Bahan Bacaan
Bahan Bacaan
Bahan Bacaan
ATRESIA ESOPHAGUS
Embriologi tersering: usia minggu ke 6-8
Klasifikasi Gross
A: no fistel (long gap)
B: Proximal TEF
C: Distal TEF 85%
D: Proximal + distal TEF
E: TEF (tipe H) komplikasi tersering adalah pneumonia
F: stenosis
Diagnosa
Klinis
Hipersalivasi
Abdomen scaphoid
Radiologi
Babygram NGT tampak pada C7-Th12 tidak sampai ke gaster
Bronchoscopy untuk melihat ada/tidaknya TEF
Tatalaksana
Awal: cegah aspirasi, operasi dapat dilakukan saat usia 6 tahun
Gastrostomy + esophagostomy
Thoracostomy posterior approach pada fistel (+)
Gastric pull up pada long gap (tipe A)
Transposisi kolon
AKALASIA
Disfungsi dari Lower Esophageal Sphincter (LES) untuk membuka karena
degeneratif dari plexus aurbach.
Diagnosa
Klinis
Sulit menelan
Regurgitasi
Rasa penuh pada substernal
Odynophagia
Radiologi
Esofagografi (OMD) bird beak like
Manometri (Gold standard) LES saat relaksasi
Diagnosa banding
Hiatal hernia
HPS
GERD
Tatalaksana
Konservatif
o Relaxan (nitrogliserin)
o Pneumatic dilatation
Operatif
o Heller Cardiomyotomy (myotomy 5cm dari LES ke 2 cm proximal
gaster) + Funduplikasi
HPS
Hipertrofi Mukosa Pilori
Diagnosa
Cardinal sign
Non fecal vomitus (jernih)
Gastriv wave
Hipoklornemia
Hipokalemia
Asidosis
Olive sign
Usia 12 hari
Radiologi
OMD
o Caterpillar sign
o String sign
o Shoulder sign
o Umbrella sign
USG tebal pylorus >4mm dengan diameter lumen 14 mm atau panjang
saluran 16mm
X-ray single bubble
Tatalaksana
Ramsted Piloromiotomy
ATRESIA PILORY
Klasifikasi (3 tipe):
I = tipe membrane
II = solid cord/fibrotic
III = Gap pillory-duodenum
Diagnosa
Klinis
Distensi epigastrium
Muntah jernih non bilious
Radilogi
Single bubble
Diagnosa banding
Atresia duodenum proximal
HPS
Malrotasi + midgut volvulus
Gastric volvulus
Tatalaksana
Tipe I piloroplasty
Tipe II
o Piloroplasty
o Bilroth I
Tipe III sama dengan tipe II
ATRESIA DUODENUM
Kegagalan rekanalisasi/vakuolisasi pada masa embrio
Diagnosa
Klinis
Muntah bilious/keruh/hijau regurgitasi
Distensi epigastrium
Meconium kering
Residu NGT >20cc
Radiologi
Babygram double bubble
Tatalaksana
Duodeno-duodenostomy
Duodeno-jejunostomy
ATRESIA JEJUNO-ILEAL
Lesi vaskular local (a. mesentrika)
Diagnosa
Klinis
Muntah bilious
Distensi
Mekonium kering/dempul
Radiologi
Babygram multiple bubble
Barium enema mikrokolon, menyingkirkan DD/ Hirschsprung, meconium
ileus dan untuk melihat malrotasi
Tatalaksana
Tipe I, II, IIIA reseksi anastomosis, bishop koop, santoli
Tipe IIIB – IV reseksi, plikasi
MEKONIUM ILEUS
Sumbatan akibat meconium yang lengket, biasanya berhubungan dengan fibrotic
kistik
Diagnosa
Klinis
Muntah bilious
Distensi
Peristaltik
Radiologi
Babygram Groung glass, Soap bubble, Kalsifikasi (mekonium peritonitis)
Barium enema dapat untuk diagnostik, menyingkirkan diagnosa banding,
maupun terapeutik mekonium menjadi encer
Laboratorium
Sweat test kadar klorida pada keringat
Tatalaksana
NOM kontras enema
Operatif irigasi + enterostomy (santoli/bishop koop)
ATRESIA ANI
Embriologi saluran cerna
Foregut (esophagus – duodenum)
Midgut (duodenum – Kolon transversum)
Hindgut (1/3 distal kolon transversum – anus)
Etiopatologi
Kegagalan penurunan septum anorektal pada masa embrional (minggu ke-8)
Embrionik
Sel-sel primitif minggu ke 4
Term minggu ke 6-8
Pemisahan septum minggu ke 8
Klasifikasi (PENA)
Letak
o Tinggi: jarak rektoanokutan >1cm kolostomi 8 minggu kemudian
PSARP
o Rendah: jarak rektoanokutan <1cm minimal PSARP
Jenis kelamin
o Laki-laki
Tanpa fistel
Rektovesika fistel
Rektouretra fistel
Perianal fistel
o Perempuan
Tanpa fistel
Rektovestibular
Rektovaginal
Rektoperianal
Kloaka
Diagnosa
Klinis (PF)
Anal dimple pada letak rendah (+)
Bucket handle pada letak rendah (+)
Mekonium di urin (bila terdapat fistel)
Fistel
Radiologi
Babygram melihat kelainan kongenital lain (VACTREL)
Knee chest position (Invertogram)
o Letak tinggi >1cm
o Letak rendah <1cm
Tatalaksana
Catatan:
Rektovestibula kolostomi dilakukan pada usia 3 bulan konsistensi feses
sudah lebih padat sehingga membuat fistel tidak adekuat
Tindakan Minimal PSARP tidak melewati anal dimple, caranya:
1. Buat marker di arah jam 1, 5, 7, dan 11
2. Insisi anal dimple sampai dengan punctum rectum
3. Klem mukosa rectum di jam 3, 6, 9, dan 12 (teugel)
4. Jahit mukosa ke kulit dengan water tight
Diagnosa
Defek >4cm
Viscera dibungkus selaput amnion dan peritoneum dan northon jelly
Umbilical cord (+) on top
Etiologi
Infeksi
Obta-obatan
Merokok
Defisiensi B6
HIpoksia
Genetik
Kelainan penyerta
Beckwith Weiderman
OEIS
Gershoni
Donai barrou
Prunebelly
Pentalogy Cantrell
Tatalaksana
Konservatif (Defek besar) kantung diolesi iodine povidon dan ditutup
dengan silobag agar terjadi epitelialisasi
Primer closure, syaratnya:
o Ukuran defek kecil (kurang dari sama dengan 5 cm)
o Tidak ada keluhan penyerta
o Staged closure mencegah komplikasi ACS
Skin flap Silobag Sequel sac ligase
GASTROSCHIZIS
Defek paraumbilical oleh karena lesi vaskular (v. umbilical dextra)
Diagnosa
Defek <4cm
Tidak ada sac
Umbilical cord (+) normal
Etiologi
Gagal berkembangnya coelom umbilicus akibat lesi vaskular = dinding kanan
lemah.
Tatalaksana
Pre op:
o Iv line untuk menjaga trias stabilitas:
Air dan elektrolit 175cc/kgBB/24jam
Asam basa
Suhu
o Viscera ditutup dengan kassa + NaCl + antiseptic
o Antibiotik
o OGT/NGT dekompresi atas-bawah
Repair rerlaparatomy
o Primer closure <20menit jangan oedem
o Stage closure >20menit (sudah oedem) Skin + silobag
GRANULOMA UMBILIKAL
Defek granulasi 1-10mm
Terapi
Albothyl
Eksisi
Variasi
Sinus
Kista
Sisa mukosa
Kongenital band
Tatalaksana
Minilaparatomi semilinear insisi cari dasar
<2cm insisi lagi
>2cm laparatomi reseksi
URACHUS
Sisa duktus urach, dapat berupa:
Kista
Sinus
Urachus persistent (keluar urin dari umbilicus)
Diagnosa
Fistulografi
CT-Scan
MRI
Tatalaksana eksplorasi
Infeksi drain
Kista eksisi
HERNIA UMBILIKAL
Kelemahan dasar umbilical oleh karena lemah fascia Richter. Tidak ada jaringan
tali pusat
Tatalaksana
Small ring <1cm close spontan, tidak perlu op/NOM
Large ring >1,5cm dan menetap sampai dengan usia 5 tahun operasi
Etiologi
Inkomplit
Migrasi sel crest pada neuroenterik sistem
Hostile environment terapi
Klasifikasi
Rektosigmoid 75%
Midtranversum (long segment) 17%
Total kolon aganglionik 8%
Total kolon + Intestinal 1/3 distal jarang
Ultra short jarang
Diagnosa
Klinis
Neonatus
o Trias HD
Fekal vomitus
Distensi
Meconium late >24jam 42%
Anak-anak/Dewasa
o Gangguan defekasi
o Riwayat luxant
o Enterokolitis
o Malnutrisi (failure to thrive)
PF
Dam contour
Dam steifung
Bising usus
RT feses menyemprot
Radiologi
Abdominal X-ray (babygram)
o Udara ke rectum (+)
o Dilatasi usus
o Air fluid level
o Diameter kolon >6.5cm
Barium enema tekniknya: Posisi pasien tengkurap kemudian water
soluble dimasukkan dengan C-arm melalui kateter no8 tidak lewat 2cm
(akan melewati zona aganglionik), lalu miringkan sampai terlihat zona
transisi watersoluble di stop kateter dilepas dan difoto ulang pasca
evakuasi
o Zona dilatasi (ganglionik) abrupt
o Zona transisi (kerucut) cone
o Zona sempit (aganglionik) Funel
o Reverse rektosigmoid index sigmoid > rektum
o Ireguler mukosa pada aganglionik enterokolitis
o Retensi barium 24-48 jam khas pada HD
Biopsi
Full rectal thickness 0.5-1cm diatas dentate line
Suction biopsi (noolet) di submukoa 2,3,5 cm dari anorektal verge
VC
Elektromagnet
Elektroda ke atas (kontraksi) (+)
Elektroda ke bawah (relaksasi) (-)
Imunohistokimia S102
Diagnosa banding
Atresia ileum
Mekonium plak
Atresia rektal
NEC
Small left colon
Obstipasi psikogenik
Tatalaksana (pullthrough)
Sementara
o Wash out 2x sehari (20cc/kgBB/x washout)
o Kolostomi
Neonatus usia 2 bulan (definitf) maturitas ganglion (+)
Kontraindikasi pullthrough
Anak terlambat didiagnosa >>dilatasi usus
Enterokolitis dan KU buruk
Zona transisi tidak jelas
Penyakit mengancam nyawa
Dekompresi tidak adekuat
Definitif
o Duhamel (retrorectal pullthrough)
o Soave (endorectal pullthrough)
o TEPT 3-5 hari PBJ 14 hari anal dilatasi Businasi selama 6 bulan
(cincinati)
Bulan I: 1x1
Bulan II: selang 1 hari
Bulan III: selang 2 hari
Bulan IV: 2x seminggu
Bulan V: 1x seminggu
Bulan VI: 1x sebulan
o Swenson (preservasi rectum distal, rektoanal)
o Rehbein (seperti LAR)
Komplikasi pullthrough
Early: obtruksi, ILO
Late: konstipasi, inkontinensia, enterokolitis, striktur
HAEC
Sindroma Diare (69%), muntah (51%), distensi, demam (34%), kolik, feses
darah dan bau, letargi (27%)
Diagnosa
Klinis mirip dengan pasien HD
Radiologi babygram
Saw tooth (gergaji)
Dilated bowel
Penumatosis (udara di dinding usus)
Terapi
Kasus ringan: antibiotik broad spectrum oral
Kasus berat: antibiotik broad spectrum iv
Pencegahan:
o Washout pre dan pasca op rutin
o Diet tinggi serat
Faktor resiko
Usia tua (70 tahun)
DM
Hipertensi
Hiperkolesterolemia
Riwayat klaudicatio
Nadi abnormal pada ekstremitas
Hiperlipidemia
Rokok
Diagnosis
Anamnesis
Pain (claudication)
Ulcer
Blackish limb colour
Laboratorium
KGDS
Urin dan darah rutin
Lipid profile
Ur/Cr
Coagulation profile (bleeding time dan cloting time)
Nilai normal PT: 12-16”, APTT: 23-36”, INR: 0.9-1.2”, D-dimer <300ng/ml
Tes inspeksi:
Buerger postural tes
Posisi supine -> elevasi kaki 30o selama 2 menit pucat severe iskemik
Capillary refilling
Pasien duduk, kaki terjuntai 20-30 detik belum merah severe iskemik
Venous refilling
Dari posisi tes buerger lalu kai diturunkan vena >4-5 detik baru refill
severe iskemik
Terapi
Konservatif hentikan rokok, control DM/gula darah, HT dan heart disease
diobati, control hyperlipidemia
Medikal
oPentoxiphilin 400mg 2x1
oCilostazol 100mg 2x1 (vasodilator)
oAnalgetik (diklofenak)
oAspirin 1x80mg (anti-trombotik)
oProstaglandin
oAnti-koagulan (heparinisasi)
3-5IU/kgBB/jam selama 3 hari dengan syringe pump (1cc = 5000IU)
Surgical
o Endovascular
Angioplasty optimal pada suprainguinal dan kasus stenosis
Trombektomi
o Open
Suprainguinal
Aortobifemoral bypass
Femoro-femoral bypass
Infrainguinal
Femoro-poplitea bypass
Femoro-tibial bypass
Indikasi operasi
Intermitten claudication
Critical limb ischemic
REYNAUD DISEASE
Type
Disease Phenomenon
Komorbid Vasokonstriktor
idiopatik Stress suhu
penyakit lain (β-blocker)
Diagnosis
Klinis
Perubahan warna pada akral (jari, telinga, dan hidung)
Putih iskemik, biru sianosis, merah kontriksi
Terapi
Konservatif Ca-channel blocker (nifedipin, nitrogliserin)
Operatif
o Digital simpatotectomy
o Laser terapi CVCA
Fontaine staging
I = asimptomatik
II = Intermitten claudication
III = iskemik, pain at rest
IV = ulceration or gangrene
Tindakan
Stage I, II imaging revaskularisasi elektif heparinisasi/trombektomi
Stage IIb imaging (bila tidak ada gawat darurat) revaskularisasi
emergensi
Stage III, IV amputasi
BUERGER DISEASE
Definisi: segmental oklusi arteri perifer distal ekstremitas
Diagnosa
Klinis
Shinoyaclas
o Perokok
o Usia <50tahun
o Oklusi infrapoplitea
o Tidak ada sebab lain dari atherosklerotik
Nyeri bertahap
Sianosis
Nekrotik
Perabaan dingin
Klaudikasio intermitten
Capillary test dan vena refilling test (+)
Radiologi
CT-angiografi/MRI
Arterografi (curiga emboli paru)
Terapi
Vasodilator/prostaglandin
Operasi
o Simpatectomy ( arterial pressure)
o Bypass graft (untuk daerah proximal)
VENA
CHRONIC VENA DISEASE
Klasifikasi
Clinical (0-6): no sign, telangiektasis, varises, leg edema, skin change (pigmen),
ulcus healing, active ulcus
Anatomi:
Superficial vein (great magna)
Perforator (v. perforator)
Deep vein (v.saphena prava/short saphena)
Patofisiologi:
Refluks (insufisiensi valve)
Obtruksi (thrombus)
