Abstrak Periodontitis
Abstrak Periodontitis
Abstrak Periodontitis
SKRIPSI
Disusun oleh:
Titik Sugiarti
NIM. 6411413084
i
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Semarang
Juni 2017
ABSTRAK
Titik Sugiarti
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Periodontitis di Puskesmas
Salaman I Kabupaten Magelang
XVIII+127 halaman + 25 tabel + 5 gambar + 16 lampiran
ii
Department of Public Health Sciences
faculty of Sport Science
Semarang State University
June 2017
ABSTRACT
Titik Sugiarti
Factors Affecting Periodontitis Incidence at Salaman I Medical Center
Magelang Regency
XVIII + 111 pages + 25 tables + 5 images + 16 attachments
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
Titik Sugiarti
NIM.6411413084
iv
PENGESAHAN
Panitia Ujian
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
orang yang menuntut ilmu, karena mereka meridhai apa yang ia pelajari” (HR
Abu Dawud)
“Membahagiakan orang tua itu wajib bagi mereka yang tahu akan artinya
(Mario Teguh)
PERSEMBAHAN
Sulistyaningsih Tercinta
Almamater UNNES
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat, berkah dan karunia-
ini, dengan rendah hati disampaikan terima kasih kepada yang terhormat:
persetujuan penelitian.
3. Dosen Pembimbing I, drg. Yunita Dyah Puspita Santik, M.Kes (Epid), atas
4. Dosen Pembimbing II, dr. Fitri Indrawati, M.P.H, atas bimbingan, arahan,
5. Penguji Skripsi, dr. Mahalul Azam, M.Kes., atas arahan serta masukan dalam
6. Bapak dan ibu dosen Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat atas bekal ilmu
7. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang atas ijin yang telah diberikan.
vii
8. Kepala Puskesmas Salaman I dr. Heri Sumantyo, M.P.H., dan Pendamping
penelitian drg. Saptaya atas ijin yang diberikan, bimbingan, arahan dan
10. Kedua orang tua ku tercinta Bapak Muhmudi dan Ibu Munzaenabatas segala
12. Teman-teman (Ima Azizah, Farissa Ulfa, dan Fatma Yunia Irma) atas bantuan
kebersamaan dan keakraban yang telah terjalin dalam penyusunan skripsi ini.
14. Semua pihak yang telah berkenan membantu penulis dalam penyusunan
Semoga amal baik dari semua pihak mendapatkan pahala yang berlipat
ganda dari Allah SWT. Disadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan guna
Semarang, Juni2017
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ............................................................................................................ i
ABSTRAK ..................................................................................................... ii
ABSTRACT .......................................................................................................iii
PERNYATAAN ................................................................................................iv
PENGESAHAN .................................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN
.............................................................................................................................xvii
i
ix
1.4.2. Bagi Peneliti .............................................................................................9
x
2.1.9 Faktor Risiko Periodontitis ........................................................................49
3.3. Hipotesis.......................................................................................................77
xi
3.6. Populasi dan Sampel ....................................................................................80
xii
4.2.1.4. Distribusi Responden Menurut Pengetahuan .......................................93
Periodontitis ............................................................................................101
Periodontitis ............................................................................................102
xiii
5.1.4 Pengaruh Pengetahuan terhadap Kejadian Periodontitis ...........................113
LAMPIRAN ......................................................................................................129
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.14. Tabulasi Silang antara Umur dengan Kejadian Periodontitis .........96
Periodontitis ........................................................................................................97
Periodontitis .....................................................................................99
xv
Tabel 4.18. Tabulasi Silang antara Perilaku Menyikat Gigi dengan Kejadian
Periodontitis...................................................................................100
Tabel 4.19. Tabulasi Silang antara Kunjungan Dokter Gigi dengan Kejadian
Periodontitis...................................................................................101
Tabel 4.20. Tabulasi Silang antara Scaling dengan Kejadian Periodontitis ......102
Tabel 4.22. Tabulasi Silang antara Merokok dengan Kejadian Periodontitis ...104
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Magelang .......................................................................................132
Lampiran 6. Surat Ijin Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian dari
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
berfungsi sebagai penyangga gigi, terdiri dari ginggiva, sementum, jaringan ikat
periodontal dan tulang alveolar. Ada dua tipe penyakit periodontal yang biasa
2012).
Dampak dari penyakit periodontitis antara lain BBLR, stroke, dan infark
miokard akut. Menurut penelitian Wong (2009) dalam Soulissa (2014) yang
waktunya 7 kali lebih tinggi dibanding ibu hamil dengan keadaan jaringan
nilai OR sebesar 3,6. Artinya wanita hamil dengan periodontitis berisiko 3,6 kali
1
2
menderita periodontitis. Dalam studi case control yang dilakukan oleh Sgolastra
(2013) di Itali melaporkan bahwa ada hubungan antara periodontitis dan pre-
eklamsi. Hal ini ditunjukkan dengan hasil penelitiannya dengan nilai p sebesar
0,0008 dan nilai OR sebesar 2,17. Artinya wanita hamil dengan periodontitis
akut dan membandingkannya dengan kontrol. Infeksi oral dari kedua kelompok
(kasus dan kontrol) dinilai dengan melihat adanya karies dentis, penyakit
pada kelompok kasus dijumpai lebih banyak keadaan gigi geligi yang sangat
menunjukkan hubungan atau asosiasi dengan odds ratio (OR) sebesar 1,3. Artinya
subyek dengan kesehatan gigi buruk mempunyai risiko 1,3 kali lebih besar untuk
gigi baik.
periodontitis terdapat bakteri yang berperan antara lain P. Gingivalis yang mampu
3
periodontitis memiliki prevalensi sebesar 30-50% dari total populasi, tetapi hanya
Inggris pada kelompok usia 15 tahun mencapai 46% dan periodontitis pada
kelompok usia 19-25 tahun mencapai 10-29% dari total populasi (Wahyukundari,
2009).
mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut diatas angka nasional. Provinsi
dengan prevalensi masalah gigi dan mulut tertinggi adalah Sulawesi Selatan
gigi dan mulut di Jawa Tengah pada tahun 2014 yang berasal dari 35
kabupaten/kota, rasio tertinggi sebesar 7,1 adalah Kota Tegal dan rasio terendah
dengan rasio yang rendah di bawah 1 yang berarti lebih banyak pencabutan gigi
60% dari total populasi. Sedangkan prevalensi periodontitis pada tahun 2014
2015 sebesar 8,9% sedangkan di Puskesmas Salaman I sebesar 19% dari total
0,001 dan nilai OR = 4,195. Hal itu dapat disimpulkan bahwa penderita diabetes
antara perilaku menyikat gigi yang kurang baik dengan nilai p sebesar 0,024.
Penelitian ini dilakukan dengan studi kasus kontrol dimana nilai OR dalam
penelitian ini sebesar 24,9. Nilai tersebut menunjukkan bahwa perilaku menyikat
5
gigi yang kurang baik mempunyai risiko 24,9 kali menderita periodontitis
dibandingkan dengan perilaku menyikat gigi yang baik (Ababneh el al, 2012).
0,026 dan nilai OR sebesar 1,698. Artinya bahwa subjek dengan kebiasaan
menyikat gigi yang kurang baik berisiko 1,698 kali terkena periodontitis
terdapat hubungan antara BMI lebih dari normal (≥ 30 kg/m2) dengan kejadian
berupa scaling, dan pencabutan gigi. Target tindakan scaling pada puskesmas
tersebut sebanyak 120 orang per tahun. Menurut data yang telah diperoleh
sebanyak 69 orang (2,4%). Hal ini disebabkan karena beberapa faktor antara lain
mempunyai perilaku menyikat gigi yang tidak sesuai. Sebanyak 6 orang (24%)
sebanyak 22 orang (84%) tidak melakukan kunjungan rutin setiap 6 bulan sekali
ke dokter gigi. Selain itu, terdapat sebanyak 14 orang (56%) yang merokok dari
1.2.RUMUSAN MASALAH
I Kabupaten Magelang ?
I Kabupaten Magelang ?
1.3.TUJUAN PENELITIAN
Magelang.
Magelang
Magelang
Magelang
1.4.MANFAAT PENELITIAN
sebagai berikut:
9
mulut
1.5.KEASLIAN PENELITIAN
Tahun dan
Judul Nama Rancangan Variabel
No. Tempat Hasil Penelitian Publikasi
Penelitian Peneliti Penelitian Penelitian
Penelitian
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. Risk factors Maria 2014, case control 1. Variabel 1. Diabetes 2014,
for Stoykovaa Bulgaria study Bebas: (p=0,001 Medical
development , Nina Smoking, Alcohol OR=79,33 Biotechnolo
of chronic Musurliev use, Hazards, ) gy
periodontitis a and Stress, Vegetarian 2. Stress
in Bulgarian Doychin diet, Diet, Oral (p=0,014
patients (pilot Boyadzhie hygiene, Calculus OR=
research) v removal, Teeth 33,0)
clenching and 3. Calculus
grinding, Crooked removal
and overlaping (p=0,00
teeth, Diabetes, OR=13,22
dentist practices )
visits
2. Variabel
Terikat:
Chronic
Periodontitis
2. Prevalence Khansa 2012, North cross Variabel bebas : 1. BMI 2012, BMC
and risk Taha Jordan sectionalstu 1. Income, (p=0,002) Oral Health
indicators of Ababneh, dy Education, 2. Dental
gingivitis and Zafer Residency, visits
periodontitis Mohamm BMI, Dental (p=0,0005
in a Multi- ad Faisal visits, )
Centre study Abu Brushing, 3. Smoking
in North Hwaij and Smoking, (p=0,018)
Jordan Yousef S Family
Khader history
Variabel terikat :
1. Gingivitis
and
Periodontitis
2015, Jurnal
3. Hubungan Rikawaras 2015, Observasion 1. Variabel Bebas 1. Diabetes Kesehatan
Diabetes tuti, Eka Puskesmas al analitik Diabetes Militus Militus Masyarakat
Melitus Anggreni, Kecamatan dengan 2. Variabel (p=0,002 Nasional
10
Khansa
Maria Taha Culia
Stoykovaa , Ababneh, Rahayu,
Nina Zafer Rikawarastuti,
Sri Sri Titik
No Perbedaan Musurlieva Mohammad Eka Anggreni,
and Faisal Abu Ambarwati Widiati, Sugiarti
Ngatemi
Doychin Hwaij and dan Niken
Boyadzhiev Yousef S Widyanti
Khader
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Judul Risk factors Prevalence Hubungan Hubungan Hubungan Faktor-
for and risk Diabetes Kebiasaan Antara Faktor
developmen indicators of Melitus Menyikat Pengetahua Yang
t of chronic gingivitis dengan Gigi Dan n, Sikap Mempenga
periodontitis and
in Bulgarian periodontitis
Tingkat Kebiasaan dan ruhi
patients in a Multi- Keparahan Merokok Perilaku Kejadian
(pilot Centre study Jaringan Dengan Terhadap Periodontit
research) in North Periodontal Kejadian Pemelihara is Di
Jordan Periodontit an Puskesmas
is (Studi Kebersihan Salaman I
Kasus Gigi dan Kabupaten
Pada Mulut Magelang
Pasien Di Dengan
Poli Gigi Status
Puskesmas Kesehatan
Grabag I Periodontal
Kecamatan Pra Lansia
Grabag) Posbindu
Kabupaten Kecamatan
Magelang Indihiang
Kota
Tasikmala
ya
2 Tahun 2014 2012 2015 2014 2014 2016
Penelitian
3 Tempat Bulgaria North Puskesmas Puskesmas Posbindu Puskesmas
Penelitian Jordan Kecamatan Grabag I Kecamatan Salaman I
Jagakarsa Kecamatan Indihiang Kabupaten
Jakarta Selatan Grabag Kota Magelang
Tasikmala
ya
12
Penelitian diakukan pada bulan April 2017 hingga bulan Mei 2017.
teori dan konsep yang berkaitan dengan faktor yang mempengaruhi kejadian
2.1.1. Definisi
berfungsi sebagai penyangga gigi, terdiri dari ginggiva, sementum, jaringan ikat
periodontal dan tulang alveolar. Ada dua tipe penyakit periodontal yang biasa
al, 2012).
Periodontitis adalah kelanjutan dari gingivitis ke jaringan yang lebih dalam dan
resorpsi tulang alveolar. Beberapa individu lebih rentan terhadap kondisi ini
dibandingkan yang lain dan mungkin mengalami tanggalnya gigi secara dini.
14
15
penyebab utama lepasnya gigi pada dewasa dan penyebab utama lepasnya gigi
2.1.2. Etiologi
teori non-spesifik murni bakteri mulut terkolonisasi pada leher gingiva untuk
membentuk plak pada keadaan tidak ada kebersihan mulut yang efektif. Semua
periodontal dan beberapa pasien bahkan mempunyai jumlah plak yang cukup
besar yang sudah berlangsung lama tanpa mengalami periodontitis yang merusak
Faktor sekunder dapat lokal atau sistemik. Beberapa faktor lokal pada
menghalangi pembersihan plak. Faktor ini disebut sebagai faktor retensi plak
dan karang gigi diantara gigi dan gusi. Akan terbentuk kantong diantara gigi dan
gusi dan meluas ke bawah diantara akar gigi dan tulang di bawahnya. Kantong ini
keadaan ini terus berlanjut pada akhirnya banyak tulang rahang di dekat kantong
memiliki jumlah karang gigi yang sama. Hal ini mungkin karena plak dari
masing-masing orang tersebut mengandung jenis bakteri dan jumlah bakteri yang
berbeda serta respon tubuh yang berbeda terhadap bakteri. Beberapa keadaan
periodontitis. Menurut Eley dan Manson (2004) ada beberapa faktor lokal yaitu :
tumpatan yang berlebihan sangat sering ditemukan dan berasal dari penggunaan
17
matriks yang ceroboh dan kegagalan untuk memoles bagian tepi. Restorasi
dengan kontur yang buruk, terutama yang konturnya terlalu besar dan mahkota
atau tumpatan yang terlalu cembung dapat menghalangi penyikatan gigi yang
efektif.
