Bab 2

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 14

BAB III

PROSES PRODUKSI

Berdasarkan jenis bahan baku serta proses yang terjadi di dalamnya,


proses pengolahan umpan berupa minyak mentah yang masuk ke kilang PT.
Pertamina RU II Dumai terbagi ke dalam tiga area proses. Ketiga area proses
tersebut adalah :

1. Proses I : HSC (Hydro Skimming Complex)

2. Proses II : HCC (Hydro Cracking Complex)

3. Proses III : HOC (Heavy Oil Complex)

3.1 Proses HSC (Hydro Skimming Complex)

Hydro Skimming Complex (HSC) meliputi kilang lama (existing plant)


dan kilang baru (new plant). HSC ini terdiri dari pengolahan tingkat pertama
(primary process) dan pengolahan tingkat kedua (secondary process). Pada
pengolahan tingkat pertama fraksi – fraksi minyak bumi dipisahkan secara fisika
kemudian pengolahan tingkat kedua dilakukan untuk menyempurnakan produk
dari pengolahan tingkat pertama. Unit – unit yang terdapat dalam HSC meliputi :

1. Primary Process Unit

a. Crude Distillation Unit (CDU) / Topping Unit / Unit 100

b. Naphta Rerun Unit (NRU) / Unit 102

c. Hydrobon Platforming (PL-I) / Unit 301

2. Secondary Process

a. Naphta Hydrotreating Unit (NHDT) / Unit 200

b. Platforming II (PL-II) / Continuous Catalyst Regeneration (CCR) / Unit

300

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PERTAMINA RU II Dumai 1


Dandy Rebinter Tampubolon (NIM. 160401089)
3.1.1 Crude Distillation Unit (CDU) / Topping Unit / Unit 100

Unit ini berfungsi memisahkan minyak mentah (crude oil) berdasarkan


fraksi-fraksinya dengan bergantung dari perbedaan titik didih masing-masing pada
tekanan 1 atm. Proses pemisahan yang digunakan berupa distilasi atmosferik
dengan temperatur aliran masuk kolom distilasi sebesar 330oC. Fraksi-fraksi yang
dihasilkan sebagian diambil sebagai produk akhir dan sebagian lagi harus diolah
lebih lanjut untuk meningkatkan nilai ekonomisnya.

Kapasitas pengolahan unit CDU di kilang PT. Pertamina (Persero) RU II


Dumai hingga saat ini adalah sebesar 127 MBSD, dengan kapasitas total pada
perancangan sebesar 130 MBSD. Umpan minyak mentah yang diolah oleh kilang
Pertamina Dumai berasal dari Sumatera Light Crude (SLC) dan Duri Crude (DC)
serta Mudi Crude (MC) dengan perbandingan 85% dan 15% volume. Sementara
kilang yang berada di Sungai Pakning mengolah umpan minyak mentah sebanyak
50 MBSD dengan komposisi umpan 90% volume Duri Crude Oil dan sisanya
minyak dari sumber lain (mixing oil).

Minyak mentah dapat dipisahkan dengan proses distilasi untuk


menghasilkan berbagai fraksi yang memiliki berbagai rentang pendidihan.
Distilasi pada tekanan atmosfer ini menghasilkan fraksi-fraksi minyak bumi yang
dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.1 Karakteristik Produk Distilasi Atmosferik Minyak Bumi

NO Produk Titik Didih (oC)


1. Gas dan LPG <30
2. Naphta 40-150
3. Kerosene 150-250
4. Light Gas Oil (LGO) 250-300
5. Heavy Gas Oil (HGO) 300-350
6. Low Sulfur Waxy Residu (LSWR) >350
Sumber : Pertamina (2014)

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PERTAMINA RU II Dumai 2


Dandy Rebinter Tampubolon (NIM. 160401089)
Produk yang dihasilkan dari unit CDU adalah :

 Gas untuk fuel gas system dan sisanya di bakar di flare.


 Straight Run Naphta, produk yang diolah lebih lanjut di NRU dan
NHDT.
 Kerosene sebagai finishing product atau produk jadi yang langsung
dialirkan ke tangki penyimpanan.
 Light Gas Oil (LGO), sebagai komponen blending Automotive Diesel
Oil (ADO).
 Heavy Gas Oil (HGO), sebagai komponen blending untuk Automotive
Diesel Oil (ADO).
 Long Residue, sebagian besar menjadi umpan di unit HVU dengan
proses distilasi vakum dan sebagian lagi sebagai produk Low Sulphur
Wax Residue (LSWR).

