Preskas Episkleritis - DR Retno, SPM
Preskas Episkleritis - DR Retno, SPM
Preskas Episkleritis - DR Retno, SPM
DISUSUN OLEH :
M.M. Afif G99162121
Anisa Hasanah G99162125
Alifis Sayandri M G99162129
Sitaresmi Raras Nirmala G99162127
PEMBIMBING :
1
BAB II
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
Nama : An. SAM
Umur : 12 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Jawa
Kewarganegaraan: Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Sumber Agung, Klego, Boyolali
Tanggal periksa : 6 Agustus 2018
Nomor RM : 01428xxx
Cara pembayaran : Umum
II. ANAMNESIS
A. Keluhan utama
Mata kiri merah
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Poliklinik Mata RSUD Dr. Moewardi dengan
keluhan mata kiri merah sejak 4 hari yang lalu. Keluhan dirasakan terus
menerus, makin merah terutama ketika terpapar debu, dan sinar matahari.
Keluhan tidak disertai blobok, nyerocos, gatal, kering, pandangan silau
maupun cekot-cekot. Mata merah tidak disertai dengan penurunan tajam
penglihatan, penglihatan dobel, dan pandangan kabur.
Selain itu pasien juga mengeluhkan benjolan kecil di mata sebelah
kiri yang muncul satu hari kemudian. Benjolan berukuran kurang lebih 1
mm, terletak di dekat sudut mata bagian luar, berbatas tegas, berbentuk
bulat, berwarna putih. Benjolan di mata kiri pasien membuat rasa
menngganjel, namun tidak disertai rasa nyeri.
2
Keluhan yang dialami pasien tidak mengganggu aktivitas sehrai-
hari. Untuk mengurangi keluhan tersebut, pasien menggunakan tetes
mata insto, namun tidak mengalami perbaikan.
Pasien tidak mengeluhkan adanya kelainan pada mata kanan.
E. Kesimpulan
Anamnesis
OD OS
Proses - Inflamasi
Lokasi - Episklera
Sebab - Idiopatik
Perjalanan - Akut
Komplikasi - Belum ada komplikasi
3
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. Kesan umum dan vital sign
Keadaan umum baik E4V5M6, gizi kesan cukup
TD = 100/70 mmHg N = 88 x/menit RR = 20 x/menit T = 36,8 0C
B. Pemeriksaan subyektif
OD OS
A. Visus Sentralis
1. Visus sentralis jauh 6/6 E 6/6E
a. pinhole Tidak dilakukan Tidak dilakukan
b. koreksi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
c. refraksi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
2. Visus sentralis dekat Tidak dilakukan Tidak dilakukan
B. Visus Perifer
1. Konfrontasi tes Sama dengan pemeriksa Sama dengan pemeriksa
2. Proyeksi sinar Dalam batas normal Dalam batas normal
3. Persepsi warna Dalam batas normal Dalam batas normal
C. Pemeriksaan obyektif
1. Sekitar mata OD OS
a. tanda radang Tidak ada Tidak ada
b. luka Tidak ada Tidak ada
c. parut Tidak ada Tidak ada
d. kelainan warna Tidak ada Tidak ada
e. kelainan bentuk Tidak ada Tidak ada
2. Supercilia
a. warna Hitam Hitam
b. tumbuhnya Normal Normal
c. kulit Sawo matang Sawo matang
d. gerakan Dalam batas normal Dalam batas normal
3. Pasangan bola mata dalam orbita
4
a. heteroforia Tidak ada Tidak ada
b. strabismus Tidak ada Tidak ada
c. pseudostrabismus Tidak ada Tidak ada
d. exophtalmus Tidak ada Tidak ada
e. enophtalmus Tidak ada Tidak ada
4. Ukuran bola mata
a. mikroftalmus Tidak ada Tidak ada
b. makroftalmus Tidak ada Tidak ada
c. ptisis bulbi Tidak ada Tidak Ada
d. atrofi bulbi Tidak ada Tidak ada
e. buftalmos Tidak ada Tidak ada
f. megalokornea Tidak ada Tidak ada
g. mikrokornea Tidak ada Tidak ada
5. Gerakan bola mata
a. temporal Tidak terhambat Tidak terhambat
