Panduan Apd Provita
Panduan Apd Provita
Panduan Apd Provita
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas rahmat-nya
PANDUAN ALAT PELINDUNG DIRI dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Perlu disadari bahwa masih banyak kurangnya kualitas dan kuantitas pengendalian infeksi di
RS sangat terkait komitmen pimpinan RS serta memerlukan dukungan dari para klinisi di RS,
infeksi RS pada prinsipnya dapat dicegah, walaupun mungkin tidak dapat dihilangkan sama
sekali. Untuk itu telah disusun Panduan Alat Pelindung Diri yang aplikatif sehingga
diharapkan penyelenggaraan pencegahan dan pengendalian infeksi RS dapat dilakukan lebih
optimal.
Kami menyadari bahwa buku ini masih belum sempurna, dan kami mengharapkan adanya
masukan bagi penyempurnaan buku ini dikemudian hari.
Untuk itu tim penyusun mengucapkan terima kasih dan harapan kami agar buku ini dapat
dipergunakan sebagai acuan dengan sebaik-baiknya.
2
KEPUTUSAN DIREKTUR
NOMOR 005 /KEP-DIR/RS PROVITA/ I/2019
TENTANG
PANDUAN ALAT PELINDUNG DIRI ( APD )
DI RUMAH SAKIT PROVITA
3
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah sakit
3. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
159b/MenKes/Per/SK/XII/1999 tentang Rumah Sakit
6. Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
986/Menkes/Per/XI/1992 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit;
8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 27 tahun 2017
tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan.
10. Akta Notaris No.567 tanggal 23 November 2015 tentang Pendirian PT.
Duta Damai Papua
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
KESATU : PANDUAN ALAT PELINDUNG DIRI DI RUMAH SAKIT PROVITA.
KEDUA : Panduan alat pelindung diri sebagaimana dimaksud Diktum Pertama agar
digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan pencegahan dan
pengendalian infeksi di RS Provita
KETIGA : Panduan ini menjadi acuan bagi rumah sakit untuk melaksanakan Program
Alat Pelindung Diri
KEEMPAT : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : Jayapura
Pada tanggal : 30 Januari 2019
Direktur
4
DEFINISI
Alat pelindung diri adalah sebagai pembatas fisik yang efektif untuk mencegah penularan
infeksi. Pelindung (barier) yang secara umum disebut sebagai alat pelindung diri, telah
digunakan selama bertahun-tahun untuk melindungi pasien dari mikroorganisme yang ada
pada petugas kesehatan.
Alat pelindung diri mencakup sarung tangan, masker, topi, gaun, apron, google, sepatu
boot dan pelindung lainnya. Pelindung yang paling baik adalah yang terbuat dari bahan
yang telah di olah atau bahan sintetik yang tidak tembus air atau cairan lain (darah atau cairan
tubuh).
1. Sarung tangan adalah alat pelindung diri yang digunakan pada kedua tangan sebagai
penghalang (barier) fisik paling penting untuk mencegah penyebaran infeksi.
2. Masker adalah alat pelindung untuk menutupi mulut, hidung, bagian bawah dagu dan
rambut pada wajah (janggut) yang dipakai untuk menahan cipratan yang keluar
sewaktu petugas kesehatan berbicara, batuk, bersin serta untuk mencegah dari
percikan darah memasuki hidung atau mulut petugas
3. Goggle adalah alat pelindung mata yang digunakan untuk melindungi petugas dari
percikan darah atau cairan tubuh pasien.
4. Topi adalah alat penutup rambut dan kulit kepala sehingga serpihan rambut tidak
masuk ke dalam luka selama pembedahan.
5. Gaun adalah pelindung untuk melindungi baju dan kulit petugas kesehatan dari
sekresi respirasi, percikan darah.
6. Apron adalah penghalang tahan air yang terbuat dari plastik untuk melindungi
bagian depan tubuh dari resiko percikan atau tumpahan darah.
7. Sepatu boot adalah pelindung kaki dari cidera akibat benda tajam atau benda berat
ataupun muntahan pasien
BAB II
5
RUANG LINGKUP
A. SARUNG TANGAN
Sarung Tangan : Sarung tangan terdapat tiga ( 3) jenis sarung tangan, yaitu:
1. Sarung tangan bedah (steril), dipakai sewaktu melakukan tindakan invasif
atau pembedahan.
2. Sarung tangan pemeriksaan (bersih), dipakai untuk melindungi petugas
pemberi pelayanan kesehatan sewaktu melakukan pemeriksaan atau pekerjaan
rutin
3. Sarung tangan rumah tangga, dipakai sewaktu memproses peralatan,
menangani bahan-bahan terkontaminasi, dan sewaktu membersihkan permukaan
yang terkontaminasi.