Fraksi-fraksi crude oil yang dihasilkan antara lain :

 Gas 0,5% volume on feed sebagai bahan bakar kilang.


 Straight Run Naphta 7,75 % volume on feed diolah lebih lanjut di
NRU.
 Kerosene 15,7% volume on feed merupakan produk jadi light gas oil
(LGO) 9% volume on feed sebagai komponen kerosene dan
automotive diesel oil (ADO).
 Heavy Gas Oil (HGO), komponen ADO 11,05% volume on feed.
 Long Residue 56% volume on feed sebagai bahan bakar kilang.
 Kapasitas desain pengolahan unit ini sebesar 100.000 BBL/hari.

CDU pada Kilang PT. Pertamina RU II Dumai ini dirancang untuk mengolah
minyak mentah (crude oil) dari Minas dan Duri yang dikirim melalui sumur-
sumur PT. Chevron Pacific Indonesia melalui system perpipaan. Hingga saat
sekarang ini CDU sudah beroperasi dengan kapasitas 130.000 barrel per hari.
Produk akhir yang dihasilkan berupa Gas, Naphta, Kerosene, Light Gas Oil
(LGO), Heavy Gas Oil (HGO) dan Low Sulphur Wax Residue (LSWR).

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PERTAMINA RU II Dumai 3


Dandy Rebinter Tampubolon (NIM. 160401089)
Berikut adalah diagram alir proses CDU (Crude Distillation Unit) di RU II
Dumai.

Gambar 3.1 Diagram Alir Proses Crude Distillation Unit RU II Dumai

Proses pengolahan dalam CDU diawali dengan mengalirkan minyak


mentah (feed) dari tangki penyimpanan TK-101 hingga TK-106 menuju pre-
heaterbox furnace (H-1) untuk pemanasan hingga 215oC sebelum dialirkan ke
menara distilasi (T-1). Crude oil yang akan diolah di CDU dipompakan oleh
pompa 100-P-1 A/B/C dari tangki penyimpanan. Crude oil dialirkan ke dalam
serangkaian heat exchanger (100-E-1 s.d 7) untuk dipanaskan oleh aliran produk.
Fungsi preheater adalah :

1. Meringankan beban heater 100-H-1 dalam memanaskan crude sampai


ke temperatur pemisahan yang diinginkan.
2. Mengurangi kebutuhan utilities untuk mendinginkan produk ke tangki.

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PERTAMINA RU II Dumai 4


Dandy Rebinter Tampubolon (NIM. 160401089)
Untuk pengaturan pemanasan, bisa dilakukan dengan mengatur laju alir
media pemanas dari panel dengan mengatur laju alir media pemanas kerosin,
LGO dan HGO produk. Jika terjadi kenaikan aliran crude oil, maka jumlah media
pemanas yang digunakan bisa ditambah untuk mencapai temperatur outlet
exchanger ke 100-H-1 yang sama. Temperatur outlet exchanger dimonitor untuk
mengetahui tingkat kinerja exchanger. Jika temperatur yang dapat dicapai
menurun, maka ada indikasi HE mulai kotor oleh fouling dan harus dilakukan
pembersihan atau bisa disebut dengan cleaning.

Indikator lain yang selalu dimonitor adalah tekanan outlet exchanger.


Indikator ini berfungsi sebagai pengaman exchanger dan heater 100-H-1 dari
overpressure akibat tingginya kandungan air dalam crude oil. Selama pemanasan
di exchanger, air yang terkandung dalam crude akan menguap dan berekspansi
sehingga menaikkan tekanan. Nilai tekanan diharapkan tidak lebih dari 17 kg/cm2.
Di lapangan, untuk melindungi HE dari overpressure, line outlet crude oil pada
HE dilengkapi dengan Pressure Savety Valve (PSV).

