Draft Skripsi 9 Agustus 2018
Draft Skripsi 9 Agustus 2018
Draft Skripsi 9 Agustus 2018
OLEH
MELINDA ANGGRAENI
1405015171
Melinda Anggraeni
(NIM. 1405015171)
i
PERSETUJUAN PROPOSAL
Pembimbing I Pembimbing II
Penguji I
ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Riwayat Pendidikan
Tahun 2001-2002 : TK Al-Istiqomah Tangerang Selatan
Tahun 2002-2008 : SDN Cempaka Baru I Tangerang Selatan
Tahun 2008-2011 : SMPN 4 Tangerang Selatan
Tahun 2011-2014 : SMK Kesehatan Nusantara II Tangerang Selatan
Tahun 2014-sekarang : Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan
Program Studi Kesehatan Masyarakat
Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas semua rahmat dan
nikmat-Nya yang telah dilimpahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan
proposal skripsi dengan judul ”Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kelelahan Mata Welder’s Flash Pada Pekerja Las Di PT. Farmel Cahaya Mandiri
Tahun 2018”.
Laporan penelitian ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar
Sarjana Pada Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah
Prof. Dr. HAMKA.
Penyusunan proposal skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak, baik bersifat material maupun spiritual. Oleh
karena itu dalam kesempatan ini penulis dengan senang hati menyampaikan
terimakasih kepada yang terhormat:
1. Ibu Ony Linda, SKM., M.Kes, selaku Dekan FIKes UHAMKA.
2. Ibu Dian Kholika Hamal, SKM., M.Kes, selaku Sekretaris Ketua Program Studi
Kesehatan Masyarakat FIKes UHAMKA.
3. Ibu Nanny Harmani, SKM., M.Kes, selaku dosen pembimbing I yang telah
meluangkan waktu dan pikiran untuk memberikan petunjuk, pengetahuan,
bimbingan, dan pengarahan yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam
penyusunan proposal skripsi ini.
4. Ibu Rismawati Pangestika, S.Si., MPH, selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan arahan, masukan, kritik dan saran kepada penulis untuk
kesempurnaan proposal skripsi ini.
5. Bapak Arif Setyawan, SKM., M.Kes dan Bapak Cornelius Novianus, selaku
dosen peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) atas segala ilmu, nasehat
dan bantuan yang telah diberikan sehingga penulis dapat lebih mudah
menyelesaikan penelitian ini.
6. Ayahanda Achmad Sukatma dan Ibunda Upit Fitrawati yang selalu menyayangi
dan membimbing, terimakasih yang tak terhingga atas doa, semangat, dan kasih
sayang dalam mendapingi penulis menggapai keberhasilannya. Serta Adik
iv
Achmad Syah Harrofi yang bersedia menjadi “telinga” mendengarkan keluh kesah
dan memberi dorongan dalam penyelesaian penelitian ini.
7. Keluarga besar Pandau yang telah menantikan kesuksesan penulis dalam
menyelesaikan perkuliahannya. Terimakasih atas nasihat dan doa yang terus
dilimpahkan kepada penulis.
8. Anggota CCU (Iga Utami Audhina, Nurul Fadhliyah, Rilis Meliana, Syifa
Fauziyah, Tri Utami, Voni Kumalasari) yang merupakan sahabat setia saya
selama 4 tahun di perkuliahan ini. Terimakasih atas suka dan duka serta bahu
membahunya. Semoga kekeluargaan ini akan terus berlanjut sampai kita lulus.
9. Teman-teman seperjuangan program studi Kesehatan Masyarakat angkatan
2014 khususnya peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Terimakasih
atas segala kebersamaan dan dukungan satu sama lain sehingga dapat
terselesaikannya laporan ini.
10. Dan kepada pihak-pihak lain yang telah begitu banyak membantu namun tidak
dapat disebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan berkah dan rahmat-Nya bagi
pihak-pihak yang telah membantu penulis berupa bantuan, saran, bimbingan,
motivasi dalam menyelesaikan proposal skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan penelitian ini masih
banyak kekurangan.Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun.
Penulis berharap semoga laporan penelitian ini dapat memberikan
manfaat, baik bagi penulis maupun pembaca yang membutuhkan.
Jakarta, 2018
Penulis
v
ABSTRAK
vi
ABSTRACT
vii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................................v
ABSTRACT ...............................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Las
1. Definisi Las .....................................................................................................18
2. Jenis Las Listrik ..............................................................................................18
B. Potensi Bahaya Dalam Pengelasan
1. Kecelakaan Karena Cahaya dan Sinar Dalam Pengelasan..............................21
viii
2. Kecelakaan Karena Listrik ..............................................................................22
3. Kecelakaan Karena Debu dan Gas Pada Asap Las .........................................22
4. Kecelakaan Karena Percikan dan Terak Las...................................................23
5. Kecelakaan Karena Ledakan ...........................................................................23
6. Kecelakaan Karena Kebakaran .......................................................................24
7. Kecelakaan Karena Terjatuh ...........................................................................24
C. Kelelahan Mata
1. Definisi Kelelahan Mata .................................................................................24
2. Dampak Kelelahan Mata .................................................................................25
D. Welder’s Flash ....................................................................................................28
E. Keluhan Penglihatan
1. Definisi Keluhan Penglihatan .........................................................................26
2. Faktor Penyebab Keluhan Penglihatan ...........................................................26
F. Analisa Risiko .....................................................................................................28
G. Pengetahuan, Sikap, Tindakan
1. Definisi Pengetahuan ......................................................................................28
2. Definisi Pengetahuan Keselamatan Kerja .......................................................29
3. Definisi Sikap..................................................................................................30
4. Definisi Perilaku .............................................................................................30
5. Definisi Tindakan ............................................................................................21
H. Jenis-Jenis Alat Pelindung Diri Dalam Pengelasan ............................................28
LAMPIRAN
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era globalisasi menuntut pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3) di setiap tempat kerja termasuk di sektor kesehatan.Untuk itu kita perlu
mengembangkan dan meningkatkan K3 di sektor kesehatan dalam rangka
menekan serendah mungkin risiko kecelakaan dan penyakit yang timbul akibat
hubungan kerja, serta meningkatkan produktivitas dan efisiensi (Pusat Kesehatan
Kerja, 2008).
Secara filosofi kesehatan dan keselamatan merupakan suatu pemikiran dan
upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun
rohaniah tenaga kerja khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan
budayanya menuju masyarakat adil dan makmur (Panitia Pembina Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia, 2000).
Kesehatan kerja bertujuan agar pekerja memperoleh derajat kesehatan
setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial. Tujuan tersebut dapat dicapai
dengan usaha preventif, kuratif dan rehabilitatif terhadap penyakit-penyakit atau
gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan, lingkungan kerja
serta penyakit umum. Kesehatan kerja dapat dicapai secara optimal jika tiga
komponen kerja berupa kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan dapat
berinteraksi secara baik dan serasi (Suma’mur, 2009).
Keselamatan kerja juga bertujuan melindungi tenaga kerja atas hak
keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan
meningkatkan produksi serta produktivitas nasional, menjamin keselamatan setiap
orang lain yang berada di tempat kerja, sumber produksi dipelihara dan
dipergunakan secara aman dan efisien. Perlindungan keselamatan karyawan
mewujudkan produktifitas yang optimal (Suma’mur, 2009).
