Definisi Musytarak
Definisi Musytarak
Definisi Musytarak
1
H. Kamaluddin Abunawas, Pengaruh Bahasa Arab
Terhadap Penetapan Hukum Islam (Analisis terhadap Kosa Kata
Musytarak/Ambigu di daam Al Qur’an), (Jurnal Adabiyah Vol. XI
No. 2, 2012), hlm.132.
2
Nanang Abdillah, Madzhab dan Faktor Penyebab
Terjadinya Perbedaan, (Jurnal Fikroh Vol.8 No.1, Juli 2014), hlm.30.
2
Utsman dan sebagian Abu Hanifah berpendapat bahwa
masa tunggu wanita yang ditalak adalah tiga kali haid. 3
3
Muh.Nashirudin, Perbedaan dalam Furu’ Fiqhiyyah
sebagai Akibat Perbedaan dalam Ushul al-Fiqh, hlm.6
4
Dewi Utami, Analisis Homonim (Musytarak Lafdzi)
Terhadap Terjemahan Tafsir As Sa’di, (Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah 2009), hlm.34.
3
Quran mempunyai istilah seniri untuk menyebut polisemi
tersebut yakni menggunakan istilah al wujuh. Kedua
tersebut, yakni al lafzhu al musytarak dengan al wujuh
pada dasarnya tidaklah nerbeda, yang berbeda hanyalah
sebatas pada istilah yang dipakainya saja. Definisi lebih
lanjut dikemukakan oleh Munjid, yang berpendapat
bahwa polisemi adalah unit linguistik yang mempunyai
makna lebih dari satu dan dapat erjadi pada lafadz tunggal
maupun terjadi akibat rangkain kata-kata. Sedangkan
menurut Lyons polisemi adalah, “a property of single
lexames” yakni suatu kata yang memiliki dua makna atau
lebih, sementara Zainuddin juga berpendapat bahwa
polisemi merupakan benuk bahasa atau kata yang
memiliki lebih dari satu makna.5
5
Fariz Alnizar, Kesepadanan Terjemahan Polisemi:
Penelitian Analisis Konten pada Terjemahan Surat al-Baqarah
Kementerian Agama, (Jurnal Hayula:Indonesian Journal of
Multidisciplinary Islamic Studies, Vol.1, No.2, Juli 2017), hlm.114-
115.
4
meaning” (polisemi merupakan sebuah unit linguistik,
bentuk, yang dapat memiliki gugusan makna yang
berbeda namun saling terkait). Lebih lanjut, Taylor
berpendapat bahwa dalam gugusan makna tersebut
terdapat makna yang lebih referensial dan juga makna
yang sifatnya skematis dan untuk makna skematis ini
dapat dielaborasi dengan makna lainnya.6
6
Fariz Alnizar, Kesepadanan Terjemahan Polisemi:
Penelitian Analisis Konten pada Terjemahan Surat al-Baqarah
Kementerian Agama..................., 115.
5
memang terdiri dari tiga jenis tersebut, yakni isim, fi‘il dan
juga huruf.7
7
Fariz Alnizar, Kesepadanan Terjemahan Polisemi:
Penelitian Analisis Konten pada Terjemahan Surat al-Baqarah
Kementerian Agama............................., 115.
8
Dewi Utami, Analisis Homonim (Musytarak Lafdzi)
Terhadap Terjemahan Tafsir As Sa’di, (Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah 2009), hlm.34.
6
maknanya, berbeda arti dan isi kandungannya, lafadznya
dari satu akar tetapi makna dan tafsirannya berbeda beda.
