Metode Pelaksanaan Jembatan Beton

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

Jembatan ini dinamakan Pasupati diambil dari akronim Pasteur dan Surapati

karena menghubungkan jalan Pasteur dan jalan Surapati. Jembatan dengan


konstruksi kabel baja ini mempunyai dimensi panjang 2,8 km dan lebar 30 meter
pada tengah-tengah jembatan dan 60 meter di kedua ujung jembatan. Jembatan ini
diresmikan pada 26 Juni 2005
 Sebelum pekerjaan dimulai, terlebih dahulu mempersiapkan gambar design dari data-data awal yang
diambil pada saat survey awal dan gambar design lokasi ini diajukan dan disetujui oleh Direksi
Pekerjaan terlebih dahulu, timbunan ini terletak pada oprite jembatan.
 Dilakukan juga inspeksi kondisi alat, alat pelindung diri (sepatu Safety, helm) rambu-rambu beserta
petugas pengatur lalu lintas dilengkapi bendera merah dan semua harus dipersiapkan terlebih dahulu.
 Setelah gambar design disetujui, kemudian dilaksanakan pemasangan patok-patok elevasi (bowplank)

1. Pelaksanaan Pekerjaan Platform

P latform merupakan konstruksi pendukung sementara yang berfungsi sebagai tempat untuk
menginstalasi batching plan, menyimpan material seperti tiang pancang serta sebagai tempat bagi
berbagai aktivitas di tengah laut selama kegiatan konstruksi berlangsung.

2. Pelaksanaan Pekerjaan Bored Pile

a. Pemasangan Casing Baja.


b. Pengeboran sampai kedelaman yang diinginkan.
c. Pemasangan tulangan pengecoran lubang bored pile dengan beton.

tiang Beton
Tiang beton dapat dibagi kedalam dua kategori dasar :
a. Tiang Pracetak (Precast Piles)
Tiang pracetak dapat dibuat dengan
menggunakan beton bertulang biasa, yang
penampangnya bisa jadi bujur sangkar atau segi
delapan (octagonal).
Penulangan diperlukan untuk memungkinkan
tiang mampu melawan momen lentur ketika
pengangkatan, beban vertikal, dan momen lentur
yang diakibatkan oleh beban lateral. Tiang
dicetak dengan panjang yang diinginkan dan
dirawat hingga sebelum diangkut ke tempat
pemancangan.
Tiang pracetak bisa juga terbuat dari kabel prategang baja berkuatan tinggi (beton
prategang).
Penulangan diperlukan untuk memungkinkan tiang mampu melawan momen lentur
ketika pengangkatan, beban vertikal, dan momen lentur yang diakibatkan oleh beban
lateral. Tiang pracetak bisa juga terbuat dari kabel prategang baja berkuatan tinggi
(beton prategang).

3. Pelaksanaan Pekerjaan Pile Cap

Tahap - tahap pekerjaan pembuatan form work pile cap adalah :


Pemasangan steel plat yg diklem yg digunakan sebagai dudukan steel support. Pemasangan balok
penyangga searah longitudinal balok jembatan dan balok penyangga arah transversal jembatan
sebagai penerus beban dari balok penyangga dengan baja IWF.


Pemasangan balok bottom formwork dan multiplek. skirting panel dipersiapkan selain sebagai bagian
dari pile cap juga digunakan sebagai side form work.


Skirting panel merupakan segmental precast concrete. pemasangan rebar dilakukan setelah proses
instalasi botom dan side form work selesai perangkaian rebar dari semi finis menjadi fix di lokasi
pekerjaan pile cap.


Rebar pertama dipasang untuk pengecoran beton pertama setinggi 0.5 meter.
a. Setelah pekerjaan bored pile selesai dikerjakan, semua komponen platform yang menumpu ke
steel casing dibongkar.
b. Caisson baja yang berfungsi sebagai bekisting bawah pile cap kemudian dipasang.
c. Pengecoran lapisan sealing concrete untuk menahan masukkan air laut ke pile cap.
d. Pemasangan tulangan pile cap.
e. Pengecoran beton pile cap yang dilakukan tiga lapis

