Naskah Publikasi

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 17

OPTIMASI FORMULASI KRIM TABIR SURYA NANOPARTIKEL SENG

OKSIDA DENGAN VARIASI KADAR SETIL ALKOHOL DAN TWEEN 80


SEBAGAI EMULGATOR DAN EVALUASI IN VITRO SUN PROTECTION
FACTOR

PUBLIKASI ILMIAH

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Fakultas Farmasi

Oleh:

ERLIE MULYA SETIANA


K 100 140 115

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
HALAMAN PERSETUJUAN

OPTIMASI FORMULASI KRIM TABIR SURYA NANOPARTIKEL SENG


OKSIDA DENGAN VARIASI KADAR SETIL ALKOHOL DAN TWEEN 80
SEBAGAI EMULGATOR DAN EVALUASI IN VITRO SUN PROTECTION
FACTOR

PUBLIKASI ILMIAH

oleh:

ERLIE MULYA SETIANA


K 100 140 115

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

Dosen Pembimbing

Erindyah Retno Wikantyasning, Ph.D., Apt


NIK.868

i
HALAMAN PENGESAHAN

OPTIMASI FORMULASI KRIM TABIR SURYA NANOPARTIKEL SENG


OKSIDA DENGAN VARIASI KADAR SETIL ALKOHOL DAN TWEEN 80
SEBAGAI EMULGATOR DAN EVALUASI IN VITRO SUN PROTECTION
FACTOR

OLEH
ERLIE MULYA SETIANA
K 100 140 115

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji


Fakultas Farmasi.
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari Senin, 26 Februari 2018
dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji:

1. Setyo Nurwaini, M.Sc., Apt. (……..……..)


(Ketua Dewan Penguji)
2. Dr. Haryoto, M.Sc. (……………)
(Anggota I Dewan Penguji)
3. Erindyah Retno W., Ph.D., Apt. (…………….)
(Anggota II Dewan Penguji)

Dekan,

Azis Saifudin, Ph.D., Apt.


NIK. 956

ii
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang

pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang

lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka akan saya

pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarta, 29 Januari 2018


Penulis

ERLIE MULYA SETIANA


K 100 140 115

iii
OPTIMASI FORMULASI KRIM TABIR SURYA NANOPARTIKEL SENG
OKSIDA DENGAN VARIASI KADAR SETIL ALKOHOL DAN TWEEN 80
SEBAGAI EMULGATOR DAN EVALUASI IN VITRO SUN PROTECTION
FACTOR
Abstrak

Paparan sinar matahari mengandung radiasi UV dapat menyebabkan penuaan dini serta
kerusakan pada jaringan kulit, seperti terbakar, eritema, hingga kanker kulit.
Nanopartikel seng oksida memiliki aktivitas tabir surya secara fisik dengan cara
merefleksikan dan menghamburkan radiasi UV. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui formula optimum sediaan krim tabir surya nanopartikel seng oksida dengan
konsistensi dan stabilitas optimal serta mengevaluasi aktivitas tabir surya dengan
menentukan nilai Sun Protection Factor (SPF). Sintesis nanopartikel seng oksida
dilakukan menggunakan metode Sol-Gel. Karakterisasi ukuran partikel hasil sintesis
dilakukan menggunakan Particle Size Analyzer (PSA). Optimasi formulasi krim tabir
surya dilakukan menggunakan metode desain faktorial dengan faktor setil alkohol dan
Tween 80 menggunakan level rendah dan tinggi dalam 4 formula berbeda. Evaluasi sifat
fisik krim meliputi pengamatan organoleptik, viskositas, pH, daya sebar, daya lekat, dan
stabilitas. Evaluasi aktivitas tabir surya dilakukan secara in vitro mengggunakan
Spektrofotometri UV. Optimasi dilakukan dengan mengevaluasi sifat fisik krim dan nilai
SPF menggunakan software Design Expert v.11 (trial). Hasil sintesis nanopartikel seng
oksida diperoleh nanopartikel seng oksida dengan ukuran partikel 160±15,492.
Kombinasi setil alkohol dan Tween 80 menunjukkan adanya pengaruh terhadap
viskositas, daya sebar, daya lekat, stabilitas, dan nilai SPF sediaan krim tabir surya. Hasil
analisis diperoleh formula optimum krim tabir surya dengan kadar setil alkohol 10% dan
Tween 80 8,176% (nilai desirability 0,784). T-test one sample menunjukkan tidak ada
perbedaan signifikan evaluasi sifat fisik sediaan krim serta nilai SPF antara formula
optimum sediaan krim tabir surya dengan nilai prediksi.

