Analisa Postur Kerja Dengan Metode Rula Pada Pekerja CV

Anda di halaman 1dari 13

ANALISA POSTUR KERJA DENGAN METODE RULA PADA

PEKERJA CV.MANSGROUP
Abstrak

Postur tubuh merupakan hal yang sangat penting dalam bekerja dikarenakan postur tubuh
mempengaruhi konsentrasi dan produktifitas dari pekerja. Kesalahan atau kurang baiknya
postur tubuh dalam melakukan pekerjaan dapat membahayakan pekerja. Pekerja bisa
mengalami cedera (Muskoleskeletal) atau bahkan sampai kecelakaan kerja. CV.Mansgroup
merupakan perusahaan di bidang konstruksi pembuat alat-alat perbengkelan, dalam
melakukan kegiatan kerja sehari- hari pegawai CV.Mansgroup banyak mengeluhkan postur
kerja yang membuat mereka cepat lelah dan merasa pegal oleh sebab itu penulis melakukan
analisi terhadap postur tubuh pekerja saat melakukan pekerjaan dan memberikan usulan
postur tubuh yang baik serta alat-alat yang mampu mendukung perbaikan postur tubuh pada
para pekerja di CV.Mansgroup. Analisis postur tubuh dan perancangan alat bantu tambahan
dilakukan penulis dengan software CATIA.
1. Pendahuluan
Peningkatan industrialisasi di Indonesia saat ini tidak dapat dipisahkan dengan
peningkatan teknologi modern. Penggunaan teknologi modern dalam usaha
pembangunan dan peningkatkan kesejahteraan rakyat, memiliki efek samping seperti
Penyakit Akibat Kerja (PAK), kecelakaan kerja, pencemaran lingkungan kerja,
pencemaran lingkungan umum yang menimpa tenaga kerja dan masyarakat. Ratusan juta
tenaga kerja di seluruh dunia saat ini bekerja pada kondisi tidak aman dan dapat
mengakibatkan kecelakaan dan gangguan kesehatan. Ergonomi adalah kemampuan untuk
menerapkan informasi menurut karakter manusia, kapasitas dan keterbatasannya terhadap
desain pekerjaan, mesin dan sistemnya, ruangan kerja dan lingkungan sehingga manusia
dapat hidup dan bekerja secara sehat, aman, nyaman dan efisien. Praktek-praktek
ergonomis yang kurang memadai mengakibatkan gangguan pada otot, yang
mempengaruhi kualitas hidup dan produktivitas pekerja. Oleh sebab itu diperlukan
pengukuran ergonomi pekerja untuk mengetahui kesesuain posisi kerja dengan peralatan
kerja. Ergonomi menjamin manusia bekerja sesuai dengan kemampuan, kebolehan dan
keterbatasan yang hasil akhirnya manusia mampu berproduksi lebih optimal selama umur
produktif dari pekerja tersebut tanpa harus mengorbankan keselamatan dan kesehatannya
CV. Mansgroup merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang otomotiv
khususnya pembuatan sparepart sepeda motor dan peralatan perbengkelan. CV.
Mansgroup harus memiliki standar yang sesuai dengan aturan yang ada. Namum terdapat
berbagai masalah yang berhubungan dengan pekerja seperti sakit pinggang dan cepat
lelah yang disebabkan oleh pekerjaan yang berulang dengan bentuk postur tubuh yang
tidak benar. Hal itu menyebabkan menurunnya produktivitas dari perusahaan tersebut.
Banyak aspek yang harus diperhatikan oleh pekerja, seperti mengenai posisi kerja,
kesehatan dan keselamatan kerjanya. Karena akibat dari posisi kerja yang salah dan
berlangsung lama ataupun berulangulang akan memberikan dampak pada kesehatan bagi
pekerja. Seperti misalnya cidera pada otot leher, dan sakit pada tulang punggung. Hal ini
sering terjadi pada karyawan CV.Mansgroup, karena beberapa pekerjaan dilakukan
secara manual dengan postur yang tidak sesuai aturan ergonomi.
Melihat permasalahan yang ada dan beberapa kejadian yang dialami pekerja, maka
penulis ingin menganalisis postur kerja para pekerja operator manual handling
CV.Mansgroup dengan metode RULA dengan menggunakan bantuan software CATIA.
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan di lapangan maka akan dilakukan evaluasi
menggunakan pengukuran RULA dengan software CATIA dengan tujuan untuk
memberikan rekomendasi dan membantu perusahaan dalam meningkatkan standarisasi
ergonomi.

