Preskas DR Nisita
Preskas DR Nisita
Preskas DR Nisita
Oleh:
Azka Amana Rosyida G991902009
Destya Putri Amalia G991902011
Fadhillah Ardiana A G991906012
Fadlan Akhyar Fauzi G99181026
Firdaus Mauliaditya Winda A G99172078
Mariyah Mustaqimah G99181043
Pembimbing:
dr. Nisita Suryanto, Sp.M
I. IDENTITAS
Nama : Ny. M
Umur : 49 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Hargomulyo, Kedewan, Bojonegoro, Jawa Tengah
Tanggal periksa : 12 September 2019
No. RM : 014761xx
Cara Pembayaran : BPJS
II. ANAMNESIS
A. Keluhan utama : Pandangan kedua mata kabur
B. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke Poli Mata RSUD Moewardi dengan keluhan
pandangan kedua mata kabur. Pandangan kabur diawali pada mata sebelah
kiri kemudian sebelah kanan beberapa minggu kemudian. Pandangan kabur
semakin lama semakin memberat hingga mengganggu aktivitas. Pasien
memeriksakan diri ke Spesialis Mata di RS Swasta daerah Cepu. Dokter
mengatakan pasien memiliki katarak di kedua matanya namun dokter
memutuskan untuk mengoperasi mata kiri terlebih dahulu. Pasien kemudian
menjalani operasi katarak pada tahun 2017, namun pasien masih merasakan
pandangan mata kiri tetap kabur dan seperti ada bayang-bayang yang
menutupi. Keluhan juga disertai silau jika melihat cahaya. Keluhan pasien
tidak disertai dengan pusing, mata merah, gatal, nyeri, cekot-cekot, blobok,
nrocos ataupun pandangan dobel pada mata kiri maupun kanan. Pasien
kemudian dirujuk untuk dilakukan NG-YAG Laser.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat sakit serupa : disangkal
Riwayat diabetes mellitus : disangkal
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat trauma : disangkal
Riwayat mata merah : disangkal
Riwayat operasi mata : (+) Tahun 2017 operasi katarak ada
mata kiri
Riwayat benjolan di mata : disangkal
Riwayat infeksi / iritasi mata : disangkal
D. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat diabetes mellitus : disangkal
Riwayat benjolan di mata : disangkal
Riwayat infeksi / iritasi mata : disangkal
E. Kesimpulan
Anamnesis
OD OS
Proses Degeneratif Masih tersisanya infiltrat
di lensa
Lokalisasi Lensa Lensa
Sebab Katarak Post OP Katarak
Perjalanan Kronik Kronik
Komplikasi Glaukoma, kebutaan Penurunan tajam
pengelihatan.
VII. DIAGNOSIS
OS Pseudofakia dengan PCO
OD Katarak Imatur
VIII. TERAPI
Non Medikamentosa
Edukasi pasien untuk mengatur tekanan darah dan gula darah.
Edukasi pasien untuk menggunakan kacamata hitam jika keluar rumah.
Edukasi pasien untuk kontrol rutin.
Pro OD phacoemulsifikasi + IOL.
OS Kapsulotomi Posterior dengan Laser NG-YAG.
Medikamentosa
Ocuflam ED /6 jam OS
IX. PROGNOSIS
OD OS
Ad vitam bonam bonam
Ad sanam bonam bonam
Ad kosmetikum bonam bonam
Ad fungsionam dubia ad bonam dubia ad bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Bola mata menempati kira-kira 20% ruang orbita. Bola mata terdiri dari
dinding bola mata, ruang-ruang mata, dan isi bola mata. Dinding bola mata
tersusun atas tunika fibrosa yang terdiri dari kornea dan sklera, tunika
vaskulosa atau uvea yang terdiri dari iris, badan siliar, dan koroid. Serta tunika
nervosa yang terdiri dari retina dan epitel pigmen (Hartono, 2012).
1. Kornea
3. Uvea
Uvea terdiri dari iris, badan siliar, dan koroid. Uvea merupakan
lembaran yang tersusun oleh pembuluh darah, serabut saraf, jaringan ikat,
otot, dan bagian depannya berlubang yang disebut pupil (Hartono, 2012).