Refluks + obstruksi
Diagnosa
1. Primer atau sekunder?
2. Mengenai saphena magna atau spahena prava?
3. Mengenai safenofemoral atau popliteal inkompeten?
4. Mengenai perforator?
5. Klasifikasi klinis?
6. Dengan atau tanpak komplikasi?
Tes untuk diagnostik
Safenofemoral inkompeten (superfisial)
o Trendelenburg I
o Morrisey cought impulse
Perforator inkompeten
o Trendelenburg II
o Torniquet tes
o Pratt tes
o Fegon tes
Deep Vein
o Perfleks tes
o Honen sign
o Moses sign
Terapi
Telengeaktasis skleroterapi
Vena berikosa (diameter 3mm)
o Stripping
o Phlebektomi
Leg edema stocking compress
Skin change vaselin
Ulcus healing vaselin
Ulcus aktif debridement
Etiologi
Kongenital (avalve, malformasi)
Primer (insufisiensi, elongasi, redundant)
Sekunder (thrombus)
Faktor resiko
Lama berdiri, rokok, trauma, AV shunt, herediter, hamil ,ascites
Diagnosa
CEAP
Tes CVD
Pemeriksaan penunjang
o Non-invasif
USG Doppler
Duplex USG probe diletakkan di safenofemoral joint mid tight dan
safenopoplitea (+) bila ditekan betisnya terdengar suara
(audible)
o Invasif
Venografi (+) bila terdapat filling defek, oklusi, kolateral, disfungsi
vena
Terapi
Skleroterapi: indikasi varises kecil, rekuren, telangiektasis <0.5mm,
kosmetik
o Sodium tetradexyl 3% + Etamolamid maleat 5%
o Stocking compress 3-6 minggu post skleroterapi
Operasi: indikasi kosmetik, ulkus, gejala simptomatis
Ulkus vena (bissgard metode)
o Debridement + topikal antibiotic bila infeksi
o Istirahat dengan kaki elevasi
o Stocking kompres 30-40minggu
o Mobilisasi jinjit sampai dengan granulasi
Obtruksi thrombectomy + stripping/phlebectomy hook (superficial vein)
Insufisiensi valve repair
Endovascular
o SEPS (subfasial endoperforator surgery)
o EVLA (endovenous Laser Ablasi)
Diagnosa
Klinis Classic Homar Sign
Edema
Nyeri dorsoflexi
Distensi vena
Laboratorium
D-dimer tes parameter thrombosis aktif
Radiologi
USG Doppler
Venografi
Terapi
Konservatif heparinisasi 5 hari kemudian monitor dengan cek APTT
Operasi
o Palma operation femoro-femoral graft
o May-Husein popliteal-safena magna graft
Endovascular SEPS & EVLA
TRAUMA VASKULAR
Jenis trauma vascular
Komplit transeksi
Partial rupture
Trombosis akibat kontusio
Spasme vaskular akibat trauma
Etiologi
Gunshot 70-80%
Stab wound 5-10%
Blunt trauma 5-10%
Iatrogenik 5%
Diagnosa
Klinis
Pemeriksaan Penunjang
Pulse Oxymetri
ABI tes
Radiologi
USG Doppler
o Tunika intima tear
o Thrombosis
o Pseudoaneurisma
o AV fistula
USG Duplex
CT-angiografi Gold standard
Derajat Shock
Volume Akral Urin Kesadaran Nadi Tekanan
(ml) (x/mnt) darah
I <750 Normal 1cc/kgBB normal <100 Normal
II 750-1500 Sedang 0.5ccc/KgBB 100-120 Normal
III 1500-2000 delirium 120-140
IV >2000 (-) koma >140
Manajemen
Hemorrhage control
Direct pressure site injury
Pasang kateter untuk hentikan perdarahan (pada luka tusuk dalam dan luka
tembak)
Jika mungkin, saat operasi pasang balloon ke bagian proximal trauma
Operatif Strategi
o Laserasi suturing
o Avulsi/losis vein patch
o Transeksi
End to end suture
Side to side suture
End to side suture
o Graft
o Contusio-trombosis
Trombektomi
Graft
o Damage control surgery
Ligasi eksternal a.iliaca (efek samping critical limb ischemic)
Semua vena boleh diligasi termasuk v.cava inferior
o Shunting dilakukan pada:
Critical limb ischemic dapat dengan selang infus, NGT, bahkan
chest tube sesuai dengan diameter pembuluh darah sebagai
temporary
Cedera + fraktur yang akan di ORIF
Respon Resusitasi
Rapid stabil beri maintenance tetap stabil
Transient stabil beri maintenance tidak stabil
Unrespon tidak respon dalam pemberian cairan
MESS SCORE (ELSA)
Energy
Low (close fracture) 1
Medium (open fracture) 2
High (gun shot) 3
Massive (crush) 4
Limb ischemic
Pulse , iskemik (-) 1*
Pulse (-), slow capillary filling 2*
Pulse (-), cold, capillary filling (-), 3*
paralise
Shock
TD stabil 0
Hipotensi, respon terhadap resusitasi 1
Persisten hipotensi, TD<100 2
(unrespon)
Age
<30 tahun 0
30-50 tahun 1
>50 tahun 2
Keterangan:
*Lebih dari 6 jam skor x 2
MESS skor >7 = amputasi
TO ANASTOMOSIS
1. Siapkan larutan spooling 1cc heparin/100cc NaCl 0.9%.
2. Spooling di stump sampai dengan lancar dan thrombus (-).
3. Refreshing stump
4. Anostomosis dengan prolene 7.0
5. Pastikan flow lancar post-anostomosis
6. Heparin 5IU/kgBB/jam dengan syringe pump selama 3 hari + aspilet
1x80mg selama 1 bulan.
Syarat Anostomosis
Gap <2 cm end to end
Gap >2cm graft
Akral baik, hangatkan ekstremitas (dingin spasme/thrombus)
CLEFT LIPS
Problem/masalah yang dapat timbul pada pasien:
Kesulitan minum air/resiko aspirasi
Gangguan bicara
Gangguan pendengaran
Infeksi telinga
Gangguan gigi dan rahang
Malnutrisi
Gangguan perkembangan wajah
Etiologi/predisposisi
Kongenital
Gangguan pada trimester 1
Obat-obatan
Radiasi
Stress saat kehamilan
Virus
Trauma
Diagnosa
Anamnesis sambil liat kondisi pasiennya
Identitas pasien
Anak keberapa dari berapa saudara
Kelainan VACTREL
Manajemen
LUKA BAKAR
Etiologi
Air panas
Api
Listrik
Gesekan
Kimia
Inhalasi
Manajemen
Resusitasi (FATT + ESMB)
Rawat luka
Cuci (air/saline/chlorhexidine 0.1%)
Tutup/balut (plastic/opsite)
Elevasi ekstremitas
Hentikan proses burning (stop, drop, cover face, and roll)
Breathing:
Bebaskan gerakan dada
Luka bakar yang melingkar di dada eschartomy
Beri O2 100% 15L/i dengan rebreather mask
Awasi frekuensi napas <10->30x/i
Circulation:
Perhatikan tanda-tanda hipovolemik pucat, kesadaran , capillary refill
>2 detik
Cek lab lengkap
Resusitasi
Double iv line
Environtment:
Lepaskan pakaian
Miringkan pasien
Kontrol suhu tubuh pasien agar tetap hangat
Hitung luas luka bakar
Test:
Lab darah rutin, Ur/Cr, Echocardiografi, dll
Radiologi cervical, thorax, dan sesuai indikasi (daerah trauma lainnya)
Tubes:
Pasang kateter untuk pemantauan urin
Pasang NGT (bila luka bakar pada dewasa >20% dan anak-anak >10%)
FRAKTUR
RADIUS ULNA
Manajemen
Konservatif
o Tindakan
o LAC DP, MN, PS 3 minggu nilai klinis radiologis
Operative
o ORIF
o OREF
Komplikasi
Awal: perdarahan, kompartemen
Lanjut: Frozen shoulder, stiffness
SUPRACONDYLER HUMERI
Klasifikasi Gartland
Tipe ekstensi
o Undisplace
o Partial displace
o Displace
Tipe Fleksi distal fraktur ke arah dalam
Manajemen
Konservatif pre-op
o Posterior arm sling
o U-slab
o Dunlop traction
Operatif
Komplikasi
Awal: perdarahan, kompartemen, lesi n.radialis, infeksi
Lanjut: volksmen iskemik, AVN, varus deformity, malunion, nonunion
CLAVICULA
Manajemen
Konservatif
o Figure of eight, bandage
o Arm sling
ORIF
Indikasi operasi
Open
Distal/lateral
Multiple trauma
Kejang
Segmental
Neurovascular injury
Komplikasi fraktur
SHOULDER DISLOCATION
Klasifikasi
Anterior
Posterior
Sublukasi errecta
Teknik repair
Stomson
Kocher’s
Hipocrates
Spaso
Mile
TIBIA
Proximal
Isolated fraktur 1/3 proximal fibula + ligament Moisonare Fracture
Komplikasi
Ankle injury
Peroneal nerve injury/entrapment
LCL injury
PF
Look: swelling, luka, hematoma, kompartemen sign(?)
Feel: nyeri, NVD (pulse, parestesi, drop foot, kompartemen)
Move: ROM sendi knee/ankle
Penunjang
Rontgen
Tibia-fibula (cruris)
Knee joint
Ankle joint
Manajemen
Menurut Gustilo Anderson, terdapat 4 kompartemen:
o Soft tissue
o Konfigurasi fraktur
o Severity energy trauma (mekanisme trauma) high: oblique,
transverse, kominutif; low: spiral
o Kontaminasi
Menurut Montra Tibia-fibula
o Antibiotik
o Debridement
o Stabilisasi
o Soft tissue cover
o Rehabilitasi
Pasca operasi parsial weight bearing ASAP/dalam beberapa hari kemudian
dilanjutkan full weight bearing setelah 6 minggu. Sebaiknya weight bearing
dilakukan setelah tampak callus pada rontgen ulang.
Komplikasi
Awal: vascular injury (popliteal) harus repair, kompartemen (fasciotomi
di anterolateral s/d posterolateral), infeksi
Lanjut: Malunion, non/delayed union, stiffness, osteoporosis
Ulnaris:
Froment test pegang kertas ibu jari fleksi = lesi (+)
Opposite sign test regangkan jari 1-5
Medianus:
Oke sign pertemukan jempol dengan telunjuk
PATELLA
Klasifikasi
Transverse
Cominuted (stelata)
Longitudinal
Distal pole
Oesteochondral
Manajemen
Konservatif removable brace
Operatif ORIF
o Corelage wiring (senar)
o TBW 4-6 minggu mobilisasi dalam 1 minggu post TBW untuk
mencegah stiffness
o Partial patellectomy jika bisa rekonstruksi
o Total patellectomy jika tidak bisa rekonstruksi
Komplikasi
Full ekstensi (-)
Patella alta (menjauh)
TIBIA PLATEAU
Klasifikasi Schatzker
I = lateral split
II = lateral split + depress
III = Depress lateral
IV = split + depress medial
V = Bicondilar plateau
VI = disosiatif metafisis dan diafisis
Manajemen
Konservatif indikasi: undisplace, low energy
o Hinged knee brace 4-8 minggu partial weight bearing (1/3-1/2 BB)
12 minggu full weight bearing
o Kocher splint
Operatif
o OREF
o ORIF
Radiologi
Seanton line (-)
Penilaian Rö pelvis
1. Sacroiliac line
2. Ileopectineal line
3. Ileopubic line
4. Symphisiolisis
5. Doom acetabulum
6. Lip anterior acetabulum
7. Lip posterior acetabulum
8. Tear drops
9. Seanton line
Reposisi dipasang traksi agar tidak terjadi rekuren dilakukan dalam GA
Teknik bigelow
Alice
Thomson
Traksi dilakukan kea rah yang deformitas flexi hip 90o dan eksorotasi s/d
terdengar suara “clunk”
Indikasi Operasi
Symphisiolisis >2,5cm
Rupture uretra pars bulbosa
Hemodynamic unstable mencari sumber perdarahan
FEMUR
Definisi: fraktur di tulang femur pada bagian proximal sampai distal femur
Etiologi
Trauma (high energy)
Patologis
Metastasis tumor
Iatrogenic
Klasifikasi
Fr. Neck femur Fr. 1/3 medial
Fr. Intratrochanter Fr. 1/3 distal
Fr. Trochanter Fr. Supracondiler
Fr. 1/3 proximal Fr. Condiler
Diagnosa
Anamnesis
Nyeri dan sulit menggerakan femur
Luka pada femur
Memar pada femur
Riwayat trauma
Penyakir degenerative
Benjolan di femur (tumor)
PF
Look: deformitas, luka, perdarahan aktif, swelling, kontaminasi, tampak
fragmen tulang, soft tissue damage
Feel: nyeri, krepitasi, NVD sensibilitas baik/tidak, pulsasi arteri di popliteal
dan regio femoral
Move: ROM terbatas
Pemeriksaan penunjang
Rontgen Femur AP/lateral, hip, dan knee
Diagnosa banding
Dislokasi hip
Fraktur pelvis
Manajemen
Emergensi traksi dan pasang bidai untuk mengurangi nyeri, mengontrol
perdarahan, imobilisasi, dan untuk mempermudah transfer/rujuk
Konservatif traksi dilakukan selama 1-2 minggu dengan beban 3kg/
1/7kgBB posisi abduksi evaluasi anatomical leg length (trochanter –
condyle lateral) bila overriding 1cm, tulang akan normal kembali dalam 1
tahun pasang hemispica selama 3 minggu nilai klinis dan radiologi
Belum ada perbaikan pertahankan
Ada perbaikan lepas
Pada bayi: Bryant traction/balance traction (beban dihitung, panggul
terangkat 1cm dari bed) beberapa hari s/d 1 minggu hemispica 3-4
minggu evaluasi klinis dan rontgen
Pada anak: skin traction
Pada dewasa: skeletal traksi splint (Thomas metode) atau tanpa splint
(perlains traction) stocking 6-8 minggu lepas traksi (upper third
dilanjutkan hemispica, lower third dilanjutkan brace/hinged knee) 16-24
minggu
Indikasi: usia <10 tahun, close fracture, acceptable/simple fracture
Fungsi traksi: imobilisasi, jaga alignment, nyeri
Operatif
OREF
ORIF
Indikasi: usia >10tahun, open or close fracture, gagal konservatif, non-
acceptable, multiple fracture, kejang
Rehabilitasi
Follow up minggu pertama pasca operasi hari pertama mobilisasi
fleksi dan ekstensi (isometric mobilization)
Follow up minggu kedua pasca operasi partial weight bearing dengan
tongkat (isotonic mobilization)
Operatif approach
Proximal femur
o Lateral
o Posterolateral
o Anterolateral
o Ileofemoral
o Nailing
Shaft femur
o Interlocking nail
o Lateral
Distal femur
o Anterolateral
o Lateral parapatelar
o Medial
o Posterior
Komplikasi fraktur
Awal: perdarahan, kompartemen, the second hit (5-6hari): Fat emboli (72%)
dan imunocompromise (aktivasi proinflamation agent), gangrene gas
Lanjut:
o Sendi stiffness, septik arthritis, arthritis
o Tulang malunion, non union, osteomyelitis, delayed union, refraktur
o Otot myositis ossifican
o AVN
ANKLE
Definisi: fraktur mengenaik tibia, fibula distal dan tallus serta ligament complex
yang mengikatnya.
Sindesmosis: ligament complex antara tibia dan fibula yang menjaga kestabilan
ankle. Terdapat 4 ligamen:
ATFL (anterior talofibular ligament)
PTFL (posterior talofibular ligament)
Intraoseus
Transverse tibiofibular ligament
Klasifikasi
Weber
A = fraktur fibula sindes
B = fraktur fibula sejajar sindes
C = fraktur fibula sindes
Langlansen (mekanisme trauma + fraktur malleolus medial)
Pillon (sindesmosis/fibula + fraktur distal tibia)
Diagnosa
Radiologi
x-ray: ankle AP/lateral + Mortise view
CT-scan/MRI
Komplikasi
Lesi n.peroneus drop foot (dorsoflexi (-))
Lesi n.anterior tibia tarsal tunnel syndrome
Manajemen
Konservatif
Indikasi: undisplaced talar tilt
o Teknik: LLC (1/3 BB) 3 minggu PTB 4 minggu klinis radiologi
pertahankan PTB 10-12 minggu partial weight bearing 2 minggu
Operatif
o OREF
Soft tissue jelek
Edema berat
Unstable deformity
Jenis: uniplanar unilateral, uniplanar bilateral, multipleplanar
o ORIF
DISLOKASI HIP
Definisi: keluarnya caput femur dari acetabulum atau menembus acetabulum
Etiologi
Trauma
Kongenital (CHD)
Reduksi
Traksi ke arah deformitas (adduksi dan internal rotasi) s/d fleksi hip 90o
eksorotasi s/d terdengar suara “clink” evaluasi reduksi dengan fleksi hip 90o
dan longitudinal serta posterior force (tekanan) pasang traksi (2 minggu)
Rö hip partial weight bearing 3 bulan
Klasifikasi
Posterior dislokasi
Anterior dislokasi
Central dislokasi
Pemeriksaan Fisik
Look: Adduksi, slight fleksi, shortening, endorotasi (internal rotation)
Feel: nyeri/tidak bisa memposisikan ke posisi normal/tidak dapat
meluruskan kaki. Teraba caput femur di panggul
Move: ROM terbatas, NVD(?), lesi n.ischiadicus/region arteri obturator
Pemeriksaan penunjang
Rö pelvis AP dan femur AP/lateral bila dicurigai adanya fraktur di femur
(tampak gambaran caput di posterior acetabulum dan disalignment seanton
line)
CT-scan
Obturator view (judet view) melihat anterior dan posterior acetabulum
Diagnosa banding
Dislokasi anterior
Dislokasi sentral
Fraktur neck femur
Fraktur Intertrochanter
Fraktur 1/3 proximal femur
Terapi
Close reduction dengan pembiusan approach: Allice, Bigelow, Captain
Morgan, Stinson, dll
Open reduction (bila gagal close reduction atau neglected dislocation)
approach: posterior approach (Kocher-langenback)
Rehabilitasi
o Pasca reposisi skin traksi selama 2 minggu partial weight bearing,
mobilisasi sampai full weight bearing selama 3 bulan
o Mobilisasi segera dilakukan bila rasa nyeri berkurang
Pemeriksaan Fisik
Look: Eksorotasi, abduksi dan ekstensi, benjolan di inguinal
Feel: Teraba caput femur di inguinal
Move: ROM terbatas, NVD (?), rupture a.gluteal superior (?)