4. Pelaksanaan Pekerjaan Pylon

Komponen Jembatan Cable Stayed


Pada dasarnya komponen utama jembatan cable stayed terdiri atas gelagar,
sistem kabel , dan menara atau pylon.
a). Sistem kabel
Sistem kabel merupakan salah satu hal mendasar dalam perencanaan jembatan
cable stayed. Kabel digunakan untuk menopang gelagar di antara dua tumpuan
dan memindahkan beban tersebut ke menara. Secara umum sistem kabel dapat
dilihat sebagai tatanan kabel transversal dan tatanan kabel longitudinal.
Pemilihan tatanan kabel tersebut didasarkan atas berbagai hal karena akan
memberikan pengaruh yang berlainan terhadap perilaku struktur terutama
pada bentuk menara dan tampang gelagar. Selain itu akan berpengaruh pula
pada metode pelaksanaan, biaya dan arsitektur jembatan. Sebagian besar
struktur yang sudah dibangun terdiri atas dua bidang kabel dan diangkerkan
pada sisi-sisi gelagar (Walther, 1988). Namun ada beberapa yang hanya
menggunakan satu bidang. Penggunaan tiga bidang atau lebih mungkin dapat
dipikirkan untuk jembatan yang sangat lebar agar dimensi balok melintang
dapat lebih kecil.

b). Tatanan kabel transversal


Tatanan kabel transversal terhadap arah sumbu longitudinal jembatan dapat
dibuat satu atau dua bidang dan sebaliknya ditempatkan secara simetri. Ada
juga perencana yang menggunakan tiga bidang kabel sampai sekarang belum
diterapkan di lapangan. Secara tatanan kabel transversal dapat dilihat pada
gambar berikut.

• Sistem satu bidang


Sistem ini sangat menguntungkan dari segi estetika karena tidak terjadi kabel
bersilangan yang terlihat oleh pandangan sehingga terlihat penampilan
struktur yang indah. Kabel ditempatkan ditengah-tengah dek dan membatasi
dua arah jalur lalulintas. Untuk jembatan bentang panjang biasanya
memerlukan menara yang tinggi menyebabkan lebar menara di bawah dek
sangat besar. Secara umum jembatan yang sangat panjang atau sangat lebar
tidak cocok dengan penggantung kabel satu bidang.
• Sistem dua bidang
Penggantung dengan dua bidang dapat berupa dua bidang vertikal sejajar atau
dua bidang miring yang pada sisi atas lebih sempit.

• Sistem tiga bidang


Pada perencanaan jembatan yang sangat lebar atau membutuhkan jalur
lalulintas yang banyak, akan ditemui torsi yang sangat besar bila menggunakan
sistem kabel satu bidang dan momen lentur yang besar pada tengah balok
melintang bila menggunakan sistem dua bidang. Kejadian ini menyebabkan
gelagar sangfat besar dan menjadi tidak ekonomis lagi. Penggunaan
penggantung tiga bidang dapt mengurangi torsi, momen lentur, dan gaya geser
yang berlebihan. Penggunaan penggantung tiga bidang sampai saat ini masih
berupa inovasi dan baru sampai pada tahap desain (Walther,1988)

2. Menara

Pemilihan menara sangat dipengaruhi oleh konfigurasi kabel, estetika dan


kebutuhan perencanaan serta pertimbangan biaya. Bentuk-bentuk menara
dapat berupa rangka portal tropezoidal, menara kembar, menara A, atau
menara tunggal.Selain bentuk menara yang telah disebutkan, masih banyak
bentuk bentuk menara lain namun jarang digunakan seperti menara Y, menara
V, dan lain sebagainya.

3. Gelagar

Bentuk gelagar jembatan cable stayed sangat bervariasi namun yang paling
sering digunakan ada dua yaitu stffening truss dan solid web (Podolny and
Scalzi, 1976). Stiffening truss digunakan untuk struktur baja dan solid web
digunakan untuk struktur baja atau beton bertulang maupun beton prategang.
Gelagar yang tersusun dari solid web yang terbuat dari baja atau beton
cenderung terbagi atas dua tipe (Ganbar 8.9) yaitu :

• gelagar pelat (plate girder), dapat terdiri atas dua atau banyak gelagar.
• gelagar box (box girder), dapat terdiri atas satu susunan box yang dapat
berbentuk persegi panjang atau trapesium.
Kelebihan Jembatan Cable Stayed :
• Kabel lurus memberikan kekakuan yang lebih besar dari kabel melengkung.
Disamping itu, analisis non linier tidak perlu dilakukan untuk geometri kabel
lurus.
• Kabel diangker pada lantai jembatan dan menimbulkan gaya aksial tekan yang
menguntungkan secara ekonomis dan teknis.
• Tiap – tiap kabel penggantung lebih pendek dari panjang jembatan secara
keseluruhan dan dapat diganti satu persatu.
Kelemahan Jembatan Cable Stayed
• Diperlukan metode pelaksanaan yang cukup teliti jika jembatan Cable Stayed
dibangun dengan bentang yang lebih panjang, bagian yang terkantilever sangat
rentan terhadap getaran akibat angin selama masa konstruksinya.
• Sama halnya dengan jembatan penggantung, kabel penggantungnya
memerlikan perawatan yang intensif untuk melindungi dari karat.