Kata Kunci: Krim, nanopartikel seng oksida, optimasi, SPF

Abstract

Sunlight exposure contains UV radiation that can cause photoaging and damage to skin
tissues, such as sunburn, erythema, and skin cancer. Nanoparticles of zinc oxide have
physical sunscreen activity by reflecting and scattering UV radiation. This study aimed to
determine the optimum formula of zinc oxide nanoparticle sunscreen cream preparations
with optimal consistency and stability and to evaluate sunscreen activity by determining
the Sun Protection Factor (SPF) value. The synthesis of zinc oxide nanoparticles
prepared by Sol-Gel method. Characterization of particle size was done using Particle
Size Analyzer (PSA). Optimization of sunscreen formulation was carried out using
factorial design method with cetyl alcohol and Tween 80 using low and high level in 4
different formulas. Evaluation of physical properties of the cream included organoleptic
observation, viscosity, pH, spread ability, adhesive ability, and stability. Evaluation of
sunscreen activity was determined by in vitro method using Spectrophotometre UV.
Optimization was done by evaluating the physical properties of cream and SPF values
using the Expert Design v.11 (trial) software. The synthesis of zinc oxide nanoparticles
resulted zinc oxide nanoparticles with particle size 160±15.492. The combination of
cetyl alcohol and Tween 80 showed have effect for viscosity, spread ability, adhesive

1
ability, stability, and SPF value of sunscreen cream. The results of the analysis obtained
the optimum formula sunscreen cream with the content of cetyl alcohol 10% and Tween
80 8.176% (desirability value 0.784). T-test one sample showed no significant difference
evaluation of physical properties of cream preparation and SPF value between optimum
formula of sunscreen cream with prediction value.

Keywords: Cream, zinc oxide nanoparticle, optimization, SPF

1. PENDAHULUAN

Paparan radiasi sinar matahari yang berlebihan, khususnya komponen ultraviolet (UV) memiliki
berbagai efek berbahaya pada kulit manusia. Efek tersebut diantaranya meliputi sunburn, kanker
kulit, melanoma, dan photoaging pada kulit (Serafini et al., 2014). Tabir surya merupakan salah satu
produk kosmetik yang paling banyak digunakan untuk melindungi kulit dari kerusakan yang
terutama disebabkan oleh paparan sinar matahari. Sediaan tabir surya yang mengandung agen fisik
seng oksida memiliki mekanisme kerja melalui dua cara yaitu refleksi dan hamburan (Azad et al.,
2014). Penggunaan nanopartikel pada seng oksida dalam sediaan kosmetik memberikan tekstur yang
bagus, absorbsi yang lebih baik dan peningkatan nilai SPF secara in vitro (Singh and Nanda, 2014).
Menurut Rowe et al., (2009) setil alkohol dapat meningkatkan konsistensi dan memperbaiki
stabilitas sediaan emulsi tipe minyak dalam air dengan mengkombinasikan dengan pengemulsi fase
air. Optimasi formulasi sedian krim tabir surya nanopartikel seng oksida dengan variasi kadar setil
alkohol dan Tween 80 yang merupakan pengemulsi fase air diharapkan memperoleh formula
optimum dengan konsistensi dan stabilitas fisik yang baik serta memiliki aktivitas sebagai tabir surya
yang ditunjukkan melalui nilai SPF pada evaluasi secara in vitro.

2. METODE

2.1 Alat
Alat yang digunakan adalah timbangan analitik (Oxhaus), magnetic stirrer dan heater (Thermo
Scientific CIMAREC), alat gelas (Pyrex), oven (Memmert), Viskometer Rion VT- 04E,
spektrofotometri UV (GENESISTM Series), kuvet (Hemmet), Particle Size Analyzer (SZ-100 Nano
Partica Horiba), sonikator (2510 BRANSON), anak timbang, gelas obyek, millimeter blok, pH stick.
2.2 Bahan
Bahan yang digunakan adalah seng asetat dihidrat (Merck, p.a), etanol absolut (Merck, p.a), hidrogen
peroksida 30% (Merck, p.a), akuades (Brataco), akua bidestilata (Ikapharmindo), nanopartikel seng
oksida (hasil sintesis), minyak mineral (Brataco), setil alkohol (Brataco), tween 80, span 80, gliserin
(Brataco), metil paraben (Brataco), propil paraben (Brataco), krim (hasil formulasi), plastik,
aluminium foil dan karet.