Pemeriksaan penunjang
Pelvis AP disalignment seanton line, caput femur di anterior
Obturator view
Diagnosa banding
Dislokasi posterior
Dislokasi sentral
Fraktur neck femur
Fraktur Intertrochanter
Fraktur 1/3 proximal femur
Terapi
Close reduction Allice, traksi, adduksi
Open reduction approach: anterolateral pasca reposisi
Rehabilitasi sama dengan dislokasi posterior pasca reposisi
CENTRAL DISLOKASI
Anamnesis
Pasien sulit dan nyeri menggerakkan ekstremitas bawah panggul
Riwayat trauma, mekanisme, waktu, arah (jatuh dari ketinggian atau arah
trauma dari lateral)
Pemeriksaan Fisik
Look: memar di paha, tungkai tidak tampak kelainan
Feel: nyeri
Move: ROM terbatas
Pemeriksaan penunjang
Rö pelvis AP: caput femur menembus acetabulum
Obturator view: fraktur dinding anterior-posterior rim acetabulum
Diagnosa Banding
Dislokasi anterior
Dislokasi posterior
Fraktur neck femur
Fraktur Intertrochanter
Fraktur 1/3 proximal femur
Terapi
Close reduction traksi + skin traction 4-6 minggu
Open reduction approach: posterior approach (Kocher-llangenback)
Rehabilitasi partial weight bearing mulai minggu ke-8
Komplikasi
Awal: sciatic nerve palsy/injury, ruptur a.obturator
Lanjut: AVN, rekuren, OA, myositis, osteosklerotik head femur
Diagnosa
Klinis
Dinner Fork deformity oleh karena fragmen tulang distal ke arah dorsal
Shortening
Terapi
Non-operative
o Undisplace fracture below elbow cast 3 minggu (palmar fleksi, ulnar
deviasi)
o Displace fracture close reduction under GA/block anestesi below
elbow cast 3-6 minggu evaluasi klinis dan radiologi mobilisasi
ASAP
Operatif comminuted fracture
Komplikasi
Awal: sirkulasi tangan terganggu, nerve injury, RSD (reflex sympathetic
dystrophy) KHAS
Lanjut: malunion, delayed union, non union (poor vascularization, soft tissue
interpose), stiffness
Diagnosa
Klinis garden spade deformity
Terapi
Non operatif (stable) close reduction on GA + below elbow cast 6 minggu
Operatif (unstable)
MONTEGIA FRACTURE
Definisi: fraktur shaft ulna + dislokasi proximal radius ulnar joint
Mekanisme trauma pasien jatuh dengan tangan menahan tubuh yang berputar
(outstretch and twisting arm)
Diagnosa
Klinis Lesi n.radialis (drop hand), swelling elbow
GALEAZZI FRACTURE
Definisi: fraktur shaft distal radius + dislokasi distal radius ulnar joint
Mekanisme trauma jatuh dengan tangan menahan tubuh dan super imposed
rotation
Diagnosa
Klinis
Tonjolan styloid ulnar (dislokasi)
DRUJ mobile piano key test
Diagnosa
Klinis dinner fork (?), Garden spade (?)
Terapi
Non operatif (stable) close reduction under GA + below elbow cast 3-6
minggu
Operatif (unstable) ORIF/cross wire
Mayor Minor
• Sesak • Takikardia
• Penurunan kesadaran • Demam
• Petechial rash • Jaundice
• Anemia
• Trombositopenia
• Fat myoglobinuria
• Retinal change
• Gangguan ginjal
Diagnosa
Klinis
Akut: demam, nyeri, edema, eritema, gerak terbatas
Kronis: ulkus dan drainase sinus
Laboratorium
Darah lengkap: LED
Kultur pus
Radiologi (X-ray)
Squester tulang mati
Periosteum >>
Klasifikasi
Waktu
o Akut: 7-14 hari
o Sub akut: 14 hari – 3bulan
o Kronis: >3bulan
Stadium
I = medular
II = kortikal
III = medulokortikal local
IV = medulokortikal diffuse
Terapi
Akut: antibiotik 6 minggu
Sub akut: debridement
Kronis: Debridement + gathering antibiotic
Komplikasi
Osteonecrosis
Septik arthritis
Gangguan pertumbuhan
Kanker kulit SCC
Fraktur patologis
Abses tulang
Bakteriemia sepsis
TRAUMA KEPALA/TRAUMA CAPITIS (TC)
Terdiri dari:
COP (cedera otak primer) trauma langsung di kepala, tengkuk/jatuh
terduduk gangguan fungsi dan anatomi otak fraktur, DAI, kontusio,
laserasi scalp
COS (cedera otak sekunder) perdarahan dan edema otak, hipoksia,
infeksi, TIK, infark
Manajemen TC
GCS Hemiparese
Anisokor
CKR
kejang
Lateralisasi
Observasi 2 Bradikardia
jam Bradipnoe
Cushing
Hipertensi
Indikasi MRS:
1. GCS <15
2. Hemiparese, anisokor,
MRS (+)
kejang
3. Nyeri kepala dan muntah
persisten MRS (-)
4. Rinorrhea/otorrhea
5. Fraktur
6. Luka tusuk/luka tembak
7. Tidak ada yang KRS
mengawasi
(rumah)
8. Rumah di luar kota
9. Mabuk, amnesia, epilepsi
10. Abnormal CT-scan
11. Multiple trauma
Advis neurologis
Observasi 1. Nyeri/vertigo >>
(GCS, lateralisasi, Cushing) 2. Muntah-muntah >>
3. Gelisah
4. Parese
5. Kejang
6. Bangunkan pasien setiap 1-2
jam
Indikasi CT-Scan
CKS/CKB 1. Nyeri kepala + muntah
2. Kejang
3. Luka tusuk/tembak
4. GCS 1 point
5. GCS <15 post terapi tidak membaik
CT-Scan 6. Bradikardia (nadi <60x/i)
7. Multiple trauma
Operable CKS/CKB
Operasi MRS
12 Langkah perawatan RS
1. Observasi GCS, lateralisasi,
chusing
2. Defisit neurologis
3. RR
4. Sirkulasi (nadi dan TD)
5. Temparatur
6. Gelisah
7. Cairan elektrolit dan nutrisi
8. Epilepsi
9. Miksi
10. Defekasi
11. Perawatan kulit
12. Perawatan mata
Gejala TIK
Cephalgia Bradikardia
Muntah proyektil Gelisah
GCS Bradipnoe
Kejang Papil edema
Hipertensi
Herniasi
Supratentorial
o Uncal
o Central
o Subflacid
o Transcoronaria
Infratentorial
o Upward
o Tonsilar
Terapi medikamentosa
1. Hiperventilasi untuk PCO2
2. Cairan intravena (NaCl 0.9%)
3. Manitol (brain dehidrasi)
Indikasi: dilatasi pupil bilateral, RC (-), bradicardia, GCS 9
Dosis 0.5gr/kgBB/bolus diulang 4-6 jam kemudian
0.5gr = 2.5cc manitol 20%
4. Antikonvulsan (phenytoin)
Indikasi: resiko tinggi kejang (CKB, pasien anak, fraktur kompresi), laserasi
korteks, lesi intracerebral, cana dalam
Dosis: 17mg/kgBB/iv lambat 1 minggu
5. Koreksi asam basa
6. Pemberian nutrisi adekuat
7. Vasodilator (pada <6jam trauma)
8. Nimotop (ca channel blocker) 2.1cc/jam karena TIK menyebabkan
vasokontriksi pembulu darah
Prognosis
Baik o GCS awal <8
o Usia <30tahun o Lesi countercoup
o GCS awal >8 o Ukuran lesi besar/multiple
o Lesi coup o Delayed operasi >4jam
Buruk o Extracranial jelek
o Usia >30tahun o Cysterna menyempit
BURRHOLE EKSPLORASI (diagnostic dan terapeutik)
Definisi: tindakan pembuatan lubang pada calvaria untuk mengetahui
perdarahan extraaxial sebelum tindakan definitive craniotomy
Indikasi
Trias EDH: lucid interval, kontraparese, pupil anisokor
Tidak ada CT-scan
Ada fraktur calvaria
Lokasi Burr
1. Pertama di temporal (2cm atas arcus zygoma dan 2cm di depan tragus)
2. Frontal (2cm di depan sutura coronaria segaris midpapilaris line)
3. Parieto-occipital (4-6cm di atas prima)
4. Fosaa anterior
Bila tidak dijumpai, dilakukan kontralateral cranial
ANATOMI OTAK
Cerebrum
Hemisphere sinistra pusat bahasa dan bicara
Hemisphere dextra
Lobus frontal emosi, fungsi motorik, motor speech area
Lobus temporal memori
Lobus parietal sensori dan orientasi
Lobus occipital pusat penglihatan
Tentorium
Supratentorial fossa anterior dan media
Infratentorial (fossa posterior)
Incisura tentorium celah yang menghubungkan hemisphere dan brain
stem (midbrain)
EDH
Indikasi operasi
Simtomatik: trias klinis, radiologi bikonvek
Asimtomati: radiologi bikonvek
Anak-anak
Sumber perdarahan
a. A. meningea media
b. Diploe
c. Sinus venosus
EDH pada frontal tidak mengalami kesadaran kompensasi falx serebri, fokal
trauma tidak diffuse sehingga tidak mendesak ARAS (batang otak)
SDH
Indikasi operasi
Tebal >1cm
Midline shift >0.5cm
Sumber perdarahan
Bridging vein
Laserasi kortek
Arteri kortikal
Klasifikasi SDH
Akut: 1-3hari
Sub akut: 3-21 hari
Kronis: >21 hari
Tindakan
Akut dan subakut: craniotomy evakuasi
Kronis: burrhole drainase
ICH
Indikasi operasi
Klinis
kesadaran
Bradikardia
Nyeri kepala
Parese (basal ganglia)
Afasia motorik (Broca)
Radiologi
Efek massa
Midline shift >0.5cm
Volume >25cc
Lokasi operable
ICH Stroke
Parese: thalamus, ganglia basal
Non parese: cerebellum, pons, periventrikel
FRAKTUR DEPRESS
Penilaian
Dasar luka
LCS
Pulp
Tepi luka
Corpal
Indikasi operasi
Open fracture
LCS(+)
Pulp (+)
1 tabula
Anak-anak
Diagnosa
Klinis
Otorrhea, rhinorrhea
Battle sign
Raccoon eye/brill
CONTUSIO CEREBRI
Grading
I = fokal lesi single (lobus) di 1 hemisfer
II = fokal lesi multiple (lobus) di 1 hemisfer
III = bila ada midline shift atau lesi di 2 hemisfer
HIDROCEPHALUS
Non-komunikans obstruksi
Komunikans Produksi, Absorbsi
Tipe
Emergency Hidrocefalus paraventrikel edema
Kongenital Hidrosefalus Dandy walker, aquaductus stenosis
Sirkulasi LCS
Plexus choroideus ventrikel lateral foramen Monroe ventrikel 3 aqua
ductus silvii ventrikel IV luscha dan magendi subarachnoid absorsi
melalui granulation
Komplikasi VP-Shunt
Infeksi
Peritonitis
SDH
Rekuren
CHOLESISTITIS (TG13)
Etiologi
Gallstone (95%)
Obstruksi (GB/Cystic)
Mekanik
o Bile statis (CGK)
o Trauma mukosa GB
o Aktivasi mediator inflamasi (citokin, interleukin)
Acalculus
o Operasi
o Trauma
o Puasa lama TPN, Long ICU stay
o Luka bakar
Faktor Resiko
4F (Fat, Forty, Female, Fertile)
Obat-obatan
Patofisiologi
1. Edema (2-4hari)
2. Nekrotik/Bleeding (3-4 hari)
3. Supurative/abses (7-10hari)
4. Chronic
Diagnosa
Lokal (A) Murphy sign, nyeri RUQ
Sistemik (B) leukositosis, demam 38o, CRP>1
Imaging (C) dengan CT-scan/USG/HIDA (hepatobilier imunodiacet) Scan
enlargement GB, dinding GB tebal >5mm, debris echo, pericholesistik, stone
A+B = suspek; A+B+C = (+) mild
Komplikasi
Perforasi
Fistula
Pankreatitis gallstone
Pericholic abses
Peritonitis bilier
Ileus gallstone
Diagnosa
Sistemik (A) fever shaking chill >38o, leukosit <4.000 - >10.000, CRP 1
Cholestatis (B) jaundice : Total bilirubin >2, LFT (SGOT, SGPT, ALF, GGT)
1.5xSTD
Imaging (C) dengan CT-scan atau MRCP stone CBD, dilatasi CBD/bilier,
striktur CBD, post stent CBD
A+B = suspek; A+B+C = (+) mild
Indikasi Cholangiografi
Pre-operatif
o Klinis dengan: pankreatitis, kolangitis, jaundice
o Radiologi: ada batu CBD, dilatasi CBD >0.8mm
o Lab: Total bilirubin >3mg/dl, ALP 2xSTD
Intraoperatif
o Anatomi bilier tidak jelas
o Multiple small gallstone di GB
o Dilatasi duktus sistikus
o Deteksi trauma GB
Nilai Normal
SGOT: <25U/l
SGPT: <29U/l
GGT: 90U/l
ALP: 61-232 U/l
Bil total: 0.5-1.3
Bil direk: 0.1-0.25
Bil indirek: 0.2-0.7
PANKREATITIS
Etiologi (I GET SMASHED)
Idiopatik (10%)
Gallstone (45%)
Ethinol/alcohol (35%)
Trauma
Scorpion bite
Mumps
Autoimun
Steroid
Hyperlipidemia/Hipercalcemia
ERCP
Drugs (10%)
Komplikasi
Abses/infeksi
Pancreas nekrosis
Ruptur vaskular/thrombosis
DM
ARDS (sepsis)
Encephalopathy
Koagulopati
Diagnosa Banding
Ileus
Appendicitis akut
Perforasi gaster/duodenum
Bilier disease
Rupture hepatoma
Diagnosa
Klinis
Nyeri abdomen/epigastrium
Distensi/paralitik
Nausea dan vomitus
Demam
kesadaran dan shock
takikardia & hipotensi
Jaundice ringan
Grey turner ecchymosis umbilical
Collens sign ecchymosis flank
Laboratorium
Leukositosis
amilase dan lipase 3xSTD
Ureum
Hiperglikemia
SGOT dan SGPT gallstone
AGDA
LDH
HCT
Radiologi
CT-Scan: pancreas nekrosis/abses
X-ray abdomen: dilatasi small bowel sentinel loop
USG: Abses, edema
Terapi
Konservatif (supportif care)
o Resusitasi cairan dan elektrolit
o Koreksi metabolik abnormal
o Nutrisi (TPN)
o NGT dekompresi
o Antibiotik
o Penghambat sekresi (somatostatin, glucagon, protease inhibitor)
Operatif gagal konservatif, komplikasi pankreatitis, pankreatitis + biliary
disease opbratie approach
o Reseksi nekrotik dan irigasi peritoneum/drainase severe, progresif
nekrotik, atau abses
o Cholesistectomy rekuren akut pankreatitis, mikrolithiasis
o Spincteroplasty pancreas sphincter disfungsi sphincter pancreas
o Induksi Endoskopi akut gallstone pakreatitis, rekuren pankreatitis,
disfungsi sphincter
Jenis drainase
Frey (reseksi head pancreas)
Duval (reseksi distal)
Puestow (longitudinal pancreaticojejunostomy)
Setelah 48 jam
Calcium <8mg/dl
HCT <10% dari N
Oksigen (PaO2) <60%
BUN (ureum) >5mg/dl
Base deficit >4m/dl
Squestration >6L
Prognosa Mortalitas
0-2 <5%
3-4 15%
5-6 40%
7-8 100%
Predisposisi
Iskemik / strangulasi FORS
Inflmasi Free Oxygen Radicals
Manajemen ASBO
NOM Operasi
NGT Laparascopy
Resusitasi cairan
Observasi total obstruksi
Kontras (-)
Water soluble contrast medium
dikolon 24-36
(WSCM)
jam
Tampak kontras di kolon dalam 24 jam=Perbaikan
Indikasi Lain operasi:
Akut abdomen/peritonitis
Ileus persisten 72 jam
Konstipasi kriteria Rome III: NGT 500cc selama 30 hari
Nyeri persisten abdomen > 4 hari
1. BAB < 3x/Minggu, Berat <35 gr/Hari CRP ≥ 75 mg/hari
2. Gangguan Frekuensi, Inkomplete evaluasi Leukosit ≥ 10.000
Free Fluid
3. Fekal Keras Sisa zat kontras lama tertinggal
4. Nyeri/ Susah defekasi
TME : Deseksi tajam pada extra facial, (Fascia propia & presakral) + eksisi
lengkap mulai mesorektum sampai dengan dasar pelvis dan batas lateral
Insidensi dalam pencegahan (12,8/100.000)
Faktor resiko (Lingkungan dan genetic :
o Modifikasi : Inaktifitas/ obesitas/ merokok/ alcohol/ diet daging merah
o Non Modifikasi : Genetik/ Riwayat KKR/ Polip/ IBD/ Kolitis
Screening:
Screening
1. Untuk mendeteksi adanya kanker:
Riwayat Keluarga -> kolonoskopi/ 5 tahun
GFOBL ( Gamoc Fecal Ocult Blood test) Per
Riwayat reseksi kuratif -> kolonoskopi/ 5
FIT ( Fecall Imunochemical test)
tahun
Tahun
Riwayat polip -> 6 bulan s/d 5 tahun post
Fekal Test & exfoliated DNA
op
2. Deteksi lesi kanker lanjut:
Sigmoidescopy -> per 5 tahun
Calmoscopy -> per 10 tahun
CT Colonoraphy -> per 5 tahun
Barium enema double kontras -> 5 tahun
1. Diagnosis
S : Keluhan = 7 pertanyaan wajib (Emergensi: Tanda obstruksi + nyeri hilang
timbul)
BAB berdarah/ peningkatan frekuensi/ diare/ selama 6 minggu (semua
umur)
Peningkatan frekuensi/ diare selama 6 minggu ( > 60 tahun)
Teraba massa di fossa iliaka dextra
Teraba obstruksi/ konstipasi
Massa di rectum (intralumen)
Anemia (penurunan berat badan) ?