2. Kavitas karies
Sisa makanan adalah baji yang kuat dari makanan terhadap gingiva di
antara gigi-geligi. Bila gigi-geligi bergerak saling menjauhi dapat terbentuk baji
Geligi tiruan aalah benda asing yang dapat menimbulkan iritasi jaringan
melalui berbagai cara. Geligi tiruan yang longgar atau geligi tiruan yang tidak
terpoles dengan baik cenderung berfunsi sebagai focus imbunan plak. Geligi
tiruan tissue borne seringkali terbenam ke dalam mukosa dan menekan tepi
semakin bertambah buruk apabila geligi tiruan tidak dibersihkan dengan baik dan
tetap dipakai selama pasien tidur. Akibat lanjut dari geligi tiruan sebagian dengan
desain yang tidak baik adalah stress oklusal yang berlebihan pada gigi-gigi
penyangga dan faktor ini bersama dengan inflamasi gingiva karena plak adalah
5. Pesawat ortodonti
inflamasi yang parah disertai dengan pembengkakan gingiva apabila tidak dapat
kebersihan mulut buruk, kebersihan gigi pun sama buruknya meskipun sudah
diperbaiki posisinya. Penyimpangan lain pada hubungan gigi dan rahang juga
dapat menimbulkan inflamasi gingiva. Pada overbite yang sangat dalam insisivus
atas dapat berkontak dengan gingiva labial bawah atau insisivus bawah berkontak
jaringan bila ada plak. Kegagalan mengganti gigi yang tanggal akan menyebabkan
antagonisnya.
Bila bibir terbuka gingiva di bagian depan mulut tidak terlumasi saliva.
Keadaan ini mempunyai dua efek yaitu aksi pembersihan normal dari saliva
berkurang sehingga timbunan plak bertambah dan dehidrasi jaringan yang akan
mengganggu resistensinya.
19
8. Merokok tembakau
Efek paling jelas dari kebiasaan merokok adalah perubahan warna gigi-
bercak putih pada perokok berat di daerah pipi dan palatum yang kadang-kadang
dapat juga ditemukan pada jaringan periodontal. Insidens gingivitis kronis dan
gingivitis ulseratif akut lebih besar pada perokok yang juga menunjukkan adanya
wanita perokok berusia 20-39 tahun dan pria perokok berusia 30-59 tahun
menunjukkan tingkatan penyakit dua kali lebih besar daripada mereka yang tidak
gingiva dan mengurangi insidens perdarahan gingiva. Oleh karena itu peningkatan
merangsang akumulasi bakteri dan tidak mungkin dibersihkan. Keadaan ini dapat
terlihat pada palatal insisivus atas. Fosakaninus pada permukaan mesial gigi
premolar pertama atas juga dapat berfungsi sebagai groove perkembangan (Eley
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Eley dan Manson (2004) bahwa
2.1.3.1. Gingivitis
lesi awal timbul 2-4 hari diikuti gingivitis tahap awal, dalam waktu 2-3 minggu
1. Lesi awal
kecil disebelah apikal dari epitelium jungtional. Pembuluh ini mulai bocor dan
inflamasi, sel plasma dan limfosit terutama limfosit T cairan jaringan dan protein
serum.
Bila deposit plak masih tetap ada, perubahan inflamasi tahap awal akan
Dalam waktu 2-3 minggu, akan terbentuk gingivitis yang lebih parah.
Perubahan mikroskopik terlihat terus berlanjut, pada tahap ini sel-sel plasma
terlihat mendominasi. Limfosit masih tetap ada dan jumlah makrofag meningkat.
21
Pada tahap ini sel mast juga dapat ditemukan. Gingiva sekarang berwarna merah,
sebuah infeksi pada jaringan gusi dengan keadaan yang ditandai dengan
timbulnya ulserasi yang cepat dan terasa sakit pada tepi gingiva dan papila
interdental. Penderita biasanya memiliki bau mulut yang tidak sedap (halitosis).
Penyebab ANUG adalah adanya infeksi bakteri yang mencakup bakteri anaerob
et al, 2012).
Gambaran klinis dari ANUG ini berupa lesi ulseratif yang sangat sakit,
nekrotik dan lesi membranous sampai ke infeksi kronis. Lesi yang khas berupa
ulserasi yang dangkal dan nekrotik yang sering timbul pada papila interdental dan
gingival marginal. Ulserasi juga dapat timbul di pipi, lidah, bibir, palatum dan
daerah faringeal. Lesi ulseratif dapat berkembang meluas dan melibatkan prosesus
secara klinis dengan melihat adanya lesi ulseratif pada mukosa rangga mulut.
Pada pemeriksaan tonsil, nodus limfe regional biasanya sedikit membesar akan
2012).
psikologi seperti stres, kecemasan dan depresi (Carranza Fermin A, et al, 2012).
bahwa 98% pasien yang mengalami gingivitis ulseratif nekrosis akut (ANUG)
2.1.3.2. Periodontitis
migrasi epitel jungsional ke arah apikal, kehilangan perlekatan tulang dan resorpsi
pembengkakan gingiva dan biasanya tidak ada rasa sakit (Eley dan Manson,
2004).
Tanda dan gejala klinis penyakit periodontal menurut Eley dan Manson
hampir normal, tidak berdarah saat penydean dan pasien tidak mengeluh tentang
pada status kebersihan mulut, apabila kebersihan mulut buruk maka inflamasi
gingiva akan timbul dan terjadi perdarahan saat penyikatan bahkan perdarahan
spontan.
2. Poket
sering terjadi pada usia muda sehingga poket sedalam 3-4 mm dapat seluruhnya
adanya periodontitis.
3. Resesi gingiva
4. Mobilitas gigi
Beberapa mobilitas gigi pada bidang labiolingual dapat terjadi pada gigi
yang sehat, berakar tungga, khususnya pada gigi insisivus bawah yang lebih
oleh penyebaran inflamasi dari gingiva ke jaringan yang terletak lebih dalam,
kerusakan jaringan selalu disertai dengan inflamasi dan trauma oklusal. Mobilitas
3 yaitu :
5. Migrasi gigi
merupakan tanda umum dari periodontitis. Posisi gigi pada keadaan sehat dapat
dipetahankan oleh keseimbangan lidah, bibir dan tekanan oklusal. Bila jaringan
penopang rusak, tekanan ini yang menentukan migrasi gigi. Gigi insisivus
bergerak paling sering ke labial namun gigi-geligi juga dapat bergerak ke segala
arah atau modot. Bila gigi sudah bermigrasi, tekanan yang mengenai gigi akan
mengubah arahnya dan meningkatkan jumlah stress dan migrasi. Bila insisivus
atas bermigrasi ke labal maka bibir bawah dapat terletak di lingual tepi insisal gigi
6. Nyeri
Salah satu tanda dari periodontitis adalah nyeri, nyeri saat gigi diperkusi
meneunjukkan adanya inflamasi aktif dari jaringan penopang yang paling akut
apabila ada pembentukan abses dimana gigi sangat sensitive terhadap sentuhan.
Sensitivitas terhadap panas dan dingin kadang ditemukan apabila ada resesi
gingiva dan terbentuknya pulpa. Salah satu tanda klinis yang umum adalah
paling penting dari periodontitis dan merupakan salah satu penyebab lepasnya
26
densitas tepi alveolar. Keadaan ini sangat jelas terlihat antara gigi-gigi posterior
dimana septum interdental yang lebar dan sehat memberikan gambaran tepi
terutama bila kersihan mulut buruk. Inflamasi akut dengan produksi nanah yang
keluar dari poket bila poket ditekan juga menyebabkan halitosis. Sumber halitosis
pocket atau saku gingival, resesi gingival, perubahan warna, kontur, konsistensi
gusi, perubahan warna pada gusi dan bau mulut atau halitosis (Irianto, 2015).
2.1.5. Klasifikasi
periodontitis. Prevalensi penyakit ini terjadi pada usia dewasa > 35 tahun akan
tetapi juga dapat terjadi pada anak-anak, jumlah kerusakan yang selalu konsisten.
Periodontitis kronis ini berjalan lambat akan tetapi lebih cepat dalam merusak
jaringan periodontal.
1) Faktor lokal. Akumulasi plak pada gigi dan gingiva pada dentogingiva junction
biasanya memberikan efek lokal pada sel dan jaringan berupa inflamasi.
terjadinya periodontitis.
Pada perokok, terdapat lebih banyak kehilangan attachment dan tulang, lebih
dengan oral hygiene yang buruk, gingiva membengkak dan warnanya antara
merah pucat hingga magenta. Hilangnya gingiva stippling dan adanya perubahan
topografi pada permukaannya seperti menjadi tumpul dan rata (cratered papila).
Kegoyangan gigi terkadang muncul pada kasus yang lanjut dengan adanya
sangat cepat. Lebih cepat dalam kehilangan perlekatan dan kehilangan tulang,
meruapakn salah satu macam dari periodontitis agresif. Periodontitis ini biasanya
terjadi pada masa pubertas. Secara klinis, karakteristik dari periodontitis agresif
lokal ini terjadi pada gigi molar pertama atau insisivus dengan menunjukkan
1) Setelah awal kolonisasi dari erupsi pertama gigi permanen (molar 1 dan
faktor lain diantaranya bakteri yang berkolonisasi di dalam poket dan awal
alveolar di sekitar gigi molar dan insisivus. Hal ini dimulai pada masa pubertas
sebagai tanda klinis dari LAP. Pada pemeriksaan radiografi juga ditemukan
kehilangan bentuk tulang alveolar pada gigi premolar 2 dan biasanya kerusakan
tahun atau lebih tua. Secara klinis, GAP memiliki karakteristik yaitu kehilngan
perlekatan secara umum pada 3 gigi permanen baik molar maupun insisivus.
Kerusakan pada GAP tampak secara episodic atau berkala serta diikuti tahap demi
31
tahap (minggu atau bulan atau tahun). Pada pemeriksaan radiografi seringkali
LAP. Dua respon jaringan gingival dapat ditemukan pada pasien GAP. Pertama
adalah adanya inflamsi jaringan akut, proliferasi, ulserasi, tampak kemerahan dan
perdarahan spontan jug adapt terjadi. Respon jaringan yang seperti ini merupakan
faktor imunologi, faktor genetic dan faktor lingkungan. Pada faktor imunologi
yang berperan dalam periodontitis adalah HLAs. Sedangkan pada faktor genetic
dimulai sekitar masa pubertas hingga 35 tahun. Ditandai dengan resorbsi tulang
alveolar yang hebat, mengenai hampir seluruh gigi. Bentuk kehilangan yang
nampaknya tidak berkaitan dengan banyaknya iritan lokal yang ada. Penyakit ini
dikaitkan dengan penyakit sistemik (seperti diabetes melitus, sindrom down, dan
penyakit-penyakit lain), tetapi dapat juga mengenai individu yang tidak memiliki
ulseratif nekrosis akut dalam jangka waktu lama, yang tidak dirawat atau
dirawat tetapi tidak tuntas. Pada tipe ini terjadi kerusakan jaringan di
muncul pada masa pubertas. Gambaran klasik ditandai dengan kehilangan tulang
vertikal yang hebat pada molar pertama tetap, dan mungkin pada insisif tetap.
Biasanya, akumulasi plak sedikit dan mungkin tidak terlihat atau hanya sedikit
inflamasi yang terjadi. Predileksi penyakit lebih banyak pada wanita dengan
perbandingan wanita:pria 3:1. Bakteri yang terlibat pada tipe ini adalah
Secara klinis NUP hampir sama dengan NUG yaitu adanya ulserasi dan
tulang. Tanda klinis dari NUP adalah adanya nekrosis atau ulserasi dari papilla
gingiva tampak kemerahan bahkan berdarah , dan halitosis. Pada penderita NUP
ini dapat terjadi keparahan apabila kebersihan mulut buruk, merokok, stres
ditegakkan ketika kondisi penyakit sistemik sebagai faktor yang paling berperan
faktor lokal akan tetapi didukung dengan adanya kondisi diabetes militus, HIV
2.1.6. Pathogenesis
34
neutrofil ini diikuti oleh pelepasan sitokin dan makrofag. Bahan kimia mediator
dental yang terjadi merupakan suatu biofilm microbial di mana bakteri patogen
hidup bersama dan berinteraksi dalam suatu lingkungan yang tertutup matriks.
dalam bentuk vesikel-vesikel membran luar. Produk kuman ini menyerang dan
masuk ke dalam jaringan dan berkontak dengan berbagai sel pejamu termasuk
yang mengikatkan gigi-geligi pada tulang alveolar serta perusakan dari bagian
tulang alveolar itu sendiri. Sekali telah terjadi, periodontitis berjalan perlahan-
lahan secara progresif dan bersifat destruktif dengan periode eksaserbasi dan
remisi. Akibat dari kelainan ini gigi dapat tanggal dan dalam bentuknya yang
destruktif dan juga dipengaruhi oleh pola hidup, lingkungandan faktor genetik
gigi) jugaterdapat aliran cairan sulkus gingiva yang lebih konstan pada poket
yang dalam dari pada poket yang diangkat (Eley dan Manson, 2004).
2.1.7. Diagnosis
penyakit periodontitis dapat dilihat dengan adanya poket atau tidak, jika terdapat
periodontitis. Selain itu, jika pasien mempunyai 3 poket dan memiliki kedalaman
1) Tahap I : Gingivitis
38
(1) Pada pemeriksaan mulut dan gigi, gusi tampak bengkak dan berwarna
merah keunguan.
(2) Akan tampak endapan plak atau karang di dasar gigi disertai kantong yang
melebar di gusi.
(3) Dokter gigi akan mengukur kedalaman kantong dalam gusi dengan suatu
alat tipis dan dilakukan rontgen gigi untuk mengetahui jumlah tulang yang
keropos.
(4) Semakin banyak tulang yang keropos maka gigi akan lepas dan berubah
posisinya.