2
2.3 Jalan Penelitian
2.3.1 Sintesis nanopartikel seng oksida
Sintesis nanopartikel seng oksida dilakukan menurut (Alwan et al., 2015; Zhelsiana and
Wikantyasning, 2017) dengan modifikasi. Sebanyak 12,6 gram seng asetat dihidrat
(Zn(CH3COO)2.2H2O) dilarutkan dalam 400 mL akuades. Campuran diletakkan diatas magnetic
stirrer untuk proses pengadukan hingga seng asetat dihidrat terlarut. Selanjutnya larutan dipanaskan
pada suhu 50C dan ditambahkan etanol absolut sebanyak 600 mL dengan pengadukan pelan.
Sebanyak 9,4 mL hidrogen peroksida (H2O2) 30% ditambahkan ke dalam larutan tetes demi tetes
dengan pengadukan hingga diperoleh larutan hampir bening. Kemudian larutan diinkubasi selama 24
jam. Larutan disentrifugasi untuk memperoleh endapan nano seng oksida. Selanjutnya nano seng
oksida dicuci beberapa kali dengan akuades untuk menghilangkan produk samping yang terbentuk.
Setelah dicuci, nanopartikel seng oksida dikeringkan pada suhu 80C.
2.3.2 Karakterisasi nanopartikel seng oksida
Karakterisasi ukuran partikel nanopartikel seng oksida dilakukan dengan menggunakan Particle Size
Analyzer (PSA).
2.3.3 Formulasi krim tabir surya
Optimasi dilakukan dengan metode desain faktorial menggunakan dua faktor yaitu setil alkohol dan
Tween 80 dengan dua level yaitu level rendah dan tinggi. Formulasi sediaan krim tabir surya
ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Formulasi krim tabir surya
Bahan F1 (g) F2 (g) F3 (g) F4 (g)
Nanopartikel Seng Oksida 0,2 0,2 0,2 0,2
Minyak mineral 29 29 29 29
Setil alkohol 3 10 3 10
Tween 80 3 3 10 10
Span 80 1,15 1,15 1,15 1,15
Gliserin 10 10 10 10
Metil paraben 0,2 0,2 0,2 0,2
Propil paraben 0,1 0,1 0,1 0,1
Akuades ad 100 100 100 100

Fase minyak (minyak mineral, propil paraben, Span 80, dan setil alkohol) dan fase air (air, metil
paraben, Tween 80, gliserin, dan propilen glikol) dipanaskan di atas hot plate stirrer pada suhu 65-
75C secara terpisah. Fase air ditambahkan ke dalam fase minyak sedikit demi sedikit sambil terus
diaduk diatas hot plate stirrer. Sediaan krim didinginkan dengan terus diaduk (Zulkarnain et al.,
2015). Zat aktif ditambahkan ke dalam sediaan krim sesuai formula.

3
2.3.4 Evaluasi stabilitas fisik sediaan krim
Evaluasi stabilitas fisik yang dilakukan meliputi: pemgamatan organoleptik, uji viskositas, penentuan
pH, uji daya sebar, uji daya lekat, dan uji stabilitas.
2.3.5 Evaluasi in vitro sun protection factor
Evaluasi in vitro SPF ditetapkan menurut (Mbanga et al., 2015) dengan modifikasi.
2.3.5.1 Preparasi sampel
Sebanyak 100 mg sampel ditimbang, dipindahkan ke dalam labu takar 10 mL dan diencerkan dengan
akuades hingga volume yang diinginkan. Selanjutnya dilakukan sonikasi selama 5 menit. Sebanyak 1
mL larutan dipindahkan ke dalam labu takar 10 mL dan diencerkan hingga volume yang diinginkan
dengan akuades.
2.3.5.2 Pengukuran spektrofotometri dan penentuan SPF
Spektrum aborbsi sampel dalam larutan dari F1, F2, F3, dan F4 dibaca pada kisaran 290-320 nm,
dengan interval setiap 5 nm menggunakan spektrofotometri UV. Dilakukan 3 kali replikasi pada
setiap pembacaan dengan menggunakan akuades sebagai blanko. Nilai SPF ditentukan dengan
mengggunakan persamaan (Mansur et al., 1986) sebagai berikut:

∑ ( ) ( ) ( )

EE : Spektrum efek eritema


I : Spektrum intensitas sinar matahari
Abs : Absorbansi sampel
CF : Faktor koreksi (=10)
Nilai dari EE × I merupakan nilai yang konstan dan ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Normalized product function untuk menghitung menurut
(Sayre et al., 1979)
Panjang Gelombang (nm) EE I
290 0,0150
295 0,0817
300 0,2874
305 0,3278
310 0,1864
315 0,0837
320 0,0180
Total 1
EE : Spektrum efek eritema
I : Spektrum intensitas sinar matahari

4
2.3.6. Teknik analisis data
Data yang diperoleh yaitu hasil evaluasi sifat fisik krim dan nilai SPF diolah menggunakan software
Design Expert v.11(trial). Dari analisis menggunakan software diperoleh counter plot super
imposed. Pada counter plot super imposed didapatkan formula yang optimum. Formula optimum
yang diperoleh dilakukan verifikasi. Uji T-test one sample dilakukan untuk menganalisis perbedaan
yang bermakna antara formula verifikasi dan prediksi

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Sintesis nanopartikel seng oksida


Hasil sintesis nanopartikel seng oksida satu formula diperoleh serbuk halus dan berwarna putih
dengan berat sebanyak 896,21mg. Hasil sintesis nanopartikel seng oksida ditunjukkan pada Gambar
1.

Gambar 1. Hasil sintesis nanopartikel seng oksida

3.2 Karakterisasi nanopartikel seng oksida


Hasil pengukuran nanopartikel seng oksida ditunjukkan pada Tabel 3. Grafik hasil pengukuran
ukuran partikel hasil sintesis nanopartikel seng oksida dapat dilihat pada Gambar 2.
Tabel 3. Hasil pengukuran nanopartikel seng oksida dengan PSA
Hasil Rata-rata
Ukuran partikel (nm) 160,000±15,492
Ukuran agregat (nm) 565,233±311,105
PI 0,467±0,033

Gambar 2 . Grafik hasil pengukuran nanopartikel seng oksida.

5
Pada Tabel 3 menunjukkan rata-rata ukuran partikel sebesar 160,000±15,492 nm. Hal terebut sesuai
dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan Alwan et al., (2015) sintesis nanopartikel seng
oksida menghasilkan ukuran partikel yang berkisar antara 100 hingga 200 nm. Polydispersity Index
(PI) merupakan nilai yang menggambarkan lebar distribusi partikel. Hasil penelitian menunjukkan
nilai rata-rata PI sebesar 0,467±0,033. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Ng et al., (2017) yang
menunjukkan nanopartikel seng oksida memiliki distribusi partikel yang luas dengan nilai PI >0,1.
Sebagian besar nanopartikel seng oksida mengalami aglomerasi dan polidispers dengan nilai PI=1.

3.3 Formulasi krim tabir surya


Hasil formulasi krim tabir surya ditandai dengan nama F1, F2, F3 dan F4 yang ditunjukkan pada
Gambar 3.

(a) (b)

(c) (d)
Gambar 3. Hasil formulasi sediaan krim tabir surya, (a) sediaan F1, (b) sediaan
F2, (c) sediaan F3, (d) sediaan F4.