b. temporal superior Tidak terhambat Tidak terhambat
c. temporal inferior Tidak terhambat Tidak terhambat
d. nasal Tidak terhambat Tidak terhambat
e. nasal superior Tidak terhambat Tidak terhambat
f. nasal inferior Tidak terhambat Tidak terhambat
6. Kelopak mata
a. pasangannya
1) edema Tidak ada Tidak ada
2) hiperemi Tidak ada Tidak ada
3) blefaroptosis Tidak ada Tidak ada
4) blefarospasme Tidak ada Tidak ada
b. gerakannya
1) membuka Tidak tertinggal Tidak tertinggal
2) menutup Tidak tertinggal Tidak tertinggal
c. rima
5
1) lebar 10 mm 10 mm
2) ankiloblefaron Tidak ada Tidak ada
3) blefarofimosis Tidak ada Tidak ada
d. kulit
1) tanda radang Tidak ada Tidak ada
2) warna Sawo matang Sawo matang
3) epiblepharon Tidak ada Tidak ada
4) blepharochalasis Tidak ada Tidak ada
e. tepi kelopak mata
1) enteropion Tidak ada Tidak ada
2) ekteropion Tidak ada Tidak ada
3) koloboma Tidak ada Tidak ada
4) bulu mata Dalam batas normal Dalam batas normal
7. Sekitar glandula lakrimalis
a. tanda radang Tidak ada Tidak ada
b. benjolan Tidak ada Tidak ada
c. tulang margo tarsalis Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
8. Sekitar saccus lakrimalis
a. tanda radang Tidak ada Tidak ada
b. benjolan Tidak ada Tidak ada
9. Tekanan intraokular
a. palpasi Kesan normal Kesan normal
(sama dengan (sama dengan
pemeriksa) pemeriksa)
b. non-contact tonometry Tidak dilakukan Tidak dilakukan
10. Konjungtiva
a. konjungtiva palpebra superior
1) edema Tidak ada Tidak ada
2) hiperemi Tidak ada Tidak ada
3) sekret Tidak ada Tidak ada
6
4) papil dan sikatrik Tidak ada Tidak ada
b. konjungtiva palpebra inferior
1) edema Tidak ada Tidak ada
2) hiperemi Tidak ada Tidak ada
3) sekret Tidak ada Tidak ada
4) papil dan sikatrik Tidak ada Tidak ada
c. konjungtiva fornix
1) edema Tidak ada Tidak ada
2) hiperemi Tidak ada Tidak ada
3) sekret Tidak ada Tidak ada
4) papil dan sikatrik Tidak ada Tidak ada
d. konjungtiva bulbi
1) edema Tidak ada Tidak ada
2) pterigium Tidak ada Tidak ada
3) hiperemis Tidak ada Tidak ada
4) secret Tidak ada Tidak ada
5) injeksi konjungtiva Tidak ada Tidak ada
6) injeksi siliar Tidak ada Tidak ada
7) laserasi Tidak ada Tidak ada
8) subconjunctival bleeding Tidak ada Tidak ada
9) tanda inflamasi Tidak ada Tidak ada
e. caruncula dan plika semilunaris
7
a. warna Tidak ada Kemerahan
(temporal)
b. tanda radang Tidak ada Ada
c. penonjolan Tidak ada Ada
13. Kornea
a. ukuran 12 mm 12 mm
b. limbus Jernih Jernih
c. permukaan Rata, mengkilap Rata, mengkilap
d. sensibilitas Tidak dilakukan Tidak dilakukan
e. keratoskop (placido) Tidak dilakukan Tidak dilakukan
f. fluoresin tes Tidak dilakukan Tidak dilakukan
g. arcus senilis Tidak ada Tidak ada
14. Kamera okuli anterior
a. kejernihan Jernih Jernih
b. kedalaman Dalam Dalam
14. Iris
a. warna Cokelat Cokelat
b. bentuk Tampak lempengan Tampak lempengan
c. sinekia anterior Tidak tampak Tidak tampak
d. sinekia posterior Tidak tampak Tidak tampak
15. Pupil
a. ukuran 3 mm 3 mm
b. bentuk Bulat Bulat
c. letak Sentral Sentral
d. reflek cahaya langsung dan Positif Positif
tidak langsung
e. reflek konvergensi Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
16. Lensa
a. ada/tidak Ada Ada
b. kejernihan Jernih Jernih
8
c. letak Sentral Sentral
e. shadow test Negatif Negatif
17. Corpus vitreum
a. Kejernihan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