1. O :
Pemeriksaan fisik :
Teraba massa di fossa iliaka dextra
Teraba obstruksi/ konstipasi
Massa di rectum (intralumen)
Anemis/ penurunan berat badan) ?
Positif (+) RT
Keadaan Tumor (jumlah rekurent)
Mobilitas (jaringan atas/bawah organ lain)
Ekstensi (sacrum/ coccygis)
No Penunjang Kelebihan Kekurangan
1. Endoskopi Sens 95%/ diagnose + terapi/ radiasi 5-30% tidak sampai sekum/ hanya GA/
biopsy (-) lokalisasi tumor dapat tidak akurat/
mortalitas 1:5000
2. Barium Enema Sens 65%/ tidak GA/ tersedia di tiap RS/ T1 Tidak terdeteksi/ rendah akurat/ sens
Double Kontras aman menurunpada polip < 1 cm/ radiasi (+)
3. CT Colonografi Sens tinggi/ dapat mengenai extralumen/ Tidak detek polip < 10 mm/ Radiasi (++)/
aman/ dapat menentukan metastase ahli terbatas/ fasilitas terbatas/ tidak dapat
biopsy
Stadium IIA-IIIC :
1. Kemoradioterapi Neoadjuvan ( 5FU + RT janka pendek capecitabin + RT Jangka
pendek )
2. Reseksi dengan TME dan adjuvant :
a. 5 FU + leucoporin
b. 5 FU + folpox
c. Cape Ox
Stadium IIIC ( Locally unresectable)
Neoadjuvan : 5FU/RT atau cape/RT atau 5 FU/ leuco/ RT
Reseksi + TME
Adjuvant : 5 FU + leucovorin atau folfox tau cape ox
Ca Mamae
Anamnese
Kapan benjolan
Progresifitas
Nyeri
Demam
Benjolan tempat lain
Riwayat operasi
Riwayat penyakit
Melahirkan, menyusui dan menarche
Hormonal terapi
DIAGNOSA
Riwayat keluarga
Gambaran metastase (paru, otak, hati, 3 tulang)
TNM FAKTOR RESIKO
Laboratorium
Tumor marker Ca 153
LFT
α fetoprotein
Pemeriksaan Penunjang
1. Radiologi:
a. Mamografi
Screening
Diagnostik
Follow Up
Usia > 35 tahun curiga ganas
o Densitas di gigi yang padat
o Batas tidak teratur (komet sign)
o Kalsifikasi (Padat=Ganas)
o Gambaran stelata
o Gambaran translusen
o Perbandingan sekitas tumor (besar tumor)
b. USG
USG mamae usia < 25 tahun oleh karena
fibrokondilar padat
Melihat metastase hepar
Vaskularisasi meningkat
Permukaan tidak rata
c. Ro. Thorax
Melihat metastase paru
Patologi
1. Sitologi : FNAB
2. Sentinel Biopsi
3. Histopatologi (Gold Standard)
a. VC
b. Biopsi
4. IHK : ER, PR, HERZN, Ki 67
Terapi
Operasi
1. Mastektomi radikal (Halsted) : seluruh jaringan payudara + KGB axila I, II, III
+ pektoralis klasik
2. Mastektomi radikal modifikasi (Patey) : seluruh jaringan payudara + KGB
axila I dan II saja + NAC
3. Simple Mastektomi : mengangkat seluruh jaringan payudara saja
4. Nipple sporing/ Mastektomi subkutan : Seluruh jaringan payudara saja
5. BCS: Hanya tumor dengan batas bebas tumor + KGB axila I dan II
(quadratectomy)
Syarat: ukuran <3cm, tidak sentral, panen dengan mempertahankan payudara stadium
0-1
TNM
T: N: M:
STADIUM
Operatif Inoperatif
High Risk
Stadium tinggi III
ER/ PR (-)
High Timidin indek
Umur < 40 tahun
Regimen
C : cycloforpamid
A : Adnamion
F : 5 FU
C:
E : Pirubisin
F:
Adjuvant 6 siklus
Paliatif 12 siklus
Nev 3-3
Ca Mamae Inoperable
MRM KT MRM
+ Lini 2 +
RT + KT KT +/- HT +/- TT
+/- RT +/-
HT +/- TT +/- HT +/- TT
HT +/- TT
Follow up Post op
1 – 2 tahun : per 2 tahun
3 – 5 tahun : per 3 tahun
> 5 tahun : per 6 bulan
Laboratorium dan marker per 3 bulan
USG thorax per 6 bulan
Faktor resioko
Maligna - <20 - >50th Benigna
- Laki-laki
- Riwayat radiasi
Inoperable operable F
- Keluarga dan anak
NAB
- Progresif
- Gangguan mekanik
T4B ismolobektomi - Riwayat keluarga ganas jinak
Biopsi insisi PF:ikut saat menelan
+ CV Cek kgb
Lab: T3,FT4,TSH -Folikuler
T-marker( human -Hurtle disease
tiroglobulin) Supresi 6 bln
Calcitonin
Ro:USG
mengecil
-Bebesar
-Statis
jinak
ganas
vc
Ismolobektomi
(TT)
observbasi
Cold nodu
Tatalaksana metastase regional: KGB leher + infiltrasi sinus dan vena Jugularis
Scan tiroid
- operable→TT+RND
- inoperable→Radioterapi externa/kemoterapi: Adriamicin 50-60 mcg/mm2
Sidik tiroid I131
Tatalaksana metastasis jauh
- Well diferentiated:TT + radiasi(ablasia)→4 mgg kemudian
Respon (+) Respon (-)
- Poor diferentiated: kemoterapi Terapi supresi kemoterapi
6bln sampai
Post total tiroidektomi cek:T3 – T4 2 minggu postop,calsium 24 jam TSH 0,1
Tyrax
1. Supresi (pada malignansi)→dosis tinggi agar disuse atropi sisa tiroid postop (target
TSH 0,5)
2. Substitusi (non malignansi)→mengganti kekurangan post total tiroidektomi
3. suplemen→tambahan saja (hipotiroidisme)→endemik goiter
Indikasi op tyroid
1. Malignansi
2. Obstruksi nafas
3. Tumor besar
4. Tidak berhasil medikamentosa
5. Estetika
6. Severe Exopthalmus/ Hipertiroidisme (Hiperfungsi nodul)
7. Wanita ingin hamil setelah 1 tahun terapi
Komplikasi Operasi
1. Tahap Dini :
a. Perdarahan (300 cc/jam)
b. Lesi N. Laringeus Superior
External Branch : serak
Internal Branch : Tersedak
c. Lesi N. Laringeus
d. Tyroid rekuren storm
2. Tahap Lanjut :
a. Hipoparatiroidisme
b. Hipokalsemia (1 – 2 hari) Post op : kejang
Terapi : Ca. glukonas 10% dalam 100cc Nacl/hari + kalsium oral
c. Hipotiroidisme
Penilaian tumor
1. Substrat
2. Regio
3. TNM
4. Histopatologi
Nilai Normal
1. FT4 : 10 – 30 pmol/L
2. TSH : 0,3 – 3,3 miµ/L
3. T3 : 1,5 – 3,0 n mol/L
4. Kalcium : 8,5 – 10,5 mg
USG tyroid
1. Mampu deteksi 2 – 3 mm ukuran tumor
2. Kistik dan solid tumor
3. Mix kistik dan solid : maligna
4. Sebagai guiding untuk FNAB
5. Follow up pada terapi hormonal
6. Follow up recurensi post op
7. Deteksi invasi vascular
8. Deteksi KGB
FNAB
Dapat membedakan jinak dan ganas sensitifitas 98% dan spesifik 100%
Terapi Hormon
1. Supresi (terapi digihoriken agar hipertiroid) Thyroxan levo thyroxin dose
1,7Meg/kg BB/hari diharapkan dis use absorbs tyroid
2. Subtitusi (terapi pengganti) dosis dari rendah ke maksimal
3. Suplemen (tambahan) pada hipertiroidisme
Manifestasi
1. General (Demam, Derajat meningkat, distress, prapsi
2. GIT (nausea, vomitus, abdominal pain)
3. Neurologi : cemas, kejang, koma
4. Cardio : Hipertensi, hipotensi, takikardia, atrial fibrilasi, aritmia
Mortalitas
Cardiac failure, aritmia dan hipertensi
tirotoksikosis Hasimoto
Dequervain
Hipertiroid/
Pemeriksaan
penunjang
LAB Darah
rutin
T3,FT4,TSH
Tumor marker Calcitonin
Ca-medulare
Radiologi
Sidik
tiroid
Cold nodul=nodul ≤ yodium →CA
FNAB
Melanoma
Non Melanoma Lesi Pra Kanker :actimic…… kerato
acentoma, bowen defense, enritro plasia -> Asal Sel melanosit:
BSC (Basalioma) xerodermal Kulit, mukosa dan ….