Iris merupakan membran datar dan merupakan lanjutan ke depan badan
siliar. Tebal iris kira-kira 0,2 mm, dan mudah mengembang. Fungsi iris
adalah memberi warna mata, dan menyerap cahaya yang masuk ke mata.
Lapisan iris dari depan ke belakang adalah : (1) endotel, (2) stroma yang
terdiri atas jaringan ikat, sel-sel pigmen, vasa darah, dan saraf, (3) lapisan
otot untuk mengatur luas pupil, (4) lapisan epitel pigmen yang merupakan
lanjutan dari epitel pigmen retina. Ditengah iris terdapat pupil yang sangat
penting mengatur besarnya sinar yang masuk ke mata. Pada iris terdapat dua
macam otot yang mengatur besarnya pupil yaitu muskulus dilatators pupil
untuk melebarkan pupil yang mendapat inervasi saraf simpatis dan
muskulus sfingter pupil untuk mengecilkan pupil yang mendapat inervasi
saraf parasimpatis (N. III). Fungsi pupil adalah (1) mengatur jumlah cahaya
yang menuju retina, (2) memperkecil aberasi sferis dan aberasi kromatis,
kedua macam aberasi ini ditimbulkan oleh sistem optik kornea dan lensa
perifer yang tidak sempurna, (3) meningkatkan kedalaman fokus. Apabila
pupil lebar, maka akan meningkatkan aberasi kromatis dan aberasi sferis.
Sebaliknya apabila pupil mengecil akan meningkatkan difraksi cahaya di
tepi pupil, sehingga menurunkan kualitas bayangan, tetapi meningkatkan
kedalaman fokus (Hartono, 2012). Pupil yang kecil disebut miosis dengan
diameter kurang dari 3 mm, sedangkan pupil yang lebar disebut midriasis
dengan diameter lebih dari 6 mm. Isokori berarti diameter kedua pupil
adalah sama. Anisokori berarti diameter pupil kedua mata tidak sama, istilah
ini hanya berlaku kalau perbedaan diameter pupil 0,3 mm atau lebih besar.
Ukuran pupil ditentukan oleh beberapa faktor yang meliputi umur, status
emosi, tingkat kewaspadaan, tingkat iluminasi retina, jarak melihat (jauh
atau dekat), dan besarnya usaha akomodasi (Hartono, 2006).
Ada dua refleks pupil yang penting diketahui yaitu refleks cahaya dan
refleks melihat dekat. Refleks cahaya terjadi saat satu mata disinari, akan
terjadi konstriksi (pengecilan) pupil, baik untuk pupil mata yang disinari
maupun pupil mata yang tidak disinari. Refleks cahaya direk normal jika
bagian aferen dan eferen mata yang disinari normal. Refleks cahaya indirek
normal kalau bagian aferen mata yang disinari normal dan eferen mata
kontralateral normal. Sedangkan refleks melihat dekat adalah terjadinya
konstriksi pupil, akomodasi, dan konvergensi (trias melihat dekat) yang
terjadi ketika mata melihat obyek dekat. Refleks ini terjadi karena benda
mendekati pengamat sehingga menimbulkan refleks akomodasi yang
berpusat di lobus frontalis; dan adanya bayangan yang kabur di retina akan
dirasakan di lobus oksipitalis dan akan dikoreksi lewat traktus
oksipitotektalis sehingga terjadi akomodasi, konvergensi, dan mungkin juga
miosis. Namun trias melihat dekat tidak selalu lengkap, pada orang yang
akomodasinya sudah lumpuh total (afakia, pseudofakos, umur lanjut) hanya
terdapat konvergensi dan miosis (Hartono, 2006).
