Teori Akuntansi
Teori Akuntansi
Teori Akuntansi
KELOMPOK 12
ANGGOTA KELOMPOK:
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur Kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya Kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul“Issue Konseptual Akuntansi
Inflasi ”. Kami juga mengucapkan terimakasih pada Ibu Emylia Yuniartie, SE,. M.Si., Ak
selaku dosen mata kuliah Teori Akuntansi yang telah memberikan ilmu serta tugas ini kepada
Kami.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Teori Akuntansi. Makalah ini
berisikan definisi akuntansi inflasi, metode akuntansi inflasi, atribut model akuntansi inflasi
serta dasar penilaian dalam model akuntansi inflasi.
Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah Issue Konseptual Akuntansi Inflasi ini. Kami menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
bersifat membangun kami harapkan demi kesempurnaan makalah selanjutnya
Penyusun
i
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam dunia perekonomian, inflasi menjadi masalah yang klasik. Hal ini dikarenakan
menjadi faktor eksternal yang mempengaruhi kinerja managerial suatu perusahaan. Akuntansi
keuangan merupakan media informasi yang disusun oleh manajemen selaku pengelola bisnis
untuk kepentingan publik khususnya investor dan kreditor. Saat ini system yang digunakan
dalam akuntansi di Indonesia menggunakan historical cost. Dengan konsep ini berarti
pencatatan dan proses akuntansi suau perusahaan tidak mengenal adanya perubahan seperti
pengaruh inflasi tetapi stable monetary unit yang mengakibatkan semua transaksi yang terjadi
dicatat atas dasar nilai historis atau nilai yang didapat saat terjadi transaksi. Inflasi
menyebabkan perubahan untuk skala harga barang/jasa yang diperjualbelikan. Kondisi seperti
ini tidak mendukung pelaku saham yakni investor untuk menilai kinerja perusahaan. Dilema
ini juga merugikan perusahaan dari segi penjualan hingga profit yang didapat tidak sesuai
harapan. Laporan keuangan seperti ini tidak dapat digunakan secara maksimal.karena tidak
relevan. General Price Level Accounting (GPLA) merupakan akuntansi tingkat harga umum
yang menyatakan bahwa nilai rupiah yang didapat berdasarkan pada perolehan penjualan atas
barang/jasa. GPLA berkaitan dengan daya beli yang dilakukan. Akuntansi tingkat harga
umum akan mengadakan penyajian kembali komponen-komponen laporan keuangan ke
dalam Rupiah pada tingkat daya beli yang sama, namun sama sekali tidak mengubah prinsip-
prinsip akuntansi yang digunakan dalam akuntansi berdasarkan nilai histories.
Dalam makalah ini akan dibahas menyangkut beberapa hal yang mencakup Akuntansi Inflasi
Dalam Laporan Keuangan Perusahaan. Adapun masalah yang difokuskan yaitu:
1. Apakah pengertian akuntansi inflasi?
2. Bagaimana metode akuntansi inflasi ?
3. Bagaimana atribut model akuntansi inflasi?
4. Bagaimana dasar penilaian dalam model akuntansi inflasi ?
1.3. Tujuan
Penulisan makalah ini ditujukan untuk mengetahui bagaimana konsep Akuntansi Inflasi bagi
perusahaan hingga pelaporan dan pandangan masa depan untuk stakeholder terkait hasil
laporan keuangan perusahaan.
i
BAB II
PEMBAHASAN
Metode yang digunakan dalam akuntansi inflasi ini sama dengan metode penentuan laba.
Penekanan penentuan laba adalah pada nilai laba yang lebih relavan yang digambarkan oleh
laporan keuangan, sedangkan inflasi nilai semua item yang terdapat dalam laporan keuangan.
Untuk menyusun laporan keuangan pada masa inflasi agar lebih relevan dapat digunakan
Dalam metode General Price Level misalnya metode historical cost disesuaikan dengan
perubahan tingkat harga sehingga pada masa inflasi GPL ini lebih besar daripada nilai
historical cost.