Non keratinizing sel di basal epidermis
SCC (Squamous Cell Ca) Faktor Resiko
Faktor Resiko Asal keratinizing sel Usia 35 – 55 tahun
Paparan sinar UV -> Mutasi gen Congenital naevus >5% dari luas tubuh
Genetik Faktor Resiko Genetik
Imunosupresor Paparan Sinar UV 5 Naevus ukuran >5mm
50 Naevus ukuran >2mm
Fistula Imunosupresi
Displastik naevi syndrome
Ulcus kronis Infeksi/virus
Paparan matahari
Perut luka bakar (menjalin ulcus) Xeroderma pigmentosum
Lokasi Kulit putih
Muka Xeroderma pigmen Klasifikasi Histopatologi
Hidung Fistula 1. Lentigo (LMM)
Badan Arsen 2. Superficial spread (SSM)
3. Nodular (NMM)
Leher 4. Acral lentigerous (ALM)
Kepala Lokasi 5. Unclassified
Punggung Wajah
Tulang Ektremitas atas TNM
Ektremitas bawah Jenis Ukuran
Tebal ≤1 mm
TNM Bibir T1
T2 Tebal 1-2 mm
T: T1 ukuran ≤ 2cm Dorsum manus T3 Tebal 2-4 mm
T2 ukuran 2-5 cm T4 Tebal > 4 mm
N1 Meta ke 1 KGB
T3 ukuran >5 cm TNM N2 Meta ke 2-3 KGB
T4 ukuran invasi ekstradermal Sama dengan BSC, bedanya : N3 Meta >4KGB
N: N1 Nodul regional T4: invasi extradermal dalam (tulang M1a Meta kulit
M: M1 Metastasis jauh kartilago otot) M1b Meta paru
M1c Meta Viscera Abdomen
Epidemiologi Type Thery : SCC, Perempuan > Laki-laki, Resiko Usia < 40 tahun
Keluhan : Lesi Rongga Mulut ( Leukoplakia)
TNM
Diagnostik
1. (S) Anamnesa : Cara menelan, bicara, progresifitas tumor, riwayat radiasi (Hot
Plate Chewy Sign)
2. (O) PF : Baju Kolot Peru + Tarik Lidah + Cek KGB leher ada tempat untuk
BIMANUAL PALPASI dari sedasi
Rontgen : Schedel, waters, CT Scan
Histopatologi : Biopsi Open, punch
Tindakan
1. T1 dan T2 Wide eksisi trans oral Radikalitas (Tepi sayatan harus RO)
2. T2 atau lebih/ KGB palpable Bedah umu jangan kerjakan, approach (
lower check dan Upper check ) swing mandibulektomi Radioterapi + RND
3. Tumor Inoperable Paliatif (sitostatik)
Tumor Kelenjar Salivatorius
M : Metastase
Stadium:
1. T1-2 N0 M0
2. T1-3 N1 M0
3. T1-4a N2 M0
4. AnyT AnyN M1
Terapi operatif
operable
Non operable
- Metastaseis/
Tumor sekunder N(+) N (-)
-limfoma Eksisi RND Eksisi tumor
(five margin 1cm)
kemoterapi
- Cysplatin
-carboplatin
maligna
Benigna
eksisi→PA→Stop
Parotidekto
Eksisi/PA Eksisi/PA
m superfisial
PA
pH pCO2 HCO3
Asidosis Murni N
Respiratorik Terkompensasi sebagian
Terkompensasi penuh N
Murni N
Asidosis
Terkompensasi sebagian
Metabolik
Terkompensasi penuh N
Asidosis Respiratorik dan Metabolik
Murni N
Alkalosis
Terkompensasi sebagian
Respiratorik
Terkompensasi penuh N
Murni N
Alkalosis
Terkompensasi sebagian
Metabolik
Terkompensasi penuh N
Alkalosis Respiratorik dan Metabolik
PO2 meningkat bisa karena peningkatan O2 karena diberi dan bisa karena nyeri
Arteri Vena
pH 7.35 – 7.45 7.39 – 7.41
PO2 80 – 100 mmHg 35 – 40 mmHg
PCO2 35 – 45 mmHg 41 – 51 mmHg
HCO3- 22 – 26 mEg / L 22 – 26 mEg / L
Base Excess -2 s/d +2 -2 s/d +2
Faktor koagulasi
1. Intrinsik : dilihat dari APTT faktor XII, XI, X, VIII
2. Ekstrinsik : dilihat dari PT (INR) faktor VII A (merupakan reaksi sel bisa
karena infeksi, tumor, radang)
Urethelial papiloma
Grade I : diferensiasi baik
Grade II : diferensiasi sedang
Grade III : diferensiasi kurang
HN mart USG
I : masih di dalam pelvis renalis
II : sampai di calix tapi calix masih cuping
III : calix tidak cuping lagi
IV : calic sudah ballony (parenkim menipis)
Atresia Ileum
Pasti ada polihidramnion
Ada mikrokolon pada pemeriksaan barium enema
Nervus kranialis :
1. Olfaktorius
2. Optikus
3. Okulomotorius
4. Troklearis
5. Trigeminus
6. Abducen
7. Facialis
8. Vestibulokoklearis
9. Glossofaringeus
10. Vagus
11. Accesorius
12. Hipoglosus
Amoeba Pyogenic
Usia < 50 tahun Usia > 50 tahun
Laki-laki : perempuan = 10 : 1 Laki-laki : perempuan = 1 : 1
Hispanic descent Predisposisi etnik tidak ada
Dapat dari perjalanan ke daerah Demam tinggi
endemik Pruritus
Disfungsi paru Kuning
Nyeri berat Septik syok
Diare Teraba massa
Abdominal tenderness
Hepatomegali
Enteric content :
Fecices buat peritonitis : 8 – 12 jam
Cairan : < 8 jam
Tanda kardinal
Painless
Klaudikasio intermiten : nyeri saat beraktivitas dan berhenti atau menghilang saat
istirahat
Berdasarkan patoembriologik
1. Malformasi perkembangan
2. Defek tabung neural
3. Hidrosefalus kongenital
Pada fraktur
Plating costae : nyeri, mengganggu pernapasan, fraktur anterior, fraktur segmental
Comoncanel pada atresia ani dengan kolaka dilakukan colon in loop bila > 3 cm
maka letak tinggi
Diafragma urogenital
Uretra anterior : naviculare, pendiculare, bulbosa
Uretra posterior : prostatica, membranacea
Penanganannya : sache
Reseksi anastomosis uretra
Tumor Buli
Tx : tumor primer tidak ditemukan
T0 : tidak ada tumor primer
Ta : non invasive papillary carcinoma
Tis : carcinoma in situ : flat tumor
T1 : tumor invasi ke jaringan subepitelial
T2 : tumor invasi ke otot
T2A : tumor invasi ke otot superfisial (setengah dalam)
T2B : tumor invasi ke otot dalam (setengah luar)
T3 : tumor invasi jaringan perivesica
T3A : secara mikroskopis
T3B : secara makroskopis (massa ekstravesica)
T4 : tumor invasi prostat, uterus, vagina, dinding pelvis, dinding abdomen
T4A : tumor invasi prostat, uterus atau vagina
T4B : tumor invasi dinding pelvis atau dinding abdomen
Nx : kelenjar limph regional tidak bisa diakses
N0 : tidak ada metastase kelenjar limph regional
N1 : metastase di kelenjar limph tunggal di pelvis mayor (hypogastrik, obturator,
external iliaca, atau presacral)
N2 : metastase di multiple kelenjar limph di pelvis mayor
N3 : metastase pada kelenjar limph iliaca comunis
Mx : tidak ada metastasis
M0 : tidak ada metastasis jauh
M1 : metastasis jauh
Kritis : bila tidak dilakukan tindakan maka akan mati atau cacat
Emergency : suatu keadaan yang tidak terprediksi yang harus segera mendapat
immediate tindakan
CVP : 8 - 12
MAP : 65 - 90
SvO2 : ≥ 70 %
Cardiac output : 2,5
Hematuri : buli
Ginjal
Meatal bleeding : uretra
Tipe ruptur buli :
Contusio
Trauma intraperitoneal
Trauma ekstraperitoneal
Trauma colon
Tidak ada hipotermi
Tidak ada asidosis Syok Perdarahan
Ya Diversi
Tidak ada koagulopati komorbid
No Anastomosis
primer
Dilakukan reseksi Ya
No Repair primer
Ekstraperitoneal
Prosedur hartman
Perforasi gaster
Ulkus peptik : H. Pylori, NSAID
Inflamasi diverticulum colon sigmoid
Trauma
Penyakit chron
Kolitis ulserasi
Tumor ganas
Daerah yang lemah dari mandibula : subkondilar, angulus mandibula dan mentalis
Tipe fraktur
Fraktur simple (fraktur tertutup)
Fraktur kompoun (fraktur terbuka)
Fraktur komunisi hancur
Fraktur greenstick
Fraktur patologis
Lokasi fraktur
Dentoalveolar
Kondilus
Koronoideus
Ramus
Sudut mandibula
Corpus mandibula
Simfisis
parasimfisis
Pola fraktur
Fraktur unilateral
Fraktur bilateral
Fraktur multiple
EDH
Lucid interval
Lateralisasi ipsi lateral
Hemiparesis kontra lateral
Galeazi : ekstraartikuler
Coles : ekstraartikuler
Barten : intraartikuler
Cranioplasty
Autograf : 3-4 bulan
Acrilic : 6 bulan
Hematome scalp
Subgaleal : melewati sutura
Subkutis
periosteum
GCS dewasa
E4 : spontan
E3 : berdasarkan perintah verbal
E2 : berdasarkan rangsang nyeri
E1 : tidak memberi respon
M6 : menurut perintah
M5 : melokalisir rangsang nyeri
M4 : menjauhi rangsang nyeri
M3 : fleksi abnormal
M2 : ekstensi abnormal
M1 : tidak memberi respon
V5 : orientasi baik
V4 : percakapan kacau
V3 : kata-kata kacau
V2 : mengerang
V1 : tidak memberi respon
CKR : 14-15
CKS : 9-13
CKB : 3-8
GCS bayi
E4 : spontan
E3 : berdasarkan suara
E2 : berdasarkan rangsang nyeri
E1 : tidak memberi respon
M6 : aktif
M5 : melokalisir rangsang nyeri
M4 :menjauhi rangsang nyeri
M3 : fleksi abnormal
M2 : ekstensi abnormal
M1 : tidak memberi respon
V5 : senyum, orientasi terhadap objek
V4 : menangis tapi dapat ditenangkan
V3 : menangis dan tidak dapat ditenangkan
V2 : mengerang dan agitatif
V1 : tidak memberi respon
Jenis fraktur
Gambaran fraktur : linier, diastase, comminuted, depressed
Keadaan luka : terbuka, tertutup
Lokasi anatomis : konveksitas, basis cranii
Distal radius ulna fraktur dengan dislokasi dengan ada epifisis plate dilakukan
enokulasi
Velpo bandage dipertahankan 2 minggu dan tidak boleh lebih dari 3 minggu
6 point pembacaan foto ortopedi
1. Side
2.
3.
4.
5.
6.
Short bowel sindrom : dialami setelah reseksi usus ≥ 100 cm atau ≥ 25 % sehingga
terjadi malnutrisi
LUTS
1. Incomplete empty
2. Frequency
3. Urgency
4. Weak stream
5. Straining
6. Nokturia
7. Intermittently
Abdomen
Zona 1 : tengah : retro, perivertebra
Zona 2 : kiri kanan
Zona 3 : pelvica
Infeksi hepar
1. Abses hepar pyogenik : honeycomb appearance, gram begatif, biasanya karena
infeksi sirkulasi portal, nyeri kuadran kanan atas, demam. Symptom, sign dan
laboratory data pyogenic liver abses.
Symptom : demam, berat badan turun, nyeri, mual dan muntah, malaise, diare
Sign : efusi pleura, asites, massa di kuadran kanan atas, jaundice, hepatomegali,
tenderness di kuadran kanan atas
Data laboratorium : alkaline fosfatase meningkat, leukosit > 10000, albumin < 3 gr/dl,
hematokrit ≤ 36 %, bilirubin ≥ 2 gr/dl
2. Abses amuba : pus like material, berada di anterior superior lobus kanan, seperti
anchovy paste atau chocolate sauce, sering diare, berikan metronidazole 7-10 hari
Keganasan hepar
47 % hepatoseluler carcinoma, 17 % metastase colorectal, 11 %
cholangiocarcinoma, 7 % neuroendocrine metastase, 18 % tumor lain
Hepatocelular carcinoma disebabkan virus hepatitis, sirosis alkoholik,
hemochromatosis, dan NASH
Cholangiocarcinoma : keganasan kedua
Abses liver
1. Bile duct : berasal dari cholangitis
2. Vena portal : pyelephlebitis dari appendicitis atau diverticulitis
3. Ekstensi langsung dari suatu penyakit contiguous
4. Trauma karena tumpul atau tajam
5. Arteri hepatic karena septikemia
6. Kriptogenik
Maloklusi
Subjektif ketemu atas dengan bawah
Objektif bertemu atas dan bawah
Frankel
A : sensorik (-), motorik (-)
B : sensorik (+), motorik (-)
C : sensorik (+), motorik 1-2
D : sensorik (+), motorik 3-4
E : sensorik (+), motorik (+)
SCIWORA
Prognosis sesuai klinis dan MRI
C7 C4 up cervical
Lower cervical C5-C8
12 thoracic cord injury
Ruptur uretra
Hematom perineum, penis, dan scrotum
Bloody discharge
Floating prostat
Indikasi CT scan
Penurunan GCS lebih dari 1
Peningkatan tekanan intra kranial
Lateralisasi
Luka tembus atau bacok
Luka tembak
Batu proksimal di ESWL
Tidak ada obstruksi
Tidak lengket dengan jaringan sekitar
Varikokel
Kelemahan katup vena
Grade 1 : dengan valsava teraba, berdiri tidak kelihatan
Grade 2
Grade 3 : disuruh tidur pun sdah kelihatan
Hidrokel
Anamnesis : benjolan tidak nyeri
Pemeriksaan fisik : kistik, transluminasi (+) / diapanoscopi
USG
Operasi
Jaboulay : tunika vaginalis parietalis dimarsupialisasi
Lord : tunika vaginalis parietalis dieksisi dan tepinya diplikasi dengan benang
chromic cat gut
Epidural hematom
Penumpukan darah di antara dura dan tabula interna
Paling sering di temporal dan frontal
Gambaran massa hiperdens berbentuk bikonveks
Asal perdarahan : arteri meningea, vena, diploe, fraktur site
Gejala klasik : lucid interval, hemiparesis kontralateral, dilatasi pupil ipsilateral
Dilatasi pupil bisa dikarenakan trauma, masalah pada fisura, herniasi (GCS turun
parah)
Subdural hematom
Perdarahan di antara dura dan arachnoid
Karena laserasi arteri atau vena kortikal
Robekan bridging vein
Akut : < 3 hari (hiperdens seperti bulan sabit)
Subakut : 4 – 20 hari
Kronis : ≥ 3 minggu
Gejala klinis : penurunan kesadaran, pupil anisokor, defisit neurologis,
abnormalitas nervus 3
Tipe anastomosis vaskular
End to end
End to side anastomosis
Komplikasi
Trombosis
Infeksi
Stenosis
Fistula arteri vena
Pseudoaneurisma
Temporal
Frontal
Parietal
Occipital
Herniasi
Supratentorial : hernia angulare, hernia transtentorial, herniasi uncal
Infratentorial
Fraktur avulsi : fraktur yang terjadi pada tempat insersi otot sehingga bila fraktur
maka segment fraktur tertarik
Modified radical mastectomy : angkat seluruh stroma dan parenkim payudara, areola
dan puting susu serta kulit di atas tumor disertai diseksi kelenjar getah bening aksila
ipsilateral level I, II / III secara en bloc tanpa mengangkat muskulus pectoralis mayor
dan minor.
Kelenjar getah bening
Level I : kelenjar getah bening yang terletak lateral muskulus pectoralis minor
Level II : kelenjar getah bening yang terletak di belakang muskulus pektoralis
minor
Level III : kelenjar getah bening yang terletak di medial muskulus pektoralis
minor
Apa indikasi operasinya
Cedera persisten dengan nyeri menetap
Riwayat trauma
Laporan kasus perempuan > 35 tahun dengan benjolan di payudara ganas.
Pemeriksaan fisik : T, N, M. Resume klinis : anamnesis + pemeriksaan fisik TNM
bahasa medis. Diagnosa banding. Usul pemeriksaan penunjang : foto thorax, USG
hepar, USG mammae dan aksila, pemeriksaan PA. Diagnosa klinis. Terapi : operasi,
kemoterapi, radiasi.
Prolaps recti
Rectopexy
Low anterior resection
Perineal protectomy
Anal encirclement procedure
Terapi onkologi
Umum
Biological terapi : targeted terapi, imunologi
Kemoterapi
Hormonal terapi
Lokal
Operasi
Radioterapi
Terapi adjuvant
Stroma (mesenkin)
Subdermis
Lemak sarkoma
Limfatik
Kalau epitel : carcinoma
Kalau epitel kelenjar : adenocarcinoma
Kelenjar limfe
Level I : lateral muskulus pektoralis minor
Level II : di bawah muskulus pektoralis minor
Level III : medial muskulus pektoralis minor
Interpektoral : antara muskulus pektoralis mayor dan muskulus pektoralis minor
T : sifat (nyeri, hangat), sejak, tahu ukuran awal dan sekarang, warna kulit, kulit ada
tanda lain
N:
M:
Faktor risiko : kapan pertama kali menstruasi dan menopause, kapan pertama kali
melahirkan, kapan pertama kali menyusui
Kalau tiroid tambah status
Mammografi : untuk screening payudara wanita > 40 tahun, tidak boleh pada massa
kenyal, curiga ganas, bisa dipalpasi
Ultrasonografi : untuk ukuran lesi, kista atau
Mastektomi : mengangkat
MRM : KGB level I dan II
En bloc : satu paket tidak terpisah
BCT : eksisi tumor + radiasi + diseksi kelenjar getah bening ketiak
HER – 2 human
Syarat sentinel
3 sentinel buang semua
2 sentinel buang yang itu saja
Klasifikasi anorektal
Laki-laki
Perineal fistula
Retrouretral fistula
Bulbar
Prostat
Rectovesical fistula (bladder neck)
Imperforate anus without fistula
Rectal atresia
Complex defect
Perempuan
Fistula perianal
Fistula vestibular
Cloaca persistent
< 3 cm common channel
> 3 cm common channel
Imperforate anus without fistula
Rectal atresia
Complex defect
Luka bakar
Maintenance
1500 + total burn + 10 % bila urine output < 0.5 – 1 cc / KgBB
1500 + total burn – 10 % bila urine output > 2 cc / KgBB
Luka bakar
Berat : derajat II > 30 %, derajat III > 10 %, derajat III pada tangan, kaki, dan
perineum
Sedang : derajat II 15 – 30 %, derajat III 5 – 10 %
Ringan : derajat II < 15 %, derajat III < 5 %
Indikasi rawat inap
Syok bila luas luka bakar > 10 %
Terancam edema laring
Luka bakar pada muka, mata, tangan, dan kaki
Komplikasi : kontraktur, kosmetik, infeksi, gangguan jalan napas
Hipoanestesi pada luka bakar bisa karena syok dan kesadaran menurun
Bila syok, grade bisa naik
Escarektomi : insisi secara tangensial
Escarektomi : insisi hanya dibelah-belah saja
8 jam pertama keluar intravaskular ke ekstrasel
Malignan hipertermia karena obat bius
Submandibula level 1
Tiroid bone level 2
Cricoid bone level 3
Clavicula level 4
Sternokleidomastoid belakangnya level 5
Paratrakea zona 6
Mediastinum / para aorta zona 7
Ukuran tumor < 3 cm : eksisi
Ukuran tumor > 3 cm : insisi
Neck disection level 1
Lateral dari PD nervus vagus
Medial dari PD nervus recurens
Tumor doubling time : waktu pembesaran tumor
10 prinsip onkologi
Tidak boleh infiltrasi
Tidak boleh menekan
Tidak boleh menarik
Jaringan sekitar tumor
Radiasi pra operasi
Cuci karsinoma :
Cuci sarkoma : sublimat
Radiasi pasca operasi
Kemoterapi generasi I
CHOP
CHOP-BLEO
COMLA
CVP / COP : siklofosfamid, doxorubicin, prednison
C-MOPP : siklofosfamid, mekloretamin, vinkristin, prednison, procarbazine
Kemoterapi generasi II
COP-BLAM : siklofosfamid, mekloretamin, vinkristin, prednison, bleomisin,
doxorubicin, procarbazine
Pro-MACE MOPP : prednison, metotreksat with leucovarin rescue, doxorubicin,
siklofosfamid, etoprusid, mekloretamin, vinkristin, prednison, procarbazine
M-BACOD : metotreksat, leucovarin rescue, doxorubicin, siklofosfamid,
vinkristin, dexametason
Kemoterapi generasi III
COPBLAM III
ProMACE Cyto BOM
MACOP-B
Siklofosfamid 750 mg / m2 IV
Hidroxidaunomicin 50 mg / m2 IV
Oncovin (vinkristin) 1,5 mg / m2
Prednison 100 mg
Radioterapi
Terapi malignancy
Lokal : pembedahan, radioterapi
Sistemik : targeted terapi, hormonal
Lokal terapi : untuk malignancy lokal, tumor solid, operabel
Indikasi radioterapi : inoperabel
Radioterapi adjuvan : diberikan pada saat kita tidak bisa membersihkan lesi tumor
Persiapan radioterapi : Hb ≥ 10 gr / dL, keadaan umum baik
Efek samping lokal
Head and neck : sulit menelan, mukositis
Kematian lokal jaringan meningkat
Fibrotik
Teleterapi : pakai alat lalu diberi sinar
ALI
Embolus
Trombus
Plak
Riwayat emboli
Riwayat aritmia
Riwayat klaudikasio
Acute coronary sindrom
Pada pasien selesai dilakukan trombolektomi akan mengalami suatu sindrom ...?