Umumnya sarung tangan bedah terbuat dari bahan lateks karena elastis, sensitif dan
tahan lama serta dapat disesuaikan dengan ukuran tangan. Bagi mereka yang alergi
terhadap lateks, tersedia dari bahan sintetik yang menyerupai lateks, disebut ‘nitril’.
Terdapat sediaan dari bahan sintesis yang lebih murah dari lateks yaitu ‘vinil’ tetapi
sayangnya tidak elastis, ketat dipakai dan mudah robek. Sedangkan sarung tangan
rumah tangga terbuat dari karet tebal, tidak fleksibel dan sensitif, tetapi memberikan
perlindungan maksimum sebagai pelindung pembatas.
Tujuan :
Tujuan penggunaan sarung tangan adalah melindungi tangan dari kontak dengan
darah, cairan tubuh, sekret, ekskreta, mukosa, kulit yang tidak utuh dan benda
yang terkontaminasi.
Indikasi Petugas Menggunakan Sarung Tangan:
a) Pastikan tangan kering sebelum melakukan tindakan.
b) Kontak kontaminasi berat, misal menyentuh darah, cairan tubuh, sekresi,
eksresi, mucus membran, kulit yang tidak utuh.
c) Menghindari transmisi mikroba di tangan petugas ke pada pasien saat
melakukan tindakan terhadap kulit pasien yang tidak utuh, atau mucus
membrane
d) Mencegah tangan petugas terkontaminasi mikroba dari pasien transmisi
kepada pasien lain.
Kapan Sarung Tangan Diperlukan
a) Jika kontak dengan darah atau cairan tubuh
b) Melakukan tindakan invasif
c) Menangani bahan bekas pakai yang terkontaminasi
6
d) Menerapkan Kewaspadaan Transmisi kontak (pada kasus penyakit menular
melalui kontak yang telah diketahui atau dicurigai). Jangan memproses ulang
sarung tangan yang retak, mengelupas atau memiliki lubang atau robekan
Hal Yang Harus Diperhatikan Pada Pemakaian Sarung Tangan:
a) Cuci tangan harus selalu dilakukan sebelum dan sesudah melepas sarung
tangan
b) Gunakan sarung tangan yang berbeda pada setiap pasien
c) Hindari kontak dengan benda-benda sekitar saat masih mengenakan sarung
tangan
d) Gunakan sarung tangan dengan ukuran yang sesuai
e) Jaga agar kuku selalu pendek
f) Tarik sarung tangan ke atas manset gaun (jika memakainya) untuk melindungi
pergelangan tangan
g) Jangan gunakan lotion atau krim berbasis minyak karena akan merusak sarung
tangan
h) Jangan menggunakan cairan pelembab yang mengandung parfum karena dapat
menyebabkan iritasi pada kulit
i) Jangan menyimpan sarung tangan ditempat yang terlalu panas atau terlalu
dingin
Penanggulangan Sampah Sarung Tangan
Sarung tangan yang sudah digunakan mengandung banyak sumber infeksius yang
dapat mengkontaminasi peralatan disekitarnya. Jadi setiap petugas kesehatan setelah
menggunakan sarung harus segera melepaskan sarung tangan dan membuangnya
ketempat sampah medis yang tersedia.
B. Masker
Masker digunakan untuk melindungi wajah dan membran mukosa mulut dari cipratan
darah dan cairan tubuh dari pasien atau permukaan lingkungan udara yang kotor dan
melindungi pasien atau permukaan lingkungan udara dari petugas pada saat batuk atau
bersin. Masker yang di gunakan harus menutupi hidung dan mulut serta melakukan
Fit Test (penekanan di bagian hidung).
Indikasi Penggunaan Masker
Kapan kita menggunakan masker yaitu:
a) Pada perawatan pasien yang telah diketahui atau curiga menderita penyakit
menular melalui udara atau droplet
b) Petugas kesehatan/karyawan yang terkena virus influenza
8
c) Pasien yang diketahui atau curiga menderita penyakit menular melalui udara
misal pasien tuberculosis
d) Petugas kesehatan yang bekerja di ruang resiko tinggi misal di
ICU,PICU.NICU ,Perina,OK, VK ,KBBL, Unit HD.dll
e) Petugas pantry saat menyiapkan makanan yang akan di sajikan ke pasien
f) Petugas laundry dalam melakukan pengolahan linen kotor
Pemeliharaan Masker
Untuk masker disposible tidak bisa digunakan kembali dan hanya digunakan 1 kali
pakai,namun untuk masker kain yang digunakan di laundry bisa digunakan kembali
dengan proses pencucian.