Musytarak sangat urgen dalam ilmu tafsir, kedudukannya
laksana teropong bagi mufasir agar lebih jeli dalam
memahami sebuah teks, tidak terjebak pada makna sempit
tekstual. Membantu dalam memahami sebuah ayat,
menganalisa berbagai makna yang terkandung, menguasai
satu kata dalam Alquran memiliki word view yang luas
terhadap banyak masalah dalam Alquran. Berdasar pada
konsepsi ini, musytarak adalah sebuah perangkat yang
harus dimiliki oleh seseorang yang ingin menggeluti
tafsir, khususnya makna teks ayat dan hadis, agar
terhindar dari jebakan tekstual literal yang mengurung
pada pemahaman sempit dan parsial. Memberikan makna
yang tepat sesuai maksud siyaq al kalam, menggambarkan
makna yang benar dan jelas sesuai yang diinginkan oleh
sebuah teks. Ilmu ini merupakan pisau tertajam dalam
menganalisa dan memaknai sebuah teks, karena
merobohkan argumen tekstualis dengan menggunakan
instrumen yang mereka gunakan, mendekontruksi
argumen yang dibangun oleh kaum tekstualis Dzhahiri,
7
Khawarij, klasik maupun kontemporer yang terinspirasi
dari argumentasi mereka.9
Macam-macam Musytarak
1) Musytarak Lafdzi
Merupakan musytarak yang tulisan dan
pengucapannya sama, namun memiliki makna yang
berbeda. Jika dalam bahasa Indonesia, musytarak
lafdzi sama halnya dengan sifat homonim10.
Contoh: Apel dan Apel
Maksud dari contoh di atas adalah, bahwa kata Apel
termasuk ke dalam bahasa Indonesia dan Apel di atas
mempunyai dua makna, yaitu bahwa Apel yang
9
Luqman, Al Musytarak Al Lafzy Mendekonstruksi Argumen
Tafsir Tekstual, (Jurnal Studi al-Quran dan Tafsir 3: Al-Bayan,
Desember 2018), hlm.190-191.
10
Homonim merupakan dua buah kata atau satuan ujaran
yang bentuknya “kebetulan” sama, maknanya berbeda, karena
masing-masing merupakan kata atau bentuk ujaran yang berlainan.
Misalnya kata دل ي يييي, yang dapat bermakna (1) petunjuk jalan, (2)
pemandu wisata, (3) buku panduan, (4) argumentasi, hujjah, bukti.
8
pertama bermakna nama buah, sedangkan Apel yang
kedua mempunyai makna upacara.
Musytarak lafdzi termasuk dalam salah satu metode
penulisan tafsir mufrodat al Quran, yaitu sebuah
metode yang menjelaskan arti setiap kata dalam al
Quran dari sisi bahasa, mendeskripsikan makna satu
kata dengan makna yang luas dan komperehensif.
Satu kata banyak terulang dalam al Quran dengan
berbagai derifatnya, memiliki arti dan maksud yang
berbeda-beda sesuai dengan siyaq al jumlah dan
konteks teks tersebut. Ilmu ini sebagai standarisasi
kedalaman ilmu seorang mufassir, memahami satu
masalah dari berbagai sisi. Keagungan mu’jizat al
Quran dapat terproyeksikan dari disiplin ilmu ini, satu
kata memiliki banyak arti dan maksud yang berbeda-
beda, satu lafadz mengandung dua puluh makna
bahkan lebih, mukjizat yang tidak mungkin dimiliki
oleh manusia, seperti sebuah riwayat dari Abu Darda,
“Seseorang tidak akan menjadi seorang faqih
sebelum menguasai disiplin ilmu ini, al musytarak al
9
lafdzi, satu kata dalam al Quran memiliki banyak sisi
makna”.11
Pada kasus homonim terdapat dua istilah lain yang
biasa dibicarakan, yaitu homofon dan juga homografi.
Dalam bahasa Indonesia, adakalanya kata-kata yang
berhomonim ini hanya sama dalam bunyi, namun
ejaannya tidaklah sama. Hal semacam ini disebut
homofon (al Musytarak al Shauti). Misalnya, kata
“sangsi” yang berarti ragu dan kata “sanksi” yang
berarti hukuman. Sedangkan, dalam bahasa Arab
tidak ditemukan homofon dalam satu kata dengan
kata yang lain, kecuali kesamaan antar satu kata
dengan frase. Misalnya, kata ذاه ي يييdan ذاه ي ييي. Kata
pertama ذاهييييي يييييberarti “seoang perempuan” atau
“sesuatu yang pergi” atau “hilang”. Sedangkan kata
ذاهييي يييkedua merupakan frase (mudhaf ilaih) yang
berarti “orang yang memiliki hadiah”.12
11
Luqman, Al Musytarak Al Lafdzy Mendekonstruksikan
Argumen Tafsir Tekstual, Ibn Abbas: Jurnal Ilmu Al Quran dan Tafsir,
Vol.1 No.2, Oktober, hlm.130-131.