2. Bahan dan Metode

Ergonomi
Ergonomi ialah penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia ialah untuk
menurunkan stress yang akan dihadapi. Upayanya antara lain berupa menyesuaikan
ukuran tempat kerja dengan dimensi tubuh agar tidak melelahkan, pengaturan suhu,
cahaya dan kelembaban bertujuan agar sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia. Ada
beberapa definisi menyatakan bahwa ergonomi ditujukkan untuk “fitting the job to the
worker”, sementara itu ILO (International Labour Organization) antara lain menyatakan,
sebagai “ilmu terapan biologi manusia dan hubungannya dengan ilmu teknik bagi pekerja
dan lingkungan kerjanya, agar mendapatkan kepuasan kerja yang maksimal selain
meningkatkan produktivitasnya (Sutalaksana, 1997) Sikap Kerja Ada beberapa hal yang
harus diperhatikan berkaitan dengan sikap tubuh dalam melakukan pekerjaan, yaitu:
- Semua pekerjaan hendaknya dilakukan dalam sikap duduk atau sikap berdiri secara
bergantian.
- Semua sikap tubuh yang tidak alami harus dihindarkan. Seandainya hal ini tidak
memungkinkan, hendaknya diusahakan agar beban statis diperkecil.
- Tempat duduk harus dibuat sedemikian rupa, sehingga tidak membebani melainkan
dapat memberikan relaksasi pada otot – otot yang sedang tidak dipakai untuk bekerja
dan tidak menimbulkan penekanan pada bagian tubuh (paha). Hal ini dimaksudkan
untuk mencegah terjadinya gangguan sirkulasi darah dan juga untuk mencegah
keluhan kesemutan yang dapat mengganggu aktivitas.(Tarwaka, 2004).

Muskuloskeletal
Muskuloskeletal adalah keluhan otot skeletal, terdapat beberapa faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya keluhan otot skeletal .
1. Peregangan otot yang berlebihan Peregangan otot yang berlebihan (over exertion)
biasanya dialami pekerja yang mengalami aktifitas kerja yang menuntut tenaga yang
besar. Apabila hal serupa sering dilakukan, maka akan mempertinggi resiko
terjadinya keluhan otot, bahkan dapat menyebabkan terjadinya cidera otot skeletal.
2. Aktifitas berulang Aktifitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus
menerus. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja
secara terus menerus, tanpa memperoleh kesempatan untuk melakukan relaksasi.
3. Sikap kerja tidak alamiah Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang
menyebabkan posisi-posisi bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiahnya.
Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi, semakin tinggi pula terjadi
keluhan otot skeletal. Sikap kerja tidak alamiah ini pada umumnya karena
karakteristik tuntutan kerja tidak sesuai dengan kemmpuan dan keterbatasan pekerja.
(Grandjen, 1993)

