Acara 3 - Perkecambahan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 8

III.

TINJAUAN PUSTAKA

Perkecambahan merupakan suatu proses keluarnya bakal tanaman (tunas)


dari lembaga yang disertai dengan terjadinya mobilisasi cadangan makanan dari
jaringan penyimpanan atau keping biji ke bagian vegetatif (sumbu pertumbuhan
embrio atau lembaga) (Astwana, 2009). Terdapat 2 macam tipe perkecambahan,
yaitu perkecambahan diatas tanah (epigeal) dan perkecambahan dibawah tanah
(hypogeal). Perbedaan keduanya adalah keberadaan atau posisi daun lembaga pada
saat berkecambah, epigeal terjadi jika plumula muncul diatas permukaan tanah,
sedangkan kotiledon tetap berada didalam tanah. Hypogeal terjadi jika plumula dan
kotiledon muncul diatas permukaan tanah (Mudiana, 2007).
Menurut Mudiana (2007), tahap yang terjadi pada proses perkecambahan
secara garis besar meliputi :
1. Penyerapan air oleh biji yang menyebabkan melunaknya kulit biji. Calon akan
mulai keluar dan tumbuh kearah bumi (geotiopisme).
2. Mulai terjadinya aktivitas sel dan enzim- enzim yang terdapat dalam biji, serta
ditandai dengan meningkatnya proses respirasi biji. Pada tahap ini mulai
tumbuhnya hypocotyl dan cotyledon atau daun lembaga.
3. Penguraian komponen kimia kompleks menjadi unsur yang lebih sederhana
untuk ditranslokasikan ke titik- titik tumbuh. Penyusutan keping lembaga mulai
tampak seiring dengan mulai terbentuknya paracotyledon yang menyerupai daun
tersusun berhadapan.
4. Terjadi proses asimilasi untuk menghasilkan energi bagi pertumbuhan sel- sel
baru. Pembentukan calon daun muda mulai terlihat.
5. Pertumbuhan kecambah berlanjut melalui proses pembelahan, pembesaran, dan
pembagian sel. Terbentuknya daun yang tetap merupakan ciri morfologis yang bisa
diamati pada tahap ini.
Biji harus memenuhi paling tidak tiga syarat untuk berkecambah , yaitu biji
harus dalam keadaan variabel (hidup), biji tidak dalam keadaan dorman (istirahat),
dan persyaratan lingkungan untuk perkecambahan biji (Sumiastri dkk., 2011).
Kacang Hijau (Vigna radiata) merupakan tanaman satu musim dan dapat tumbuh
di segala macam jenis tanah yang mempunyai drainase baik. Tanaman kacang hijau
ini lebih mudah dibandingkan dengan kacang-kacangan lainnya, karena
mempunyai daya adaptasi yang tinggi, umur yang relatif pendek, dan cocok
ditanam di lahan yang kurang air. Biji kacang hijau termasuk dalam tipe
perkecambahan epigeal (Barus dkk., 2014).
Jagung (Zea mays) adalah salah satu tanaman pangan penghasil karbohidrat.
Biji jagung terdiri dari pericarp, yang merupakan lapisan tipis terluar, endosperm
sebagai cadangan makanan, dan embrio. Biji jagung berbentuk bulat licin dan
berkeping tunggal. Biji jangung termasuk dalam tipe perkecambahan hipogeal
(Aak, 1993).
Kangkung (Ipomoea aquatica) adalah tumbuhan yang termasuk jenis sayur-
sayuran dan ditanam sebagai makanan. Kangkung termasuk famili Convolvulaceae
yang banyak tumbuh di daerah tropis dan subtropis. Morfologi biji kangkung yaitu
berbentuk tegak bulat atau bersegi- segi dan berwarna coklat atau kehitaman. Biji
kangkung termasuk biji berkeping dua (dikotil). Biji kangkung termasuk dalam tipe
perkecambahan epigeal (Sepriani dkk., 2015).
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses perkecambahan.
Proses perkecambahan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor-faktor internal yang dapat mempengaruhi proses perkecambahan sebagai
berikut :
1. Tingkat kemasakan benih ; tingkat kemasakan benih yang rendah dapat
menyebabkan benih tidak mempunyai viabilitas yang tinggi karena belum
memiliki cadangan makanan yang cukup dan pembentukan embrio belum
sempurna (Sutopo, 1998).
2. Ukuran dan berat benih ; berpengaruh terhadap kecepatan perkecambahan.
ukuran dan berat benih yang besar akan mengandung cadangan makanan yang
lebih banyak daripada benih yang berukuran kecil dan ringan dalam satu jenis
benih (Sutopo, 1998).
3. Dormansi ; menunjukkan kondisi tidak dapatnya benih untuk berkecambah,
walaupun sudah berada dalam kondisi yang secara normal baik untuk
berkecambah, seperti kelembaban yang cukup, suhu, serta cahaya yang sesuai
(Schmidt, 2002).
Beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi proses perkecambahan yaitu
sebagai berikut :
1. Oksigen ; kadar oksigen yang terbatas dapat mempengaruhi proses
perkecambahan. Pada biji yang berdomansi, apabila oksigen dapat masuk ke
dalam benih hingga 80%, karena umumnya oksigen yang masuk ke embrio
hanya kurang dari 3% (Sutopo, 1998).
2. Air ; sangat penting dalam aktivitas enzim, perombakan cadangan makanan,
translokasi, dan penggunaan cadangan makanan yang berguna untuk proses
perkecambahan, pertumbuhan dan perkembangan benih (Copeland dan Mc.
Donald, 2011).
3. Suhu ; suhu optimum bagi perkecambahan yaitu 15-30 0C, dan temperature
maksimum untuk perkecambahan adalah 35-40 0C (Susanto dan Sundari, 2011).
4. Cahaya ; kebutuhan benih terhadap cahaya untuk berkecambah berbeda-beda
tergantung pada jenis tanaman. Benih yang dikecambahkan pada keadaan
kurang cahaya atau gelap dapat menghasilkan kecambah yang mengalami
etiolasi, yaitu terjadinya pemanjangan yang tidak normal pada hipokotil atau
epikotil, kecambah juga akan pucat dan lemah (Ashari, 1995).
Fungsi perlakuan
Tabel hasil
Bahas hasil
DAFTAR PUSTAKA