(6) Periodontitis biasanya tidak menimbulkan nyeri kecuali jika gigi sangat
penyangga gigi yang disebabkan oleh bakteri, terutama bakteri Gram negatif,
39
mikroorganisme yang berkoloni di permukaan gigi, yaitu plak bakteri dan produk-
plak bakteri dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan periodontal. Selain itu,
adalah kehamilan.
merupakan kelompok bakteri yang sering ditemukan dengan jumlah yang tinggi
kelahiran yang merugikan seperti kelahiran prematur lebih disebabkan oleh karena
proses inflamasi yang melalui plasenta yang berasal dari rongga mulut.
sampai berat memiliki risiko untuk melahirkan sebelum waktunya 7 kali lebih
40
tinggi dibanding ibu hamil dengan keadaan jaringan periodontal yang sehat. Pada
penelitian yang dilakukan terhadap 850 ibu hamil sebelum dan sesudah
kelahiran prematur.
dilatasi serviks dan kontraksi uterus. Proses perpindahan bakteri yang dapat
Bakterimia seringkali terjadi pada orang dengan kondisi periodontal yang tidak
sehat, yaitu adanya perdarahan pada gingiva baik secara spontan maupun pada
saat menyikat gigi. Perdarahan pada gingiva dapat memicu terjadinya bakterimia
dan selanjutnya peradangan akan melalui sistem peredaran darah masuk melalui
plasenta.
oleh bakteri akan menyebar ke dalam rongga rahim. Bakteri dan produknya akan
menyebabkan kontraksi otot rahim dan dilatasi serviks sehingga bakteri yang
41
masuk lebih banyak dan terus berlanjut proses kerusakannya. Peradangan pada
modulator imun seperti PGE2 dan TNFα yang dibutuhkan pada waktu kelahiran
karena sistem dalam tubuh mengira sudah waktu melahirkan oleh karena adanya
pelepasan PGE2 dan TNFα. Selain itu, bakteri Gram negatif juga dapat
kehamilan. Padahal dalam keadaan normal, hormon saat kehamilan dan aktivitas
kontraksi rahim, dan pengiriman nutrisi ke janin. Akibatnya, hal tersebut bisa
kelahiran premature.
periodontal berperan sebagai faktor risiko kelahiran prematur dan berat badan
lahir rendah. Dalam hal ini perpindahan produk bakteri yaitu lipopolisakarida dan
penyakit periodontal pada ibu hamil merupakan faktor risiko terhadap bayi
dengan berat lahir rendah. Namun, menurut systematic review yang dilakukan
Vett ore dkk, walaupun banyak penelitian yang menemukan hubungan yang
positif antara penyakit periodontal dengan adverseevents pada ibu hamil seperti
sendiri, seperti stres, kondisi sistemik, dan trauma semasa kehamilan, sehingga
mungkin saja adanya faktor lain diluar kondisi mulut yang buruk dari ibu hamil
yang mempengaruhi.
tersumbatnya pembuluh darah oleh sel lemak atau kolesterol yang seringkali
disebut dengan istilah plak. Dengan berjalannya waktu, pembuluh darah dapat
maju dan merupakan sebab kematian yang utama. Sejumlah besar penderita tidak
adalah (i) invasi langsung pada dinding pembuluh darah sehingga menimbulkan
sel busa (foam cells); (iii) kemiripan bentuk (mimicry) molekuler dari heat shock
pejamu terhadap infeksi. Lipid merupakan bagian dari pertahanan pejamu (host
Peristiwa ini ditengahi (mediated) oleh sitokin, seperti faktor nekrosis tumor
mengandung plak dental sampai sebanyak 200 mg yang terdiri dari sejumlah
Sebagai tambahan, lipopolisakarida dari plak dental dapat menembus gingiva dan
metabolisme lipid yang terjadi melalui peningkatan sitokin yang beredar di dalam
koagulasi terkait dengan aterosklerosis. Sitokin yang berasal dari monosit, seperti
misalnya TNF-α dan interleukin 1, 6, dan 8, mempunyai efek yang kuat terhadap
Abnormalitas lipid yang biasanya berkaitan dengan infeksi pada manusia dan
hewan percobaan, meskipun tidak harus berlaku pada infeksi periodontal, meliputi
peningkatan dari kadar VLDL dan menurunnya kadar kolesterol high density
45
plasma dan faktor-faktor lain, namun tidak banyak studi yang melaporkan adanya
periodontitis.
dijumpai di seluruh dunia, dan hubungan antara keduanya secara potensial penting
sekali. Laporan mengenai hubungan positif antara PJK dan penyakit periodontal
kadar monosit beredar (circulating monocytes) dan CRP yang tinggi dan HDL-
dari Buhlin dkk, ini menunjukkan bahwa periodontitis yang dulu dianggap suatu
serupa dengan hasil yang dilaporkan oleh lain-lain peneliti. Melalui studinya
cara yang penting dan praktis pada studi besar oleh karena lebih mudah dilakukan
(blind) dan independen. Hasil yang didapat melalui foto radiografis ini merupakan
gambaran “efek akumulasi” dari periodontitis dan cara ini adalah yang paling baik
lain dalam hubungan antara parameter kesehatan gigi-geligi dan PJK adalah
hilangnya gigi-geligi secara total (total tooth loss) (yang umumnya diakibatkan
oleh penyakit periodontal dan karies gigi) juga berhubungan dengan beberapa
pertanda dari inflamasi dan hemostasis (termasuk CRP). Oleh karena hilangnya
periodontal). Oleh karena itu, hubungan antara hilangnya gigi-geligi dan PJK
adanya hubungan yang cukup bermakna antara berbagai parameter kesehatan gigi
Index adalah parameter yang dikemukakan oleh Mattila dkk pertama kali pada
dengan infark miokard akut dan membandingkannya dengan kontrol. Infeksi oral
dari kedua kelompok (kasus dan kontrol) dinilai dengan melihat adanya karies
menunjukkan bahwa pada kelompok kasus dijumpai lebih banyak keadaan gigi
geligi yang sangat buruk dibanding kelompok kontrol. Analisis regresi logistik
lebih lanjut menyimpulkan bahwa kesehatan gigi yang buruk dan infark miokard
menunjukkan hubungan atau asosiasi dengan odds ratio (OR) sebesar 1.3. Artinya
subyek dengan kesehatan gigi buruk mempunyai risiko 1,3 kali lebih besar untuk
gigi baik. Menyusul TDI yang dikemukakan oleh Mattila dkk, Janket dkk
berbagai lesi oral serbagai dasar pernilaian adalah prediktor yang signifikan untuk
dan menggabungkannya dengan beberapa lesi oral, sistem tersebut dapat menjadi
48
diformulasikan oleh Mattila dkk. Janket dkk menyimpulkan bahwa hasil dari
dental health score, semakin kuat hubungannya dengan PJK, sehingga benar-
terhadap PJK.
Menurut Lavelle, tidak cukup bukti kuat yang medukung konsep tersebut.
Misalnya, deposisi plak ateromatosa pada pembuluh darah koroner dapat pula
infeksi periodontal tidak dapat mencegah atau mengubah prevalensi PJK. Dengan
kata lain: risiko PJK tidak menjadi menurun pada kelompok individu yang tanpa
mendukung adanya hubungan antara infeksi periodontal dengan PJK. Selain itu,
Hujoel dkk juga menyimpulkan bahwa besar atau jumlah sampel pada banyak
yang sama untuk PJK, misalnya, infark miokard fatal dan nonfatal serta
2.1.9.1. Umur
Seiring dengan pertambahan usia, gigi geligi menjadi memanjang hal ini
pada jaringan ikat periodontal. Pada penelitian Lebukan (2013) juga menunjukkan
bahwa pada gigi geligi yang memanjang sangat berpotensi mengalami kerusakan.
disebabkan cara menyikat gigi dan kerusakan dari faktor iatrogenik yang
disebabkan oleh restorasi yang kurang baik atau perawatan scaling dan root
Aljehani (2014) menyebutkan bahwa ada hubungan antara umur dengan kejadian
adalah umur 25 tahun ke atas. Artinya bahwa semakin bertambahnya umur maka
periodontitis sebesar 53,0% lebih besar dibandingakan dengan umur 18-44 tahun
dengan proporsi sebesar 33,3%. Selain itu, pada penelitian ini juga dijelaskan
50
bahwa umur 45-65 tahun berhubungan dengan kejadian periodontitis dengan nilai
p sebesar 0,005 dan nilai OR sebesar 1,7. Artinya bahwa subjek dengan umur 45-
65 tahun berisiko 1,7 kali mengalami periodontitis dibandingkan dengan umur 18-
44 tahun.
perempuan. Demikian dengan kedalaman poket sebesar atau lebih dari 4,0 mm
lebih tinggi pada laki-laki yaitu 11,5 % dibandingkan dengan perempuan sekitar
9,8 %. Kehilangan perlekatan sebanyak 2,5 mm lebih tinggi terjadinya pada laki-
2.1.9.3. Pengetahuan
bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
timbulnya penyakit. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap
positif lebih langgeng. Sebaliknya apabila perilaku tidak didasari pengetahuan dan
jaringan periodontal dengan nilai p sebesar 0,001. Dari hasil analisis regresi
berganda diperoleh koefisien determinasi (R2) sebesar 0,294, hal ini menunjukkan
melekat erat pada permukaan gigi dan gingiva bila seseorang mengabaikan
kebersihan mulut. Berdasarkan letak huniannya, plak dibagi atas supra gingival
yang berada disekitar tepi gingival dan plak sub-gingiva yang berada apikal dari
dasar gingival. Bakteri yang terkandung dalam plak di daerah sulkus gingiva
berhubungan dengan plak bakteri dan telah terbukti bahwa plak bakteri bersifat
jalan :
terjadinya gingivitis, akan tetapi masih banyak faktor lain sebagai penyebabnya
52
2.1.9.4.2. Kalkulus
Kalkulus terdiri dari plak bakteri dan merupakan suatu massa yang
karena penumpukan sisa makanan yang berlebihan) dan lebih banyak terjadi pada
tidak langsung.
kalkulus yang melekat pada permukaan mahkota gigi mulai dari puncak gingival
margin dan dapat dilihat. Kalkulus ini berwarna putih kekuning-kuningan atau
bahkan kecoklat-coklatan. Konsistensi kalkulus ini seperti batu tanah liat dan
tidak hanya dipengaruhi oleh jumlah plak di dalam mulut,tetapi juga dipengaruhi
oleh saliva.
gingival margin, biasanya pada daerah saku gusi dan tidak dapat terlihat pada
probing dengan eksplorer, biasanya padat dan keras, warnanya coklat tua atau
53
hijau kehitam-hitaman, konsistensinya seperti kepala korek api dan melekat erat
ke permukaan gigi.
p sebesar 0,00. Penelitian ini dilakukan dengan studi kasus kontrol dengan nilai
OR sebesar 13,22 artinya orang yang tidak membersihkan kalkulus berisiko 13,22
2014).
keadaan awal yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit periodontal. Gigi yang
berjejal atau miring merupakan tempat penumpukan sisa makanan dan juga
tempat terbentuknya plak, sedangkan gigi dengan oklusi yang baik akan lebih
(3) inflamasi gingiva dengan perdarahan dan daerah yang terlibat sering
berbau
terhadap perkusi
54
oklusi dapat menjadi faktor yang menentukan besar dan bentuk dari kelainan
Penelitian yang dilakukan oleh Harrel dkk (2006) dalam Tulak, ingin
melihat apakah terdapat hubungan antara oklusi dan kerusakan periodontal. Para
percobaan, ditemukan bahwa gigi yang tidak dirawat oklusal diskrepasinya dan
poket lebih signifikan dibandingkan dengan gigi yang tidak memiliki riwayat
oklusal diskrepansi. Kesimpulan dari penelitian ini ialah trauma oklusi merupakan
mengkorelasikan kualitas dan kuantitas dari trauma oklusi sekunder dengan luas
periodontitis.
deep bite. Pada kasus ini seorang laki-laki berusia 26 tahun dengan kesehatan
bukal gigi 11. Pada laporan kasusnya didapatkan peningkatan tekanan oklusal
akibat traumatic deep overbite dan menyebabkan lesi periodontal gabungan yang
terdiri dari dehisensi dan cacat lateral periradikuler dari gigi insisivus sentralis
kanan rahang atas. Maloklusi dan posisi gigi abnormal sekarang diakui sebagai
kronis dan faktor risiko periodontitis agresif. Berikut merupakan faktor risiko dari
periodontitis kronis antara lain riwayat penyakit periodontitis, faktor lokal berupa
akumulasi plak bakteri pada gigi dan kalkulus, faktor sistemik (diabetes dan HIV),
faktor genetik dan faktor lingkungan berupa merokok karena sangat berpengaruh
peningkatan kadar gula darah akibat kekurangan sekresi insulin, atau fungsi
insulin yang adekuat, atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan
Indonesia) pada tahun 2006, seseorang dikatakan menderita diabetes jika memiliki
kadar gula darah puasa >126 mg/dL dan pada waktu 2 jam selepas makan
(postprandial) >200 mg/dL. Kadar gula darah bervariasi pada setiap individu
setiap hari dimana kandungan gula darah akan meningkat jumlahnya setelah
individu tersebut makan dan akan kembali normal dalam waktu 2 jam setelah
makan. Pada keadaan normal, lebih kurang 50% glukosa dari makanan yang
dan air, 10% menjadi glikogen dan 20% sampai 40% diubah menjadi lemak.
terganggu. Keadaan ini menyebabkan sebagian besar glukosa tetap berada dalam
Ginjal tidak dapat menahan hiperglikemi ini, karena ambang batas untuk
gula darah adalah 180 mg% di dalam tubuh sehingga, bila terjadi hiperglikemi
maka ginjal tidak dapat menyaring dan mengabsorbsi sejumlah glukosa dalam
darah. Ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar
apabila konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, akibatnya glukosa tersebut
penurunan aliran saliva dan pembesaran glandula saliva. Beberapa komplikasi ini
kondisi penurunan aliran saliva yang dapat memicu burning mouth syndrome
(BMS) dan karies, dan dapat juga mengakibatkan perkembangan bakteri patogen
pada sekresi saliva, terutama pada penderita diabetes tak terkontrol, sedangkan
pada penderita yang terkontrol hal tersebut kurang terjadi karena asupan
Inflamasi gingiva, meskipun dengan kadar plak yang rendah, lebih berisiko pada
Deposisi AGE pada dinding kapiler gingiva, kolagen ligamen periodontal dan
penyakit periodontal pada penderita diabetes mellitus (Eley dan Manson, 2004).
penderita diabetes melitus dengan tingkat prevalensi yang tinggi hingga mencapai
periodontitis lebih besar dibandingkan dengan yang tidak menderita DM. Hal ini
neutrofil, sintesis kolagen, faktor mikrobiotik, dan predisposisi genetic (Eley dan
Manson, 2004).
periodonsium. Terdapat beberapa hal yang terjadi pada pasien diabetes sehingga
cairan sulkus gingiva dan darah pada penderita diabetes dapat mengubah
diabetes rentan terhadap terjadinya infeksi. Hal ini terjadi sebagai akibat dari
adherence, dan defek fagositosis. Pada penderita diabetes yang tidak terkontrol
terjadi pula gangguan pada fungsi PMN dan monocytes / macrophage yang
pada metabolisme kolagen. Pada pasien dengan diabetes yang tidak terkontrol dan
2012).
prevalensi periodontitis dari tahun 2009 sampai 2010 mencapai 47%. Pada studi
0,001 dan nilai OR = 79,33. Hal itu dapat disimpulkan bahwa penderita diabetes
2.1.9.5.2. Kehamilan
terjadi beberapa perubahan baik secara fisik maupun fisiologis. Perubahan yang
mulut, dan jika wanita hamil mengalami mual dan muntah maka dapat
mengakibatkan paparan asam lambung pada gigi dan gingiva. Hal ini dapat
Selain itu, adanya perubahan pola makan dan kebiasaan tidak menjaga
kebersihan gigi dan mulut pada sebagian ibu hamil dapat meningkatkan risiko
62
kondisi kehamilannya. Risiko periodontitis akan semakin besar dan parah apabila
meningkat selama masa kehamilan. Bakteri yang meningkat drastis selama masa
kadar estrogen dan progesteron di dalam tubuh. Selain itu terdapat penurunan sel
limfosit-T yang matang yang merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
makrofag dan sel NK, dimana sel-sel tersebut berperan menyerang dan
semakin meningkat.
bahwa ada hubngan antara kehamilan dengan kejadian periodontitis. Dari hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa nilai POR= 8,6 artinya orang yang sedang
hamil memiliki risiko terkena periodontitis sebesar 8,6 kali dibandingkan dengan
2.1.9.5.3. Obesitas
tubuh yang dapat menimbulkan risiko bagi kesehatan. Dalam penelitian Aljehani
asupan kalsium karena mereka sering mengkonsumsi minuman ringan yang tidak
badan normal orang dewasa ditentukan dengan berdasarkan nilai Body Mass Index
(BMI). Di Indonesia istilah BMI diartikan menjadi Indeks Massa Tubuh (IMT).
IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa
tahun. Batas ambang IMT yang diterapkan di Indonesia adalah sebagai berikut :
Kategori IMT
tingkat berat
Kurus
Kekurangan berat badan 17,0 – 18,5
tingkat ringan
tingkat ringan
Gemuk
Kelebihan berat badan > 27,0
tingkat berat
Dewasa)
adanya hubungan antara BMI dengan kejadian periodontitis dengan nilai p sebesar
0,005.
pembentukan sel busa, migrasi dan proliferasi miosit, deposit matriks ekstrasel,
atau difus, bermanifestasi akut maupun kronis, serta menimbulkan penebalan dan
virus dan bakteri, faktor imunitas dan faktor mekanis), dan atau interaksi berbagai
arteri di jantung, otak, tangan, kaki, dan panggul. Akibatnya, penyakit yang
p=0,02.
2.1.9.5.5. Osteoporosis
pengeroposan tulang yang biasa terjadi pada usia menopause. Banyak penelitian
yang menyebutkan bahwa ada hubungan antara osteoporosis tulang dan tulang
gigi yang melibatkan tulang rahang dan mandibula. Menurut penelitian Taguchi et
wanta pascamenopause.
klinis.
2.1.9.6. Perilaku
tindakan yang berkaitan dengan konsep sehat dan sakit gigi serta upaya
adalah faktor kesadaran dan perilaku pemeliharaan hygiene mulut secara personal
pihak individu untuk menjaga kebersihan mulut. Pendapat atau sikap masyarakat
tentang periodontitis atau peradangan jaringan penyangga gigi dapat dilihat dari
melakukan penyikatan gigi tetapi belum sesuai dengan prosedur yang benar,
67
misalnya dalam menyikat gigi biasanya pada saat bersamaan dengan mandi adalah
waktu yang salah seharusnya pagi setelah makan dan malam sebelum tidur dan
caranya yang masih salah yaitu dengan gerakan yang asal menyikat sehingga
tidak menjangkau tempat atau posisi gigi yang sulit di sikat. Perilaku
membersihkan gigi antara lain cara, frekuensi, waktu alat dan bahan menyikat
gigi. Perilaku menyikat gigi yang baik tentu dapat mengendalikan salah satu
faktor dalam proses terjadinya karies dan penyakit periodontal yaitu akumulasi
hubungan antara perilaku menyikat gigi yang kurang baik dengan nilai p sebesar
0,024. Penelitian ini dilakukan dengan studi kasus kontrol dimana nilai OR dalam
penelitian ini sebesar 24,9. Nilai tersebut menunjukkan bahwa perilaku menyikat
gigi yang kurang baik mempunyai risiko 24,9 kali menderita periodontitis
dibandingkan dengan perilaku menyikat gigi yang baik (Ababneh el al, 2012).
nilai p sebesar 0,026 dan nilai OR sebesar 1,698. Artinya bahwa subjek dengan
kebiasaan menyikat gigi yang kurang baik berisiko 1,698 kali terkena
baik.
2.1.9.6.2. Scaling
minimal 1 tahun sekali agar karang yang telah menumpuk pada gigi tidak
68
nantinya akan menyebabkan penyakit pada gigi dan gusi. Scaling atau
pembersihan karang gigi merupakan hal yang paling penting dilakukan oleh
orang-orang yang terutama jumlah karang giginya banyak. Namun bukan berarti
orang yang memiliki karang gigi sedikit tidak melakukan scaling (Forrest, 1991).
0,00 dan nilai OR sebesar 13,22 artinya bahwa orang yang tidak melakukan
teratur ke dokter gigi setiap 4-6 bulan sekali untuk memeriksakan kesehatan gigi
dan mulut. Kunjungan dokter gigi dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit
2.1.9.7.1. Merokok
periodontal. Individu yang merokok dua sampai enam kali atau 14 lebih memiliki
berhubungan dengan penyakit periodontal terkait pada dosis. Jika jumlah tahun
terpapar tembakau dan jumlah rokok yang dihisap meningkat setiap hari, maka
dengan resesi gingiva dan kerusakan periodontal di lokasi gigi yang bersentuhan
pendukung gigi, dan pra kanker gingiva. Risiko penyakit periodontal dalam
jangka panjang pada perokok sama dengan kanker paru-paru, dan merokok
yang dilakukan oleh Syahli (2015), jika definisi periodontitis dipakai lebih dalam
menunjukkan nilai odds-ratio yang lebih tinggi (> 6-7); nilai odds-ratio yang lebih
rongga mulut setelah periodontal scaling, bedah periodontal atau luka bekas
kemampuan fagosit dari sel PMN pada rongga mulut. Aliran darah dan cairan
sulkus gingiva berkurang serta penurunan komponen imun seluler dan humoral
Terdapat peningkatan yang signifikan pada proporsi bakteri gram positif dan gram
dengan nilai p sebesar 0,035. Sedangkan nilai OR pada penelitian ini sebesar 1,39
artinya bahwa orang yang merokok berisiko 1,39 kali lebih besar terkena
2014).
Berdasarkan penelitian Tomar dan Asma (2000) dalam Van Dyke dan
Dave (2005) menunjukkan bahwa ada hubungan antara merokok dengan kejadian
periodontitis dan nilai OR sebesar 3,97 yang artinya bahwa orang yang merokok
berisiko 3,97 kali terkena periodontitis dibandingkan dengan orang yang tidak
2.1.9.7.2. Stres
yang kuat baik fisiologis dan psikologis yang menyebabkan respon fisiologis
dalam tubuh seseorang. Oleh karena itu, stres yang dapat digambarkan sebagai
proses komponen fisiologis dan psikologis. Definisi psikologis dari stres dapat
dilihat dari cara seorang merespon stres terhadap sejumlah faktor termasuk
tingkat dukungan sosial dan faktor gaya hidup lainnya. Stresor adalah stimulus,
situasi dengan potensi yang menyebabkan reaksi stres. Efek potensial respon stres
71
yang dapat diobservasi atau diukur termasuk kecemasan, depresi, kognisi yang
terganggu dan kepercayaan diri yang terganggu. Definisi stres bervariasi dalam
fisiologis stres dapat menyebabkan deregulasi sistem imun yang dimediasi oleh
HPA axis dan sympathetic adrenal medullary axis. Sebagai respon terhadap
berbagai stimulasi stres terjadi inisiasi sekuens kejadian. Aktivasi HPA axis oleh
mengurangi kemampuan imun dengan menghambat IgA dan IgG serta fungsi
kemampuan untuk mencegah invasi bakteri pada jaringan ikat. Sebagai tambahan
imun sehingga destruksi inflamasi terjadi terus menerus pada jaringan periodontal.
72
perlekatan klinis. Selain itu juga disebutkan bahwa ada perbedaan antara efek
stres akut dan stres kronis. Stres kronis diyakini berhubungan dengan kadar
kortisol yang lebih rendah pada pagi hari dan memiliki siklus diurnal yang rata.
perubahan pro inflamatori yang menuju pada kerusakan jaringan parah dan
dengan nilai p sebesar 0,014 (p=0,014) dan nilai OR sebesar 33,0 yang artinya
bahwa orang yang mengalami stres berisiko 33,0 kali terkena periodontitis
dibandingan dengan orang yang tidak mengalami stres (Stoykova et al, 2014).
2.1.10.1.Pengobatan
yang dapat membuang seluruh karang gigi dan permukaan akar gigi yang sakit.
gigi dan bakteri dari permukaan gigi atau bagian bawah gusi. Untuk kantong yang
73
pembedahan.
antibiotik untuk membunuh bakteri yang berada dalam jaringan tersebut. Abses
pembedahan timbul luka di mulut maka diberikan obat kumur klorheksidin selama
1 menit 2 kali per hari untuk menggantikan gosok gigi dan pemakaian benang gigi
(Irianto, 2015).
2.1.10.2. Pencegahan
Umur
Pengetahuan
Faktor Perilaku
Scaling
Stres
Kunjungan rutin ke
dokter gigi
Gingivitis Obesitas
Osteoporosis
Periodontitis
Gambar 2.5. Kerangka Teori (Sumber : Reddy, Syamala. Prasad. 2011. Host Modulation In
Periodontics. Review artikel Penelitian Kesehatan Pusat Bengaluru, India. dan Carranza,
Fermin A. 2012. Carranza’sClinicalPeriodontology. Jakarta: EGC.)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Variabel Bebas
Jenis Kelamin
Umur Responden
Variabel Terikat
Pengetahuan Responden
Kejadian
Perilaku Menyikat Gigi
Periodontitis
Diabetes Militus
Kunjungan rutin ke dokter
gigi
Riwayat Scaling Responden
Obesitas
Variabel Perancu
Gingivitis Ulseratif
Nekrosis Akut
variabel yang tidak diteliti atau tidak masuk ke dalam kerangka konsep antara lain
diteliti karena jenis penelitian ini menggunakan desain cross sectional, jadi
ditakutkan proporsi responden penelitian ini tidak seimbang antara jenis kelamin
75
76
untuk variabel stres, penyakit jantung dan osteoporosis tidak diteliti karena ketiga
variabel dalam penelitian ini terdiri atas variabel bebas dan variabel terikat dengan
timbulnya variabel terikat. Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah faktor-
variabel bebas atau sebagai akibat dari variabel bebas. Dalam penelitian ini
kawat gigi. Cara pengendalian variabel perancu ini dengan meretriksi sampel atau
membatasi sampel penelitian. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah
77
Gingivitis (ANUG)
3.3. Hipotesis
Kabupaten Magelang
I Kabupaten Magelang
I Kabupaten Magelang
Kabupaten Magelang
yang digunakan adalah dengan metode survei melalui pendekatan cross sectional.
secara kuantitatif.
3.6.1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien yang berobat ke Poli
3.6.2. Sampel
3.6.2.1.Rumus Sampel
(P1-P2)2
Keterangan :
n : besar sampel
(P1-P2)2
(0,57-0,35)2
n= {1,96√0,92(0,54)+0,84√0,57(0,43) + 0,35(0,65))}2
(0,22)2
n= {1,96√0,4968+0,84√0,4726}2
(0,048)
n= {(1,96x0,7) + (0,84x0,69)}2
(0,048)
n= {1,37 + 0,58}2
(0,048)
n= 3,8/0,048
n= 79,17 orang
n= 80 orang
3.6.2.2.Kriteria Sampel
1. Menderita ANUG
non random dimana peneliti melakukan pendekatan terhadap masalah dengan cara
Data yang diambil langsung dari sumber data. Pengumpulan data primer
penelitian.
Magelang, dan data dari Puskesmas Salaman I serta catatan Rekam Medis
responden penelitian.
83
3.8.1.1.Kuesioner
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang hal pribadi atau
mengukur apa yang seharusnya diukur sesui dengan yang dimaksud oleh peneliti.
Untuk mengetahui instrumen yang valid dan sahih, maka kuesioner diuji
apabila korelasi tiap butir memiliki nilai positif dan nilai r hitung > r tabel
𝑛(∑𝑥𝑦)− (∑𝑥∑𝑦)
𝑟 = √{𝑛∑𝑥2−(∑𝑥)2}{𝑛∑𝑦2−(∑𝑦)2}
Keterangan :
n = jumlah responden
pengujian setiap item lebih dari r tabel (r hitung > r tabel). Pengujian validitas
berikut :
1. Jika r hasil positif serta hasil r hitung > r tabel, maka butir atau variabel
tersebut valid
2. Jika r hasil negatif serta hasil r hitung < r tabel, maka butir atau variabel
2=28. Pada tingkat kemaknaan 5% didapatkan angka r tabel = 0,361. Dari hasil uji
tidak valid yaitu p39 karena nilai r hitung < r tabel (0,003 < 0,361). Untuk itu,
pertanyaan pada p39 dihilangkan agar pertanyaan dalam kuesioner menjadi valid.
tabel dan analisis data dicari varian tiap item kemudian dijumlahkan menjadi
varian total. Dinyatakan reliabel jika r alpha positif > r tabel (Notoatmodjo,
2010). Uji reliabilitas instrumen untuk pertanyaan yang valid diuji dengan rumus
85
alpha cronbach dengan bantuan aplikasi SPSS. Rumus yang digunakan adalah :
𝑘 ∑𝑎2
𝑟11 = (𝑘−1) ( 𝑎2𝑡 )
Keterangan :
hasil yaitu nilai alpha yang terletak diakhir output. Jika r alpha > r tabel, maka
3.8.4.1.Wawancara
rekam medis responden. Catatan rekam medis adalah lembar yang berisi identitas
yang ditulis oleh dokter dan dijamin kerahasiaannya dan digunakan untuk
86
kepentingan dokter atau pasien. Catatan rekam medis ini dapat membantu peneliti
3.8.4.3.Dokumentasi
penelitian serta data tentang identitas dan catatan rekam medis responden.
oleh peneliti.
lembar kuesioner.