Kalau trauma medula spinalis dites gerakan dari jempol kaki
Bil road I : gastroduodenostomy
Bil road II : gastroyeyunostomy
Wipple : pancreaticoduodenectomy
Duodenum pars I : pars bulbosa
Galeazi harus dioperasi karena ada 4 alasan
Clavicula dioperasi : tenting, open, sepertiga lateral, segmen fraktur mengenai
parenkim paru, pekerjaan
Untuk clavicula small DCP, sepertiga tubuler
Condiler : butter plate, hasseler screw
Fingertip injury : di distal
Penyambungan pembuluh darah 1 arteri 2 vena
Abses perianal :
Perianal
Ischiorectal / ischioanal
Intersphincter
Supralevator
Pada rectal toucher pada perianal abses : ada indurasi
Untuk melihat ada internal opening anoscopy
Ischiorectal : kelihatan dari luar
Pada orang yang ada hemoroid bisa abses perianal
Kriteria crikenberg untuk atresia ani : dilakukan USG
Persiapan ventilator
Tendon ekstensor : ada sheath
Kalium = (nilai yang dituju – nilai sekarang) x BB x 0.4
SIRS anak-anak
Suhu > 38.5˚C atau < 36˚C
Takikardia atau bradikardia pada usia kurang dari 1 tahun
Takipneu
Jumlah leukosit yang abnormal
Sepsis = SIRS + sumber infeksi
Severe sepsis = sepsis + disfungsi organ – jantung atau ARDS atau organ lain lebih
dari 2
Kriteria syok sepsis : sepsis + disfungsi kardiovaskular
Heart rate
< 1 tahun : 110 - 160
3 bulan – 2 tahun : 95 - 140
2 tahun – 10 tahun : 80 - 120
> 10 tahun : 60 - 100
Respiratory rate
1 – 6 bulan : 30 - 50
6 – 12 bulan : 24 - 46
1 – 4 tahun : 20 - 30
4 – 6 tahun : 20 - 25
6 – 12 tahun : 16 - 20
> 12 tahun : 12 – 16
Tulang - tulang pada carpal
Scapoid
Lunatum
Triquetrum
Trapezium
Trapezoid
Capitatum
Hamatum
Jempol : policis
Telunjuk : indicis
Tengah : middle
Manis : ring
Kelingking : digiti minimi
Tulang – tulang metatarsal
Calcaneus
Cuboid
Talus
Naviculare
Cuneiformis
Fibula ke kalkaneus
Tibia ke talus
Jari kaki toe, bukan finger
Mesenteric adenitis : mesenteric limfadenitis
Pembengkakan kelenjar limfe dari abdomen yang menjadi penyebab nyeri perut
Sering pada usia kurang dari 16 tahun
Penyebabnya infeksi virus, infeksi bakteri
Gejala : nyeri, tenderness, suhu meningkat, nyeri bisa di tengah atau right iliaca,
merasa tidak nyaman, nausea, diare, menggigil sebelum demam
Diagnosa banding : appendicitis
Hati – hati pada fraktur distal femur dan proksimal cruris dapat terjadi floating knee
dan cedera poplitea
Tumor primer
Tx : tumor primer tidak diketahui
T0 : tidak ada tumor primer
Tis : carcinoma in situ, intraepitelial atau invasi ke lamina propria
T1 : tumor masuk submucosa
T2 : tumor sampai muskularis propria
T3 : tumor sampai muskularis propria ke jaringan peritoneum
T4a : tumor sampai peritoneum visera
T4b : tumor sampai ke organ sekitar
Anterior resection : rectum yang diambil dari abdomen
LAR : untuk sepertiga proksimal dan medial
ULAR : untuk sepertiga distal ; HAR : rectosigmoid
Ca colon reseksi, neoadjuvan terapi (operabel)
Coronal
Longitudinal
Axial
Subcostal
Empedu: puasa 8 jam
Transduser :3.5 mhz dewasa
5 mhz anak dan kurus
Sympel cyst: Anechoic: lesi yang lebih hitam dari sekitarnya
Posterior akustik enhasmen
Lesi yang keras
Hiperecoic: lesi yang lebih putih dari sekitarmya
Posterior akustik shadow
Lesi yang solid lesion
Hipoecoic:lesi lebih hitam dari sekitarnya, debris(+)
Isoechoic: lesi yang sama dengan sekitarnya
Aorta <3cm
Kanan pasien: vena cava inverior
Vena lienalis
Arteri mesenterika superior
Aorta
Prosesus uncinatus <3cm klo lebih keganasan
Ginjal dapat naik 4 kosta: limpa
FAST (Focusn Assesment Sonografi for Trauma)
Tujuan :Mencari cairan diperitonial dan intra torakal
Cepat
Bisa dilakukan berulang
Non invasif
Kekurangan:
Pada pasien gemuk
Banyak udara usus
Membedakan cairan dengan darah
Di thorak
Pleural space
Pericardial space
5 tempat
1. Hepatorenal interface (morison pouch) & diafragma kanan (200cc)
2. Splenorenal interface & diafragma kor
3. Cavum douglas & retro urinary blader (laki2)
4. Pericardium
5. Pleura
Klo ada cairan :anecoic
Right posterior subhepatik recess (morrison pouch)
Normal colon ada haustrae
Klo di perirenal cairannya seperti renal asites ada gambaran saluran cerna lian
disampingnya
Chest USG
Efusi/ Hematothorax& guiding thoracosintesis
DD pleura dari parenkim lesi
Diagnosa subpulmonis
Internal echo: darah/eksudat.
Cara baca USG
Bentuk dan ukuran
Batas parenkim dan ecocomplex
Pelebaran pelvicalices(+/-)
Tampak lesi hiperecoik dengan akustik shadow
Bentuk dan ukuran
Dinding reguler,tidak menebal
Dinding buli (3mm)
Tidak tampak double countur
Ukur terbesar dan terkecil
Fraktur acceptable
- Angulasi AP<5ᵒ, angulasi lateral< 10ᵒ
- No rotasi
- Kontak >50%
- Shortening yang dapat ditoleransi
Park in time table
0-3 minggu: hematome (inflamasi)
3-6 minggu: terbentuk kallus
6-12 bulan: konsolidasi
1-2 tahun: remodeling
Ca Ginjal
Urinalisis,Hb, LED,ALF kalisum,LDH, fungsi ginjal,fungsi hati, fungsi koagulasi
Tumor Ginjal
- Anamnesa: nyeri pinggang
- Hematuria
- Teraba masa di abdomen
Gejala paraneoplastik:
- Hipertensi
- Penurunan berat badan
- Demam
- Neuromiopati
- Amiloidosis
- Peningkatan laju endap darah
- Anemia
- Gangguan fungsi hati
- Hiperkalsemia
- Polisitemia
Metastasis: paru,hepar, tulang
Pencitraan: - foto thorax
- CT Scan Abdomen
- Pemeriksaan sidik tulang
Diagnostik histologik
3 Subtipe dari RCC
- Clear Cell (80 – 90%)
- Papillary (10 – 15%)tipe I: tumor low grade. Tipe II:Tumor high grade
- Kromofob (4-5%)
Klasifikasi TNM
T
Tx: Tumor primer tidak dapat dinilai
T0: Tidak ada bukti tumor primer
T1a:≤4cm terbatas diginjal
T1b: ≥4cm≤7cm terbatas diginjal
T2a:≤10cm
T2b:≥10cm terbatas pada ginjal
T3a: meluas vena renalis atau kecabang segmental atau menginvasi perirenal dan atau
lemak sinus renal tetapi tidak melewati fasia gerota
T3b: meluas ke vena cava dibawah diafragma
T3c: meluas ke vena cava diatas diafragma/ menginvasi dinding vena cava
T4: tumor sudah menginvasi diluar fasia gerota
N
N1:metastasis ke sebuah KGB
M
M1:metastasis jauh
Stadium:
I:T1,N0,M0
II:T2,N0,M0
III:T1/T2,N1,M0
: T3,N0/N1,M0
IV:T4,Semua N,M0
Semua T,Semua N,M1
Prognosis
Kriteria MSKCC (Motzer) bila prediktor ≥3
LDH>1,5x
Biopsi prostat
Volume >60 :12 tempat
Volume <6o: 10 tempat
Hernia repair
- bassini→interupted suture tidak bisa pada femoral
- Shouldice repair →rumy sutures
- Cooper ligament atau mcVay repair
Jahit conjoint ke ligament pectineal(ileopubic test)
- Mesh Graft/anterior mesh/tension free/Lichstentein repair
- Preperitoneal repair
- Laparoscopy
Insisai Appendicitis : - gridian
- transfersal
- paramedian: dibawah umbilikus
- rokerford :para /retrosecal
Posisi appendisitis:- antesekal, retrosekal,anteileal,retroileal, pelvinal, preileal,post
ileal, pelvic,retrocaecal, paracaecal, sub caecal
Hemorroid:
metode langen back(eksisi/jahitan primer,radier)
metode white head(eksisi/jahitan primer
metode morgan miligan
mesh: -tuberculum pubicum
- Conjoint tendon
- Ligamentum inguinal
Posterior dislokasi
- Shortening
- Endorotasi
- Slight flexi
- Adduksi
Tension
Free tension
Laparoskopi:TEP, TAPP
Varicocele
Varicocele grade 1 : Teraba saat pasien valsava test
Varicocele grade 2 : Teraba saat pasien berdiri
Varicocele grade 3 : Terlihat saat pasien berdiri
Subklinis: bila pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan namun ketika USG(+)
Yang paling sering varicocele sebelah kiri karena venanya tegak lurus dan dia
bermuara pada vena renalis kiri,berbeda dengan sebelah kanan venanya lebih datar
dan bermuara pada vena kava
Terjadi varicocele kanan hati hati adanya tumor yang menekan vena kava
Cara operasi varicocele:
- Marmar: Subinguinal
- Ivanissevich: Inguinal
- Paloma: Abdominal
Marmar
- Identifikasi eksternal rig
- Insisi transfersal 1-2 cm diatas external rig
- Kutis,subkutis, fascia scarpae buka pakle hak
- Identifikasi cincin eksternal dan spermatik kord
- Sisihkan spermatik kord
- Cari vena yang berdilatasi dengan ukuran >2mm lalu diligasi dengan silk2-
0/3-0
Vesikolitotomi
Pada pasien dengan batu> 6cm
Teknik operasi:
- Pasien posisi supine
- Penis diletakkan pada lapangan operasi dan tutup dengan doek
- Masukkan kateter 22 dengan balon kateter dan isi kandung kemih
- Insisi transverse
- Lapis demi lapis sampai identifikasi pleksus santorini,dengan spuit lakukan
aspirasi
- Beri 2 jahitan tegel
- Buli-buli dibuka dengan cauter
- Masukkan clem,ambil batu
- Nilai buli,lakukan biopsi mukosa buli
- Buka kateter
- Nilai prostat
- Tutup buli dengan catgut plain4-0
Suction biposi dilakukan
- 2cm dari linea dentata
- 3cm dari linea dentata
- 5cm dari linea dentata
TURP sindrome
- Disorientasi
- Gangguan kesadaran
- Gangguan penglihatan
- Mual dan muntah
- Gangguan pola nafas
- CTR terganggu
- Hiponatremia
- Anemia
- Nyeri kepala
- Hipertensi
Prinsip eksternal fiksasi
Diletakkan di proksimal dan distal dihubungkan dengan eksternal frame
Di N III→tertekan inti N III, terjadi pupil dilatasi
Lapisan scrotum
- Cutis scroti
- Tunika dartos
- Fascia spermatika eksterna
- Tunika cremaster
- Fasia spermatika interna
- Tunika vaginalis testis:lamina vaginalis,lamina perienalis
Kompartemen di antebrachii
- Superfisial volar compartement
- Deep volar compartement
- Mobile wad compartement
- Dorsal compartement
Intususepsi
- Jenis kelamin:laki-laki 65 %
- Usia rata-rata 16 bulan:40%;3-9 bulan,15%, 2 tahun
- Sering terjadi dibulan januari, mei ,juli
- Sering karena virus
- Pernah sebelumnya
Simptomp:
- Nyeri 85%
- Muntah 80%
Sign
- Massa di abdomen 61%
- Rectal bleeding 60%
Cara memeriksa fraktur maksila
- Tangan kana pegang frontal
- Tangan kiri memegang alveolar
Compartemen sindrome: pain,pallor, pale, parastesia, paralisis,pulessness
regio brachium:
- Compartemen volar
- Compartemen dorsal
Coup –EDH
Counter coup-SDH, ICH, Contusio cerebri
SDH Efek masa lebih besar
Levort I: dentoalveolar
Levort II: Piramidalis: maxila dextra dan sinistra, Top nasi
Levort III: Discontinuitas maxilo cranial
Panoramic: mandibula
Trauma Spinal Injury: Brown Sequard, Anterior, posterior, lateral
Usia mempengaruhi lokasi pada tumor otak
Klo masih muda kraniofaringioma berasal dari... embrional
Teknik operasi tumor otak: intra tumoral
Syarat BNO
- Batas atas prosesus Xipoideus
- Batas lateral sias
- Batas bawah simpisis
Pasien bedah saraf: sensorik motorik
Otot orbita: superior rectus, superior oblique, medial rectus, inferior rectus,inferior
obliq, lateral rectus
Fraktur maksilofasial
Pemeriksaan:
A: biasanya simple tidak ada masalah dilidah, communitif/ multiple masalah dengqan
lidah
Tujuan :oklusi yang baik
Terapi definitif:-semirigid :wire,arch bar
Rigid: plate
Arch bar: 3 minggu→karena masuk fasecalus
Foto:-Schedel AP/Lat →sinus-a ada isi atau tidak
- Waters:maksila: untuk menghindari interposisidari tulang tulang lain
- Panoramic →mandibula
Terjepit muskular infra orbita→diplopia
Fraktur zigoma: parastesia,diplopia,srabismus, diplase>3mm
Fraktur leofort maloklusi
Indikasi operasi: diplopia,gangguan mastikasi,kosmetik, gangguan saraf
Bibir sumbing
Cleft:
Penyebabnya: psikologis,gangguan zat kimia(bebas,obat-obatan), trauma
keturunan,nutrisi
Jadwal operasi(role of ten)
Lahir →dokter anak: beri makan yang cukup (sampai usia 3 bulan)
3 bln →bibir
10 – 12 bln→ palatum
Usia 2 tahun anak anak merangkai kata
8 – 12 tahun→alveolar bone graft
Rotation adventacemen flap: milad prosedur
Palatopharingioplasty: agar tidak terjadi air escape
Fraktur cominutif mandibula menyebabkan drop lingkar
Luka bakar
II A: Diatas basalis dengan dasar merah
II B: basalis ikut terbakar dan dasar merah
Epitelisasi: 0,5 – 1mm
Lebih dari 5cm di graft
Kintraktur: - difuse : belah,flap
- linear : 2 plasty
Komplikasi:edema, pneumonia,jaga agar tidak hipoalbumin
Brill hematoma: hematom di palpebra
Klo hematome palpebra semua baru fr blow out
Trigonum Talot : marking duktus sistikus dan arteri sistikus
Harus torakotomi: produksi hematotorax > 5cc/kgbb yang diamati selama 3 jam