12
Baiq Raudatussolihah, Tesis Analisls Linguistik Dalam Al
Quran (Studi Semantik Terhadap QS Al ‘Alaq), (Makassar: UIN
Alauddin, 2016), hlm.78.
10
Adapun sebab-sebab terjadinya al Musytarak al
Lafdzi (Honomim):
a) Bentuk-bentuk yang berhomonim itu berasal dari
bahasa atau dialek yang berlainan. Misalnya, kata
bisa yang berarti “racun ular” berasal dari bahasa
Melayu, sedangkan kata bisa yang berartikan
“sanggup” berasal dari bahasa Jawa.
b) Bentuk-bentuk yang bersinonimi itu terjadi sebgai
hasil dari proses morfologi. Umpamanya kata
mengukur dalam kalimat “Ibu sedang mengukur
kelapa di dapur” adalah berhomonimi dengan kata
mengukur dalam kalimat “Petugas agraria itu
mengukur luasnya kebun kami”. Jelas, kata
mengukur yang pertama terjadi sebagai hasil
proses pengimbuhan amalan me- pada kata kukur
(me + kukur = mengukur). Sedangkan, kata
mengukur yang kedua terjadi sebagai hasil proses
pengimbuhan awalan me- pada kata ukur (me +
ukur = mengukur).
11
Adapun menurut Mukhtar, sebab-sebab terjadinya al
musytarak al lafdzi (homonim), adalah sebagai
berikut:
12
2. Perubahan dari segi makna mencakup atas
tujuan dan gaya penyampaiannya.
b) Sebab-sebab eksternal, yaitu lebih cenderung
kepada perbedaan lingkungan tempat bahasa itu
digunakan.
13
d) Perubahan morfologi (tashrif) yang terjadi pada
dua kata yang sama bentuknya. Dari bentuk
tersebut timbul arti yang bermacam-macam
karena perbedaan bentuk masdar-nya.13
2) Musytarak Makna
Merupakan musytarak yang mana kata atau frasa
yang tulisan serta pengucapannya berbeda, akan
tetapi maknanya sama. Sedangkan dalam bahasa
Indonesia sama halnya dengan polisemi14.
Contoh: Wanita dan Perempuan
Maksud dari contoh di atas adalah dilihat dari makna
biologis bahwa kata Wanita dan Perempuan memiliki
kesamaan yaitu memiliki ciri-ciri yang sama, akan
tetapi dilihat secara bentuk sosial Wanita memiliki
13
Baiq Tuhfatul Unsi, Al Mushtarak Al Lafzi ()Homonimi
dalam Bahasa Arab, (Tafaqquh, Vol.1, No.2, Desember 2013),
hlm.94-96.
14
Polisemi merupakan kata yang mempunyai makna lebih
dari satu. Sebagai contoh kata رأس, yang bermakna: (1) bagian tubuh
dari leher ke atas sebagaimana yag terdapat pada manusia dan
binatang, (2) bagian yang terletak di bagian atas, depan atau awal, (3)
pemimpin atau ketua, (4) sesuatu yang dianggap sebagai pangkal,
pusat sumber. Lihat Uci Utami Ayuningtias, Retno Purnama Irawati,
dkk., Penggunaan Istilah Bahasa Arab oleh Aktivis Rohis di
Universitas Negeri Semarang (Analisis Semantik dan
Sosiolinguistik), hlm.14.