Kesehatan dan Keselamatan Kerja menjadi sangat penting bagi karyawan dan
industri. Berdasarkan data dari International Labour Organization (ILO), 153
pekerja di dunia mengalami kecelakaan kerja setiap 15 detik dan satu pekerja di
dunia meninggal setiap 15 detik karena kecelakaan kerja atau penyakit akibat
13
14
kerja. Selain itu menurut Hanif, data dari BPJS Ketenaga kerjaan akhir tahun 2015
menunjukkan telah terjadi kecelakaan kerja sejumlah 105.182 kasus dengan
korban meninggal dunia sebanyak 2.375 orang.
Kota Tangerang merupakan salah satu daerah terpadat di provinsi Banten.
Didaerah ini terdapat banyak industri baik industri formal maupun industri
informal. Tidak dapat dipungkiri bahwa daerah ini menjadi salah satu
penyumbang angka kecelakaan tertinggi untuk provinsi Banten. Adapun angka
kecelakaan kerja di daerah Banten mencapai 209 kasus, meliputi 103 orang
meningal dunia, 25 orang menderita luka berat, 92 orang mengalami luka ringan.
Dari angka kecelakaan tersebut, hampir setengahnya dari jumlah kecelakaan kerja
merupakan angka kematian akibat dari kecelakaan kerja (Kementerian Tenaga
Kerja dan Transportasi, 2012).
Dari data diatas dapat dilihat bahwa jumlah kecelakan di dunia industri
masihlah sangat tinggi. Kecelakaan dapat terjadi baik dari kelalain pekerja saat
bekerja, lingkungan mereka bekerja, atau wawasan pengetahuan pekerja akan
pentingnya menjaga keselamatan dan kesehatan saat mereka bekerja. Pengetahuan
karyawan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kecelakaan yang terjadi.
Karena dengan pengetahuan itu sendiri pekerja dapat meminimalisir terjadi
bahaya yang diidentifikasikan dapat menimbulkan kecelakaan yang dapat terjadi
saat pekerja melakukan kegiatan produksi.
Pengetahuan tentang kesehatan dan keselamatan kerja yang tinggi, dan
pengalaman kerja yang lama yang dimiliki oleh tenaga kerja, maka bahaya-bahaya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat dihindari. Pekerja yang hanya diberi
pengenalan tentang bahaya-bahaya kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang
bersifat pasif saja tidak akan menjamin keselamatan dan kesehatan kerja, karena
pengenalan bersifat pasif itu hanya teori dan tidak dilakukan dalam praktek. Maka
usaha-usaha keselamatan dan kesehatan kerja harus dimulai sejak tingkat latihan
kepada tenaga kerja supaya pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
benar-benar diterapkan saat bekerja (Jusuf, 2003 dalam Lafifatul, 2006).
Berdasarkan teori diatas, pengetahuan akan suatu hal cenderung disertai
dengan penerapan sikap. Tentunya hal ini berperan penting dalam mengurangi
tingkat kecelakaan kerja. Sehingga diperlukan suatu program yang dapat
15
alat dan berbuat ceroboh akan menimbulkan kerusakan dan bahaya, baik bagi
peralatannya maupun operator las atau tenaga kerja itu sendiri (Suratman, 2007).
PT. Farmel Cahaya Mandiri berdiri sejak tahun 2004, bergerak di bidang
chemical trading, industri pengolahan air bersih dan limbah dengan menyediakan
segala kebutuhan pasar akan produk-produk berkualitas, berbekal teknologi
lingkungan yang mutakhir dan efektif untuk aneka ragam masalah air pada sektor
industri dan sektor perkotaan. Atas dasar perkembangan perusahaan dan
permintaan pasar, maka pada tahun 2010 PT. Farmel Cahaya Mandiri membentuk
unit usaha baru yaitu jasa mekanikal dan elektrikal di industri pembangunan
gedung bertingkat dan pabrik. Dengan berbekal pengalaman dan dukungan tenaga
ahli, staff dan pihak–pihak terkait, PT. Farmel Cahaya Mandiri berupaya
senantiasa meningkatkan kualitas pekerjaan dan pelayanan kepada seluruh
customer dengan berorientasi kepada kepuasan pelanggan (Customer
Satisfaction).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di PT. Farmel Cahaya
Mandiri, pekerja yang mengalami keluhan mata merah dan berair sebanyak 23
orang, pekerja yang mengalami keluhan mata terasa perih sebanyak 27 orang,
pekerja yang mengalami keluhan sakit kepala atau pusing sebanyak 3 orang. Ada
23 orang atau 73,3% pekerja yang merasakan keluhan pada mata. Keluhan-
keluhan yang dirasakan oleh pekerja akibat kelelahan mata sebagian besar terjadi
pada saat bekerja sebanyak 60,8% dan setelah bekerja sebanyak 40,2%.
Dari sini peneliti timbul rasa ingin tahu sejauh mana tingkat pengetahuan
pekerja akan kesehatan dan keselamatan kerja demi mengendalikan risiko
kelelahan mata pekerja itu sendiri. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian
mengenai hubungan antara pengetahuan keselamatan kerja, perilaku penggunaan
alat pelindung diri (APD) dengan pengendalian risiko kelelahan mata welder’s
flash pada pekerja las di PT. Farmel Cahaya Mandiri tahun 2018. Hal tersebut
dimaksudkan agar dapat diadakannya evaluasi lagi guna menciptakan tenaga yang
dibutuhkan industri menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya.
17
C. Tujuan
C1. Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah diperolehnya gambaran Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kelelahan Mata Welder’s Flash Pada Pekerja Las Di PT.
Farmel Cahaya Mandiri Tahun 2018.
C2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui kejadian kelelahan mata welder’s flash pada pekerja
las di PT. Farmel Cahaya Mandiri Tahun 2018.
2. Untuk mengetahui pengetahuan keselamatan kerja pada pekerja las di
PT. Farmel Cahaya Mandiri Tahun 2018.
3. Untuk mengetahui perilaku pemakaian alat pelindung diri (APD) pada
pekerja las di PT. Farmel Cahaya Mandiri Tahun 2018.
4. Untuk mengetahui karakteristik las (jenis-jenis proses las) yang
digunakan oleh pekerja las di PT. Farmel Cahaya Mandiri Tahun 2018.
5. Untuk mengetahui analisa risiko pada kegiatan pengelasan di PT.
Farmel Cahaya Mandiri Tahun 2018.
18
D. Manfaat
Penelitian ini dilakukan agar dapat memberikan manfaat untuk penulis
maupun pembaca khususnya bagi para pekerja las maupun mahasiswa yang juga
sedang melakukan penelitian.
D1. Manfaat untuk Institusi Tempat Penelitian
1. Mengetahui tingkat kejadian kelelahan mata pada pekerja las di PT. Farmel
Cahaya Mandiri Tahun 2018.
2. Mengetahui tingkat pengetahuan keselamatan kerja para pekerja las di PT.
Farmel Cahaya Mandiri Tahun 2018.
3. Mengetahui cara pengendalian risiko guna mengurangi bahaya kecelakaan
kerja pada proses pengelasan di PT. Farmel Cahaya Mandiri Tahun 2018.
D2. Manfaat untuk FIKes UHAMKA
Dapat menjadi referensi tentang potensi bahaya kecelakaan kerja yang bisa
didapat dari rutinitas bekerja sehari-hari dari yang paling sering terjadi sampai
kepada kecelakaan paling berat yang mungkin dihadapi para pekerja las.