CATIA
Software CATIA (Computer Aided Three Dimensional Interactive Applicaton) saat ini
merupakan perangkat lunak yang menjadi andalan Lab. CAD/CAM/CAE Fakultas
Teknik UMS. Software ini sangat berguna untuk membantu proses desain (CAD),
rekayasa (CAE) maupun manufaktur (CAM), yang memungkinkan proses-proses
pemodelan seluruhnya dilakukan secara digital sehingga tidak diperlukan lagi gambar
manual maupun model fisik. Software ini juga handal dalam memenuhi kriteria artistik,
kelayakan mekanis, kenyamanan (ergonomis) dan juga kelayakan secara bisnis dari suatu
desain produk. CATIA memiliki aplikasi yang sangat lengkap (140 aplikasi) untuk
berbagai keperluan disiplin ilmu teknik.(Bakti, 2012)

RULA
RULA adalah sebuah metode untuk menilai postur, gaya dan gerakansuatu aktivitas kerja
yang berkaitan dengan penggunaan anggota tubuh bagianatas (upper limb). Metode ini
dikembangkan untuk menyelidiki resiko kelainan yang akan dialami oleh seorang pekerja
dalam melakukan aktivitas kerja yang memanfaatkan anggota tubuh bagian atas (upper)
limb). Metode ini menggunakan diagram postur tubuh dan tiga tabel penilaian untuk
memberikan evaluasi terhadap faktor resiko yang akan dialami oleh pekerja.(Bakti, 2012)
metedologi penelitian
3. Hasil dan Pembahasan
Postur kerja awal operator
- Proses Pemotongan Besi Gambar 3.1 adalah postur kerja pada proses pemotongan
besi baik itu berupa plat besi ataupun besi jenis lain. Dapat dilihat bahwa operator
melakukan kegiatan tersebut dengan posisi badan jongkok dimana tangan kanan
operator memegang alat pemotong berupa gerindra dan tngan kiri operator
memegang besi yang akan dipotong.

- Proses Pembuatan Cetakan Alat Gambar 3.2 adalah postur kerja pada proses
pembuatan cetakan alat. Proses ini terdiri dari kegiatan pemotongan dan pengeleman
bahan. Dapat dilihat bahwa operator melakukan kegiatan tersebut dengan posisi
badan jongkok dimana operator duduk di sebuah kursi dan proses pengerjaannya
dilakukan pada sebuah meja kerja.
Pengolahan Data
Pengolahan data yang dilakukan adalah membuat postur kerja operator menggunakan
Software CATIA V5R20 yang disesuaikan dengan foto dan data-data yang didapat saat
pengamatan. Dalam analisis RULA pada Software CATIA V5R20 terdapat empat kategori
warna yaitu merah untuk kondisi paling membutuhkan tindakan, orange untuk kondisi perlu
tindakan dalam waktu dekat, kuning untuk kondisi yang masih perlu diamati beberapa waktu
kedepan, dan warna hijau untuk kondisi aman.

Postur Kerja Pada Proses Pemotongan Besi

Pada hasil analisis RULA dengan menggunakan software CATIA seperti pada gambar
3.3, cidera yang mungkin dapat terjadi pada operator dengan postur kerja seperti diatas yaitu :
1. Merah : Fore Arm, Neck, Trunk, Posture B, Neck Trunk and Leg Muscle
2. Orange : Wrist and Arm
3. Kuning : Upper Arm, Wrist, Posture A, Force/Load,
4. Hijau : Wrist Twist, Muscle, Leg
Final Score yang didapat berdasarkan analisis RULA menggunakan software CATIA sebsar 7
dan berwarna Merah, sehingga diberitahukan bahwa postur tersebut harus segera diberikan
tindakan.