3.4 Evaluasi stabilitas fisik sediaan krim


Hasil evaluasi stabilitas fisik sediaan krim tabir surya dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil pengujian sifat fisik krim tabir surya

No Parameter Sifat Fisik F1 F2 F3 F4


1. Organoleptik
Warna Putih Putih Putih Putih
Bau Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau Tidak Berbau
Tekstur Lembut Lembut Lembut Lembut
Bentuk Krim, semi padat Krim, semi padat Krim, semi padat Krim, semi padat
Homogenitas Homogen Homogen Homogen Homogen
2. Viskositas (dPa.s) 103,33±5.774 163,33±5,774 100±0,000 323,33±15,275
3. pH 5-6 5-6 5-6 5-6
4. Daya sebar (mm) 55,00±1,320 57,33±0,500 61,83±2,840 43±0,870
5. Daya lekat(detik) 2,37±0,137 2,42±0,276 2,26±0,142 11,21±2,848

6
Hasil pengamatan organoleptik menunjukkan bahwa sediaan krim berhasil dibuat dengan
penampakan fisik berwarna putih, bersifat semi padat, tekstur lembut serta homogenitas yang cukup
baik.
Sediaan F2 dan F4 memiliki viskositas yang lebih tinggi dibandingkan dengan F1 dan F3. Kenaikan
viskositas dari sediaan F2 dan F4 disebabkan karena jumlah setil alkohol pada formula yang tinggi.
Diperoleh persamaan desain faktorial untuk respon viskositas yaitu Y= 172,50 + 70,83 (A) + 39,17
(B) + 40,83 (A)(B). Menggunakan persamaan tersebut maka dapat dibuat contour plot viskositas
sediaan krim yang ditunjukkan pada Gambar 4(b). Interaksi kombinasi setil alkohol dan Tween 80
terhadap viskositas dapat dilihat pada Gambar 4.

(a) (b
Gambar 4. (a) Grafik interaksi viskositas antara level setil alkohol dan Tween 80, (b)
Contour plot viskositas dengan kombinsi setil alkohol dan Tween 80

Gambar 4(a) menunjukkan pengaruh peningkatan kadar setil alkohol pada level tinggi maupun level
rendah Tween 80 akan meningkatkan respon viskositas. Pada Gambar 4(b) menunjukkan bahwa
kombinasi setil alkohol dan Tween 80 level tinggi dapat meningkatkan viskositas. Menurut (Rowe et
al., 2009) pada emulsi semipadat, setil alkohol memiliki kelebihan jika dikombinasikan dengan
pengemulsi fase air karena dapat membentuk fase kontinu viskoelastis yang memberi sifat semipadat
sehingga dapat memperbaiki tekstur dan meningkatkan viskositas.
Sediaan krim F1 hingga F4 memiliki nilai pH yang sama yaitu berkisar antara 5-6. Menurut
(Michalun and Dinardo, 2014) kulit manusia memiliki pH dalam kisaran asam, dengan rentang pH
bervariasi dari 4,4 hingga 5,6. Nilai pH sediaan krim sesuai dengan rentang pH normal kulit
sehingga sediaan krim memenuhi keamanan untuk digunakan pada kulit.
Diameter daya sebar untuk sediaan krim yang baik adalah ≤50 mm (Garg et al., 2002). Hanya
sediaan F4 yang memenuhi syarat tersebut. Diperoleh persamaan desain faktorial untuk respon daya
sebar yaitu Y= 54,29 – 4,12 (A) – 1,87 (B) – 5,29 (A)(B). Menggunakan persamaan tersebut maka

7
dapat dibuat contour plot daya sebar sediaan krim yang ditunjukkan pada Gambar 5(b). Interaksi
faktor setil alkohol dan Tween 80 terhadap respon daya sebar dapat dilihat pada Gambar 5.

(a) (b)
Gambar 5. (a) Grafik interaksi daya sebar antara level setil alkohol dan Tween 80, (b) Contour
plot daya sebar dengan kombinsi setil alkohol dan Tween 80