a. Konstruksi dasar pylon dan lengan bawah dari pylon.


b. Instalasi elevator pada pylon.
c. Konstruksi balok pengikat pylon bagian bawah.
d. Konstruksi lengah pylon di tengah.
e. Konstruksi balok pengikat tengah.
f. Konstruksi lengan atas pylon.
g. Konstruksi balok pengikat atas.

5. Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Atas

a. Pemasangan struktur bantu sementara di atas pile cap.


b. Pemasangan segmen girder baja pertama dengan crane barge, hubungan antara segmen
dengan pylon dibuat tetap (fix) untuk sementara.
c. Pemasangan cantilever crane pada lantai jembatan untuk mengakat segmen berikutnya.
d. Pemasangan girder baja dengan menggunakan cantilever crane diikuti dengan penenganan
kabel.
e. Pemasangan pelat lantai jembatan pada segmen pertama dan kedua dilanjutkan dengan
pengecoran sambungan.
f. Pemasangan girder baja selanjutnya dengan menggunakan cantilever crane diikuti dengan
peregangan kabel. Pada saat bersamaan dipasang pilar sementara.

Metode konstruksi balanced cantilever adalah metode pembangunan jembatan dimana dengan
memanfaatkan efek kantilever seimbangnya maka struktur dapat berdiri sendiri, mendukung berat
sendirinya tanpa bantuan sokongan lain (perancah/falsework ). Metode ini dilakukan dari atas
struktur sehingga tidak diperlukan sokongan di bawahnya yang mungkin dapat mengganggu
aktivitas di bawah jembatan.

Metode balanced cantilever dapat dilakukan secara cor setempat (cast in situ) atau secara segmen
pracetak (precast segmental). Konsep utamanya adalah struktur jembatan dibangun dengan
pertama kali membangun struktur-struktur kantilever seimbang. Kantilever yang pertama dibuat
adalah kantilever ”N”, dan seterusnya dibangun kantilever ”N+1”, kantilever ”N+2”, kantilever ”N+3”
dan kantilever ”N+i”.
Secara umum urutan pekerjaan erection precast balanced cantilever untuk satu kantilever setelah
segmen pracetak ditransportasi dari casting yard ke lapangan adalah:

1. Pier segment diterima pertama kali di lokasi perakitan

Transportasi segment pracetak

2. Satu buah field segment (segmen di depan/belakang pier segment) diterima setelah pier segment
Field Segment Pier Segment Field Segment setelah Pier Segment

Field Segment seteleh pier segment

3. Segmen yang pertama kali dipasang adalah pier segment, karena bearing belum dapat diaktifkan
maka harus diadakan tumpuan sementara untuk mendukung segmen tersebut. Kemudian dilakukan
penyesuaian koordinat untuk alinyemen horisontal dan elevasi untuk alinyemen vertikal untuk kedua
segment.
Erection pier segment

4. Field segment pertama dipasang di arah depan/belakang pier segment , dilakukan lagi
penyesuaian koordinat untuk alinemen horisontal dan elevasi untuk alinemen vertical untuk kedua
segmen. Kemudian dilakukan grouting pot bearing .

Erection field segment

5. Kemudian dipasang field segment-field segment yang lain sampai selesai satu kantilever.

Pemasangan field segment selanjutnya

6. Pemasangan dilanjutkan ke kantilever yang berikutnya.


7. Setelah 1 buah kantilever selesai dibangun maka kantilever tersebut disatukan dengan kantilever
sebelumnya.

Metode konstruksi balanced cantilever sangat umum, telah banyak digunakan di dalam maupun luar
Negeri. Salah satu contoh yang menerapkan Metode konstruksi balanced cantilever ini adalah pada
pembangunan Jalan Layang Pasupati – Bandung, dengan panjang jalan berkisar 2,5 kilometer dan
difungsikan pada tahun 2005.
Jalan Layang Pasupati