14
makna negatif sedangkan kata Peremuan memiliki
makna yang bersifat positif.15
ع ٍة
َ سا َ ساعَةٌ ي ْقسِم ا ْلمجْ ِرم ْو َن َما لَبِث ْوا
َ غ ْي َر َّ َو يَ ْو َم تَق ْوم ال
َكذَ ِلكَ كَان ْوا ي ْؤفَك ْو َن
“dan pada hari terjadinya kiamat, bersumpahlah orang-
orang yang berdosa; ‘mereka tidak berdiam (dalam
kubur) melainkan sesaat (saja).’ Seperti demikianlah
mereka selalu dipalingkan (dari kebenaran)”.
15
Yatmi, Skripsi Analisis Musytarak (Homonim) Dalam Al
Quran Terjemahan H.B Jassin, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2010, hlm.13-14.
15
Pada ayat tersebut, terdapat kata االساعة . Kata itu disebut
dua kali. Pertama, bermakna ‘hari kiamat’. Kedua,
bermakna ‘waktu sesaat’. Pengungkapan suatu kata yang
mempunyai dua makna karena disebut pada tempat yang
berbeda, dalam ilmu balaghah dinamakan Jinās.
Sedangkan dalam ilmu linguistik, pengertia semacam ini
disebut homonimi.16
ما اتفق ف يه الف ظان المت جانساااااااان ف مور ة مموو ل نوف ال رو
وعددها وهيئآتها وترتيبها
16
Baiq Tuhfatul Unsi, Al Musytarak Al Lafdzi (Homonimi)
dalam bahasa Arab (Suatu Kajian Semantik), (Tafaqquh, Vol.1,
No.2, desember 2013), hlm.98-99.
16
a) Al Jinās al-Mumatsil ()الجناس المماثل
ۚ ع ٍة
َ سا َ ساعَة ي ْق سِ م ا ْلمجْ ِرم ْونَ َما لَ ِبث ْوا
َ غي َْر َّ َو يَ ْو َم تَق ْوم ال
)۵۵ َكذَا ِلكَ كَان ْوا يؤْ فَك ْونَ (الروم ل
17
Indah Silviani, Skripsi Ungkapan Jinās dalam al Quran
dan Relevansi dengan Keindahan Bahasa, (Banda Aceh: UIN Ar
Raniry, 2017), hlm.18-19.
17
Kedua lafal الساعةdi atas, merupakan isim, di
mana lafal الساااااااااااعااااةpertama berarti ‘hari
kiamat’, sedangkan lafal الساااااااااااعاااااةkedua
bermakna ‘jam zamaniyah’.
2) Contoh Jinās al-Mumatsil huruf dengan
huruf seperti firman Allah:
18
Indah Silviani, Skripsi Ungkapan Jinās dalam al Quran
dan Relevansi dengan Keindahan Bahasa................, hlm.20.
18
arti tidak, yaitu la al-nafiyah yang berfungsi
untuk menegatifkan.
b) Al Jinās Mustaufii ( )الجناس مستوف
َ احبك ْم َو َما
َو َما يَ ْن ِطق ع َِن. غ َوى ِ اا َ َما. َو النَّجْ ِم مِذَا َه َوى
َ ض ا َّل
)۳-۱ (النجم ل. ا ْله ََوى
19
Indah Silviani, Skripsi Ungkapan Jinās dalam al Quran
dan Relevansi dengan Keindahan Bahasa................, hlm. 20.
19
Lafal هيىyang pertama berarti ‘jatuh’ ( )سييييييي ي
merupakan bentuk fi‘il, sedangkan lafal هييييى
yang kedua berbentuk isim yang bermakna
‘keinginan’ ( )الرع و الم.
c) Al Jinās al-Murakkab ()الجناس المركب
20
lagi murakkab (tersambung) yang serupa
pada lafal dan tulisan”.20
. مِ ذَا َم ِلكٌ لَ ْم يَك ْن ذَا ِهبَة فَ َدعْه فَد َْولَته ذَا ِهبَة
“Apabila seorang Raja tidak memiliki jiwa
bermurah hati tinggalkan dia dan
kekuasaannya segera sirna.”
20
Indah Silviani, Skripsi Ungkapan Jinās dalam al Quran
dan Relevansi dengan Keindahan Bahasa................, hlm.21.