Pada Gambar 5(a) dapat dilihat bahwa Tween 80 kadar tinggi dengan kenaikan level setil alkohol
dapat menurunkan daya sebar. Gambar 5(b) menunjukkan kombinasi setil alkohol level tinggi
dengan Tween 80 level tinggi memiliki daya sebar yang kecil. Penurununan daya sebar dipengaruhi
oleh viskositas yang semakin tinggi, begitu pula sebaliknya dengan penurunan viskositas maka daya
sebarnya semakin luas. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Noor et al., (2016) yang menunjukkan
dengan peningkatan viskositas maka respon daya sebarnya semakin rendah. Meningkatnya viskositas
sediaan krim dipengaruhi oleh kadar setil alkohol yang semakin tinggi.
Daya lekat krim yang baik yaitu tidak kurang dari 4 detik (Genatrika et al., 2016; Wasitaatmadja,
1997). Berdasarkan hasil pengujuan daya lekat, hanya sediaan F4 yang memenuhi persyaratan
tersebut. Diperoleh persamaan desain faktorial untuk respon daya lekat yaitu Y= 4,56 + 2,25 (A) +
2,17 (B) + 2,22 (A)(B). Menggunakan persamaan tersebut maka dapat dibuat contour plot daya lekat
sediaan krim yang ditunjukkan pada Gambar 6(b). Interaksi faktor setil alkohol dan Tween 80
terhadap respon daya lekat dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6(a) menunjukkan Tween 80 level tinggi dengan kenaikan level setil alkohol dapat
meningkatkan daya lekat. Gambar 6(b) kombinasi setil alkohol level tinggi dengan Tween 80 level
tinggi memiliki daya lekat yang besar. Kombinasi setil alkohol dan Tween 80 dapat meningkatkan
viskositas sediaan krim sehingga konsistensinya akan lebih kental. Peningkatan viskositas sediaan
krim akan meningkatkan daya lekat begitu pula sebaliknya. Hal tersebut sesuai dengan penelitian
yang dilakukan Zulkarnain et al., (2015) yang menunjukkan dengan peningkatan viskositas maka
daya lekat semakin meningkat.

8
(b) (b)
Gambar 6. (a) Grafik interaksi daya lekat antara level setil alkohol dan Tween 80, (b)
Contour plot daya lekat dengan kombinsi setil alkohol dan Tween 80
Pengujian stabilitas sediaan krim dilakukan dengan mengamati sediaan krim secara organoleptis
serta dilakukan pengukuran pH krim selama 4 minggu. Selama penyimpanan dari minggu pertama
hingga minggu keempat semua sediaan tidak mengalami perubahan warna, bau, tekstur, bentuk, dan
pH. Pada sediaan F3 tampak adanya pemisahan fase dengan rasio pemisahan 0,1. Diperoleh
persamaan desain faktorial untuk respon rasio pemisahan sediaan krim tabir surya yaitu Y= 0,0250 –
0,0250 (A) + 0,0250 (B) – 0,0250 (A)(B). Menggunakan persamaan tersebut maka dapat dibuat
contour plot rasio pemishan sediaan krim yang ditunjukkan pada. Gambar 7(b). Interaksi faktor setil
alkohol dan Tween 80 terhadap rasio pemisahan sediaan krim dapat dilihat pada Gambar 7.

(a) (b)
Gambar 7. (a) Grafik interaksi rasio pemisahan antara level setil alkohol dan Tween 80, (b)
Contour plot rasio pemisahan dengan kombinsi setil alkohol dan Tween 80

Gambar 7(a) Tween 80 level tinggi dengan kenaikan level setil alkohol dapat menurunkan rasio
pemisahan sediaan krim. Gambar 7(b) menunjukkan bahwa kombinasi setil alkohol level tinggi dan
Twen 80 level rendah hingga tinggi memiliki rasio pemisahaan sediaan yang kecil. Menurut Rowe

9
et al., (2009) kombinasi setil alkohol dengan pengemulsi fase air dalam sediaan semisolid dapat
menghasilkan barrier monomolekuler yang rapat pada antar muka minyak dan air sehingga
membentuk penghalang mekanis mencegah koalesen droplet.
3.5 Evaluasi in vitro Sun Protection Factor (SPF)
Nilai SPF dari sediaan F1 hingga F4 dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Hasil pengukuran nilai Sun Protection Factor (SPF)
Nilai SPF
Sediaan Tanpa zat aktif Zat aktif (nanopartikel t hitung t critical Interpretasi
krim (basis krim) seng oksida 0,2%) (t stat)
F1 10,35±0,297 13,22±0,367 7,587 2,92 Ada perbedaan
F2 12,06±0,259 14,48±0,193 12,679 2,92 Ada perbedaan
F3 11,55±0,037 14,17±0,289 17,555 2,92 Ada perbedaan
F4 14,50±0,257 15,57±0,217 4,862 2,92 Ada perbedaan