Aak. 1993. Teknik Bercocok Tanam Jagung. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI Press, Jakarta.

Astwana, M. 2009. Sehat dengan Hidangan Kacang dan Biji- Bijian. Penebar
Swadaya, Jakarta.

Barus, A. W., Khair, H., dan Siregar, M. A. 2014. Respon pertumbuhan dan
produksi kacang hijau (Phaseolus radiatus l.) akibat penggunaan pupuk
organik cair dan pupuk tsp. Jurnal Agrium 19(1): 1-11
Copeland, L.O., dan Mc Donald, M. B. 2001. Principles of Seed Science and
Technology. Brugress Publishing Company, New York.

Mudiana, D. 2007. Perkembangan Syzygrum cumini (L.) skeele. Biodiversitas 8 (1)


: 39-42.

Schmidt, L. 2002. Pedoman Penanganan Benih Tanaman Hutan Tropis dan


Subtropis. Gramedia, Jakarta.

Sepriani Yusmaidar, Dorliana Kamsia, dan Sihaloho Nopardo. 2015. Pengaruh


pemberian pupuk organik cair urine domba terhadap pertumbuhan dan
produksi tanaman kangkung (Ipomoea reptans). Jurnal Agroplasma
(STIPER) 3 (2) : 1 – 14.

Sumiasri, N., Priadi, D., dan Kabinawa, I. N. K. 2011. Pengaruh berbagai


konsentrasi zat pengatur tumbuh sekawa terhadap perkecambahan biji dan
pertumbuhan semai lerak (Sapindus rarak) pada media kompos. Jurnal
Bioma 1 (1) : 1-10.

Susanto, G. W. A., dan Sundari, T. 2011. Perubahan Karakter Agronomi Aksesi


Plasma Nutfah Kedelai dilingkungan Ternaungi. Jurnal Agron Indonesia 39
(1) : 1-6.

Sutopo, I. 1998. Teknologi Benih. Grafindo, Jakarta.

ACARA 2

1. Pengukuran luas daun masuk acara 2


2. Tambahan tujuan :
a. Mengetahui fase pertumbuhan daun talok (nama latin) berdasarkan
kurva sigmoid
b. Untuk tujuan nomor 2 dan 3 kata depannya membandingkan diganti
jadi mengetahui

Pertumbuhan adalah bertambah besarnya ukuran secara fisik akibat


perbanyakan sel serta bertambahnya jumlah zat intraseluler. Pertumbuhan juga
dipengaruhi oleh faktor internal (gen dan hormon) dan faktor eksternal (tanah,
kelembaban, cahaya, dan air). Kurva sigmoid merupakan kurva pertumbuhan pada
fase vegetatif sampai titik tertentu akibat pertambahan sel tanaman dan kemudian
melambat. Periode awal dengan laju pertumbuhan eksponensial yang pendek,
kemudian linear yang relatif panjang. Laju pertumbuhan yang linear diikuti oleh
fase yang lajunya menurun (Perwitasari dkk., 2012).
Luas daun merupakan salah satu parameter penting yang diperlukan untuk
mengetahui pertumbuhan suatu tanaman. Faktor yang penting untuk diperhatikan
dalam mengukur luas daun adalah ketepatan hasil pengukuran dan kecepatan
pengukuran. Untuk pengukuran indeks luas daun ketepatan pengukuran yang
diperlukan. Metode untuk mengukur luas daun yaitu metode kertas milimeter, daun
digambar diatas kertas milimeter dengan mengikuti pola daun (Maftuchah dan
Idiyah, 1995).

DAFTAR PUSTAKA
Perwitasari, B., Tripatmasari, M., dan Wasonowati, C. 2012. Pengaruh media
tanaman dan nutrisi terhadap pertumbuhan dan hasil tanam pakchoi (Brassica
juncea L.) dengan sistem hidroponik. Jurnal Agrovigor 5 (1) : 14-25.
Maftuchah dan Idiyah, S. 1995. Analisa Pertumbuhan Tanaman. Fakultas
Pertanian. Universitas Muhamadiyah Malang, Malang.
LAMPIRAN

Gambar 1. Perkecambahan Hari ke- 2 Gambar 2. Perkecambahan Hari ke- 3


(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2018) (Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2018)

Gambar 3. Perkecambahan Hari ke- 4


(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2018)
Gambar 2. Perkecambahan Hari ke- 1
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2018)

Gambar 3. Perkecambahan Hari ke- 2


(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2018)

Gambar 4. Perkecambahan Hari ke- 3


(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2018)
Gambar 5. Perkecambahan Hari ke- 4
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2018)

Anda mungkin juga menyukai