Hukum Termodinamika

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 9

TERMODINAMIKA TEKNIK

HUKUM TERMODINAMIKA I & II

Oleh:

SHAHSEPTHA REZKY ALFISSAR


NIM: 2013 70 017

PROGRAM STUDI TEKNIK SISTEM PERKAPALAN


JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2018
TERMODINAMIKA

Pengertian Termodinamika
Termodinamika berasal dari bahasa Yunani dimana Thermos yang artinya panas dan Dynamic
yang artinya perubahan. Termodinamika adalah suatu ilmu yang menggambarkan usaha untuk
mengubah kalor (perpindahan energi yang disebabkan perbedaan suhu) menjadi energi serta sifat-
sifat pendukungnya. Termodinamika berhubungan erat dengan fisika energi, panas, kerja, entropi
dan kespontanan proses. Termodinamika juga berhubungan dengan mekanika statik. Cabang ilmu
fisika ini mempelajari suatu pertukaran energi dalam bentuk kalor dan kerja, sistem pembatas dan
lingkungan. Aplikasi dan penerapan termodinamika bisa terjadi pada tubuh manusia, peristiwa
meniup kopi panas, perkakas elektronik, Refrigerator, mobil, pembangkit listrik dan industri.

Hukum-Hukum Termodinamika
Termodinamika mempunyai hukum-hukum pendukungnya. Hukum-hukum ini menerangkan
bagaimana dan apa saja konsep yang harus diperhatikan. Seperti peristiwa perpindahan panas dan
kerja pada proses termodinamika. Sejak perumusannya, hukum-hukum ini sudah menjadi hukum
penting dalam dunia fisika yang berhubungan dengan termodinamika. Penerapan hukum-hukum
ini juga digunakan dalam berbagai bidang seperti bidang ilmu lingkungan, otomotif, ilmu pangan,
ilmu kimaia dan lain-lain.

Hukum I Termodinamika (Kekekalan Energi dalam Sistem)


Hukum pertama termodinamika adalah suatu pernyataan mengenai hukum universal dari
kekekalan energi dan mengidentifikasikan perpindahan panas sebagai suatu bentuk perpindahan
energi. Pernyataan paling umum dari hukum pertama termodinamika ini berbunyi:

“Kenaikan energi internal dari suatu sistem termodinamika sebanding dengan jumlah energi
panas yang ditambahkan ke dalam sistem dikurangi dengan kerja yang dilakukan oleh sistem
terhadap lingkungannya.”
Rumus Hukum Termodinamika I
Secara matematis hukum I termodinamika dapat dirumuskan sebagai berikut:

∆U = Q - W

Dimana :
 U menunjukkan sifat dari sebuah sistem, sedangkan W dan Q tidak. W dan Q bukan fungsi
Variabel keadaan, tetapi termasuk dalam proses termodinamika yang bisa merubah keadaan. U
merupakan fungsi variabel keadaan (P,V,T,n).
 W bertanda positif bila sistem melakukan usaha terhadap lingkungan dan negatif jika menerima
usaha lingkungan.
 Q bertanda positif jika sistem menerima kalor dari lingkungan dan negatif jika melepas kalor
pada lingkungan.
Keterangan :
ΔU = perubahan energi dalam (joule)
Q = kalor (joule)
W = usaha (joule)

Proses-Proses dalam Termodinamika


Proses Isobarik
Proses isobarik adalah proses termodinamika di mana tekanannya konstan: ΔP = 0. Istilah ini
berasal dari kata Yunani iso-, (sama), dan baros (massa). Panas dipindahkan ke sistem yang
melakuukan kerja namun juga mengubah energi dalam sistem.