Terdapat peningkatan nilai SPF pada sediaan krim dengan zat aktif nanopartikel seng oksida
dibandingkan sediaan krim tanpa zat aktif. Peningkatan nilai SPF disebabkan karena nanopartikel
seng oksida memiliki aktivitas sebagai tabir surya. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang
dilakukan Singh and Nanda, (2014) yang menunjukkan bahwa sediaan krim tabir surya yang
mengandung nanopartikel seng oksida memiliki nilai SPF sebesar 3,65 dan penelitian (Gutiérrez-
Hernández et al., 2016) sediaan yang mengandung nanopartikel seng oksida dengan kadar 5%
memiliki nilai SPF sebesar 4,37. Tabel 5 menunjukkan komponen sediaan krim memiliki nilai
absorbsi UV sehingga krim tanpa zat aktif memiliki nilai SPF. Menurut penelitian yang dilakukan
Wuelfing et al., (2006) Tween 80 memiliki nilai absorbansi pada panjang gelombang 200-400 nm.
Diperoleh persamaan desain faktorial untuk respon nilai SPF sediaan krim tabir surya yaitu Y= 14,36
+ 0,6667 (A) + 0,5072 (B) + 0,0358 (A)(B). Menggunakan persamaan tersebut maka dapat dibuat
contour plot nilai SPF sediaan krim yang ditunjukkan pada Gambar 8(b). Interaksi dari kombinasi
setil alkohol dan Tween 80 terhadap nilai SPF dapat dilihat pada Gambar 8.

(a) (b)
Gambar 8. (a) Grafik interaksi nilai SPF antara level setil alkohol dan Tween 80, (b) Contour
plot nilai SPF dengan kombinsi setil alkohol dan Tween 80

10
Gambar 8(a) menunjukkan bahwa Tween 80 level rendah dan Tween 80 level tinggi dengan
kenaikan level setil alkohol dapat meningkatkan respon nilai SPF. Gambar 8(b) menunjukkan bahwa
kombinasi setil alkohol level tinggi dan Tween 80 level tinggi memiliki nilai SPF yang tinggi.

3.6 Prediksi formula optimum


Hasil evaluasi sifat fisik sediaan krim F1 hingga F4 meliputi viskositas, daya sebar, daya lekat, rasio
pemisahan serta nilai SPF dianalisis menggunakan software Design Expert v.11 (trial). Penentuan
formula optimum digambarkan dalam contour plot super imposed pada Gambar 9.

Gambar 9. Contour plot super imposed krim tabir surya

Hasil optimasi sediaan krim tabir surya dengan metode desain faktorial menunjukkan daerah
optimum dengan kadar setil alkohol 10 gram dan kadar Tween 80 8,176 gram. Hasil optimasi
memiliki nilai desirability sebesar 0,784
3.7 Verifikasi formula optimum
Perbandingan prediki dan hasil evaluasi sifat fisik serta nilai SPF formula optimum ditunjukkan pada
Tabel 6. Hasil uji statistik T-test one sample menunjukkan hasil evaluasi sifat fisik dan nilai SPF
formula optimum tidak berbeda signifikan dengan nilai prediksi pada taraf kepercayaan 95%.
Tabel 6. Hasil perbandingan prediksi dan formula optimum
Sifat Fisik Formula optimum Prediksi T hitung T tabel Keterangan
Viskositas (dPa.s) 286,67±5,774 281,58 1,869 4,303 Tidak signifikan
Daya sebar (mm) 46,5±0,764 46,7391 0,214 4,303 Tidak signifikan
Daya lekat (detik 8,9±0,819 8,91745 -0,037 4,303 Tidak signifikan
Rasio pemisahan 0 0 - - Tidak dianalisis
Nilai SPF 15,276±0,329 15,2876 -0,062 4,303 Tidak signifikan

11
4. PENUTUP

Melalui penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan hasil dari penelitian adalah sebagai
berikut:
1. Formulasi optimum krim tabir surya diperoleh dengan kadar setil alkohol 10 % dan kadar
Tween 80 8,176 % sebagai emulgator.
2. Krim tabir surya formula optimum memiliki nilai Sun Protection Factor (SPF) sebesar
15,276±0,329.

DAFTAR PUSTAKA
Alwan R.M., Kadhim Q.A., Sahan K.M., Ali R.A., Mahdi R.J., Kassim N.A. and Jassim A.N.,
2015, Synthesis of Zinc Oxide Nanoparticles via Sol – Gel Route and Their Characterization,
Nanoscience and Nanotechnology, 5 (1), 1–6.