metode pelaksanaan konstruksi pada jembatan beton bisa sangat bervariasi ditentukan
oleh banyak variabel, seperti kondisi medan, pertimbangan waktu pelaksanaan, dan
juga pertimbangan tipe material dan struktur jembatan yang digunakan, apakah
material baja atau material beton. Pada pelaksanaan konstruksi jembatan harus
dilakukan sebuah pengawasan dan pengujian yang tepat untuk memastikan bahwa
seluruh pekerjaan dapat diselesaikan Bagian-bagian struktur utama dari konstruksi
jembatan adalah struktur pondasi, struktur abutment, struktur pilar, struktur lantai
jembatan, struktur kabel, dan struktur oprit. Seperti pada gambar bagian struktur
utama jembatan dibawah ini:
struktur utama
jembatan
Ada beberapa jenis metode erection lantai pada jembatan, yang berfungsi untuk
menahan beban yang bekerja di atas jembatan nantinya. Ada beberapa metode seperti
sistem Perancah, sistem service crane, sistem launching truss, sistem pengguna counter
weight dan link-set, sistem launching gantry, dan sistem traveller atau heavy gantry.

Metode perancah

Yang pertama adalah sistem perancah. Dengan menggunakan sistem perancah,


pengunaan alat angkat berat seperti service crane dan gantry, akan berkurang. Karena
pengecoran langsung dilakukan di tempat. Serta akan lebih minim biaya erection
karena tidak menggunakan alat angkat berat, khususnya bila sudah memiliki Heavy
Duty Shoring. Namun tetap harus berhati-hati menggunakan metode ini karena
menyebabkan produktivitas relatif menjadi rendah, karena pekerjaan cor dilakukan di
tempat akan menghabiskan waktu yang lebih lama untuk proses persiapan formwork,
perancah, serta proses setting beton. Perlu juga tipe tanah yang baik, Karena bila tanah
yang ada untuk dudukan perancah kurang baik, maka berakibat perlunya struktur
pondasi khusus.
Metode perancah
Metode Servis Crane

Dengan metode ini produktivitas erection akan tinggi, dan tidak terpengaruh kepada
tipe tanah yang ada di lantai jembatan, hal ini menuntut pengunaan alat berat seperti
crane yang notabene memiliki biaya sewa yang relatif mahal.
Metode Servis Crane
Metode Launching Truss

Metode ini tidak terpengaruh pada kondisi dibawah lantai jembatan, sama
seperti metode sebelumnya penggunaan alat berat masih sangat dominan, dan
produktifitas relatif lebih rendah dibandingkan sistem service crane, dimana perlu
waktu extra untuk errection truss dan sistem angkat dan menempatkan grider.
Metode Launching Truss
Metode pengunaan counter weight dan link set

Untuk konstruksi jembatan rangka baja, maka sistem pengunaan alat angkat baik
service crane yang mungkin diletakkan diatas ponton atau konvensional gantry adalah
cara paling umum digunakan untuk mengangkat dan memasang batang per batang baja
pada posisinya. Sistem counter weight akan diperlukan yang biasanya diambil dari
konstruksi rangka baja yang belum dipasang ditambah dengan extra beban, agar
erection dengan sistem cantilever dapat dilakukan. Pengunaan link set juga dapat
dilakukan untuk menghubungkan satu span rangka yang sudah jadi sebagai konstruksi
counter weight bagi konstruksi rangka di spam selanjutnya.
Metode pengunaan counter weight dan link set
Metode launching gantry

Untuk konstruksi jembatan dimana lantai jembatannya berupa struktur beton precast
segmental-box, maka pengunaan alat launching gantry umumnya dapat digunakan,
dimana sistem ini memepunyai kecepatan erection tinggi yang didukung sistem feeding
segmental dari sisi belakang alat tidak dari bawah karena pertimbangan lalu lintas
contohnya.
Metode launching gantry
Metode traveller atau Heavy Gantry

Sistem traveller umumnya digunakan untuk tipe jembatan balance cox cantivlever,
khususnya untuk lantai jembatan dengan beton cor ditempat. Bila pada tipe jembatan
ini menggunakan beton precast box segmental, maka sistem alat angkat gantry harus
digunakan. Sistem kedua alat angkat ini juga digunakan untuk konstruksi jembatan
kabel, khususnya untuk tipe cable stay, maka erection deck juga memanfaatkan struktur
kabel sebagai tumpuan baru sebelum anntinya sistem traveler, bila beton adalah cast in
place, atau heavy gantry, bila beton adalah precast akana maju ke segmen berikutnya.
Metode traveller atau Heavy Gantry

Anda mungkin juga menyukai