Bab 2
Bab 2
Bab 2
PROSES PRODUKSI
2. Secondary Process
300
CDU pada Kilang PT. Pertamina RU II Dumai ini dirancang untuk mengolah
minyak mentah (crude oil) dari Minas dan Duri yang dikirim melalui sumur-
sumur PT. Chevron Pacific Indonesia melalui system perpipaan. Hingga saat
sekarang ini CDU sudah beroperasi dengan kapasitas 130.000 barrel per hari.
Produk akhir yang dihasilkan berupa Gas, Naphta, Kerosene, Light Gas Oil
(LGO), Heavy Gas Oil (HGO) dan Low Sulphur Wax Residue (LSWR).
Kandungan air di tiap tangki crude berbeda. Oleh karena itu, panel selalu
memonitor crude oil yang digunakan dari tangki mana (tarik full atau tarik
gandeng dari dua tangki) dan kandungan airnya. Jika kandungan air dari crude oil
yang digunakan terlalu tinggi (diharapkan kurang dari 0,5%-vol), maka tindakan
yang diambil adalah dengan mengurangi jumlah intake feed agar tekanan di
exchanger tidak melonjak dan beban dari furnace tidak meningkat. Namun,
dengan turunnya intake crude, maka akan mengurangi produk dan feed untuk unit
lain. Oleh karena itu, tindakan ini perlu dikoordinasikan dengan unit lain.
Di 100-H-1, crude oil dari exchanger masuk dalam 8 pass yang alirannya
dikontrol oleh FC-102 s.d FC-109. Saat ini, posisi kontrol aliran crude inlet 100-
H-1 dibuat manual dengan bukaan yang disesuaikan agar flow (laju alir) bisa
balance (seimbang). Hal ini dilakukan demi kemudahan dan kestabilan operasi.
Crude dinaikkan temperaturnya sampai 330oC agar pemisahan di 100-T-1
berlangsung dengan baik.
Trip sistem di 100-H-1 menerima sinyal dari pass 1 (FC-102), pass 3 (FC-
104), pass 5 (FC-106) dan pass 7 (FC-108). Tiga dari empat pass ini terindikasi
too low flow, maka selenoid akan jatuh dan heater akan trip untuk mencegah
terjadinya kerusakan pada tube. Jika hanya satu atau dua yang terindikasi low
flow, alarm akan berbunyi dan segera dilakukan tindakan untuk mengatur bukaan
control valve crude inlet. Jika aliran belum tercapai, dapat dibantu dengan bukaan
valve bypass.
Fraksi kerosene, LGO dan HGO dari 100-T-1 masuk ke stripper 100-T-2
A/B/C untuk dimurnikan dari fraksi-fraksi ringan yang terikut. Stripping
dilakukan dengan menggunakan steam. Kemudian dialirkan ke preheater untuk
didinginkan dan dialirkan ke tangki penyimpanan. Residu sebagai produk bottom
dan sebagian dialirkan ke 100-H-2 oleh 100-P-9 untuk di reboil dan dikembalikan
ke kolom 100-T-1 untuk menjaga temperatur pemisahan di flash zone dan
memperbanyak kontak uap-cair agar pemisahan lebih tajam. Sisa residu
dipompakan oleh 100-P-6 A/B untuk diolah di Heavy Vacuum Unit (HVU) dan
sebagian disimpan di tangki.
Pada unit ini dilakukan pemisahan fraksi ringan dari straight run naphta
pada topping unit menjadi light naphta dan heavy naphta serta gas untuk bahan
bakar kilang (feed gas). Light naphta tersebut disebut juga dengan istilah Low
Octane Mogas Component (LOMC) yang tidak mengandung olefin atau banyak
mengandung parafin. Light naphta yang dihasilkan digunakan sebagai blending
component premium dengan jarak titik didih 30-80oC, sedangkan heavy naphta
digunakan sebagai umpan Hydrobon Platforming Unit dengan jarak titik didih 80-
160oC. Prinsip dasar proses ini sama dengan Topping Unit yaitu pemisahan
berdasarkan titik didih.