21
kata, ( ذاmempunyai) dan ( هpemberian).
Lafal pertama ini susunannya idhaafah, ذا
sebagai mudhaf dan هيييي ييييsebagai mudhaf
ilaih. Sedangkan lafal kedua, berarti
‘hancur’ dan sebagai mufrad atau berasal
dari satu kata yaitu ذاهisim fa‘il dari kata
‘ ذهبpergi’.
2) al-Mafruuq ()الم روق
21
Indah Silviani, Skripsi Ungkapan Jinās dalam al Quran
dan Relevansi dengan Keindahan Bahasa................, hlm.22.
22
meriwayatkan selama kamu tidak
mengusahakan untuk memeliharanya, bila kamu
memperlihatkan sya‘ir dengan tanpa dipelihara
tentu mereka menganggap darimu sebagai
bisikan hati yang kamu mengigau dengannya”.
22
Indah Silviani, Skripsi Ungkapan Jinās dalam al Quran
dan Relevansi dengan Keindahan Bahasa................, hlm.23.
23
Adapun contohnya sebagaimana perkataan
al-Hariri:
24
yaitu صييييييابه مmim ( )مberdiri pada kata
م.23
وهو مااا اَّتلف فيااه اللفظااان ف واحااد مو مكثر من األموو األور ااة
.السارقة
“Yaitu terdapat perbedaan dalam lafalnya pada salah
satu atau banyak dari empat unsur yang telah
disebutkan”.
23
Indah Silviani, Skripsi Ungkapan Jinās dalam al Quran
dan Relevansi dengan Keindahan Bahasa................, hlm.23-24.
25
menamainya dengan syibh al-Jinās atau al-
musyabahah (menyerupai Jinās), karena
musyabahah adalah sesuatu yang tidak menunjukkan
kepada hakiki. Hal demikian ini hanyalah perbedaan
pendapat pada peletakan nama Jinās ghair al-tam,
namun hakikatnya adalah sama, yaitu adanya Jinās
al-tam (sempurna) dan Jinās ghair al-tam (tidak
sempurna).24
Adapun macam-macam Jinās ghair al-tam adalah
sebagai berikut:
1. Al- Jinās al-muharraf ()الجناس المحرف
24
Indah Silviani, Skripsi Ungkapan Jinās dalam al Quran
dan Relevansi dengan Keindahan Bahasa................, hlm.24.
26
Idris, Jinās al-muharraf juga dikenal sebagai
Jinās al-mukhtalif. Contohnya adalah sebagai
berikut:
25
Indah Silviani, Skripsi Ungkapan Jinās dalam al Quran
dan Relevansi dengan Keindahan Bahasa................, hlm.25-26.
27
ما تما ثل وكناه و ضاااااا ا واَّتلفا نقطا ر يث لوزا ل معجا م
.محدهما لم يتميز عن األَّرة
“Jinās yang dua rukunnya sama letaknya dan
berbeda titik-titiknya, sekiranya titik dari salah
satunya dihilangkan maka tidak bisa dibedakan
dari lainnya”.
26
Indah Silviani, Skripsi Ungkapan Jinās dalam al Quran
dan Relevansi dengan Keindahan Bahasa................, hlm.26.
28
Di sisi lain, Al-Suyuti menyebutnya dengan nama
Jinās al-khat. Berikut contohnya:
27
Indah Silviani, Skripsi Ungkapan Jinās dalam al Quran
dan Relevansi dengan Keindahan Bahasa................, hlm.26-27.
29
. ان اَّتلفا ف حرفين غير متباعدي المخرج
“Jika terdapat perbedaan pada dua huruf, di mana
makhraj-nya bermiripan tidak berjauhan”.
28
Indah Silviani, Skripsi Ungkapan Jinās dalam al Quran
dan Relevansi dengan Keindahan Bahasa................, hlm.27.