3. Entri yaitu kegiatan memasukkan data yang telah ada dalam komputer.
4. Tabulating yaitu pengelompokan data ke dalam suatu data menurut sifat yang
hubungan dengan variabel terikat. Uji hipotesis yang dilakukan adalah uji Chi
Square.
dengan uji regresi logistik. Uji regresi logistik ini digunakan untuk mengetahui
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah pasien yang berobat ke poli
besar sampel minimal, jumlah sampel yang didapatkan adalah 90 orang. Data
primer diperoleh dengan cara melakukan wawancara terstruktur pada pasien yang
penelitian. Distribusi responden menurut tempat tinggal dapat dilihat pada tabel
4.1 berikut :
88
89
orang (2,2%). Dilihat dari hasil distribusi menurut tempat tinggal responden
sebagian besar bertempat tinggal di Menoreh yaitu 18 orang (20,0%) dan paling
tingkat pendidikan terakhir SMP sebanyak 28 orang (31,1%), sama halnya pada
(2,2%). Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagain besar responden
(34,4%) dan tingkat pendidikan terakhir paling sedikit yaitu D3 yaitu sebanyak 1
orang (1,1%).
bekerja sebagai ibu rumah tangga sebanyak 21 orang (23,3%), responden yang
bekerja sebagai buruh tani sebanyak 17 orang (18,9%), responden yang bekerja
sebanyak 3 orang (3,3%). Dilihat dari hasil tersebut menunjukkan bahwa sebagian
umur 18-44 tahun dan umur 45-65 tahun. Distribusi hasil penelitian mengenai
(Tabel 4.4)
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa responden dengan umur 18-
4.5)
92
4.2.1.3 Obesitas
indeks masa tubuh normal sebanyak 65 orang (72,2%) dan responden dengan
4.7)
93
kategori baik dan buruk. Distribusi hasil penelitian mengenai perilaku menyikat
(Tabel 4.8)
(57,8%) dan responden yang mempunyai perilaku menyikat gigi baik sebanyak 38
orang (42,2%). Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak responden yang
kategori rutin dan tidak rutin. Distribusi hasil penelitian mengenai kunjungan
94
tidak rutin melakukan kunjungan dokter gigi tiap 4-6 bulan sekali sebanyak 48
orang (53,3%) dan responden yang rutin melakukan kunjungan dokter gigi tiap 4-
6 bulan sekali sebanyak 42 orang (46,7%). Dari hasil tersebut dapat diketahui
bahwa masih banyak responden yang tidak rutin melakukan kunjungan ke dokter
gigi.
4.2.1.7 Scaling
(53,3%) dan responden yang melakukan scaling dalam waktu 1 tahun terakhir
95
sebanyak 42 orang (46,7%). Dilihat dari hasil diketahui bahwa masih banyak
ya diabetes militus dan tidak diabetes militus. Distribusi hasil penelitian mengenai
4.2.1.9 Merokok
sebanyak 26 orang (28,9%) dan responden yang tidak merokok sebanyak 64 orang
(71,1%).
4.2.1.10 Periodontitis
4.13)
bebas dan variabel terikat. Analisis bivariat juga merupakan salah satu langkah
untuk melakukan seleksi terhadap variabel yang akan masuk ke dalam analisis
ditunjukkan dengan nilai p < α (0,05), nilai PR > 1 dan nilai 95% CI tidak
mencakup angka 1.
97
orang (34,0%) menderita penyakit periodontitis yang terdiri dari 18 orang (11,0%)
dengan umur 45-65 tahun dan 16 orang (23,0%) dengan umur 18-44 tahun. Dari
hasil uji Chi-Square, diperoleh p value sebesar 0,002 karena p value < 0,05
sehingga Ho ditolak. Hal ini berarti dapat diketahui bahwa ada hubungan antara
(PR>1) dengan 95% CI= 1,424-3,933. Hal ini menunjukkan bahwa responden
dengan golongan umur 45-65 tahun berisiko 2,366 kali lebih besar menderita
kelamin laki-laki sebanyak 16 orang (14,4%) dan responden dengan jenis kelamin
value sebesar 0,6142 karena p value < 0,05 sehingga Ho diterima. Hal ini
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin responden dengan
perhitungan risk estimate didapatkan PR 1,216 (PR>1) dengan 95% CI= 0,718-
2,062. Hal ini menunjukkan bahwa jenis kelamin merupakan faktor protektif dari
orang (34,0%) menderita periodontitis yang terdiri dari responden dengan obesitas
sebanyak 9 orang (9,4%) dan responden dengan IMT normal sebanyak 25 orang
(24,6%). Dari hasil uji Chi-Square, diperoleh p value sebesar 1,00 karena p value
< 0,05 sehingga Ho diterima. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
95% CI= 0,510-1,716. Hal ini menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor
pengetahuan baik sebanyak 4 orang (8,7%). Dari hasil uji Chi-Square, diperoleh p
value sebesar 0,037 karena p value < 0,05 sehingga Ho ditolak. Hal ini
perhitungan risk estimate didapatkan PR 2,575 (PR>1) dengan 95% CI= 1,1016-
6,522. Hal ini menunjukkan bahwa responden dengan tingkat pengetahuan buruk
perilaku menyikat gigi yang buruk sebanyak 25 orang (19,6%) dan responden
dengan perilaku menyikat gigi yang baik sebanyak 9 orang (14,4%). Dari hasil uji
Chi-Square, diperoleh p value sebesar 0,033 karena p value > 0,05 sehingga Ho
ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara perilaku menyikat gigi
Pada perhitungan risk estimate didapatkan PR 2,030 (PR>1) dengan 95% CI=
gigi yang buruk berisiko 2,030 kali lebih besar menderita periodontitis
kunjungan ke dokter gigi tidak rutin sebanyak 25 orang (18,1%) dan responden
dengan kunjungan ke dokter gigi rutin sebanyak 9 orang (15,9%). Dari hasil uji
Chi-Square, diperoleh p value sebesar 0,006 karena p value < 0,05 sehingga Ho
ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara kunjungan ke dokter
Pada perhitungan risk estimate didapatkan PR 2,431 (PR>1) dengan 95% CI=
secara tidak rutin berisiko 2,431 kali lebih besar menderita periodontitis
rutin.
103
melakukan scaling dalam waktu 1 tahun terakhir sebanyak 24 orang (18,1%) dan
responden yang rutin melakukan scaling dalam waktu 1 tahun terakhir sebanyak
10 orang (15,1%). Dari hasil uji Chi-Square, diperoleh p value sebesar 0,019
karena p value < 0,05 sehingga Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa ada
(PR>1) dengan 95% CI= 1,140-3,867. Hal ini menunjukkan bahwa responden
yang melakukan scaling secara tidak rutin dalam waktu 1 tahun terakhir berisiko
orang (34,0%) menderita periodontitis yang terdiri dari responden dengan disertai
mempunyai penyakit diabetes militus sebanyak 24 orang (29,5%). Dari hasil uji
Chi-Square, diperoleh p value sebesar 0,001 karena p value < 0,05 sehingga Ho
ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara diabetes militus dengan
perhitungan risk estimate didapatkan PR 2,708 (PR>1) dengan 95% CI= 1,783-
4,114. Hal ini menunjukkan bahwa responden yang mempunyai penyakit diabetes
orang (34,0%) menderita periodontitis yang terdiri dari responden yang merokok
sebanyak 14 orang (9,8%) dan responden yang tidak merokok sebanyak 20 orang
(24,2%). Dari hasil uji Chi-Square, diperoleh p value sebesar 0,078 karena p value
> 0,05 sehingga Ho diterima. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
95% CI= 1,036-2,865. Hal ini menunjukkan bahwa responden yang merokok
dikeluarkan dari perhitungan. Variabel yang dijadikan kandidat dalam uji regresi
logistik ini adalah variabel yang dalam analisis bivariat mempunyai nilai p< 0,25.
Variabel yang dapat dijadikan kandidat dalam uji regresi logistik dapat dilihat
yang memiliki nilai p<0,25, sehingga pada ke-7 variabel tersebut dapat dilakukan
SPSS for windows release 16.0. Alasan penggunaan uji ini adalah agar dapat
memilih variabel bebas yang paling berpengaruh, jika diuji bersama-sama dengan
SPSS untuk menyeleksi variabel bebas secara mundur mulai step 1 hingga 5.
Dengan kata lain step terakhir berisi variabel independen yang berkonstribusi kuat
pertama variabel yang masuk ke dalam analisis antara lain umur, pengetahuan,
perilaku menyikat gigi, scaling, kunjungan ke dokter gigi, diabetes militus dan
merokok dengan nilai sig yang bervariasi. Pada tahap ke dua ada satu variabel
yang tidak masuk yaitu scaling karena nilai sig dari variabel tersebut paling besar
diantara variabel lain. Pada tahap ke tiga, variabel yang masuk ke dalam tahap
berikutnya adalah pengetahuan karena pada tahap ke dua nilai signya paling besar
diantara variabel lain. Pada tahap ke empat, variabel yang tidak masuk adalah
umur karena diantara variabel lain umur mempunyai nilai sig yang paling besar.
Pada tahap ke lima, variabel yang tidak masuk adalah merokok karena nilai sig
variabel merokok paling besar diantara variabel lain. Pada tahap terakhir diketahui
95,0% C.I.for
Variabel Bebas B S.E. Wald df Sig. Exp(B) EXP(B)
Lower Upper
Perilaku Menyikat
-1.167 .533 4.796 1 .029 .311 .109 .885
Gigi
Kunjungan ke
-1.300 .519 6.281 1 .012 .273 .099 .753
Dokter Gigi
Diabetes Militus -2.323 .862 7.260 1 .007 .098 .018 .531
108
dengan nila p value sebesar p=0,029 (p<0,05). Hasil analisis menunjukkan bahwa
serta secara statistik terdapat pengaruh yang signifikan antara perilaku menyikat
gigi dengan kejadian periodontitis yang ditunjukkan dengan nilai Exp (B)= 0,311.
nilai Exp (B)= 0,273. Demikian pula dengan variabel diabetes militus mempunyai
valuenya 0,007 (p<0,05). Selain itu, hasil analisis menunjukkan bahwa diabetes
statistik terdapat pengaruh yang signifikan antara diabetes militus dengan kejadian
P= 1
1 + e − ( β0 + ∑βn Xn )
P= 1
1 + e − ( Constant + B Perilaku Menyikat Gigi +B Diabetes Militus + B
Kunjungan Dokter Gigi)
P= 1
1 + e − (2,266-1,167-1,300-2,323)
109
P= 1
1 + e − (-2,524)
P= 1
1 + 12,48
P= 1
13,48
P = 0,74
P = 74%
Hal ini berarti bahwa jika sesorang memiliki perilaku menyikat gigi yang
buruk, tidak melakukan kunjungan ke dokter gigi secara rutin dan disertai
5.1 Pembahasan
umur 45-65 tahun dengan kejadian periodontitis dan dapat diketahui pula bahwa
umur 45-65 tahun berisiko 2,366 kali lebih besar menderita periodontitis
dibandingkan dengan umur 18-44 tahun. Hal ini ditunjukkan dengan hasil uji Chi-
periodontitis. Hal ini ditunjukkan dengan hasil uji regresi logistik (B= -420; S.E=
0,66; Wald= 0,405; df= 1; Sig= 0,524; Exp (B)= 0,657; 95%CI= 0,180-2,397).
Tidak adanya pengaruh antara umur 45-65 tahun terhadap kejadian periodontitis
dalam penelitian ini karena adanya pengaruh variabel lain yang lebih kuat
sekaligus sehingga dikontrol oleh variabel yang lebih besar pengaruhnya. Selain
itu, umur merupakan faktor risiko karateristik dimana dalam beberapa penelitian
usia yang disebabkan oleh perubahan degeneratif dan adanya perubahan faktor
konsumsi obat-obatan, penurunan fungsi imun dan status nutrsi serta faktor risiko
110
111
pada semua golongan usia dari mulai usia pubertas sampai dengan usia lansia
dan tulang pada sesorang disebabkan karena paparan yang lama terhadap faktor
yang dapat menyebabkan kehilangan perlekatan gigi dan tulang alveolar antara
lain jumlah konsumsi obat-obatan, penurunan fungsi imun, status nutrisi yang
buruk, oral hygine yang buruk serta riwayat perawatan ke dokter gigi. Penyakit ini
dapat terjadi apabila trauma mekanik yang kronis yang disebabkan cara menyikat
gigi dan kerusakan dari faktor iatrogenik yang disebabkan oleh restorasi yang
kurang baik atau perawatan scaling dan root planing yang berulang-ulang.
18-44 tahun dengan proporsi sebesar 33,3%. Selain itu, pada penelitian ini juga
yang ditunjukkan dengan nilai p=0,005 (p<0,05) dan nilai OR=1,7. Penelitian
tersebut memiliki kesamaan karakteristik dengan penelitian ini jika dilihat pada
responden yang menderita periodontitis lebih banyak pada usisa 45-65 tahun
antara jenis kelamin dengan kejadian periodontitis, namun secara statistik jenis
Berdasarkan hasil analisis tersebut diketahui bahwa jenis kelamin tidak dapat
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Hong dkk (2015) yang menemukan bahwa ada hubungan antara jenis kelamin
dengan kejadian periodontitis dengan nilai p= 0,001 (p<0,05) dan nilai OR= 1,40.
disebabkan terjadinya iritasi kronis dan perubahan panas pada mukosa dan
gingiva. Zat dalam asap rokok yang terabsorbsi melalui mukosa mulut dapat
periodonsium.
responden yang berjenis kelamin laki-laki yaitu sebesar 14,4%. Hal ini disebabkan
untuk melakukan pemeriksaan secara rutin hampir seimbang antara jenis kelamin
laki-laki dan perempuan yaitu berjenis kelamin perempuan sebanyak 57,8% dan
diketahui bahwa obesitas tidak dapat dilakukan uji regresi logistik karena nilai p
>0,25. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
terhadap periodontitis. Hal ini diperkuat penelitian yang dilakukan oleh Ababneh
(2012) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara BMI lebih dari normal (≥
30 kg/m2) dengan kejadian periodontitis. Hal ini juga sejalan dengan penelitian
ini jika dilihat dari distribusi responden, proporsi responden yang mempunyai
IMT normal yaitu sebesar 24,6% lebih besar dibandingkan responden yang
pengetahuan yang buruk berisiko 2,575 kali lebih besar menderita periodontitis
hasil uji regresi logistik (B= -412; S.E= 0,68; Wald= 0,366; df= 1; Sig= 0,545;
Exp (B)= 0,662; 95CI= 0,175-2,513). Tidak adanya pengaruh antara pengetahuan
yang berpengaruh dianalisis sekaligus sehingga dikontrol oleh variabel yang lebih
besar pengaruhnya.