Badan siliar merupakan bagian uvea yang terletak antara iris dan
koroid, batas belakangnya adalah ora serata. Badan siliar banyak
mengandung pembuluh darah kapiler dan vena. Fungsi badan siliar adalah
(1) badan siliar mengandung muskulus siliaris yang penting untuk
akomodasi, (2) badan siliar sebagai tempat melekatnya zonula Zinii
(ligamentum suspensorium lentis), (3) menghasilkan humor aquosus
(disekresi oleh sel-sel prosesus siliaris), (4) kontraksi muskulus siliaris (saat
penetesan pilokarpin) juga akan membuka lubang-lubang trabekulum
sehingga akan memperlancar keluarnya humor aquosus (Hartono, 2012).
Kontraksi otot siliaris menyebabkan lensa lebih cembung dan bisa
meningkatkan kekuatan refraksi untuk melihat dekat. Relaksasi otot siliaris
menyebabkan lensa berkurang kecembungannya sehingga mata dapat
memfokuskan benda lebih jauh (Gunawan, 1995).
Koroid merupakan bagian uvea yang paling luas dan terletak antara
retina dan sklera, dan terdiri atas anyaman pembuluh darah. Fungsi utama
koroid adalah memberi nutrisi lapisan pigmen retina dan sel-sel
fotoreseptor, serta mendinginkan retina karena retina selalu terkena cahaya
dan mempunyai metabolisme yang sangat besar sehingga ada efek panas
(Hartono, 2012).
4. Retina
Retina merupakan dua pertiga dinding bagian dalam bola mata. Retina
merupakan membran tipis transparan, berbentuk seperti jaring, dan
mempunyai metabolisme oksigen yang sangat tinggi. Luas permukaan
retina kira-kita 17 cm dengan ketebalan 0,2 mm. Bagian retina yang
2
mengandung sel-sel epitel dan retina sensoris disebut pars optika retina
yang artinya bagian yang dapat untuk melihat. Bagian yang hanya terdiri
dari sel-sel epitel pigmen yang meluas dari ora serata sampai tepi belakang
pupil disebut pars seka retina yang berarti bagian yang buta (Hartono,
2012). Retina berisi dua macam fotoreseptor, yaitu : sel kerucut yang
sensitif terhadap warna dan sel batang yang sensitif terhadap derajat
penyinaran. Makula adalah daerah retina di tengah, memberikan
penglihatan paling tajam dan papil optik terletak di sebelah nasal makula.
Fovea sentral berupa lekukan tersusun oleh kerucut merupakan bagian
retina yang menyebabkan penglihatan paling tajam (Gunawan, 1995).
6. Badan Kaca
Di dalam mata juga ada ruang badan kaca. Ruang badan kaca
merupakan ruang yang terbesar yaitu 4/5 dari isi bola mata dan berisi badan
kaca (badan lirkaca, korpus vitreum) yang terdiri dari 99% air dan 1%
gabungan antara kolagen dan asam hialuronat. Asam hialuronat ini bekerja
sebagai penahan goncangan yang kuat. Badan kaca berfungsi memberi
bentuk bola mata dan merupakan salah satu media refrakta (media bias).
Dengan bertambahnya umur, sebagian serabut kolagen badan kaca akan
terputus dari superstruktur utamanya. Serabut yang bebas ini kemudian
akan mengalami kondensasi menjadi bola-bola atau jerat-jerat yang
mengapung bebas yang disebut floaters (Hartono, 2012).
7. Lensa
Isi mata yang tidak kalah penting adalah lensa. Yaitu bangunan
bikonveks yang tersusun oleh epitel yang mengalami diferensiasi tinggi.
Lensa digantungkan pada badan siliar oleh ligamentum suspensorium
lentis (zonula Zinii). Secara klinis, lensa terdiri dari kapsul, korteks,
nukleus embrional, dan nukleus dewasa (Hartono, 2012). Dengan
bertambahnya umur, serabut lamel sub epitel terus dibentuk, sehingga
lensa makin lama makin besar dan kurang lentur (Gunawan, 1995). Lensa
berfungsi sebagai media refrakta (alat dioptri). Media refrakta yang lain
adalah kornea, humor aquosus dan badan kaca. Kekuatan dioptri lensa
kira-kira +20 D.