30
“..dan mereka melarang (orang lain)
mendengarkan al-Quran dan mereka sendiri
menjauhkan diri daripadanya, dan mereka
hanyalah membinasakan diri mereka sendiri,
sedang mereka tidak menyadari”. (QS. al-An‘am:
26)
Jinās adalah pada lafal انهىdan انئىyang hanya
dibedakan oleh salah satu huruf dari kedua lafal
tersebut, yaitu huruf ( )هdengan ()ء. Kedua huruf
ini berdekatan makhraj-nya dari huruf
khalqiyyah. Lafal انهىberarti ‘mereka melarang’
dan انئىberarti ‘menjauhkan diri’.29
4. Al- Jinās al-Laahiq ()الجناس الالحق
29
Indah Silviani, Skripsi Ungkapan Jinās dalam al Quran
dan Relevansi dengan Keindahan Bahasa................, hlm.28.
31
dan di akhir lafal. Berikut contohnya terdapat
dalam firman Allah swt:
30
Indah Silviani, Skripsi Ungkapan Jinās dalam al Quran
dan Relevansi dengan Keindahan Bahasa................, hlm.28-29.
32
“Jika terdapat perbedaan pada dua lafal yang
berbeda bilangan atau jumlah hurufnya”.
ج ِ ْدى جهدى
31
Indah Silviani, Skripsi Ungkapan Jinās dalam al Quran
dan Relevansi dengan Keindahan Bahasa................, hlm.29.
33
“Kesungguhanku adalah perjuanganku”.
.ب
ٍ واض ٍ ت َصول ِرأمَسيَا ٍ قَ َو
ِ َاض ق َواا ٍم ٍ يَمدُّونَ مِ ن مَي ٍد ع ََو
ِ اص ع
“Mereka berdiri tegak dengan tongkat yang
kuat, sedangkan Anda melompat dengan
pedang terhunus lagi tajam”.32
Kedua lafal Jinās pada contoh pertama di atas,
yaitu lafal ( السيييياقbetis) dan ( المسيييياقdihalau)
dengan penambahan satu huruf mim ( )مpada
awal lafal الييمسييييييييياق. Sedangkan pada contoh
kedua, keserupaan terletak pada lafal جمdan
جهمdengan penambahan satu huruf ( )هpada
pertengahan lafal جيييييهيييييم. Adapun contoh
ketiga, Jinās adalah pada lafal عىاص عىاصييييي
dan lafal قيييييىاض قيييييىا يييييييييييبyang terdapat
32
Indah Silviani, Skripsi Ungkapan Jinās dalam al Quran
dan Relevansi dengan Keindahan Bahasa................, hlm.30.
34
penambahan satu huruf ( )مpada akhir lafal
عىاصييdan penambahan huruf ( )بpada akhir
lafal قىا ييب. Dengan demikian, contoh lafal-
lafal Jinās al-naaqish yang telah disebutkan di
atas adalah berkurang salah satu hurufnya dari
lafal lainnya.33
b. Perbedaan yang dikarenakan penambahan
lebih dari satu huruf. Jika terletak di awal
maka disebut dengan Jinās al-mutawwij
()الم ىج, sedangkan di akhir kata disebut Jinās
al-mudzayyal ( )اليييييميييييهاييييي. Berikut pe,aparan
contohnya dalam firman Allah swt:
33
Indah Silviani, Skripsi Ungkapan Jinās dalam al Quran
dan Relevansi dengan Keindahan Bahasa................, hlm.30.
35
( )مdan ( )سyang terletak di permulaan lafal.
Dengan demikian, ini merupakan Jinās al-
mutawwij.
Adapun contoh Jinās al-mudzayyal sebagai
berikut:
34
Indah Silviani, Skripsi Ungkapan Jinās dalam al Quran
dan Relevansi dengan Keindahan Bahasa................, hlm.30-31.
36
Jinās al-qalb ada dua macam, yaitu kull dan
ba‘ad. Dikatakan qalb kull jika antara kedua lafal
serupa berbalikan pada susunan huruf secara
keseluruhan. Sedangkan Jinās qalb ba‘ad adalah
dua lafal yang serupa dibedakan oleh susunan
sebagian huruf. Ahmad Fasyal dan Ahmad
Mathlub menyebutnya dengan nama Jinās al-‘aks
( )ال ي ي ي. Berikut contohnya dalam firman Allah
swt:
35
Indah Silviani, Skripsi Ungkapan Jinās dalam al Quran
dan Relevansi dengan Keindahan Bahasa................, hlm.31-32.