b. Reflek fundus Tidak dilakukan Tidak dilakukan
OD OS
9
RC L/TL (+), bulat, RC L/TL (+),bulat, sentral,
Pupil
sentral, diameter 3 mm diameter 3 mm
Lensa Jernih Jernih
Corpus vitreum Jernih Jernih
V. GAMBAR KLINIS
OD OS
10
VI. DIAGNOSIS BANDING
1. OS Episkleritis
2. OS Konjungtivitis
3. OS Skleritis
4. OS Pinguekulitis
VII. DIAGNOSIS
OS Episkleritis
VIII. TERAPI
Non-medikamentosa
- Gejala dapat dikurangi dengan kacamata untuk melindungi mata dari
debu, udara panas, sinar matahari dan udara kering
- Jika mata terasa gatal diusahakan jangan mengucek mata yang akan
memperparah iritasi pada mata
Medikamentosa
- Cendo xitrol Eye Drop 4 x 1 tetes OS
- Methylprednisolone 4 mg 1-1-0 per oral
IX. PROGNOSIS
OD OS
Ad vitam - bonam
Ad sanam - dubia ad bonam
Ad fungsionam - bonam
11
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi
1. Sklera
Sklera merupakan jaringan kuat yang lentur dan berwarna putih pada
bola mata yang bersama-sama dengan kornea merupakan pembungkus di
bagian belakang dan pelindung isi bola mata. Sklera meliputi 5/6 anterior
dari bola mata dengan diameter lebih kurang 22 mm. Di anterior sklera
berhubungan kuat dengan kornea dalam bentuk lingkaran yang disebut
limbus, sedangkan di posterior dengan duramater nervus optikus.
Secara histologis sklera terdiri dari banyak pita padat yang sejajar
dan berkas-berkas jaringan fibrosa yang teranyam, yang masing-masing
mempunyai tebal 10-16 mikro dan lebar 100-150 mikro dibandingkan
dengan kornea jaringan fibrosa sklera mempunyai daya pembiasan yang
lebih kuat, tidak mempunyai jarak yang tetap antara berkas jaringan
fibrosanya, dan mempunyai diameter yang berbeda-beda. Hal inilah yang
membuat sklera menjadi opak. Sklera mempunyai kekakuan tertentu
sehingga mempengaruhi pengukuran tekanan bola mata walaupun sklera
kaku dan tebalnya 1mm sklera masih tahan terhadap kontusio trauma
tumpul. Ketebalan sklera bervariasi, maksimum 1 mm terdapat di dekat
nervus optikus dan minimum 0,3 mm pada insersio otot-otot rektus.
Di sekitar nervus optikus sklera ditembus oleh arteri siliaris posterior
longus dan brevis dan nervus siliaris longus dan brevis. Arteri siliaris
longus dan nervus siliaris longus berjalan dari nervus optikus menuju ke
korpus siliaris di sebuah lekukan dangkal pada permukaan dalam sklera
pada meredian jam 3 dan 9. Sekitar 4 mm di belakang limbus, sklera
ditembus oleh 4 arteri dan vena siliaris anterior.
Beberapa lembar jaringan sklera berjalan melintang bagian anterior
nervus optikus sebagai lamina kribrosa. Bagian dalam sklera berwarna
hitam, coklat disebut lamina fuschka, dihubungkan dengan koroid oleh
12
filamen-filamen yang terdiri dari jaringan ikat yang mengandung pigmen
dan membuat dinding luar dari ruang suprakoroid dan ditembus oleh serat
saraf dan pembuluh darah. Permukaan luar sklera anterior dibungkus oleh
sebuah lapisan tipis dari jaringan elastik halus yaitu episklera.
2. Episklera
B. Definisi
Episkleritis adalah suatu reaksi inflamasi pada jaringan episklera yang
terletak di antara konjungtiva dan sklera, bersifat ringan, dapat sembuh
sendiri, dan bersifat rekurensi. Episkleritis adalah penyakit pada episklera
yang sering, ringan, dapat sembuh sendiri dan biasanya mengenai orang
dewasa dan berhubungan dengan penyakit sistemik penyertanya tetapi tidak
dapat berkembang menjadi skleritis (Ilyas dan Yulianti, 2015).
