRS T-401 selanjutnya dimasukkan ke
Sponge Absorber FLRS T-402. Sebagai absorber digunakan Lean Oil (dari Secondary Fractionator).
Liquid dari vessel FLRS D-404 dialirkan dengan pompa menuju ke kolom stripper FLRS T-403.
Sebelum masuk kolom fluida tersebut dipanaskan terlebih dahulu di HE FLRS E-406 hingga
temperaturnya menjadi 610C. Bottom dari kolom stripper FLRS T-403 dengan temperatur 1220C dan
tekanan 12 kg/cm2g, diumpankan ke kolom Debutanizer FLRS T-102 untuk dipisahkan antara LPG
dan Naphta. Umpan tersebut masuk ke kolom Debutanizer dipanaskan dulu oleh HE FLRS E-106
hingga temperatur 1260C. untuk kesempurnaan pemisahan maka pada bottom kolom debutanizer
dipasang
reboiler
FLRS
E-107
sehingga
temperatur
bottom
adalah
1730C.
Overhead dari kolom Debutanizer FLRS T-102 dengan tekanan 11 kg/cm2g dan temperatur 650C
didinginkan dengan kondenser parsial FLRS E-108 dan ditampung di akumulator FLRS D-103.
Fluida dari akumulator tersebut sebagian digunakan sebagai reflux, sebagian lainnya didinginkan lagi
dan dialirkan ke stabilizer feed drum LS D-1.
Bottom dari stabilizer feed drum LS D-1 diumpankan ke kolom Stabilizer LS T-1 dengan temperatur
780C. Overhead product dari kolom Stabilizer LS T-1 didinginkan dalam kondenser parsial LS E-4
dan ditampung di akumulator LS D-2 dengan kondisi tekanan 19,6 kg/cm2g dan temperatur 520C.
Gas yang tidak terkondensasi kemudian digunakan sebagai fuel gas, sedangkan liquid yang terbentuk
(propane-propylene) digunakan sebagai reflux dan sebagai umpan untuk unit polypropylene Plaju.
Bottom product dari kolom Stabilizer LS T-1 yaitu C4 akan di-treating lebih lanjut.
Untuk mempertajam pemisahan, bottom dari LS-T-1 ditarik dengan pompa LS-P-2 AB dimasukkan ke
reboiler LS-E-6 untuk memperoleh pemanasan, agar fraksi propane propylene dapat naik puncak
menara. Sebagian aliran dari bottom menara adalah fraksi LPG (C4 dan derivatnya) setelah
didinginkan di cooler LS-E-5 AB dialirkan ke mericham LPG treater untuk dicuci dengan caustic soda
agar senyawa belerang dalam LPG dapat dihilangkan/diturunkan.
2.2.3 Unit Produksi PolyPropylene
Unit PP di PERTAMINA RU-III Plaju mengolah RPP menjadi biji plastik dengan kapasitas produksi
biji plastik/politam (pellets) sebesar 45.200 ton/tahun. Biji Plastik/politam (pellet) yang dihasilkan di
PERTAMINA dibagi menjadi lima jenis sesuai dengan sifat fisiknya yaitu melt flow rate (MFR) dan
fungsinya, yaitu:
- Injection
Molding
grade
(PI),
kapasitas
5,7
ton/jam
- Film
grade
(PF),
kapasitas
5,7
ton/jam
- Tape
atau
Yarn
grade
(PY),
kapasitas
5,7
ton/j
- Blow
molding
grade,
kapasitas
4,5
ton/jam
2.2.3.1 Deskripsi Proses Unit Polipropilen
Bahan baku PolyPropylene (PP) adalah raw propane-propylene (RPP) yang dihasilkan dari
pengolahan minyak mentah di crude distiller and gas plant (CD&GP) dan crude destiller and light end
(CD&L). Minyak mentah didestilasi dalam Crude Distiller Unit (CDU) di CD&GP. Fraksi berat CDU
adalah residu yang kemudian diumpankan ke dalam HVU di CD&L. Produk bawah HVU direngkah
secara katalitik dalam FCCU di CD&L sehingga menghasilkan beberapa produk, salah satunya adalah
RPP.
RPP yang dihasilkan dari FCCU mengandung komposisi 74% propylene, 17% propane, dan sisanya
adalah pengotor yang berupa CO, CO2, H2S, merkaptan, dan air. RPP diumpankan ke dalam unit
purifikasi dengan laju alir 9 ton/jam. Unit purifikasi terdiri atas:
- Ekstraktor
Deethanol
Amine
(DEA)
untuk
menghilangkan
CO
dan
H2S.