Inti N III: batang otak
N II : bola mata masuk kebelakang mata
Tetralogi of fallot :
-VSD
- Stenosis pulmonal
- LVH
- Overiding aorta
AV shunt :
- Side to side
- End to side
- End to end
Persyaratan-a:- perbedaan tekanan< 20 mmhg
- tes allen baik
- diameter lumen pembuluh arteri ≥20 mm
- tidak ada obstriksi
Kontra indikasi:
- Vena-a telah ditusuk-tusuk
- Ada kalsifikasi
- Tes allen kurang baik
Algoritma
1. Arteri radialis dengan vena cephalica
2. Arteri brachialis dengan vena cephalica
3. Bahan sintetik A-V graft
4. Arteri brachialis dengan vena basalica
5. Kateter vena sentral
Komplikasi : stenosis, trombosis, aneurisma, sindroma steal arteri, hipertensi vena,
gagal jantung kongestif
Terapi PAD
Cilostazole 2 x 100 mg (bila tidak ada gagal jantung)
Pentoxyfilline 3 x 400 mg
Emergency bedah anak
Neonatus : atresia
Pertanyaan
Mekonium terlambat > 24 jam
Ada anus atau tidak
Anak perempuan : anus vestibular, cloaca
Sign dan simptom : respiratory distres, muntah, distensi, nyeri, massa, perdarahan
gastrointestinal, hipersalivasi
Fraktur segmental : fraktur lebih dari 1 fragmen, dimana panjang fraktur site lebih
dari panjang diameter tulang
Deformitas
Angulasi : varus, vagus, anteroposterior
Rotasi : internal, eksternal
Discrepetensi : perubahan panjang
ISK grade IIIA difiltrasi internal osromielitis
Pada anak ada elastisitas pada jeratan
Beda hernia emergency dan hernia elektif
Hernia emergency : bukan cincin terlebih dahulu
Klasifikasi anorektal
Laki-laki
o Fistel perianal
o Fistel rectouretral
Bulbar
Prostatica
o Rectobladder wide fistel
o Imperforate anus tanpa fistel
o Rectal atresia
o Complete defect
Perempuan
o Fistel perianal
o Fistel vestibulal
o Persisten cloaca
≤ 3 cm common channel
≥ 3 cm common channel
o Imperforate anus tanpa fistel
o Atresia rectal
o Complete defect
Indikasi foto servical : Jejas diatas Clavicula, Penurunan kesadaran GCS dibawah 9,
Muiltipel Trauma
Micro penis :
Buret penis : Penis yang masuk kedalam, biasanya pada anak yang gemuk
Pada by bila tulang tibia tidak ada maka posisi kaki akan fleksi kedalam serperti
CTEV
Pada by bila tulang fbula tidak ada maka posisi kaki akan adduksi keluar
KELAINAN CTEV
Posisi
Kapan opern fraktur dilakukan tindakan definitife, Ketika tanda – tanda infeksi sudah
hilang dengan ditandai klinis dan labolaturium
Bila terjadi trauma ivedspin kemungkinan yang terjadi : Cord Contusio, Edema,
Hemoragik
Tension Pneumothorak :
- Sistemik : sepsis, KU
- Local : diameter usus, benang, teknik jahitan
Bila ada fraktur tibia fibula maka yang didahulukan tibia
Abduksi dan fleksi + skin traksi dilakukan pada keadaan femur fraktur
Fraktur komonitif pada tibia dan fibula yang dilakukan evaluasi : N. Phereneus di
proksimal fibula, tanda – tanda drop foot
A.Femoralis/A. foperantes
Fraktur maksila leoford III : fraktur dengan konfigurasi piramida, tepat dibawah
Kalau pergeseran base servical > 25 % maka lateral, bila < 25% bilateral
Pemberian methylprednison pada spinal cord injury harus dalam golden time < 8 Jam
dalam dosis 30 mg/kgbb
- Grash hematuria
- Nyeri supra pubik
- Ada jejas/hematoma supra pubik
- Ada fraktur pelvis
Appendixitis
Perityphylitis – appendixitis
MC Burney
APP rotasi sampai final posisi di posteromedial cecum sekitar 2 cm dibawah ileosecal
value
Kelenjar lympb submucosa ada sejak lahir dan bertambah 200 pada usia 12 tahun dan
berkurang setelah usia 30 tahun dimana hanya sisa pada 60 tahun
Stadium APP
- Acute APP
- Supurative APP
- Gangreneus APP dan APP perforasi adalah komplikasi APP
Dari simple inflamasi ke perforasi setelah 24 s/d 36 jam setelah gejala dengan
subsegmenr absess berbentuk diatas 2 sampai 3 hari
- Yesinia
- Salmonella
- Shigella
- Entamoeba
- Strongiloides
- Enterobius vermicularis
- Shistosoma
- Ascaris
- Enteric dan systemic veral infection seperti measles, chichen pox and
cystomegalos virus
- Carcinoid tumors
- Benda asinf
- Trauma
- Gejala gastrointestinal ringan seperti penurunan nafsu makan, gangguan
pencernaan, changes bowel habit ringan
- Anorexia
- Gejala gastrointestinal berat sebelum nyeri bisa merupakan gejala DD yang
lain
- Distensi APP diakibatkan dari jakaran nyeri visceral
- Nyeri visceral non specific di periumbilical
- Nyerinya dalam , tumpul pada dermatom T10
- Distensi APP berlanjut menimbulkan nausea yang terjadi beberapa jam
- Nausea sering terjadi tapi muntah tidak berat
- APP obstruksi merupakan tempat berkembangnya bakteri intraluminal
meningkat, saluran lympatik terhambat, menyebabkan edema dan
pembengkakan
- Peningkatan tekanan menyebabkan obstruksi vena yang menyebabkan
iskemik, infark dan gangguan menyebabkan infeksi bakteri menyebabkan
demam, takikardi, leokositosis
- Exudate di dinding APP kontak dengan dinding peritoneal pariental
menyebabkan nyeri somatic, sehingga nyeri terlokalisir di APP/MC Burney
- Nyeri di kuadran kanan tanpa dirasakan nyeri visceral
- Pada APP retrocaecal dan nyeri somatic terlambat sampai dia pecah dan
menyebar infeksi karena dia tidak menyerntuh peritoneum barietal
- Retrocaecal nyerinya di plank atau pinggang
- Pada pelvis menyebabkan sering BAK, nyeri testis
- Gangguan perforasi : T > 30.60 , leokosit > 14.000, ada tanda peritonitis
caecum
- Factor resikonya : Laki- laki, usia terlalu muda/tua, factor anatomic seperti
retrocecal posisi
- Semakn panjang symptom semakin besar resiko perforasi
- Jarang konstipasi tapi sering rasa penuh di rectal dan tenesmus
- Diare jarang terjadi pada anak dan sering menyebabkan salah diagnose, G I :
indikasi abses pelvis
- Anak-anak yang masi kecil sulit didiagnosa, muntah, demam, nyeri perut
- Perforasi sering ditemukan pada laparatomi dan sering terjadi scondy small
bowel obstruksi sebagai akibat inflamasi yang berkepanjangan pada ileum
terminaldan caecum
Fisik diagnostic
- Mengurangi gerakan
- Kalau yang di retrocaucal dan pelvis gejalanya bisa seperti colik renal
- Fliksikan badan, kalau pada bayimemfleksikan kaki kanan kebadan
- Meminta anak menunjukan lokasi nyeri yang dirasakan dengan 1 jari
- Mempalpasi dengan kaki ditekuk mulai dari lokasi nyeri yang dirasakan
- Rousing’s Sign karena nyeri alih indikasi iritasi peritoneum dimana ketika
mempalpasi daerah kontra lateral nyeri akan meningkatkan hyeri dikuadran
kanan bawah
- Auskultasi kurang bermanfaat, yang terjadi penurunan bising usus tapi jarang,
tapi bisa menyingkirkan DD pneumonia lonus kanan bawah
- Nyeri sampai dengan T10 s/d L1
- Nyeri pada Mcburney : retrocecal di luar dan posterior spina iliaca superior :
pada pelvis ada tenderness pada rectum
- Perforasi – peritonitis , muscular regiditi – generalized rigiding abdomen
- Psosas muscle rigiding ( mengextensikan hipjoint obturator muscle passive
internal rotasi pada kaki kanan ) Retrocaecal APP
- Tandalain inflamasi : rebound tenderness, RT tidak specific
- Tidak sempit
- Tidak ada fistel
- Businasi dilakukan setalah 2 minggu post PSARP
- Busi bulan ke 4 3-4 kali sehari
- Trans anal tidak boleh dibusinansi karena kita gak ganggu linea dentate
- PSARP harus di businasi
- Kompilkasi APP difuse peritonitis yang sering pada anak bayi karena omental
fat-a (-)
- Kalau yang sudah besar terjadi abses dimana teraba massa yang
kenyal/fluktuatif diatas abses
- Kalau sulit didiagnosa maka dapat dilakukan serial aldomial examination
- Lanbolaturium : leokosit meningkat 52 % s/d 96 %, netrofil meningkat,
pergeseran kekin 39 s/d 96 %, normal leokosit pada APP ada 5%, CRP,
sedimen eritrosisit
Diagnostic : anamnesa + pemeriksaan fisik + labolatory
- Plain radiologi : abdominal gas pada kuadran kanan lumbar sclerosis pada
kuadran kanan bawah, berkurangnya bayangan psoas
- Foto thorax : menyingkirkan DD pneumonia
- Barium enema contras : tidak komplit atau hilangnya pengisian ke appendix,
irigular lumen APP, efek IgE menurun sensitifitas dan spesificitas
- Scane leokocyte
- USG : >85% sensitivitasnya : 90 % spesifitasnya APP yang diameternya > 7
mm (diagnose)
- Appendicilit yang meningkatkan hasil : comprosi, lokasinya sendiri,
transfersum, transrectal, peripendicular abses
- CT-Scane sensitifitasnya 90%, spesifikasi 80%, APP > 6 mm, ketebalan
dinding APP > 1 mm, ada lemah periappendiceal, dinding APP menebal
DD nya
- Acut gastrointestinal
- Constipasi
- Infeksi saluran kemih
- Mesentrik adenitis : pelebaran limfoid mesentrum
Triatment
- Teknik open
- Insisi transfer atau obliq kuadran kanan atas
- Otot perut dipisahkan secara tumpul
- Ketika masuk cavum, APP dan caecum digerakan dan APP di keluarkan
melalui insisi
- Pisahkan massa APP dari dasar APP diligasi pada pangkal, pangkal dilakukan
simple legasi, inversion legasi dengan Z Stitch sutare atau iniversion tanpa
pengikat
- Simple legasi cepat dan mengurangi adhesi
- Inversion : control perdarahan baik lebih cepat, kontaminasi sedikit
- Kerugian bisa teraba intutusepsi
- Kemudian ditutup lapis demi lapis
- Tidak dipassang drain
- Segera beri diet normal
- Kalau normal diexplorasi apakah ada kemungkinan lain
Endoscopi
- Dibuat celah dekat meso appendix, kemudian dilegasi dan APP dipotong
dengan scappler, kemudian APP dikeluarkan dari umbilicus
- Keuntungannya : singkat masa rawatan, menurunkan komplikasi luka,
menurunkan nyeri post operasi, mengakuatkan diagnose, lebih mudah pada
orang gemuk dan cepat penyembuhannya
- Keruguan : mahal, pemakai harus terlatih, peningkatan penemuan APP
normal, meningkatkan intra abdominal infeksi
- Dengan massa, tunda operasi sampai yakin akan massa tersebut
- Iv antibiotic 24 jam atau sampai leokosit normal
- Tidak demam 24 jam
- Drainese percutaneses baru akan dilakukan Appendictomi bila masanya besar
Komplikasi
Lapisan APP
- Kutis
- Subkutis
- Fat
- Fascia scarpa
- Aponeurosis MOE dibuka pake hak ke medial dan lateral
- MOI
- Lemak peritoneum dibuka tumpul
- M. transfersus abdominalis
- Peritoneum
- Tampak caecum : tinea libra, colica, omentalis
- Psoas sign : karena ada inflamasi di M. Psoas, kalau di RT sakit : APP di
pelvis
Untuk menekan arteri
- Bulldock
- Lassho
- Peradanga : udem : necrotic
- Triase of death : hipotermi, hemokoagolopati
- Asam basa ( asidosis )
Syarat untuk di relaparotomi : triase of death sudah diatasi
Medical bleeding : perdarahan karena APPT dan PTT yang mengganggu koagulasi
Syarat anastomosis
- Sistemik : HD stabil
- Local : contraktifity, capability, colour, capillary refill
Tamponade jantung : triase of back, ekg low voltage, cvc : JVP meningkat
- Nyeri perut
- Anorexia, nausea, vomiting dan sering kencing
- Terab massa abdomen
- Pada kista ovarium mengeluarkan estrogen yang membuat perkembangan
isosexual mengakibatkan konsentrasi gonadotropin menurun
Ca-125 Ca-19.9 AFP 6HCT LDH
Endometrioma +
Epitel borderline +
Carcinoma +
Germ cell
Yolk sac + +
Dysgermioma + +
Immature teratoma
Chonocarsinoma +
Embrional + +
Endodermal sinus +
Sertoly leydig +
- Fetoprotein : germ cell tumor karena yolk sac fetus berkaitan dengan sumber
AFP. Peningkatan AFP : tumor yolk sacs, hepatoblastoma, hepatocellutar
carsinma, teratocardioma
- Human chorionic gonadotropin : peningkatan pada germ cell tumor seperti
seminoma, dysger minoma, chorio carcinoma dan occasionally emnryonal
carcinoma, peningkatan 100 mg/dl : choriocarsinoma
LDH : peningkatan LDH : sel turnover indicator malignancy, untuk prognosis
lymphoid tumor dan neuroblastoma
UNDERCENDED TESTIS
- Usia kehamilan 7 s/d 8 minggu testis dan ovarium pada posisi sama
- Testis dan ovarium di pengaruhi ligament cranial suspensory cranial dan
gubernaculum
- Testis secara komplit ppada minggu ke 5
- Dileher scrotum, sedikit diluar, atau diluar cincin inguinal
- Karena penurunan androgen mengakibatkan penurunan gonadotrophin yang di
produksi pada tulag atau placenta
- Abnormalitas genatofemoral nerves
- Karena defek dinding perut, : gastroschisis, omphalocele, defect tube neural.
