Laporan Suseptibilitas Nensi
Laporan Suseptibilitas Nensi
Laporan Suseptibilitas Nensi
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Tujuan
Tujuan dari penelitian metode magnetik suseptibilitas ini yaitu sebagai
berikut :
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pulau Sulawesi merupakan salah satu pulau besar yang ada di kawasan
Perairan Indonesia. Kajian geologi telah banyak dilakukan dan telah dilakukan
sejak Tahun 1969/1970 (Sukamto dan Ratman, 2013) dalam Surono dkk, 2013.
Surono (2010) dengan mengacu dari beberapa literature membagi Pulau Sulawesi
ke dalam beberapa mandala diantaranya: Lajur Vulkanik Sulawesi Barat, Lajur
malihan Sulawesi Tengah, Lajur Ofiolit Sulawesi Timur, dan Kepingan Benua.
Berdasarkan peta Geologi Lembar Lasusua (Rusmana, dkk 1987) dan Peta
Geologi Lembar Kolaka (Simandjuntak, dkk 1987) menunjukkan bahwa kondisi
Geologi Regional daerah penelitian terdiri dari dua jenis batuanya itu batuan
sedimen dan Batuan Metamorf. Formasi Meluhu merupakan batuan tertua
Berumur Trias hingga Jura, sedangkan Formasi lainnya seperti Formasi Alangga,
Formasi Langkowala dan Formasi Buara merupakan Formasi yang lebih muda
dan terbentuk di zaman Plistosen hingga Holosen. Kelompok batuan sedimen
sangat mendominasi kawasan daerah penelitian. Sementara berdasarkan Peta
Geologi Lembar Lasusua, Jenis sedimen klastik sangat melimpah di daerah
penelitian, dan ditemukan pada beberapa Formasi. Kelompok jenis batuan
Karbonat Klastik juga terdapat di beberapa titik pada lokasi penelitian.
II.1.2 Morfologi
2
3
berkisar 75 sampai 750 meter diatas permukaan laut puncak yang terdapat
pada satuan perbukitan adalah Gunung Meluhu (517 meter).
3. Morfologi karst; morfologi karst terdapat di Pegunungan Matarombeo dan
dibagian hulu Sungai Waimenda serta Pulau Labengke.
4. Morfologi dataran rendah; dataran rendah meliputi daerah-daerah sekitar
Teluk Kendari.
II.1.3 Stratigrafi
saling mengikat (tidak kohesif). Butiran pasir biasanya terdiri atas mineral
tunggal, biasanya kwarsa. Permasalahan yang sering terjadi pada tanah pasir
adalah penurunan pada fondasi, sehingga jika didirikan suatu bangunan
diatasnya dapat menyebabkan kerusakan pada kontruksi bangunan.
3. Batugamping, koral dan batupasir yang tersebar di Pulau Bungkutoko,
pesisir pantai Kelurahan Purirano dan Kelurahan Mata, serta Kecamatan
Mandonga kearah Barat-Laut yang dibatasi Jalan R. Soeprapto, Jalan Imam
Bonjol dan batas antara Kota Kendari dengan Kecamatan Sampara.
4. Konglomerat dan batupasir tersebar disepanjang kiri kanan jalan poros antara
Kota Lama dengan Tugu Simpang Tiga Mandonga, bagian tengah
Kecamatan Mandonga dan bagian Barat Kecamatan Baruga serta bagian
Tengah Kecamatan Poasia sampai kearah Selatan, yaitu kawasan rencana
kompleks perkantoran 1.000 Ha kearah pegunungan Nanga-Nanga.
5. Filit, batu sabak, batupasir, malik, kuarsa kalsiulit, napal, batu lumpur dan
kalkarenit lempung tersebar di arah Tenggara Kecamatan Poasia tepatnya di
Kelurahan Talia, Kelurahan Abeli, Kelurahan Anggalomelai, Kelurahan
Tobimeita, Kelurahan Benuanirae dan Kelurahan Anggoeya.
6. Konglomerat, batupasir, batulanau dan batulempung tersebar di Kecamatan
Poasia bagian Timur yaitu di Kelurahan Petoaha, Kelurahan Sambuli dan
Kelurahan Nambo serta sebagian Kelurahan Tondonggeu.
7. Batugamping, batupasir dan batulempung tersebar dibagian Barat
Kecamatan Mandonga sampai dengan batas Kota Kendari dengan
Kecamatan Sampara dan Kecamatan Ranometo.