B. Pseudoafakia
1. Definisi
Karena lensa tanam ini menggantikan posis lensa yang telah katarak
maka tidak akan terjadi pembesaran benda yang dilihat, pandangan samping
tetap jelas, tidak perlu buka pasang dan penglihatan terasa lebih
nyaman.Lensa tanam ini juga dapat menjadi infeksi yang disebut infeksi
intraokuler, dimana sebagian besar berasal dari cairan yang tercemar,
konjungtivitis menahun, infeksi pinggir kelopak mata menahun,
dacriocystitis menahun atau karena pembedahan yang memakan waktu
terlalu lama.
Consecutive Myopia
Keadaan di mana kekuatan lensa yang ditanam overkoreksi. Pasien yang
demikian membutuhkan kacamata untuk menangani myopia dan juga
membutuhkan kacamata plus untuk penglihatan dekatnya.
Consecutive Hypermetropia
Keadaan di mana kekuatan lensa yang ditanam underkoreksi
sehingga membutuhkan kacamata plus untuk penglihatan jauhnya dan
tambahan +2D-+3D untuk penglihatan dekatnya.
Tanda-tanda pseudophakia:
a. Pada bilik depan mata, yang ditempatkan didepan iris dengan kaki
penyokongnya bersandar pada sudut bilik mata
b. Pada daerah pupil, dimana bagian multi lensa pada pupil dengan fiksasi
pupil
c. Pada bilik mata belakang, yang diletakkan pada kedudukan lensa normal
dibelakang iris, lensa dikeluarkan dengan ekstraksi lensa ekstra kapsula.
d. Pada kapsul lensa
Saat ini pemasangan lensa terutama diusahakan terletak di dalam kapsul
lensa.
Keuntungan pemasangan lensa ini:
1. Penglihtan menjadi lebih fisiologis karena letak lensa yang ditempatkan
pada tempat lensa asli yang diangkat
2. Lapang penglihatan sama denagn lapang pandangan normal
3. Tidak terjadi pembesaraan benda yang dilihat
4. Psikologis, mobilisasi lebih cepat
Pemasangan lensa tidak dianjurkan kepada:
1. Mata yang sering mengalami radang intra okuer (uveitis)
2. Anak dibawah usai 3 tahun
3. Uveitis menahun berat
4. Retinopati multifocal berat
5. Glaukoma neovaskuler
C. Katarak
1. Definisi
2. Epidemiologi
3. Patofisiologi
Katarak senilis secara klinik dikenal dalam 4 stadium yaitu insipien, imatur,
matur, dan hipermatur.
a. Katarak Insipien
Pada stadium ini kekeruhan lensa tidak teratur, tampak seperti
bercak-bercak yang membentuk gerigi dangan dasar di perifer dan daerah
jernih di antaranya. Kekeruhan biasanya terletak di korteks anterior dan
posterior. Kekeruhan ini pada awalnya hanya nampak jika pupil dilebarkan.
Pada stadium ini terdapat keluhan poliopia yang disebabkan oleh indeks
refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang
menetap untuk waktu yang lama.
b. Katarak Imatur
Pada katarak imatur terjadi kekeruhan yang lebih tebal, tetapi belum
mengenai seluruh lapisan lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang
jernih pada lensa. Terjadi penambahan volume lensa akibat meningkatnya
tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif. Pada keadaan lensa yang
mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil, mendorong iris ke
depan, mengakibatkan bilik mata dangkal sehingga terjadi glaukoma
sekunder. Pada pemeriksaan uji bayangan iris atau sahadaw test, maka akan
terlihat bayangn iris pada lensa, sehingga hasil uji shadow test (+).
Stadium Intumesen
Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang degeneratif
menyerap air. Masuknya air ke dalam lensa menyebabkan lensa menjadi
bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi
dangkal dibandingkan dalam keadaan normal. Katarak intumesen biasanya
terjadi pada katarak yang berjalan cepat dan menyebabkan myopia
lenticular
c. Katarak Matur
Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh lensa. Proses
degenerasi yang berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama
hasil disintegrasi melalui kapsul, sehingga lensa kembali ke ukuran normal.