Penanggulangan Sampah Masker
Masker adalah barang infeksius yang tidak bisa di gunakan lagi setelah dipakai, tidak
bisa di simpan di saku ataupun di gantung di leher tapi langsung di buang ketempat
sampah medis setelah penggunaan selesai, khusus untuk petugas dapur pantri sampah
dapat dibuang di tempat sampah biasa/ non infeksius.
Terdapat tiga jenis masker, yaitu:
a) Masker bedah, untuk tindakan bedah atau mencegah penularan melalui droplet.
b) Masker respiratorik, untuk mencegah penularan melalui airborne.
c) Masker rumah tangga, digunakan di bagian gizi atau dapur.
9
e) Periksa ulang untuk memastikan bahwa masker telah melekat dengan benar.
11
Gambar 5. Langkah-langkah menggunakan respirator
C. Gaun Pelindung
12
Gaun pelindung digunakan untuk melindungi baju petugas dari kemungkinan paparan
atau percikan darah atau cairan tubuh, sekresi, ekskresi atau melindungi pasien dari
paparan pakaian petugas pada tindakan steril.
Jenis-jenis gaun pelindung:
a) Gaun Pelindung
Pemakaian gaun adalah untuk melindungi baju dan kulit petugas kesehatan
dari sekresi respirasi. Digunakan untuk menutupi atau menganti pakaian biasa
atau seragam, pada saat merawat pasien yang diketahui atau dicurigai
menderita penyakit menular melalui droplet/ airborne.
b) Jenis Gaun
Gaun pelindung tidak kedap air adalah adalah gaun pelindung yang tidak
bisa ditembus dengan air, percikan darah ataupun percikan cairan tubuh
lainnya, di Rumah Sakit Hermina sendiri gaun ini di gunakan pada tindakan
operasi dengan kasus-kasus HIV (+)
Gaun pelindung tidak kedap air dalah gaun pelindung yang tidak tahan
terhadap percikan cairan darah atau tumpahan cairan tubuh lainnya
sehingga dapat merugikan petugas yang memakai
Gaun steril dalah gaun hijau yang sering digunakan di ruang operasi
ataupun di ruangan ICU, Perina jika akan melakukan tindakan bedah yang
mengharuskan ke sterilan
Gaun non steril biasa di sebut scort. Gaun ini digunakan pada petugas
kesehatan di ruang ICU, Perina, KBBL, dan VK untuk pengunjung di ruang
tersebut harus mengenakan gaun tersebut. Hal ini untuk meminimalisir
kontaminasi debu dari pakaian pengunjung yang di gunakan dari luar
lingkungan rumah sakit
Penanganan apron
Karna apron terbuat dari plastik dan dapat rusak dengan proses pencucian
mesin, maka apron yang sudah tidak layak pakai/rusak dibuang ke tempat
sampah medis.
14
eksresi.
Indikasi:
a) Pada saat tindakan operasi,
b) pertolongan persalinan dan tindakan persalinan,
c) tindakan perawatan gigi dan mulut,
d) pencampuran B3 cair,
e) pemulasaraan jenazah,
f) penanganan linen terkontaminasidi laundry,
g) di ruang dekontaminasi CSSD.
Pemeliharaan goggle
Goggle adalah alat yang dapat di pakai ulang tentunya melalui proses sebagai
berikut :
1) Dekontaminasi dengan cara merendam di cairan anyosin 5cc dalam1 liter air
selama 5-10 menit
2) Di cuci dan di bilas serta keringkan
3) Dalam keadaan alat harus di gunakan lagi dengan persediaan terbatas cara lain
bisa di gunakan yaitu membersihkan dengan larutan antiseptik terralin.
E. Topi
1. Tujuan pemakaian topi pelindung adalah untuk mencegah jatuhnya
mikroorganisme yang ada di rambut dan kulit kepala petugas terhadap alat-
15
alat/daerah steril atau membran mukosa pasien dan juga sebaliknya untuk
melindungi kepala/rambut petugas dari percikan darah atau cairan tubuh dari
pasien.
2. Indikasi pemakaian topi pelindung:
Tindakan operasi
Pertolongan dan tindakan persalinan
Tindakan insersi CVL
Intubasi Trachea
Penghisapan lendir massive
Pembersihan peralatan kesehatan
Merawat pasien NICU/PICU/ICU
Pada petugas laundry dalam pengelolahan linen kotor baik diruang
laundry
Pada petugas pantry dalam pengelolaan makanan ataupun penyajian
makanan.