D3. Manfaat untuk Pembaca
Menambah pengetahuan tentang risiko kecelakaan kerja khususnya bagi
para pekerja las sehingga dapat mengurangi angka kecelakaan kerja atau
penyakit akibat kerja.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Las
1. Definisi Las
Pengelasan atau dalam bahasa Inggris “Welding” adalah salah satu teknik
penyambungan logam dengan cara mencairkan sebagian logam induk dan
logam pengisi dengan atau tanpa tekanan dan dengan atau tanpa logam
tambahan dan menghasilkan sambungan yang kontinu (Sonawan dan
Suratman, 2003).
Las (welding) adalah suatu cara untuk menyambung dua benda padat
dengan jalan mencairkannya melalui pemanasan. Tenaga panas ini perlu
untuk mencairkan bahan bakar yang akan di sambungkan dan kawat las
sebagai bahan pengisi. Setelah dingin dan membeku, terbentuklah ikatan yang
kuat dan permanent (Farida, 2006).
Las adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam paduan yang
dilaksanakan dalam keadaanlumer atau cair, dari definisi tersebut dapat
dijelaskan lebih lanjut bahwa las adalah sesuatu proses dimana bahan dan
jenis yang sama digabungkan menjadi satu sehingga terbentuk suatu
sambungan melalui ikatan kimia yang dihasilkan dari pemakaian panas dan
tekanan (Deutsche Industrie Normen, 2008).
Las busur ini lebih dikenal umum dan banyak pemakainya. Busur
yang listrik yang terjadi diantara elektroda dan bahan bakar dasar (benda
kerja) akan mencairkan elektroda dan sebagian besar bahan bakar selabut
elektroda yang turut terbakar akan mencair dan menghasilkan gas yang
melindungi ujung elektroda, kawat las, busur listrik, dan daerah las
disekitar busur listrik terhadap pengaruh udara luar (oksidasi) (Suratman,
2007).
terjadi lisis sel, atau secara tidak langsung dengan merusak ikatan antara
pasangan-pasangan basa molekul DNA. Rusaknya ikatan tersebut menyebakan
kesalahan-kesalahan pada replikasi atau transkripsi DNA. Kesalahan-kesalahan
tersebut sebagian dapat diperbaiki; apabila tidak, maka kerusakan yang terjadi
dapat menyebabkan kematian sel atau timbulnya kanker akibat hilangnya kontrol
genetik atas pembelahan sel molekul (Corwin, 2000).
Radiasi pengion juga dapat menyebabkan terbentuknya radikal bebas. Radikal
bebas adalah suatu atom atau molekul dengan elektron yang tidak memiliki
pasangan. Radikal bebas mencari reaksi-reaksi dimana ia dapat memperoleh
kembali elektron pasangannya. Selama menjalankan proses tersebut, radikal bebas
dapat merusak membran sel, retikulum endoplasma, atau DNA sel yang rentan
molekul (Corwin, 2000).
b. Efek Radiasi Nonionisasi
Radiasi nonionisasi mencakup radiasi gelombang mikro dan ultrasonografik.
Radiasi ini memiliki energi yang terlalu kecil untuk dapat memutuskan ikatan
DNA atau merusak membran sel, tetapi radiasi ini dapat meningkatkan suhu suatu
sistem, dan menyebabkan perubahan dalam fungsi-fungsi transportasi. Efek
radiasi nonionisasi pada kesehatan sedang dalam penelitian molekul (Corwin,
2000).
c. Efek Radiasi Sinar-Sinar Las Terhadap Ketajaman Penglihatan
Sinar-sinar yang dihasilkan selama proses pengelasan termasuk dalam radiasi
energi tinggi atau sering disebut radiasi ionisasi. Sinar-sinar tersebut antara lain:
Bila sinar ultraviolet yang terserap lensa dan korea mata melebihi
jumlah tertentu maka pada mata akan terasa seakan-akan ada benda asing
di dalamnya. Dalam waktu antara 6 sampai 12 jam kemudian maka akan
menjadi sakit selama 6 sampai 24 jam pada umumnya rasa sakit ini akan
hilang setelah 48 jam (Budiono, 2003).
24
Adanya sinar inframerah tidak segera terasa oleh mata karena sinar
ini lebih berbahaya, sebab tidak diketahui, tidak terlihat dan tidak terasa.
Pengaruh sinar inframerah terhadap mata sama dengan pengaruh panas,
yaitu menyebabkan pembengkakan pada kelopak mata, terjadinya korea,
prebiopia yang terlalu dini dan terjadi kerabunan. Jenis disini akibat dari
pada sinar inframerah jauh lebih berbahaya dari pada kedua cahaya yang
lain (Darmini, 2007).
Butir debu asap dengan ukuran 0,5 jam lebih bisa terhisap akan
tertahan oleh bulu hidung dan bulu pipa pernapasan. Sebagian debu asap
yang lebih halus akan terbawa masuk kedalam paru-paru. Dimana
25
C. Kelelahan Mata
D. Welder’s Flash
Welder’s Flash lebih sering terjadi pada pekerja pengelasan akibat pajanan
sinar UV (E. Peterson, 1985). Welder’s Flash merupakan inflamasi akut pada
kornea dan konjungtiva yang akan timbul setelah mata terpajan oleh bunga api
pengelasan pada jarak dekat (Olishifski, 1985). Welder’s Flash merupakan eye
injury yang sering mengakibatkan hilangnya kemampuan melihat, setidaknya
setengah dari semua kejadian kecelakaan dan kesakitan yang pernah terjadi
(McGuire, C, 2011). Pajanan sinar UV yang berasal dari cahaya matahari hasil
refleksi dari pasir atau salju selama sehari akan menghasilkan akumulasi dosis
yang cukup untuk menyebabkan efek buruk ada kornea mata. Seperti kebakaran
kulit akibat sinar matahari, gejalanya akan tertunda sampai beberapa jam. Enam
jam kemudian, pajanan tersebut akan muncul secara perlahan mulai dari perasaan
gatal “mata terasa berpasir”, mata berair, sampai terasa sakit dan photopobia
(sensitif terhadap cahaya). Hal ini akan menyebabkan reaksi inflamasi pada
29
E. Keluhan Penglihatan
1. Definisi Keluhan Penglihatan
Menurut Affandi (2005), keluhan penglihatan adalah kondisi dimana mata
mengalami gangguan untuk melihat benda dengan jelas.
2. Faktor Penyebab Keluhan Penglihatan
Seseorangdapat mengalami keluhan penglihatan. Hal ini disebabkan antara lain
oleh faktor-faktor sebagai berikut:
30
2) Lama Paparan
Pemaparan terus menerus misalnya pada pekerja sektor perindustrian yang
jam kerjanya melebihi 40 jam/minggu dapat menimbulkan berbagai penyakit
akibat kerja. Yang dimaksud dengan jam kerja adalah jam waktu bekerja termasuk
waktu istirahat (Direktorat Bina Peran Serta Masyarakat, 1990). Meskipun terjadi
keanekaragaman jam kerja, umumnya pekerja informal bekerja lebih dari 7
jam/hari. Hal ini menimbulkan adanya beban tambahan pada pekerja yang pada
akhirnya menyebabkan kelelahan mental dan kelelahan mata.