Kriteria IV ke oral
- Bebas demam
- Leokosit menurun
-
Klasifikasi Dwerticalits
- Drop hands
- Thumb extensi
Gejala : colicky pain : teraba massa ( banana sign ), current jelly stool
1 : 50 inguinal
6 : 100 APP
Laki > perempuan : 2 : 1 atau 3 : 2
100 cc/kgbb/hari
4 tipe intutusepsi
Trauma Ginjal
- Kalau ada hematom zona II yang pulsasif ( berdenyut ) dan expending – luka
peritoneal
- Kalau grade V kadang – kadang tidak hematoma
- Kalau tidak ada CT-Scane dilakukan IVP
o IVP nya lekage contras grade IV
o IVP nya contras putus grade V
- One shot IVP dilakukan pada pasien yang tidak stabil yang penyebabnya
ginjal
- Trauma murni ginjal : stabil – diagnostic : CT-Scane grade I – V, BNO – IVP
grade II – V, USG – grade I
Tidak stabil – surgical resusitasi
Trauma ginjal + trauma lain – ikut dengan yang lain : stabil : observasi
4 prinsip penanganannya
- Debridement
- Diversi
- Distal wash out
- Drainase
Trauma rectum menurut ASST
- S irkulasi
- E nsefalitis
- M etabolik
- E pilepsiu
- N eoplasma
- T rauma
- D rug
Part I : duodenum pars bulbosa
Sign symptom
Bedah plastik
Operasi: senin, selasa tapi rabu, kamis bisa untuk debridement
Poli: rabu
DM masuk OKA semuanya senin, selasa
JP I : 1. Mursalin ISO I post skin graft a.i uklus dekubitus a.r gluteus GV 3 kali sehari,
kemarin terakhir GV
2. lht ada konsul Abdullah Isya k4, ulkus dekubitus
JP II : 1. Ulfa K5B1, Combosio grade 2A/B
P/seminggu 2x masuk oka selasa, terakhir jumat rawat anak, gizi dijaga
2. Abuzar k5b2, combusio grade 2a/b p/sama
3. Alif hulaimi k5b4, combusio grade 2a/b p/sama
4. kahja k6b2, ulkus dekubitus a.r gluteus p/skin graft senin
5. Asri k7b3, post rekontruksi mandibula+ post repair flap p/GV 3 kali sehari, terakhir
sabtu
NGT dan trakeostomi rencana diganti
JP III: 1. Nurul k4b1: combusio grade 3 80% p/ debridement senin, Hb: 8, siapin
darah 2x seminggu
2. Yuslidar k4b2; combusio grade 2 p/debridement 1 kali lagi boleh PBJ
3. Firman/ Rida, fraktur mandibula p/senin ORIF
3. Nilawati combusio grade III 90% k4b3 p/transfusi I kolf sebelum op besok
debridement
4. Salsabila k4b4, combusio grade II p/debridement selasa atau rabu
5. Rayan, k6b6; Fr Os nasal p/kasih nampak foto schedel persiapan rekontruksiGV
kalau basah
6. Zafar Wahab, k6B1; ulkus dekubitus a.r gluteus p/GV per 2 hari perawat yang
GVingatin
7. Sayuti, k7b2; Fr maksilofacialis p/persiapan ORIF ; konsul2
8. Isnaini k7b5; Fr maksilofacialis p/persiapan ORIF ; konsul2
ICU
Bed ISO I, Jauhari, Steven John + ulkus pedis p/ rawat luka 3 kali sehari; terakhir
jumat
PICU
Bed I, Mujibul ikram, ulkus dekubitus p/GV per hari dengan sufratul dan ulkus
dekubitus
IW
Kasmaya, Fr simfisis parasimfisis mandibula p/siapkan ORIF ; konsul2
Geulima I
Saiful Dullah ; V, post debridement ulkus dipaha p/ sudah PBJ hanya belum
pulang
Seurune I
Suhaimi, k4b1, Hemangioma p/ rencana eksisi, konsul2
Riski Aulia, Iso 2, p/GV diperut tadi sudah 3 hari lagi GV lagi
Seurune II
Rohani; post mastekomi, k6b4; skin graft p/GV dipaha 1 minggu
GV dipayudara kemarin terakhir 3 hari sekali
Geurute
Noval, k1b ; combusio grade II P/debridement selasa atau rabu ; GV 1 kali
seminggu
Azia P/
Jadwal selasa
- Adik dr. Mala Mikrotia (Marhamah)
- Marzuki ulkus dekubitus
- Putro Cut ka01 keloid dibibir
Lapisan kulit
Epidermis : 1. Stratum Corneum
2. Stratum Lucidum
3. Stratum Granulosum
4. Stratum Spinosum
5. Stratum Basale
Dermis
Dislokasi posterior
- Shortening
- Fleksi
- Endorotasi
Infiltrasi
- Kutis
- Intercosta
3 Lapisan Skull :
1. Tabula Eksterna
2. Diploe
3. Tabula interna
Indikasi Operasi bil fr lebih tabula
Pada ruptur arteri dan tendon tidak perlu di rontgen bila tidak dicurigai adanya
fraktur atau corpus
Jempol itu 50%
K wire dipertahankan 3 minggu pada fraktur metatarsa
Handle bun Injury yang sering terkena :
- Pankreas
- Duodenum
Cek amilase dan lipase
Jempol tidak bisa diekstensi bila terjadi masalah dari N. Cutaneus ramus
superficialis mit hn dig dorsaler
Hernia Obturator :
Nyeri di hip, kaki dan lutut
Muarah
Howship-Romberg Syn nyeri sampai kebawah ketika pinggul dibuka,
kaki ekstensi, rotasi medial dan
Sering pada wanita tua, 70-80 mn, dengan multi para dan
Syarat menyambung usus :
1. Sistemik N7 : N. Fasialis - sistem saraf zygomu
Olpac - Proy.zygoma quadrongular
Okulomotori - totrapod –frontal samporas maksila sphenoid
Hernia
o Sliding Hernia : Kantong-kantong bagian isinya
o Litre Hernia : Hernia yang isinya diverticulum meckel
o Spigelian Hernia :
o Internal Hernia :
o Amyand Hernia : Hernia yang berisi Apendixitis
CA Buli-buli
To Mukosa
T1 Lamina propia
T2a < ½ Detrusor
b > ½ Detrusor
T3a Mikroscopis kena serosa
b Makroscopis kena serosa
T4a Laki-laki Prosfat/rectum
Perempuan Uterus/rectum
b Dinding pelvis/ Dinding Abdomen
keluar dari perstoneal fat
CT Scan : T3b sampai dengan T4b
Asam UratLucen
Scrotall Mass
DD: Hernia : Hig timbul, Palsava test (-)
Tumor testis : Pain less USG SkrotumMasa testis (-)
Px tumor marker ſβHccr
α Fero pota
LDH
Torsio Testis
Torsio Testis Epidedemorchitis
Penanganan Epididimoorchitis
- Bed rest.
- Scrotal suport: Menurunkan 1 ukuran celana dalam.
- Antibiotik
DD App :
1. Divertikulus
2. Corn Disease
3. Divertikel Meckel
4. Batu uretra distal
5. Tumor App (saecum)
6. Ilitis
7. Gastro Interitis
8. Kehamilan Ektopik
9. Adneksitis
10. Infeksi UVJ
11. ISK
12. PID
13. Kista ovarium terpeluntir
14. Tuba ovarium abses
Etiologi Batu :
1. kurang minum
2. Diet tinggi kalsium dan oksalat
3. Asam urat
o pada semua pasien trauma dengan pneumothorax harus dipasang chest tube.
o Namun pada pasien yang bukan trauma dengan pneumo thorax > ⅔ paru baru
dipasang ehest tube
o Fraktur metatarsal I & V tidak stabil karna tidak ada yang mendukung
o Fomier gangren fasutis nekrotikan
o Tinea Libera
Tinea Colica Mendapat Caeclum dengan Apendix
Tinea Omentum
o Apendix sampai ke basis Pulse Ring
Apendix biasa Double Ligasi
o Dislokasi Elbow Joint
- Dilakukan reposisi dengan Traksi kontra traksi bila direposisi tidak masuk
kemungkinannya
- Soft Tisue
- Ada Fraktur
- N. Radialis Drop hand
- N. Medianus Clow hand
Pe
= INR
TT Monitoring Heparin
Sprans Ligament
Strains Otot, tendon, combingi otot dan tendon.
Bronsecuard: Pengilangan klinis dengan tempat trauma penetraty
Temporal Horn melebar >0,7 mm.
Volumenya
-Mencegah Autolysis
o Daya tembus
o Tidak bahaya untuk lingkungan
o Dapat diwarnai
o Jaringan dapat disimpan lama >2 minggu
Volume cairan fiksasi 5-10x Vol jaringan
III=
IV=
Tingkat kesadaran
o Nadi
o TD
Respon pemberian cairan -Rapid Respon
-Transien Respon
-Unrespon
AV Node ada di Trigonum kokh
Inotrofik (+) + Vasodilator -Arteri
-Vena
Histologi=Biopsi
Kuret
Sitologi= Segala macam cairan
Hasil Mamografi
1. No finding
2. Benignputih,batas tegas
3. Probably Malignant
Neonatus
Colon Tranversum = Ada Omentum –MayusCurvatura minor
-MinorCurvatura mayor
Midgut Polpulus semua yang diperdarakin a.mesenterika superior
Duodenum part II, ileum, saecum dan colon desenden serta 1/2
colon Tranversal
Refleksi Peritoneum batas colon desenden dengan sigmold
Rectum ⅓ Distal
⅓ Proksimal
⅓ Medial
Kalau jahit usus buntu harus sampai tunika submukosa karna sub mokosa paling
kuat.
Pengobatan :
- Bedah
- Radiasi
- Kemoterapi
- Hormonal
- Target sel
Pemeriksaan fisik :
Zygoma maksila, rma orbra sup, rma orbita inf, fronto zygoma,naso zygoma, orcur
zygoma
Nasal depresi, nyeri,
palpasi bimanual pemeriksaan intraoral dan speculum
Depresi nasal dilihat dari lateral
Dormal interpapilar somni, telecautus 45mm
Normar intercantal 30mm
- Faktor Virulensi
- Bagaimana speamen yang ditolak
Pada small bowel obstruksi dengan partial dengan tidak persisitent mutlak & nyeri
observasi sampai 72 jam dengan OGT bila membaik dilanjutkan non bedah. Bila tidak
membaik dibedah.
Fast : splenorenal
Hisprunf disease : tidak dijumpai pleksus Aurbach & meisner mular dar spinchter Ani
tengah sampai rekto signoid
Mikrobiologi
Obligat : mutlak
Streptococus β mikroaerofilik
A mudah tumbuhnya
Suasana aerob
anaerob
Mc konkey Gram (-)
Agar darah gram (+)
Agar coklat streptococus pneumonia
Medium selektif salmonella, shigella
(medium ss)
- Tumbuh patogen
Flora normal tumbuh kecil-kecil, tidak mucoid, tidak hemolisis
Klasifikasi Bakteri :
Cara kerja antibiotik :
MRSA Panchomicin
Hisprung Disease
- Mekonium terlambat
- Susah BAB
- Riwayat penggunaan obat-obatan pencahar
- Bila BAB kecepirit
Kalau mekonium flak di wash out maka distensi (-) namun bila hisprung distensi
(+)
Hisprung :
- Duhamel dilakukan dua waktu
- Tranrektal pulltrue
Indikasi operasi Ruptur Lien : grade III hematom > 50%
Unstable Hemodinamik
Evaluasi setelah resusitasi :
NOM OM
- Klinis
- Lab dilakukan secara periodik
- CT-Scan
BT + Trombosit normal
APTT Bleeding (-) kurang faktor XII
PT Faktor VII defisiensi
Sepsis bundle :
1. No Hypotensi : dalam 6 jam
- ukur laktat bila laktat > 4mmol
- kultur darah
- antibiotik broadspectrum
2. Hypotensi & laktate > 4mmol
- cairan kristaloid 30ml/ug
Meningen durameter
Membran Arachnoid
Piameter
LMN Perifer saraf sampai otot
UMN Cortex, batang otak, medspin
Distal tofografi dilakukan untuk melihat jarak yang sebenarnya antar kulit dengan
rectal yang akan dibentuk sebelum PSARP
Neck sindroma :
- Letargi
- Demam
- Distensi
Cervical Lordius = 9
Thorax kyphoris = 39
Lumbal = 57
ERAS
(Erhan Rescovey)
Factor
Pre op : Aiin Treatier
Stres hormone hindari epidural
anastesi
Anabolic seng prepare pre op
carbohydrate
no fasty
Hyperglycemia Avoid Pre op
Carbohydrate
Post op :
Pain Control Post op Epidural
Komplikasi
Post op (hari) DM (Tekanan)
Infeksi Leukosit
Janty PD
GCr
Polyneuropaty
Ventilator
Stres operasi
Insulin resonen
Faktor independen :
- Type operasi
- Blood lost
Post op
Hyperglicemia +
Insulin resisten -
Produksi gula +
Uptake glucosa -
GLUTA translocation -
Glycogen formation -
GD
FFA
Urea Excresi
Metabolic responses to surgical stress
Mayor surgery orthopedi
Nefrektomi
Neuro
Hormonal yang berkaitan dengan respon stres
Metabolik
Adipocyte Lipolysis
Komplikasi Stoma :
Pada Ileostomi distal gangguan elektrolit
Iskemik lebih sering pada colostomy
Colostomy
- Yakinkan colon mobil
Fistel stich suture
Luka akut
Chronik : ada satu fase yang memanjang (biasanya inflamasi face)
SIRS
- T < 36 >38
- HR > 90 2 atau lebih
- RR > 20
- WBC < 4000 >12000
Tanda Herniasi :
- Bradikardi
- Hipertensi
- Bradipnue
Trias of death :
- Hipotermi
- Koagulopati
- Asidosis
Komplikasi Hernorapy :
Acut hematome
Infeksi luka operasi
Necrosis testis
Undensesnsus testis iatrogenik
Klasifikasi Fraktur Mandibula :
Menurut tipe :
- Simple / tertutup
- Kompound / terbuka
- Komunisi
- Greenstick
- Patologis
Lokasi :
- Dentoalveolar
- Kondilus
- Koronoideus
- Ramus
- Sudut mandibula
- Korpus mandibula
- Simfisis
- Parasimfisis
Nyeri Kolik :
- Akut
- Hilang timbul
- Refered pain
Indikasi IVP :
- Hamaturi
- Riwayat kencing berpasir
- Renal agenesis
- Polyuria
- BPH
- Congenital anomali
- Hidronefrosis
- Pyelonefrsis
- Renal hypertensi
Kriteria gambaran IVP :
1. 5 menit = tampak kontras mengisi ginjal kanan & kiri
2. 15 menit = tampak kontras mengisi ginjal & ureter
3. 30 menit = tampak blass terisi penuh oleh kontras
4. foto post initrisi = tampak blass kosong/ <1/3 nesikel
Cuci Tangan
1. Temporal
2.
Setelah pemasangan long left cast dibuka 3-4 minggu lalu diganti sarmento/ PTb
(Patella tendon Bering) Partial/weight bering yaitu menggunakan beban tubuh secara
partial kalau sudah bisa dan tidak sakit full weight bering
- Sebelum carmento dibuka dinilai stiky yaitu : (-)
- Klinis : stabil, nyeri (-)
Meconium plak :
Pentingnya BP & N pada ceclera kepala :
- Tanda-tanda hernioasi
- Cushing syndrome
Efek massa pada EDH indikasi operasi :
- klinis
- radiologis
- klinis sesuai radiologis
Kalau massa di capital maka akan berefek herniasi supratentoral
Bila temporal hernia ungkal
Bagaimana mmeriksa bising usus dengan defek diperut
Bagaimana melihat defek dari foto baby gram
Untuk apa difoto lateral
Dilakukan baby gram : untuk melihat kelainan penyerta lain.
Jantung dikanan dan hati dikiri disebut situs inversus
Kelainan kongenital yang tampak di baby gram dari atas kebawah
Pembungkul omfolokel :
- Silver Burnazine
- Providone iodine 3%
- Alkohol
DD Atresia Duodenum :
- Anulare pankreas : pankreas diatas duodenum
- Stenosis duodenum
- Malrotasi bisa terjadi midgus volvulus
Alen Test :
- Tekan arteri radialis & ulnalis. Bila Ar. Radialis (+) maka merah pada dengan
/ jari di distal akan heperemis. Ditekan ± 5 menit
A. Ulnalis bila ruptur hharus disambung karena 70% ke tangan
Apendixitis
Pemberian antibiotik nonperforasi 24 s/d 48 jam
Perforasi 7 s/d 10 hari
Akut : 3 hari
SDH Sub akut : 3 hari s/d 3 minggu
Kronik : >3 minggu
Teknik operasi :
- On pump
- Off pump
Pada jejenum high out put maka bila edema maka dilakukan anastomosis. Bila
pasien sudah stabil dan edema sudah hilang ± 2 minggu maka dilakukan re-
anastomosis,
Baby gram pada Anorektal dilihat kelainan lain bukan udara sampai distal
Kalau knee chess position untuk melihat jarak udara sampai distal. Bila >1cm
high level.
Amoeba Piogenik
<50 thn >50 thn
Diarhea jaundice
- yang paling banyak
- demam dan tidak ada perdarahan
- Gk buruk
Tanda khas pada peritonitis TB adalah fenomena papan catur. Dimana teraba
jaringan lunak diantara jaringan yang keras