Kandungan air di tiap tangki crude berbeda. Oleh karena itu, panel selalu
memonitor crude oil yang digunakan dari tangki mana (tarik full atau tarik
gandeng dari dua tangki) dan kandungan airnya. Jika kandungan air dari crude oil
yang digunakan terlalu tinggi (diharapkan kurang dari 0,5%-vol), maka tindakan
yang diambil adalah dengan mengurangi jumlah intake feed agar tekanan di
exchanger tidak melonjak dan beban dari furnace tidak meningkat. Namun,
dengan turunnya intake crude, maka akan mengurangi produk dan feed untuk unit
lain. Oleh karena itu, tindakan ini perlu dikoordinasikan dengan unit lain.

Di 100-H-1, crude oil dari exchanger masuk dalam 8 pass yang alirannya
dikontrol oleh FC-102 s.d FC-109. Saat ini, posisi kontrol aliran crude inlet 100-
H-1 dibuat manual dengan bukaan yang disesuaikan agar flow (laju alir) bisa
balance (seimbang). Hal ini dilakukan demi kemudahan dan kestabilan operasi.
Crude dinaikkan temperaturnya sampai 330oC agar pemisahan di 100-T-1
berlangsung dengan baik.

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PERTAMINA RU II Dumai 5


Dandy Rebinter Tampubolon (NIM. 160401089)
Control fuel yang digunakan pada 100-H-1 saat ini adalah control fuel oil.
Jumlah fuel oil dikendalikan dari tekanannya, sehingga jika bukaan control valve
terlalu besar dapat menyebabkan tekanan fuel oil turun dan dapat mempengaruhi
bentuk flame pada burner. Diharapkan, tekanan fuel oil memiliki nilai antara 2-4
kg/cm2 agar bentuk flame bagus dan tidak menyentuh tube. Oleh karena itu, untuk
pengaturan fuel oil biasanya dikombinasikan dengan pengaturan bukaan valve fuel
oil di lapangan. Kenaikan fuel oil juga diiringi dengan penambahan atomizing
steam.

Trip sistem di 100-H-1 menerima sinyal dari pass 1 (FC-102), pass 3 (FC-
104), pass 5 (FC-106) dan pass 7 (FC-108). Tiga dari empat pass ini terindikasi
too low flow, maka selenoid akan jatuh dan heater akan trip untuk mencegah
terjadinya kerusakan pada tube. Jika hanya satu atau dua yang terindikasi low
flow, alarm akan berbunyi dan segera dilakukan tindakan untuk mengatur bukaan
control valve crude inlet. Jika aliran belum tercapai, dapat dibantu dengan bukaan
valve bypass.

Kemudian, crude yang telah dipanaskan masuk ke 100-T-1 untuk


difraksinasi menjadi beberapa fraksi berdasarkan perbedaan rentang titik didihnya.
Proses fraksinasi dilakukan pada tekanan atmosferik dan temperatur sekitar
330oC. Fraksi crude oil yang diperoleh antara lain overhead gas yang nanti
dipisahkan menjadi off gas dan naphta, kerosene, light gas oil (LGO), heavy gas
oil (HGO) dan residu sebagai produk bawah atau bottom. Pemisahan di 100-T-1
juga dibantu dengan menggunakan stripping steam untuk menurunkan tekanan
parsial fraksi ringan sehingga lebih mudah menguap. Kolom 100-T-1 juga
dilengkapi dengan pumparound reflux untuk menjaga temperatur pemisahan di
side draw.

Aliran overhead gas didinginkan oleh kondensor 100-E-8 dengan media


air laut sehingga menjadi aliran dua fasa dan kemudian ditampung di 100-D-1.
Fasa cair adalah naphta yang dipompakan oleh 100-P-2 A/B sebagian ke tangki
dan sebagian lagi kembali ke kolom sebagai refluks yang berfungsi untuk menjaga
temperatur top column 100-T-1. Fasa gas dialirkan ke Suction Joy Compressor

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PERTAMINA RU II Dumai 6


Dandy Rebinter Tampubolon (NIM. 160401089)
100-C-1 A/B untuk kemudian dialirkan ke fuel gas system dan sejumlah kecil
dibuang ke flare untuk menjaga tekanan kolom 100-T-1.

Fraksi kerosene, LGO dan HGO dari 100-T-1 masuk ke stripper 100-T-2
A/B/C untuk dimurnikan dari fraksi-fraksi ringan yang terikut. Stripping
dilakukan dengan menggunakan steam. Kemudian dialirkan ke preheater untuk
didinginkan dan dialirkan ke tangki penyimpanan. Residu sebagai produk bottom
dan sebagian dialirkan ke 100-H-2 oleh 100-P-9 untuk di reboil dan dikembalikan
ke kolom 100-T-1 untuk menjaga temperatur pemisahan di flash zone dan
memperbanyak kontak uap-cair agar pemisahan lebih tajam. Sisa residu
dipompakan oleh 100-P-6 A/B untuk diolah di Heavy Vacuum Unit (HVU) dan
sebagian disimpan di tangki.