31
3) Umur
Keluhan penglihatan akan bertambah menurut bertabambahnya usia. Pada
tenaga kerja berusia lebih dari 40 tahun, virus jarang ditemukan 6/6, melainkan
berkurang. Maka dari itu, kontras dan ukuran benda perlu lebih besar untuk
melihat dengan ketajaman yang sama (Suma’mur, 1996). Makin banyak umur,
lensa bertambah besar dan lebih pipih, berwarna kekuningan dan menjadi lebih
keras. Hal ini mengakibatkan lensa kehilangan kekenyalannya, dan karena itu,
kapasitasnya untuk melengkung juga berkurang. Akibatnya, titik-titik dekat
menjauhi mata, sedang titik jauh pada umumnya tetap saja.
4) Kelainan Refraksi
Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang
terdiri atas kornea, cairan mata, lensa,benda kaca, dan panjangnya bola mata. Pada
orang normal susunan pembiasan oleh media penglihatan dan panjangnya bola
mata demikian seimbang sehingga bayangan benda selalu melalui media
penglihatan dibiaskan tepat di daerah makula lutea. Mata yang normal disebut
sebagai mata emetropia dan akan menempatkan bayangan benda tepat di retinanya
pada keadaan mata tidak melakukan akomodasi atau istirahat melihat jauh (Ilyas,
2004).
Dikenal beberapa titik di dalam bidang refraksi, seperti Pungtum
Proksimum merupakan titik terdekat dimana seseorang masih dapat melihat
dengan jelas. Pungtum Remotum adalah titik terjauh dimana seseorang masih
dapat melihat dengan jelas, titik ini merupakan titik dalam ruang yang
berhubungan dengan retina atau foveola bila mata istirahat. Pada emetropia,
pungtum remotum terletak di depan mata (Ilyas, 2004).
Secara klinik kelainan reflaksi adalah akibat kerusakan ada akomodasi
visuil, entah itu sebagai akibat perubahan biji mata, ataupun kelainan pada lensa.
Kelainan refraksi yang sering dihadapi sehari-hari adalah miopia, hipermetropia,
presbiopia, dan astigmatisma (Ilyas, 2004).
32
F. Analisa Risiko
Analisa risiko dimaksudkan untuk menentukan besarnya suatu risiko
dengan mempertimbangkan kemungkinan terjadinya dan besar akibat yang
ditimbulkan. Berdasarkan hasil analisa dapat ditentukan peringkat risiko sehingga
dapat dilakukan penilaian risiko yang memiliki dampak besar terhadap
peruasahaan dan risiko yang ringan atau dapat diabaikan. (Ramli, 2009)
Proses penilaian risiko menurut Tarwaka (2008):
a. Estimasi kekerapan terjadinya kecelakaan atau sakit di tempat kerja.
Tingkat kekerapan atau keseringan (probability) kecelakaan atau sakit
digolongkan menjadi empat kategori:
1. Sering (frequent) kemungkinan terjadinya sangat sering dan
berulang (nilai 4).
2. Agak sering (probable), adalah kemungkinan terjadinya beberapa
kali (nilai 3).
3. Jarang (occasional), kemungkinan jarang terjadi atau terjadinya
sesekali waktu (nilai 2).
4. Jarang sekali (remote), adalah kemungkinan terjadinya kecil
namun tetap ada (nilai 1).
b. Estimasi keparahan dari kemungkinan terjadinya kecelakaan dan sakit
yang terjadi. Tingkat keparahan (concequence atau severity) kecelakaan
atau sakit dapat dikategorikan menjadi lima kategori:
1. Bencana (catastrophic), adalah kecelakaan yang banyak
menyebabkan kematian (nilai 5).
2. Fatal, adalah kecelakaan yang menyebabkan kematian
tunggal (nilai 4).
(nilai 2).
5. Hampir cidera (negligible), adalah kejadian hampir celaka
yang tidak mengakibatkan cidera atau tidak memerlukan
perawatan kesehatan (nilai 1).
c. Tentukan tingkat risikonya.
Setelah dilakukan estimasi atau penaksiran terhadap tingkat
kekerapan dan keparahan terjadinya kecelakaan atau penyakit yang
mungkin muncul, selanjutnya dapat ditentukan tingkat risiko dari
masing-masing potensi bahaya yang telah diidentifikasi dan dinilai.
Cara penentuan tingkat risiko dapat digunakan matrik sebagai
berikut:
Tabel 1. Matriks penilaian risiko
Kekerapaan/Kemungkinan
Sering Agak Sering Jarang Jarang Sekali
Keparahan
4 3 2 1
Bencana 5 20 15 10 5
urgent urgent high medium
Fatal 4 16 12 8 4
urgent high medium low
Cidera berat 3 12 9 6 3
high medium mediun low
Cidera ringan 2 8 6 4 2
medium medium low low
Hampir cidera 1 4 3 2 1
low Low low none
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga (Notoatmodjo, 2012).
Sunaryo mengatakan bahwa perilaku yang didasari pengetahuan akan
lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Kognitif
atau pengetahuan merupakan domain terpenting untuk terbentuknya tindakan
seseorang. Pengetahuan diperlukan sebagai dorongan psikis dalam menumbuhkan
sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan
merupakan stimulasi terhadap tindakan seseorang (Kholid, 2012).
Notoatmodjo (2003) mengungkapkan pendapat Rogers bahwa sebelum
orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru) di dalam diri orang tersebut
terjadi proses yang berurutan, yaitu:
a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
b. Interest (merasa tertarik), terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini
sikap subjek sudah mulai terbentuk.
35
3. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang terhadap suatu stimulus
atau objek. Sikap dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat
emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 2012).
Sikap dikatakan sebagai suatu respons evaluatif. Respons evaluatif berarti
bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai sikap itu timbulnya didasari oleh
proses evaluasi dalam diri individu yang memberi kesimpulan terhadap stimulus
dalam bentuk nilai baik - buruk, positif - negatif, menyenangkan - tidak
menyenangkan, yang kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap objek
sikap (Azwar, 2010).
Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu:
a. Menerima (Receiving)
Subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek.
b. Merespon (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya serta mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan. Lepas jawaban dan pekerjaan itu
benar atau salah adalah berarti orang menerima ide tersebut.
c. Menghargai (Valuating)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan terhadap
suatu masalah.
d. Bertanggung jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya merupakan
tingkat sikap yang paling tinggi.
Sikap tidak sama dengan perilaku dan perilaku tidak selalu mencerminkan
sikap seseorang. Individu sering kali memperlihatkan tindakan bertentangan
37
dengan sikapnya. Akan tetapi, sikap dapat menimbulkan pola-pola cara berpikir
tertentu dalam masyarakat dan sebaliknya, pola-pola cara berpikir ini
mempengaruhi tindakan dan kelakuan masyarakat, baik dalam kehidupan sehari-
hari maupun dalam hal mebuat keputusan yang penting dalam hidup (Maulana,
2009).
4. Perilaku
Menurut Kwick perilaku adalah tindakan atau perilaku seseorang yang
dapat di amati dan bahkan dapat di pelajari (Notoatmodjo, 2003).
Perilaku manusia merupakan hasil dari pada segala macam pengalaman
serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk
pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain perilaku merupakan respon
atau reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari
dalam dirinya. Respon ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan: berpikir,
berpendapat, bersikap) maupun aktif (melakukan tindakan). Sesuai dengan
batasan ini, perilaku kesehatan dapat dirumuskan sebagai bentuk pengalaman dan
interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut
pengetahuan dan sikap tentang kesehatan. Perilaku aktif dapat dilihat, sedangkan
perilaku pasif tidak tampak, seperti pengetahuan, persepsi atau motivasi
(Sarwono, 2004).