13
C. Patofisiologi
Patofisiologi belum diketahui secara pasti namun ditemukan respon
inflamasi yang terlokalisir pada superficial episcleral vascular network,
patologinya menunjukkan inflamasi nongranulomatous dengan dilatasi
vaskular dan infiltrasi perivaskular. Penyebab tidak diketahui, paling banyak
bersifat idiopatik namun sepertiga kasus berhubungan dengan penyakit
sistemik dan reaksi hipersensitivitas mungkin berperan.
Penyakit-penyakit sistemik tertentu misalnya (Riordan, 2000) :
1. Collagen vascular disease :Polyarteritis nodosa, seronegative
spondyloarthropathies-Ankylosing spondylitis, inflamatory bowel
disease, Reiter syndrome, psoriatic arthritis, artritis rematoid.
2. Penyakit infeksi : Bacteria including tuberculosis, Lyme disease dan
syphilis, viruses termasuk herpes, fungi, parasit.
3. Miscellaneous : Gout, Atopy, Foreign bodies, Chemicals
4. Penyebab lain/yang berhubungan (jarang) : T-cell leukemia,
Paraproteinemia, Paraneoplastic syndromes-Sweet syndrome,
dermatomyositis, Wiskott-Aldrich syndrome, Adrenal cortical
insufficiency. Hubungan yang paling signifikan adalah dengan
hiperurisemia dan gout.
Terdapat dua tipe klinik yaitu simple dan nodular. Tipe yang paling
sering dijumpai adalah simple episkleritis (80%), merupakan penyakit
inflamasi ringan hingga berat yang sering berulang dengan interval 1-3 bulan,
terdapat kemerahan yang bersifat sektoral atau dapat bersifat difus (jarang),
dan edema episklera. Tiap serangan berlangsung 7-10 hari dan paling banyak
sembuh spontan dalam 1-2 atau 2-3 minggu. Dapat lebih lama terjadi pada
pasien dengan penyakit sistemik. Pada anak kecil jarang kambuh dan jarang
berhubungan dengan penyakit sistemik. Beberapa pasien melaporkan
serangan lebih sering terjadi saat musim hujan atau semi. Faktor presipitasi
jarang ditemukan namun serangan dapat dihubungkan dengan stress dan
perubahan hormonal. Pasien dengan nodular episcleritis mengalami serangan
yang lebih lama, berhubungan dengan penyakit sistemik (30% kasus, 5%
14
berhubungan dengan artritis rematoid, 7% berhubungan dengan herpes zoster
ophthalmicus atau herpes simplex dan 3% dengan gout atau atopy) dan lebih
nyeri dibandingkan tipe simple. Nodular episkleritis (20%) terlokalisasi pada
satu area, membentuk nodul dengan injeksi sekelilingnya (Kanski, 2003).
D. Manifestasi Klinis
Pasien mengeluhkan rasa tidak nyaman yang berlangsung akut,
seringkali bersifat unilateral, walaupun ada yang melaporkan tidak nyeri,
kemerahan, nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri saat ditekan, dan lakrimasi.
Pada tipe noduler gejala lebih hebat dan disertai perasaan ada yang
mengganjal. Tanda objektif dapat ditemukan kelopak mata bengkak,
konjungtiva bulbi kemosis disertai pelebaran pembuluh darah episklera dan
konjungtiva.
E. Pemeriksaan Fisik
Ditandai dengan adanya hiperemia lokal sehingga bola mata tampak
berwarna merah muda atau keunguan. Juga terdapat infiltrasi, kongesti, dan
edem episklera, konjungtiva diatasnya dan kapsula tendon di bawahnya :
1. Episkleritis Sederhana
Gambaran yang paling sering ditandai dengan kemerahan sektoral
dan gambaran yang lebih jarang adalah kemerahan difus. Jenis ini
biasanya sembuh spontan dalam 1-2 minggu.
2. Episkleritis Noduler
Ditandai dengan adanya kemerahan yang terlokalisir, dengan nodul
kongestif dan biasanya sembuh dalam waktu yang lebih lama.
Pemeriksaan dengan Slit Lamp yang tidak menunjukkan peningkatan
permukaan sklera anterior mengindikasikan bahwa sklera tidak membengkak.
Pada kasus rekuren, lamela sklera superfisial dapat membentuk garis
yang paralel sehinggga menyebabkan sklera tampak lebih translusen.
Gambaran seperti ini jangan disalah diagnosa dengan penipisan sklera.