3.1.2 Naphta Rerun Unit (NRU) – Unit 102

Pada unit ini dilakukan pemisahan fraksi ringan dari straight run naphta
pada topping unit menjadi light naphta dan heavy naphta serta gas untuk bahan
bakar kilang (feed gas). Light naphta tersebut disebut juga dengan istilah Low
Octane Mogas Component (LOMC) yang tidak mengandung olefin atau banyak
mengandung parafin. Light naphta yang dihasilkan digunakan sebagai blending
component premium dengan jarak titik didih 30-80oC, sedangkan heavy naphta
digunakan sebagai umpan Hydrobon Platforming Unit dengan jarak titik didih 80-
160oC. Prinsip dasar proses ini sama dengan Topping Unit yaitu pemisahan
berdasarkan titik didih.

Naphta Rerun Unit (NRU) merupakan unit yang berfungsi memisahkan


naphta produk CDU menjadi Light Naphta dan Heavy Naphta melalui proses
distilasi. Light naphta memiliki rentang titik didih 30-80oC sedangkan heavy
naphta 80-160oC. Light naphta diambil sebagai produk yang langsung disimpan
ke dalam tangki, sedangkan heavy naphta akan menjadi umpan untuk pengolahan
lebih lanjut dalam unit Hydrobon Platforming (PL-I). Kedua komponen ini
nantinya menjadi komponen yang digunakan dalam proses blending premium.
Kapasitas pengolahan NRU sebesar 8 MBSD dengan umpan nafta yang dihasilkan
oleh CDU, baik dari kilang Dumai maupun dari kilang Sungai Pakning.

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PERTAMINA RU II Dumai 7


Dandy Rebinter Tampubolon (NIM. 160401089)
Semuanya memiliki kapasitas yang standar dan pas untuk semua proses yang
dilalui.

Produksi dari unit antara lain :

1. Gas sebagai bahan bakar kilang (feed gas).

2. Off gas yang digunakan sebagai fuel gas atau dibuang ke flare.

3. Light naphta, sebagai Low Octane Mogas Component (LOMC).

4. Heavy naphta, sebagai umpan Hydrobon Platforming Unit.

Nafta dari tangki ditarik dengan pompa NR P-1 dan dialirkan ke heat
exchanger (HE) ke tower T-1. Bottom product dipompa dengan pompa P-2
kembali ke HE yang semula berfungsi untuk memanfaatkan panas, kemudian
dilanjutkan ke cooler dan diperoleh hasil yaitu heavy naphta.

Sebagian dari bottom produk dikembalikan ke kolom yang sebelumnya


masuk di boiler. Dari atas kolom, gas dimasukkan ke kondensor dan cairannya
ditampung dalam drum D-1 kemudian dipompakan kembali keatas kolom dan
sebagian didinginkan pada cooler dan hasilnya diperoleh sebagai Light Naphta.
Gas masuk ke kondensor, cairannya ditampung dalam drum D-1 dan
dikembalikan ke top splitter dengan pompa untuk sirkulasi saja.

Berikut adalah diagram alir proses dari naphta rerun unit pada kilang
Pertamina RU II Dumai, yaitu sebagai berikut :

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PERTAMINA RU II Dumai 8


Dandy Rebinter Tampubolon (NIM. 160401089)
Gambar 3.2 Diagram Alir Proses Naphta Rerun Unit di RU II Dumai

3.1.3 Hydrobon Platforming Unit (PL-I) / Unit 301

Heavy Naphta yang dihasilkan Naphta Rerun Unit masuk sebagai umpan
dalam Platforming I (PL-I). Unit ini terdiri dari 2 bagian, yaitu Hydrobon dan
Platforming. Hydrobon berfungsi untuk memurnikan Heavy Naphta dari NRU
dengan cara hidrogenisasi dengan katalis Haldoer Topsoe TK-527 untuk
menghilangkan kontaminan seperti senyawa-senyawa olefin dan logam-logam
lain yang dapat meracuni katalis. Platforming bertujuan untuk mengubah nafta
oktan rendah menjadi nafta oktan tinggi melalui penataan ulang struktur molekul
hidrokarbon menggunakan panas dan katalis. Proses dalam subunit ini
berlangsung pada reaktor bertekanan 28-30 atm dengan temperatur ± 487oC.
Kapasitas pengolahan Hydrobon sebesar 6,2 MBSD. Hydrobon Platforming Unit
ini memproduksi LPG dan reformat.