seseorang maka akan semakin tinggi pula kemampuan individu tersebut didalam
pengetahuan yang baik, maka akan mengetahui tindakan yang tepat apabila
115
Rahayu, dkk (2014) yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan
dengan status kesehatan jaringan periodontal dengan nilai p sebesar 0,001. Pada
yaitu jika dilihat dari distribusi responden yang digunakan adalah responden
dengan tingkat pengetahuan yang dapat dilihat dari tingkat pendidikan. Hasil
8,7%. Hal ini disebabkan karena masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Salaman
tamatan SD sebanyak 34,4%. Hal itu yang dapat mempengaruhi rendahnya tingkat
perilaku menyikat gigi dengan kejadian periodontitis, dan dapat diketahui pula
116
bahwa perilaku menyikat gigi yang buruk berisiko 2,030 kali lebih besar
Hal ini ditunjukkan dengan hasil uji Chi-Square (p= 0,033; PR= 2,030; 95%CI=
ini ditunjukkan dengan hasil uji regresi logistik (B= -1,167; S.E= 0,533; Wald=
kebersihan mulut adalah perilaku. Perilaku adalah suatu bentuk pengalaman dan
tindakan yang berkaitan dengan konsep sehat dan sakit gigi serta upaya
adalah faktor kesadaran dan perilaku pemeliharaan hygiene mulut secara personal
pihak individu untuk menjaga kebersihan mulut. Pendapat atau sikap masyarakat
tentang periodontitis atau peradangan jaringan penyangga gigi dapat dilihat dari
Hasi penelitian ini sejalan dengan penelitian Tri Wiyanti (2010) yang
namun belum sesuai dengan prosedur yang benar, baik dilihat dari segi cara,
waktu, frekuensi, alat dan bahan menyikat gigi sehingga menyebabkan terjadinya
periodontitis. Hal ini diperkuat pada penelitian yang dilakukan oleh Ambarwati
(2014) melaporkan bahwa ada hubungan antara kebiasaan menyikat gigi dengan
menjelaskan bahwa kebiasaan menyikat gigi yang kurang baik dilihat dari cara
dan waktu yang kurang tepat dapat meningkatkan akumulasi plak bakteri serta
frekuensi, alat dan bahan menyikat gigi. Masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
Salaman I sudah melakukan penyikatan gigi tetapi belum sesuai dengan prosedur
yang benar, misalnya dalam menyikat gigi biasanya pada saat bersamaan dengan
mandi adalah waktu yang salah seharusnya pagi setelah makan dan malam
sebelum tidur dan caranya yang masih salah yaitu dengan gerakan yang asal
menyikat sehingga tidak dapat menjangkau tempat atau posisi gigi yang sulit
menyikat gigi buruk yaitu sebesar 19,6% dibandingkan responden yang memiliki
kunjungan ke dokter gigi dengan kejadian periodontitis, dan dapat diketahui pula
bahwa kunjungan ke dokter gigi yang tidak rutin berisiko 2,431 kali lebih besar
Hal ini ditunjukkan dengan hasil uji Chi-Square (p= 0,006; PR= 2,431; 95%CI=
Hal ini ditunjukkan dengan hasil uji regresi logistik (B= -1,300; S.E= 0,862;
Wald= 6,281; df= 1; Sig= 0,012; Exp (B)= 0,273; 95CI= 0,099-0,753).
dengan kejadian periodontitis. Hal ini ditunjukkan dari hasil analisis statistik
pentingnya kunjungan rutin ke dokter gigi yang dilakukan setiap 4-6 bulan sekali
dapat mengurangi akumulasi plak bakteri dan kalkulus yang menempel pada gigi
responden yang tidak rutin melakukan kunjungan ke dokter gigi yaitu sebesar
yaitu sebesar 2,6%. Hal ini disebabkan karena masyarakat di wilayah kerja
kunjungan ke dokter gigi secara rutin. Selain itu, masyarakat juga menganggap
bahwa selama tidak sakit gigi maka tidak dibutuhkan untuk periksa gigi.
penyakit periodontitis.
antara scaling dengan kejadian periodontitis dan dapat diketahui bahwa responden
yang tidak melakukan scaling berisiko 2,100 kali lebih besar menderita
berpengaruh terhadap kejadian periodontitis. Hal ini ditunjukkan dengan hasil uji
regresi logistik (B= -0,092; S.E= 0,639; Wald= 0,021; df= 1; Sig= 0,886; Exp
yang berpengaruh dianalisis sekaligus sehingga dikontrol oleh variabel yang lebih
besar pengaruhnya.
120
pembersihan karang gigi (scaling) dengan kejadian periodontitis. Hal ini dapat
diketahui dari hasil statistik diperoleh p value sebesar 0,001 (p<0,05) dan nilai
dialami pada responden yang tidak melakukan scaling yaitu sebesar 20,0%
dan biaya scaling. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa alasan tidak
melakukan scaling atau pembersihan karang gigi adalah tidak tahu mengenai
pembersihan karang gigi dan manfaatnya karena tidak pernah ada informasi atau
edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya scaling. Selain itu, alasan biaya
gigi karena untuk pembersihan karang gigi di Puskesmas Salaman I cukup mahal
diabetes militus dengan kejadian periodontitis, dan dapat diketahui pula bahwa
dibandingkan dengan tidak disertai diabetes militus. Hal ini ditunjukkan dengan
hasil uji Chi-Square (p= 0,001; PR= 2,708; 95%CI= 1,783-4,114). Sedangkan
121
protektif dari penyakit periodontitis. Hal ini ditunjukkan dengan hasil uji regresi
logistik (B= -2,323; S.E= 0,862; Wald= 7,260; df= 1; Sig= 0,007; Exp (B)=
yang tidak menderita diabetes militus. Hal ini disebabkan karena adanya
faktor mikrobiotik, dan predisposisi genetik. Menurut Carranza dkk (2012) juga
menjelaskan bahwa buruknya kontrol gula darah pada penderita diabetes militus
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Stoykova (2014), dan Hong
(2016) yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara diabetes militus dengan
kontrol gula darah dan peningkatan AGE menginduksi stres oksidan pada gingiva
DM, dengan meningkatnya kadar glukosa dalam darah dan cairan gingival berarti
jika dilihat dari populasi penelitian dengan buruknya kontrol gula darah pada
pasien yang berobat ke poli gigi. Hal ini sesuai dengan hasil kuesioner bahwa
122
pernah melakukan pemeriksaan gula darah secara rutin sehingga terjadi kerusakan
dengan responden yang tidak merokok. Hal ini ditunjukkan dengan hasil uji Chi-
terhadap kejadian periodontitis. Hal ini dapat ditunjukkan dari hasil uji regresi
logistik (B= -0,628; S.E= 0,547; Wald= 1,319; df= 1; Sig= 0,251; Exp (B)=
kejadian periodontitis dalam penelitian ini karena adanya pengaruh variabel lain
berpengaruh dianalisis sekaligus sehingga dikontrol oleh variabel yang lebih besar
pengaruhnya.
periodontal. Individu yang merokok dua sampai enam kali atau lebih memiliki
123
berhubungan dengan penyakit periodontal terkait pada dosis. Jika jumlah tahun
terpapar tembakau dan jumlah rokok yang dihisap meningkat setiap hari, maka
dengan resesi gingiva dan kerusakan periodontal di lokasi gigi yang bersentuhan
iritan, toksin, dan karsinogen yang berasal dari rokok. Selain itu, dapat juga
berasal dari efek mukosa yang kering, tingginya temperatur dalam mulut atau
resistensi terhadap infeksi jamur dan virus yang berubah sehingga mengakibatkan
yaitu jika dilihat dari distribusi responden yang digunakan yaitu responden yang
sebanyak 12 orang (16,2%) dan hal itu terjadi pada responden yang berjenis
sederhana, sehingga peneliti meminta bantuan kepada petugas kesehatan poli gigi
6.1 Simpulan
disimpulkan bahwa ada pengaruh antara perilaku menyikat gigi, kunjungan dokter
Kabupaten Magelang. Serta tidak ada pengaruh antara umur, jenis kelamin,
6.2 Saran
pentingnya perilaku menyikat gigi dengan prosedur yang benar baik dari segi
cara, waktu, frekuensi, alat dan bahan sehingga dapat menghilangkan atau
rutin agar terdeteksi penyakit diabetes militus secara dini sehingga dapat
mengontrol kadar gula darah dengan mengatur pola makan dan perilakunya
gigi dan mulut dengan cara melakukan kunjungan secara rutin setiap 4-6
125
126
bulan sekali untuk pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut sehingga dapat
kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat yang berkunjung ke poli gigi
masyarakat.
penelitian, jenis desain penelitian dan variabel yang berbeda untuk lebih
Ababneh et al. 2012. Prevalence and risk indicators of gingivitis and periodontitis
in a Multi-Centre study in North Jordan: a cross sectional study. BMC
Oral Health, 12(1) : 3-7
Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama.
Ambarwati, Sri. 2014. Hubungan Kebiasaan Menyikat Gigi dan Kebiasaan
Merokok dengan kejadian Periodontitis Kabupaten Magelang. Skripsi.
Semarang: STIKES Ngudi Waluyo.
Awuti et al. 2012. Epidemiological Survey on the Prevalence of Periodontitis and
Diabetes Mellitus in Uyghur Adults from Rural Hotan Area in Xinjiang.
Article Experimental Diabetes Research China, hal 23
127
128
Hong M et al. 2016. Prevalence and risk factors of periodontitis among adults
with or without diabetes mellitus. Korean Jurnal Intern Medicine, 31(5) :
910-919.
Kriswiharsi, Kun. Kusuma, Agus Perry. 2013. Faktor Risiko yang Berhubungan
dengan Status Periodontal pada Pria Perokok Buruh Bongkar Muat
Pelabuhan tanjung Emas Semarang. Skripsi. Semarang: Universitas Dian
Nuswantoro.
Marakoglu, Ismail. 2008. Periodontitis as a Risk Factor for Preterm Low Birth
Weight. Yonsei Med Journal, 49(2) : 37-40
Qi Zhang et al. 2014. Prevalence and predictors for periodontitis among adults in
China, 2010. Global Health Action. 7: 1-7
Rahayu et al. 2014. Hubungan antara Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku terhadap
Pemeliharaan Kebersihan Gigi dan Mulut dengan Status Kesehatan
Periodontal Pra Lansia di Posbindu Kecamatan Indihiang Kota
Tasikmalaya. Majalah Kedokteran Gigi, 21(1) : 27-32.
Stoykova, Maria. Musurlieva, Nina. Boyadzhiev, Doychin. 2014. Risk factors for
development of chronic periodontitis in Bulgarian patients (pilot
research).ArticleMedical Biotechnology, 28(6) : 1151-1154
Supariasa, I Dewa Nyoman, et al. 2002. Penialaian Status Gizi. Jakarta :EGC.
Syahli, Muhammad Reza. 2015. Peran Rokok Terhadap Kadar Kalsium Saliva.
Skripsi. Jakarta: FKIK Universitas Islam negeri Syarif Hidayatullah.
Tuhuteru, Daul R. Lampus, B. S. Wowor, Vonny N.S. 2014. Status Kebersihan
Gigi Dan Mulut Pasien Poliklinik Gigi Puskesmas Paniki Bawah
Manado. Jurnal e-GiGi (eG), 2(2) :112-116
Van Dyke, Thomas E. 2005. Risk Factors for Periodontitis.NIH Public Access
Author Manuscript1 Department of Periodontology and Oral Biology,
Goldman School of Dental Medicine, Boston University, MA, USA,
7(1): 2-5
129
Lampiran 2. Ethical Clearance
130
Lampiran 3. Surat Keterangan Melakukan Studi Pendahuluan
131
Lampiran 4. Surat Ijin Penelitian dari Fakultas ke Dinas Kesehatan
Kabupaten Magelang
132
Lampiran 5. Surat Ijin Pengambilan Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten
Magelang
133
Lampiran 6. Surat Ijin Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian dari
MAGELANG
Nomor Responden :
Tanggal Wawancara :
A. IDENTITAS RESPONDEN
Nama :
Umur :
IMT :
Alamat :
Pekerjaan :
Penghasilan/bulan :
1. < 1.500.000
2. 1.500.000 - 2.500.000
3. > 2.500.000 – 3.500.000
4. > 3.500.000
B. PENGETAHUAN
1. Apakah Anda tahu yang dimaksud dengan penyakit periodontitis ?
134
1. Tidak
2. Ya
2. Menurut Anda, apakah yang dimaksud dengan penyakit periodontitis ?
(pilihsatu jawaban)
1. Penyakit pada gusi
2. Penyakit pada jaringan yang menyangga gigi
3. Apakah Anda tahu penyebab dari penyakit periodontitis ?
1. Tidak
2. Ya
4. Menurut Anda, apakah penyebab dari penyakit periodontitis ? (pilih satu
jawaban)
1. Sisa makanan yang tersangkut di sela gigi
2. Kuman atau bakteri
5. Apakah Anda tahu tanda-tanda dari penyakit periodontitis ?
1. Tidak
2. Ya
6. Menurut Anda, apa saja tanda-tanda dari penyakit periodontitis ? (pilih
satu jawaban)
1. Gusi kemerahan, gusi berdarah
2. Gigi goyang dan nyeri
7. Apakah Anda tahu hal yang menyebabkan orang lebih mudah terkena
penyakit periodontitis ?
1. Tidak
2. Ya
8. Menurut Anda, hal apa saja yang menyebabkan orang lebih mudah terkena
penyakit periodontitis ?
1. Suka makan/minum manis
2. Kebersihan gigi kurang
9. Apakah menurut Anda penyakit periodontitis bisa sembuh sendiri tanpa
diobati ?
1. Ya
135
2. Tidak
10. Apa yang akan Anda lakukan saat terkena penyakit periodontitis ? (pilih
satu jawaban)
1. Dibiarkan saja/membeli obat
2. Periksa ke dokter gigi
11. Apakah Anda tahu akibatnya jikaradang gusi dibiarkan saja tanpa
dilakukan perawatan ?
1. Tidak
2. Ya
12. Menurut Anda, apa sajakah akibat dari radang gusi jika dibiarkan saja
tanpa dilakukan perawatan ? (pilih satu jawaban)
1. Perdarahan pada gusi
2. Gigi bisa goyang dan nyeri
13. Apakah Anda tahu, apa yang harus dilakukan untuk menghindari penyakit
periodontitis ?
1. Tidak
2. Ya
14. Menurut Anda, apa saja yang harus dilakukan untuk menghindari penyakit
periodontitis ? (pilih satu jawaban)
1. Menjaga konsumsi makanan
2. Sikat gigi dan kontrol kesehatan gigi secara rutin
15. Apakah Anda tahu yang dimaksud dengan karang gigi ?
1. Tidak
2. Ya
16. Menurut Anda, apakah yang dimaksud dengan karang gigi ? (pilih satu
jawaban)
1. Lubang pada gigi
2. Sisa-sisa makanan yang menempel dan mengeras pada gigi
17. Apakah Anda tahu sebaiknya berapa kali melakukan pembersihan karang
dalam setahun ?
1. Tidak
136
2. Ya
18. Menurut Anda, berapa kali sebaiknya melakukan pembersihan karang gigi
dalam setahun ? (pilih satu jawaban)
1. 1 - 2 kali/tahun
2. 3 - 4 kali/tahun
19. Apakah Anda tahu sebaiknya berapa kali melakukan pemeriksaan
kesehatan gigi dan mulut dalam setahun ?