Proses Isoterm
Proses isoterm adalah perubahan keadaan gas pada suhu yang tetap: ΔU = 0. Proses isotermal
merupakan proses termodinamika yang prosesnya berjalan dan suhu gasnya tetap. Persamaan
umum gasnya adalah P.V= n.R.T.
Proses Isokorik
Proses isokorik, juga disebut proses volume konstan atau proses isovolumetrik atau proses
isometrik adalah proses termodinamika di mana volume dari sistem tertutup yang menjalani proses
tetap konstan. Proses isokorik dapat dicontohkan dengan pemanasan atau pendinginan pada wadah
tertutup anelastis: proses termodinamika adalah bertambahnya atau berkurangnya panas; isolasi
dari wadah menyebabkan sistem menjadi tertutup, dan ketidakmampuan wadah untuk
berdeformasi menyebabkan kondisi volume konstan.

Proses Adiabatik
Proses adiabatik adalah proses yang muncul tanpa perpindahan panas dan massa antara sistem
dan lingkungannya: Q = 0. Proses ini merupakan salah satu konsep penting dalam termodinamika
dalam pengembangan hukum pertama termodinamika.
Proses adiabatik berlangsung dalam dinding yang disolasi termal sepenuhnya dan tak dapat
ditembus benda.

Hukum II Termodinamika
Hukum kedua termodinamika berpusat pada masalah entropi. Hukum kedua termodinamika
bisa dinyatakan sebagai berikut: “Entropi dapat diciptakan tetapi tidak dapat dimusnahkan.”
Berdasarkan postulat ini, entropi yang ada pada sebuah proses bisa tetap tidak berubah dan bisa
pula naik, namun tidak mungkin berkurang. Entropi hanya bisa tetap tidak berubah pada sebuah
proses reversible (s1 = s2). Contoh sebuah proses reversible adalah ayunan bandul teoritis, dimana
sama sekali tidak ada friksi yang menghambat ayunan. Dengan demikian, jika bandul diayunkan
ke arah kanan sejauh x maka bandul akan kembali ke sebelah kiri sejauh x pula. Namun dalam
kenyataannya, proses semacam ini sangat sulit ditemui karena friksi – meski hanya sedikit – pasti
akan ada. Dalam kenyataannya, hampir semua proses yang terjadi di alam adalah irreversible.
Dalam sebuah proses irreversible, pasti akan terjadi kenaikan entropi (s2 > s1).
Dengan kata lain, dalam sebuah proses reversible, tidak ada perubahan entropi. Adapun dalam
sebuah proses irreversible, perubahan entropi tidaklah nol dan pasti bernilai positif.
Dasar dari hukum kedua termodinamika terletak pada perbedaan antara sifat alami energi
dalam dan energi mekanik mikroskopik. Hasil percobaan menyimpulkan bahwa mustahil untuk
membuat sebuah mesin kalor yang mengubah panas seluruhnya menjadi kerja , yaitu mesin
dengan efisiensi termal 100% kemustahilan ini adalah dasar dari suatu pernyataan Hukum Kedua
Termodinamika sebagai berikut:

“Adalah mustahil bagi sebuah sistem manapun untuk mengalami sebuah proses diamana
sistem menyerap panas dari reservoir pada suhu tunggal dan mengubah panas seluruhnya
menjadi kerja mekanik, dengan sistem berakhir pada keadaan yang sama seperti keadaan
awalnya”

Pada benda yang bergerak, molekul memiliki gerakan acak, tetapi di atas semua itu terdapat
gerakan terkoordinasi dari setiap molekul pada arah yang sesuai dengan kecepatan benda tersebut.
Energi kinetik yang berkaitan dengan gerakan makroskopik terkoordinasi adalah apa yang kita
sebut sebagi energi kinetik pada benda bergerak. Energi kinetik dan energi potensial yang
berkaitan dengan gerakan acak menghasilkan energi dalam.