Perilaku yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perilaku pekerja las
terhadap penggunaan alat pelindung diri, apakah memakai atau tidak memakai
selama melakukan pengelasan.
Alasan pekerja tidak mau memakai alat pelindung diri adalah tidak sadar
atau tidak mengerti, panas, sesak, tidak enak dipakai, tidak enak dipandang, berat,
mengganggu pekerjaan, tidak sesuai dengan bahaya yang ada, tidak ada sangsi,
dan atasan juga tidak memakai (Santoso, 2004)
Pengukuran atau cara mengamati perilaku dapat dilakukan melalui dua
cara, secara langsung, maupun secara tidak langsung. Pengukuran perilaku yang
baik adalah secara langsung, yakni dengan pengamatan atau observasi, yaitu
mengamati tindakan dari subyek dalam rangka memelihara keselamatannya dalam
bekerja. Sedangkan secara tidak langsung menggunakan metode mengingat
38
Alat ini berguna untuk melindungi badan dari temperatur ekstrim, cuaca
buruk, cipratan bahan kimia atau logam cair, semburan dari tekanan
yang bocor, penetrasi benda tajam dan kontaminasi debu.
e) Sarung Tangan (Safety Glove)
Alat ini berguna untuk melindungi tangan dari benda-benda tajam,
bahan-bahan kimia, benda panas atau dingin, infeksi kulit dan kontak
arus listrik.
f) Sepatu Kerja (Safety Shoes)
Alat ini berguna untuk melindungi kaki dari benda-benda tajam, larutan
kimia, benda panas, kontak listrik. lantai licin, lantai basah, benda jatuh,
dan aberasi.
BAB III
KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL
DAN HIPOTESIS
A. Kerangka Teori
Lingkungan Kerja
Kelelahan Mata
Welder’s Flash
Perlindungan Pekerja
- Alat Pelindung Diri (APD)
42
43
B. Kerangka Konsep
- Pengetahuan
Keselamatan Kerja
- Perilaku Pemakaian APD
Kelelahan
- Karakteristik Las
Mata Welder’s
- Analisa Risiko Flash
- Tindakan Pengendalian
Risiko
Keterangan :
: Variabel Independen
: Variabel Dependen
:L
No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Skala Hasil Pengukuran
1. Kelelahan Mata Welder’s Adanya kejadian ditentukan bila Kuesioner Angket Ordinal 1. Tidak ada gejala, jika
Flash Pada Pekerja Las mengalami satu atau lebih pada gejala No. IV gejala dari skor total ≤
berikut: 50%
a. Mata berair 2. Ada gejala, jika gejala
b. Mata merah dari skor total > 50%
c. Mata terasa perih (Pheasant, 1991)
d. Pandangan kabur
e. Mata kesulitan fokus melihat
objek benda
f. Kepala terasa pusing
Gejala tersebut dirasakan dalam
waktu 2-12 jam setelah melakukan
pengelasan.
44
45
2. Pengetahuan Keselamatan Tingkat pengetahuan pekerja Kuesioner Angket Ordinal 1. Pengetahuan kurang,
No. II jika: < 60% jawaban benar
Kerja Pada Pekerja Las mengenai prosedur keselamatan
2. Pengetahuan baik,
kerja.
jika: > 80% jawaban benar
(Pheasant, 1991)
3. Karakteristik Las Jenis las listrik yang dilakukan Kuesioner Angket Ordinal 1. Las Tahan Listrik
pekerja pada saat melakukan 2. Las Busur dengan
pengelasan. Elektroda Berselaput
Fluks
3. Las Busur Gas TIG
4. Las Busur Gas MIG
5. Las Busur Rendam
(Suratman, 2007)
45
4. Perilaku Pemakaian Alat Perilaku pekerja terhadap pemakaian Kuesioner Angket Ordinal 1. Tidak Baik, jika tidak
Pelindung Diri (APD):
APD setiap melakukan pengelasan. No. III selalu menggunakan APD,
a. Helm Pengaman
(Safety Helm) skor total < 50%
b. Pelindung Muka
2. Baik, jika selalu
(Face Shield)
c. Kacamata Las menggunakan APD, skor
(Googles)
total > 50%
d. Pakaian Kerja
(Apron) (Tarwaka, 2008)
e. Sarung Tangan
(Safety Glove)
f. Sepatu Kerja (Safety
Shoes)
5. Analisa Risiko Menganalisa risiko kejadian Kuesioner Angket Ordinal 1. None (Hazard kelas E)
kelelahan mata welder’s flash yang 2. Low (Hazard kelas D)
kemungkinan terjadi pada saat 3. Medium (Hazard kelas
pengelasan. C)
4. High (Hazard kelas B)
5. Urgent (Hazard kelas A)
(Tarwaka, 2008)
46
47
6. Tindakan Pengendalian Persepsi pekerja terhadap Kuesioner Angket Ordinal 1.Tidak Ada Pengendalian
Risiko pengendalian yang dilakukan institusi No. V 2. Ada Pengendalian
untuk mencegah maupun mengatasi (Tarwaka, 2008)
risiko yang mungkin atau telah terjadi
pada saat pekerja melakukan
pengelasan.
47
48
D. Hipotesis
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah suatu strategi untuk mencapai tujuan
penelitian yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau
penuntun peneliti pada seluruh proses penelitian (Notoatmodjo, 2010).
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik
deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan terhadap sekumpulan objek
yang bertujuan untuk melihat gambaran fenomena (termasuk kesehatan)
yang terjadi di dalam suatu populasi tertentu (Notoatmodjo, 2010).
Metode penelitian diskriptif ini dilakukan dengan pendekatan
Cross Sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika
korelasi antara faktor-faktor beresiko dengan efek, dengan cara
pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat
(Notoatmodjo, 2010). Pada penelitian ini, peneliti melakukan penelitian
dengan menyebarkan kuesioner kepada responden dalam waktu yang
bersamaan.
49
50
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin
mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan
dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang
diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu,
kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi (Sugiyono, 2008).
3. Teknik Sampling
Dalam penelitian ini, teknik sampling yang dilakukan adalah
dengan metode sampling jenuh. Sampling jenuh adalah teknik
penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai
sampel. Sehingga jumlah sampel yang digunakan adalah sebesar 130.
D. Pengumpulan Data
1. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian di PT. Farmel Cahaya
Mandiridibagi menjadi 2, yaitu:
a. Data Primer
Data primer adalah data yang pertama kali dicatat dan
dikumpulkan oleh peneliti (Sanusi, 2014). Pada penelitian kali ini,
data primer mencakup identitas responden meliputi: umur,
pendidikan, pekerjaan, yang diperoleh dengan cara wawancara secara
langsung pada responden dengan menggunakan alat bantu kuesioner.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang langsung dikumpulkan oleh
peneliti sebagai penunjang dari sumber pertama. Dapat juga dikatakan
data yang tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen (Suryabrata,
1987). Data sekunder yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah
catatan kejadian yang ada di PT. Farmel Cahaya Mandiri.
51
2. Instrumen Penelitian
Menurut Alimul (2003) alat ukur dengan cara subyek diberikan
angket atau kuesioner dengan beberapa pertanyaan kepada responden.
Pembuatan kuesioner ini mengacu pada parameter yang sudah dibuat oleh
peneliti terhadap penelitian yang akan dilakukan. Instrumen yang
digunakan berupa kuesioner. Kuesioner merupakan daftar pertanyaan
yang disusun secara tertulis dalam rangka pengumpulan data suatu
penelitian.