Postur Kerja Pada Proses Pemotongan Besi


Pada hasil analisis RULA dengan menggunakan software CATIA seperti pada gambar 3.4,
cidera yang mungkin dapat terjadi pada operator dengan postur kerja seperti diatas yaitu :
- Merah : Wrist Twist, Muscle
- Orange : Wrist and Arm
- Kuning : Upper Arm, Wrist, Posture A, Trunk, Neck Trunk and Leg
- Hijau : Fore Arm,Force/Load, Neck, Leg, Posture B
Final Score yang didapat berdasarkan analisis RULA menggunakan software CATIA sebesar
5 dan orange, sehingga diberitahukan bahwa postur tersebut harus diberi tindakan dalam
waktu dekat
Saran Perbaikan
Berdasarkan hasil pengolahan data, dapat diketahui bahwa postur kerja pekerja CV.
Mansgroup memiliki score 7 dan 5. Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan saran
perbaikan untuk postur kerja agar tidak terjadi cedera pada operator yang bersangkutan. Salah
satu cara mengurangi cedera yang disebabkan oleh postur kerja yang tidak ergonomis adalah
dengan melakukan perancangan ulang fasilitas pendukung kerja atau menambahkan fasilitas
kerja yang baru agar postur kerja para pekerja tersebut menjadi ergonomis. Fasilitas kerja
yang diberikan akan disesuaikan dengan data anthropometri manusia populasi orang
Indonesia. Fasilitas kerja yang dapat ditambahkan agar dapat mengurangi resiko cedera pada
operator proses rework barecore, operator pada proses penyusunan kayu dan operator proses
pendempulan barecore adalah dengan menambahkan meja hidrolis yang dapat dinaikkan dan
diturunkan sesuai dengan keinginan operator. Selain itu untuk operator proses pendempulan
barecore dilakukan pembagian tugas untuk tiap bagian barecore. Sehingga operator proses
pendempulan barecore saling berhadap-hadapan dan badan operator tidak terlalu menjorok ke
depan sehingga dapat mengurangi resiko yang dapat terjadi.

Penambahan Fasilitas Pendukung pada Operator Proses Pemotongan Besi


Gambar 3.5 merupakan fasilitas tambahan berupa meja kerja untuk proses
pemotongan besi dengan ukuran dimensi sebagai berikut :
- Tinggi meja disesuaikan dengan ukuran antropometri orang Indonesia dimensi tinggi
siku sebesar 1074 mm dan presentil berupa tebal sepatu sebesar 5 mm sehingga tinggi
meja maksimal menjadi 1079 mm.
- Panjang meja disesuaikan dengan ukuran panjang Plat besi yaitu 8000 mm dan
ditambah dengan allowance untuk tiap sisi sebesar 500 mm sehingga panjang meja
menjadi 9000 mm.
- Lebar meja disesuaikan dengan ukuran lebar platbesi yaitu 4000 mm dan ditambah
dengan allowance untuk tiap sisi sebesar 250 mm sehingga panjang meja menjadi
4500 mm.
Dari hasil analisis RULA yang telah dilakukan, terlihat bahwa terjadi perubahan pada
final score yang didapatkan. Pada analisis RULA setelah dilakukan penambahan fasilitas
kerja berupa meja kerja, final score yang didapatkan sebesar 3 dan berwarna kuning. Hal
tersebut menunjukkan penurunan besar nilai final score sebesar 4 poin dari final score
sebelum penambahan fasilitas kerja berupa meja sebesar 7 dan berwarna merah. Final score
sebesar 3 dan berwarna kuning menunjukkan bahwa postur operator sudah mendekati standar
ergonomi yang ada sehingga dapat meminimalisir kemungkinan terjadinya cedera pada
operator.
Penambahan Fasilitas Pendukung pada Operator Proses Cetakan Alat