Membantu pemakai laporan menilai arus kas dimasa yang akan datang secara lebih baik
Memperbaiki tingkat kepercayaan rasio laporan keuangan yang dihitung dari angka-angka
i
Kelemahan GPL adalah sebagai berikut :
Inflasi itu terjadi pada barang yang berbeda dan perusahaan yang berbeda jadi tidak bisa
disamaratakan
Menurut Edgar Edwards dan Philips Bell (1961) merupakan tokoh yang paling gencar konsep
CCA ini. Menurut merka yang dibutuhkan oleh manajer adalah bagaimana mereka
mengalokasikan sumber-sumber ekonomi yang ada. Berikut ini adalah beberapa bentuk
current cost :
1. Replacement cost adalah nilai yang diukur saat ini (current cost) untuk mendapatkan
aktiva baru atau menggantinya dengan kapasitas produksinya yang sama. Dalam praktik nilai
ganti ini hanya diterapkan pada aktiva nonmoneter, sepertinya persediaan, aktiva tetap.
Aktiva tetap disajiakan menurut nilai gantinya, nilai bersih setelah digambarkan nilai yang
sudah dipakai. Penyusutan dihitung berdasarkan pada nilai ganti itu. Pada masa inflasi sering
terjadi backlog depreciation atau penyusutan yang bersaldo negatif. Dalam penyajiannya
hutang ini harus disajikan nilai diskontonya. Pada masa inflasi nilai dari replacement value
i
Dalam hal harga suatu aktiva menurun maka penurunan itu akan menimbulkan
pembebanan ke laba rugi (misalnya penyusutan dan harga pokok produksi) lebih rendah dari
beban pada historical cost. Akhirnya income akan lebih tinggi dari historical cost.
Perubahan harga umum tidak tergambar dalam metode replacement cost ini, karena
hanya untuk aktiva tertentu. Oleh karenanya metode replacement cost ini dianggap bukan
Walaupun ada kritik ini, sebagai pihak menganggap bahwa metode ini paling mudah
2. Reproduction cost adalah istilah lain yang hampir sama dengan replacement cost ini. Disini
harga itu diukur berdasarkan harga sekarang jika aktiva itu dibuat atau diduplikasi seperti
barang yang dimiliki itu tanpa melihat perubahan teknologi yang mungkin mempengaruhi
Harga pasar sekarang adalah harga atau kas yang di peroleh jika suatu aktiva dijual sekarang.
Namun, harga ini didasarkan pada prinsip likuidasi bukan prinsip going concern sehingga
menyalahi prinsip akuntansi. Salah satu metode current market value ini adalah net realizable
value. NRV merupakan harga jual dikurangi taksiran biaya penjulan. Pada masa inflasi nilai
dari net relizable value ini lebih besar dari replacement cost karena manajemen tidak
mungkin menjual barangnya tanpa mengharapkan laba marjin general price level. Penyusutan
dalam metode ini dihitung berdasarkan perbedaan antara harga jual aktiva itu pada awal
i
4. Selling Price
Di sini nilai yang dipakai adalah harga jual tanpa dikurangi biaya penjualan sehingga laporan
keuangan yang disusun menurut selling price ini akan lebih besar daripada net realizable
5. Expected value
Metode ini sangat tergantung pada pengharapan seseorang jadi bisa lebih besar atau lebih
kecil dibanding dengan metode lain karena expected value ini merupakan gambaran dari
Monetary Item adalah aktiva atau kewajiban yang dinilai atau disajikan dalam unit uang yang
tetap misalnya kas, piutang, hutang atau kewajiban lainnya yang angka dan jumlah nilai
uangnya yang tetap itulah yang akan ditagih, dibayar di masa yang akan datang tanpa ada
perubahan. Nilai ini adalah nilai historis dan nanti nilai net realizable value-nyalah yang akan
direalisasi. Karena nilainya itu juga menggambarkan nilai sekarang (current value) untuk
aktiva jenis ini tidak perlu disesuaikan kecuali untuk mengetahui present value dari nilai yang
Non-monetary items adalah nilai dimana jumlah uangnya tidak ditetapkan menurut kontrak
perjanjian. Dalam metode historical cost ini digambarkan sebagai old cost bukan nilai
sekarang. Dalam metode current value harga baru itu yang dicoba digambarkan dengan harga
sekarang.
i
2.3 Model Akuntansi
Atribut yang dinilai untuk masing-masing model akuntansi tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut :
Dalam model Historical Cost Accounting, Atribut yang dinilai adalah jumlah uang
atau kas atau sejenisnya yang dibayar untuk mendapatkan aktiva atau membayar sejumlah
hutang yang dibebankan dalam unit uang yang timbul dari perolehan aktiva itu.