Pada kasus yang jarang pemeriksaan pada kornea menunjukkan adanya
dellen formation yaitu adanya infiltrat kornea bagian perifer. Pemeriksaan
15
fisik lainnya adalah adanya uveitis bagian anterior yang didapatkan pada
10 % penderita. Pemeriksaan visus pada penderita episkleritis tidak
menunjukkan penurunan.
G. Penatalaksanaan
1. Simple Lubrikan atau Vasokonstriktor, digunakan pada kasus yang ringan
2. Steroid Topikal, mungkin cukup berguna, akan tetapi penggunaannya
dapat menyebabkan rekurensi. Oleh karena itu dianjurkan untuk
memberikannya dalam periode waktu yang pendek. Terapi topikal dengan
Deksametason 0,1 % meredakan peradangan dalam 3-4 hari.
Kortikosteroid lebih efektif untuk episkleritis sederhana daripada daripada
episkleritis noduler.
3. Oral Non Steroid Anti-Inflammatory Drugs (NSAIDs), obat yang termasuk
golongan ini adalah Flurbiprofen 300 mg sehari, yang diturunkan menjadi
150 mg sehari setelah gejala terkontrol, atau Indometasin 25 mg tiga kali
sehari. Obat ini mungkin bermanfaat untuk kedua bentuk episkleritis,
terutama pada kasus rekuren. Pemberian aspirin 325 sampai 650 mg per
oral 3-4 kali sehari disertai dengan makanan atau antasid.
4. Episkleritis memiliki hubungan yang paling signifikan dengan
hiperurisemia (Gout), oleh karena itu Gout harus diterapi secara spesifik.
16
H. Diagnosis Banding
1. Konjungtivitis
Disingkirkan dengan sifat episkleritis yang lokal dan tidak adanya
keterlibatan konjungtiva palpebra. Pada konjungtivitis ditandai dengan
adanya sekret dan tampak adanya folikel atau papil pada konjungtiva tarsal
inferior (Riordan, 2000).
2. Skleritis
Dalam hal ini misalnya noduler episklerits dengan sklerits noduler
untuk mendeteksi keterlibatan sklera dalam dan membedakannya dengan
episkleritis, konjungtivitis, dan injeksi siliar, pemeriksaan dilakukan di
bawah sinar matahari (jangan pencahayaan artifisial) disertai penetesan
epinefrin 1:1000 atau fenilefrin 10% yang menimbulkan konstriksi pleksus
vaskular episklera superfisial dan konjungtiva (Kanski, 2003).
3. Pinguekulitis
Benjolan pada konjungtiva bulbi yang merupakan degenerasi hialin
jaringan submukosa konjungtiva. Keadaannya tampak berupa nodul
keputihan pada kedua sisi kornea (lebih banyak pada sisi nasal) di daerah
17
fissura palpebra. Nodul terdiri atas jaringan hialin dan jaringan elastik
kuning, Jarang tumbuh menjadi besar.
I. Prognosis
Umumnya kelainan ini sembuh sendiri dalam 1-2 minggu. Namun
kekambuhan dapat terjadi selama bertahun-tahun. Pada kebanyakan kasus
perjalanan penyakit dipersingkat dengan pengobatan yang baik (Riordan,
2000)
J. Komplikasi
Episkleritis jarang menimbulkan komplikasi, tetapi jika terjadi
berdekatan dengan kornea, dapat terbentuk infiltrat di kornea perifer atau
bahkan edema kornea (Ilyas & Yulianti, 2015).
18
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan oftalmologi, pasien
didiagnosa dengan OS Episkleritis. Pada kasus ini diberikan penatalaksanaan
non-medikamentosa dengan memakai kacamata untuk melindungi mata dari
debu, udara panas, sinar matahari dan udara kering, jika mata terasa gatal
diusahakan jangan mengucek mata yang akan memperparah iritasi pada mata.
Sedangkan untuk penatalaksanaan medikamentosa cendo xitrol eye drop 4 x 1
tetes untuk mata kiri dan methylprednisolone 4 mg diminum 2 kali sehari.
B. Saran
1. Gejala dapat dikurangi dengan kacamata untuk melindungi mata dari debu,
udara panas, sinar matahari dan udara kering
2. Jika mata terasa gatal diusahakan jangan mengucek mata yang akan
memperparah iritasi pada mata
19
20
Daftar Pustaka
Ilyas S, Yulianti SR (2015). Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-5. Jakarta: Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Diagnosis and Therapy. Edisi ke-5. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins
21