37
Bani Israil dan kamu tidak memelihara
amanatku”. (QS. Thaaha: 94)
38
“Jika terdapat dua kata serupa dalam pelafalannya
secara beriringan dari Jinās apa saja yang telah
disebutkan”.
39
berarti berita. Kedua lafal ini muncul secara
beriringan tanpa diselingi oleh lafal lain.
8. Al-Jinas al-Isytiqaq ()الجناس األش اق
36
Seperti halnya Ulama’ al-Khalil, al-Asma‘i, Ibn al-
Mu’taz dan al-Rummani.
37
Seperti Ulama’ al-Rummani, al-Khathabi, al-Jurjani dan
Abi Isba’.
40
menamainya dengan Jinās al-muqtadhab.
Contohnya seperti firman Allah swt:
41
Dengan demikian dari pengertian di atas dapat
dikatakan bahwa Jinās al-Ithlaq adalah dua lafal
yang erupa seakan-akan dari asal kata yang sama,
padahal tidak demikian. Hanya saja kedua lafal
tersebut serupa dari awal kata yang menyerupai
al-isytiqaq. Abu Satit dan al-Khathib al-Qazwaini
menyebutnya dengan nama al-musyabahah bi al-
isytiqaq. Adapun contohnya seperti firman Allah
swt:
42
musyabahah bi al-isytiqaq, beliau hanya
mengutarakan dua macam Jinās ini.
43
arti yang lain. Misalnya lafadz “shalat”, menurut arti
bahasa semula artinya adalah berdoa, kemudian
menurut arti istilah syar’i adalah salat sebagaimana
yang kita kenal sekarang.38
4. Dalam bahasa Arab, terkadang satu kata digunakan
untuk dua makna, sehingga kata tersebut sesuai untuk
keduanya. Namun, dalam perjalanan waktu, orang
mulai melupakan makna yang bersifat mencakup
tersebut, lalu berkesimpulan bahwa kata tersebut
adalah kata yang bersifat ambigu. Sebagai contoh,
kata quru’ pada awalnya adalah kata yang hanya
menunjukkan satu periode terjadinya suatu peristiwa.
Contoh “panas itu mempunyai quru’” yang
maksudnya adalah mempunyai periode waktu
tersendiri. Contoh yang lain yaitu, “dingin itu
mempunyai quru’ ”, maksudnya adalah mempunyai
periode yang menyertai dengan turunnya hujan. Dan
ketika dikatakan seorang perempuan mempunyai
quru’, maka itu berarti periode waktu haid dan waktu
suci. Akan tetapi, pada perkembangan selanjutnya
38
Rizal Ahmad, Ushul Fiqh Sederhana, hlm.14.
44
cakupan makna tersebut kemudian dilupakan, maka
digunakanlah untuk kedua makna secara berdiri
sendiri.39
5. Terkadang satu kata yang telah mempunyai makna
menurut bahasa, juga digunakan untuk makna lain
menurut kebiasaan dan terminologi tertentu. Dengan
demikian, ia menjadi makna yang sebenarnya antara
makna menurut bahasa dan makna menurut
kebiasaan. Makna tersebut kemudian ditransfer
sebagai dua makna yang sebenarnya, seperti kata
sayyaarah, yang menurut istilah berarti yang berjalan,
tetapi kemudian dimaknai dengan mobil. Hal yang
sama juga terjadi pada kata darraajah, yang menurut
bahasa berarti berkeliling tetapi kemudian dimaknai
dengan sepeda.40
39
H.Kamaluddin Abunawas, Pengaruh Bahasa Arab
Terhadap Penetapan Hukum Islam (Analisis terhadap Kota Kata
Musytarak/Ambigu di dalam al Quran), (Jurnal Adabiyah, Vol.XII,
No.2, Tahun 20102), hlm.133.