Reaksi utama yang terjadi pada unit platforming adalah dehidrogenisasi,


hydrocracking parafin, isomerisasi, dehidrosiklisasi parafin. Berikut persamaan

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PERTAMINA RU II Dumai 9


Dandy Rebinter Tampubolon (NIM. 160401089)
reaksinya yang sesuai dengan proses yang dapat dilihat dibawah ini sebagai
berikut :

1. Dehidrogenasi : C6H11CH3 → C6H5CH3 + H2

2. Hydrocracking parafin : C8H8 + H2 → C5H12 + C3H8

3. Isomerisasi : C6H12 → C2H5 – CH(CH3) – C2H5

4. Dehidrosiklisasi parafin : C7H16 → C7H14 + H2

Umpan yang diolah unit ini berupa heavy naphta yang berasal dari NRU.
Produk yang dihasilkan diantaranya: off gas yang digunakan untuk fuel gas dan
sisanya dibuang ke flare, gas H2 dengan kemurnian 75% yang digunakan sebagai
recycle gas dalam proses, LPG (Liquified Petroleum Gas) yang dikirim ke LPG
Recovery Unit, dan yang utama berupa reformate (ON:93) sebagai komponen
campuran premium.

Berikut dibawah ini adalah diagram alir untuk proses pada hydrobon
platforming unit (PL-I) pada RU II Dumai.

Gambar 3.3 Diagram Alir Proses Hydrobon Platforming Unit di RU II Dumai

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PERTAMINA RU II Dumai 10


Dandy Rebinter Tampubolon (NIM. 160401089)
3.1.4 Naphta Hydrotreating Unit (NHDT) / Unit 200

Naphta Hydrotreating Unit (NHDT) berfungsi untuk menghilangkan


kandungan impurities seperti sulfur, oksigen dan nitrogen serta menjenuhkan
olefin yang terdapat dalam stabilized naphta dari Delayed Coker dan naphta dari
Hydrocracker dengan bantuan katalis TK-527, TK 431, TK 10. Kandungan sulfur
dan nitrogen maksimal dalam umpan platformer masing-masing 0,5 ppm untuk
mencegah keracunan katalis. Umpan NHDT adalah cracked naphta dari Delayed
Coking Unit (DCU), Heavy Naphta dari Hydrocracker Unibon (HCU) dan Naphta
dari Distillate Hydrotreating Unit (DHDT).

NHDT mengolah umpan berupa nafta yang berasal baik dari CDU, DCU
maupun HCU dengan kapasitas pengolahan sebesar 10,1 MBSD. Produk yang
dihasilkan unit ini adalah :

a. Gas sebagai produk sampingan dimanfaatkan sebagai umpan unit


amine atau sebagai fuel gas.
b. Light Naphta, sebagai komponen blending atau sebagai fuel oil di unit
H2 plant.
c. Heavy Naphta, sebagai umpan CCR-Platforming Unit (PL-II).

Naphta berupa umpan cair yang dipompakan dari feed surge drum yang
dicampur dengan gas kaya hidrogen dan melalui Combined Feed Reactor Effluent
Exchanger dimana umpan menerima panas dari reaktor effluent mengalami
pendinginan. Kemudian umpan berupa gas dipanaskan lagi di Charge Heater
hingga mencapai temperatur reaksi.

Naphta dari tangki diatur berdasarkan level yang terbaca oleh LC-7 pada
200-V-4 Feed Surge Drum. Jika level belum mencapai set point (65%), maka
ditambahkan naphta dari tangki (TK-05). Level ini dijaga agar operasi di NHDT
stabil dan menjaga NPSH pompa 200-P-1 A/B. Crack naphta dari Coker memiliki
kandungan impurities dan olefin yang tinggi dibandingkan naphta dari unibon.
Oleh karena itu, jumlahnya dibatasi sekitar 30% dari komposisi umpan NHDT.