Azad M., Nasrollahi S.A. and Firooz A., 2014, Zinc Oxide in Sunscreen Products, Journal of
Dermatology and Cosmetics, 5 (1), 41–48.

Garg A., Aggarwal D., Garg S. and Singla A.K., 2002, Spreading of Semisolid Formulations,
Pharmaceutical Technology, 84–105.

Genatrika E., Nurkhikmah I. and Hapsari I., 2016, Formulasi Sediaan Krim Minyak Jintan Hitam
(Nigella sativa L.) sebagai Antijerawat Terhadap Bakteri Propionibacterium acnes, Pharmacy,
13 (2), 192–201.
Gutiérrez-Hernández J.M., Escalante A., Murillo-Vázquez R.N., Delgado E., González F.J. and
Toríz G., 2016, Use of Agave tequilana-lignin and zinc oxide nanoparticles for skin
photoprotection, Journal of Photochemistry and Photobiology B, 163, 156–161.
Mbanga L., Mpiana P.T., Mbala M., Ilinga L., Ngoy B., Mvingu K. and Mulenga M., 2015,
Comparative in vitro Sun Protection Factor ( SPF ) values of some herbal extracts found in
Kinshasa by Ultraviolet Spectrophotometry, International Journal of Advanced Research in
Chemical Science, 1, 7–13.

Michalun M.V. and Dinardo J.C., 2014, Skin Care and Cosmetic Ingredients Dictionary, 4th ed.,
Cengage Learning, USA.

Ng C.T., Yong L.Q., Hande M.P., Ong C.N., Yu L.E., Bay B.H. and Baeg G.H., 2017, Zinc Oxide
Nanoparticles Exhibit Cytotoxicity and Genotoxicity Through Oxidative Stress Responses in
Human Lung Fibroblasts and Drosophila Melanogaster, International Journal of
Nanomedicine, 12, 1621–1637.

Noor S.U., Faridah and Michico, 2016, Formulation Of Liquorice Root Extract (Glycyrrhiza glabra
L .) As Skin Whitening Cream, The Journal of Indonesian Medical Plant, 9 (2), 93–99.

Rowe R., Sheskey P. and Quinn M., 2009, Handbook of Pharmaceutical Excipients, 6th ed. Rowe,
R. et al., eds., Pharmaceutical Press and the American Pharmacist Association, Washington
D.C.

12
Serafini M.R., Detoni C.B., Menezes P.D.P., Pereira Filho R.N., Fortes V.S., Vieira M.J.F.,
Guterres S.S., De Albuquerque Junior R.L.C. and Araújo A.A.D.S., 2014, UVA-UVB
Photoprotective Activity of Topical Formulations Containing Morinda citrifolia Extract,
BioMed Research International, 1–10.

Singh P. and Nanda A., 2014, Enhanced sun protection of nano-sized metal oxide particles over
conventional metal oxide particles: An in vitro comparative study, International Journal of
Cosmetic Science, 36 (3), 273–283.

Wasitaatmadja, S. M., 1997, Penuntun Ilmu Kosmetik Medik, UI Press, Jakarta

Wuelfing W.P., Kosuda K., Templeton A.C., Harman A., Mowery M.D. and Reed R.A., 2006,
Polysorbate 80 UV/vis spectral and chromatographic characteristics - defining boundary
conditions for use of the surfactant in dissolution analysis, Journal of Pharmaceutical and
Biomedical Analysis, 41 (3), 774–782.
Zhelsiana D.A. and Wikantyasning E.R., 2017, Formulasi dan Uji Aktivitas Antioksidan Masker
Gel Peel-Off Spirulina ( Arthrospira platensis ) Kombinasi dengan Nanopartikel ZnO, Naskah
Publikasi,Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta

Zulkarnain A.K., Marchaban M., Wahyuono S. and Susidarti R.A., 2015, SPF In Vitro and The
Physical Stability of O/W Cream Optimal Formula From The Partition Product of Mahkota
Dewa {Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl}, Indonesian Journal of Pharmacy, 26(4) (4), 210–
218.

13

Anda mungkin juga menyukai