40
H.Kamaluddin Abunawas, Pengaruh Bahasa Arab
Terhadap Penetapan Hukum Islam (Analisis terhadap Kota Kata
Musytarak/Ambigu di dalam al Quran), ..................................,
hlm.134.
45
Menurut Doktor Wahbah dan Syaikh Khudhori dalam
kitab beliau (Abdu al- Salim Mukrim, al-Musytarak al-
Lafdzim fi Haql al Qur’ani), sebab-sebab terjadinya lafadz
musytarak adalah sebagai berikut:
َّ ا َال
digunakan dalam istilah syara‟. Seperti lafadz صالَة
yang dalam arti bahasa bermakna do‟a, kemudian
46
dalam istilah syara‟ digunakan untuk menunjukkan
ibadah tertentu yang telah kita ma‟lumi.
4) Perkembangan bahasa. Terkadang dua kalimat
asalnya berbeda dalam penggambarannya dan
maknanya kemudian berkembang sebagian suara-
suara salah satu keduanya. Kemudian menjadi bentuk
lain disebabkan perkembangan tersebut dalam
suaranya. Sebagaimana lafadz yang aslinya tunggal
makna menjadi makna yang berbeda. Maksudnya
menjadi lafadz musytarak dintara dua makna atau
lebih. Misalnya kalimat farwah untuk makna kulit
kepala dan orang kaya. Kemudian menjadi tarwah ta‟
diganti dengan fa‟ menurut orang arab.
5) Meminjamnya lafadz dari bahasa yang berbeda.
Karena terkadang suatu lafadz yang dipinjam
menyamai kalimat arab dalam lafadznya. Contoh
lafadz kalb bermakna khalb tetapi mempunyai dalalah
yang berbeda. Sebagaimana orang arab meminjam
kata ‘iijl dari Negara almaniyah menjadi kalb yang
47
termasuk musytarak lafẓi dan sudah terkenal
mempunyai dua makna.41
41
Skripsi tentang musytarak (STAIN KUDUS), hlm.13-14.
42
Abdul Wahab Khalaf, Ilmu Ushul Fikih, (Jakarta: Pustaka
Amani, 2003), hlm.257.
48
doa, sedangkan menurut syara’ adalah bentuk ibadah
tertentu. Begitu pula terhadap setiap lafadz yang
musytarak antara makna bahasa dan makna syara’ jika
terdapat dalam nash syara’, maka yang dimaksud oleh
syar’i adalah makna yang dibuatnya. Karena lafadz itu
ketika dipindah dari makna bahasa ke makna khusus yang
digunakan syar’i, maka lafadz itu menurut syar’i sudah
tertentu petunjuknya sebagaimana yang ditetapkan syar’i.
Begitu pula dalam nash undang-undang, jika dalam
undang-undang itu terdapat lafadz yang bermakna ganda,
makna bahasa dan makna hukum maka yang dimaksudkan
adalah makna hukum bukan makna bahasa. Lafadz daf’u
dan al hulul serta lainnya, yang dimaksudkan adalah
makna hukum, (yaitu penolakan dan pembebasan) bukan
makna bahasa. Juga lafadz ad dabth (definisi) dan at tasjiil
(pencatatan).
49
petunjuk dan tanda serta dalil untuk menentukan maksud
lafadz dalam nash tersebut.
50
tangan kanan dan tangan kiri. Ini adalah makna terakhir,
yakni dari ujung jari hingga pergelangan tangan kanan.
51
.ق ْ علَ ْي ِه َو مِ َّنه لَ ِف
ٌ ساااااا َ ِاّلِل ْ َوالَ َتأْكل ْوا ِم َّما لَ ْم ي ْذك َِر
َّ اساااااا م
)۱۲۱ (االن امل
43
Abdul Wahab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, (Jakarta: Pustaka
Amani, 2003), hlm.259-260.
52
DAFTAR PUSTAKA
Juli 2014).
2012).
53
dan Tafsir 3: Al-Bayan, Desember 2018),
hlm.190-191.
54