7
1. Medan Magnet
apabila dua buah kutub P1 dan P2 dari monopole magnet yang berlainan terpisah
pada jarak r, maka persamaan gaya magnet dinyatakan sebagai:
1 𝑃1 𝑃2
𝑮𝒎 = 𝒓 (1)
𝜇 𝑟2
dengan Gm adalah gaya magnet monopole pada P1 dan P2, r adalah vektor satuan
berarah dari P1 ke P2, P1 dan P2 adalah muatan kutub 1 dan 2 monopole, µ
adalah permeabilitas medium magnetik (untuk ruang hampa µ = 1)
Gaya magnet Gm per satuan muatan P1 didefinisikan sebagai kuat medan
magnet terukur (H). Dengan demikian dihasilkan kuat medan magnet pada muatan
P1 yang dapat dinyatakan sebagai
𝐅 1 𝑝1
𝐇= = 𝒓 (2)
𝑃1 𝜇 𝑟2
dengan H adalah kuat medan magnet terukur. Jika suatu benda terinduksi oleh
medan magnet H, maka besar intensitas magnet yang dialami oleh benda tersebut
adalah (Reynold, 1995),
M=kH (3)
dengan M adalah intensitas magnetisasi dan k adalah suseptibilitas magnetik.
2. Suseptibilitas Magnet
Suseptibilitas magnet adalah kemampuan suatu material termagnetisasi
yang ditentukan oleh nilai suseptibilitas kemagnetan pada Persamaan 3. Faktor
yang mempengaruhi nilai suseptibilitas magnet suatu material adalah litologi
batuan dan kandungan mineral batuan. Tabel 1 menunjukkan nilai suseptibilitas
magnet beragam batuan.
Tabel 1. Nilai Suseptibilitas Batuan (Telford, dkk, 2004)
Jenis Kisaran (× 10−3 ) Rata-Rata (× 10−3 )
Sedimentary
Dolomite 0 – 0,9 0,1
Limestone 0-3 0,3
Sandstone 0-20 0,4
Shale 0,01-15 0,6
Av. 48 sedimentary 0-18 0,9
Metamorphic
Amphibolite 0,7
10
tersebut. Paramagnet memiliki nilai suseptibilitas 0 <k< 10−6 dalam satuan cgs.
Contohnya adalah pyrite, zincblende, dan hematite (Siswoyo, dkk, 2010).
3. Ferromagnet
Ferromagnet adalah bahan yang sifat kemagnetannya dipengaruhi oleh
temperatur, yaitu pada temperatur di atas temperatur Curie akan kehilangan sifat
kemagnetannya. Jika dimasukkan ke dalam medan magnet luar, magnetisasi
bahan ini akan meningkat tajam. Ferromagnet memiliki nilai suseptibilitas
1<k<106 dalam satuan cgs. Contohnya adalah besi, nikel, kobalt, dan baja
(Siswoyo, dkk, 2010).
13
BAB III
METODE PENELITIAN
Lokasi Penelitian ini berada di Jln. Prof. Dr. Rauf Tarimana, Kelurahan
Kambu Kecamatan Kambu, dan di Sekitar Fakultas Pertanian Kampus Hijau
Bumi Tridarma Hijau Bumi Tridharma Universitas Halu Oleo, Kelurahan
Anduonohu, Kecamatan Poasia, Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara.
Pengambilan data dilakukan pada Minggu 23 Desember 2018, pukul 08:30 –
15:00 WITA. Pengolahan data dilakukan di Laboraorium Fakultas Ilmu dan
Teknologi Kebumian Universitas Halu Oleo.
13
14
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain sebagai
berikut:
Tabel 3.1. Alat dan Bahan Penelitian
No. Alat dan Bahan Kegunaan
1 set alat
untuk menghitung nilai suseptibilitas
1 magnetik
bahan
suseptibilitas
2 Roll Meter untuk membentang lintasan
untuk menentukan titik koordinat
3 GPS
lokasi pengukuran
4 Payung untuk melindungi alat
Laptop (RAM
5. 2,00 G,64-bit Untuk mengolah data
operating system)
Menghitung nilai rata suseptibilitas
6. Microsoft Excel magnetik dan membuat plot nilai
susueptibilitas
Membuat peta sebaran nilai suseptibilitas
7. Surfer 15
magnetik bahan
Kamera sebagai dokumentasi kegiatan akuisisi
8.
handphone data
15
Mulai
Study Literatur
Penyiapan Alat
Pengambilan Data
Jarak/ Suseptibilitas
Selesai
berikut :
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini berupa Grafik perbandingan jarak titik pengkuran dan
nilai suseptibilitas yang diperoleh dari pengolahan data menggunakan Microsoft
Excel yang memperlihatkan sebaran nilai suseptibilitas magnetik permukaan dari
lintasan pengukuran.
200
150
ĸ(10-5SI)
100 Line 1
Line 2
50
0
0 20 40 60 80 100 120
-50
Jarak (m)
Gambar 4.1. Grafik Nilai Suseptibilitas Stasiun 1 - Line 1 VS Line 2
60
50
40
30
20
10
0
0 20 40 60 80 100 120
Jarak (m)
50
40
30
20
10
0
0 10 20 30 40 50 60
Jarak (m)
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
V.2 Saran
Saran yang dapat kami sampaikan adalah kami selaku pratikan yang
mengikuti pratikum berharap agar pada pratikum berikutnya ingin agar di
tempatkan pada suasana yang jauh dari aktivitas kendaraan bermotor agar tidak
menghambat pada saat melakukan proses pengukuran dilapangan.