F. Sepatu boot
1. Tujuan pemakaian sepatu pelindung adalah:
melindung kaki petugas dari tumpahan/percikan darah atau cairan tubuh
lainnya dan mencegah dari kemungkinan tusukan benda tajam atau kejatuhan
alat kesehatan,
sepatu tidak boleh berlubang agar berfungsi optimal.
2. Jenis sepatu pelindung seperti:
Sepatu boot atau sepatu yang menutup seluruh permukaan kaki.
3. Indikasi pemakaian sepatu pelindung:
a) Penanganan pemulasaraan jenazah
16
b) Penanganan limbah
c) Tindakan operasi
d) Pertolongan dan Tindakan persalinan
e) Penanganan linen
f) Pencucian peralatan di ruang gizi
g) Ruang dekontaminasi CSSD
17
BAB III
TATA LAKSANA
Prosedur pemakaian APD dilakukan oleh petugas kesehatan yang berhubungan dengan
tindakan invansif ,agar menjadi efektif APD harus di pakai secara benar.
2) Cara-cara mengenakan :
a. Gaun pelindung
a) Tutupi badan sepenuhnya dari leher hingga lutut, lengan hingga bagian
pergelangan tangan dan selubungkan kebelakang punggung
b) Ikat di bagian belakang leher dan pinggang.
b. Masker
a) Eratkan tali atau karet elastis pada bagian tengah kepala dan leher
b) Paskan klip hidung dari logam fleksible pada batang hidung
c) Paskan dengan erat pada wajah dan di bawah dagu sehingga melekat dengan
baik
d) Periksa ulang pengepasan masker
18
c) Ingat memakai sarung tangan tidak dapat menggantikan tindakan cuci tangan
atau pemakaian antiseptik yang di gosokkan pada tangan.
e. Topi
a) Kenakan topi sesuai ukuran sehingga dapat menutupi semua rambut
b) Jika rambut panjang ikat rambut agar tidak tergerai saat melakukan tindakan
invansif.
f. Sepatu boot
Kenakan sepatu boot sesuai ukuran sehingga memudahkan penggunaannya.
19
Melepas sarung tangan
1) Ingatlah bahwa bagian luar sarung tangan telah terkontaminasi.
2) Pegang bagian luar sarung tangan dengan sarung tangan lainnya, kemudian
lepaskan.
3) Pegang sarung tangan yang telah dilepas dengan menggunakan tangan yang
masih memakai sarung tangan.
4) Selipkan jari tangan yang sudah tidak memakai sarung tangan di bawah
sarung tangan yang belum dilepas di pergelangan tangan.
5) Lepaskan sarung tangan di atas sarung tangan pertama.
6) Buang sarung tangan di tempat limbah infeksius.
Penggunaan APD pada pasien harus ditetapkan melalui Standar Prosedur Operasional
(SPO) di fasilitas pelayanan kesehatan terhadap pasien infeksius sesuai dengan
indikasi dan ketentuan Pencegahan Pengendalian Infeksi (PPI), sedangkan
penggunaan APD untuk pengunjung juga ditetapkan melalui SPO di fasilitas
pelayanan kesehatan terhadap kunjungan ke lingkungan infeksius. Pengunjung
disarankan untuk tidak berlama-lama berada di lingkungan infeksius.
21
BAB IV
DOKUMENTASI
1. Hasil kegiatan survei dan audit penggunan APD di lakukan oleh IPCN
2. Pelaporan dan kesimpulan hasil survei dan audit penggunaan APD di laporkan ke
Ka.Tim PPI RS dan diteruskan ke direktur
3. Pelaporan ini di buat setiap triwulan dengan kegiatan survei yang dilakukan setiap
hari oleh IPCN
4. Hasil pelaporan dan kesimpulan yang telah di ketahui oleh direktur di informasikan ke
tiap instalasi dan di presentasikan dalam rapat PPI RS dengan mengundang bagian
keperawatan
5. Formulir audit kepatuhan APD dan ketersediaan APD di masing-masing instalasi
terlampir
UNIT KERJA
22
KBBL
POLI GIGI
POLI
LAB
OK
PERINA /ICU
LAUNDRY
TATAGRAHA
FISIO
TPS
FARMASI
RADIOLOGI
IGD
VK
TATABOGA
JENIS APD
PERAWATAN
NO
1 Tutup kepala √ √ √ √ √ √
2 Goggle √ √ √ √ √
3 Face mask √ √
4 Masker bedah √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
5 Masker gigi √
6 Masker kain √ √
7 Apron √ √ √ √ √
8 Schort √ √ √ √ √ √ √
9 Handscoen bersih √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
10 Handscoen steril √ √ √ √ √ √ √ √
11 Handscoen panjang
√ √
steril
13 Sandal √ √ √ √
14 Sepatu boot √ √ √ √ √
23