Bilik mata depan akan berukuran kedalaman normal kembali. Tidak
terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh, sehingga uji bayangan iris
negatif.
d. Katarak Hipermatur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa, sehingga masa lensa yang
mengalami degenerasi akan mencair dan keluar melalui kapsul lensa. Lensa
menjadi mengecil dan berwarna kuning. Bila proses katarak berjalan lanjut
disertai kapsul yang tebal, maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak
dapat keluar, maka korteks akan memperlihatkan sekantong susu dengan
nukleus yang terbenam di korteks lensa. Keadaan ini disebut sebagai katarak
Morgagni. Uji bayangan iris memberikan gambaran pseudopositif. Cairan /
protein lensa yang keluar dari lensa tersebut menimbulkan reaksi inflamasi
dalam bola mata karena di anggap sebagai benda asing. Akibatnya dapat
timbul komplikasi uveitis dan glaukoma karena aliran melalui COA kembali
terhambat akibat terdapatnya sel-sel radang dan cairan / protein lensa itu
sendiri yang menghalangi aliran cairan bola mata.
5. Prognosis
Pada umumnya, katarak senilis memiliki prognosis yang baik Akan
tetapi, pada stadium katarak imatur dan hipermatur, dapat menimbulkan
komplikasi yang dikenal sebagai Lens induced glaucoma (glukoma yang
diinduksi lensa). Pada lens induced glaucoma, kelainan pada lensa akan
menyebabkan peningkatan tekanan intraokular. Terdapat dua bentuk lens
induced glaucoma yang paling sering terjadi, yaitu phacomorphic dan
phacolytic (Prasada Rao, 2015).
Glaukoma phacomorphic merupakan glukoma sudut tertutup yang
bersifat akut. Kondisi ini disebabkan karena hidrasi secara tiba-tiba pada
katarak imatur yang akan menutup sudut akibat penekanan iris ke depan
(Durrani, et al., 1983). Sedangkan glaucoma phacolytic merupakan
glaucoma sudut terbuka yang disebabkan karena kebocoran material lensa
yang terdiri dari protein dan sel-sel inflamasi. Material lensa yang bocor ini
kemudian akan menyumbat trabecular sehingga tekanan intraokuler
menjadi lebih tinggi.
Baik glaucoma phacomorphic maupun phacolytic dapat menyebabkan
penurunan visus dan bahkan dapat menyebabkan kebutaan bila tidak
mendapatkan tatalaksana sedini mungkin (Rhagu et al., 2017).
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
1. Pseudofakia merupakan keadaan dimana mata afakia dilengkapi dengan
lensa intraokuler untuk mengganti lensa kristal.
2. Pseudofakia dapat menimbulkan beberapa keadaan setelah pemasangan
antara lain emetropia, consecutive myopia, dan consecutive hypermetropia.
3. Katarak merupakan suatu keadaan yang disebabkan karena kekeruha lensa.
Berdasarkan onset terjadinya, katarak dapat dibedakan dalam beberapa
kategori, salah satunya adalah katarak senilis yang biasa terjadi pada orang
tua akibat proses degenerasi.
4. Katarak senilis dapat dibagi menjadi 4 stadium, yaitu stadium insipient,
stadium imatur, stadium matur, dan stadium hipermatur.
5. Katarak senilis pada stadium imatur dan hipermatur dapat menimbulkan
komplikasi yang dikenal dengan lens induced glaucoma. Pada stadium
imatur, akan terjadi phacomorphic glaucoma, sedangkan pada stadium
hipermatur akan menyebabkan phacolytic glaucoma.
6. Kedua jenis glaucoma ini dapat menyebabkan kebutaan apabila tidak segera
ditangani, maka dari itu, penting untuk mengenali stadium-stadium katarak
senilis seawall mungkin, agar tatalaksana dapat diberikan segera dan
mencegah komplikasi lebih lanjut berupa kebutaan.
B. Saran
Prinsip dari penatalaksanaan katarak adalah untuk meningkatkan visus
dan mencegah komplikasi. Maka dari itu, pada stadium tertentu kewaspadaan
mengenai komplikasi katarak perlu ditingkatkan sehingga tatalaksana dapat
segera diberikan dan dapat mencegah komplikasi lanjutan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA