Komunikasi Antar Anggota Tim Kesehatan
Komunikasi Antar Anggota Tim Kesehatan
Komunikasi Antar Anggota Tim Kesehatan
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Komunikasi yang kurang menjadi salah satu faktor kesalahan dalam
pelaporan sangat penting untuk diperbaiki. Hal ini dikarenakan komunikasi
merupakan salah satu standar KARS 2012 pada poin PMKP1.4. Poin
PMKP 1.4 yang menyebutkan komunikasi yang efektif merupakan standar
dalam peningkatan keselamatan pasien. Komunikasi efektif yang dapat
digunakan sesama tenaga medis kesehatan adalah dengan komunikasi SBAR
(Kemenkes RI, 2012).
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan komunikasi antara anggota tim
kesehatan ?
2. Bagaimana komunikasi antara perawat dengan dokter ?
3. Bagaimana komunikasi antar perawat dengan perawat ?
4. Bagaimana komunikasi antara perawat dengan ahli terapi respiratorik
(fisioterapis) ?
5. Bagaimana komunikasi antara perawat dengan ahli farmasi ?
6. Bagaimana komunikasi antara perawat dengan ahli gizi ?
7. Apakah yang dimaksud komunikasi SBAR?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini yaitu untuk
mengetahui komunikasi antar anggota tim kesehatan dalam
manajemen patient safety.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian komunikasi antara anggota
tim kesehatan
b. Untuk mengetahui komunikasi antara perawat dengan
dokter
2
c. Untuk mengetahui komunikasi antar perawat dengan
perawat
d. Untuk mengetahui komunikasi antara perawat dengan ahli
terapi respiratorik (fisioterapis)
e. Untuk mengetahui komunikasi antara pearawat dengan ahli
farmasi
f. Untuk mengetahui komunikasi antara perawat dengan ahli
gizi.
g. Untuk mengetahui komunikasi SBAR.
D. Sistematika Penulisan
Makalah ini berisi komunikasi antar anggota tim kesehatan dalam
manajemen patient safety yang ditulis dan diajukan untuk memenuhi tugas mata
kuliah Manajemen Patient Safety.
Makalah ini memiliki sistematika penulisan yang dibagi menjadi 3 bab
utama, yakni bab I merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang dari
komunikasi antar anggota tim kesehatan dalam manajemen patient safety,
rumusan masalah, tujuan yang terdiri dari tujuan utama dan tujuan khusus serta
sistematika penulisan dari makalah ini.
Bab II merupakan tinjauan teori yang berisi beberapa pembahasan yaitu
pembahasan mengenai komunikasi antar anggota tim kesehatan dalam
manajemen patient safety menjelaskan serta memaparkan tujuan pembuatan
makalah ini.
Bab III merupakan penutup yang berisi kesimpulan dari pembahasan
dalam makalah dan berisi saran untuk keperawatan untuk masa yang akan
datang.
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
4
TTV, anamnesa, serta keluhan-keluhan dari pasien, dan data penunjang
seperti hasil laboraturium sehingga dokter dapat mendiagnosa secara
pasti mengenai penyakit pasien. Pada saat perawat berkomunikasi
dengan dokter pastilah menggunakan istilah-istilah medis, disinilah
perawat dituntut untuk belajar istilah-istilah medis sehingga tidak
terjadi kebingungan saat berkomunikasi dan komunikasi dapat berjalan
dengan baik serta mencapai tujuan yang diinginkan.
5
jawab yang sama dalam memberikan pelayanan keperawatan.
Contohnya komunikasi yang terjadi pada saat koordinasi antara
perawat A dengan perawat B pada saat menerima pasien baru dari IGD
untuk diberikan perawatan lebih lanjut di ruang rawat inap. Maka
antara perawat A dan perawat B akan menjalin komunikasi.
6
terapi (fisioterapis) lalu dilanjutkan dengan evaluasi oleh perawat.
Perawat dan fisioterapis menilai kemajuan klien secara bersama-sama
dan mengembangkan tujuan dan rencana pulang yang melibatkan klien
dan keluarga. Selain itu, perawat merujuk klien ke fisioterapis untuk
perawatan lebih jauh.
7
pada ahli farmasi.
8
Jadi komunikasi dua arah yang baik antara perawat dengan ahli gizi
sangat diperlukan.
B. Komunikasi SBAR
9
c. Assesment: Komponen assessment ini berisi hasil
pemikiran yang timbul dari temuan serta difokuskan pada
problem yang terjadi pada pasien yang apabila tidak
diantisipasi akan menyebabkan kondisi yang lebih buruk.
d. Recommendation: Komponen recommendation menyebutkan
hal-hal yang dibutuhkan untuk ditindak lanjuti. Apa
intervensi yang harus direkomendasikan oleh perawat.
10
c. Meningkatkan kerja tim untuk menggunakan komunikasi yang
efektif.
d. Memberikan informasi terkait kondisi pasien secara lengkap.
11
rumah sakit lain untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.
Transfer pasien dibagi menjadi transfer pasien internal dan
eksternal. Transfer pasien internal adalah transfer antar ruangan
di dalam rumah sakit dan transfer pasien eksternal adalah
transfer antar rumah sakit. Transfer pasien dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang sudah memiliki kemampuan dan
pengetahuan terkait prosedur transfer. Kemampuan dan
pengetahuan tenaga kesehatan yang harus dimiliki adalah
memahami proses pra transfer, peralatan transfer, dan
komunikasi saat transfer pasien.
Komunikasi yang efektif diperlukan untuk proses transfer
pasien. Komunikasi SBAR merupakan salah satu komunikasi
efektif yang dapat meningkatkan keselamatan pasien.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
13
Sehingga komunikasi sebagai dasar pembentuk hubungan yang baik harus
ditekankan pada setiap tim kesehatan sebagai upaya yang berfokus pada
peningkatan mutu pelayanan dan derajat kesehatan masyarakat.
B. Saran
Dengan dibuatnya makalah ini, penulis berharap bahwa ini dapat menjadi
pengingat bagi perawat maupun profesi lainnya untuk senantiasa menjaga
komunikasi satu sama lain untuk menghindari adanya kesalahpahaman, untuk
meningkatkan kekompakan antar profesi, dan juga untuk memperjelas status
perkembangan kesehatan klien demi tercapainya keselamatan dan kesembuhan
klien.
14
DAFTAR PUSTAKA
Komisi Akreditasi Rumah Sakit. 2012. Standar Akreditasi Rumah Sakit. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. P 1-228
Potter & Perry. 2006. Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta :
EGC
15