1. Tidak
2. Ya
20. Menurut Anda, berapa kali sebaiknya melakukan pemeriksaan kesehatan
gigi dan mulut dalam setahun ? (satu jawaban)
1. 1 - 2 kali/tahun
2. ≥ 3 kali/tahun
C. PERILAKU MENYIKAT GIGI
21. Apakah Anda menggosok gigi secara teratur setiap hari?
1. Tidak
2. Ya
22. Berapa kali Anda menggosok gigi dalam sehari ?
1. <2 kali/hari
2. ≥2 kali/hari
23. Kapan saja Anda menggosok gigi dalam sehari ?(pilih satu jawaban)
1. Pagi dan sore saat mandi
2. Pagi sesudah makan dan malam hari sebelum tidur
24. Bagaimana cara menggosok gigi yang benar ? (pilih satu jawaban)
1. Horizontal-vertikal-roll (memutar)
2. Memutar semua bagian
25. Kira-kira berapa lama waktu yang Anda butuhkan untuk menggosok gigi
?(pilih satu jawaban)
1. < 1 menit
2. 2 – 3 menit
26. Apakah Anda menggunakan pasta gigi saat menggosok gigi ?
137
1. Tidak
2. Ya
27. Berapa kali Anda mengganti sikat gigi dalam setahun ? (pilih satu
jawaban)
1. 1 - 2 kali/tahun
2. 3 - 4 kali/tahun
D. RIWAYAT PEMBERSIHAN KARANG GIGI (SCALING)
28. Apakah Anda pernah melakukan pembersihan karang gigi (scaling) ?
1. Tidak
2. Ya
29. Kapan terakhir Anda melakukan pembersihan karang gigi ?
1. 1 – 12 bulan lalu
2. 1 – 6 bulan lalu
30. Apakah Anda rutin melakukan pembersihan karang gigi ?
1. Tidak
2. Ya
31. Berapa kali Anda melakukan pembersihan karang gigi dalam setahun ?
(pilih satu jawaban)
1. 1 - 2 kali
2. 3 - 4 kali
32. Apa alasan Anda melakukan pembersihan karang gigi (scaling) ? (pilih
satu jawaban)
1. Terasa nyaman
2. Tidak bau mulut dan gigi terlihat bersih
33. Apa alasan Anda tidak melakukan pembersihan karang gigi (scaling) ?
(pilih satu jawaban)
1. Tidak tahu
2. Malas dan sibuk bekerja
3. Biaya mahal/tidak tercover BPJS
E. KUNJUNGAN RUTIN KE DOKTER GIGI
34. Apakah Anda rutin memeriksakan kesehatan gigi dan mulut ?
138
1. Tidak
2. Ya
35. Berapa kali Anda periksa kesehatan gigi dan mulut dalam setahun ?
1. 1 - 2 kali/tahun
2. ≥ 3 kali/tahun
36. Kapan terakhir Anda periksa kesehatan gigi dan mulut ?
1. 1 – 12 bulan lalu
2. 1 – 6 bulan lalu
37. Apakah Anda periksa kesehatan gigi dan mulut saat ada keluhan saja ?
1. Ya
2. Tidak
38. Keluhan apa yang sering Anda rasakan saat periksa ke dokter gigi ? (pilih
satu jawaban)
1. Gigi berlubang
2. Gusi bengkak
3. Gigi goyang
F. DIABETES MILITUS
39. Apakah Anda mempunyai riwayat penyakit gula (Diabetes Militus) ?
1. Ya
2. Tidak(lanjut ke nomor 43)
40. Apakah Anda mengalami kegoyangan gigi selama menderita penyakit gula
?
1. Ya
2. Tidak
41. Apakah Anda mengalami kegoyangan gigi sebelum menderita penyakit
gula ?
1. Ya
2. Tidak
139
Lampiran 9. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
1. Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Pengetahuan
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N % Reliability Statistics
Cases Valid 30 96.8 Cronbach's
Excludeda 1 3.2 Alpha N of Items
Item Statistics
p1 1.27 .450 30
p2 1.27 .450 30
p3 1.30 .466 30
p4 1.30 .466 30
p5 1.33 .479 30
p6 1.37 .490 30
p7 1.33 .479 30
p8 1.40 .498 30
p9 1.37 .490 30
140
Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted
Scale Statistics
141
2. Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Perilaku Menyikat Gigi
Item Statistics
Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted
142
Scale Statistics
Item Statistics
Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted
143
Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted
Scale Statistics
N %
Reliability Statistics
Cases Valid 30 96.8
Cronbach's
Excludeda 1 3.2 Alpha N of Items
Item Statistics
144
Item Statistics
Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted
Scale Statistics
Berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas di atas, terdapat satu item
yang tidak valid karena nilai r hitung < r tabel (0,003 < 0,361) yaitu pada p39.
Maka item tersebut dihilangkan dari kuesioner agar pertanyaan dalam kuesioner
145
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N % Reliability Statistics
Item Statistics
Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted
Scale Statistics
146
5. Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Diabetes Militus
N % Reliability Statistics
Item Statistics
Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted
Scale Statistics
147
Lampiran 9. Lembar Penjelasan Menjadi Responden
B. Prosedur penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan Bapak/Ibu/Saudara sebagai subjek penelitian/
informan yang akan mengisi form kuesioner yang diberikan oleh peneliti serta
pengukuran fisik yang dilakukan oleh peneliti. Saya dan/atau enumerator akan
mencatat hasil pengukuran ini untuk kebutuhan penelitian setelah
mendapatkan persetujuan dari Bapak/Ibu/Saudara. Penelitian ini tidak ada
tindakan dan hanya semata-mata pengisian kuesioner untuk mendapatkan
informasi seputar identitas, keluhan, perasaan dan pikiran dalam bulan
terakhir, serta hal-hal yang dilakukan Bapak/Ibu/Saudara sebelum sakit.
148
E. Manfaat
Adapun manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini adalah untuk
memberikan masukan dalam menyusun program kesehatan sehingga dapat
mengurangi angka kesakitan dan untuk memberikan informasi kepada
masyarakat, sehingga masyarakat dapat mengetahui penyakit periodontitis dan
cara pencegahannya.
F. Kerahasiaan
Informasi yang didapatkan dari Bapak/Ibu/Saudara terkait dengan penelitian
ini akan dijaga kerahasiaanya dengan menyimpan dokumen pasien dan
sebelum dilakukan wawancara peneliti menyampaikan terlebih dahulu
mengenai kerahasiaan data serta data hanya digunakan untuk kepentingan
ilmiah (ilmu pengetahuan).
H. Pembiayaan
Penelitian ini dibiayai oleh peneliti sendiri.
I. Informasi tambahan
Penelitian ini dibimbing oleh drg. Yunita Dyah Puspita Santik, M. Kes (Epid)
sebagai pembimbing pertama dan dr. Fitri Indrawati M.P.H sebagai
pembimbing kedua.Bapak/Ibu/Saudara diberikan kesempatan untuk
menanyakan semua hal yang belum jelas sehubungan dengan penelitian ini.
Bila sewaktu-waktu ada efek samping atau membutuhkan penjelasan lebih
lanjut, Bapak/Ibu/Saudara dapat menghubungi Titik Sugiarti, no Hp
085729120928 di Kost Pelangi Gang manggis 3 No. 77, Sekaran, Gunungpati,
Semarang.Bapak/Ibu/Saudara juga dapat menanyakan tentang penelitian ini
kepada Komite Etik Penelitian Kesehatan (KEPK) Universitas Negeri
Semarang, dengan nomor telefon (024) 8508107 atau email
[email protected]
Titik Sugiarti
149
Lampiran 10. Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Dengan menandatangani formulir ini, saya setuju untuk ikut serta dalam
penelitian ini.
Tandatangan saksi
150
Lampiran 11. Rekap Data Responden Penelitian
Perilaku
Umur Jenis IMT Kunjungan Diabetes
No. Nama Pengetahuan Menyikat Scaling Periodontitis
(Tahun) kelamin (Kg/m2) Dokter Gigi Militus
Gigi
1 Mukholid 41 L 20,63 3 5 tidak rutin tidak tidak tidak
2 Hardi 60 L 24,15 8 4 tidak rutin tidak ya ya
3 Dedi 21 L 20,17 13 5 tidak rutin tidak tidak tidak
4 Siti Mun 32 P 23,8 6 5 tidak rutin tidak tidak tidak
5 Zahrotul 29 P 40,04 11 4 tidak rutin ya tidak tidak
6 Yatno 31 L 20,8 6 5 tidak rutin tidak tidak tidak
7 Mustofa 40 L 18,8 7 5 tidak rutin tidak tidak tidak
8 Desi L 38 P 26,08 10 3 tidak rutin tidak tidak tidak
9 Rofiudin 37 L 21,43 11 8 tidak rutin tidak tidak tidak
10 Walni 40 P 24,2 7 6 tidak rutin tidak tidak ya
11 Toyibah 60 P 25,7 5 7 tidak rutin ya tidak tidak
12 Maryam 22 P 20,1 8 5 tidak rutin tidak tidak ya
13 Maidina 20 P 19,4 7 5 tidak rutin ya tidak ya
14 Hakiki 35 L 25 9 5 tidak rutin tidak tidak tidak
15 Sugeng 49 L 26,54 7 2 tidak rutin tidak tidak ya
16 Siti Maryatul 45 P 25 12 7 tidak rutin tidak tidak ya
17 Eni Yulianti 37 P 25,23 10 7 tidak rutin tidak tidak ya
18 Istiyana 38 P 27,92 9 6 tidak rutin tidak tidak tidak
19 Tukino 30 L 25,9 5 6 tidak rutin tidak tidak ya
20 Siti Maryati 45 P 25,23 7 4 tidak rutin ya tidak ya
21 Paidi 49 L 20,77 4 5 tidak rutin tidak tidak ya
151
22 Sri Winarsih 35 P 25,6 14 7 tidak rutin ya tidak ya
23 Ahmad saefudin 34 L 21,9 14 6 tidak rutin tidak tidak tidak
24 Suryani 46 P 26,08 14 5 tidak rutin tidak tidak tidak
25 Siti Nur 20 P 22,7 5 4 tidak rutin tidak tidak ya
26 Dian Ambar 22 P 22,6 12 7 tidak rutin tidak tidak tidak
27 Rahmiyati 27 P 19,23 10 7 tidak rutin ya tidak ya
28 Risca 23 P 23,48 9 4 tidak rutin tidak tidak ya
29 Saefudin 22 L 21,15 6 4 tidak rutin tidak tidak tidak
30 Heri P 27 L 21,15 8 6 tidak rutin ya tidak tidak
31 Zainur 19 L 23,1 7 2 tidak rutin tidak tidak tidak
32 Safi'i 37 L 23,3 4 3 tidak rutin tidak tidak tidak
33 Agus Budi 46 L 25,77 7 3 tidak rutin tidak tidak tidak
34 Wiji sukisno 37 L 19,3 6 3 tidak rutin tidak tidak tidak
35 Muhrodin 63 L 21,4 5 3 tidak rutin tidak ya ya
36 Riyati 53 P 24,5 3 6 tidak rutin tidak ya tidak
37 Basri 57 L 22,8 5 5 tidak rutin tidak ya ya
38 Saminem 58 P 22,5 5 6 rutin tidak tidak tidak
39 Giyanti 63 P 22,4 12 5 tidak rutin ya tidak tidak
40 Perinem 64 P 22,6 6 6 tidak rutin tidak ya ya
41 Muzaeroh 42 P 28,3 13 3 tidak rutin tidak tidak tidak
42 Windarti 19 P 19,5 7 5 tidak rutin tidak tidak tidak
43 Eka Kurnia 34 P 34,8 13 7 tidak rutin tidak tidak tidak
44 Komari 65 L 21,5 7 4 tidak rutin tidak ya ya
45 Eni Rahayu 27 P 19,6 10 7 tidak rutin tidak tidak ya
46 Putri L 25 P 18,3 17 8 tidak rutin ya tidak tidak
152
47 Fauzan 50 L 29,1 4 4 tidak rutin tidak tidak tidak
48 Ratri Dwi 29 P 18,3 3 6 tidak rutin tidak tidak tidak
49 Insanah 37 P 21,7 11 4 tidak rutin ya tidak tidak
50 Supriyadi 23 L 23,3 7 4 tidak rutin tidak tidak ya
Dwi
51 Wahyuningsih 22 P 24 5 5 tidak rutin tidak tidak ya
52 Ahmad Saih 24 L 25 13 6 tidak rutin ya tidak ya
53 Mustikanah 51 P 22,9 9 4 tidak rutin tidak tidak tidak
54 Umu Nafisah 28 P 19,2 3 5 tidak rutin tidak tidak tidak
55 Sri Fadilah 45 P 28,3 8 6 tidak rutin tidak tidak tidak
56 Zainul Mufidah 26 P 28,3 9 6 tidak rutin ya tidak tidak
57 Sumi 50 P 25,6 6 4 tidak rutin tidak tidak ya
58 Sumedi 62 L 25,3 7 5 tidak rutin tidak ya ya
59 Citra 20 P 22,5 10 6 tidak rutin tidak tidak tidak
60 Lilik 26 L 22,06 9 6 tidak rutin tidak tidak tidak
61 Suminah 32 P 22,3 7 6 tidak rutin ya tidak tidak
62 Fatmi 30 P 20,8 10 7 rutin ya tidak tidak
63 Siti Azizah 21 P 20,9 11 6 tidak rutin tidak tidak tidak
64 Raminah 54 P 24,2 10 6 tidak rutin tidak ya ya
65 Sri Damayanti 32 P 22,08 10 7 tidak rutin tidak tidak tidak
66 Susilowati 33 P 22,72 11 6 rutin tidak tidak ya
67 Retno 23 P 26,09 10 5 tidak rutin tidak tidak tidak
68 Nur Fitriyati 25 P 26,25 12 7 rutin tidak tidak tidak
69 Suyoto 57 L 25,22 9 4 tidak rutin tidak tidak ya
70 Siono 47 L 20 9 5 tidak rutin tidak tidak ya
153
71 Bambang 40 L 26,21 20 6 tidak rutin tidak tidak tidak
72 Wakhid 40 L 26,67 13 6 tidak rutin ya tidak tidak
73 Yunita 23 P 20 13 6 tidak rutin ya tidak tidak
74 Khabib 56 L 24,8 8 6 tidak rutin tidak ya tidak
75 Mifrudin 39 L 20,83 7 5 tidak rutin tidak tidak tidak
76 Asmi 27 P 21,54 13 7 tidak rutin tidak tidak tidak
77 Joko 23 L 19,26 10 6 tidak rutin tidak tidak ya
78 Anik 25 P 23,6 8 6 tidak rutin tidak tidak tidak
79 Daryono 37 L 20,77 8 4 tidak rutin tidak tidak tidak
80 Rina 27 P 20 14 7 tidak rutin tidak tidak tidak
81 Sarwiyah 50 P 24,35 7 4 tidak rutin tidak ya ya
82 Jumaidi 49 L 21,6 6 4 tidak rutin tidak tidak ya
83 Monalisa 23 P 20,86 11 6 rutin ya tidak tidak
84 Ahmad 21 L 21,54 7 6 tidak rutin tidak tidak tidak
85 Neli 35 P 27,08 13 6 rutin ya tidak tidak
86 Yosida 24 P 24,35 8 5 rutin tidak tidak tidak