Dalam model Replacement Cost Accounting, atribut yang dibayar adalah uang kas
atau sejenisnya yang akan dibayar untuk memperoleh aktiva yang sama dan sejenis saat
sekarang atau jumlah hutang yang akan dibebankan untuk memperolah aktiva tersebut.
Dalam model Net Realizable, atribut yang dinilai adalah jumlah uang kas atau
sejinsnya yang akan diperoleh dengan menjual aktiva sekarang atau jumlah uang yang harus
Dalam model Present Value atau Capitalized Value, atribut yang dinilai adalah arus
kas masuk bersih yang diharapkan akan diterima dari penggunaan aktiva atau arus kas keluar
Atribut itu dapat kita golongkan dalam tiga cara sebagai berikut :
i
Fokus penilaian dapat berupa masa lalu (historical cost), masa kini (replacement cost
dan net realizable value), dan masa yang akan datang (present value).
Jenis transaksi : historical cost dan replacement cost merupakan transaksi perolehan
atau pembebanan hutang, net realizable value dan present value menyangkut penjualan aset
Sifat kejadian awalnya : historical cost didasarkan pada kejadian yang sebenarnya,
present value berdasarkan kejadian yang diharapkan, dan replacement cost dan net realizable
Unit Measure
Ada dua jenis unit ukuran yang dipakai, yaitu sebagai berikut :
Dalam model ini yang menjadi unit pengukuran adalah unit uang.
Dalam model ini yang menjadi alat ukur adalah daya beli uangnya yang tentu berbeda apabila
waktunya berbeda.
Dalam menilai dan membandingkan model penilaian akuntansi tersebut, model Present Value
i
4. Alokasi arbitrer dan taksiran arus kas dari masing-masing aktiva secara
individual
Dalam menilai dan membandingkan model-model ini maka yang menjadi dasar penilaian
adalah.
Timing error timbul akibat perubahan nilai yang terjadi dalam suatu periode tertentu, tetapi
Kesalahan akibat alat ukur ini terjadi apabila laporan keuangan tidak disajikan dengan
Laporan keuangan harus dipahami tanpa salah pengertian. Dalam menafsirkan laporan
keuangan kita harus memahami masalah pengertian dan penggunaanya. Dengan perkataan
lain, agar model akuntansi dapat dipahami maka kita harus menggunakan rumus :
Dengan rumus ini maka para pembaca lapoiran keuangan akan memahami arti serta
kegunaanya. Akuntansi memiliki alat ukur yang menghasilkan ukuran tertentu, misalnya
model akuntansi yang menggunakan unit sebagai alat ukur berarti hasilnya adalah bahwa itu
Demikian juga jika kita gunakan konsep Historical Cost dengan “ukuran tenaga beli umum”,
akan tetap menghasilkan jumlah rupiah (Number of Dollars). Sementara itu, apabila konsep
Current Value yang diukur dengan tenaga beli umum, akan menghasilkan ukuran barang atau
i
BAB III
KESIMPULAN
Akuntansi Inflasi adalah ketika terjadi perubahan indeks harga umum, bukan indeks harga
khusus dengan indikator harga barang sehari-hari naik. Metode yang digunakan dalam
akuntansi inflasi ini sama dengan metode penentuan laba. Penekanan penentuan laba adalah
pada nilai laba yang lebih relevan yang digambarkan oleh laporan keuangan, sedangkan
inflasi nilai semua item yang terdapat dalam laporan keuangan. Untuk menyusun laporan
keuangan pada masa inflasi agar lebih relevan dapat digunakan beberapa metode, yaitu
General Price Level dan Current Cost Accounting. Model Akuntansi mencakup Historical
Cost Accounting, Replacement Cost Accounting dan Net Realizable Value Accounting dengan