E. Pengolahan Data
Dalam suatu penelitian, pengolahan data merupakan salah satu
langkah yang penting. Hal ini disebabkan karena data yang diperoleh
langsung dari penelitian masih mentah, belum memberikan informasi apa-
apa, dan belum siap untuk disajikan (Lusiana, 2015).
Oleh sebab itu, dalam proses pengolahan data harus melewati
tahap-tahap berikut ini (Notoatmodjo, 2010) :
1. Editing
Hasil wawancara, angket atau pengamatan dari lapangan harus
dilakukan penyuntingan (editing) terlebih dahulu. Secara umum
editing adalah merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan
isian formulir atau kuesioner.
2. Coding
Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya
dilakukan pengkodean atau coding, yakni mengubah data berbentuk
kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan.
3. Entry Data
Yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang
dalam bentuk ‘kode’ (angka atau huruf) dimasukkan kedalam program
atau ‘software’ komputer. Software komputer ini bermacam-macam,
masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangannya. Salah satu
52
F. Analisis Data
F.1 Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Dalam analisis
univariat umumnya hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan
presentasi dari masing-masing variabel (Notoatmodjo, 2010).
F.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang
berhubungan atau berkolerasi (Notoatmodjo, 2010). Analisis bivariat
dalam penelitian ini menggunakan analisis Chi-kuadrat (Chi-square).
54
BAB V
A. Hasil Penelitian
menyebar kuesioner kepada 130 pekerja las PT. Farmel Cahaya Mandiri sebagai
B. Analisis Univariat
Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa responden dengan kelompok usia <20
tahun sebanyak 19 orang (15%), responden dengan kelompok usia 20-30 tahun
sebanyak 33 orang (25%), dan kelompok usia >50 tahun sebanyak 3 orang (2%),
kelompok usia pada PT. Farmel Cahaya Mandiri di dominasi oleh kelompok usia
(15,4%), responden dengan masa kerja 2-5 tahun sebanyak 30 orang (23,1%),
responden dengan kelompok masa kerja 6-9 tahun sebanyak 29 orang (22,3%),
responden dengan kelompok masa kerja 10-15 tahun sebanyak 44 orang (33,8%),
dan kelompok masa kerja >16 tahun sebanyak 7 orang (5,4%), berdasarkan uraian
tersebut dapat disumpulkan bahwa responden dengan kelompok masa kerja pada
PT. Farmel Cahaya Mandiri di dominasi oleh kelompok masa kerja 10-15 tahun
tamat perguruan tinggi sebanyak 7 orang (5%), berdasarkan uraian tersebut dapat
Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa responden dengan berpengetahuan baik
Mandiri
Perilaku
Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa responden dengan perilaku baik sebanyak
126 orang (96,9%) dan responden dengan perilaku kurang baik sebanyak 4 orang
(3,1%).
Gejala
Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa responden dengan tidak ada gejala
sebanyak 125 orang (96,2%) dan responden dengan ada gejala sebanyak 5 orang
(3,8%).
Pengendalian
Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa responden dengan ada pengendalian
sebanyak 125 orang (96,2%) dan responden dengan tidak ada pengendalian
C. Analisis Bivariat
mata pada pekerja las di PT. Farmel Cahaya Mandiri dapat dilihat pada tabel
berikut :
Kejadian Kelelahan Mata Pada Pekerja Las di PT. Farmel Cahaya Mandiri
keselamatan kerja dengan kelelahan mata welder’s flash pada pekerja las di PT.
dengan faktor gejala mata berair, 28 orang (23%) yang berpengatuhan baik
dengan faktor gejala mata merah, 28 orang (23%) yang berpengatuhan baik
60
dengan faktor gejala mata terasa perih, 25 orang (21%) yang berpengatuhan baik
dengan faktor pandangan kabur, 14 orang (12%) yang berpengatuhan baik dengan
faktor mata kesulitan fokus melihat objek benda, dan 6 orang (5%) yang
faktor gejala mata berair, 4 orang (40%) yang berpengatuhan kurang dengan
faktor gejala mata merah, 2 orang (20%) yang berpengatuhan kurang dengan
faktor gejala mata terasa perih, 1 orang (10%) yang berpengatuhan kurang dengan
faktor pandangan kabur, 1 orang (10%) yang berpengatuhan kurang dengan faktor
mata kesulitan fokus melihat objek benda, dan 1 orang (10%) yang berpengatuhan
kurang dengan faktor gejala kepala terasa pusing. Sedangkan Hasil uji Chi-Square
menunjukan ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan pada pekerja las di
PT. Farmel Cahaya Mandiri dengan adanya gejala kelelahan mata (P-Value 0,00).
Cahaya Mandiri
Hubungan faktor perilaku dengan kejadian kelelahan mata pada pekerja las
kelelahan mata welder’s flash pada pekerja las di PT. Farmel Cahaya Mandiri
pelindung dengan faktor gejala mata berair, 29 orang (24%) yang berperilaku baik
yang selalu memakai kacamata pelindung dengan faktor gejala mata merah, 27
orang (22%) yang berperilaku baik yang selalu memakai kacamata pelindung
dengan faktor gejala mata terasa perih, 26 orang (21%) yang berperilaku baik
orang (12%) yang berperilaku baik yang selalu memakai kacamata pelindung
dengan faktor mata kesulitan fokus melihat objek benda, dan 7 orang (6%) yang
berpengatuhan baik dengan faktor gejala kepala terasa pusing, sedangkan perilaku
baik yang jarang memakai kacamata pelindung dengan faktor gejala mata berair, 2
orang (50%) yang berperilaku baik yang jarang memakai kacamata pelindung
dengan faktor gejala mata merah, 1 orang (25%) yang berperilaku yang jarang
memakai kacamata pelindung dengan faktor gejala mata terasa perih, 0 orang
pelindung dengan faktor mata kesulitan fokus melihat objek benda, dan 0 orang
62
(0%) yang berperilaku jarang memakai kacamata pelindung dengan faktor gejala
kepala terasa pusing, sedangkan perilaku yang tidak pernah memakai kacamata
kacamata pelindung dengan faktor gejala mata berair, 1 orang (33%) yang
berperilaku yang tidak pernah memakai kacamata pelindung dengan faktor gejala
mata merah, 0 orang (0%) yang berperilaku tidak pernah memakai kacamata
pelindung dengan faktor gejala mata terasa perih, 0 orang (0%) yang berperilaku
orang (25%) yang berperilaku tidak pernah memakai kacamata pelindung dengan
faktor mata kesulitan fokus melihat objek benda, dan 0 orang (0%) yang
kepala terasa pusing. Sedangkan Hasil uji Chi-Square menunjukan ada hubungan
yang bermakna antara perilaku pada pekerja las di PT. Farmel Cahaya Mandiri
Mandiri
mata pada pekerja las di PT. Farmel Cahaya Mandiri dapat dilihat pada tabel
berikut :
63
pengendalian dengan kelelahan mata welder’s flash pada pekerja las di PT.
dengan faktor gejala mata berair, 31 orang (24%) yang adanya pengendalian
dengan faktor gejala mata merah, 30 orang (23%) yang adanya pengendalian
dengan faktor gejala mata terasa perih, 25 orang (20%) yang adanya pengendalian
dengan faktor mata kesulitan fokus melihat objek benda, dan 7 orang (5%) yang
adanya pengendalian dengan faktor gejala kepala terasa pusing, sedangkan tidak
dengan faktor gejala mata berair, 1 orang (50%) yang tidak adanya pengendalian
dengan faktor gejala mata merah, 0 orang (0%) yang tidak adanya pengendalian
dengan faktor gejala mata terasa perih, 1 orang (50%) yang tidak adanya
pengendalian dengan faktor pandangan kabur, 0 orang (0%) yang tidak adanya
pengendalian dengan faktor mata kesulitan fokus melihat objek benda, dan 0
orang (0%) yang tidak adanya pengendalian dengan faktor gejala kepala terasa
bermakna antara pengendalian pada pekerja las di PT. Farmel Cahaya Mandiri
C.4 Analisis Risiko Kerja Dengan Faktor Kejadian Kelelahan Mata Pada
Tabel 4.9 Analisis Risiko Kerja Dengan Kejadian Kelelahan Mata Pada
Analisis resiko dengan kejadian kelelahan mata pada pekerja las di PT.