2. Off gas yang digunakan sebagai fuel gas atau dibuang ke flare.
Nafta dari tangki ditarik dengan pompa NR P-1 dan dialirkan ke heat
exchanger (HE) ke tower T-1. Bottom product dipompa dengan pompa P-2
kembali ke HE yang semula berfungsi untuk memanfaatkan panas, kemudian
dilanjutkan ke cooler dan diperoleh hasil yaitu heavy naphta.
Berikut adalah diagram alir proses dari naphta rerun unit pada kilang
Pertamina RU II Dumai, yaitu sebagai berikut :
Heavy Naphta yang dihasilkan Naphta Rerun Unit masuk sebagai umpan
dalam Platforming I (PL-I). Unit ini terdiri dari 2 bagian, yaitu Hydrobon dan
Platforming. Hydrobon berfungsi untuk memurnikan Heavy Naphta dari NRU
dengan cara hidrogenisasi dengan katalis Haldoer Topsoe TK-527 untuk
menghilangkan kontaminan seperti senyawa-senyawa olefin dan logam-logam
lain yang dapat meracuni katalis. Platforming bertujuan untuk mengubah nafta
oktan rendah menjadi nafta oktan tinggi melalui penataan ulang struktur molekul
hidrokarbon menggunakan panas dan katalis. Proses dalam subunit ini
berlangsung pada reaktor bertekanan 28-30 atm dengan temperatur ± 487oC.
Kapasitas pengolahan Hydrobon sebesar 6,2 MBSD. Hydrobon Platforming Unit
ini memproduksi LPG dan reformat.
Umpan yang diolah unit ini berupa heavy naphta yang berasal dari NRU.
Produk yang dihasilkan diantaranya: off gas yang digunakan untuk fuel gas dan
sisanya dibuang ke flare, gas H2 dengan kemurnian 75% yang digunakan sebagai
recycle gas dalam proses, LPG (Liquified Petroleum Gas) yang dikirim ke LPG
Recovery Unit, dan yang utama berupa reformate (ON:93) sebagai komponen
campuran premium.
Berikut dibawah ini adalah diagram alir untuk proses pada hydrobon
platforming unit (PL-I) pada RU II Dumai.
NHDT mengolah umpan berupa nafta yang berasal baik dari CDU, DCU
maupun HCU dengan kapasitas pengolahan sebesar 10,1 MBSD. Produk yang
dihasilkan unit ini adalah :
Naphta berupa umpan cair yang dipompakan dari feed surge drum yang
dicampur dengan gas kaya hidrogen dan melalui Combined Feed Reactor Effluent
Exchanger dimana umpan menerima panas dari reaktor effluent mengalami
pendinginan. Kemudian umpan berupa gas dipanaskan lagi di Charge Heater
hingga mencapai temperatur reaksi.
Naphta dari tangki diatur berdasarkan level yang terbaca oleh LC-7 pada
200-V-4 Feed Surge Drum. Jika level belum mencapai set point (65%), maka
ditambahkan naphta dari tangki (TK-05). Level ini dijaga agar operasi di NHDT
stabil dan menjaga NPSH pompa 200-P-1 A/B. Crack naphta dari Coker memiliki
kandungan impurities dan olefin yang tinggi dibandingkan naphta dari unibon.
Oleh karena itu, jumlahnya dibatasi sekitar 30% dari komposisi umpan NHDT.
Pada rentang bukaan control 0-50 %, valve A berada pada posisi open
sedangkan valve B akan berada pada posisi close.
Pada rentang bukaan control 50-100 %, valve A akan berada pada
posisi tertutup sedangkan valve B berada pada posisi open.
Jika pompa 200-P-1 A/B trip dan gagal untuk over pompa, maka feed
NHDT ditarik dari TK-06 yang dipompakan oleh 200-P-8. Pada kondisi itu unit
NHDT dan PL-II berada pada minimum capacity. Naphta dari TK-06 merupakan
treated naphta produk NHDT yang diisikan sebagian ke TK-06 selama operasi
normal sampai pada level tertentu (90%) untuk keperluan startup dan emergency.