Laporan Pendahuluan Disentri
Laporan Pendahuluan Disentri
Laporan Pendahuluan Disentri
21807068
MAKASSAR
2019
A. LATAR BELAKANG
Disentri merupakan tipe diare yang berbahaya dan sering kali
menyebabkan kematian dibandingkan dengan tipe diare akut yang lain.
Penyakit ini dapat disebabkan oleh bakteri (disentri basiler) dan amoeba
(disentri amoeba).
Di Amerika serikat, insiden diseentri amoeba mencapai 1-5 %
sedangkan disentri basiler dilaporkan kurang dari 500.000kasus tiap
tahunnya. Sedangkan kejadian disentri amoeba di Indonesia sampai saat ini
masih belum ada, akan tetapi untuk disentri basiler dilaporkan 5% dari 3848
orang penderita diare berat menderita disentri basiler.
Kebanyakan kuman penyebab disentri basiler ditemukan di Negara
berkembang dengan kesehatan lingkungan yang masih kurang. Disentri
amoeba hampir menyebar di seluruh dunia terutama di Negara yang
berkembang yang berada didaerah tropis. Hal ini dikarenakan faktor
kepadatan penduduk, hygiene individu, sanitasi lingkungan dan keadaan
sosial ekonomi serta cultural yang menunjang. Spesies Entamoeba
menyerang 10% populasi di dunia. Prevalensi yang tinggi mencapai 50% di
Asia, Afrika, dan Amerika selatan. Sedangkan pada Shigella di Amerika
serikat menyerang 150.000 kasus dan di Negara-negara yang berkembang
Shigella flexeneri dan S. dysentriae menyebabkan 600.000 kematian per
tahun.
Akibat penting dari disentri adalah penurunan berat badan,
anoreksia dan kerusakan usus karena bakteri invasif. Beberapa komplikasi
lain juga dapat terjadi. Penyebab utama disentri akut adalah Shigella,
penyebab lain adalah Campylobacter jejuni, E coli enteroinvasive,
Salmonella dan Entamuba histolytica. Aeromonas juga diketahui sebagai
bakteri penyebab diare disentri. Dalam satu studi pasien diare dengan
Aeromonas positif, gejala klinis yang muncul 30% diare berdarah, 37%
muntah-muntah, dan 31% demam
A. KONSEP TEORI
1. PENGERTIAN
Disentri berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys (=gangguan) dan
enteron (=usus), dengan karakteristik nyeri atau kram abdomen,
tenesmus ani, peningkatan frekuensi diare, dan feses lendir bercmpur
darah (Kroser, 2008). Disentri adalah peradangan pada intestinal,
terutama usus besar yang disebabkan oleh berbagai agen infeksi yang
menginvasi intestinal.
Disentri adalah penyakit saluran cerna dengan tinja diketahui
mengandung darah dengan/tanpa lendir. Darah biasanya dari dinding
saluran cerna yang luka dan sering dari dinding usus besar.
Disentri merupakan suatu infeksi yang menimbulkan luka yang
menyebabkan tukak terbatas di colon yang ditandai dengan gejala khas
yang disebut sebagai sindroma disentri, seperti: sakit di perut yang
sering disertai dengan tenesmus, berak-berak, dan tinja mengandung
darah dan lendir.
Adanya darah dan leukosit dalam tinja merupakan suatu bukti bahwa
kuman penyebab disentri tersebut menembus dinding kolon dan
bersarang di bawahnya. Penyakit ini seringkali terjadi karena kebersihan
tidak terjaga, baik karena kebersihan diri atau individu maupun
kebersihan masyarakat dan lingkungan.
2. ANATOMI FISIOLOGI
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus
buntu dan rektum.
Fungsi usus besar:
Menyerap air dari makanan
Tempat tinggal bakteri koli
Tempat feses
Bagian-bagian usus besar atau kolon:
Kolon asendens. Panjangnya 13 cm, terletak dibawah abdomen
sebelah kanan membujur ke atas dari ileum ke bawah hati. Di bawah
hati melengkung ke kiri, lengkungan ini disebut fleksura hepatika.
Kolon transversum. Panjangnya ± 38 cm, membujur dari kolon
asendens sampai ke kolon desendens berada di bawah abdomen,
sebelah kanan terdapat fleksura hepatika dan sebelah kiri terdapat
fleksura lienalis.
Kolon desendens. Panjangnya ± 25 cm, terletak di bawah abdomen
bagian kiri membujur dari atas ke bawah dari fleksura lienalis
sampai ke depan ileum kiri, bersambung dengan kolon sigmoid.
Kolon sigmoid. Merupakan lanjutan dari kolon desendens terletak
miring, dalam rongga pelvis sebelah kiri bentuknya menyerupai
huruf S, ujung bawahnya berhubungan dengan rektum.
Appendiks (usus buntu), bagian dari usus besar yang muncul seperti
corong dari akhir seikum mempunyai pintu keluar yang sempit tapi
masih memungkinkan dapat dilewati oleh beberapa isi usus.
Appendiks tergantung menyilang pada linea terminalis masuk ke
dalam rongga pelvis minor terletak horizontal di belakang seikum.
Sebagai suatu organ pertahanan terhadap infeksi kadang appendiks
bereaksi secara hebat dan hiperaktif yang bisa menimbulkan
perforasi dindingnya ke dalam rongga abdomen.
3. ETIOLOGI
Etiologi dari disentri ada 2, yaitu :
a. Disentri basiler, disebabkan oleh Shigella,s p.
Shigella adalah basil non motil, gram negatif, famili
enterobacteriaceae. Ada 4 spesies Shigella, yaitu S.dysentriae,
S.flexneri, S.bondii dan S.sonnei. Terdapat 43 serotipe O
dariShigella. S.sonnei adalah satu-satunya yang mempunyai
serotipe tunggal. Karena kekebalan tubuh yang didapat bersifat
serotipe spesifik, maka seseorang dapat terinfeksi beberapa kali oleh
tipe yang berbeda. Genus ini memiliki kemampuan menginvasi sel
epitel intestinal dan menyebabkan infeksi dalam jumlah 102-103
organisme. Penyakit ini kadang-kadang bersifat ringan dan kadang-
kadang berat. Suatu keadaan lingkungan yang jelek akan
menyebabkan mudahnya penularan penyakit. Secara klinis
mempunyai tanda-tanda berupa diare, adanya lendir dan darah
dalam tinja, perut terasa sakit dan tenesmus. Shigella sp merupakan
penyebab terbanyak dari diare invasif (disentri) dibandingkan
dengan penyebab lainnya.
4. KLASIFIKASI
Ada 2 macam disentri, yaitu:
1) Disentri Amoeba
2) Disentri Bacilaris
Perbedaan disentri Amoebica dan Basilaris
5. PATOFISIOLOGI
1) Disentri basiler Semua strain kuman Shigella menyebabkan disentri,
yaitu suatu keadaan yang ditandai dengan diare, dengan konsistensi
tinja biasanya lunak, diserta ieksudat inflamasi yang mengandung
leukosit polymorfonuclear (PMN) dan darah. Kuman Shigella
secara genetik bertahan terhadap pH yang rendah, maka dapat
melewati barrier asam lambung. Ditularkan secara oral melalui
air,makanan, dan lalat yang tercemar oleh ekskreta pasien. Setelah
melewati lambung dan usus halus, kuman ini menginvasi sel epitel
mukosa kolon dan berkembang biak didalamnya. Kolon merupakan
tempat utama yang diserang Shigella namun ileumterminalis dapat
juga terserang. Kelainan yang terberat biasanya di daerahsigmoid,
sedang pada ilium hanya hiperemik saja. Pada keadaan akut dan
fatalditemukan mukosa usus hiperemik, lebam dan tebal, nekrosis
superfisial, tapi biasanya tanpa ulkus. Pada keadaan subakut
terbentuk ulkus pada daerah folikel limfoid, dan pada selaput lendir
lipatan transversum didapatkan ulkus yang dangkal dan kecil, tepi
ulkus menebal dan infiltrat tetapi tidak berbentuk ulkus bergaung
S.dysentriae, S.flexeneri, dan S.sonei menghasilkan eksotoksin
antara lain ShET1, ShET2, dan toksin Shiga, yang mempunyai sifat
enterotoksik, sitotoksik,dan neurotoksik. Enterotoksin tersebut
merupakan salah satu faktor virulen sehingga kuman lebih mampu
menginvasi sel eptitel mukosa kolon dan menyebabkan kelainan
pada selaput lendir yang mempunyai warna hijau yang khas. Pada
infeksi yang menahun akan terbentuk selaput yang tebalnya sampai
1,5cm sehingga dinding usus menjadi kaku, tidak rata dan lumen
usus mengecil. Dapat terjadi perlekatan dengan peritoneum.
2) Disentri Amuba Trofozoit yang mula-mula hidup sebagai komensal
di lumen usus besar dapat berubah menjadi patogen sehingga dapat
menembus mukosa usus danmenimbulkan ulkus. Akan tetapi faktor
yang menyebabkan perubahan ini sampaisaat ini belum diketahui
secara pasti. Diduga baik faktor kerentanan tubuh pasien,sifat
keganasan (virulensi) amoeba, maupun lingkungannya mempunyai
peran. Amoeba yang ganas dapat memproduksi enzim
fosfoglukomutase danlisozim yang dapat mengakibatkan kerusakan
dan nekrosis jaringan dinding usus.Bentuk ulkus amoeba sangat
khas yaitu di lapisan mukosa berbentuk kecil, tetapidi lapisan
submukosa dan muskularis melebar (menggaung). Akibatnya
terjadiulkus di permukaan mukosa usus menonjol dan hanya terjadi
reaksi radang yangminimal. Mukosa usus antara ulkus-ulkus tampak
normal. Ulkus dapat terjadi disemua bagian usus besar, tetapi
berdasarkan frekuensi dan urut-urutan tempatnya adalah sekum,
kolon asenden, rektum, sigmoid, apendiks dan ileum terminalis.
6. MANIFESTASI KLINIS
a. Disentri basiler
Gejala Disentri Basiler Masa tunas berkisar antara 7 jam
sampai 7 hari. Lama gejala rerata 7 hari sampai 4 minggu. Pada fase
awal pasien mengeluh nyeri perut bawah, diare disertai demam yang
mencapai 400C. Selanjutnya diare berkurang tetapi tinja masih
mengandung darah dan lendir, tenesmus, dan nafsu makan menurun.
Bentuk klinis dapat bermacam-macam dari yang ringan, sedang
sampai yang berat.Sakit perut terutama di bagian sebelah kiri, terasa
melilit diikuti pengeluaran tinja sehingga mengakibatkan perut
menjadi cekung. Bentuk yang berat (fulminating cases) biasanya
disebabkan olehS.dysentriae.
Gejalanya timbul mendadak dan berat, berjangkitnya cepat,
berak-berak seperti air dengan lendir dan darah, muntah-muntah,
suhu badan subnormal, cepat terjadi dehidrasi,renjatan septik dan
dapat meninggal bila tidak cepat ditolong. Akibatnya timbulrasa
haus, kulit kering dan dingin, turgor kulit berkurang karena
dehidrasi. Mukamenjadi berwarna kebiruan, ekstremitas dingin dan
viskositas darah meningkat (hemokonsentrasi).
Kadang-kadang gejalanya tidak khas,dapat berupa seperti
gejala kolera atau keracunan makanan. Kematian biasanya terjadi
karena gangguan sirkulasi perifer, anuria dan koma uremik. Angka
kematian bergantung pada keadaan dan tindakan pengobatan. Angka
ini bertambah pada keadaan malnutrisi dan keadaan darurat
misalnya kelaparan.
Setelah masa inkubasi yang pendek (1-3 hari) secara
mendadak timbul nyeri perut, demam, dan tinja encer. Tinja yang
encer tersebut berhubungan dengan kerja eksotoksin dalam usus
halus. Sehari atau beberapa hari kemudian, karena infeksi meliputi
ileum dan kolon, maka jumlah tinja meningkat, tinja kurang encer
tapi sering mengandung lendir dan darah. Tiap gerakan usus disertai
dengan “mengedan” dan tenesmus (spasmus rektum), yang
menyebabkan nyeri perut bagian bawah. Demam dan diare sembuh
secara spontan dalam 2-5 hari pada lebih dari setengah kasus
dewasa. Namun, pada anak-anak dan orang tua, kehilangan air dan
elektrolit dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis, dan bahkan
kematian.
Diare mendadak yang disertai darah dan lendir dalam tinja. Pada
disentri shigellosis, pada permulaan sakit, bisa terdapat diare encer
tanpa darah dalam 6-24 jam pertama, dan setelah 12-72 jam sesudah
permulaan sakit, didapatkan darah dan lendir dalam tinja.
Panas tinggi (39,50 – 400 C)
Muntah-muntah
Anoreksia
Sakit kram di perut dan sakit di anus saat BAB.
Takikardi
b. Disentri amoeba
Gejala-gejala disentri amuba biasanya berlangsung dari beberapa
hari sampai beberapa minggu. Namun, tanpa pengobatan, bahkan
jika gejala hilang, amuba dapat terus hidup di usus selama berbulan-
bulan atau bahkan bertahun-tahun. Infeksi masih dapat ditularkan
kepada orang lain dan diare masih bisa kembali. Bahayanya
penyakit desentri amuba dapat bersifat fatal bila terjadi komplikasi
antara lain usus berlubang (perforasi usus), infeksi selaput rongga
perut (peritonitis), abses di hati dan otak. Dan bila infeksi amuba ini
tidak diobati secara tuntas, dapat mengakibatkan kematian.
Diare disertai darah dan lendir dalam tinja.
Frekuensi BAB umumnya lebih sedikit daripada disentri basiler
(≤10x/hari)
Sakit perut hebat (kolik)
Demam dan menggigil.
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan:
a. Disentri basiler
1) Pemeriksaan tinja
Pemeriksaan tinja secara langsung terhadap kuman penyebab
serta biakan hapusan (rectal swab). Untuk menemukan carrier
diperlukan pemeriksaan biakan tinja yang seksama dan teliti
karena basil shigela mudah mati . Untuk itu diperlukan tinja
yang baru.
2) Polymerase Chain Reaction (PCR)
Pemeriksaan ini spesifik dan sensitif, tetapi belum dipakai
secara luas. Enzim immunoassay. Hal ini dapat mendeteksi
toksin di tinja pada sebagian besar penderita yang terinfeksi
S.dysentriae tipe 1 atau toksin yang dihasilkan E.coli.
3) Sigmoidoskopi
Sebelum pemeriksaan sitologi ini, dilakukan pengerokan
daerah sigmoid. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan pada
stadium lanjut.
4) Aglutinasi
Hal ini terjadi karena aglutinin terbentuk pada hari kedua,
maksimum pada hari keenam. Pada S.dysentriae aglutinasi
dinyatakan positif pada pengenceran 1/50 dan pada S.flexneri
aglutinasi antibodi sangat kompleks, dan oleh karena adanya
banyak strain maka jarang dipakai.
5) Gambaran endoskopi memperlihatkan mukosa hemoragik yang
terlepas dan ulserasi. Kadang-kadang tertutup dengan eksudat.
Sebagian besar lesi berada di bagian distal kolon dan secara
progresif berkurang di segmen proksimal usus besar.
b. Disentri amoeba
1) Pemeriksaan tinja ini merupakan pemeriksaan laboratorium
yang sangat penting. Biasanya tinja berbau busuk, bercampur
darah dan lendir. Untuk pemeriksaan mikroskopik diperlukan
tinja yang segar. Kadang diperlukan pemeriksaan berulang-
ulang, minimal 3 kali seminggu dan sebaiknya dilakukan
sebelum pasien mendapat pengobatan.
Dalam tinja pasien juga dapat ditemukan trofozoit. Untuk itu
diperlukan tinja yang masih segar dan sebaiknya diambil bahan
dari bagian tinja yang mengandung darah dan lendir. Pada
sediaan langsung dapat dilihat trofozoit yang masih bergerak
aktif seperti keong dengan menggunakan pseudopodinya yang
seperti kaca. Jika tinja berdarah, akan tampak amoeba dengan
eritrosit di dalamnya.