Aplikasi dari Hukum II Termodinamika


Aplikasi dari hukum II Termodinamika ialah mesin carnot. Hukum II Termodinamika pada
mesin Carnot berbunyi:
“Tidak mungkin untuk membuat sebuah mesin kalor yang cara kerjanya meyerap kalor dari
reservoir bersuhu tinggi kemudian mengubah semua kalor tersebut menjadi usaha.”
Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan tidak mungkin ada mesin carnot dengan efisiensi
100%.

Perhatikan cara kerja mesin Carnot yang ditunjukkan oleh gambar di atas. Kalor yang diterima
(Q1) oleh mesin Carnot di ubah menjadi usaha (W) dan kalor sisanya akan dibuang (Q2).
Dari grafik yang ditunjukkan oleh gambar 1 kita dapatkan suatu persamaan:

Q1 = W + Q2

Entropi
Entropi adalah salah satu besaran termodinamika yang mengukur energi dalam sistem per
satuan temperatur yang tak dapat digunakan untuk melakukan usaha. Mungkin manifestasi yang
paling umum dari entropi adalah (mengikuti hukum termodinamika), entropi dari sebuah sistem
tertutup selalu naik dan pada kondisi transfer panas, energi panas berpindah dari komponen yang
bersuhu lebih tinggi ke komponen yang bersuhu lebih rendah. Pada suatu sistem yang panasnya
terisolasi, entropi hanya berjalan satu arah (bukan proses reversibel/bolak-balik). Entropi suatu
sistem perlu diukur untuk menentukan bahwa energi tidak dapat dipakai untuk melakukan usaha
pada proses-proses termodinamika. Proses-proses ini hanya bisa dilakukan oleh energi yang sudah
diubah bentuknya, dan ketika energi diubah menjadi kerja/usaha, maka secara teoritis mempunyai
efisiensi maksimum tertentu. Selama kerja/usaha tersebut, entropi akan terkumpul pada sistem,
yang lalu terdisipasi dalam bentuk panas buangan.

Siklus-Siklus dalam Hukum II Termodinamika


Siklus Carnot
Berdasarkan sifatnya siklus dibagi menjadi 2 ,yaitu siklus reversible (dapat balik) dan siklus
irreversible (tidak dapat balik). Siklus carnot termasuk siklus reversible.
Keterangan:
 Pada proses A-B terjadi ekspansi isotermik
 Pada proses B-C terjadi ekspansi adiabatik
 Pada proses C-D terjadi pemampatan isotermik
 Pada proses D-A terjadi pemampatan adiabatik

Siklus Otto
Pada siklus otto atau siklus volume konstan proses pembakaran terjadi pada volume konstan,
sedangkan siklus otto tersebut ada yang berlangsung dengan 4 (empat) langkah atau 2 (dua)
langkah. Untuk mesin 4 (empat) langkah siklus kerja terjadi dengan 4 (empat) langkah piston atau
2 (dua) poros engkol. Adapun langkah dalam siklus otto yaitu gerakan piston dari TMA (Titik
Mati Atas) ke posisi bawah TMB (Titik Mati Bawah) dalam silinder.

Proses 1-2: Proses kompresi isentropic (adiabatic reversible) dimana piston bergerak menuju
TMA mengkompresikan udara sampai volume clearance sehingga tekanan dan
temperatur udara naik.
Proses 2-3: Pemasukan kalor konstan, piston sesaat pada TMA bersamaan kalor suplai dari
sekelilingnya serta tekanan dan temperatur meningkat hingga nilai maksimum
dalam siklus.
Proses 3-4: Proses isentropik udara panas dengan tekanan tinggi mendorong piston turun
menuju TMB, energi dilepaskan disekeliling berupa internal energi.
Proses 4-1: Proses pelepasan kalor pada volume konstan piston sesaat pada TMB dengan
mentransfer kalor ke sekeliling dan kembali mlangkah pada titik awal.