87 Jamal 46 L 22,9 9 5 tidak rutin tidak tidak tidak
88 Sutrisno 57 L 26,09 7 4 tidak rutin tidak ya ya
89 Muwardi 39 L 24,35 8 6 tidak rutin tidak tidak ya
90 Samiyatun 54 P 21,54 7 4 tidak rutin tidak ya ya
154
Lampiran 12. Rekapitulasi Hasil Penelitian
Perilaku Kunjungan
Umur Jenis IMT Diabetes
No. Nama Pengetahuan Menyikat Dokter Scaling Periodontitis
(Tahun) kelamin (Kg/m2) Militus
Gigi Gigi
1 Mukholid 41 L normal buruk buruk tidak rutin tidak tidak tidak
2 Hardi 60 L normal buruk buruk tidak rutin tidak ya ya
3 Dedi 21 L normal baik buruk tidak rutin tidak tidak tidak
4 Siti Mun 32 P normal buruk buruk tidak rutin tidak tidak tidak
5 Zahrotul 29 P obesitas baik buruk tidak rutin ya tidak tidak
6 Yatno 31 L normal buruk buruk tidak rutin tidak tidak tidak
7 Mustofa 40 L normal buruk buruk tidak rutin tidak tidak tidak
8 Desi L 38 P obesitas buruk buruk tidak rutin tidak tidak tidak
9 Rofiudin 37 L normal baik baik tidak rutin tidak tidak tidak
10 Walni 40 P normal buruk baik tidak rutin tidak tidak ya
11 Toyibah 60 P obesitas buruk baik tidak rutin ya tidak tidak
12 Maryam 22 P normal buruk buruk tidak rutin tidak tidak ya
13 Maidina 20 P normal buruk buruk tidak rutin ya tidak ya
14 Hakiki 35 L normal buruk buruk tidak rutin tidak tidak tidak
15 Sugeng 49 L obesitas buruk buruk tidak rutin tidak tidak ya
16 Siti Maryatul 45 P normal baik baik tidak rutin tidak tidak ya
17 Eni Yulianti 37 P obesitas buruk baik tidak rutin tidak tidak ya
18 Istiyana 38 P obesitas buruk baik tidak rutin tidak tidak tidak
19 Tukino 30 L obesitas buruk baik tidak rutin tidak tidak ya
20 Siti Maryati 45 P obesitas buruk buruk tidak rutin ya tidak ya
155
21 Paidi 49 L normal buruk buruk tidak rutin tidak tidak ya
22 Sri Winarsih 35 P obesitas baik baik tidak rutin ya tidak ya
23 Ahmad saefudin 34 L normal baik baik tidak rutin tidak tidak tidak
24 Suryani 46 P obesitas baik buruk tidak rutin tidak tidak tidak
25 Siti Nur 20 P normal buruk buruk tidak rutin tidak tidak ya
26 Dian Ambar 22 P normal baik baik tidak rutin tidak tidak tidak
27 Rahmiyati 27 P normal buruk baik tidak rutin ya tidak ya
28 Risca 23 P normal buruk buruk tidak rutin tidak tidak ya
29 Saefudin 22 L normal buruk buruk tidak rutin tidak tidak tidak
30 Heri P 27 L normal buruk baik tidak rutin ya tidak tidak
31 Zainur 19 L normal buruk buruk tidak rutin tidak tidak tidak
32 Safi'i 37 L normal buruk buruk tidak rutin tidak tidak tidak
33 Agus Budi 46 L obesitas buruk buruk tidak rutin tidak tidak tidak
34 Wiji sukisno 37 L normal buruk buruk tidak rutin tidak tidak tidak
35 Muhrodin 63 L normal buruk buruk tidak rutin tidak ya ya
36 Riyati 53 P normal buruk baik tidak rutin tidak ya tidak
37 Basri 57 L normal buruk buruk tidak rutin tidak ya ya
38 Saminem 58 P normal buruk baik rutin tidak tidak tidak
39 Giyanti 63 P normal baik buruk tidak rutin ya tidak tidak
40 Perinem 64 P normal buruk baik tidak rutin tidak ya ya
41 Muzaeroh 42 P obesitas baik buruk tidak rutin tidak tidak tidak
42 Windarti 19 P normal buruk buruk tidak rutin tidak tidak tidak
43 Eka Kurnia 34 P obesitas baik baik tidak rutin tidak tidak tidak
44 Komari 65 L normal buruk buruk tidak rutin tidak ya ya
45 Eni Rahayu 27 P normal buruk baik tidak rutin tidak tidak ya
156
46 Putri L 25 P normal baik baik tidak rutin ya tidak tidak
47 Fauzan 50 L obesitas buruk buruk tidak rutin tidak tidak tidak
48 Ratri Dwi 29 P normal buruk baik tidak rutin tidak tidak tidak
49 Insanah 37 P normal baik buruk tidak rutin ya tidak tidak
50 Supriyadi 23 L normal buruk buruk tidak rutin tidak tidak ya
Dwi
51 Wahyuningsih 22 P normal buruk buruk tidak rutin tidak tidak ya
52 Ahmad Saih 24 L normal baik baik tidak rutin ya tidak ya
53 Mustikanah 51 P normal buruk buruk tidak rutin tidak tidak tidak
54 Umu Nafisah 28 P normal buruk buruk tidak rutin tidak tidak tidak
55 Sri Fadilah 45 P obesitas buruk baik tidak rutin tidak tidak tidak
56 Zainul Mufidah 26 P obesitas buruk baik tidak rutin ya tidak tidak
57 Sumi 50 P obesitas buruk buruk tidak rutin tidak tidak ya
58 Sumedi 62 L obesitas buruk buruk tidak rutin tidak ya ya
59 Citra 20 P normal buruk baik tidak rutin tidak tidak tidak
60 Lilik 26 L normal buruk baik tidak rutin tidak tidak tidak
61 Suminah 32 P normal buruk baik tidak rutin ya tidak tidak
62 Fatmi 30 P normal buruk baik rutin ya tidak tidak
63 Siti Azizah 21 P normal buruk baik tidak rutin tidak tidak tidak
64 Raminah 54 P normal buruk baik tidak rutin tidak ya ya
65 Sri Damayanti 32 P normal buruk baik tidak rutin tidak tidak tidak
66 Susilowati 33 P normal baik baik rutin tidak tidak ya
67 Retno 23 P obesitas buruk buruk tidak rutin tidak tidak tidak
68 Nur Fitriyati 25 P obesitas baik baik rutin tidak tidak tidak
69 Suyoto 57 L obesitas buruk buruk tidak rutin tidak tidak ya
157
70 Siono 47 L normal buruk buruk tidak rutin tidak tidak ya
71 Bambang 40 L obesitas baik baik tidak rutin tidak tidak tidak
72 Wakhid 40 L obesitas baik baik tidak rutin ya tidak tidak
73 Yunita 23 P normal baik baik tidak rutin ya tidak tidak
74 Khabib 56 L normal buruk baik tidak rutin tidak ya tidak
75 Mifrudin 39 L normal buruk buruk tidak rutin tidak tidak tidak
76 Asmi 27 P normal baik baik tidak rutin tidak tidak tidak
77 Joko 23 L normal buruk baik tidak rutin tidak tidak ya
78 Anik 25 P normal buruk baik tidak rutin tidak tidak tidak
79 Daryono 37 L normal buruk buruk tidak rutin tidak tidak tidak
80 Rina 27 P normal baik baik tidak rutin tidak tidak tidak
81 Sarwiyah 50 P normal buruk buruk tidak rutin tidak ya ya
82 Jumaidi 49 L normal buruk buruk tidak rutin tidak tidak ya
83 Monalisa 23 P normal baik baik rutin ya tidak tidak
84 Ahmad 21 L normal buruk baik tidak rutin tidak tidak tidak
85 Neli 35 P obesitas baik baik rutin ya tidak tidak
86 Yosida 24 P normal buruk buruk rutin tidak tidak tidak
87 Jamal 46 L normal buruk buruk tidak rutin tidak tidak tidak
88 Sutrisno 57 L obesitas buruk buruk tidak rutin tidak ya ya
89 Muwardi 39 L normal buruk baik tidak rutin tidak tidak ya
90 Samiyatun 54 P normal buruk buruk tidak rutin tidak ya ya
158
Lampiran 13. Analisis Univariat
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
159
5. Ditribusi Frekuensi Responden Menurut Perilaku Menyikat Gigi
Perilaku_Menyikat_Gigi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
160
9. Ditribusi Frekuensi Responden Menurut Merokok
merokok
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Periodontitis
ya tidak Total
Total Count 34 56 90
Chi-Square Tests
161
Likelihood Ratio 10.634 1 .001
N of Valid Casesb 90
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,96.
Risk Estimate
N of Valid Cases 90
Periodontitis
ya tidak Total
perempuan Count 18 34 52
Total Count 34 56 90
Chi-Square Tests
162
Likelihood Ratio .523 1 .470
N of Valid Casesb 90
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14,36.
Risk Estimate
N of Valid Cases 90
Periodontitis
ya tidak Total
normal Count 20 37 57
Total Count 34 56 90
Chi-Square Tests
163
Continuity Correctionb .217 1 .641
N of Valid Casesb 90
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,47.
Risk Estimate
N of Valid Cases 90
Periodontitis
ya tidak Total
baik Count 4 19 23
Total Count 34 56 90
Chi-Square Tests
164
Likelihood Ratio 5.931 1 .015
N of Valid Casesb 90
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,69.
Risk Estimate
N of Valid Cases 90
Periodontitis
ya tidak Total
baik Count 9 29 38
Total Count 34 56 90
Chi-Square Tests
165
Likelihood Ratio 5.720 1 .017
N of Valid Casesb 90
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14,36.
Risk Estimate
N of Valid Cases 90
Periodontitis
ya tidak Total
rutin Count 9 33 42
Total Count 34 56 90
Chi-Square Tests
166
Pearson Chi-Square 8.955a 1 .003
N of Valid Casesb 90
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15,87.
Risk Estimate
N of Valid Cases 90
Periodontitis
ya tidak Total
Scaling tidak scaling Count 24 24 48
Expected Count 18.1 29.9 48.0
ya scaling Count 10 32 42
Expected Count 15.9 26.1 42.0
Total Count 34 56 90
Expected Count 34.0 56.0 90.0
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 6.537a 1 .011
Continuity Correctionb 5.470 1 .019
Likelihood Ratio 6.686 1 .010
Fisher's Exact Test .016 .009
167
Linear-by-Linear Association 6.464 1 .011
N of Valid Casesb 90
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15,87.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Periodontitis
ya tidak Total
Diabetes_Militus ya Count 10 2 12
Expected Count 4.5 7.5 12.0
tidak Count 24 54 78
Expected Count 29.5 48.5 78.0
Total Count 34 56 90
Expected Count 34.0 56.0 90.0
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 12.224a 1 .000
Continuity Correctionb 10.091 1 .001
Likelihood Ratio 12.231 1 .000
Fisher's Exact Test .001 .001
Linear-by-Linear Association 12.089 1 .001
N of Valid Casesb 90
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,53.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
168
For cohort Periodontitis = ya 2.708 1.783 4.114
For cohort Periodontitis =
.241 .067 .860
tidak
N of Valid Cases 90
periodontitis
ya tidak Total
merokok merokok Count 14 12 26
Expected Count 9.8 16.2 26.0
tidak merokok Count 20 44 64
Expected Count 24.2 39.8 64.0
Total Count 34 56 90
Expected Count 34.0 56.0 90.0
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 4.016a 1 .045
Continuity Correctionb 3.112 1 .078
Likelihood Ratio 3.945 1 .047
Fisher's Exact Test .057 .040
Linear-by-Linear Association 3.971 1 .046
N of Valid Casesb 90
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,82.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
169
Lampiran 15. Analisis Multivariat
Variables in the Equation
95,0% C.I.for
EXP(B)
Perilaku_Menyikat_Gigi
-1.002 .550 3.311 1 .069 .367 .125 1.080
(1)
Kunjungan_Dokter_Gigi
-1.244 .525 5.607 1 .018 .288 .103 .807
(1)
Diabetes_Militus(1) -1.936 .989 3.829 1 .050 .144 .021 1.003
merokok(1) -.523 .574 .829 1 .362 .593 .193 1.826
Constant 2.385 .577 17.063 1 .000 10.860
Step 4a Perilaku_Menyikat_Gigi
(1) -1.070 .541 3.916 1 .048 .343 .119 .990
Kunjungan_Dokter_Gigi
-1.266 .524 5.839 1 .016 .282 .101 .787
(1)
Diabetes_Militus(1) -2.261 .853 7.016 1 .008 .104 .020 .556
merokok(1) -.628 .547 1.319 1 .251 .534 .183 1.558
Constant 2.374 .581 16.711 1 .000 10.745
170
Step 5a Perilaku_Menyikat_Gigi
(1) -1.167 .533 4.796 1 .029 .311 .109 .885
Kunjungan_Dokter_Gigi
-1.300 .519 6.281 1 .012 .273 .099 .753
(1)
Diabetes_Militus(1) -2.323 .862 7.260 1 .007 .098 .018 .531
Constant 2.266 .566 16.033 1 .000 9.643
Score df Sig.
Step 2a Variables Scaling(1) .021 1 .886
Overall Statistics .021 1 .886
Step 3b Variables Pengetahuan(1) .369 1 .543
Scaling(1) .031 1 .859
Overall Statistics .390 2 .823
Step 4c Variables Umur(1) .407 1 .523
Pengetahuan(1) .342 1 .559
Scaling(1) .002 1 .963
Overall Statistics .801 3 .849
Step 5d Variables Umur(1) .910 1 .340
Pengetahuan(1) .602 1 .438
Scaling(1) .018 1 .894
merokok(1) 1.335 1 .248
Overall Statistics 2.109 4 .716
a. Variable(s) removed on step 2: Scaling.
b. Variable(s) removed on step 3: Pengetahuan.
c. Variable(s) removed on step 4: Umur.
d. Variable(s) removed on step 5: merokok.
171
Lampiran 16. Dokumentasi Penelitian
172
Proses Wawancara Pada Responden
173
Proses pengisian lembar kuesioner oleh responden
174
Proses pengisian lembar kuesioner oleh responden
175