2) Pemeriksaan sigmoidoskopi dan kolonoskopi
Pemeriksaan ini berguna untuk membantu diagnosis penderita
dengan gejala disentri, terutama apabila pada pemeriksaan tinja
tidak ditemukan amoeba. Akan tetapi pemeriksaan ini tidak
berguna untuk carrier. Pada pemeriksaan ini akan didapatkan
ulkus yang khas dengan tepi menonjol, tertutup eksudat
kekuningan, mukosa usus antara ulkus-ulkus tampak normal.
3) Pemeriksaan uji serologi
Uji serologi banyak digunakan sebagai uji bantu diagnosis
abses hati amebik dan epidemiologis. Uji serologis positif bila
amoeba menembus jaringan (invasif). Oleh karena itu uji ini
akan positif pada pasien abses hati dan disentri amoeba dan
negatif pada carrier. Hasil uji serologis positif belum tentu
menderita amebiasis aktif, tetapi bila negatif pasti bukan
amebiasis.
8. PENCEGAHAN
Selalu menjaga kebersihan dengan cara mencuci tangan dengan
sabun secara teratur dan teliti
Mencuci sayur dan buah yang dimakan mentah
Memasak makanan sampai matang
Selalu menjaga sanitasi air, makanan maupun udara
Mengatur pembuagan sampah dengan baik
9. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Disentri basiler
1) Antibiotik, diberikan antibiotik jenis trimethoprin-
sulfamethoxazole (Bactrim, Septra), nalidixic acid (NegGram),
atau ciprofloxacin (Cipro, Ciloxan).
2) Antidiare. Pasien disentri basiler tidak oleh diberikan obat
antidiare, seperti loperamide (Imodium), paregoric, dan
diphenolate (Lomotil) karena akan meningkatkan respons
penyakit.
b. Disentri amoeba
1) Antiamoeba, beberapa antiamoeba yang digunakan seperti
diloxanide furoate (Diloxide), iodoquinol (Diquinol, Yodoxin),
dan metronidazole (Flagyl).
2) Metronidazole tidak boleh diberikan pada ibu hamil.
10. KOMPLIKASI
Dehidrasi : saat di mana tubuh kita tidak seimbang dalam kadar
cairannya
Gangguan elektrolit, terutama hiponatremia ( Hyponatremia
merujuk pada tingkat sodium dalam darah yang lebih rendah dari
normal. Sodium adalah penting untuk banyak fungsi-fungsi tubuh
termasuk pemeliharaan keseimbangan cairan, pengaturan dari
tekanan darah, dan fungsi normal dari sistim syaraf ).
Sepsis (suatu kondisi dimana terjadi reaksi peradangan sistemik /
inflammatory sytemic rection yang dapat disebabkan oleh invansi
bakteri, virus, jamur atau parasit).
Sindroma Hemolitik Uremik : suatu penyakit dimana secara tiba-tiba
jumlah trombosit menurun (trombositopenia, sel-sel darah merah
dihancurkan (anemia hemolitik) dan ginjal berhenti berfungsi (gagal
ginjal).
Malnutrisi/malabsorpsi
Hipoglikemia kekurangan glukosa dalam darah
Prolapsus rectum (turunnya rektum melalui anus )
Reactive arthritis : suatu kondisi yang dipicu oleh infeksi yang
terjadi di tubuh - paling sering usus, alat kelamin atau saluran kemih.
Sakit sendi dan bengkak merupakan ciri khas dari arthritis reaktif.
Artritis reaktif juga dapat menyebabkan peradangan pada mata, kulit
dan saluran yang membawa urin dari kandung kemih (uretra).
Arthritis reaktif juga kadang-kadang disebut sindrom Reiter,
meskipun istilah ini lebih akurat mengacu pada subtipe artritis
reaktif terutama yang mempengaruhi sendi, mata dan uretra.
Komplikasi yang jarang terjadi adalah kerusakan saraf, persendian
atau jantung, dan kadang-kadang usus yang berlubang.
Dorongan yang kuat selama proses buang air besar, menyebabkan
sebagian selaput lendir usus keluar melalui lubang dubur (prolapsus
rekti).
DAFTAR PUSTAKA