- Ekstraktor
yang
berisi
NaOH
untuk
menghilangkan
CO2.
- Dryer
untuk
menghilangkan
kandungan
air
hingga
kurang
dari
7
ppm.
- Destilasi, sehingga menghasilkan Propane sebagai produk bawah yang diumpankan kembali ke
CD&L, dan propylene sebagai produk atas dengan kemurnian 99,6%. Propylene ini kemudian
diumpankan ke unit polimerisasi dengan laju alir 6 ton/jam.
Unit polimerisasi terdiri dari impurities removal unit, reaktor, dan dryer. Di dalam impurities removal
unit terdapat stripper untuk menghilangkan metana dan etana, dehidrator untuk menghilangkan kadar
air hingga kurang dari 1 ppm, COS adsorber, dan arsine adsorber. Dari arsine adsorber, propylene
yang telah bersih dari pengotor dipolimerisasi di dalam reaktor.
Ada dua reaktor yang digunakan, yaitu primary reactor yang merupakan reaktor fasa cair dengan
tekanan 32 kg/cm2 gauge dan temperatur 70oC, dan secondary reactor yang merupakan reaktor fasa
gas dengan tekanan 18 kg/cm2 gauge dan temperatur 80oC. Reaksi polimerisasi ini berlangsung
dengan bantuan katalis, yaitu TiCl3 yang merupakan main catalyst (MC), katalis AT berbahan dasar
alumunium yang berfungsi sebagai pendukung katalis, dan katalis OF yang berfungsi untuk
menyesuaikan isotactic index pada polimer yang akan dihasilkan. Ketiga katalis berbentuk serbuk,
sehingga dibutuhkan pelarut heksana untuk mempermudah reaksi. Bahan lain yang digunakan dalam
reaksi polimerisasi adalah hydrogen untuk memecahkan ikatan rangkap, dan mengatur MFR.
Katalis MC dan OF dilarutkan dengan heksana, kemudian diumpankan bersama hidrogen dan
propilen cair ke dalam primary reactor. Setelah itu diumpankan pula katalis AT ke dalam reaktor. Laju
alir propilen yang diumpankan harus tinggi agar kecepatan reaksi berjalan lebih cepat dibandingkan
laju polimerisasi untuk mencegah terjadinya penggumpalan. Pengadukan dilakukan selama reaksi
berlangsung. Produk reaktor adalah slurry dan gas hidrogen. Slurry yang terbentuk dimasukkan ke
fine separator. Fungsi fine separator adalah untuk memisahkan slurry dari gas hidrogen yang terbawa.
Gas hidrogen tersebut dimasukkan kembali ke dalam primary reactor. Gas hidrogen keluaran primary
reactor diumpankan ke bagian atas secondary reactor, yang kemudian dikeluarkan untuk dipompakan
ke bagian bawah secondary reactor setelah dilewatkan pada kompresor. Slurry yang berasal dari fine
partikel separator masuk ke bagian bawah secondary reactor, dan akan terfluidisasi dengan bantuan
pengadukan dan udara bertekanan yang masuk dari bagian bawah reaktor. Hasil reaksi berupa bubuk
yang kemudian dimasukkan ke dalam kondensor drum. Gas yang tidak terkondensasi diumpankan
lagi ke dalam secondary reactor, sedangkan bubuk PP yang masih mengandung heksana dikeringkan
dalam dryer.
Bubuk PP dengan laju alir 6 ton/jam dimasukkan bersama aditif seperti pewarna, dan anti koagulan
ke dalam extruder yang berputar dengan kecepatan 1000 rpm. Dengan putaran dan pemanasan, maka
terbentuklah resin yang langsung dipotong dengan standar ukuran tertentu begitu keluar dari ujung
ekstruder. Setelah pemotongan, resin PP dikontakkan dengan air sehingga membeku, dan terbentuklah
biji plastik. Biji plastik tersebut dimasukkan ke dalam screener untuk memastikan ukuran biji plastik
sesuai dengan product specification. Biji plastik tadi ditransportasikan dengan batuan N2 yang berasal
dari plant tersendiri di unit PP, ke dalam silo sebelum dilakukan pengepakan. Setiap kantong
pengepakan berisi 25 kg PP.