Count
Mata
kesulitan
Kepala
Mata Mata Mata terasa Pandangan fokus
terasa
berair merah perih kabur melihat
Analisis Resiko pusing Total P
objek
benda
N % N % N % N % N % N %
kelompok mata berair pada kategori tidak ada resiko (hazard kelas E) yaitu
sebesar 4%, kategori resiko low (hazard kelas D) yaitu sebesar 9%, kategori
resiko medium (hazard kelas C) yaitu sebesar 9%, kategori resiko high (hazard
kelas B) yaitu sebesar 22%, dan kategori urgent (hazard kelas A) sebesar 57%.
Kelelahan mata dengan kelompok mata merah pada kategori tidak ada resiko
(hazard kelas E) yaitu sebesar 4%, kategori resiko low (hazard kelas D) yaitu
sebesar 8%, kategori resiko medium (hazard kelas C) yaitu sebesar 17%, kategori
resiko high (hazard kelas B) yaitu sebesar 21%, dan kategori urgent (hazard kelas
A) sebesar 50%.
Kelelahan mata dengan kelompok mata terasa perih pada kategori tidak ada
resiko (hazard kelas E) yaitu sebesar 4%, kategori resiko low (hazard kelas D)
yaitu sebesar 9%, kategori resiko medium (hazard kelas C) yaitu sebesar 13%,
kategori resiko high (hazard kelas B) yaitu sebesar 26%, dan kategori urgent
Kelelahan mata dengan kelompok pandangan kabur pada kategori tidak ada
resiko (hazard kelas E) yaitu sebesar 4%, kategori resiko low (hazard kelas D)
yaitu sebesar 8%, kategori resiko medium (hazard kelas C) yaitu sebesar 16%,
kategori resiko high (hazard kelas B) yaitu sebesar 20%, dan kategori urgent
Kelelahan mata dengan kelompok mata kesulitan fokus melihat objek benda
pada kategori tidak ada resiko (hazard kelas E) yaitu sebesar 5%, kategori resiko
low (hazard kelas D) yaitu sebesar 10%, kategori resiko medium (hazard kelas C)
66
yaitu sebesar 20%, kategori resiko high (hazard kelas B) yaitu sebesar 25%, dan
Kelelahan mata dengan kelompok kepala terasa berat pada kategori tidak
ada resiko (hazard kelas E) yaitu sebesar 7%, kategori resiko low (hazard kelas D)
yaitu sebesar 7%, kategori resiko medium (hazard kelas C) yaitu sebesar 13%,
kategori resiko high (hazard kelas B) yaitu sebesar 13%, dan kategorik urgent
PEMBAHASAN
Dalam pembahasan ini akan difokuskan akan hal-hal yang berkaitan dengan
tujuan penelitian. Pada bab sebelumnya bahwa tujuan penelitian ini adalah untuk
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.9 dapat dilihat bahwa kecelakaan
kerja di PT. Farmel Cahaya Mandiri adalah sebanyak 6 kasus. Jenis kecelakaan kerja
yang sering terjadi seperti mata berair sebanyak 23 pekerja, mata merah sebanyak 24
pekerja, mata terasa perih sebanyak 23, pandangan kabur sebanyak 25 pekerja, mata
kesulitan fokus melihat objek benda sebanyak 20 pekerja dan kepala terasa pusing
fatal, biasanya didahului dengan adanya 10 kali kecelakaan ringan. Dan 10 kecelakan
peralatan muncul setelah adanya 600 kejadian near miss. Kecelakaan ringan yang
terjadi disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor pekerja, faktor manajemen dan
faktor lingkungan kerja. Penelitian tersebut sesuai dengan teori dari ILO yang
67
68
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat pekerja las di PT. Farmel Cahaya
Mandiri yang memiliki pengetahuan rendah dan tinggi dapat mengalami kecelakaan
akan tetapi yang berpengetahuan lebih rendah lebih besar terjadi kecelakaan kerja
daripada pekerja yang memiliki pengetahuan tinggi, pekerja yang memiliki sikap
negatif dalam bekerja lebih banyak yang pernah mengalami kecelakaan kerja
daripada pekerja yang memiliki sikap positif dalam bekerja, pekerja yang tidak patuh
terhadap prosedur saat bekerja lebih banyak yang pernah mengalami kecelakaan kerja
daripada pekerja yang patuh terhadap prosedur saat bekerja. Pekerja yang menjawab
daripada pekerja yang menjawab tingginya sosialisasi K3, pekerja yang menjawab
tidak kondusifnya lingkungan kerja lebih banyak yang pernah mengalami kecelakaan
Cahaya Mandiri
bahwa pengetahuan merupakan salah satu faktor penting dalam memotivasi seseorang
dalam bertindak. Menurut Siregar (2014) dalam ILO, pengetahuan yaitu pemahaman
pekerja mengenai tipe-tipe risiko yang terdapat di tempat kerja, sumber pajanan dan
akan semakin tinggi tindakan tidak aman yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja.
69
Semakin positif perilaku yang dilakukan akan mampu menghindari kejadian yang
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.6 dari 130 orang responden yang
pernah mengalami kecelakaan kerja, dapat dilihat bahwa pekerja yang termasuk
dalam kategori pengetahuan tinggi lebih banyak yang pernah mengalami kecelakaan
Berdasarkan hasil uji chi-square pearson di atas, diperoleh nilai P Value= 0,00≤ 0,05,
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa pengetahuan pekerja las di PT.
Farmel Cahaya Mandiri baik berpengetahuan rendah dan tinggi tetap mengalami
kecelakan kerja, salah satu yang menjadi penyebab kecelakaan tersebut adalah
lamanya paparan sinar yang berasal dari las tersebut walaupun para pekerja sudah
memakai alat pellindung sinar las akan tetapi tetap saja bekemungkinan mengalami
gejala mata lelah. Pekerja las merasa penggunaan kacamata hitam dan alat pelindung
mata sangat penting karena jika mereka tidak memakainya maka akan mata pekerja
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.7 dari 130 orang responden yang
pernah mengalami kecelakaan kerja, dapat dilihat bahwa pekerja yang termasuk
dalam kategori sikap negatif banyak yang pernah mengalami kecelakaan kerja dari
pada pekerja dengan sikap positif. Berdasarkan hasil uji chi-square pearson di atas,
diperoleh nilai P Value= 0,03≤ 0,05, menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
70
signifikan antara sikap dengan kecelakaan kerja. Dengan demikian, hipotesis terbukti
Dari hasil penelitian dari 130 pekerja terdapat semua pekerja yang pernah
mengalami kecelakaan kerja dan pekerja dengan selalu memakai hingga tidak pernah
memakai kaca mata pelindung tetap mengalami kelahan mata, hal tersebut
dikarenakan cahaya yang dihasilkan dari pengelasan sangat beresiko tinggi jika selalu
disebabkan oleh mesin tapi disebabkan oleh manusia itu sendiri (unsafe act). Menurut
meyakinkan seseorang dengan mempunyai dasar kognitif, hal ini terlepas dari aspek
lain.