Gambar 3.6 merupakan fasilitas tambahan berupa kuri kerja untuk proses
pembuatan cetakan dengan ukuran dimensi sebagai berikut :
- Tinggi alas kursi disesuaikan dengan ukuran antropometri orang Indonesia dimensi
tinggi lipat lutut sebesar 445 mm dan presentil berupa tebal sepatu sebesar 5 mm
sehingga tinggi alas kursi menjadi 450 mm. Panjang alas kursi disesuaikan dengan
ukuran antropometri orang Indonesia dimensi jarak lipat lutut ke pantat sebesar 586
mm.
- Lebar alas kursi disesuaikan dengan ukuran antropometri orang Indonesia dimensi
lebar panggul sebesar 392 mm.
Gambar 3.7 merupakan fasilitas tambahan berupa meja kerja untuk proses pembuatan
cetakan dengan ukuran dimensi sebagai berikut :
- Tinggi meja disesuaikan dengan ukuran antropometri orang Indonesia dimensi tinggi
lutut sebesar 544 mm ditambah tinggi siku pada posisi duduk 283mm dan presentil
berupa tebal sepatu sebesar 5 mm sehingga tinggi meja maksimal menjadi 832 mm.
- Panjang meja disesuaikan dengan ukuran panjang Plat besi yaitu 600 mm dan
ditambah dengan allowance untuk tiap sisi sebesar 100 mm sehingga panjang meja
menjadi 800 mm.
- Lebar meja disesuaikan dengan ukuran lebar platbesi yaitu 400 mm dan ditambah
dengan allowance untuk tiap sisi sebesar 50 mm sehingga panjang meja menjadi 500
mm.
Dari hasil analisis RULA yang telah dilakukan, terlihat bahwa terjadi perubahan pada
final score yang didapatkan. Pada analisis RULA setelah dilakukan penambahan fasilitas
kerja berupa meja dan kursi kerja, final score yang didapatkan sebesar 3 dan berwarna
kuning. Hal tersebut menunjukkan penurunan besar nilai final score sebesar 2 poin dari final
score sebelum penambahan fasilitas kerja berupa meja hidrolis yaitu sebesar 5 dan berwarna
orange. Final score sebesar 3 dan berwarna kuning menunjukkan bahwa postur operator
sudah mendekati standar ergonomi yang ada sehingga dapat meminimalisir kemungkinan
terjadinya cedera pada operator.

4. Kesimpulan
Dari hasil pengolahan data dan analisis yang dilakukan terhadap pengamatan postur kerja
operator pada CV.Mansgroup, di dapat kesimpulan sebagai berikut. Dari postur kerja yang
telah diamati, terdapat postur yang memiliki resiko cedera besar yang dapat berakibat pada
proses produksi. Hal ini disebabkan karena kurangnya fasilitas penunjang pekerjaan sehingga
membuat operator tidak nyaman saat bekerja.Kurangnya fasilitas pendukung menjadi faktor
kunci penyebab naiknya resiko cedera pada operator. Fasilitas pendukung tambahan berupa
meja kerja besar ,meja kerja kecil dan kursi kerja dapat membantu dan memperbaiki postur
kerja operator sehingga operator tidak perlu membungkuk dalam bekerja.Dimensi fasilitas
pendukung dibuat berdasarkan data antropometri populasi Indonesia. Saran yang dapat
diberikan berdasarkan hasil pengamat dan analisis adalah Peran aktif manajer hingga operator
untuk meningkatkan aspek K3 di perusahaan. Tingkat pengawasan K3 terhadap operator
harus ditingkatkan. Memberikan sosialisasi tentang postur kerja yang baik terhadap operator.
Daftar Pustaka

Bakti, Fajar. (2012). Evaluasi Ergonomi Desai Produk Kursi Kuliah Mengunakan Catia V5R17
Berdasarkan Analisi Postur Manusia dan Analisi Aktifitas Manusia. Gunadarman. Jakarta

Grandjean, (2000). E. Fitting the Task to The man. A Textbook of Occupational Ergonomics. London:
Taylor & Francis Ltd.

Nurmianto, Eko. (1991) Ergonomi Konsep Dasar Dan Aplikasinya. Prima Printing, Surabaya

Sutalaksana Z. A., Anggawisastra R., Tcakraatmadja H.J., (1997). “Teknik Tata Cara Kerja”. Jurusan
Teknik Industri, ITB, Bandung

Tarwaka, et. al. (2004). Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan Produktivitas. Surakarta :
Uniba Press

Anda mungkin juga menyukai