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PERTAMINA RU II Dumai 11


Dandy Rebinter Tampubolon (NIM. 160401089)
Proses 200-V-4 dijaga oleh PC-6 (11 kg/cm2) dengan sistem split valve
PCV-6 A mengalirkan gas dari 200-V-8 ke 200-V-4, sedangkan PCV-6 B
mengalirkan gas dari 200-V-4 ke Fuel Gas System.

 Pada rentang bukaan control 0-50 %, valve A berada pada posisi open
sedangkan valve B akan berada pada posisi close.
 Pada rentang bukaan control 50-100 %, valve A akan berada pada
posisi tertutup sedangkan valve B berada pada posisi open.

Tujuan dari penggunaan split valve ini adalah agar perubahan-perubahan


yang terjadi saat press dijaga berjalan dengan smooth dan operasi berjalan dengan
stabil. Press 200-V-4 dijaga untuk melindungi pompa dari kavitasi dan membantu
meringankan beban 200-P-1 A/B untuk menaikkan press feed ke press yang
dibutuhkan untuk reaksi.

Gambar 3.4 Diagram Alir Proses Naphta Hydrotreating Unit di RU II Dumai

Naphta umpan reaktor kemudian dialirkan oleh 200-P-1 A/B untuk


dipanaskan di 200-E-1 Combine Feed Exchanger dengan memanfaatkan panas

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PERTAMINA RU II Dumai 12


Dandy Rebinter Tampubolon (NIM. 160401089)
produk reaksi dan dipanaskan di 200-H-1 Charge Heater sampai ke temperatur
yang dibutuhkan reaksi (300oC). Sebelum masuk ke 200-E-1, naphta umpan
dicampur dengan recycle gas yang berasal dari kompresor 200-C-1 A/B. Jika flow
recycle gas terlalu rendah (<6300 Nm3/jam) maka Charge Heater 200-H-1 akan
trip. Fungsi Recycle gas adalah menyediakan hydrogen untuk konsumsi reaksi
hydrotreating dan menjaga stabilitas katalis dengan menurunkan coking rate
akibat adanya reaksi hydrocracking.

Jika pompa 200-P-1 A/B trip dan gagal untuk over pompa, maka feed
NHDT ditarik dari TK-06 yang dipompakan oleh 200-P-8. Pada kondisi itu unit
NHDT dan PL-II berada pada minimum capacity. Naphta dari TK-06 merupakan
treated naphta produk NHDT yang diisikan sebagian ke TK-06 selama operasi
normal sampai pada level tertentu (90%) untuk keperluan startup dan emergency.

Kemudian campuran umpan masuk ke reaktor 200-V-1 dan mengalami


reaksi hydrotreating. Reaksi terjadi pada permukaan fixed bed katalis dan
berlangsung dalam fasa uap. Reaksi bersifat eksotermis sehingga terjadi kenaikan
temperatur dari inlet ke outlet reaktor karena panas yang dihasilkan reaksi diserap
oleh fluida proses. Dengan sifat reaksi yang eksotermis, maka jika kenaikan
temperatur tidak dikendalikan dapat menyebabkan temperatur run away dan dapat
merusak katalis dan material vessel. Untuk melindungi reaktor dari temperatur run
away, reaktor dilengkapi dengan aliran gas quench yang merupakan recycle gas
hasil kompresi di 200-C-1 A/B. Perubahan temperatur reaktor dijaga agar tidak
lebih dari 45oC.

Produk reaksi dari reaktor dialirkan ke 200-V-5 untuk memisahkan gas


hasil dan sisa reaksi dari cairan naphta pada tekanan tinggi (50 kg/cm2). Gas
merupakan gas kaya hydrogen dengan sedikit kandungan hidrokarbon ringan
produk cracking di dalam reaktor. Gas ini dialirkan ke 200-V-9 untuk dikompresi
di Recycle Gas Compresor 200-C-1 A/B dan dialirkan kembali untuk dimix
dengan naphta umpan dan untuk aliran quenching reactor.

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PERTAMINA RU II Dumai 13


Dandy Rebinter Tampubolon (NIM. 160401089)
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PERTAMINA RU II Dumai 14
Dandy Rebinter Tampubolon (NIM. 160401089)

Anda mungkin juga menyukai