Oleh karena itu untuk meningkatkan sikap yang baik kepada para pekerja
dalam penggunaan kacamata hitam atau pelindung mata dalam melakukan pekerjaan,
menggunakan kacamata hitam atau pelindung mata dengan benar dan lengkap.
atau pelindung mata di tempat kerja juga perlu di terapkan agar pekerja terdorong
menggunakan kacamata hitam atau pelindung mata dengan lengkap karena adanya
peraturan yang mewajibkan kacamata hitam atau pelindung mata tersebut, sehingga
pekerja terus memakai kacamata hitam atau pelindung mata dan lama kelamaan akan
71
terbiasa dan merasa nyaman dalam menggunakan kacamata hitam atau pelindung
mata.
Menurut pendapat Siregar (2014) yang mengutip pendapat J.M Black, dalam
menyatakan bahwa supervise atau pengawasan adalah suatu pekerjaan yang berarti
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.8 dari 130 orang responden yang
pernah mengalami kecelakaan kerja, dapat dilihat bahwa pekerja yang termasuk
dalam kategori pengendalian rendah lebih banyak yang pernah mengalami kecelakaan
kerja dari pada pekerja dalam kategori pengawasan tinggi. Berdasarkan hasil uji chi-
square pearson di atas, diperoleh nilai P Value= 0,01≤ 0,05, menunjukkan bahwa
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Siregar (2014) hasil uji chi-square
dimana P value 0,020. Pengawasan yang dilakukan mandor pada PT. Farmel Cahaya
pelindung mata dari cahaya las pada pekerja, hal ini terjadi karena pekerja yang ada di
area pabrik cukup displin dan tegas dalam pengawasan yang dilakukan di area pabrik
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraiakan pada bab
sebelumnya, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut.
1. Ada hubungan antara variabel faktor resiko pada variable pengetahuan dengan
kelelahan mata pada pekerja laas di PT. Farmel Cahaya Mandirik.
2. Ada hubungan antara variabel faktor resiko pada variabel perilaku dengan
kelelahan mata pada pekerja laas di PT. Farmel Cahaya Mandiri
3. Ada hubungan antara variabel faktor resiko pada variabel pengendalian dengan
kelelahan mata pada pekerja laas di PT. Farmel Cahaya Mandiri
B. Saran
1. Memberikan sosialisasi tentang pentingnya penggunaan pelindung mata yang
lengkap untuk meminimalisir tingginya paparan cahaya las dan memperkecil
resiko kecelakaan kerja yang bisa terjadi, termasuk memberikan brefing setiap
pagi tentang cara kerja, bahaya dan risiko ditempat kerja. Memberikan arahan
kepada pekerja agar lebih displin dan tegas dalam mengawasi pekerja.
2. Menambah luas ventilasi atau memasang beberapa exhaust fan agar udara
mengalir dan suhu pabrik tidak panas dan sesuai dengan suhu lingkungan kerja.
72
DAFTAR PUSTAKA
Albertus Ari Eka P.,2007, Faktor yang berhubungan dengan Pemakaian Alat
Pelindung Masker pada Tenaga Pengelas di Wilayah Karangrejo Kota
Semarang, Semarang: Skripsi FKM UNDIP.
Alimul, Aziz. 2003. Penelitian Metode Kebidanan dan Teknik Analisa Data.
Jakarta: Salemba Medika.
DEPKES RI, 1990. Upaya Kesehatan Kerja Sektor Informal Industri. Jakarta:
Dirjen Peran Serta Masyarakat, Depkes.
DEPKES RI, 2008. Kajian Kondisi Kerja pada Sektor Informal/UKM dan
Dampaknya Pada Kesehatan Pekerja.Jakarta: Departemen Kesehatan.
Direktorat Bina Peran Serta Masyarakat, 1990. Upaya Kesehatan Kerja Sektor
Informal di Indonesia, Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
73
74
Mathis Robert, Jackson John. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:
Salemba empat.
Pakasi, Trevino. 1999. The Eye Problem of Public Transportation’s Drivers and
Its Prevention. Majalah Hiperkes dan Keselamatan Kerja Vol XXXII No. 1 hal
22-25. Jakarta.
Lusiana, N., Andriani, R., dan Megasari, M. 2015. Buku Ajar Metodologi
Penelitian Kebidanan. Yogyakarta : Deepublish.
Sliney, D.H. 2002. How Light Reaches The Eyes and Its Components. Int J.
Toxicol, 21 (6), pp: 501-509.
Sonawan H., dan Suratman R., Pengantar untuk Memahami Proses Pengelasan
Logam, Cetakan Kedua, CV Alfabeta, 2006, Bandung.
Suma’mur, 1996. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT. Toko
Gunung Agung.
Suratman, M, 2001. Teknik Mengelas Asetilin, Brazing, dan Las Busur Listrik.
Bandung: Pustaka.
LAMPIRAN
77
LEMBAR KUESIONER
Dengan Hormat,
Demikian yang dapat saya sampaikan, atas bantuan yang saudara berikan
saya berterimakasih sebesar-besarnya.
Peneliti
78
INFORMED CONSENT
LEMBAR PERNYATAAN
PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Nama :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Responden
79
Lampiran 1
No. Responden
KUESIONER PENELITIAN
I. IDENTITAS RESPONDEN
Nama : ...............................................................................
Umur : ..............................................................................Tahun
Masa Kerja : ..............................................................................Tahun
Beri tanda silang (×) sesuai pilihan Anda.
PendidikanTerakhir : 1. Tidak tamat SD
2. Tamat SD
3. Tamat SMP/MTs
4. Tamat SMA/MA/SMK
5. Tamat Perguruan Tinggi
II. PENGETAHUAN
PETUNJUK PENGISIAN
Berilah tanda ceklis (✔) pada kolom jawaban yang anda anggap benar.
JAWABAN
NO. PERTANYAAN
YA TIDAK
1. Apakah bekerja di industri las
berpotensi menimbulkan bahaya
sekarang maupun di masa yang akan
datang terhadap kesehatan?
2. Apakah bekerja tanpa menggunakan alat
pelindung diri itu berbahaya?
80
III. PERILAKU
PETUNJUK PENGISIAN
Berilah tanda ceklis (✔) pada kolom jawaban yang Anda anggap benar.
JAWABAN
NO. PERTANYAAN
Selalu Jarang Tidak Pernah
Menggunakan Helm Pengaman (Safety
1.
Helm) pada saat melakukan pengelasan
Menggunakan Kacamata Las (Googles)
2.
pada saat melakukan pengelasan
3. Menggunakan Pelindung Muka (Face
81
IV. GEJALA
Berilah tanda ceklis (✔) pada kolom jawaban yang Anda anggap benar.
JAWABAN
NO. PERTANYAAN
ADA TIDAK
V. PENGENDALIAN
Berilah tanda ceklis (✔) pada kolom jawaban yang Anda anggap benar.
JAWABAN
NO. PERTANYAAN
ADA TIDAK
82