Siklus Diesel
Siklus diesel yang merupakan siklus dari mesin penyalaan kompresi (compression-ignition)
ditemukan oleh Rudolph Diesel pada tahun 1890. Perbedaan mesin diesel dengan mesin otto
terletak pada permulaan pembakarannya. Pada motor bensin, campuran udara-bensin dikompresi
dibawah temperatur pembakaran bahan bakar dan proses pembakarannya dimulai dari percikan
bunga api pada busi. Sedangkan pada mesin diesel, udara murni diisap dan dikompresi diatas
temperatur pembakaran bahan bakar. Jadi, pada mesin diesel tidak terdapat karburator dan busi
tetapi diganti oleh injektor bahan bakar.
Pada mesin bensin, yang dikompresi adalah campuran udara-bensin dan besarnya perbandingan
kompresi dibatasi oleh temperatur terbakarnya bensin. Pada mesin diesel, yang dikompresi adalah
udaranya saja sehingga mesin diesel dapat didesain pada perbandingan kompresi yang tinggi,
antara 12 sampai 24. Proses injeksi bahan bakar dimulai pada saat piston hampir mencapai titik
mati atas dan masih berlangsung beberapa saat setelah piston mencapai TMA. Oleh karena itu,
proses pembakaran pada mesin diesel terjadi pada interval waktu yang relative panjang dibanding
dengan mesin bensin. Dengan interval waktu pembakaran yang relatif panjang tersebut, maka
proses pemasukan panas didekati (approximated) sebagai proses tekanan konstan, sedangkan tiga
proses lainnya sama dengan mesin bensin.

Langkah (0-1) adalah langkah hisap udara, pada tekanan konstan.


Langkah (1-2) adalah langkah kompresi, pada keadaan isentropik.Langkah (2-3) adalah langkah
pemasukan kalor, pada tekanan konstan.
Langkah (3-4) adalah langkah ekspansi, pada keadaan isentropik.
Langkah (4-1) adalah langkah pengeluaran kalor, pada tekanan konstan.
Langkah (0-1) adalah langkah buang, pada tekanan konstan.

Siklus Rankine
Siklus Rankine adalah sebuah siklus yang mengkonversi energi panas menjadi kerja / energi gerak.
Dikembangkan oleh William John Macquorn Rankine pada abad ke-19 dan sejak saat itu banyak
diaplikasikan pada mesin-mesin uap. Saat ini, siklus rankine digunakan pada pembangkit-
pembangkit listrik dan memproduksi 90% listrik dunia.
Air menjadi fluida kerja siklus rankine dan mengalami siklus tertutup (close-loop cycle) artinya
secara konstan air pada akhir proses siklus masuk kembali ke proses awal siklus. Pada siklus
rankine, air ini mengalami empat proses sesuai dengan gambar di atas, yaitu:

Proses C-D: Fluida kerja / air dipompa dari tekanan rendah ke tinggi, dan pada proses ini fluida
kerja masih berfase cair sehingga pompa tidak membutuhkan input tenaga yang terlalu besar.
Proses ini dinamakan proses kompresi-isentropik karena saat dipompa, secara ideal tidak ada
perubahan entropi yang terjadi.
Proses D-F: Air bertekanan tinggi tersebut masuk ke boiler untuk mengalami proses
selanjutnya, yaitu dipanaskan secara isobarik (tekanan konstan). Sumber panas
didapatkan dari luar seperti pembakaran batubara, solar, atau juga reaksi nuklir. Di
boiler air mengalami perubahan fase dari cair, campuran cair dan uap, serta 100%
uap kering.
Proses F-G: Proses ini terjadi pada turbin uap. Uap air kering dari boiler masuk ke turbin dan
mengalami proses ekspansi secara isentropik. Energi yang tersimpan di dalam uap
air dikonversi menjadi energi gerak pada turbin.
Proses G-C: Uap air yang keluar dari turbin uap masuk ke kondensor dan mengalami kondensasi
secara isobarik. Uap air diubah fasenya menjadi cair kembali sehingga dapat
digunakan kembali pada proses siklus.

Anda mungkin juga menyukai